JNM <*> Gods Work Ministry E-Mail
From: "Dwayne Savaya" <[EMAIL PROTECTED]> Gods Work Ministry Inspirational and Encouragement E-Mail Dear Friend, The good that we do towards others is sure to leave a mark that will never be erased. We are to remember that others are in need all around us and as believers in Christ, we have been given the commission to be His hands and feet on the earth to care for and love all who are in need. We are to be conscious to the fact that living only for ourselves not caring about the benefits of others will lead to a lonely and mundane existence. We are not created to hold love in, but rather are to share the love that we have to all who are hurting and in need. One of the first shown emotions is love towards someone else. Just as God's love is imparted upon us, so must we impart the love that we have toward our fellow man. Because of our good works that we do in Christ's Name, we will be remembered far longer than the time it took for that good deed to be done. (Mark 9:41) (Romans 13:8-10) I hope you are encouraged by today's message to be a doer of good works so that all who see you may know Whom you belong to. DR. WILLIAMS IS UPSTAIRS A doctor who had devoted his life to helping the underprivileged lived over a liquor store in the poor section of a large city. In front of the liquor store was a simple sign reading "Dr. Williams is upstairs." When he died, he had no relatives and he left no money for his burial. He had never asked for payment from anyone he had ever treated. Friends and patients scraped enough money together to bury the good doctor, but they had no money for a tombstone. It appeared that his grave was going to be unmarked until someone came up with a wonderful suggestion. They took the sign from in front of the liquor store and nailed it to a post over his grave. It made a lovely epitaph: Dr. Williams is upstairs. Author Unknown Be encouraged to be a blessing when the opportunity comes before you. Do not do your good works with a motive in mind, but rather do every good deed with pureness of heart not seeking a reward, but intent on glorifying the name of Lord. It is God who sees our good works that we do openly and in secret and promises to give us a just reward for every good thing that was done in His Name. The Lord Jesus declares in Revelation 22:12 "Behold, I am coming quickly, and My reward is with Me, to give to every one according to his work." Rejoice and be exceedingly glad for God sees your every effort and will reward you in like manner. (Matthew 25:34-40) (Rev. 20:11-13) Read and meditate on these scriptures: 1 John 4:19-21 "We love Him, because He first loved us. If a man say, I love God, and hateth his brother, he is a liar: for he that loveth not his brother whom he hath seen, how can he love God whom he hath not seen? And this commandment have we from Him, That he who loveth God love his brother also." Galatians 6:2-4 "Bear ye one another's burdens, and so fulfill the law of Christ. For if a man think himself to be something, when he is nothing, he deceiveth himself. But let every man prove his own work, and then shall he have rejoicing in himself alone, and not in another." 1 Corinthians 13:4-7 "Charity suffereth long, and is kind; charity envieth not; charity vaunteth not itself, is not puffed up, Doth not behave itself unseemly, seeketh not her own, is not easily provoked, thinketh no evil; Rejoiceth not in iniquity, but rejoiceth in the truth; Beareth all things, believeth all things, hopeth all things, endureth all things." All of these scriptures can be found in the King James Version Bible. Today's Selected Poem: GOD QUALIFIES Click here to read --- http://www.Godswork.org/inpoem130.htm Today's Selected Testimony: THE SPARROW Click here to