Re: [keluarga-islam] Do'a untuk ummat Muhammad
Maaf, Wong. Apakah ente tidak pernah berdo'a dengan cara diucapkan? Lalu bagaimana dengan cara ente sholat, apa kah bacaan do'anya tidak diucapkan juga? Wassalam. PM. - Original Message From: wong ma'ruf <[EMAIL PROTECTED]> To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Thursday, 21 December 2006 4:20:28 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Do'a untuk ummat Muhammad Doa itu bukan untuk diucap-ucapkan tetapi untuk direalisasikan dalam kehidupan untuk itu kita harus berjuang untuk tegakkan Islam sebagai diin Allah, bukan Islam sebagai ritual. banganut <[EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: Allaahumma ashlih `ummata muhammadin s.a.w. Ya Allah, rukunilah seluruh ummat Nabi Muhammad s.a.w. Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com
Re: [keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar
Wa'alaikum salam. Maaf, mau menambahi. Di ayat Qur'an banyak sekali perintah agar berfikir, agar menggunakan akal. apakah berfikir menggunakan akal ini juga tidak boleh untuk hal-hal yang berkaitan dengan kalimat ini: "jika suatu perkara agama yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah maupun para sahabat, tabiin dan tabiut tabiin kita tinggalkan walaupun terkesan baik dengan alasan apapun." Lalu, kenapa ada para Imam Mazhab dan Ulama-ulama Pewaris Nabi, setelah Nabi dan para Shohabat Nabi? Apakah mereka tiba-tiba jleg jadi dan ada? Tidak bukan?! Dan menurut saya karena mereka para beliau-beliau itu menggunakan akal dan berfikir, seperti yang sering ditulis (dari arsip saya baca) oleh beberapa orang di milis ini yang katanya para Imam dan para Ulama itu belajar dari buku-buku yang ditulis oleh para pendahulunya. Bukan kah membaca itu memerlukan metoda berfikir sehingga bisa mengambil kesimpulan mana yang salah dan mana yang benar, dan kemudian dengan berfikir berani ber-ijtihad dan mengeluarkan fatwa (dan bukan kah fatwa dikeluarkan karena sebelumnya tidak ada petunjuk yang jelas). Benar bahwa kita yang sebangsa kutu kupret dan masih koplok ini tidak usah berani-berani mengeluarkan pendapat sendiri. Tetapi bukan kah dengan belajar, baik dari buku-buku dan dari para Guru-guru, setelah kita olah dengan akal dan fikir, kita jadi punya pemahaman? Nah, bukan kah jadinya kita beribadah dengan bermodalkan pemahaman kita sendiri? Dan bukan kah agama hanya untuk orang-orang berakal, artinya yang menggunakan akalnya, karena yang tidak berakal, belum sampai akalnya dan ga bisa menggunakan akalnya karena gila tidak dikenakan hukum agama. Dan di milis ini saya lihat hanya segelintir orang saja yang berani mengemukakan pendapat atas pemahamannya sendiri, kebanyakan hanya copy and paste, entah karena takut salah atau karena yang namanya mailing list seperti ini bukan ajang untuk ngobrol saling mengingatkan, tetapi hanya keranjang tulisan copy and paste... :-) Padahal, siapa saja bisa copy paste dan tidak ada yang menjamin kalau yang dicopy paste kan dan dikirim ke milis-milis itu sudah dipelajari dengan benar dan diamalkan sendiri... SALAAMUN ‘ALA MANIT TABA’ AL HUDAA... maaf dan wassalam PM. - Original Message From: Arland_hmd098 <[EMAIL PROTECTED]> To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Thursday, 21 December 2006 3:32:13 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar Assalamu 'alaikum wr. wb. Mas Dodi, saya mau bertanya. Bagaimana kaitan kaidah ini dengan masalah ibadah, sebab ada sebagian ummat yang mengatakan segala sesuatu dalam ibadah yang "tidak ada perintahnya" walaupun tidak terdapat larangan yang tegas, maka itu dianggap bid'ah yang dihukumkan sebagai perbuatan haram, walaupun inti ibadah ini ada dalilnya didalam Al-Qur'an maupun hadits. Misalnya membaca tahlil dan tahmid jelas ada perintahnya, tapi ketika dilakukan pada acara kematian dianggap bid'ah yang dihukumkan sebagai