Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab
ups.. saskia mecca? tempo hari undangannya nyampe ga? soale nyari2 alamat ente kaga ketemu... :)) salam, ananto (mewakili syahrul gunawan) On 2/12/07, SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] wrote: Wakakak. Eroh..eroh kamu kan tau saya lagi sibuk beres2 panci sama baskom yang kebanjiran jadi belum bisa di bales emailnya. Bukannya ga cinta tapi untung ada kang ananto yang sudah mewakili senyum manis saya. Soal jilbab kayanya kalo di ceritain ga pendek ga panjang tapi yang jelas sih segala sesuatu selain dari niat juga dari hidayah Eroh sekarang julukan saya bukan Jihan Fahira lagi tapi sudah jadi Saskia Adya Mecca..he..he.. ada yang mau minta tanda tangannya..ngantri yah. salam - Original Message - *From:* humaeroh [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Monday, February 12, 2007 10:03 AM *Subject:* Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab Eh jeng Titin...pie kabare jeng,? kamana wae? ayo dong cerita2 gimana pengalamannya pake jilbab, hayo di share di sini siapa tau bisa jadi inspirasi buat yang lain... eh sobat2 KI sekedar bocoran nih,,, jeng Titin ini senyumnya manis loh trus ramah lagi...hihihi Salam - Original Message - *From:* SPSI K1 [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Tuesday, February 06, 2007 2:23 PM *Subject:* Re: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab Aduh ngomongin jilbab ga ada abisnya yah..? saya jadi bingung di warung K1 kaum hawanya kok ga ada yang nanggapi atau milis ini memang milisnya kaum adam aja? padahal kalo soal jilbab seharusnya perempuan yang lebih aktif karena yang menjadi Objek.nanti pembahasannya jadi seru dan nambah rame. sok mangga di lanjut ..bari jeung bababanjiran oge. banjir deui..banjir deui. Salam Titin - Original Message - *From:* Ahmadi Agung [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Sent:* Tuesday, February 06, 2007 1:33 PM *Subject:* RE: {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab KUNCI-nya hanya satu... SAMIKNA WAATOKNA...kami dengar kami ta'at..Itu saja...SELESAI... Salam JIHAD AL-Pacitan -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com]*On Behalf Of *Radiansyah *Sent:* 02 Februari 2007 11:16 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* {Disarmed} RE: [keluarga-islam] Re: jilbab Kang, yang namanya syariat itu tetap syariat sampai kapanpun juga . Karena syariat agama ini telah sempurna. Nabi saja tidak bisa merubah syariat dari Allah apalagi hanya seorang ulama. Ini menurutku yg masih awam dalam beragama. Wassalam -Original Message- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] s.com] *On Behalf Of *Ananto *Sent:* Friday, February 02, 2007 10:30 AM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Re: jilbab waktu saya ngaji, ustadz saya bilang begini tentang turunnya ayat itu... pada jaman kanjeng nabi kan belum ada BH, jadi (maaf) yang namanya payudara itu kelihatan banget (maaf lagi) puting dan tonjolannya yang njendul - njendul... sehingga mengundang laki2 arab yg sangat suka makan kambing sehingga berdarah agak panas... dikit aja langsung nyetrum... nah, kasus jaman nabi itu sekarang sudah diatasi dengan adanya BH untuk mengikat sehingga tidak njendul2 salam, ananto On 2/2/07, *banganut* [EMAIL PROTECTED] wrote: Pada waktu ayat tersebut turun, para mukminat langsung pulang, lalu mereka ambil kain yang ada sampai mereka sobek, setelah itu mereka kembali ke masjid. Apakah sikap para mukminat pada waktu itu berlebihan ? ataukah sikap bersegera alam ketaatan terhadap perintah Allah ? wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: ya status wajib itu yg berlebihan... karena jika sudah menjadi wajib, maka mutlak dan harus dilaksanakan... jika tidak maka akan berdosa... coba anda pikir, jika wanita tidak berjilbab, maka sehari harinya akan dilumuri dengan dosa... itu yang saya maksud... btw, jangan disandingkan antara jilbab dan baju seksi yg mengundang yak... kalau yang mengundang jelas masuk keranjang... yg saya bicarakan disini adalah baju yang masih dalam batas2 etika di suatu tempat atau daerah... salam, ananto On 2/2/07, humaeroh [EMAIL PROTECTED] wrote: mas anto,,, berlebihan maksudnya apa?? - Original Message - *From:* Ananto [EMAIL PROTECTED] *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com *Sent:* Thursday, February 01, 2007 4:16 PM *Subject:* Re: [keluarga-islam] Re: jilbab sudah tahu kan jika statusnya wajib? maka, jika itu wajib berarti yg tidak berjilbab akan berdosa... seperti halnya hukum sholat lima waktu... begitukah? apakah tidak terlalu berlebihan? salam, ananto On 2/1/07, banganut [EMAIL PROTECTED] wrote: wajib wassalam anut --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto
[keluarga-islam] Celebrating Valentine,s Day
[keluarga-islam] Kabar dari New York..