read --- http://www.Godswork.org/testimony56.htm In Christ's Service, Dwayne Savaya Gods Work Ministry Please feel free to visit the Website to read more Encouraging and Inspirational stories, poems and testimonies. Our E-mail Archives are available as well to read the messages that have been sent in the past. You can also send Free E-cards to friends and loved ones with the many choices available. You are also welcome to post your prayer requests in our Prayer Forum. All this and more available at --- http://www.Godswork.org You can also send prayer requests to --- [EMAIL PROTECTED] Add your E-mail address if you'd like correspondence with the prayer partners. [Non-text portions of this message have been removed] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: jesus-net@yahoogroups.com Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/ <*> To unsubscribe from th
JNM <*> Si Pincang
From: Mang_Ucup Si Pincang Ketika saya masih berada dlm kandungan Ibu, ayah saya ditangkap dengan tuduhan PKI, karena Ibu tidak mampu dan tidak punya pekerjaan, maka ia berusaha untuk melakukan abortus, tetapi rupanya tidak berhasil 100%. Saya lahir tidak dengan tubuh seutuhnya, saya dilahirkan dalam keadaan cacad. Saya hanya memiliki sebuah kaki saja. Rupanya kehadiran saya dari awal mula di dunia ini tidak diharapkan dan juga tidak di inginkan. Dunia ini diciptakan hanya untuk orang sehat dan kaya saja. Tidak ada tempat bagi kami orang miskin, tidak ada tempat bagi orang cacad atau sakit. Tiga tahun kemudian Ibu saya bunuh diri, karena Ia merasa beban, tugas maupun aib, karena mempunyai anak cacad, terlalu berat. Saya diambil ke panti asuhan. Teman2 saya yang sehat, yang manis menemukan rumah tempat tinggal baru, dirumah orang tua angkat mereka, tetapi tidak ada tempat bagi seorang anak cacad dirumah mereka, maklum mereka tidak mau mengambil anak cacad, sebagai anak angkat mereka. Saya baru bisa jalan dalam usia 5 th, tetapi saya tidak pernah bisa lari, sehingga anak2 kawan sebaya saya tidak mau mengajak saya bermain. Terlinang air mata saya keluar, ketika saya melihat kawan2 sebaya saya, mereka bisa bermain dengan orang tua mereka sambil tertawa riang dan ceria, tetapi saya hanya bisa melihat mereka dari jauh sebab tidak ada tempat bagi anak cacad dilingkungan anak2 sehat. Apakah Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan seorang anak yg tidak pernah mendapatkan belaian kasih sayang? Kami juga merasa haus dan lapar akan kasih sayang, tetapi tidak ada yg mau memberikannya kepada kami, jangankan kasih sayang, sapaan hangat pun tidak pernah kami dapatkan. Apakah salah apabila saya menangis, karena saya merasa rindu ingin mendapatkan belaian kasih dari seorang Ibu atau Ayah yg tidak pernah saya dapatkan ataupun rasakan. Hati ini rasanya sangat pedih sekali, melihat anak2 lain di belai dgn mesranya oleh Ibui atau Ayah mereka. Saya yakin para pembaca masih bisa mengenang rasa belaian kasih sayang dari Ibu atau Ayah kandung Anda? Walaupun pada saat ini Anda telah dewasa, tetapi saya yakin Anda masih mendambakannya, masih ingin merasakannya sekali lagi, belaian kasih sayang dari Ibu dan Ayah kita?! Tetapi bagaimana perasaan seorang anak yg tidak pernah merasakannya sama sekali apa artinya belaian kasih tsb, yg hanya bisa melihat dari jauh saja, betapa indahnya, betapa bahagianya mereka yg bisa mendapatkan dan merasakan belaian kasih sayang dari seorang Ibu. Saya juga sangat ingin sekali masuk sekolah, saya juga ingin turut bisa belajar seperti anak2 lain, tetapi menurut ketua panti asuhan, percuma saja saya sekolah, karena toh dikemudian hari saya tidak akan bisa mendapatkan kerjaan. Maklumlah panti asuhan dimana saya tinggal bukannya panti asuhan dari pemerintah. Sebab tidak ada tempat bagi anak miskin maupun anak