haram. Membaca shalawat ada perintahnya, tapi ketika dilakukan bacaan itu di dalam Maulid Nabi SAW, perbuatan tersebut dianggap bid'ah yang dihukumkan haram. Begitu juga membaca dzikir dan membaca Al-Qur'an, jelas ada perintahnya, tapi ketika dibaca secara berjama'ah, dianggap bid'ah dan dihukumkan haram. dan lain-lain dan lain-lain. Mengapa islam ini begitu sempit dibuatnya??? ? Apakah ibadah bagi orang yang beragama Islam itu harus seperti robot, harus disetel dulu (ada perintah) baru boleh jalan, kalau tidak, maka diam saja, sehingga akal dan fikiran seorang muslim tidak boleh digunakan untuk membedakan mana amal ibadah yang baik dan mana amal buruk. wassalam, Arland-Jkt. - Original Message - From: dodindra To: keluarga-islam@ yahoogroups. com Sent: Thursday, December 21, 2006 1:40 PM Subject: [keluarga-islam] Re: halal haram=Kaidah Dasar Nglanjutin ya Prinsip Pertama : Dalam ISLAM asal segala sesuatu dan kemanfaatan yang diciptakan Alloh SWT adalah HALAL dan MUBAH, dan TIDAK ADA YANG HARAM kecuali apa yang disebutkan oleh NASH yang SHAHIH dan TEGAS dari Pembuat Syariat yang mengharamkannya. Apa bila tidak ada nash yang shahih atau tidak tegas penunjukkannya kepada yang haram, maka tetaplah segala sesuatu itu pada hukumnya yang asal yaitu MUBAH. Prinsip pertama ini, mempunyai Dasar Dalil yang sangat kuat dengan ayat-ayat firman Alloh dalam Al Qur'an yang sangat jelas, diantaranya adalah : . Messages in this topic (16) Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com
[keluarga-islam] KISAH API
KISAH API Pada zaman dahulu ada seorang yang merenungkan cara bekerjanya Alam, dan karena ketekunan dan percobaan- percobaannya, akhirnya ia menemukan bagaimana api diciptakan. Orang itu bernama Nur. Ia memutuskan untuk berkelana dari satu negeri ke lain negeri, menunjukkan kepada rakyat banyak tentang penemuannya. Nur menyampaikan rahasianya itu kepada berbagai-bagai kelompok masyarakat. Beberapa di antaranya ada yang memanfaatkan pengetahuan itu. Yang lain mengusirnya, mengira bahwa ia mungkin berbahaya, sebelum mereka mempunyai waktu cukup untuk mengetahui betapa berharganya penemuan itu bagi mereka. Akhirnya, sekelompok orang yang menyaksikannya memamerkan cara pembuatan api menjadi begitu ketakutan sehingga mereka menangkapnya dan kemudian membunuhnya, yakin bahwa ia setan. Abad demi abad berlalu. Bangsa pertama yang belajar tentang api telah menyimpan rahasia itu untuk para pendeta, yang tetap berada dalam kekayaan dan kekuasaan, sementara rakyat kedinginan. Bangsa kedua melupakan cara itu, dan malah memuja alat-alat untuk membuatnya. Bangsa yang ketiga memuja patung yang menyerupai Nur, sebab ialah yang telah mengajarkan hal itu. Yang keempat tetap menyimpan kisah api dalam kumpulan dongengnya: ada yang percaya, ada yang tidak. Bangsa yang kelima benar-benar mempergunakan api, dan itu bisa menghangatkanmereka, menanak makanan mereka, dan mempergunakannya untuk membuat alat-alat yang berguna bagi mereka. Setelah berpuluh-puluh tahun lamanya, seorang bijaksana dan beberapa pengikutnya mengadakanperjalananmelalui negeri-negeri bangsa-bangsa tadi. Para pengikut itu tercengang melihat bermacam-macamnya upacara yang dilakukan bangsa-bangsa itu; dan mereka pun berkata kepada gurunya, "Tetapi semua kegiatan itu nyatanya berkaitan dengan pembuatan api, bukan yang lain. Kita harus mengubah mereka itu!" Sang Guru menjawab, "Baiklah. Kita akan memulai lagi perjalanan ini. Pada akhir perjalanan nanti, mereka yang masih bertahan akan mengetahui masalah kebenarannya dan bagaimana mendekatinya." Ketika mereka sampai pada bangsa yang pertama rombongan itu diterima dengan suka hati. Para pendeta mengundang mereka menghadiri upacara keagamaan, yakni pembuatan api. Ketika upacara selesai, dan bangsa itu sedang mengagumi apa yang mereka saksikan, guru itu berkata, "Apa ada yang ingin mengatakan sesuatu?" Pengikut