Re: [keluarga-islam] Do'a untuk ummat Muhammad

2006-12-21 Terurut Topik Peronda
Maaf, Wong.
Apakah ente tidak pernah berdo'a dengan cara diucapkan?
Lalu bagaimana dengan cara ente sholat, apa kah bacaan do'anya tidak diucapkan 
juga?

Wassalam.
PM.



- Original Message 
From: wong ma'ruf <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Thursday, 21 December 2006 4:20:28 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Do'a untuk ummat Muhammad

Doa itu bukan untuk diucap-ucapkan tetapi untuk direalisasikan dalam kehidupan 
untuk itu kita harus berjuang untuk tegakkan Islam sebagai diin Allah, bukan 
Islam sebagai ritual.

banganut <[EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: 
  
Allaahumma   ashlih `ummata muhammadin s.a.w. 
Ya Allah, rukunilah seluruh ummat Nabi Muhammad s.a.w. 


Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 

Re: [keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar

2006-12-21 Terurut Topik Peronda
Wa'alaikum salam.

Maaf, mau menambahi.

Di ayat Qur'an banyak sekali perintah agar berfikir, agar menggunakan akal.
apakah berfikir menggunakan akal ini juga tidak boleh untuk hal-hal yang 
berkaitan dengan kalimat ini:
"jika suatu perkara agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah maupun 
para 
sahabat, tabiin dan tabiut tabiin kita tinggalkan walaupun terkesan baik dengan 
alasan apapun."

Lalu, kenapa ada para Imam Mazhab dan Ulama-ulama Pewaris Nabi, setelah Nabi 
dan para Shohabat Nabi?
Apakah mereka tiba-tiba jleg jadi dan ada? Tidak bukan?!
Dan menurut saya karena mereka para beliau-beliau itu menggunakan akal dan 
berfikir, seperti yang sering ditulis (dari arsip saya baca) oleh beberapa 
orang di milis ini yang katanya para Imam dan para Ulama itu belajar dari 
buku-buku yang ditulis oleh para pendahulunya. Bukan kah membaca itu memerlukan 
metoda berfikir sehingga bisa mengambil kesimpulan mana yang salah dan mana 
yang benar, dan kemudian dengan berfikir berani ber-ijtihad dan mengeluarkan 
fatwa (dan bukan kah fatwa dikeluarkan karena sebelumnya tidak ada petunjuk 
yang jelas).

Benar bahwa kita yang sebangsa kutu kupret dan masih koplok ini tidak usah 
berani-berani mengeluarkan pendapat sendiri. Tetapi bukan kah dengan belajar, 
baik dari buku-buku dan dari para Guru-guru, setelah kita olah dengan akal dan 
fikir, kita jadi punya pemahaman? 

Nah, bukan kah jadinya kita beribadah dengan bermodalkan pemahaman kita sendiri?
Dan bukan kah agama hanya untuk orang-orang berakal, artinya yang menggunakan 
akalnya, karena yang tidak berakal, belum sampai akalnya dan ga bisa 
menggunakan akalnya karena gila tidak dikenakan hukum agama.

Dan di milis ini saya lihat hanya segelintir orang saja yang berani 
mengemukakan pendapat atas pemahamannya sendiri, kebanyakan hanya copy and 
paste, entah karena takut salah atau karena yang namanya mailing list seperti 
ini bukan ajang untuk ngobrol saling mengingatkan, tetapi hanya keranjang 
tulisan copy and paste... :-)

Padahal, siapa saja bisa copy paste dan tidak ada yang menjamin kalau yang 
dicopy paste kan dan dikirim ke milis-milis itu sudah dipelajari dengan benar 
dan diamalkan sendiri...

SALAAMUN ‘ALA MANIT TABA’ AL HUDAA...

maaf dan wassalam
PM.









- Original Message 
From: Arland_hmd098 <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Thursday, 21 December 2006 3:32:13 PM
Subject: Re: [keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar

Assalamu 'alaikum wr. wb.
 
Mas Dodi, saya mau bertanya.
Bagaimana kaitan kaidah ini dengan masalah ibadah, sebab ada sebagian ummat 
yang mengatakan segala sesuatu dalam ibadah yang "tidak ada perintahnya" 
walaupun tidak terdapat larangan yang tegas, maka itu dianggap bid'ah yang 
dihukumkan sebagai perbuatan haram, walaupun inti ibadah ini ada dalilnya 
didalam Al-Qur'an maupun hadits.
Misalnya membaca tahlil dan tahmid jelas ada perintahnya, tapi ketika dilakukan 
pada acara kematian dianggap bid'ah yang dihukumkan sebagai haram.
Membaca shalawat ada perintahnya, tapi ketika dilakukan bacaan itu di dalam 
Maulid Nabi SAW, perbuatan tersebut dianggap bid'ah yang dihukumkan haram.
Begitu juga membaca dzikir dan membaca Al-Qur'an, jelas ada perintahnya, tapi 
ketika dibaca secara berjama'ah, dianggap bid'ah dan dihukumkan haram.
 
dan lain-lain dan lain-lain.
 
Mengapa islam ini begitu sempit dibuatnya??? ?
Apakah ibadah bagi orang yang beragama Islam itu harus seperti robot, harus 
disetel dulu (ada perintah) baru boleh jalan, kalau tidak, maka diam saja, 
sehingga akal dan fikiran seorang muslim tidak boleh digunakan untuk membedakan 
mana amal ibadah yang baik dan mana amal buruk.
 
 
wassalam,
Arland-Jkt.
 
 
- Original Message - 
From: dodindra 
To: keluarga-islam@ yahoogroups. com 
Sent: Thursday, December 21, 2006 1:40 PM
Subject: [keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar


Nglanjutin ya 

Prinsip Pertama : 

Dalam ISLAM asal segala sesuatu dan kemanfaatan yang diciptakan Alloh
SWT adalah HALAL dan MUBAH, dan TIDAK ADA YANG HARAM kecuali apa yang
disebutkan oleh NASH yang SHAHIH dan TEGAS dari Pembuat Syariat yang
mengharamkannya. Apa bila tidak ada nash yang shahih atau tidak tegas
penunjukkannya kepada yang haram, maka tetaplah segala sesuatu itu
pada hukumnya yang asal yaitu MUBAH.

Prinsip pertama ini, mempunyai Dasar Dalil yang sangat kuat dengan
ayat-ayat firman Alloh dalam Al Qur'an yang sangat jelas, diantaranya
adalah :


.
 

 

Messages in this topic (16)

Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 

[keluarga-islam] KISAH API

2006-12-20 Terurut Topik Peronda
KISAH API
 
Pada   zaman   dahulu  ada  seorang  yang  merenungkan  cara
bekerjanya   Alam,  dan  karena  ketekunan  dan   percobaan-
percobaannya, akhirnya ia menemukan bagaimana api diciptakan.
 
Orang itu bernama Nur. Ia memutuskan  untuk  berkelana  dari
satu negeri ke lain negeri, menunjukkan kepada rakyat banyak
tentang penemuannya.
 
Nur  menyampaikan  rahasianya  itu   kepada   berbagai-bagai
kelompok   masyarakat.   Beberapa   di  antaranya  ada  yang
memanfaatkan pengetahuan itu. Yang lain mengusirnya, mengira
bahwa  ia  mungkin berbahaya, sebelum mereka mempunyai waktu
cukup untuk mengetahui betapa berharganya penemuan itu  bagi
mereka.   Akhirnya,  sekelompok  orang  yang  menyaksikannya
memamerkan  cara  pembuatan  api  menjadi  begitu  ketakutan
sehingga mereka menangkapnya dan kemudian membunuhnya, yakin
bahwa ia setan.
 
Abad demi abad berlalu. Bangsa pertama yang belajar  tentang
api  telah  menyimpan  rahasia  itu untuk para pendeta, yang
tetap berada dalam kekayaan dan kekuasaan, sementara  rakyat
kedinginan.
 
