[media-dakwah] Sholat Sunnah Dhuha dan Tahajud

2005-07-29 Terurut Topik Sukarno
Assalamu'alaikum WR.WB.
Salam kenal,
Mohon bimbingan,
Ana membutuhkan risalah berkenaan dengan Sholat Sunnah tahajud dan dhuha.
Meliputi
1. Dalil
2. Tata Cara + syarat
3. Batasan Waktu(Untuk tahajud apakah harus tidur dulu?)

Demikian, mohon bantuannya.
Jazakumullahu khairon katsiro.

Sukarno
Tangerang


[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[media-dakwah] Kaifiat Sholat Nabi ( Membaca Ta'awudz Al Fatihah )

2005-07-29 Terurut Topik Harijanto
MEMBACA TA'AWWUDZ

Membaca do'a ta'awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka'at, 
sebagaimana firman Allah ta'ala:
Apabila kamu membaca al Qur-an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada 
Allah dari syaitan yang terkutuk. (An Nahl : 98).
Dan pendapat ini adalah yang paling shahih dalam madzhab Syafi'i dan 
diperkuat oleh Ibnu Hazm (Lihat al Majmuu' III/323 dan Tamaam al Minnah 
172-177).
 
Nabi biasa membaca ta'awwudz yang berbunyi:

A'UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMAZIHI WA NAFKHIHI 
WANAFTSIHI
artinya:
Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya 
(yang menyebabkn gila), dari kesombongannya, dan dari hembusannya (yang 
menyebabkan kerusakan akhlaq). (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu 
Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu 
Hibban dan Dzahabi).
Atau mengucapkan:

A'UUZUBILLAHIS SAMII'IL ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM...
artinya:
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari 
setan yang terkutuk...
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad 
hasan).


MEMBACA AL FATIHAH

Hukum Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat, 
jadi kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya 
berdasarkan perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya):
Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca 
Al-Fatihah
(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Jama'ah: yakni Al-Imam Al-Bukhari, 
Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah).
Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka sholatnya buntung, 
sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak sempurna (Hadits Shahih 
dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).

Kapan Kita Wajib Membaca Surat Al-Fatihah
Jelas bagi kita kalau sedang sholat sendirian (munfarid) maka wajib untuk 
membaca Al-Fatihah, begitu pun pada sholat jama'ah ketika imam membacanya 
secara sirr (tidak diperdengarkan) yakni pada sholat Dhuhur, 'Ashr, satu 
roka'at terakhir sholat Mahgrib dan dua roka'at terakhir sholat 'Isyak, 
maka para makmum wajib membaca surat Al-Fatihah tersebut secara 
sendiri-sendiri secara sirr (tidak dikeraskan).

Lantas bagaimana kalau imam membaca secara keras…?

Tentang ini Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa pernah Rasulullah melarang 
makmum membaca surat dibelakang imam kecuali surat Al-Fatihah:
Betulkah kalian tadi membaca (surat) dibelakang imam kalian? Kami 
menjawab: Ya, tapi dengan cepat wahai Rasulallah. Berkata Rasul: Kalian 
tidak boleh melakukannya lagi kecuali membaca Al-Fatihah, karena tidak ada 
sholat bagi yang tidak membacanya. (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam 
Al-Bukhori, Abu Dawud, dan Ahmad, dihasankan oleh At-Tirmidzi dan 
Ad-Daraquthni).
Selanjutnya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melarang makmum membaca 
surat apapun ketika imam membacanya dengan jahr (diperdengarkan) baik itu 
Al-Fatihah maupun surat lainnya. Hal ini selaras dengan keterangan dari 
Al-Imam Malik dan Ahmad bin Hanbal tentang wajibnya makmum diam bila imam 
membaca dengan jahr (keras). Berdasar arahan Nabi shallallahu 'alaihi wa 
sallam:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah berkata Rasulullah shallallahu 
'alaihi wa sallam :Dijadikan imam itu hanya untuk diikuti. Oleh karena 
itu apabila imam takbir, maka bertakbirlah kalian, dan apabila imam 
membaca, maka hendaklah kalian diam (sambil memperhatikan bacaan imam 
itu)…
(Hadits Shahih dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud no. 603  604. Ibnu 
Majah no. 846, An-Nasa-i. Imam Muslim berkata: Hadits ini menurut 
pandanganku Shahih).
Barangsiapa sholat mengikuti imam (bermakmum), maka bacaan imam telah 
menjadi bacaannya juga. 
(Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah, Ad-Daraquthni, Ibnu Majah, 
Thahawi dan Ahmad lihat kitab Irwa-ul Ghalil oleh Syaikh Al-Albani).