pertama berkata, "Demi Kebenaran, saya merasa harus menyampaikan sesuatu kepada rakyat ini." "Kalau kau mau melakukannya atas tanggungan sendiri, silahkan saja," kata gurunya. Dan pengikut pertama itupun melangkah ke muka kehadapan pemimpin bangsa dan para pendeta itu, lalu katanya, "Aku bisa membuat keajaiban yang kalian katakan sebagai perwujudan kekuatan dewa itu. Kalau aku kerjakan hal itu, maukah kalian menerima kenyataan bahwa bertahun-tahun lamanya kalian telah tersesat?" Tetapi para pendeta itu berteriak, "Tangkap dia!" dan orang itu pun dibawa pergi, tak pernah muncul kembali. Para musafir itu melanjutkan perjalanan, dan sampai di negeri bangsa yang kedua dan memuja alat-alat pembuatan api. Ada lagi seorang pengikut yang memberanikan diri mencoba menyehatkan akal bangsa itu. Dengan izin gurunya ia berkata, "Saya mohon izin untuk berbicara kepada kalian semua sebagai bangsa yang berakal. Kalian memuja alat-alat untuk membuat sesuatu, dan bukan hasil pembuatan itu. Dengan demikian kalian menunda kegunaannya. Saya tahu kenyataan yang mendasari upacara ini." Bangsa itu terdiri dari orang-orang yang lebih berakal. Tetapi mereka berkata kepada pengikut kedua itu, "Saudara diterima baik sebagai musafir dan orang asing di antara kami. Tetapi, sebagai orang asing, yang tak mengenal sejarah dan adat kami, Saudara tak memahami apa yang kami kerjakan. Saudara berbuat kesalahan. Barangkali Saudara malah berusaha membuang atau mengganti agama kami. Karena itu kami tidak mau mendengarkan Saudara." Para musafir itu pun melanjutkan perjalanan. Ketika mereka sarnpai ke negeri bangsa ke tiga, mereka menyaksikan di depan setiap rumah terpancang patung Nur, orang pertama yang membuat api. Pengikut ketiga berkata kepada pemimpin besar itu. "Patung itu melambangkan orang, yang melambangkan kemampuan, yang bisa dipergunakan." "Mungkin begitu," jawab para pemuja Nur, "tetapi yang bisa menembus rahasia sejati hanya beberapa orang saja." "Hanya bagi beberapa orang yang mau mengerti, bukan bagi mereka yang menolak menghadapi kenyataan," kata pengikut ketiga itu. "Itu bid'ah kepangkatan, dan berasal dari orang yang bahkan tak bisa mempergunakan bahasa kami secara benar, dan bukan pendeta yang ditahbiskan menurut adat kami," kata pendeta-pendeta itu. Dan pengikut darwis itupun bisa melanjutk
[keluarga-islam] BATAS DOGMA
BATAS DOGMA Pada suatu hari, Sultan Mahmud yang Agung berada dijalan di Ghazna, ibu kota negerinya. Dilihatnya seorang kuli mengangkut beban berat, yakni sebungkah batu yang didukung di punggungnya. Karena rasa kasihan terhadap kuli itu, Mahmud tidak bisa menahan perasaannya, katanya memerintah: "Jatuhkan batu itu, kuli." Perintah itupun langsung dilaksanakan. Batu tersebut berada di tengah jalan, merupakan gangguan bagi siapapun yang ingin lewat, bertahun-tahun lamanya. Akhirnya sejumlah warga memohon raja agar memerintahkan orang memindahkan batu itu. Namun Mahmud, menyadari akan kebijaksanaan administratif, terpaksa menjawab. "Hal yang sudah dilaksanakan berdasarkan perintah, tidak bisa dibatalkan oleh perintah yang sama derajatnya. Sebab kalau demikian, rakyat akan beranggapan bahwa perintah raja hanya berdasarkan kehendak sesaat saja. Jadi, biar saja batu itu disitu." Oleh karenanya batu tersebut tetap berada di tengah jalan itu selama masa pemerintahan Mahmud. Bahkan ketika ia meninggal batu itu tidak dipindahkan, karena orang-orang masih menghormati perintah raja. Kisah itu sangat terkenal. Orang-orang mengambil maknanya berdasarkan salah satu dari tiga tafsiran, masing-masing sesuai dengan kemampuannya. Mereka yang menentang kepenguasaan beranggapan bahwa kisah itu merupakan bukti ketololan penguasa yang berusaha mempertahankan kekuasaannya. Mereka yang menghormati kekuasaan merasa hormat terhadap perintah, betapapun tidak menyenangkannya. Mereka yang bisa menangkap maksudnya yang benar, bisa