[keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan

2006-12-20 Terurut Topik dodindra
Ass.Wr.Wb.

Om, saya ini khan cetek pengetahuan, jadi sebelumnya mohon maaf jika
jawaban saya gak nyambung.

Saya pribadi, sangat sepakat dengan kata bijak atsar dari Sayyidina
Ali tersebut, Awwaluddin Makrifatullahh.
Bagaimana beragama jika belum mengenal sumbernya agama, bagaimana
sembahyang, jika belum mengenal yang di sembah ?
Masalah Ma'rifatulloh - KeImanan, ini bukan proses-proses yang harus
terjadi berurut-urutan seperti kita naik tangga, namun adakalanya
berbolak-balik. Salah satu prosesnya adalah Hirah/Kebingungan ini.
Ini bisa menjadi awal, namun juga bisa muncul ditengah-tengah atau
mendekati akhir proses tersebut.Proses ini hanya akan berhenti ketika
kita dipanggil pulang keharibaanNYA nanti.

Coba, Om telaah dan tafakuri pada diri Om sendiri.pernahkan Om
gundah / mengalami kebingungan saat mau mencoba mengerti Siapa Alloh
itu ? atau, Siapa Diri kita ini ?
Ketika Om berkeputusan, ya benar, Alloh memang Ada, dan kita mengimani
hal itu, maka makin mantaplah kita menjalankan Diin ( khususnya
menjalankan SyariatNYA ).

Untuk saya pribadi, hanya pertolonganNYA sajalah yang saya rasakan
sebagai karunia yang tak terhingga pada tahap keimanan yang saya
peroleh saat ini.
Makin bertafakur, makin merasa siapa diri kita, dan siapa Kholiq kita.
Semoga Alloh juga melimpahi saya dan kita semua dengan limpahan
karunia kekuatan untuk taat padaNYA dengan menjalankan PerintahNYA dan
menjauhi yang dilarangNYA, amiin.

Mohon maaf jika tulisan saya ini ngalor-ngidul, semoga makinmenambah
penasaran.

wassalam,
dodi
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Peronda [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Dodi,
 Mengenai Ma'rifatulloh, bagaimana memahami kalimat Awwaluddin
Makrifatullahh.
 Apakah harus dimulai dengan al Hirah juga?
 
 Terima kasih,
 Wassalam.
 PM.
 
 
 
 - Original Message 
 From: dodindra [EMAIL PROTECTED]
 To: keluarga-islam@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, 20 December 2006 1:24:59 PM
 Subject: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan
 
 Waalaykumussalam Wr.Wb.
 
 Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan
 kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf KEBINGUNGAN = Al
 HIRAH karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh) .
 
 Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang
 bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi.
 Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4
 golongan , yaitu :
 1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr)
 2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali
 3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA,
 sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar.
 4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT
 menerima segala bentuk keyakinan.
 
 Masing-masing golongan ini bertanya  Apakah yang terjadi ?
 Berawal dari pertanyaan itu, timbullah KEBINGUNGAN , dimana entitas
 kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi
 seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU
 MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur
 DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari.
 
 Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu :
 1. Ma'rifat dengan dalil
 2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah)
 3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang
 tertinggi.
 
 Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV
 mengatakan :  Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil,
 sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan
 sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana
 bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh
 SWT 
 
 Om Dave, karena pertanyaan-pertanya an Om ini tatarannya adalah pada
 tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri
 sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya yang saat
 ini Om rasakan.
 Sudah di tataran Ilmul Yaqqin, atau Ainur Yaqqin, atau malah
 sebenarnya sudah Haqqul Yaqqin..
 
 Semoga Alloh membimbing kita semua untuk memahamkan DzatNYA yang Maha
 Haq, amiin.
 
 wassalam,
 dodi
 yangdhoifdanbarubel ajarhidup
 
 --- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, Dave d4v1d2yan@ .. wrote:
 
  Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,
  
  Alhamdulillah, terima kasih om Wandy atas keterangannya memang
 secara hakikat kita tidak akan mampu membuat kesimpulan mengenai
 keberadaan Allah SWT akan tetapi keterangan yang di peroleh merupakan
 pintu keyakinan tingkat pertama yaitu ilmul yaqin dan untuk menuju
 pintu kedua di perlukan keimanan tingkat tinggi sehingga menimbulkan
 basirah dalam qalbu yang dapat memunculkan Ainul yaqin dan pada saat
 ini pertanyaan tadi sudah tidak di perlukan lagi dan kita dapat terus
 melangkah menuju pintu yang haq yaitu pintu haqqul yaqin , keyakinan
 para Nabi dan para Wali.
  