Oleh: M. Syamsi Ali *) Penulis ( M. Syamsi Ali ) adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik Kabar Dari New York Sekitar dua bulan lalu, saya didatangi oleh seorang anak muda dengan perawakan gemuk dan berjanggut tipis yang hampir tidak terurus. Mungkin karena kondisi fisiknya yang gemuk, atau karena memang baru saja masuk ke Islamic Center setelah berjalan kaki cukup jauh, sang pemuda itu nampak berkeringat. Nampak sedikit kaku, bimbang, tapi berusaha melempar senyum. Sambil menyodorkan jabatan tangan, anak muda ini memperkenalkan diri sebagai Emanuel. Tentu dengan ramah kusambut jabatan itu sambil memperkenalkan diri. Dia sepertinya ingin menenangkan diri sehingga berusaha untuk lebih confident dalam ekspresi wajahnya. Tapi saya menangkap seolah ada sebuah kekhawatiran di benaknya. Ternyata memang betul. Ketika saya tanyakan hal itu, dia menjawab: This is my first time to a Mosque and I am worried how to behave in an appropriate mannerĂ¢. Emanul, feel at home! Mosque is the most public place on earth. Every body is welcome regardless their status, including their religious affiliation, jawab saya menenangkan. Saya pun memulai bertanya, kenapa tertarik untuk datang ke mesjid? Dia menjawab: I am a Graduate from Cornell University, Upstate New York, and still remember my class on Middle Eastern Studies. Saya tanyakan: What did you study? Dia menjawab bahwa dia sebenarnya belajar Islam. Bahkan menurutnya, dia sendiri sejak belajar di Cornell itu diam-diam sudah membaca Al-Quran, dan hingga saat ini masih terus. Menurutnya lagi the more I read the Quran, the more I feel being attracted to read more Bahkan, menurut dia, Al-Quran itu memberikan peace in mind. I used to read it even before sleeping, lanjutnya. Tanpa bertanya panjang lebar, saya mulai menjelaskan Islam seperti biasanya. Cuma menghadapi seseorang seperti Emanuel ini memerlukan pendekatan yang sedikit rasional dan ilmiyah. Rupanya tanpa saya sadari dari namanya, dalam benak saya ketika itu Emanuel adalah seorang Kristen atau Katolik. Karena memang mayoritas mereka yang datang belajar Islam adalah Kristen atau Katolik. Maka penjelasan-penjelas an saya kepadanya banyak menekankan mengenai kedudukan Isa dan ibunya dalam Islam. Setelah sekitar setengah jam menjelaskan Islam, baru saya bertanya, What is your back ground? I mean, your religion. Dia dengan sedikit tersenyum mengatakan, I am a Jewish, but originally from Puerto Rico. Saya hampir menyesal dengan penjelasan-penjelas an panjang lebar mengenai Isa dan ibunya, padahal kaum Yahudi tidak percaya kepada ketuhanan Isa, bahkan tidak mempercayai Isa sebagai Nabi. I am sorry, saya sampaikan. I think you were completely disconnected from my talk, since you dont believe in Jesus at Allah. Dengan sopan Emanuel menjawab: It's fine. I love to learn and I enjoyed your talk. Tiba-tiba saja Emanuel menyela: I am actually willing to embrace Islam. But I don't know what to do. Saya segera menjawab: to convert to Islam is very easy. Probably the most difficult part of that, is to make sure that you are really convinced that Islam is the truth and the right way to follow. Dia dengan mantap menjawab: I am very much sure about that, but I have something to ask before doing it. Saya tanya: What is that?. Dia bilang: I am an actor. I used to perform live show in different places here in the City. Can I still be an actor after becoming a Muslim? O yes, sure!, jawab saya tegas. What you need to do after becoming a Muslim is learning some Islamic regulations concerning the arts. Islam is a practical religion and it provides clear guidance on what to do and not to do. Mendengar jawaban saya itu, Emanuel sepertinya sangat puas dan senang. Menjelang azan shalat Zhuhur saya minta seseorang untuk mengajarkan wudhu. Setelah berwudhu kembali saya ajarkan beberapa hal, termasuk kalimah syahadah yang sebentar lagi akan diucapkan di hadapan jamaah shalat Zhuhur. Saya juga mengajarkan cara shalat secara ringkas, hingga azan berkumandang. Nampak Emanuel khusyu' mendengarkan azan pertama kali siang itu. Menjelang shalat dimulai saya ajak Emanuel ke depan jamaah dan menuntungnya: Asy-hadu al laa ilaaha illa Allah, wa asy-hadu anna Muhammadan Rasul Allah. Dengan khusyu' Emanuel mengikuti saya mengucapkan Kalimah itu, disusul pekik takbir para jamaah yang hadir. Iqamah untuk shalat dikumandangkan, dan Emanuel melakukan shalat pertama kalinya. Semoga Allah menguatkan iman dan Islamnya saudara kita, Emanuael Fihmen! New York, 8 Pebruari 2007 Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik Kabar Dari New York -- This message has been scanned for viruses and dangerous content by MailScanner, and is believed to be clean.