memahami nasehat yang tersirat. Dengan menyuruh menjatuhkan batu di tempat yang tidak semestinya sehingga merupakan gangguan, dan kemudian membiarkannya berada disana, Mahmud mengajar kita agar mematuhi penguasa duniawi -dan sekaligus menyadarkan kita bahwa siapapun yang memerintah berdasarkan dogma kaku, tidak akan sepenuhnya berguna bagi kemanusiaan. Mereka yang menangkap makna ini akan mencapai taraf pencari kebenaran, dan akan bisa menambah jalan menuju Kebenaran. Catatan Kisah ini muncul dalam karya klasik yang terkenal, Akhlaq-i-Mohsini 'Akhlak Dermawan,' ciptaan Hasan Waiz Kashifi; hanya saja tanpa tafsir seperti yang ada dalam versi ini. Versi ini merupakan bagian ajaran syeh Sufi Daud dari Qandahar, yang meninggal tahun 1965. Kisah ini merupakan pengungkapan yang bagus tentang pelbagai taraf pemahaman terhadap tindakan; masing-masing orang akan menilainya berdasarkan pendidikannya. Metode penggambaran tak langsung yang dipergunakan Sultan Mahmud itu dianut pada Sufi, dan bisa diringkaskan dalam ungkapan, "Bicaralah kepada dinding, agar pintu bisa mendengar." K I S A H - K I S A H S U F I Kumpulan kisah nasehat para guru sufi selama seribu tahun yang lampau oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono) Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984 Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com
Re: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan
Pak Dodi, Mengenai Ma'rifatulloh, bagaimana memahami kalimat "Awwaluddin Makrifatullahh". Apakah harus dimulai dengan al Hirah juga? Terima kasih, Wassalam. PM. - Original Message From: dodindra <[EMAIL PROTECTED]> To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 20 December 2006 1:24:59 PM Subject: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan Waalaykumussalam Wr.Wb. Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf "KEBINGUNGAN = Al HIRAH" karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh) . Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi. Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4 golongan , yaitu : 1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr) 2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali 3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA, sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar. 4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT menerima segala bentuk keyakinan. Masing-masing golongan ini bertanya " Apakah yang terjadi ?" Berawal dari pertanyaan itu, timbullah "KEBINGUNGAN" , dimana entitas kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari. Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu : 1. Ma'rifat dengan dalil 2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah) 3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang tertinggi. Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV mengatakan : " Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil, sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh SWT " Om Dave, karena pertanyaan-pertanya an Om ini tatarannya adalah pada tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya yang saat ini Om rasakan. Sudah di tataran Ilmul Yaqqin, atau Ainur Yaqqin, atau malah sebenarnya sudah Haqqul Yaqqin.. Semoga Alloh membimbing kita semua untuk memahamkan DzatNYA yang Maha Haq, amiin. wassalam, dodi yangdhoifdanbarubel ajarhidup --- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, "Dave" <[EMAIL PROTECTED] ..