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam 
sesudah mendirikan sholat yang beliau keraskan bacaanya dalam sholat itu, 
beliau bertanya: Apakah ada seseorang diantara kamu yang membaca 
bersamaku tadi ? Maka seorang laki-laki menjawab, Ya ada, wahai 
Rasulullah. Kemudian beliau berkata, Sungguh aku katakan: Mengapakah 
(bacaan)ku ditentang dengan Al-Qur'an (juga). Berkata Abu Hurairah, 
kemudian berhentilah orang-orang dari membaca bersama Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wa sallam pada sholat-sholat yang Rasulullah keraskan 
bacaannya, ketika mereka sudah mendengar (larangan) yang demikian itu dari 
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud, At 
Tirmidzi, An Nasa-i dan Malik. Abu Hatim Ar Razi menshahihkannya, Imam 
Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan).

Hadits-hadits tersebut merupakan dalil yang tegas dan kuat tentang wajib 
diamnya makmum apabila mendengar bacaan imam, baik Al-Fatihah-nya maupun 
surat yang lain. Selain itu juga berdasarkan firman Allah Ta'ala (yang 
artinya):
Dan apabila dibacakan Al-Qur-an hendaklah kamu dengarkan ia dan diamlah 
sambil 

[media-dakwah] Jalan (3)

2005-07-29 Terurut Topik Sutan Sinaro
Assalamu'alaikum.w.w.

