RE: [Ar-Royyan-3846] Fwd: [staff] Shuttlecock Bulutangkis Dikawatirkan Semakin Langka

2006-03-28 Terurut Topik Dedi Supendi
Ass.

Walaupun kecamatan Cibinong  Bojong Gede sempat berada dalam kondisi rawan Flu 
Burung,
Kekhawatiran semakin langkanya shuttlecock tidak perlu terjadi, karena 
persediaan masih dalam
batas aman-aman saja, hanya memang kalau untuk shuttlecock merek YONEX agak 
susah di dapat di Cibinong dan Bojong Gede,
tetapi kalau merek-merek lain persediaannya cukup banyak.
Shuttlecock Resmi untuk pertandingan antar RT di lingkungan RW 14 dalam rangka 
17-an harus disesuaikan dengan tempat
pertandingan yang telah disepakati yaitu di lapangan Out Door, kira-kira apa 
kita perlu pakai merk YONEX juga,
atau merk Lokal? 

Wass.

-Original Message-
From: Lana Sularto [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, March 27, 2006 2:40 PM
To: jamaah@arroyyan.com
Subject: [Ar-Royyan-3846] Fwd: [staff] Shuttlecock Bulutangkis
Dikawatirkan Semakin Langka


Dampak Avian Flu:
Shuttlecock Bulutangkis Dikawatirkan Semakin Langka
(http://www.gatra.com/artikel.php?id=93205)

Brussels, 23 Maret 2006 00:34
Ketika flu burung membinasakan sebagian besar kawanan ternak unggas di seluruh 
dunia, kekawatiran
muncul bahwa akan ada kelangkaan bulu untuk membuat shuttlecock bulu tangkis 
kualitas tinggi, kata
para wakil dari Yonex Co. Jepang.

Butuh 16 bulu, sama dengan seekor angsa, untuk membuat sebuah shuttlecock 
bulu, kata Herman Moens
dari Distrisport, yang mengimpor produk Yonex untuk Belgia, Belanda dan 
Luxemburg.

Yonex adalah unggulan dunia untuk peralatan golf, tenis dan bulutangkis. Yonex 
melayani 50 persen
pasar di Belanda dan 80 persen di Belgia.

Di Jepang, misalnya, 10 juta orang bermain bulu tangkis. Per tahun mungkin 
diperlukan 12
shuttlecock per orang, Moens mengatakan.

Sejak mulainya krisis flu burung terakhir, industri bulu tangkis kekurangan 
bulu untuk membuat
shuttlecock, Moens mengatakan. Jika krisis tidak berhenti, masalahnya hanya 
akan semakin membesar.

Saya telah memperingatkan satu setengah tahun lalu bahwa evolusi penggunaan 
sejenis shuttlecock
akan tiba, namun sedikit orang mau mendengar, sayangnya.

Bulu tangkis dapat dimainkan dengan shuttlecock yang terbuat dari bulu atau 
nylon. Perbedaannya
seperti menggunakan plastik atau bola bulu dalam sepakbola, menurut Moens. 
Tentu saja anda dapat
bermain dengan bola plastik, tetapi semakin baik anda mendapatkan, semakin 
banyak anda ingin bermain
hanya dengan material terbaik yang tersedia, ia menjelaskan.

Hanya pemain bulu tangkis peringkat rendah menggunakan shuttlecock nylon, kata 
Guido Claes dari
federasi bulu tangkis Belgia.

Claes mengatakan bahwa shuttlecock nylon berguna untuk latihan tetapi bahwa 
karena sekitar delapan
shuttlecock dipakai dalam setiap pertandingan, biaya masih bertambah. Saya 
heran bagaimana mungkin
bahwa tidak ada alternatif yang didapatkan untuk shuttlecock bulu, yang 
menyamai kualitasnya, ia
mengatakan.

Ada satu alternatif --bulu bebek.

Bulu angsa telah digantikan sebagian dengan bulu bebek sejak krisis terakhir 
itu, tetapi ini punya
dampak pada shuttlecock tersebut.

Sementara bulu bebek lebih halus dan anda dapat bermain dengan shuttlecock itu 
lebih lama,
shuttlecock tersebut paling tidak presisi, menurut Moens.

Juara Belgia dan pemain internasional Wouter Claes lebih suka dengan 
shuttlecock bulu.

Mereka punya kemampuan terbang lebih baik dan dapat dipakai jika anda 
mempunyai teknik lebih maju,
ia mengatakan.

Para pemain profesional seperti dia tidak dapat membayangkan sendiri bermain 
dengan, katakan,
shuttlecock bulu ayam.

Dan ini persis jenis shuttlecock yang digunakan di negara-negara seperti 
Indonesia dan China dimana
olahraga ini paling populer, karena bulu ayam adalah bahan yang paling murah.

Alasan lain penyebab turunnya kualitas bahan untuk membuat shuttlecock terbaik 
adalah perubahan
dalam produksi daging.

Metode penyembelihan burung sudah sangat industrialis dalam tahun-tahun 
belakangan, semakin banyak
produk sampingan dihancurkan daripada digunakan untuk hal-hal lain, Moens 
mengatakan dalam
penjelasan mengenai kelangkaan yang terbayang.

Bulu perlu dicuci dan dijemur di bawah matahari sebelum diseleksi kualitasnya.

Sementara dimasa lalu angsa Hungaria sering dipakai untuk membuat shuttlecock, 
pada masa sekarang
kebanyakan bulu datang dari China. Taiwan pernah merupakan satu dari produsen 
shuttlecock bulu
terbesar di dunia tetapi memindahkan perusahaan-perusahaannya ke China daratan 
karena biayanya rendah.