Bangsa  kedua melupakan cara itu, dan malah memuja alat-alat
untuk membuatnya. Bangsa  yang  ketiga  memuja  patung  yang
menyerupai  Nur, sebab ialah yang telah mengajarkan hal itu.
Yang  keempat  tetap  menyimpan  kisah  api  dalam  kumpulan
dongengnya:  ada  yang  percaya, ada yang tidak. Bangsa yang
kelima  benar-benar  mempergunakan   api,   dan   itu   bisa
menghangatkanmereka,   menanak   makanan   mereka,   dan
mempergunakannya untuk membuat alat-alat yang  berguna  bagi
mereka.
 
Setelah  berpuluh-puluh tahun lamanya, seorang bijaksana dan
beberapa   pengikutnya   mengadakanperjalananmelalui
negeri-negeri   bangsa-bangsa   tadi.   Para   pengikut  itu
tercengang melihat bermacam-macamnya upacara yang  dilakukan
bangsa-bangsa  itu;  dan  mereka pun berkata kepada gurunya,
"Tetapi  semua  kegiatan  itu  nyatanya   berkaitan   dengan
pembuatan  api,  bukan yang lain. Kita harus mengubah mereka
itu!"
 
Sang  Guru  menjawab,  "Baiklah.  Kita  akan  memulai   lagi
perjalanan  ini.  Pada  akhir  perjalanan nanti, mereka yang
masih bertahan  akan  mengetahui  masalah  kebenarannya  dan
bagaimana mendekatinya."
 
Ketika  mereka sampai pada bangsa yang pertama rombongan itu
diterima dengan suka hati. Para  pendeta  mengundang  mereka
menghadiri  upacara  keagamaan,  yakni pembuatan api. Ketika
upacara selesai, dan bangsa itu sedang  mengagumi  apa  yang
mereka  saksikan,  guru  itu  berkata,  "Apa  ada yang ingin
mengatakan sesuatu?"
 
Pengikut pertama berkata, "Demi Kebenaran, saya merasa harus
menyampaikan sesuatu kepada rakyat ini."
 
"Kalau   kau   mau  melakukannya  atas  tanggungan  sendiri,
silahkan saja," kata gurunya.
 
Dan pengikut pertama  itupun  melangkah  ke  muka  kehadapan
pemimpin  bangsa  dan  para  pendeta itu, lalu katanya, "Aku
bisa  membuat  keajaiban   yang   kalian   katakan   sebagai
perwujudan  kekuatan  dewa  itu. Kalau aku kerjakan hal itu,
maukah  kalian  menerima  kenyataan   bahwa   bertahun-tahun
lamanya kalian telah tersesat?"
 
Tetapi  para pendeta itu berteriak, "Tangkap dia!" dan orang
itu pun dibawa pergi, tak pernah muncul kembali.
 
Para musafir  itu  melanjutkan  perjalanan,  dan  sampai  di
negeri bangsa yang kedua dan memuja alat-alat pembuatan api.
Ada lagi seorang pengikut  yang  memberanikan  diri  mencoba
menyehatkan akal bangsa itu.
 
Dengan  izin  gurunya  ia  berkata,  "Saya  mohon izin untuk
berbicara kepada kalian semua sebagai bangsa  yang  berakal.
Kalian  memuja  alat-alat  untuk  membuat sesuatu, dan bukan
hasil  pembuatan  itu.  Dengan   demikian   kalian   menunda
kegunaannya.  Saya  tahu  kenyataan  yang  mendasari upacara
ini."
 
Bangsa itu terdiri  dari  orang-orang  yang  lebih  berakal.
Tetapi  mereka  berkata  kepada pengikut kedua itu, "Saudara
diterima baik sebagai musafir  dan  orang  asing  di  antara
kami. Tetapi, sebagai orang asing, yang tak mengenal sejarah
dan adat kami, Saudara tak memahami apa yang kami  kerjakan.
Saudara berbuat kesalahan. Barangkali Saudara malah berusaha
membuang atau mengganti agama kami. Karena  itu  kami  tidak
mau mendengarkan Saudara."
 
Para musafir itu pun melanjutkan perjalanan.
 
Ketika  mereka  sarnpai  ke  negeri  bangsa  ke tiga, mereka
menyaksikan di depan setiap  rumah  terpancang  patung  Nur,
orang  pertama  yang  membuat  api.  Pengikut ketiga berkata
kepada pemimpin besar itu.
 
"Patung itu melambangkan orang, yang melambangkan kemampuan,
yang bisa dipergunakan."
 
"Mungkin  begitu,"  jawab para pemuja Nur, "tetapi yang bisa
menembus rahasia sejati hanya beberapa orang saja."
 
"Hanya bagi beberapa orang yang  mau  mengerti,  bukan  bagi
mereka  yang  menolak  menghadapi  kenyataan," kata pengikut
ketiga itu.
 
"Itu bid'ah kepangkatan, dan berasal dari orang yang  bahkan
tak  bisa  mempergunakan bahasa kami secara benar, dan bukan
pendeta  yang   ditahbiskan   menurut   adat   kami,"   kata
pendeta-pendeta   itu.   Dan  pengikut  darwis  itupun  bisa
melanjutk

[keluarga-islam] BATAS DOGMA

2006-12-20 Terurut Topik Peronda
BATAS DOGMA
 
Pada  suatu hari, Sultan Mahmud yang Agung berada dijalan di
Ghazna,  ibu  kota  negerinya.   Dilihatnya   seorang   kuli
mengangkut  beban  berat, yakni sebungkah batu yang didukung
di punggungnya.  Karena  rasa  kasihan  terhadap  kuli  itu,
Mahmud tidak bisa menahan perasaannya, katanya memerintah:
 
"Jatuhkan batu itu, kuli."
 
Perintah  itupun langsung dilaksanakan. Batu tersebut berada
di tengah jalan, merupakan gangguan bagi siapapun yang ingin
lewat,   bertahun-tahun  lamanya.  Akhirnya  sejumlah  warga
memohon raja agar memerintahkan orang memindahkan batu itu.
 
Namun Mahmud, menyadari  akan  kebijaksanaan  administratif,
terpaksa menjawab.
 
"Hal  yang  sudah  dilaksanakan  berdasarkan perintah, tidak
bisa dibatalkan oleh perintah yang  sama  derajatnya.  Sebab
kalau  demikian, rakyat akan beranggapan bahwa perintah raja
hanya berdasarkan kehendak sesaat saja. Jadi, biar saja batu
itu disitu."
 
Oleh  karenanya  batu  tersebut tetap berada di tengah jalan
itu  selama  masa  pemerintahan  Mahmud.  Bahkan  ketika  ia
meninggal  batu  itu  tidak  dipindahkan, karena orang-orang
masih menghormati perintah raja.
 
Kisah itu sangat terkenal.  Orang-orang  mengambil  maknanya
berdasarkan  salah  satu  dari  tiga tafsiran, masing-masing
sesuai dengan kemampuannya.
 
Mereka yang menentang kepenguasaan beranggapan  bahwa  kisah
itu   merupakan   bukti  ketololan  penguasa  yang  berusaha
mempertahankan kekuasaannya.
 
Mereka yang menghormati  kekuasaan  merasa  hormat  terhadap
perintah, betapapun tidak menyenangkannya.
 
Mereka  yang  bisa  menangkap  maksudnya  yang  benar,  bisa
memahami nasehat yang tersirat. Dengan menyuruh  menjatuhkan
batu  di  tempat  yang  tidak  semestinya sehingga merupakan
gangguan, dan kemudian membiarkannya berada  disana,  Mahmud
mengajar  kita agar mematuhi penguasa duniawi -dan sekaligus
menyadarkan kita bahwa siapapun yang memerintah  berdasarkan
dogma kaku, tidak akan sepenuhnya berguna bagi kemanusiaan.
 
Mereka  yang menangkap makna ini akan mencapai taraf pencari
kebenaran, dan akan bisa menambah jalan menuju Kebenaran.
 
Catatan
 
Kisah  ini  muncul  dalam  karya   klasik   yang   terkenal,
Akhlaq-i-Mohsini   'Akhlak  Dermawan,'  ciptaan  Hasan  Waiz
Kashifi; hanya saja tanpa  tafsir  seperti  yang  ada  dalam
versi ini.
 