[keluarga-islam] (Do'a of the Day) 25 Muharram 1428H
Bismillah irRahman irRaheem In the Name of Allaah, The Most Gracious, The Most Kind Allahumma innii dho'iifun faqauwwinii wa inniidzalliilun faa'izzanii wa innii faqiirun fa aghninii yaa arhamarraahimiin. Ya Allah sesungguhnya aku ini lemah, maka kuatkanlah aku dan aku ini hina maka muliakanlah aku dan aku fakir maka kayakanlah aku wahai Dzat yang maha Pengasih.
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:Terhormat Meski Tanpa Jilbab Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. Profil, Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), program pertukaran pelajar ke Amerika. Sempat keluarga menolak karena harus melepas selama setahun anak cewek yang baru usia 16 tahun tinggal di keluarga asuh. Sempat
Re: [keluarga-islam] Terhormat Meski Tanpa Jilbab
hehehe... nyantai aja bos... beda menafsirkan aja koq.. :)) sampeyan menanyakan bagaimana pandangan gusti allah? jawabannya jelas: wallahu a'lam... :) salam, ananto On 2/13/07, Raflis amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Ah memang manusia ini paling pintar untuk berdalih. Mungkin yang dimaksud terhormat disini adalah dari pandangan manusia. Tapi bagaimana dengan pandangan ALLAH SWT ??? *Ananto [EMAIL PROTECTED]* wrote: Terhormat Meski Tanpa Jilbab *Najwa Shihab punya prinsip sendiri tentang jilbab. Bagi dia, hati berjibab lebih baik daripada sekadar jilbab kepala. * *Profil, *Maret 2005 TAK SULIT menjumpai Najwa Shihab. Hampir saban hari dia muncul di stasiun MetroTV. Selama kariernya di televisi itu, yang paling mengharukan saat Nana, sapaan karibnya, melaporkan kondisi Aceh pasca-Tsunami akhir Desember lalu. Awal mula dia memberi laporan, meski tampak tegar tapi akhirnya tak kuasa menahan linangan air mata. Nana menangis. Saat bertolak ke Aceh, 27 Desember, Nana berniat menggelar talkshow Today's Dialog di sana. Nana, yang juga co-produser program itu, sebenarnya telah mempersiapkan talkshow lengkap dengan krunya. Tapi, karena keterbatasan sarana, hari pertama Nana melaporkan hasil liputannya cuma via telepon. Laporan langsung lewat satelit baru bisa dilakukannya hari kedua. Turun dari pesawat rombongan wakil presiden di Blang Bintang, Banda Aceh, Nana belum merasakan atmosfer kematian. Dia mencium bau anyir darah baru setelah sampai di Lambaro, Aceh Besar. Di daerah inilah dia melaporkan kondisi yang dia lihat. Mayat-mayat berserakan. Orang yang masih hidup pun terlihat bingung. Mereka mencari keluarga dan sanak saudara. Nana mengatakan, belum pernah melihat orang sedemikian putus asa. Saat itulah Nana melakukan reportase diiringi tangisan. Di sana Nana hanya lima hari. Tanggal 31, bersama rombongan wakil presiden dia kembali ke Jakarta. Pekan pertama setelah peristiwa, dia belum mendengar isu kristenisasi. Isu kristenisasi setelah saya di sini, waktu saya di sana tidak terdengar. Memang ada Worldhelp yang konon mengajak anak-anak keluar Aceh, ungkap putri kedua Quraish Shihab itu. Di sana, kata Nana, banyak sekali isu yang berkembang, karena tak ada komando, tak ada pusat informasi yang jelas. Komunikasi lumpuh. Jadi orang gampang sekali diprovokasi oleh berbagai isu. Menurut dia, kalau memang kristenisasi ada itu sangat tercela. Dalam kondisi darurat orang masih sempat mengurusi agama. Tapi saya percaya, orang Aceh tidak semudah itu berubah keyakinan, hanya karena diberi bantuan, ujarnya. LIPUTAN lima hari itu tak sia-sia. Berkat liputannya itu, pada 2 Februari 2005 lalu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya memberi penghargaan PWI Jaya Award. Menurut sekretaris PWI Jaya Akhmad Kusaeni, liputan Nana dan presenter teve-teve lain betul-betul telah membuat Indonesia menangis. Bukan hanya PWI Jakarta yang menganugerahi Nana, pada Hari Pers Nasional (HPN) yang dilangsungkan di Pekanbaru, Riau 9 Februari lalu, Nana meraih penghargaan HPN Award. PWI pusat menilai, Najwa