cacad di sekolahan pada saat ini. Sekolahan pada saat ini hanya untuk anak orang kaya dan hanya untuk anak yang sehat. Permainan sepak bola hanya bisa saya ikuti sebagai penonton saja, walaupun rasanya ingin sekali saya bisa turut merasakan, bagaimana rasanya menendang bola itu, tetapi keinginan ini hanya impian yang tidak akan pernah bisa terwujudkan, karena tidak ada tempat bagi orang cacad dilapangan olah raga. Hati saya merasa nyeri dan merasa seperti di iris2 kalau saya melihat anak2 lain naik sepeda atau main sepatu roda, karena untuk anak pincang tidak ada tempat dan kesempatan untuk bisa melakukan ini semua. Ketika saya dewasa, ingin saya mempunyai penghasilan sendiri, tetapi tidak ada tempat dilapangan kerja untuk orang cacad, jangankan untuk orang cacad yg tidak berpendidikan seperti saya untuk orang sehatpun sudah tidak ada lowongan kerja lagi. Sejak saya lahir sampai dewasa, tidak pernah saya bisa merasakan rasa kasih maupun belaian sayang dari seseorang. Perkataan kasih bagi saya adalah suatu hal yang abstrak yang tidak pernah mungkin bisa saya dapatkan maupun rasakan. Tidak ada tempat untuk kasih dalam dunia anak cacad. Saya merasa di dunia ini tidak ada tempat lagi bagi kami orang cacad, orang miskin, orang sakit maupun orang tua. Orang kaya tidak mau bergaul dengan orang miskin. Orang sehat tidak mau bergaul dengan orang sakit. Orang muda tidak mau bergaul dengan orang tua. Tidak ada tempat untuk orang tua di dalam dunia ini, tempat mereka adalah dirumah jompo. Dunia pada saat ini hanya menilai seseorang dari segi lahiriahnya saja, berapa banyak sudah bayi yg dibunuh, karena ia lahir cacad dan tidak cantik, berapa banyak sudah seorang anak kecil yg harus menderita selama hidupnya, karena ia dilahirkan dgn cacad tubuhnya. Berapa banyak perkawinan diakhiri dgn perceraian, karena salah satu dari partnernya menderita cacad? Berapa banyak orang yg disingkirkan dan dijauhi dari lingkungan, karena ia penyandang cacad? Mereka tidak mau menilai atau melihat dalam dan batinnya seseorang, yg mereka lihat hanya bungkus dan
JNM <*> daily devotional
From: [EMAIL PROTECTED] Spurgeon's Morning & Evening Devotions Morning, January 6 "And so all Israel shall be saved." - Romans 11:26 Then Moses sang at the Red Sea, it was his joy to know that all Israel were safe. Not a drop of spray fell from that solid wall until the last of God's Israel had safely planted his foot on the other side the flood. That done, immediately the floods dissolved into their proper place again, but not till then. Part of that song was, "Thou in thy mercy hast led forth the people which thou hast redeemed. " In the last time, when the elect shall sing the song of Moses, the servant of God, and of the Lamb, it shall be the boast of Jesus, "Of all whom thou hast given me, I have lost none. " In heaven there shall not be a vacant throne. "For all the chosen race Shall meet around the throne, Shall bless the conduct of his grace, And make his glories known." As many as God hath chosen, as many as Christ hath redeemed, as many as the Spirit hath called, as many as believe in Jesus, shall safely cross the dividing sea. We are not all safely landed yet: "Part of the host have crossed the flood, And part are crossing now." The vanguard of the army has already reached the shore. We are marching through the depths; we are at this day following hard after our Leader into the heart of the sea. Let us be of good cheer: the rear-guard shall soon be where the vanguard already is; the last of the chosen ones shall soon have crossed the sea, and then shall be heard the song of triumph, when all are secure. But oh! if one were absent-oh! if one of his chosen family should be cast away-it would make an everlasting discord in the song of the redeemed, and cut