> wrote: > > Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu, > > Alhamdulillah, terima kasih om Wandy atas keterangannya memang secara hakikat kita tidak akan mampu membuat kesimpulan mengenai keberadaan Allah SWT akan tetapi keterangan yang di peroleh merupakan pintu keyakinan tingkat pertama yaitu ilmul yaqin dan untuk menuju pintu kedua di perlukan keimanan tingkat tinggi sehingga menimbulkan basirah dalam qalbu yang dapat memunculkan Ainul yaqin dan pada saat ini pertanyaan tadi sudah tidak di perlukan lagi dan kita dapat terus melangkah menuju pintu yang haq yaitu pintu haqqul yaqin , keyakinan para Nabi dan para Wali. > > Untuk orang yang bodoh seperti saya bertanya mengenai keberadaan Allah itu sendiri sudah merupakan langkah pertama menuju tangga pertama dari sebuah keyakinan mengenai keberadaan Allah SWT sehingga di butuhkan dorongan dari para rekan sekalian berupa masukan. Keyakinan-keyakinan tersebut diataslah yang menjadi pilar rukun ihsan, rukun yang memberikan "nyawa" bagi rukun iman dan rukun islam, sehingga ketika kita membahas rukun islam seperti masalah ibadah, muamalah semuanya dilandaskan rasa ihsan (ridho Allah) dan insya Allah kata-kata yang keluarpun insya Allah lebih indah..maaf loh bukan nyindir orang yang suka dengan kata-kata tidak indah .mungkin saja tidak indah menurut kita sangat indah menurut orang lain..Allah lah yang maha tau > > Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu, > > > - Original Message - > From: wandysulastra > To: keluarga-islam@ yahoogroups. com > Sent: 19 December 2006 16:35 > Subject: [keluarga-islam] Re: Pertanyaan dari seorang - Dave > > > Menambahkan jawaban secara 'syariah', bahwa Allah bersemayam > diatas 'Arsy yang berada diatas langit. Beberapa keterangan dari Al > Quran, > > "(Robb) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy" (Thoha : > 5). > > "Kemudian Dia Istiwa' (bersemayam) di atas `Arsy" (Al-A'raf : 54) > > Perkataan Jin sebagaimana diceritakan Alloh yang juga menunjukkan > keberadaan Allah swt, > > "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, > maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah- > panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa > tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya) . > Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan > (sep
Re: [keluarga-islam] Pertanyaan dari seorang - Dave
Pak Ananto, Prinsip Shekh Siti Jenar itu bagaimana? Wassalam PM. - Original Message From: Ananto <[EMAIL PROTECTED]> To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 20 December 2006 11:32:03 AM Subject: Re: [keluarga-islam] Pertanyaan dari seorang - Dave hmmm... hampir mirip dengan prinsipnya Shekh Siti Jenar... :) salam, ananto On 12/19/06, bos gila <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Tuhan tidak bisa diikat dengan tempat, Dia dekat tanpa sentuhan dan jauh tanpa jarak. "tempat" tidak bisa menjebak Allah swt, dan Allah tidak berada di suatu ruang dan tempat, karena seluruh ruang dan tempat adalah ciptaan Nya, bila Dia swt ada disuatu tempat maka dimana Dia saat tempat belum diciptakan?, ini jelas bahwa Dia swt tidak berada di suatu tempat, namun Dia swt yg menguasai segala tempat, dan kekuasaan Nya dekat pd seluruh hamba Nya, lebih dekat dari semua yg dekat., Dave <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,. Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com
Re: [keluarga-islam] Re: Alhamdulillah.
Ya semoga begitu. Amiin. Untuk lanjutannya, maksudnya bagaimana, Pak? Kenapa setelah pintu ini jadi ke manusia? Silahkan Pak Dodi dulu. wassalam. PM. - Original Message From: dodindra <[EMAIL PROTECTED]> To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Wednesday, 20 December 2006 11:21:07 AM Subject: [keluarga-islam] Re: Alhamdulillah. Subhanalloh, Alhamdulillah, Astaghfirullohal' adziim... . Terima kasih Om, semoga akan menjadi amal shalih untuk Om dan keluarga, dan kita semua difahamkan akan ilmunya, amiin. Monggo dilanjutkan Om PM, bukankah kelanjutannya nanti adalah manusia Astaghfirulloh. . Dan selanjutnya adalah manusia yang sadar Laa haulaa wala quwata ilaa billahil 'aliyyil 'adziim. wassalam, dodi --- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, Peronda <[EMAIL PROTECTED] .