  Untuk orang yang bodoh seperti saya bertanya mengenai keberadaan
 Allah itu sendiri sudah

Re: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan

2006-12-20 Terurut Topik bos gila
tentu saja ucapan mas dodi benar,  hirah disini adalah bingung mencari suatu 
jawaban sebagaimana Ibrahim  as yg pada awalnnya mencari hakikat tuhannya, ia 
dalam hirah.. bukan  makrifatullah, tapi justru akhir dari hirah adalah 
makrifatullah, 
  
  semua orang yg mencapai iman mestilah  hirah dulu, lalu hirahnya itu dijawab 
oleh gurunya, atau oleh bacaan  ayat, atau bahkan oleh alam sebagaimana Ibrahim 
as hingga ia sampai  pada markrifatullah.
  
  kitapun demikian, saat mulai dewasa  kita bertanya dalam hati, kenapa harus 
sholat?, untuk apa puasa? dlsb,  nah inilah masa hirah, dan kemudian muncullah 
jawaban dari ayat, guru,  dengar, atau dari alam,atau dari tafakkur.. dan saat 
itulah awal  hakikat diin, dan yg sebelumnya adalah shuuriy (dhohir saja tanpa  
batin).
  
  dodindra [EMAIL PROTECTED] wrote:   
   Ass.Wr.Wb.
  
  Om, saya ini khan cetek pengetahuan, jadi sebelumnya mohon maaf jika
  jawaban saya gak nyambung.
  
  Saya pribadi, sangat sepakat dengan kata bijak atsar dari Sayyidina
  Ali tersebut, Awwaluddin Makrifatullahh.
  Bagaimana beragama jika belum mengenal sumbernya agama, bagaimana
  sembahyang, jika belum mengenal yang di sembah ?
  Masalah Ma'rifatulloh - KeImanan, ini bukan proses-proses yang harus
  terjadi berurut-urutan seperti kita naik tangga, namun adakalanya
  berbolak-balik. Salah satu prosesnya adalah Hirah/Kebingungan ini.
  Ini bisa menjadi awal, namun juga bisa muncul ditengah-tengah atau
  mendekati akhir proses tersebut.Proses ini hanya akan berhenti ketika
  kita dipanggil pulang keharibaanNYA nanti.
  
  Coba, Om telaah dan tafakuri pada diri Om sendiri.pernahkan Om
  gundah / mengalami kebingungan saat mau mencoba mengerti Siapa Alloh
  itu ? atau, Siapa Diri kita ini ?
  Ketika Om berkeputusan, ya benar, Alloh memang Ada, dan kita mengimani
  hal itu, maka makin mantaplah kita menjalankan Diin ( khususnya
  menjalankan SyariatNYA ).
  
  Untuk saya pribadi, hanya pertolonganNYA sajalah yang saya rasakan
  sebagai karunia yang tak terhingga pada tahap keimanan yang saya
  peroleh saat ini.
  Makin bertafakur, makin merasa siapa diri kita, dan siapa Kholiq kita.
  Semoga Alloh juga melimpahi saya dan kita semua dengan limpahan
  karunia kekuatan untuk taat padaNYA dengan menjalankan PerintahNYA dan
  menjauhi yang dilarangNYA, amiin.
  
  Mohon maaf jika tulisan saya ini ngalor-ngidul, semoga makinmenambah
  penasaran.
  
  wassalam,
  dodi
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Peronda [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Pak Dodi,
   Mengenai Ma'rifatulloh, bagaimana memahami kalimat Awwaluddin
  Makrifatullahh.
   Apakah harus dimulai dengan al Hirah juga?
   
   Terima kasih,
   Wassalam.
   PM.
   
   
   
   - Original Message 
   From: dodindra [EMAIL PROTECTED]
   To: keluarga-islam@yahoogroups.com
   Sent: Wednesday, 20 December 2006 1:24:59 PM
   Subject: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan
   
   Waalaykumussalam Wr.Wb.
   
   Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan
   kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf KEBINGUNGAN = Al
   HIRAH karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh) .
   
   Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang
   bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi.
   Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4
   golongan , yaitu :
   1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr)
   2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali
   3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA,
   sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar.
   4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT
   menerima segala bentuk keyakinan.
   
   Masing-masing golongan ini bertanya  Apakah yang terjadi ?
   Berawal dari pertanyaan itu, timbullah KEBINGUNGAN , dimana entitas
   kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi
   seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU
   MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur
   DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari.
   
   Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu :
   1. Ma'rifat dengan dalil
   2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah)
   3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang
   tertinggi.
   
   Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV
   mengatakan :  Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil,
   sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan
   sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana
   bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh
   SWT 
   
   Om Dave, karena pertanyaan-pertanya an Om ini tatarannya adalah pada
   tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri
   sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya

[keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan

2006-12-19 Terurut Topik dodindra
Waalaykumussalam Wr.Wb.

Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan
kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf KEBINGUNGAN = Al
HIRAH karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh).

Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang
bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi.
Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4
golongan , yaitu :
1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr)
2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali
3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA,
sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar.
4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT
menerima segala bentuk keyakinan.

Masing-masing golongan ini bertanya  Apakah yang terjadi ?
Berawal dari pertanyaan itu, timbullah KEBINGUNGAN, dimana entitas
kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi
seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU
MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur
DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari.

Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu :
1. Ma'rifat dengan dalil
2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah)
3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang
tertinggi.

Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV
mengatakan :  Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil,
sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan
sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana
bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh
SWT 

Om Dave, karena pertanyaan-pertanyaan Om ini tatarannya adalah pada
tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri
sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya yang saat
ini Om rasakan.
Sudah di tataran Ilmul Yaqqin, atau Ainur Yaqqin, atau malah
sebenarnya sudah Haqqul Yaqqin..

Semoga Alloh membimbing kita semua untuk memahamkan DzatNYA yang Maha
Haq, amiin.

wassalam,
dodi
yangdhoifdanbarubelajarhidup

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Dave [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,
 
 Alhamdulillah, terima kasih om Wandy atas keterangannya memang
secara hakikat kita tidak akan mampu membuat kesimpulan mengenai
keberadaan Allah SWT akan tetapi keterangan yang di peroleh merupakan
pintu keyakinan  tingkat pertama yaitu ilmul yaqin dan untuk menuju
pintu kedua di perlukan keimanan tingkat tinggi sehingga menimbulkan
basirah dalam qalbu yang dapat memunculkan Ainul yaqin dan pada saat
ini pertanyaan tadi sudah tidak di perlukan lagi  dan kita dapat terus
melangkah menuju pintu yang haq yaitu pintu haqqul yaqin , keyakinan
para Nabi dan para Wali.
 
 Untuk orang yang bodoh seperti saya bertanya mengenai keberadaan
Allah itu sendiri sudah merupakan langkah pertama menuju tangga
pertama dari sebuah keyakinan mengenai keberadaan Allah SWT sehingga
di butuhkan dorongan dari para rekan sekalian berupa masukan.
Keyakinan-keyakinan tersebut diataslah yang menjadi pilar rukun ihsan,
rukun yang memberikan nyawa bagi rukun iman dan rukun islam,
sehingga ketika kita membahas rukun islam seperti masalah ibadah,
muamalah semuanya dilandaskan rasa ihsan (ridho Allah) dan insya Allah
kata-kata yang keluarpun insya Allah lebih indah..maaf loh
bukan nyindir orang yang suka dengan kata-kata tidak indah
.mungkin saja tidak indah menurut kita sangat indah menurut orang
lain..Allah lah yang maha tau
 
 Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,
 
 
   - Original Message - 
   From: wandysulastra 
   To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
   Sent: 19 December 2006 16:35
   Subject: [keluarga-islam] Re: Pertanyaan dari seorang - Dave
 
 
   Menambahkan jawaban secara 'syariah', bahwa Allah bersemayam 
   diatas 'Arsy yang berada diatas langit. Beberapa keterangan dari Al 
   Quran,
 
   (Robb) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy (Thoha : 
   5).
 
   Kemudian Dia Istiwa' (bersemayam) di atas `Arsy (Al-A'raf : 54)
 
   Perkataan Jin sebagaimana diceritakan Alloh yang juga menunjukkan 
   keberadaan Allah swt, 
 
   Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, 
   maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-
   panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa 
   tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). 
   Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan 
   (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk 
   membakarnya). (Al Jin: 8-9)
 
   Dalil-dalil As Sunnah:
 
   Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda, Apabila Alloh 
   menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-
   sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang 
   didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang 

Re: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan

2006-12-19 Terurut Topik Peronda
Pak Dodi,
Mengenai Ma'rifatulloh, bagaimana memahami kalimat Awwaluddin Makrifatullahh.
Apakah harus dimulai dengan al Hirah juga?

Terima kasih,
Wassalam.
PM.



- Original Message 
From: dodindra [EMAIL PROTECTED]
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, 20 December 2006 1:24:59 PM
Subject: [keluarga-islam] Re: Masih sebuah pertanyaan

Waalaykumussalam Wr.Wb.

Om Dave yang dirohmati Alloh ta'ala, kalau boleh disarikan, pembahasan
kita ini, ibarat mencari, saat ini adalah pada taraf KEBINGUNGAN = Al
HIRAH karena ingin mengenal Alloh SWT (Ma'rifatulloh) .

Kondisi ini, oleh Ulama Ahli Tajjali, bisa dimasukkan pada rel yang
bagus, karena disini terjadi perbedaan-perbedaan persepsi.
Tentang pengenalan hakiqat Alloh SWT, ada ahli yang membagi menjadi 4
golongan , yaitu :
1. Golongan yang mengenal Alloh melalui daya nalar ( An-Nadhr)
2. Golongan yang mengenal Alloh lewat At Tajjali
3. Golongan yang mengenal Alloh dengan memiliki Ilmu tentang Dzat NYA,
sebagai panduan antara As Syahadah dengan daya Nalar.
4. Golongan yang mengenal Alloh SWT dengan keyakinan bahwa Alloh SWT
menerima segala bentuk keyakinan.

