Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab

2007-02-12 Terurut Topik Ananto

ups..
saskia mecca? tempo hari undangannya nyampe ga? soale nyari2 alamat ente
kaga ketemu... :))

salam,
ananto (mewakili syahrul gunawan)


On 2/12/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote:


   Wakakak.

Eroh..eroh kamu kan tau saya lagi sibuk beres2 panci sama baskom yang
kebanjiran jadi belum bisa di bales emailnya.
Bukannya ga cinta tapi untung ada kang ananto yang sudah mewakili senyum
manis saya.

Soal jilbab kayanya kalo di ceritain ga pendek ga panjang tapi yang jelas
sih segala sesuatu selain dari niat juga dari hidayah
Eroh sekarang julukan saya bukan Jihan Fahira lagi tapi sudah jadi Saskia
Adya Mecca..he..he..
ada yang mau minta tanda tangannya..ngantri yah.

salam

- Original Message -
*From:* humaeroh [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Sent:* Monday, February 12, 2007 10:03 AM
*Subject:* Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab



Eh jeng Titin...pie kabare jeng,? kamana wae?
ayo dong cerita2 gimana pengalamannya pake jilbab, hayo di share di sini
siapa tau bisa jadi inspirasi buat yang lain...

eh sobat2 KI sekedar bocoran nih,,,
jeng Titin ini senyumnya manis loh trus ramah lagi...hihihi

Salam



- Original Message - *From:* SPSI K1 [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Sent:* Tuesday, February 06, 2007 2:23 PM
*Subject:* Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab


Aduh ngomongin jilbab ga ada abisnya yah..? saya jadi bingung di warung K1
kaum hawanya kok ga ada yang nanggapi atau milis ini memang milisnya kaum
adam aja?
padahal kalo soal jilbab seharusnya perempuan yang lebih aktif karena yang
menjadi Objek.nanti pembahasannya jadi seru dan nambah rame.

sok mangga di lanjut ..bari jeung bababanjiran oge.
 banjir deui..banjir deui.

Salam
Titin


- Original Message -
*From:* Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED]
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Sent:* Tuesday, February 06, 2007 1:33 PM
*Subject:* RE: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab



KUNCI-nya hanya satu...

SAMIKNA WAATOKNA...kami dengar  kami ta'at..Itu saja...SELESAI...

Salam JIHAD
AL-Pacitan


-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com]*On Behalf Of *Radiansyah
*Sent:* 02 Februari 2007 11:16
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab

   Kang, yang namanya syariat itu  tetap syariat sampai kapanpun juga .
Karena syariat agama ini telah sempurna. Nabi saja tidak bisa merubah
syariat dari Allah  apalagi hanya seorang ulama.

Ini menurutku yg masih awam dalam beragama.

Wassalam

-Original Message-
*From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
s.com] *On Behalf Of *Ananto
*Sent:* Friday, February 02, 2007 10:30 AM
*To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
*Subject:* Re: [keluarga-islam] Re: jilbab

  waktu saya ngaji, ustadz saya bilang begini tentang turunnya ayat itu...

 pada jaman kanjeng nabi kan belum ada BH, jadi (maaf) yang namanya
payudara itu kelihatan banget (maaf lagi) puting dan tonjolannya yang
njendul - njendul... sehingga mengundang laki2 arab yg sangat suka makan
kambing sehingga berdarah agak panas... dikit aja langsung nyetrum...

 nah, kasus jaman nabi itu sekarang sudah diatasi dengan adanya BH untuk
mengikat sehingga tidak njendul2

 salam,

ananto

  On 2/2/07, *banganut* [EMAIL PROTECTED] wrote:

Pada waktu ayat tersebut turun, para mukminat langsung pulang, lalu
mereka ambil kain yang ada sampai mereka sobek, setelah itu mereka
kembali ke masjid. Apakah sikap para mukminat pada waktu itu berlebihan
? ataukah sikap bersegera alam ketaatan terhadap perintah Allah ?