  ... kita sambung yang kemaren 

   Jadi jangan kita pandai-pandai mengatakan tafsiran
ini sudah obsolet, kuno, tidak up to date dsb. karena
kita tidak pula mengerti, terima sajalah apa yang
sudah dibuat oleh ulama pintar-pintar dulu, baru
pakaikan ilmu akal kita (atau bahasa kerennya logika
sains dengan teknologi). Kalau ingin juga, aaa, bagus 
belajar semua persyaratan yang disebutkan tadi.
   Kita kembali.
Jalan yang bagaimana yang kita kehendaki ?.
Yakni jalan nabi-nabi.
Bagaimana jalan nabi-nabi ini ?,
Walaqad ba’asna fi kulli ummatin rasuluan,
anni’budullah wajtanibut  taghuut
Ini yang dibawa oleh nabi. 
Sesungguhnya Kami telah mengutus untuk tiap-tiap ummat
seorang rasul. 
Ani’budullahSembahlah Allah
wajtanibut taghuud  dan jauhilah thaaguut.
Ini prinsip dasar, sejak zaman nabi Adam as. sampai
Nabi Muhammad saw.
Beribadah kepada  Allah. Ibadah ini bukan hanya
sembahyang puasa zakat haji. Ibadah berasal dari kata
‘aabada.
‘aabada maknanya menyembah
‘aabid   yang menyembah
‘ma’bud  yang disembah.
Segala sesuatu yang dibuat dikerjakan karena Allah
itulah ‘ibadah.
Itu sebabnya tidur , berjalan, makan, minum,
berkahwin, berniaga, berolah raga, apa saja yang kita
lakukan jadi ‘ibadah kalau dengan niat karena Allah
dan sesuai syari’at.
Karena ‘ibadah itu ada dua yakni, ‘ibadah khususiyah
dan ibadah umumiyah. Khususiyah maknanya sembahyang
puasa zakat haji. Umumiyah artinya apa saja yang
dilakukan adalah untuk Allah. Karena apa ?. Karena
manusia Allah ciptakan untuk beribadah
Wamaa khalaktul jinna wal insaa illa liya’buduuni
Maka kesemuanya karena Allah, bukan karena negara dan
karena bangsa, tapi karena Allah.
   Eh ini bukan politik, tapi ini hukum.
Kita mesti menjaga ‘aqidah. Kita ini bangsa yang
ber-Tuhankan kepada  Allah swt. Ada pula orang yang
ber-Tuhankan kepada  nafsu, ber-Tuhankan kepada 
setan, ber-Tuhankan kepada  benda, ber-Tuhankan kepada
 uang, ber-Tuhankan kepada  pemimpin, ber-Tuhankan
kepada  pemuka agama pun ada. Fanatik kepada  agama
ndak apa-apa, tapi fanatik kepada  pemuka agama tidak
boleh. Karena kalau ia salah gimana ?. Fanatik kepada 
pemimpin tidak boleh, ber-Tuhankan kepada  pemimpin
apa lagi.
   Apa sebabnya dianggap orang yahudi itu ber-Tuhankan
kepada  pendeta ?.
Kata mereka, mereka tidak ber-Tuhankan pendeta mereka.
Tapi, apa yang dikatakan pendeta mereka, mereka ikut,
Tuhan ditinggalkannya. Bermakna mereka sudah
ber-Tuhankan pendeta mereka. Saya ulang sekali lagi
supaya tuan-tuan paham, supaya di padang mahsyar nanti
kalau ditanya, telah disampaikan, bisa dijawab
sudah. Kalau kita lihat, yahudi ini
pendeta-pendetanya itu menukar hukum Allah swt.
Diambilnya hukumnya sendiri ditinggakannya hukum
Taurat. Tuhan berfirman orang-orang ini mengambil
hukum pendetanya meninggalkan hukum Taurat. Artinya
mereka sudah ber-Tuhankan kepada  pendeta-pendeta nya.
Kalau kita seperti itu pula, sama lah. Mengambil hukum
lain menolak hukum Allah swt., sama lah tu. Kita ambil
hukum kolonial kita campakkan hukum Allah, Kita sudah
ber-Tuhankan kepada kolonial itu pula tu. Pemimpin
membuat hukum sendiri, ditinggalkan hukum Allah swt.
Kita sudah ber-Tuhankan para pemimpin pula :)
   Kita kembali.
Jadi jalan nabi-nabi, jalan seperti yang ditempuh oleh
para nabi kita ikut. Dari nabi Adam as. sampai nabi
Muhammad saw. yang kita ambil adalah syari’at  nabi
Muhammad saw. Syari’at orang dulu-dulu tidak dipakai
lagi. Tapi tauhid sama dari nabi Adam sampai nabi
Muhammad sama saja. 
Kalau terikuti oleh kita maka kita ummat yang
berbahagia oleh karena kita yang paling duluan masuk
sorga baru ummat-umaat lain. Hebatlah Kita  Kalau
masuk ..:)
Nabi menyebut, 
Tuubaa liman ra-ani waamanabi,
tsumma tuuba tsumma tuuba tsumma tuubaa liman aamanabi
walam yaraani.
Berbahagialah orang-orang yang melihat aku dan beriman
akan daku. Kemudian berbahagialah, berbahagialah,
berbahagialah orang-orang yang beriman dengan aku tapi
tidak melihat akan daku.
Nabi sebut berbahagia itu sekali untuk orang-orang
yang beriman kepada  beliau dan melihat beliau, tapi
nabi sebut berbahagialah itu tiga kali untuk
orang-orang yang tidak melihat beliau tapi beriman
kepada  beliau. Kita memang tidak melihat nabi. Tapi
adakah beriman kita kepada  nabi ?. adakah diturut
jalan nabi ?.
Nabi sampai menyebut, Aku rindu kepada  saudara ku
Kata sahabat, Kami bukan saudaramu yaa rasulullah ?
Kata Nabi Kalian sahabatku
Kata sahabat Lalu siapa saudaramu yaa rasulullah
Kata nabi Orang yang beriman denganku tapi tak
melihatku
Kita diujung sekali tapi nabi rindu kepada  kita.
Kalau kita ikut beliau, kalau ada jalan ini yang kita
minta siang dengan malam, jalan para nabi.
Nabi ibadahnya tinggi, apakah kita kuat mengikutinya
?. kita ndak dapat membuat 100%, 30 % pun jadilah.
Nabi bangun tiap-tiap malam sembahyang. Berdiri dengan
duduk, rukuk dengan sujud nabi sama panjangnya.  Kalau
berdiri 20 menit rukuk 20 menit, sujud 20 menit pula.
Sampai ‘Aisyah mencubit kaki Nabi Takut-takut
kalau-kalau nabi sudah wafat 