the strings of the harps of paradise, so that music could never be extorted from them. Evening, January 6 "He was sore athirst, and called on the Lord, and said, thou hast given this great deliverance into the hand of thy servant: and now shall I die for thirst?" - Judges 15:18 Samson was thirsty and ready to die. The difficulty was totally different from any which the hero had met before. Merely to get thirst assuaged is nothing like so great a matter as to be delivered from a thousand Philistines! but when the thirst was upon him, Samson felt that little present difficulty more weighty than the great past difficulty out of which he had so specially been delivered. It is very usual for God's people, when they have enjoyed a great deliverance, to find a little trouble too much for them. Samson slays a thousand Philistines, and piles them up in heaps, and then faints for a little water! Jacob wrestles with God at Peniel, and overcomes Omnipotence itself, and then goes "halting on his thigh!" Strange that there must be a shrinking of the sinew whenever we win the day. As if the Lord must teach us our littleness, our nothingness, in order to keep us within bounds. Samson boasted right loudly when he said, "I have slain a thousand men." His boastful throat soon grew hoarse with thirst, and he betook himself to prayer. God has many ways of humbling his people. Dear child of God, if after great mercy you are laid very low, your case is not an unusual one. When David had mounted the throne of Israel, he said, "I am this day weak, though anointed king." You must expect to feel weakest when you are enjoying your greatest triumph. If God has wrought for you great deliverances in the past, your present difficulty is only like Samson's thirst, and the Lord will not let you faint, nor suffer the daughter of the uncircumcised to triumph over you. The road of sorrow is the road to heaven, but there are wells of refreshing water all along the route. So, tried brother, cheer your heart with Samson's words, and rest assured that God will deliver you ere long. [Non-text portions of this message have been removed] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Mailing List Jesus-Net Ministry Indonesia - JNM - Daftar : [EMAIL PROTECTED] Keluar : [EMAIL PROTECTED] Posting: jesus-net@yahoogroups.com Bantuan Moderator : [EMAIL PROTECTED] -=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=- Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/jesus-net/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
JNM <*> Sikap thd anak cacat & Menembus Batas [ Rev ]
From: [EMAIL PROTECTED] Sikap thd anak cacat Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia,rahmat dan berkat.Kehadiran seorang anak di tengah2 keluarga merupakan harapan dan dambaan. Isak tangis kehadirannya pertama kali di dunia,saat ia dilahirkan merupakan kegembiraan tersendiri.Tetapi suasana menjadi lain ketika anak yang dinantikan itu hidup dalam keadaan cacat mental.Terkadang kondisi macam ini dipandang sebagai sebuah aib atau malapetaka.Dan sangat sedikit yang menerimanya sebagai sebuah rahmat. Keluarga dalam tradisi gereja dipahami sebagai persekutuan pribadi2,perhatian khusus perlu diberikan kepada anak-anak,dengan mengembangkan penghargaan yg mendalam terhadap martabat pribadi mereka,serta sikap sungguh menghormati setiap anak . Dengan memupuk serta menunjukkan kepedulian yg mesra dan besar thd setiap anak yg lahir di dunia,Gereja dipanggil untuk mengutarakan sekali lagi dalam sejarah teladan dan perintah Kristus Tuhan yg menaruh anak2 di jantung kerajaan Allah:"Biarkanlah anak-anak datang kepadaKu,dan jangan menghalang-halangi mereka,sebab mereka itulah yg mempunyai Kerajaan Sorga."