wassalam

anut

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
Ananto  [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 ya status wajib itu yg berlebihan... karena jika sudah menjadi
wajib,
 maka mutlak dan harus dilaksanakan... jika tidak maka akan berdosa...

 coba anda pikir, jika wanita tidak berjilbab, maka sehari harinya akan
 dilumuri dengan dosa... itu yang saya maksud...

 btw, jangan disandingkan antara jilbab dan baju seksi yg mengundang
yak...
 kalau yang mengundang jelas masuk keranjang... yg saya bicarakan
disini
 adalah baju yang masih dalam batas2 etika di suatu tempat atau
daerah...

 salam,
 ananto


 On 2/2/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  mas anto,,, berlebihan maksudnya apa??
 
 
  - Original Message -
  *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED]
  *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
keluarga-islam%40yahoogroups.com
  *Sent:* Thursday, February 01, 2007 4:16 PM
  *Subject:* Re: [keluarga-islam] Re: jilbab
 
 
 
  sudah tahu kan jika statusnya wajib? maka, jika itu wajib berarti yg
  tidak berjilbab akan berdosa... seperti halnya hukum sholat lima
waktu...
  begitukah?
 
  apakah tidak terlalu berlebihan?
 
  salam,
  ananto
 
 

  On 2/1/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   wajib
  
   wassalam
  
   anut
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com, 
Ananto

[keluarga-islam] Celebrating Valentine,s Day

2007-02-12 Terurut Topik ***hajikhan***
  
  
   

   
  



[keluarga-islam] Kabar dari New York..

2007-02-12 Terurut Topik Ahmadi Agung
Oleh: M. Syamsi Ali *) 

Penulis ( M. Syamsi Ali ) adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New 
York. Syamsi adalah penulis rubrik Kabar Dari New York

Sekitar dua bulan lalu, saya didatangi oleh seorang anak muda dengan perawakan 
gemuk dan berjanggut tipis yang hampir tidak terurus. Mungkin karena kondisi 
fisiknya yang gemuk, atau karena memang baru saja masuk ke Islamic Center 
setelah berjalan kaki cukup jauh, sang pemuda itu nampak berkeringat. Nampak 
sedikit kaku, bimbang, tapi berusaha melempar senyum.

Sambil menyodorkan jabatan tangan, anak muda ini memperkenalkan diri sebagai 
Emanuel. Tentu dengan ramah kusambut jabatan itu sambil memperkenalkan diri. 
Dia sepertinya ingin menenangkan diri sehingga berusaha untuk lebih confident 
dalam ekspresi wajahnya. Tapi saya menangkap seolah ada sebuah kekhawatiran di 
benaknya. Ternyata memang betul. Ketika saya tanyakan hal itu, dia menjawab: 
This is my first time to a Mosque and I am worried how to behave in an 
appropriate mannerĂ¢. 

Emanul, feel at home! Mosque is the most public place on earth. Every body is 
welcome regardless their status, including their religious affiliation,  jawab 
saya menenangkan. Saya pun memulai bertanya, kenapa tertarik untuk datang ke 
mesjid? Dia menjawab: I am a Graduate from Cornell University, Upstate New 
York, and still remember my class on Middle Eastern Studies. 

Saya tanyakan: What did you study? Dia menjawab bahwa dia sebenarnya belajar 
Islam. Bahkan menurutnya, dia sendiri sejak belajar di Cornell itu diam-diam 
sudah membaca Al-Quran, dan hingga saat ini masih terus. Menurutnya lagi the 
more I read the Quran, the more I feel being attracted to read more Bahkan, 
menurut dia, Al-Quran itu memberikan peace in mind. I used to read it even 
before sleeping,  lanjutnya.

Tanpa bertanya panjang lebar, saya mulai menjelaskan Islam seperti biasanya. 
Cuma menghadapi seseorang seperti Emanuel ini memerlukan pendekatan yang 
sedikit rasional dan ilmiyah. Rupanya tanpa saya sadari dari namanya, dalam 
benak saya ketika itu Emanuel adalah seorang  Kristen atau Katolik. Karena 
memang mayoritas mereka yang datang belajar Islam adalah Kristen atau Katolik. 
Maka penjelasan-penjelas an saya kepadanya banyak menekankan mengenai kedudukan 
Isa dan ibunya dalam Islam.