Masing-masing golongan ini bertanya  Apakah yang terjadi ?
Berawal dari pertanyaan itu, timbullah KEBINGUNGAN , dimana entitas
kebingungan itu sendiri merupakan SARANA - HAKIQAT - PETUNJUK bagi
seseorang yang sedang dalam keadaan bingung, dan bagi YANG MAMPU
MENENTUKAN SIKAP dalam kebingungan tadi, maka dia berada pada jalur
DALAM PETUNJUK, itulah sampainya yang dicari.

Diperolehnya ma'rifat itu, bisa disarikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu :
1. Ma'rifat dengan dalil
2. Ma'rifat dengan kesaksian ( Al Musyahadah)
3. Ma'rifat melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, inilah tingkat yang
tertinggi.

Ibnu Arobi dalam kitab beliau Al Futuhat Al Makkiyyah Juz. IV
mengatakan :  Sepertiga Ilmu Alloh SWT diketahui melalui dalil,
sepertiga diketahui melalui kesaksian pada waktu Tajalli, dan
sepertiga lainnya adalah melalui pemberitahuan dari Alloh SWT, dimana
bagian ini merupakan bagian yang paling benar di dalam mengenal Alloh
SWT 

Om Dave, karena pertanyaan-pertanya an Om ini tatarannya adalah pada
tataran Qolbu, dan ini berbuah keimanan, maka hanya Om Dave sendiri
sajalah sebenarnya yang tahu, pada tataran apa sebenarnya yang saat
ini Om rasakan.
Sudah di tataran Ilmul Yaqqin, atau Ainur Yaqqin, atau malah
sebenarnya sudah Haqqul Yaqqin..

Semoga Alloh membimbing kita semua untuk memahamkan DzatNYA yang Maha
Haq, amiin.

wassalam,
dodi
yangdhoifdanbarubel ajarhidup

--- In keluarga-islam@ yahoogroups. com, Dave [EMAIL PROTECTED] .. wrote:

 Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,
 
 Alhamdulillah, terima kasih om Wandy atas keterangannya memang
secara hakikat kita tidak akan mampu membuat kesimpulan mengenai
keberadaan Allah SWT akan tetapi keterangan yang di peroleh merupakan
pintu keyakinan tingkat pertama yaitu ilmul yaqin dan untuk menuju
pintu kedua di perlukan keimanan tingkat tinggi sehingga menimbulkan
basirah dalam qalbu yang dapat memunculkan Ainul yaqin dan pada saat
ini pertanyaan tadi sudah tidak di perlukan lagi dan kita dapat terus
melangkah menuju pintu yang haq yaitu pintu haqqul yaqin , keyakinan
para Nabi dan para Wali.
 
 Untuk orang yang bodoh seperti saya bertanya mengenai keberadaan
Allah itu sendiri sudah merupakan langkah pertama menuju tangga
pertama dari sebuah keyakinan mengenai keberadaan Allah SWT sehingga
di butuhkan dorongan dari para rekan sekalian berupa masukan.
Keyakinan-keyakinan tersebut diataslah yang menjadi pilar rukun ihsan,
rukun yang memberikan nyawa bagi rukun iman dan rukun islam,
sehingga ketika kita membahas rukun islam seperti masalah ibadah,
muamalah semuanya dilandaskan rasa ihsan (ridho Allah) dan insya Allah
kata-kata yang keluarpun insya Allah lebih indah..maaf loh
bukan nyindir orang yang suka dengan kata-kata tidak indah
.mungkin saja tidak indah menurut kita sangat indah menurut orang
lain..Allah lah yang maha tau
 
 Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabaraakatuhu,
 
 
 - Original Message - 
 From: wandysulastra 
 To: keluarga-islam@ yahoogroups. com 
 Sent: 19 December 2006 16:35
 Subject: [keluarga-islam] Re: Pertanyaan dari seorang - Dave
 
 
 Menambahkan jawaban secara 'syariah', bahwa Allah bersemayam 
 diatas 'Arsy yang berada diatas langit. Beberapa keterangan dari Al 
 Quran,
 
 (Robb) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy (Thoha : 
 5).
 
 Kemudian Dia Istiwa' (bersemayam) di atas `Arsy (Al-A'raf : 54)
 
 Perkataan Jin sebagaimana diceritakan Alloh yang juga menunjukkan 
 keberadaan Allah swt, 
 
 Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, 
 maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-
 panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa 
 tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya) . 
 Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan 
 (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai