Re: [JUG-Indonesia] [OOT] SOP dan pembagian kerja di software house

2010-02-19 Terurut Topik martinus j wahyudi
Klo di tempat saya, urusan database pake ERWIN Data Modeller, support cukup 
banyak RDBMS.
Disana bisa dipecah-pecah berdasarkan subject area, cuma ya ada kemudahan, ya 
ada harga.

Jadi biar ada 1000 tabel pun, bisa dikelompokkan berdasarkan subject area. 
Manfaatnya dapat semua:
- Dokumentasi database
- Reverse / Forward Engineering
- dan mendukung semua fitur database yang disupport.

Ini yang paling basic dulu sih, semua kembali pada kedisplinan dan toleransi 
yang mengerjakan proyek. Klo gak disiplin jg bakal susah implementasi semua SOP 
Kerja yang ada, dan kembali ke dunia primitif.

 Sincerely,
Martin





From: Niksen Harjanto milis.java.ko...@gmail.com
To: jug-indonesia@yahoogroups.com
Sent: Fri, 19 February, 2010 9:33:03
Subject: Re: [JUG-Indonesia] [OOT] SOP dan pembagian kerja di software house

  
Reverse engineer?
Diagram ERD di kantor saya juga ga dipake, bukan ga mau ngikutin
standar, tapi gmana cara bikin ERD untuk 35-40 database, tiap database
 100 tabel   50 view, tiap tabel/view kebanyakan  20 field?
Kita bikin desain tabel pake fasilitas diagram punya SQL Server 2000/2005.

Kalo saya dari sisi programmer keluarga DFD, ngeliat aplikasi itu
berdasarkan fitur dan data. Fitur yang user mau apa? Data yang mo
ditampilin apa? Data yang diinput apa? Nah dari situ baru bikin desain
fitur, desain database, dll dsb sampe terakhir coding. Kalo coding
dulu baru desain database terakhir ngikutin maunya program bakal lebih
ribet pengembangan kedepannya.

 Kalau sesuatu terdengar indah di kuliah, belum tentu applicable di
 real project.


  

Re: [JUG-Indonesia] HTML5, the end of Flash and JavaFX

2010-02-19 Terurut Topik martinus j wahyudi
satu lagi frans, aplikasi geoscience jg ga mungkin pindah ke web, pake applet 
aja masih ga cukup. Terutama urusan analisa data perminyakan.


hayoh, ada yg mulai nembak aplikasi beginian di indonesia?
Sincerely,
Martin





From: Frans Thamura fr...@meruvian.org
To: jug-indonesia@yahoogroups.com
Sent: Fri, 19 February, 2010 11:20:56
Subject: Re: [JUG-Indonesia] HTML5, the end of Flash and JavaFX

  
itu saya lihat nice market, value pake VM apa yah? 
 

 
2010/2/19 Niksen Harjanto milis.java.kodok@ gmail.com

Saya rasaa aplikasi desktop ga akan mati, trus diganti 100% pake web.
Ada beberapa aplikasi realtime yang butuh pake desktop ga bisa pake

web.
Salah satu contohnya aplikasi robotik  system control.
Semua saling melengkapi, ada 1 sisi desktop ga relevan, ada 1 sisi web
ga relevan. Makanya programmer harus bisa 2-2nya...



_,_._,___ 


  

[JUG-Indonesia] Forward request ke servlet beda server

2010-02-19 Terurut Topik Nashroulloh
Dear all,

biasanya kan bisa begini:
request.getRequestDispatcher(/submit).forward(request, response);

klo servletnya di server yg lain:
request.getRequestDispatcher(http://localhost:8080/myapp/submit;).forward(request,
 
response);
itu ga bisa.
klo pake sendRedirect, terexpose jdnya ini formnya.

server yg ke-2 hanya boleh diakses sever ke-1, jadi user submit request 
ke server-1 lalu diforward ke server-2 setelah ditambahin bbrp header.

Supaya bisa, bgmn ?
hasil googling sejauh ini perlu mod_rewrite[1] atau isapi rewrite[2]

semoga ada yg pernah mengalaminya n berkenan sharing.

regards,
Nasrul

[1] 
http://www.sematopia.com/2007/09/apache-forwarding-requests-to-another-server/
[2] http://www.isapirewrite.com/

-- 
Menikmati Hidup Mempersembahkan yang Terbaik
-Nashroulloh



Re: [JUG-Indonesia] [OOT] SOP dan pembagian kerja di software house

2010-02-19 Terurut Topik Andrian Kurniady
2010/2/19 Niksen Harjanto milis.java.ko...@gmail.com



  Ini adalah sesuatu yang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan.
  Yang namanya programmer, akan lebih memilih coding daripada bikin UML.
  Soalnya dia akan mikir, daripada bikin UML lama, akan lebih cepat
  kalau langsung dicoding.

 Maaf kalo saya bilang ini programmer belom pengalaman megang aplikasi
 besar. Programmer yang pengalaman, dia bakal desain dulu aplikasinya
 ntar kaya gmana, butuh apa aja (fitur2nya), ada modul apa aja,
 hubungan antar modul gmana, data yang dibutuhin apa aja, nampilin data
 apa aja, desain databasenya gmana, kemungkinan evolusi aplikasi ke
 depannya gmana, permasalahan umum lainnya apa, dsb. Setelah desain
 udah jadi, baru coding. Kalo programmer yang langsung maen coding aja
 tanpa bikin desain, jamin deh dimasa depan pas pengembangan aplikasi
 (tambah fitur, tambah modul, integrasi modul lain) pasti lebih
 kelimpungan daripada yang desainnya udah bagus.


Hmm.. saya tidak sepenuhnya setuju dengan yang ini. Di company tempat saya
sekarang aplikasi yang dibangun rata2 semuanya kompleks. Tapi di sini gak
terpaku pada design formal (ada diagram pun paling oret oret di kertas ato
gambar pake power point saja). System yang rumit2 aja docsnya gak perlu
sebanyak yang diminta dosen saya waktu jaman mata kuliah Software
Engineering.

Menurut saya kalo design yang sampai mendetail itu cocoknya kalau polanya
system architect mendesign untuk dijahit oleh programmer, maka perlu
design yang detail. Di tempat kami programmer semuanya tipe2 yang engineer,
jadi design sendiri, coding sendiri, kadang2 konsultasi dengan rekan2, jadi
design yang diperlukan cuma garis besarnya saja kira2 programnya mau dibuat
bagaimana, sisanya improvisasi dipikir sambil dicoding.

Maintenance hell? Nggak juga, menurut saya malah lebih agile dari yang
pakai SDLC tradisional - asalkan codingannya bagus dan kebaca, gak perlu
design doc yang njelimet koq.

Design database? Kalau buat saya sih baca ERD sama baca schema (dengan
asumsi schemanya rapi buatnya), gak banyak bedanya. Jadi perlu ERD kalau mau
dikomunikasikan dengan client, dokumentasi, etc. saja. Jangan malah jadi
beban karena merasa wajib buat diagram ini itu.

Jadi menurut saya, design kadang2 perlu, tapi nggak perlu yang extreme2 amat
kecuali kalau mau dideliver ke pihak luar.

 yup ini gw setuju, kuliah itu indah, dunia kerja itu nerakanya
  __._,_.__

Kalau yang ini saya setuju. Proses formal yang diajarin di kuliahan
biasanya beda dengan di dunia kerja. Perlu pengalaman dan improvisasi.

-Kurniady


Re: [JUG-Indonesia] Forward request ke servlet beda server

2010-02-19 Terurut Topik Endy Muhardin
2010/2/19 Nashroulloh naz...@gmail.com



 server yg ke-2 hanya boleh diakses sever ke-1, jadi user submit request
 ke server-1 lalu diforward ke server-2 setelah ditambahin bbrp header.

 Supaya bisa, bgmn ?
 hasil googling sejauh ini perlu mod_rewrite[1] atau isapi rewrite[2]


Setau saya yang ginian harus redirect, mau apapun bahasa pemrogramannya.
Tapi kalo server kedua mau disembunyikan dari user,
bisa dengan cara servlet di server 1 melakukan http request ke server 2.
Manual dengan URLConnection, buka Socket, atau pakai commons-httpclient.
Whatever hasilnya distreaming ke user.

--
Endy Muhardin
http://endy.artivisi.com
Y! : endymuhardin
-- life learn contribute --


Re: [JUG-Indonesia] [OOT] SOP dan pembagian kerja di software house

2010-02-19 Terurut Topik Endy Muhardin
2010/2/19 Niksen Harjanto milis.java.ko...@gmail.com

 Maaf kalo saya bilang ini programmer belom pengalaman megang aplikasi
 besar. Programmer yang pengalaman, dia bakal desain dulu aplikasinya
 ntar kaya gmana, butuh apa aja (fitur2nya), ada modul apa aja,
 hubungan antar modul gmana, data yang dibutuhin apa aja, nampilin data
 apa aja, desain databasenya gmana, kemungkinan evolusi aplikasi ke
 depannya gmana, permasalahan umum lainnya apa, dsb. Setelah desain
 udah jadi, baru coding. Kalo programmer yang langsung maen coding aja
 tanpa bikin desain, jamin deh dimasa depan pas pengembangan aplikasi
 (tambah fitur, tambah modul, integrasi modul lain) pasti lebih
 kelimpungan daripada yang desainnya udah bagus.