Setelah sekitar setengah jam menjelaskan Islam, baru saya bertanya, What is 
your back ground? I mean, your religion. Dia dengan sedikit tersenyum 
mengatakan, I am a Jewish, but originally from Puerto Rico.  Saya hampir 
menyesal dengan penjelasan-penjelas an panjang lebar mengenai Isa dan ibunya, 
padahal kaum Yahudi tidak percaya kepada ketuhanan Isa, bahkan tidak 
mempercayai Isa sebagai Nabi.

I am sorry,  saya sampaikan. I think you were completely disconnected from 
my talk, since you dont believe in Jesus at Allah.  Dengan sopan Emanuel 
menjawab: It's fine. I love to learn and I enjoyed your talk. 

Tiba-tiba saja Emanuel menyela: I am actually willing to embrace Islam. But I 
don't  know what to do. Saya segera menjawab: to convert to Islam is very 
easy. Probably the most difficult part of that, is to make sure that you are 
really convinced that Islam is the truth and the right way to follow. 

Dia dengan mantap menjawab: I am very much sure about that, but I have 
something to ask before doing it. Saya tanya: What is that?. Dia bilang: I am 
an actor. I used to perform live show in different places here in the City. Can 
I still be an actor after becoming a Muslim?

O yes, sure!, jawab saya tegas. What you need to do after becoming a Muslim 
is learning some Islamic regulations concerning the arts. Islam is a practical 
religion and it provides clear guidance on what to do and not to do. Mendengar 
jawaban saya itu, Emanuel sepertinya sangat puas dan senang.

Menjelang azan shalat Zhuhur saya minta seseorang untuk mengajarkan wudhu. 
Setelah berwudhu kembali saya ajarkan beberapa hal, termasuk kalimah syahadah 
yang sebentar lagi akan diucapkan di hadapan jamaah shalat Zhuhur. Saya juga 
mengajarkan cara shalat secara ringkas, hingga azan berkumandang. Nampak 
Emanuel khusyu' mendengarkan azan pertama kali siang itu.

Menjelang shalat dimulai saya ajak Emanuel ke depan jamaah  dan menuntungnya: 
Asy-hadu al laa ilaaha illa Allah, wa asy-hadu anna Muhammadan Rasul Allah. 
Dengan khusyu'  Emanuel mengikuti saya mengucapkan Kalimah itu, disusul pekik 
takbir para jamaah  yang hadir. Iqamah untuk shalat dikumandangkan, dan Emanuel 
melakukan shalat pertama kalinya.

Semoga Allah menguatkan iman dan Islamnya saudara kita, Emanuael Fihmen!

New York, 8 Pebruari 2007

 

Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah 
penulis rubrik Kabar Dari New York

-- 
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by MailScanner, and is
believed to be clean.



[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 25 Muharram 1428H

2007-02-12 Terurut Topik Ananto

Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allaah, The Most Gracious, The Most Kind
 Allahumma innii dho'iifun faqauwwinii wa inniidzalliilun faa'izzanii wa
innii faqiirun fa aghninii yaa arhamarraahimiin.

Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah, maka kuatkanlah aku dan aku ini hina
maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha
Pengasih.


Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-12 Terurut Topik Raflis amin
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud 
terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan 
ALLAH SWT ???

Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:Terhormat Meski Tanpa Jilbab 
Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab 
lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. 
 
  Profil, Maret 2005
  TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun 
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, 
sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. 
Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa 
menahan linangan air mata. Nana menangis. 

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's 
Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah 
mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, 
hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan 
langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. 

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana 
belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah 
sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia 
lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. 
Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah 
melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase 
diiringi tangisan. 

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia 
kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu 
kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak 
terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, 
ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. 

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, 
tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang 
sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi 
ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi 
agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, 
hanya karena diberi bantuan, ujarnya. 