Ini merupakan penyeimbang terhadap kenaikan harga yang tajam yang kita 
perkirakan karena langkanya
bulu, Moens mengatakan. Bahkan, dalam 30 tahun harga satu tabung isi 12 
shuttlecock berlipatganda.

Tahun lalu sendiri saja harga sebuah tabung yang sama telah naik dari 10 euro 
menjadi 14 euro.

Ratusan juta burung telah dibunuh karena avian influenza, dan kini penyakit itu 
telah menyebar ke
Eropa dan Afrika juga. [EL, Ant]

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
For additional commands, e-mail: [EMAIL PROTECTED

[Ar-Royyan-3846] Fwd: [staff] Shuttlecock Bulutangkis Dikawatirkan Semakin Langka

2006-03-26 Terurut Topik Lana Sularto
Dampak Avian Flu:
Shuttlecock Bulutangkis Dikawatirkan Semakin Langka
(http://www.gatra.com/artikel.php?id=93205)

Brussels, 23 Maret 2006 00:34
Ketika flu burung membinasakan sebagian besar kawanan ternak unggas di seluruh 
dunia, kekawatiran
muncul bahwa akan ada kelangkaan bulu untuk membuat shuttlecock bulu tangkis 
kualitas tinggi, kata
para wakil dari Yonex Co. Jepang.

Butuh 16 bulu, sama dengan seekor angsa, untuk membuat sebuah shuttlecock 
bulu, kata Herman Moens
dari Distrisport, yang mengimpor produk Yonex untuk Belgia, Belanda dan 
Luxemburg.

Yonex adalah unggulan dunia untuk peralatan golf, tenis dan bulutangkis. Yonex 
melayani 50 persen
pasar di Belanda dan 80 persen di Belgia.

Di Jepang, misalnya, 10 juta orang bermain bulu tangkis. Per tahun mungkin 
diperlukan 12
shuttlecock per orang, Moens mengatakan.

Sejak mulainya krisis flu burung terakhir, industri bulu tangkis kekurangan 
bulu untuk membuat
shuttlecock, Moens mengatakan. Jika krisis tidak berhenti, masalahnya hanya 
akan semakin membesar.

Saya telah memperingatkan satu setengah tahun lalu bahwa evolusi penggunaan 
sejenis shuttlecock
akan tiba, namun sedikit orang mau mendengar, sayangnya.

Bulu tangkis dapat dimainkan dengan shuttlecock yang terbuat dari bulu atau 
nylon. Perbedaannya
seperti menggunakan plastik atau bola bulu dalam sepakbola, menurut Moens. 
Tentu saja anda dapat
bermain dengan bola plastik, tetapi semakin baik anda mendapatkan, semakin 
banyak anda ingin bermain
hanya dengan material terbaik yang tersedia, ia menjelaskan.

Hanya pemain bulu tangkis peringkat rendah menggunakan shuttlecock nylon, kata 
Guido Claes dari
federasi bulu tangkis Belgia.

Claes mengatakan bahwa shuttlecock nylon berguna untuk latihan tetapi bahwa 
karena sekitar delapan
shuttlecock dipakai dalam setiap pertandingan, biaya masih bertambah. Saya 
heran bagaimana mungkin
bahwa tidak ada alternatif yang didapatkan untuk shuttlecock bulu, yang 
menyamai kualitasnya, ia
mengatakan.

Ada satu alternatif --bulu bebek.

Bulu angsa telah digantikan sebagian dengan bulu bebek sejak krisis terakhir 
itu, tetapi ini punya
dampak pada shuttlecock tersebut.

Sementara bulu bebek lebih halus dan anda dapat bermain dengan shuttlecock itu 
lebih lama,
shuttlecock tersebut paling tidak presisi, menurut Moens.

Juara Belgia dan pemain internasional Wouter Claes lebih suka dengan 
shuttlecock bulu.

Mereka punya kemampuan terbang lebih baik dan dapat dipakai jika anda 
mempunyai teknik lebih maju,
ia mengatakan.

Para pemain profesional seperti dia tidak dapat membayangkan sendiri bermain 
dengan, katakan,
shuttlecock bulu ayam.

Dan ini persis jenis shuttlecock yang digunakan di negara-negara seperti 
Indonesia dan China dimana
olahraga ini paling populer, karena bulu ayam adalah bahan yang paling murah.

Alasan lain penyebab turunnya kualitas bahan untuk membuat shuttlecock terbaik 
adalah perubahan
dalam produksi daging.

Metode penyembelihan burung sudah sangat industrialis dalam tahun-tahun 
belakangan, semakin banyak
produk sampingan dihancurkan daripada digunakan untuk hal-hal lain, Moens 
mengatakan dalam
penjelasan mengenai kelangkaan yang terbayang.

Bulu perlu dicuci dan dijemur di bawah matahari sebelum diseleksi kualitasnya.

Sementara dimasa lalu angsa Hungaria sering dipakai untuk membuat shuttlecock, 
pada masa sekarang
kebanyakan bulu datang dari China. Taiwan pernah merupakan satu dari produsen 
shuttlecock bulu
terbesar di dunia tetapi memindahkan perusahaan-perusahaannya ke China daratan 
karena biayanya rendah.

Ini merupakan penyeimbang terhadap kenaikan harga yang tajam yang kita 
perkirakan karena langkanya
bulu, Moens mengatakan. Bahkan, dalam 30 tahun harga satu tabung isi 12 
shuttlecock berlipatganda.

Tahun lalu sendiri saja harga sebuah tabung yang sama telah naik dari 10 euro 
menjadi 14 euro.

Ratusan juta burung telah dibunuh karena avian influenza, dan kini penyakit itu 
telah menyebar ke
Eropa dan Afrika juga. [EL, Ant]

-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
For additional commands, e-mail: [EMAIL PROTECTED]





--
Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913
Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com