Perhatikan perbedaan antara *tidak melakukan desain* dan *tidak
membuat dokumen desain*.
Yang saya bilang di atas, saya tidak bikin UML, DFD, ERD, and whatever
dokumen desain yang orang lain biasa bikin.
Lalu apa saya tidak melakukan desain? Tidak juga.
Saat ini di ArtiVisi, yang biasanya mendesain aplikasi saya dan Martinus.
Gini cara kerjanya.

1. Analisa UI prototype (kami tidak membuat SRS, URS, atau whatever *RS)
2. Tentukan tabel dan relasi (biasanya pada tahap ini cuma nama tabel,
PK, dan FK)
Ini tidak pakai tools apa2, cukup kertas dan pulpen.
3. Jalankan test scenario untuk berbagai variasi use case menggunakan
sampel data sederhana,
lihat apakah semua use case, baik untuk saat ini ataupun ke depan,
sudah bisa terakomodasi oleh tabel dan relasi.
4. Revisi desain sesuai feedback dari step #3.
5. Repeat until done.
6. Setelah dirasa memuaskan, langsung coding domain class berikut
relasinya (@Entity, @ManyToOne, @OneToMany, dsb)
7. Commit, kemudian buang kertasnya, pulpennya jangan.

Lalu apa kami sama sekali tidak pernah bikin gambar skema pakai tools?
Pernah juga kadang2.
Biasanya Martinus suka minta pendapat saya, atau saya pengen review
skema yang dibikin Martinus.
Gimana caranya?
Generate dulu database pakai hbm2ddl, kemudian reverse engineer jadi
diagram pakai whatever tools yang tersedia.
Kalo gak ada tools, pakai ini aja
http://teethgrinder.co.uk/database-diagram/
Martinus kirim png ke saya.
Saya komentar, kalo ada revisi langsung edit domain model.
Regenerate png.

So, skema database itu dibuat secara reverse engineer, untuk keperluan
komunikasi.
Begitu selesai, ya dibuang aja itu gambarnya, toh kalo perlu bisa
dibikin lagi dengan mudah.
Kalo perlu, generate pakai Ant aja dan masukkan ke build process.

Inilah interpretasi kami terhadap prinsip the source code is the
documentation yang dianut Agile.

Kita tidak menganut pendekatan arsitek bikin gambar, programmer coding.
Soalnya software itu dinamis, kalau desainnya pakai dokumen rigid
semacam MS Word,
nanti capek maintainnya.
Kalo tiap nambah field, refactor nama tabel, add/remove relasi harus edit *doc,
jaminan gak bakal dikerjain.
Sudah jadi human nature males ngerjain gitu2an.

Jadi gini, dokumen itu ada untuk 2 purpose : komunikasi dan dokumentasi.
Komunikasi itu untuk ngobrol sama orang lain.
Dokumentasi itu untuk meringkas informasi biar gak harus ngetrace source code.

Yang untuk komunikasi, kita generate on demand.
Abis komunikasi selesai ya dibuang, gak dimaintain.

Yang untuk dokumentasi, dibikin belakangan, setelah semua coding selesai.
Kalo dibikin di depan, repot maintainnya, karena source code belum stabil.
Masih banyak refactoring.
Idealnya, setelah go live baru bikin dokumentasi.
Jadi gak banyak rework.
Tapi karena berhubungan dengan invoice, bisa juga dibuat pas UAT
dimana perubahan sudah tidak signifikan lagi.

Sekali lagi, gak bikin dokumen desain bukan berarti tidak melakukan desain.

Nah sekarang, yang pada bikin ERD, DFD, UML, saya mau tanya?
Kenapa Anda bikin diagram itu? Why?
Asal ada manfaatnya no problem.
Tapi kalo karena disuruh bos, di kuliah gitu, di buku dianjurkan
demikian, think again.
Apa gak sebaiknya masa remaja digunakan untuk hal2 yang lebih bermanfaat?
:D

--
Endy Muhardin
http://endy.artivisi.com
Y! : endymuhardin
-- life learn contribute --


Re: [JUG-Indonesia] [OOT] SOP dan pembagian kerja di software house

2010-02-19 Terurut Topik Endy Muhardin
2010/2/19 Endy Muhardin endy.muhar...@gmail.com:
 So, skema database itu dibuat secara reverse engineer, untuk keperluan
 komunikasi.
 Begitu selesai, ya dibuang aja itu gambarnya, toh kalo perlu bisa
 dibikin lagi dengan mudah.
 Kalo perlu, generate pakai Ant aja dan masukkan ke build process.


Akhirnya saya penasaran sendiri apa bisa diautomate, jadi saya google
dan dapat ini :
http://schemaspy.sourceforge.net/

Bisa tuh dari Ant/Maven :
ant generate-skema-db

-- 
Endy Muhardin
http://endy.artivisi.com
Y! : endymuhardin
-- life learn contribute --


Re: [JUG-Indonesia] [OOT] Berita duka dari Thomas Wiradikusuma

2010-02-19 Terurut Topik Thomas Wiradikusuma
Thanks semuanya, thanks Ifnu udah announce di milis. Maap lama ngasih  
kabarnya, baru buka imel lagi.


salam hangat,
Thomas Wiradikusuma
Twitter: http://www.twitter.com/wiradikusuma
Blog: http://www.jroller.com/wiradikusuma

On Feb 15, 2010, at 5:23 AM, Ifnu bima wrote:
 Dear All,
 Baru aja dapat berita duka dari Tomas, begini isi smsnya :




Re: [JUG-Indonesia] Forward request ke servlet beda server

2010-02-19 Terurut Topik Eko Kurniawan Khannedy
Pada 19 Februari 2010 22:21, Endy Muhardin endy.muhar...@gmail.commenulis:



 2010/2/19 Nashroulloh naz...@gmail.com nazrvl%40gmail.com

 
 
 
  server yg ke-2 hanya boleh diakses sever ke-1, jadi user submit request
  ke server-1 lalu diforward ke server-2 setelah ditambahin bbrp header.
 
  Supaya bisa, bgmn ?
  hasil googling sejauh ini perlu mod_rewrite[1] atau isapi rewrite[2]
 

 Setau saya yang ginian harus redirect, mau apapun bahasa pemrogramannya.
 Tapi kalo server kedua mau disembunyikan dari user,
 bisa dengan cara servlet di server 1 melakukan http request ke server 2.
 Manual dengan URLConnection, buka Socket, atau pakai commons-httpclient.
 Whatever hasilnya distreaming ke user.

 --


pake  REST aja, biar mudah... :D
menurut saya lho :D


Re: [JUG-Indonesia] JCheckBox in JTable

2010-02-19 Terurut Topik Martinus Ady H
Ifnu bima wrote:
 ada yang pernah bikin component JCheckBox di JTable.
 Misalkan ada 4 kolom. kolom 1 untuk text/string sedangkan untuk kolom 2-4 
 isinya checkbox.
 bagaimana caranya supaya jika salah satu checkbok di kolom di klik maka yang 
 lainnya tidak akan terpilih (kayak ButtonGroup) di dalam Baris yang sama.
 
 untuk kolom yang diampilin pake Jcheckbox tipenya boolean. Trus di
 table model method getColumnClass harus dioverride dan return
 Boolean.class untuk kolom tersebut.
 
 trus di method setValueAt letakkan logic untuk membuat semua value di
 colom itu jadi false kecuali kolom yang lagi true.
 
 
 --
 
 
 http://ifnu.artivisi.com
 +62 856 9211 8687
 regards
 
Neh penjelasan detail apa yg udah mas Ifnu jelasin[1] :)


[1] http://martinusadyh.web.id/2009/09/04/playing-with-jtable-and-jcheckbox/

-- 
Regards,

Martinus Ady H.
Registered Linux User #410906
Personal Blog   : http://martinusadyh.web.id/
Planet NetBeans ID  : http://planetnetbeans.org/id/index.html
Planet Slackware ID : http://planet.slackware-id.org/


Re: [JUG-Indonesia] Forward request ke servlet beda server

2010-02-19 Terurut Topik Andrian Kurniady
Pakai UrlConnection (http).

http://java.sun.com/j2se/1.5.0/docs/api/java/net/URLConnection.html

Yang pasti ini klo request per secondnya tinggi, gak efisien karena
threadnya bakal wait sampe server2 responsenya kelar.

-Kurniady

2010/2/19 Nashroulloh naz...@gmail.com



 Dear all,

 biasanya kan bisa begini:
 request.getRequestDispatcher(/submit).forward(request, response);

 klo servletnya di server yg lain:
 request.getRequestDispatcher(http://localhost:8080/myapp/submit;).forward(request,

 response);
 itu ga bisa.
 klo pake sendRedirect, terexpose jdnya ini formnya.

 server yg ke-2 hanya boleh diakses sever ke-1, jadi user submit request
 ke server-1 lalu diforward ke server-2 setelah ditambahin bbrp header.

 Supaya bisa, bgmn ?
 hasil googling sejauh ini perlu mod_rewrite[1] atau isapi rewrite[2]

 semoga ada yg pernah mengalaminya n berkenan sharing.

 regards,
 Nasrul

 [1]

 http://www.sematopia.com/2007/09/apache-forwarding-requests-to-another-server/
 [2] http://www.isapirewrite.com/

 --
 Menikmati Hidup Mempersembahkan yang Terbaik
 -Nashroulloh

  



Re: [JUG-Indonesia] HTML5, the end of Flash and JavaFX

2010-02-19 Terurut Topik Hadikusuma Wahab
Kalo aplikasi geoscience sudah mulai ke arah web, coba lihat ESRI
dengan api flex / silverlight nya yang makin lama makin mature. Saya
rasa masih terlalu dini utk mengatakan HTML5 is the end of flash and
javaFX. Yg jelas saat problemnya browser2 lama tidak support html 5,
dibandingkan teknologi addin yg bs jalan di hampir semua browser.
We'll see what will happen in the future.

On 2/19/10, martinus j wahyudi joshua_del...@yahoo.co.uk wrote:
 satu lagi frans, aplikasi geoscience jg ga mungkin pindah ke web, pake
 applet aja masih ga cukup. Terutama urusan analisa data perminyakan.


 hayoh, ada yg mulai nembak aplikasi beginian di indonesia?
 Sincerely,
 Martin




 
 From: Frans Thamura fr...@meruvian.org
 To: jug-indonesia@yahoogroups.com
 Sent: Fri, 19 February, 2010 11:20:56
 Subject: Re: [JUG-Indonesia] HTML5, the end of Flash and JavaFX


 itu saya lihat nice market, value pake VM apa yah?



 2010/2/19 Niksen Harjanto milis.java.kodok@ gmail.com

 Saya rasaa aplikasi desktop ga akan mati, trus diganti 100% pake web.
Ada beberapa aplikasi realtime yang butuh pake desktop ga bisa pake

web.
Salah satu contohnya aplikasi robotik  system control.
Semua saling melengkapi, ada 1 sisi desktop ga relevan, ada 1 sisi web
ga relevan. Makanya programmer harus bisa 2-2nya...



 _,_._,___





-- 
Regards,

Hadikusuma W.  -- Dhiku
YM: hadikusumawahab

http://dhiku.wordpress.com


Re: [JUG-Indonesia] [OOT] SOP dan pembagian kerja di software house

2010-02-19 Terurut Topik Yudhi Karunia Surtan

 Ini adalah sesuatu yang mudah diucapkan tapi sulit dilakukan.
 Yang namanya programmer, akan lebih memilih coding daripada bikin UML.
 Soalnya dia akan mikir, daripada bikin UML lama, akan lebih cepat
 kalau langsung dicoding.

 Yg ini bener banget neh.. kebanyakan kerjaan gw cuciin piring orang laen,
jadi mana ada dokumentasi UML,ERD atau apapun juga.. Kalo gw milih
dokumentasiin itu semua, bisa ga kelar-kelar kerjaan dan kehilangan
pekerjaan gw.

Kalo menurut gw seh daripada pusing ngurusin UML dan segala macemnya itu
lebih bagus belajar design pattern dulu dah. Buat make library dan
mempelajari framework yang baru itu gampang, yg susah itu nerapin design
pattern yang bagus buat applikasi kita. Kalo udah capek-capek bikin UML tapi
design pattern nya ga diterapin juga pasti di jamin dalam pengembangan
applikasinya nanti itu kelimpungan juga.

yah kayanya emang UML lebih cocok untuk menjadi alat komunikasi antar
programmer aja deh.. :D
Gw bayangin presentasiin itu uml ke client gw :D
Bisa di ketawain + di goblok-goblokin + di keluarin Undang-undang garuda
tuh..
Mana mo tau mereka urusan begituan.. Client butuh solusi bukan gambar-gambar
gituan..




Regards,

Yudhi Karunia Surtan
--
http://yudhikarunia.wordpress.com
http://www.google.com/profiles/BrainMaster716.