> wrote: > > Bismillahirrohmanir rohiim. > > Qola Rosululloh SAW: > KULLU AMRIN DZIIBAALIN LAA YUBDA-U FIIHI BILHAMDILLAHI AQTHO'U ('An Abi Huroiroh) Rowahu Ibnu Majah wal Baihaqi - (Jami'ush Shogir / Huruf Kaf / 233) > > Artinya: > Bersabda Rosululloh SAW: > Segala perkara yang mempunyai tujuan baik yang tidak dimulai dalam perkara itu dengan Alhamdulillah jadi putus.. > > Hadits ini keterangan dari shohabat Abu Huroiroh diriwatkan oleh Ibnu Majah dan Imam Baihaqi. > Dalam hadits ini diterangkan bahwa semua perkara yang baik akan tetapi tidak dimulai dengan Alhamdulillah, maka perkara yang baik itu puts, "Qoliluhu Barokahu": sedikit barokahnya. > > Alhamdulillah itulah yang menjadi pintu rumah Islam. Kalau Bismillahirrohmanir rohim itu pintu gerbangnya rumah Islam, maka Alhamdulillah adalah pintu rumah Islam. Makanya Alhamdulillahirobbi l'alamin itu ditulis dalam ayat pertama dalam surat Al-Fatihah. > > Akan tetapi Alloh berfirman dalam surat Lukman: > ...ALHAMDULILLAHI BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN. > Artinya: > Segala puji kepunyaan Alloh akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti. > > Begitu juga dalam surat Azzumar ayat 29: > ...ALHAMDULILLAHI BAL AKTASARUHUM LAA YA'LAMUUN. > Artinya: > Alhamdulillah akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti tentang Alhamdulillah. > > dan dalam surat An-Nahl ayat 75: > ...ALHAMDULILLAH BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN. > > sampai tiga kali Alloh Ta'ala berfirman seperti di atas. Tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengerti soal Alhamdulillah. > > Memang benar, ini pintu rumah Islam, banyak yang masuk Islam tetapi tidak mengetahui pintunya. Mestinya pintunya itu Alhamdulillah dan pintu gerbangnya Bismillah. > > (untuk pak Dodi, semoga ini tulisan ini melengkapi apa yang telah bapak tulis di milis ini beberpa waktu yang lalu). > > wassalam > PM. >. __ Meet your soulmate! Yahoo! Asia presents Meetic - where millions of singles gather http://asia.yahoo.com/meetic
[keluarga-islam] Alhamdulillah.
Bismillahirrohmanirrohiim. Qola Rosululloh SAW: KULLU AMRIN DZIIBAALIN LAA YUBDA-U FIIHI BILHAMDILLAHI AQTHO'U ('An Abi Huroiroh) Rowahu Ibnu Majah wal Baihaqi - (Jami'ush Shogir / Huruf Kaf / 233) Artinya: Bersabda Rosululloh SAW: Segala perkara yang mempunyai tujuan baik yang tidak dimulai dalam perkara itu dengan Alhamdulillah jadi putus.. Hadits ini keterangan dari shohabat Abu Huroiroh diriwatkan oleh Ibnu Majah dan Imam Baihaqi. Dalam hadits ini diterangkan bahwa semua perkara yang baik akan tetapi tidak dimulai dengan Alhamdulillah, maka perkara yang baik itu puts, "Qoliluhu Barokahu": sedikit barokahnya. Alhamdulillah itulah yang menjadi pintu rumah Islam. Kalau Bismillahirrohmanirrohim itu pintu gerbangnya rumah Islam, maka Alhamdulillah adalah pintu rumah Islam. Makanya Alhamdulillahirobbil'alamin itu ditulis dalam ayat pertama dalam surat Al-Fatihah. Akan tetapi Alloh berfirman dalam surat Lukman: ...ALHAMDULILLAHI BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN. Artinya: Segala puji kepunyaan Alloh akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti. Begitu juga dalam surat Azzumar ayat 29: ...ALHAMDULILLAHI BAL AKTASARUHUM LAA YA'LAMUUN. Artinya: Alhamdulillah akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti tentang Alhamdulillah. dan dalam surat An-Nahl ayat 75: ...ALHAMDULILLAH BAL AKTSARUHUM LAA YA'LAMUUN. sampai tiga kali Alloh Ta'ala berfirman seperti di atas. Tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengerti soal Alhamdulillah. Memang benar, ini pintu rumah Islam, banyak yang masuk Islam tetapi tidak mengetahui pintunya. Mestinya pintunya itu Alhamdulillah dan pintu gerbangnya Bismillah. (untuk pak Dodi, semoga ini tulisan ini melengkapi apa yang telah bapak tulis di milis ini beberpa waktu yang lalu). wassalam PM. Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com