Versi  ini  merupakan  bagian  ajaran  syeh  Sufi  Daud dari
Qandahar, yang meninggal tahun  1965.  Kisah  ini  merupakan
pengungkapan  yang  bagus  tentang  pelbagai taraf pemahaman
terhadap  tindakan;  masing-masing  orang  akan   menilainya
berdasarkan  pendidikannya. Metode penggambaran tak langsung
yang dipergunakan Sultan Mahmud itu dianut  pada  Sufi,  dan
bisa diringkaskan dalam ungkapan, "Bicaralah kepada dinding,
agar pintu bisa mendengar."
 

K I S A H - K I S A H   S U F I
Kumpulan kisah nasehat para guru sufi
selama seribu tahun yang lampau
oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono)
Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984

Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 

Re: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan

2006-12-19 Terurut Topik Peronda
Pak Dodi,
Mengenai Ma'rifatulloh, bagaimana memahami kalimat "Awwaluddin Makrifatullahh".
Apakah harus dimulai dengan al Hirah juga?

Terima kasih,
Wassalam.
PM.



- Original Message 
From: dodindra <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 20 December 2006 1:24:59 PM
Subject: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan

Waalaykumussalam Wr.Wb.

Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan
kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf "KEBINGUNGAN = Al
HIRAH" karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh) .

Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang
bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi.
Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4
golongan , yaitu :
1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr)
2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali
3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA,
sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar.
4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT
menerima segala bentuk keyakinan.

Masing-masing golongan ini bertanya " Apakah yang terjadi ?"
Berawal dari pertanyaan itu, timbullah "KEBINGUNGAN" , dimana entitas
kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi
seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU
MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur
DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari.

Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu :
1. Ma'rifat dengan dalil
2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah)
3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang
tertinggi.

Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV
mengatakan : " Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil,
sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan
sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana
bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh
SWT "

Om Dave, karena pertanyaan-pertanya an Om ini tatarannya adalah pada
tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri
sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya yang saat
ini Om rasakan.
Sudah di tataran Ilmul Yaqqin, atau Ainur Yaqqin, atau malah
sebenarnya sudah Haqqul Yaqqin..

Semoga Alloh membimbing kita semua untuk memahamkan DzatNYA yang Maha
Haq, amiin.

wassalam,
dodi
yangdhoifdanbarubel ajarhidup

--- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, "Dave" <[EMAIL PROTECTED] ..> wrote:
>
> Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,
> 
> Alhamdulillah, terima kasih om Wandy atas keterangannya memang
secara hakikat kita tidak akan mampu membuat kesimpulan mengenai
keberadaan Allah SWT akan tetapi keterangan yang di peroleh merupakan
pintu keyakinan tingkat pertama yaitu ilmul yaqin dan untuk menuju
pintu kedua di perlukan keimanan tingkat tinggi sehingga menimbulkan
basirah dalam qalbu yang dapat memunculkan Ainul yaqin dan pada saat
ini pertanyaan tadi sudah tidak di perlukan lagi dan kita dapat terus
melangkah menuju pintu yang haq yaitu pintu haqqul yaqin , keyakinan
para Nabi dan para Wali.
> 
> Untuk orang yang bodoh seperti saya bertanya mengenai keberadaan
Allah itu sendiri sudah merupakan langkah pertama menuju tangga
pertama dari sebuah keyakinan mengenai keberadaan Allah SWT sehingga
di butuhkan dorongan dari para rekan sekalian berupa masukan.
Keyakinan-keyakinan tersebut diataslah yang menjadi pilar rukun ihsan,
rukun yang memberikan "nyawa" bagi rukun iman dan rukun islam,
sehingga ketika kita membahas rukun islam seperti masalah ibadah,
muamalah semuanya dilandaskan rasa ihsan (ridho Allah) dan insya Allah
kata-kata yang keluarpun insya Allah lebih indah..maaf loh
bukan nyindir orang yang suka dengan kata-kata tidak indah
.mungkin saja tidak indah menurut kita sangat indah menurut orang
lain..Allah lah yang maha tau
> 
> Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,
> 
> 
> - Original Message - 
> From: wandysulastra 
> To: keluarga-islam@ yahoogroups. com 
> Sent: 19 December 2006 16:35
> Subject: [keluarga-islam] Re: Pertanyaan dari seorang - Dave
> 
> 
> Menambahkan jawaban secara 'syariah', bahwa Allah bersemayam 
> diatas 'Arsy yang berada diatas langit. Beberapa keterangan dari Al 
> Quran,
> 
> "(Robb) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy" (Thoha : 
> 5).
> 
> "Kemudian Dia Istiwa' (bersemayam) di atas `Arsy" (Al-A'raf : 54)
> 
> Perkataan Jin sebagaimana diceritakan Alloh yang juga menunjukkan 
> keberadaan Allah swt, 
> 
> "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, 
> maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-
> panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa 
> tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya) . 
> Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan 
> (sep