Shihab adalah wartawan pertama yang memberi informasi tragedi tsunami secara intensif. Pujian untuk Nana pun meluncur dari pakar komunikasi dari Universitas Indonesia, Effendy Gazali. Dia menyitir judul film drama komedi terkenal Amerika, Kramer Vs Kramer yang dianalogikannya menjadi Shihab Vs Shihab. Shihab pertama adalah Najwa Shihab, kedua Alwi Shihab, yang masih punya hubungan saudara dengan Nana. Najwa mengkritik penanganan bencana yang dilakukan pemerintah yang diwakili oleh Menko Kesra Alwi Shihab, kata Effendy Ghazali. Dalam reportasenya, Najwa menyampaikan bahwa bantuan terlambat dan tak terkoordinasi, sementara mayat-mayat bergelimpangan tidak tertangani. Shihab Vs Shihab, kata Effendy, untuk menggambarkan bagaimana Najwa Shihab sebagai wartawan tetap garang dalam menyuarakan kepentingan publik dan korban tsunami di Aceh. WANITA kelahiran 16 september 1977 ini hidup dalam keluarga religius. Nana kecil, saat di Makasar, sudah masuk TK Al-Quran. Dia masih ingat betul, kalau melakukan kesalahan, sang guru memukulnya dengan kayu kecil. Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah (1984-1990), lalu SMP Al-Ikhlas, Jeruk Purut, Jakarta Selatan, pada 1990-1993. Aktivitas sampai SMU, dipimpin ibunya, Nana dengan lima orang saudaranya sejak magrib harus ada di rumah. Jadi berjamaah magrib, ngaji Al-Quran, lalu ratib Haddad bersama. Itu ritual keluarga sampai saya SMU. Setelah kuliah, karena banyak kegiatan, Nana baru boleh keluar setelah magrib. Keluarganya memang sangat memprihatikan faktor pendidikan. Pendekatan pendidikan di keluarga tidak pernah dengan cara-cara yang otoriter. Saya rasa itu sangat mempengaruhi, bagaimana pola didik orang tua ke anak akan mempengaruhi perilaku, ujarnya. Pendidikan, bagi keluarga Shihab, adalah nomor wahid, tidak bisa ditawar-tawar. Dulu waktu kelas dua SMU, Nana dapat kesempatan AFS (America Field Service), program pertukaran
[keluarga-islam] QS. Al-Baqarah: 78
*QS. Al-Baqarah: 78* *Oleh : Abdullah Ubaid Matraji* ** ** *Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. *QS Al-Baqarah: 78 Ayat ini sebenarnya salah satu bagian dari sekumpulan ayat dalam surat al-Baqarah yang mengisahkan tentang keadaan umat Nabi Musa dulu yang munafik dan bodoh terhadap ajaran mulia yang dibawa oleh salah satu Nabi dan Rasul ini. Mereka telah melakukan kebohongan dengan merubah ajaran Nabi Musa sesuai dengan kehendak hatinya. Mereka juga pura-pura beriman padahal hendak memperolok-olok Nabi Musa dan menghancurkannya. Lalu ditambahkan dalam ayat ini bahwa mereka itu pada dasarnya tidak mengetahui makna kandungan dari kitab suci yang dibawa Nabi Musa yaitu Taurat. Yang mereka ketahui dari Taurat itu hanyalah dongeng-dongeng bohong belaka dan dugaan-dugaan mereka yang tanpa dasar. Keadaan ini, kalau kita mau jujur sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan umat Islam sekarang. Sebagian dari kita tidak mengetahui kandungan al-Qur'an. Sebagian kita hanya bisa membaca lafadznya, tanpa tahu maknanya. Sebagian kita bahkan tidak mampu membaca al-Qur'an yang berbahasa Arab dengan tajwidnya atau hanya mencukupkan dengan terjemahnya saja. Lebih parah lagi terjemahannya saja enggan kita baca. Kesimpulannya, sebagian dari kita jauh dari al-Qur'an yang menjadi pelita bagi kehidupan. Kita mengaku umat Nabi Muhammad namun tidak tahu menahu sumber ajaran yang dibawanya. Hanya mau mendengarkan tapi tidak bersedia mempelajari lebih dalam tentang ajaran-ajaran itu. Tahu kulit tapi buta terhadap isi. Sudahkah kita membaca al-Qur'an dan mempelajari isinya? Tahukah kita makna shalat yang sesungguhnya? Apakah benar-benar kita sudah bertauhid dalam kehidupan kita? Apakah dalam setiap ibadah kita sesuai dengan spirit yang diajarkan Rasulullah? Pertanyaan-pertanyaan ini harus kita pertanyakan dalam diri kita masing-masing setiap hari, setiap saat, setiap helaan nafas. Tanpa henti. []
[keluarga-islam] TAKDIR?