Re: [media-dakwah] Di Singapura juga, Ahmadiyah Disejajarkan dengan Non-Muslim

2005-07-29 Terurut Topik Ep Ku
Muslim di Singapura-pun tidak mengakui Ahmadiyyah !
 
July 29, 2005
Narrow escape in Jakarta for 14 Ahmadiyya members from S'pore 
They were in a hall nearby when mob ransacked group's spiritual centre 
By Zakir Hussain

FOURTEEN Singapore members of the Ahmadiyya movement escaped unhurt when a mob 
ransacked the movement's Indonesian spiritual centre in Bogor, near Jakarta, 
three weeks ago. 

They were attending a gathering in a nearby conference hall when the mob 
attacked the Kampus Mubarok centre. The Singaporeans returned home shortly 
afterwards.

Leading Muslim groups in Indonesia, including the country's highest Islamic 
authority, regard the Ahmadiyya as 'a following which is outside the fold of 
Islam' and want Jakarta to ban it.

The developments in Indonesia were a cause for concern for Mr Abdul Aziz, 52, 
president of the Ahmadiyya Muslim Mission in Singapore and one of the 14 who 
was in Bogor at the time.

'We were very sad this happened to a peaceful organisation like ours,' he told 
The Straits Times yesterday when contacted about the group's presence and 
activities in Singapore.

Speaking at Taha Mosque, its mosque in Onan Road, where noticeboards display 
Indonesian newspaper articles on the incident, he said: 'Whatever the 
differences, it should never be resolved with violence.'

The group has had a presence in Singapore since 1935 and currently has some 220 
active members. Its relationship with the Muslim community has been largely 
trouble-free and a 'live and let live' attitude prevails.

Taha Mosque, for instance, is barely 50m from Khalid Mosque, which is attended 
by mainstream worshippers in the area.

However, there were some complaints when Masjid Taha was rebuilt in the 1980s 
that it should not be called a mosque because of the group's status. Ahmadis 
also have their own burial area here.

Like in Indonesia and Malaysia, the Islamic religious authorities here do not 
regard the Ahmadis as Muslims.

The fatwa committee of the Islamic Religious Council of Singapore (Muis) issued 
a religious ruling to this effect in 1969.

Five years later, a meeting of Islamic scholars from 124 countries in Mecca 
passed a resolution declaring the movement's founder, Mirza Ghulam Ahmad, and 
his followers non-Muslims.

He founded the movement in Qadian, India, in 1889 and his teachings were 
introduced to South-east Asia in 1925. The Ahmadis, whose headquarters are in 
London, now claim a 200-million-strong following worldwide.

Mirza Ghulam Ahmad's followers regard him as the messiah, which Muslims say 
contradicts their position that Prophet Muhammad is the last prophet.

'We don't accept them as Muslims because of their beliefs,' explained Ustaz 
Haji Ali Haji Mohamed, chairman of Khadijah Mosque.

'But they're free to believe as they wish.'

Ahmadis, however, maintain that they are Muslims. They worship and perform all 
the same rituals, including going on haj - the pilgrimage to Mecca.

Mr Aziz argues that the fatwa 'is just an opinion. It is not binding'.

While the Ahmadis have been able to carry on with their activities, not being 
recognised as Muslims by Muis has made life difficult for some of them when it 
comes to marriage.

Couples cannot register and marry at the Registry of Muslim Marriages. They can 
do so only at the Registry of Marriages - but must declare they are Ahmadis, 
not Muslims.

[EMAIL PROTECTED] 

-
Copyright © 2005 Singapore Press Holdings. All rights reserved. Privacy 
Statement  Condition of Access. -1?'https:':'http:';   var 
_rsRP=escape(document.referrer);var 
_rsND=_rsLP+'//secure-sg.imrworldwide.com/';if 
(parseInt(navigator.appVersion)=4)  {   var _rsRD=(new 
Date()).getTime();   var _rsSE=1;  // to turn on surveys, 1=on  
 var _rsSV=; // survey name, leave empty   var _rsSM=0.5; 
 // maximum survey rate, 1.0=100%_rsCL='';   }   else   
 {   _rsCL='';   }   document.write(_rsCL);//-- 

[EMAIL PROTECTED] wrote:

KH Kholil Ridwan: Di Dunia Islam, Ahmadiyah Disejajarkan dengan Non-Muslim

Publikasi: 20/07/2005 09:02 WIB
eramuslim - Setelah pengusiran anggota Ahmadiyah dari markasnya di kawasan
Parung, Bogor, pekan lalu, polemik sekitar kelompok keagamaan asal Pakistan
itu terus bergulir. Mulai dari silang pendapat apakah Ahmadiyah bagian dari
ummat Islam ataukah tidak, sampai ajakan untuk menempatkan Ahmadiyah
sebagai sebuah agama baru yang keberadaannya diakui undang-undang.

Dari catatan sejarah, persoalan Ahmadiyah sebenarnya bukan persoalan baru
di Indonesia. Geliat Ahmadiyah bahkan memaksa MUI mengeluarkan fatwa tahun
1980. Lembaga tertinggi ulama Indonesia itu menetapkan bahwa Ahmadiyah
bukan Islam dan menyesatkan. Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh tentang
Ahmadiyah, berikut kutipan bincang-bincang eramuslim dengan KH Kholil
Ridwan, Anggota MUI, Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia
(BKSPPI) 

[media-dakwah] Khatamannabiyyin lagi

2005-07-29 Terurut Topik Rahima

Assalamualaikum,

Mas Ramadhan,

Mohon di forward ke milis sabili, apakah Khaataman
Nabiyyin artinya penutup para Nabi, terima kasih.

Iyah benar, jawabannya khatamannabiyyin artinya adalah
penutup para nabi-nabi, sesuai dengan kaedah tata
bahasa Arab juga penafsiran ulama serta
riwayat-riwayat dalam hadist.


Mari kita tengok penggunaan kata khaatam yang lazim
digunakan dalam bahasa Arab:

Okay,.sama-sama kita lihat.


1. Hazrat Ali ra adalah khaatam-ul-auliya (Tafsir
Saafi, pada Surah Al-Ahzab) Apakah setelah Hz. Ali ra
wafat tidak ada wali lagi? Tentu tidak. Banyak
kemudian hadir wali-wali Allah yang termashur dalam
dunia Islam.

Siapa yang bilang Allahkah, atau manusia bahwa hazrat
Ali penutup para auliya? Kalau khatamannabiyyin jelas
Allah yang firmankan, dan hadist sabda Rasulullah
penguatnya.


2. Imam Syafii rh (767-820) juga disebut
khaatam-ul-auliya (Al Tuhfatus-Sunniyya, hal. 45)

Jawabannya sda,..


3. Sheikh Ibn-ul-Arabi rh (1164-1240) disebut sebagai
khaatam-ul-auliya. (Futuhaat Makkiyyah, pada halaman
judul)

Jawabannya sda..

Kesimpulannya,kita percaya kata Allahkah,..atau
manusia. Manusia bisa saja bilang pada temannya, 
kamu adalah teman terakhir dalam hidupku, cinta
terakhir tak ada yang lain lagi. Bisa sajakan,..? Tapi
benar dan tepatkah kata/janji teman kita itu..? Anti
khaatimulhubbi, (Engkau adalah cinta terakhirku 
belum tentu tokh..?

 

Jadi, dari 3 orang auliya (wali) Allah seperti diatas
masing-masing telah diberikan gelar
khaatam-ul-auliya. Bagaimanakah kata khaatam
menurut ungkapan bahasa Arab itu hanya dapat 
diartikan sebagai terakhir/penutup saja, yaitu tidak
boleh ada lagi aulia (wali) lain setelah Hz. Ali bin
Abu Thalib ra?

Sda..dan perlu diingat yang dibicarakan adalah firman
Allah tentang penutup para nabi, yaitu penafsiran
AlQuran, bukan pembicaraan mengenai wali. Yang paling
berhak menafsirkan ayat adalah Rasulullah SAW. Dan
Rasulullah telah menafsirkannya, dengan sabda beliau
bahwa beliau adalah penutup para nabi tidak ada nabi
sesudah beliau. 


Kita lanjutkan pemakaian dan ungkapan kata khaatam
menurut bahasa Arab. 

4. Abu Tamaam (804-845), seorang penyair yang dijuluki
sebagai khaatam-ush-shu'araa (Dafiyaatul A'ayaan,
vol. 1, hal. 
123, Cairo) - Apakah setelah Abu Tamaam wafat tidak
ada penyair lagi ? Tidak. Banyak kemudian hadir
penyair-penyair terkenal.

5. Abu Al-Tayyib (915-965) juga disebut sebagai
khaatam-ush-shu'araa (Muqaddimah Deewan
Al-Mutanabbi, Misri, hal.. 10)

6. Abul al-'Alaa al-Ma'arri (973-1057) juga dinyatakan
sebagai khaatam-ush-shu'araa (Muqaddimah Deewan
Al-Mutanabbi, 
Misri, Catatan kaki, hal 10)

7. Sheikh Ali Hazeen (1701-1767) juga dikenal sebagai
khaatam-ush-shu'araa di negeri Hindustan (Hayati
Sa'adi, hal. 117) 

8. Habib Shirazi juga dihormati sebagai
khaatam-ush-shu'araa di Iran (Hayati Sa'adi, hal.
87)

Jadi, dari lima orang penyair seperti diatas
masing-masing telah diberikan gelar
khaatam-ush-shu'araa . Bagaimanakah kata khaatam 
menurut ungkapan bahasa Arab itu hanya dapat diartikan
sebagai terakhir/penutup saja, yaitu tidak boleh ada
lagi penyair lain setelah Abu Tamaam?

Kita berbicara mengenai firman Allah bukan perkataan
manusia lainnya. Sekali lagi yang paling berhak
menafsirkan ayat adalah Rasulullah SAW. Setekah itu
para sahabat yang lebih tahu asbabanunzul ayat dan
kejadian saat diturunkan.


Kita lanjutkan pemakaian dan ungkapan kata khaatam
menurut bahasa Arab.

9. Kamper (Camphor), obat anti ngengat dan jamur
disebut khaatam-ul-kiraam atau obat yang
terunggul.(Sharh Deewan-al Mutanabbi, hal. 
304). Apakah tidak ada obat lain yang digunakan atau
ditemukan setelah Kamper, jika kata khaatam
diartikan sebagai terakhir/penutup? 

Kalau tidak diartikan dengan penutup, atau terakhir,
lantas apalagi artinya..? Apakah cincin, sebagaimana
yang diduga oleh ahmadiyah? Lari sekali penafsirannya.
Menafsirkan ayat haruslah ditinjau dulu dari ayat
keayat lainnya, karena ayat satu sama lain saling
mendukung.Lihat pemakaian khaatam dalam AlQuran itu
bagaimana.
Setelah itu baru tafsir bil makstsur(ayat dengan
hadist,seperti tafsir AtThabbari oleh imam Ibnu Jarir,
baru tafsir birrakyi(pendapat,kalau memang sebelumnya,
ayat dan hadist tidak ada lagi). Dalam ayat
Khatamannabiyyin, selaian banyak ayat-ayat menyatakan
bahwa nabi Muhammad adalah penyempurna, juga hadist
rasulullah sendiri. Untuk apa lagi tafsir birrakyu,
kalau sudah ada yang dua itu..?


10. Imam Muhammad Abduh dari Mesir digelari
khaatam-ul-a'imma (Tafsir Al-Fatihah, hal. 148).
Tidakkah kita memiliki pemimpin 
(Imam) agama lagi setelah Muhammad Abduh?