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 
lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya 
Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter 
teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. 

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) 
yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan 
HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi 
informasi tragedi tsunami secara intensif. 

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas 
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal 
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. 

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya 
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang 
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy 
Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak 
terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. 

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab 
sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban 
tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana 
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau 
melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di 
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, 
Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana 
dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah 
magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai 
saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar 
setelah magrib. 

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan 
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa 
itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan 
mempengaruhi perilaku, ujarnya. 

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. 
Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), 
program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga menolak karena harus 
melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16 tahun tinggal di keluarga 
asuh. Sempat 

Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab

2007-02-12 Terurut Topik Ananto

hehehe...
nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :))

sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas:
wallahu a'lam... :)

salam,
ananto


On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang
dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana
dengan pandangan ALLAH SWT ???

*Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote:

 Terhormat Meski Tanpa Jilbab  *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang
jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala.
*

*Profil, *Maret 2005
TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun
MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat
Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember
lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak
kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis.

Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow
Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya
telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena
keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via
telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua.

Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh,
Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru
setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan
kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun
terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana
mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah
Nana melakukan reportase diiringi tangisan.

Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden
dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar
isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana
tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar
Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu.

Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada
komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang
gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang
kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih
sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu
berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya.


LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari
2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI
Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan
presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis.

Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional
(HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih
penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan
pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif.

Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas
Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal
Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab.

Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya
hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang
dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata
Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan
terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak
tertangani.

Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa
Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik
dan korban tsunami di Aceh.


WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana
kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul,
kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah
Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas,
Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin
ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah.
Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu
ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan,
Nana baru boleh keluar setelah magrib.

Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan
pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya
rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan
mempengaruhi perilaku, ujarnya.

Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa
ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America
Field Service), program pertukaran 

[keluarga-islam] QS. Al-Baqarah: 78

2007-02-12 Terurut Topik Ananto

*QS. Al-Baqarah: 78*
*Oleh : Abdullah Ubaid Matraji*
**
**
*Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab
(Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. *QS
Al-Baqarah: 78

Ayat ini sebenarnya salah satu bagian dari sekumpulan ayat dalam surat
al-Baqarah yang mengisahkan tentang keadaan umat Nabi Musa dulu yang munafik
dan bodoh terhadap ajaran mulia yang dibawa oleh salah satu Nabi dan Rasul
ini. Mereka telah melakukan kebohongan dengan merubah ajaran Nabi Musa
sesuai dengan kehendak hatinya. Mereka juga pura-pura beriman padahal hendak
memperolok-olok Nabi Musa dan menghancurkannya.

Lalu ditambahkan dalam ayat ini bahwa mereka itu pada dasarnya tidak
mengetahui makna kandungan dari kitab suci yang dibawa Nabi Musa yaitu
Taurat. Yang mereka ketahui dari Taurat itu hanyalah dongeng-dongeng bohong
belaka dan dugaan-dugaan mereka yang tanpa dasar.

Keadaan ini, kalau kita mau jujur sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan
umat Islam sekarang. Sebagian dari kita tidak mengetahui kandungan
al-Qur'an. Sebagian kita hanya bisa membaca lafadznya, tanpa tahu maknanya.
Sebagian kita bahkan tidak mampu membaca al-Qur'an yang berbahasa Arab
dengan tajwidnya atau hanya mencukupkan dengan terjemahnya saja. Lebih parah
lagi terjemahannya saja enggan kita baca.

Kesimpulannya, sebagian dari kita jauh dari al-Qur'an yang menjadi pelita
bagi kehidupan. Kita mengaku umat Nabi Muhammad namun tidak tahu menahu
sumber ajaran yang dibawanya. Hanya mau mendengarkan tapi tidak bersedia
mempelajari lebih dalam tentang ajaran-ajaran itu. Tahu kulit tapi buta
terhadap isi.

Sudahkah kita membaca al-Qur'an dan mempelajari isinya? Tahukah kita makna
shalat yang sesungguhnya? Apakah benar-benar kita sudah bertauhid dalam
kehidupan kita? Apakah dalam setiap ibadah kita sesuai dengan spirit yang
diajarkan Rasulullah?

Pertanyaan-pertanyaan ini harus kita pertanyakan dalam diri kita
masing-masing setiap hari, setiap saat, setiap helaan nafas. Tanpa henti. []


[keluarga-islam] TAKDIR?

2007-02-12 Terurut Topik s.mono
TAKDIR
Setelah Perang Shiffin, seseorang bertanya kepada Imam Ali apakah 
perang melawan orang-orang Syiria merupakan takdir bagi mereka. Imam 
Ali menjawab :
Jika yang engkau maksud dengan takdir adalah paksaan (fisik atau 
lainnya) sehingga kita dipaksa (oleh kekuatan alam natural) untuk 
berbuat sesuatu, maka takdir tidaklah demikian. Seandainya takdir 
adalah pemaksaan seperti itu, maka tak ada pahala bagi orang yang 
melakukan itu dan tak ada hukuman bagi orang yang tidak melakukan 
itu (ketika engkau mendapat paksaan fisik untuk berbuat sesuatu, 
seperti bernapas, tidur, makan, minum, dst, maka tak ada pahala bagi 
yang melakukannya dan tak ada hukuman bagi yang tidak melakukannya. 
Bila situasinya seperti itu, maka kalau engkau berbuat sesuatu dan 
kalau tidak tidak dapat berbuat sesuatu, itu karena tekanan fisik 
alam), sehingga kebahagiaan dan siksaan yang dijanjikan akan 
diberikan di akhirat jadi tak ada maknanya.
Tuhan Maha Pemurah telah memberi makhluk-makhluk-Nya (seperti 
manusia) kemerdekaan untuk melakukan apa yang mereka kehendaki, dan 
kemudian melarang mereka melakukan melakukan perbuatan-perbuatan 
tertentu, dan mengingatkan mereka tentang konsekuensi-konsekuensi 
perbuatan-perbuatan seperti itu (murka-Nya dan hukuman-Nya).
Sistem (perintah) Allah ini tidak akan menyulitkan, malah menuntun 
kita untuk menjalani kehidupan dengan nyaman, sementara pahala yang 
Dia janjikan untuk amal salih berlipat-lipat lebih banyak daripada 
yang sesungguhnya diterima amal salih. Allah melihat manusia durhaka 
kepada-Nya, namun Dia sudi memberinya kesempatan, bukan karena Dia 
bisa ditekan atau dikendalikan untuk menerima supremasi manusia atas 
Dia. Dia tidak mengutus para nabi-Nya untuk menyenangkan diri-Nya 
sendiri atau untuk memberikan kesenangan bagi mereka. Dia tidak 
menurunkanperintah-perintah-Nya tanpa alas an yang benar, atau Dia 
tidak menciptakan galaksi-galaksi dan bumi tanpa adanya tujuan. Alam 
semesta yang eksis tanpa direncanakan, tanpa adanya tujuan dan 
program, itu adalah pikiran kaum kafir dan musyrik, penyesalan dan 
kesedihan akan merundung mereka saat mereka berada di tengah ledakan 
dan kobaran api neraka.
Mendengar kata-kata Imam Ali ini, orang itu bertanya kepada Imam 
Ali, Lantas seperti apa takdir kita itu? Imam Ali menjawab :
Itu adalah perintah Allah untuk melakukan sesuatu seperti perintah 
yang Dia berikan dalam kitab suci-Nya: Engkau ditakdirkan oleh Allah 
untuk hanya menyembah dan beribadah kepada-Nya, disini `ditakdirkan' 
mengandung arti `diperintah', artinya bukan tekanan atau pemaksaan 
fisik.
(Nahjul Balaghah, jil.II, Sayid Syarif Radhi,hal.331-332)
=
assalamualaikum wr. wb.

teman2, mohon berbagi pengetahuan tentang takdir.
saya belum  memahami maksud/makna tulisan diatas.

salam,
mono-bdg