TAKDIR Setelah Perang Shiffin, seseorang bertanya kepada Imam Ali apakah perang melawan orang-orang Syiria merupakan takdir bagi mereka. Imam Ali menjawab : Jika yang engkau maksud dengan takdir adalah paksaan (fisik atau lainnya) sehingga kita dipaksa (oleh kekuatan alam natural) untuk berbuat sesuatu, maka takdir tidaklah demikian. Seandainya takdir adalah pemaksaan seperti itu, maka tak ada pahala bagi orang yang melakukan itu dan tak ada hukuman bagi orang yang tidak melakukan itu (ketika engkau mendapat paksaan fisik untuk berbuat sesuatu, seperti bernapas, tidur, makan, minum, dst, maka tak ada pahala bagi yang melakukannya dan tak ada hukuman bagi yang tidak melakukannya. Bila situasinya seperti itu, maka kalau engkau berbuat sesuatu dan kalau tidak tidak dapat berbuat sesuatu, itu karena tekanan fisik alam), sehingga kebahagiaan dan siksaan yang dijanjikan akan diberikan di akhirat jadi tak ada maknanya. Tuhan Maha Pemurah telah memberi makhluk-makhluk-Nya (seperti manusia) kemerdekaan untuk melakukan apa yang mereka kehendaki, dan kemudian melarang mereka melakukan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu, dan mengingatkan mereka tentang konsekuensi-konsekuensi perbuatan-perbuatan seperti itu (murka-Nya dan hukuman-Nya). Sistem (perintah) Allah ini tidak akan menyulitkan, malah menuntun kita untuk menjalani kehidupan dengan nyaman, sementara pahala yang Dia janjikan untuk amal salih berlipat-lipat lebih banyak daripada yang sesungguhnya diterima amal salih. Allah melihat manusia durhaka kepada-Nya, namun Dia sudi memberinya kesempatan, bukan karena Dia bisa ditekan atau dikendalikan untuk menerima supremasi manusia atas Dia. Dia tidak mengutus para nabi-Nya untuk menyenangkan diri-Nya sendiri atau untuk memberikan kesenangan bagi mereka. Dia tidak menurunkanperintah-perintah-Nya tanpa alas an yang benar, atau Dia tidak menciptakan galaksi-galaksi dan bumi tanpa adanya tujuan. Alam semesta yang eksis tanpa direncanakan, tanpa adanya tujuan dan program, itu adalah pikiran kaum kafir dan musyrik, penyesalan dan kesedihan akan merundung mereka saat mereka berada di tengah ledakan dan kobaran api neraka. Mendengar kata-kata Imam Ali ini, orang itu bertanya kepada Imam Ali, Lantas seperti apa takdir kita itu? Imam Ali menjawab : Itu adalah perintah Allah untuk melakukan sesuatu seperti perintah yang Dia berikan dalam kitab suci-Nya: Engkau ditakdirkan oleh Allah untuk hanya menyembah dan beribadah kepada-Nya, disini `ditakdirkan' mengandung arti `diperintah', artinya bukan tekanan atau pemaksaan fisik. (Nahjul Balaghah, jil.II, Sayid Syarif Radhi,hal.331-332) = assalamualaikum wr. wb. teman2, mohon berbagi pengetahuan tentang takdir. saya belum memahami maksud/makna tulisan diatas. salam, mono-bdg