Re: [keluarga-islam] Pertanyaan dari seorang - Dave

2006-12-19 Terurut Topik Peronda
Pak Ananto,
Prinsip Shekh Siti Jenar itu bagaimana?

Wassalam
PM.


- Original Message 
From: Ananto <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 20 December 2006 11:32:03 AM
Subject: Re: [keluarga-islam] Pertanyaan dari seorang - Dave

hmmm...
hampir mirip dengan prinsipnya Shekh Siti Jenar... :)
 
salam,
ananto

 
On 12/19/06, bos gila <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: 
Tuhan tidak bisa diikat dengan tempat, Dia dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa 
jarak.

"tempat" tidak bisa menjebak Allah swt, dan Allah tidak berada di suatu ruang 
dan tempat, karena seluruh ruang dan tempat adalah ciptaan Nya, bila Dia swt 
ada disuatu tempat maka dimana Dia saat tempat belum diciptakan?, 

ini jelas bahwa Dia swt tidak berada di suatu tempat, namun Dia swt yg 
menguasai segala tempat, dan kekuasaan Nya dekat pd seluruh hamba  Nya, lebih 
dekat dari semua yg dekat., 


Dave <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: 
Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,. 


Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com 

Re: [keluarga-islam] Re: Alhamdulillah.

2006-12-19 Terurut Topik Peronda
Ya semoga begitu. Amiin.

Untuk lanjutannya, maksudnya bagaimana, Pak?
Kenapa setelah pintu ini jadi ke manusia?
Silahkan Pak Dodi dulu.

wassalam.
PM.


- Original Message 
From: dodindra <[EMAIL PROTECTED]>
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 20 December 2006 11:21:07 AM
Subject: [keluarga-islam] Re: Alhamdulillah.

Subhanalloh, Alhamdulillah, Astaghfirullohal' adziim... .

Terima kasih Om, semoga akan menjadi amal shalih untuk Om dan
keluarga, dan kita semua difahamkan akan ilmunya, amiin.

Monggo dilanjutkan Om PM, bukankah kelanjutannya nanti adalah manusia
Astaghfirulloh. .
Dan selanjutnya adalah manusia yang sadar Laa haulaa wala quwata ilaa
billahil 'aliyyil 'adziim.

wassalam,
dodi

--- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, Peronda <[EMAIL PROTECTED] .> wrote:
>
> Bismillahirrohmanir rohiim.
> 
> Qola Rosululloh SAW:
> KULLU AMRIN DZIIBAALIN LAA YUBDA-U FIIHI BILHAMDILLAHI AQTHO'U ('An
Abi Huroiroh) Rowahu Ibnu Majah wal Baihaqi - (Jami'ush Shogir / Huruf
Kaf / 233)
> 
> Artinya:
> Bersabda Rosululloh SAW:
> Segala perkara yang mempunyai tujuan baik yang tidak dimulai dalam
perkara itu dengan Alhamdulillah jadi putus..
> 
> Hadits ini keterangan dari shohabat Abu Huroiroh diriwatkan oleh
Ibnu Majah dan Imam Baihaqi.
> Dalam hadits ini diterangkan bahwa semua perkara yang baik akan
tetapi tidak dimulai dengan Alhamdulillah, maka perkara yang baik itu
puts, "Qoliluhu Barokahu": sedikit barokahnya.
> 
> Alhamdulillah itulah yang menjadi pintu rumah Islam. Kalau
Bismillahirrohmanir rohim itu pintu gerbangnya rumah Islam, maka
Alhamdulillah adalah pintu rumah Islam. Makanya
Alhamdulillahirobbi l'alamin itu ditulis dalam ayat pertama dalam surat
Al-Fatihah.
> 
> Akan tetapi Alloh berfirman dalam surat Lukman:
> ...ALHAMDULILLAHI BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN.
> Artinya:
> Segala puji kepunyaan Alloh akan tetapi kebanyakan mereka tidak
mengerti.
> 
> Begitu juga dalam surat Azzumar ayat 29:
> ...ALHAMDULILLAHI BAL AKTASARUHUM LAA YA'LAMUUN.
> Artinya:
> Alhamdulillah akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti tentang
Alhamdulillah.
> 
> dan dalam surat An-Nahl ayat 75:
> ...ALHAMDULILLAH BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN.
> 
> sampai tiga kali Alloh Ta'ala berfirman seperti di atas. Tetapi
kebanyakan mereka itu tidak mengerti soal Alhamdulillah.
> 
> Memang benar, ini pintu rumah Islam, banyak yang masuk Islam tetapi
tidak mengetahui pintunya. Mestinya pintunya itu Alhamdulillah dan
pintu gerbangnya Bismillah.
> 
> (untuk pak Dodi, semoga ini tulisan ini melengkapi apa yang telah
bapak tulis di milis ini beberpa waktu yang lalu).
> 
> wassalam
> PM.
>. 







__ 
Meet your soulmate! 
Yahoo! Asia presents Meetic - where millions of singles gather 
http://asia.yahoo.com/meetic 


[keluarga-islam] Alhamdulillah.

2006-12-19 Terurut Topik Peronda
Bismillahirrohmanirrohiim.
 
Qola Rosululloh SAW:
KULLU AMRIN DZIIBAALIN LAA YUBDA-U FIIHI BILHAMDILLAHI AQTHO'U ('An Abi 
Huroiroh) Rowahu Ibnu Majah wal Baihaqi - (Jami'ush Shogir / Huruf Kaf / 233)
 
Artinya:
Bersabda Rosululloh SAW:
Segala perkara yang mempunyai tujuan baik yang tidak dimulai dalam perkara itu 
dengan Alhamdulillah jadi putus..
 
Hadits ini keterangan dari shohabat Abu Huroiroh diriwatkan oleh Ibnu Majah dan 
Imam Baihaqi.
Dalam hadits ini diterangkan bahwa semua perkara yang baik akan tetapi tidak 
dimulai dengan Alhamdulillah, maka perkara yang baik itu puts, "Qoliluhu 
Barokahu": sedikit barokahnya.
 
Alhamdulillah itulah yang menjadi pintu rumah Islam. Kalau 
Bismillahirrohmanirrohim itu pintu gerbangnya rumah Islam, maka Alhamdulillah 
adalah pintu rumah Islam. Makanya Alhamdulillahirobbil'alamin itu ditulis dalam 
ayat pertama dalam surat Al-Fatihah.

Akan tetapi Alloh berfirman dalam surat Lukman:
...ALHAMDULILLAHI BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN.
Artinya:
Segala puji kepunyaan Alloh akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti.

Begitu juga dalam surat Azzumar ayat 29:
...ALHAMDULILLAHI BAL AKTASARUHUM LAA YA'LAMUUN.
Artinya:
Alhamdulillah akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti tentang 
Alhamdulillah.

dan dalam surat An-Nahl ayat 75:
...ALHAMDULILLAH BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN.

sampai tiga kali Alloh Ta'ala berfirman seperti di atas. Tetapi kebanyakan 
mereka itu tidak mengerti soal Alhamdulillah.

Memang benar, ini pintu rumah Islam, banyak yang masuk Islam tetapi tidak 
mengetahui pintunya. Mestinya pintunya itu Alhamdulillah dan pintu gerbangnya 
Bismillah.

(untuk pak Dodi, semoga ini tulisan ini melengkapi apa yang telah bapak tulis 
di milis ini beberpa waktu yang lalu).

wassalam
PM.

Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com