Saya heran dengan buku-buku tafsir yang disebutkan
diatas oleh penulis, tafsir apaan sih itu..? Tafsir
Alfatihahlah, al Ahzablah dsbgnya. Ngak nyambung
dengan ayat Allah itu sendiri. Firman Allah berbicara
tentang ayat-ayatNya, koq lantas lari kepenafsiran
tentang para walilah, para syu'ara'lah dsbgnya, yang
ditafsirkan apakah ayat-ayat atau kisah hidup manusia
penyair, wali ..? 


11. Al-Sayyid Ahmad Al-Sanusi dinamakan

Re: [media-dakwah] KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal

2005-07-29 Terurut Topik Bango Samparan
Assalaamu'alaikum wr. wb.

Mas Indrawan, pembahasan seputar thariqah atau manhaj menegakkan diinul
Islam, yang sering dimuarai pada pembentukan khilafah, negara Islam,
atau yang sejenisnya, sebetulnya melahirkan keragaman. Jika mas
Indrawan baca Manhaj Haraki dalam Sirah Nabawiyah, maka di situ ada
lima tahapan. Kalau membaca Mitsaq amal Islami, mas Indrawan akan
dapatkan yang lainnya. Kalau membaca A Thariq ilaa Jamaatul Muslimum,
akan lain pula.

Dalam keragaman tersebut, namun demikian, ada satu kesamaan, yakni
semuanya adalah upaya pengkajian sirah Nabawiyah untuk memformulasikan
tahapan penegakan diinul Islam oleh Nabi dan para Sahabat, sebagai
panduan bagi pergerakan Islam modern. Jadi thariqah atau manhaj yang
kemudian terformulasikan jelas tidak bernilai mutlak, bahwa sewajarnya
adalah dalam posisi saling melengkapi. Sayang sekali, aktivis harakah
tidak mensifatinya seperti itu. Mereka menganggap thariqah atau manhaj
ini bernilai mutlak. Maaf, seakan thariqah ini menjadi semacam
tambahan bagi rukun iman, sehingga rukun iman aktivis harakah menjadi
7: Percaya pada thariqah yang diformulasikan oleh pendiri atau ilmuwan
harakah kita. 

Nah mas Indrawan, justru karena aktivis harakah sering memposisikan
thariqah seperti itu, lembaga yang lebih besar sulit terbentuk.
Harakah-harakah menjadi terserak-serak. 

Saya sendiri tidak lagi memegangi sebuah thariqah tertentu, sebab ada
perbedaan mendasar antara kita dan Nabi. Nabi memulai hanya dari satu
jamaah dan kita tidak. Nabi menghadapi satu kondisi umat, ditinjau dari
kacamata Islam. Kita menghadapi banyak kondisi umat. Kondisi kaum
muslimin saat ini berbeda-beda. Dengan demikian thariqah yang
diformulasikan dari gerakan Nabi, implementasinya tidak bisa begitu
saja.

Saya contohkan, mereka yang berpegang pada thariqah yang mas Indrawan
posting sering antijihad. Alasannya jihad hanya boleh dilakukan setelah
khilafah tegak. Alasan semacam ini jelas tidak berlaku untuk kondisi
Palestina, Afghanistan, dan yang sejenisnya. Mereka ya harus jihad,
memilih amir Jihad, dan bergerak. Tidak perlu menunggu khalifah
diangkat. Bahkan ada kemungkinan, jihadlah yang nantinya justru akan
menjadi thariqah yang lebih tepat di negara bersangkutan untuk
menegakkan diinul Islam. Tanpa jihad, diinul Islam justru musykil
diperjuangkan.

Wassalaamu'alaikum wr. wb.
B. Samparan

--- indrawan dwi p [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Afwan
 Saya tergelitik untuk menyampaikan tulisan ini agar kita semua bisa
 memenej
 opini rakyat (meminjam istilah Bp. B. Samparan) dan menbuat opini
 umum
 kepada masyarakat indonesia serta menghasilkan tekanan yang lebih
 besar
 kepada pemerintah untuk lebih memberi ruang pada pemahaman Islam yang
 standar. (ini pun istilah Bp. B. Samparan) ..he..he.. maaf yach pak
 istilahnya dipinjam..




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/