(luk 18:16). Setiap menerima,cinta kasih,penghargaan,kepedulian terhadap setiap anak yg lahir di dunia ini,perhatian dalam setiap kehidupannya di bidang jasmani,emosional,pendidikan,rohani,semuanya itu menjadi ciri khas pokok bagi semua orang Kristen,Khususnya bagi Keluarga Kristen. Pengalaman istimewa dari Ny Dwianto patut sebagai acuan bagi keluarga yg melahirkan seorang anak cacat.Berikut penuturan beliau: Bagi saya yang memiliki anak cacat merupakan sesuatu yang sangat istimewa.Usai melahirkan dia belum mengetahui bahwa anaknya menderita cacat mental.Ibu tsb baru sadar setelah memeriksakan anaknya ke RSPAD.Pada saat itulah Ny Dwianto tahu tentang kondisi anaknya.Tak tahan melihat kondisi anak tsb,dia pun menangis sepanjang malam."Kesedihan itu ternyata tidak terbatas.Dengan kondisi anak kami demikian,saya dan suami berikhtiar dan semakin menjadi lebih dekat kepada Tuhan.Kami sepakat untuk tetap berjuang.Apapun yg kami hadapi,kami tetap akan mencari yg terbaik. Meski sempat shock.toh mereka akhirnya menerima keadaan ini.Mereka lalu berusaha dengan berbagai cara agar anaknya bisa menikmati sekolah atau pendikan yang pantas."Saya berdoa terus:"Tuhan kalau mau ambil,ambillah anak saya ini lebih dulu,jangan saya.Ny Dwianto membayangkan kalau dia meninggal lebih dahulu,anaknya tidak ada yang mendampingi dan merawat.Permintaan itu setiap hari saya doakan.Akhirnya dia sampai pada suatu sikap bhw ini adalah rahmat. Awalnya Ny.Dwianto berpikir,bagaimana caranya mengajarkan kepada anaknya ketika tiba waktunya mengalami haid,juga bagaimana menjelaskan kepada kakak-adiknya berpacaran.Toh pada akhirnya itu tidak menjadi masalah.Semuanya berjalan dengan baik. Pada akhirnya Tuhan sendiri yang menentukannya.Sekarang ini semua mulai terjawab satu persatu.Pengalaman seperti ini perlu di sharingkan kepada keluarga yang dikaruniai anak cacat.Anak tsb memang tidak tumbuh normal sebagaimana anak2 yang lain,secara mental maupun fisik. Ada pendapat yang mengatakan bahwa makin lanjut usia seorang perempuan pada waktu melahirkan,makin besar kemungkinan anaknya cacat mental.Apalagi bila seorang perempuan mengkonsumsi obat-obatan,minuman keras.Seolah-olah pernyataan itu benar,hingga banyak orangtua merasa,entah malu,sedih.Buntutnya anak mereka akan disembunyikan,dijauhkan dari lingkungan sosialnya.Siapa sih orangtua yang tidak malu mempunyai anak demikian.Buang air kecil,air besar,semuanya dalam keadaan seperti itu.Pokoknya macam2lah,"kisahnya. Menurut Ny.Dwianto,kondisi fisik dan mental anaknya oleh dokter dikategorikan sebagai Sindroma Down berpengaruh pada gerak motoriknya.Karena itu pada usia 7 tahun dan mencoba belajar jalan,tangan dan diayun bersamaan sejajar.Bahkan menyusupun merupakan sesuatu yang paling susah.gerakan yg paling sederhana merupakan kesulitan yg luar biasa baginya. Bagi saya pengalaman menjadi seorang ibu yg memiliki anak semacam ini merupakan yang sangat istimewa.Bahwa dia sdh bisa jalan itu merupakan suatu yang luar biasa bagus.Merasa malu sebagai orangtua yg mempunyai cacat mental jelas akan membawa akibat lain yg merugikan anak itu sendiri. Jadi apa yang ingin saya katakan;pertama jangan malu,karena anak tetap mempunyai hak untuk hidup,mempunyai hak untuk dihargai dan diperlakukan spt manusia.Disamping tidak perlu malu,orangtua mesti menggali potensi anaknya. "Kalau orangtua tidak mau membawa keluar,bawalah ia kesekolah. Jangan menyembunyikannya. Apa yang dialami keluarga Dwianto adalah cermin bagi keluarga2 yang mempunyai anak yg menderita cacat mental. Dalam kasus lain,pengalaman sebuah keluarga atas penderitaan anaknya bisa menimbulkan perpecahan kalau dasar perkawinan orangtua tidak kuat,akibatnya lebih parah lagi tetapi sebaliknya,bila perkawinan itu kokoh,maka kehidupan keluarga dapat semakin kokoh. Meminjam ung
JNM <*> Selamat Natal, Sahabatku & Badai natal yang........
From: o.OPR.Muliawan Gunadi K Selamat Natal, Sahabatku (Christa Holder Ocker - Chicken Soup for the Kid's Soul) "Aku tidak akan pernah melupakanmu," kata lelaki tua itu. Setetes air mata menitik di pipinya yang keriput. "Aku sudah tua. Aku tak bisa mengurusmu lagi." Monsieur DuPree memiringkan kepala dan mengamati tuannya. "Guk, guk! Guk, guk!" Ia mengibas-ngibaskan ekornya dengan heran. 'Apa maksud tuannya?'"Aku tidak bisa mengurus diriku lagi, apalagi mengurusmu." Lelaki tua itu berdeham, lalu mengambil saputangan dari sakutnya dan membersihkan hidungnya dengan suara keras. "Sebentar lagi aku pindah ke rumah jompo, dan sayang sekali kau tidak bisa ikut. Di sana tidak diperbolehkan membawa anjing." Orang tua yang sudah bungkuk itu terpincang-pincang mendekati Monsieur DuPree. Dibelainya kepala anjing itu. "Jangan khawatir, sahabatku. Kita akan mencari tempat tinggal untukmu. Tempat tinggal baru yang nyaman." Lalu ia menambahkan, "Dengan penampilanmu yang cantik, kita tidak akan kesulitan. Siapa pun akan bangga memiliki anjing cantik seperti kau." Monsieur DuPree mengibas-ngibaskan ekornya dengan keras dan mondar-mandir di lantai dapur itu. Sesaat bau akrab orang tua itu, yang bercampur dengan bau masakan yang lezat, membuat anjing itu merasa nyaman. Tapi kemudian rasa takut itu kembali menyerangnya. Ekornya terkulai lemas di antara kakinya dan ia berdiri diam. "Kemarilah." Dengan susah payah lelaki tua itu berlutut di lantai dan dengan penuh sayang ia menarik Monsieur DuPree di dekatnya. Ia mengikatkan sehelai pita merah besar di leher anjing itu, lalu menyematkan secarik kertas. 'Apa isinya?' pikir Monsieur DuPree. "Aku menuliskan di sini," kata si orang tua keras-keras, "Selamat Natal! Namaku Monsieur DuPree. Untuk sarapan, aku suka makan daging panggang dan telur. Keripik jagung juga boleh. Untuk makan malam aku pilih kentang lumat dan sedikit daging. Itu saja. Aku cuma makan dua kali sehari. Sebagai imbalannya, aku akan menjadi temanmu yang paling setia." "Guk, guk! Guk, guk!" Monsieur DuPree merasa bingung. Sorot matanya memohon, 'Ada apa ini?' Orang tua itu sekali lagi membersihkan hidungnya, lalu sambil berpegangan pada sebuah kursi, ia berdiri dari berlututnya. Dikancingkannya overcoat-nya, lalu ia meraih leher anjing itu sambil berkata pelan, "Kemarilah, sahabatku." Ia membuka pintu. Angin dingin berembus masuk. Ia melangkah keluar sambil menarik anjing itu. Senja mulai turun. Monsieur DuPree diam di tempat, tak mau bergerak. "Jangan membuat hatiku semakin berat. Aku janji, kau akan jauh lebih baik bersama orang lain." Jalanan sudah sepi. Dengan terbungkuk menahan angin musim dingin, si orang tua dan anjingnya terus berjalan. Salju mulai turun. Lama kemudian mereka tiba di depan sebuah rumah tua bergaya Victoria yang dikelilingi pepohonan tinggi yang bergoyang-goyang dan bersenandung dihembus angin. Sambil gemetar kedinginan mereka mengamati rumah itu. Di setiap jendelanya tampak cahaya terang. Sayup-sayup terdengar alunan lagu Natal terbawa angin. "Rumah ini bagus untukmu," kata si orang tua dengan gemetar. Ia membungkuk dan melepaskan tali leher anjingnya, lalu membuka gerbang rumah itu perlahan-lahan, supaya tidak menimbulkan suara berderit. "Pergilah. Naiklah ke undakan itu dan menggaruklah di pintunya." Monsieur DuPree berganti-ganti memandang rumah itu dan tuannya, lalu memandang rumah itu lagi. Ia tidak mengerti. "Guk, guk! Guk, guk!" "Ayo." Si orang tua mendorong anjingnya. "Aku tidak memerlukan kau lagi," katanya dengan suara kasar. "Pergi sana!" Monsieur DuPree merasa tersinggung. Ia mengira tuannya tidak menyayanginya lagi. Ia tidak mengerti bahwa orang tua itu sangat menyayanginya, tapi tak sanggup lagi merawatnya. Pelan-pelan anjing itu melangkah ke arah rumah tersebut, naik ke undakannya. Ia menggaruk-garuk dengan satu cakarnya di pintu depan. "Guk, guk! Guk, guk!" Ketika menoleh, ia melihat tuannya menyelinap ke balik sebatang pohon, tepat saat seseorang membuka pintu. Seorang anak lelaki kecil muncul di ambang pintu, berlatar belakang cahaya hangat dari dalam rumah. Melihat Monsieur DuPree, anak itu mengangkat kedua tangannya dan berseru senang, "Oh, oh! Ibu, Ayah, lihat apa yang dibawakan Santa untukku!" Dengan mata berlinang si orang tua mengamati dari balik pohon ketika ibu si anak membaca catatan di leher anjing itu. Lalu dengan lembut ditariknya Monsieur DuPree ke dalam. Sambil tersenyum si orang tua menghapus air matanya dengan lengan mantelnya yang dingin. Lalu ia menghilang di tengah kegelapan malam sambil berbisik, "Selamat Natal, sahabatku." === From: "rina novita" <[EMAIL PROTECTED]> -*- BADAI NATAL YANG MEMPERSATUKAN CINTA -*- Seorang pendeta muda baru saja dipanggil untuk menjadi pendeta di sebuah jemaat, yang pada awal abad XIX merupakan gereja paling bergengsi di daerah perumahan orang-orang kaya di kota New York. Ketika pendeta muda itu ditahbiskan, pers
JNM <*> Misa Syukur KEKAL...; Pelayanan Gereja .... & Malaikat Pantai
From: Leonard Han Misa Syukur KEKAL & Peduli Kasih Bencana Nasional, Jumat 7/1/05, UPH Lt. 3 (Gd. A) Sebab TUHAN, Allahmu, pengasih dan penyayang: Ia tidak akan memalingkan wajah-Nya dari pada kamu, bilamana kamu kembali kepada-Nya!" (II Tawarikh 30 : 9) Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita." (Kejadian 42 : 21) Bapak/Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus, Seperti yang pernah diumumkan bahwa KEKAL akan mengadakan Natal Bersama dan Ucapan Syukur pada tanggal 7 Januari 2005, tetapi karena musibah bencana alam gempa bumi dan tsunami yang menimpa Saudara-saudari kita di Nanggroe Aceh Darusalam khususnya, dan sepanjang pantai Sumatera Barat, terutama bagian utara Sumatara, sebagai rasa solidaritas KEKAL kepada Saudara-saudari kita, perayaan "Natal Bersama dan Ucapan Syukur" tersebut kami batalkan dengan pertimbangan bahwa sebagian dana yang akan digunakan dalam perayaan tersebut akan kami sumbangkan kepada Saudara-saudari kita yang tertimpa musibah. Sebagai gantinya, kami mengundang Bapak/Ibu terkasih, untuk dapat hadir merasakan kasih Allah yang tak terhingga, yang telah kita terima dari dulu hingga saat ini pada Misa Syukur dan Peduli Kasih dengan tema MENGAMBIL BAGIAN DALAM KARYA PENYELAMATAN ALLAH yang akan diadakan pada : Hari/Tanggal:Jumat/7 Januari 2005 (Jumat Pertama) Pukul :11.30 - 13.00 WIB Tempat :GBI Basilea, UPH Gd. A Lt. 3 Romo :Rm Yoseph Pontoan, MSC Pujian :VAC dan Mudika St. Stefanus Kolekte yang terkumpul akan disumbangkan untuk korban bencana nasional. Ajaklah semua saudara/i seiman untuk dapat turut merasakan berkat dan kasih dari padaNya. Kiranya Bapak/Ibu dapat meneruskan e-mail undangan ini kepada mereka yang belum/tidak mendapatkannya. === From: Denmas Marto Pelayanan Gereja di Tengah Bencana Musibah tsunami yang melanda Banda Aceh dan Sumatera Utara serta sejumlah negara di Asia dan Afrika, tepat satu hari setelah Natal 2004, mengubah suasana perayaan menyongsong tahun baru menjadi masa perkabungan nasional, dan bahkan internasional. Menurut perkiraan Sekjen PBB Kofi Annan, rehabilitasi dan rekonstruksi daerah-daerah korban akan membutuhkan waktu setidaknya 10 tahun. Gereja dan orang-orang Kristen pun, bergandeng tangan dengan berbagai komponen bangsa lainnya, ikut terlibat dalam proyek kemanusiaan ini. Pelayanan sosial memang bukan barang baru bagi tubuh Kristus. Kita akan menengok potret pelayanan gereja pada abad-abad awal. Di tengah dunia yang masih kekurangan pelayanan sosial saat itu, orang-orang Kristen dikenal sebagai para penjaga saudara. Pada akhir abad kedua, Tertullian menulis bahwa sementara kuil-kuil kafir menggunakan derma "untuk perayaan dan bermabuk-mabukan", orang Kristen menggunakan dana mereka untuk "menyokong dan memakamkan orang miskin, memenuhi kebutuhan anak-anak yang kekurangan atau yatim-piatu, serta merawat orang-orang lanjut usia." Dalam sepucuk surat kepada uskup Antiokhia pada tahun 251, uskup Roma menyebutkan bahwa "lebih dari 1.500 janda dan orang-orang yang stres" dirawat oleh jemaatnya. Pengakuan akan kedermawanan orang Kristen ini juga disampaikan oleh orang non-Kristen. "Orang-orang Galilea yang tidak beriman itu bukan hanya menyantuni orang-orang miskin mereka sendiri," keluh kaisar Julian yang tidak percaya kepada Tuhan [menurut orang Romawi, orang Kristenlah yang tidak bertuhan!], "namun juga orang-orang miskin kita." Kesediaan orang-orang Kristen untuk mempedulikan orang lain terlihat secara dramatis sewaktu dua wabah hebat melanda Kekaisaran Roma. Wabah pertama berawal pada tahun 165 dan yang kedua pada tahun 251. Tingkat kematian melonjak lebih dari 30 persen. Orang-orang kafir berusaha tidak bersentuhan dengan orang-orang yang terkena penyakit itu. Tidak jarang mereka melemparkan orang yang masih hidup ke dalam selokan. Orang-orang Kristen, sebaliknya, merawat orang-orang sakit itu. Sebagian sampai meninggal akibat tertular penyakit. Buah dari upaya ini sungguh dramatis. Saat ini kita tahu bahwa perawatan dasar - cukup hanya memberikan makanan dan minuman pada korban tanpa disertai obat-obatan - akan dapat menurunkan angka kematian saat wabah sampai dua pertiganya. Situasi bencana nasional saat ini merupakan kesempatan khusus bagi gereja untuk melanjutkan tradisi tersebut. Mungkin pelayanan yang kita lakukan tampak tidak berarti bila dibandingkan dengan masifnya bencana. Namun, kita bisa belajar dari pelayanan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tergerak menyaksikan orang banyak yang telantar seperti kawanan domba tanpa gembala. Namun, Ia menjamah dan menyembuhkan orang satu per sat