[media-dakwah] Sholat Sunnah Dhuha dan Tahajud
Assalamu'alaikum WR.WB. Salam kenal, Mohon bimbingan, Ana membutuhkan risalah berkenaan dengan Sholat Sunnah tahajud dan dhuha. Meliputi 1. Dalil 2. Tata Cara + syarat 3. Batasan Waktu(Untuk tahajud apakah harus tidur dulu?) Demikian, mohon bantuannya. Jazakumullahu khairon katsiro. Sukarno Tangerang [Non-text portions of this message have been removed] Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Kaifiat Sholat Nabi ( Membaca Ta'awudz Al Fatihah )
MEMBACA TA'AWWUDZ Membaca do'a ta'awwudz adalah disunnahkan dalam setiap raka'at, sebagaimana firman Allah ta'ala: Apabila kamu membaca al Qur-an hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (An Nahl : 98). Dan pendapat ini adalah yang paling shahih dalam madzhab Syafi'i dan diperkuat oleh Ibnu Hazm (Lihat al Majmuu' III/323 dan Tamaam al Minnah 172-177). Nabi biasa membaca ta'awwudz yang berbunyi: A'UUDZUBILLAHI MINASY SYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMAZIHI WA NAFKHIHI WANAFTSIHI artinya: Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya (yang menyebabkn gila), dari kesombongannya, dan dari hembusannya (yang menyebabkan kerusakan akhlaq). (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh Ibnu Hibban dan Dzahabi). Atau mengucapkan: A'UUZUBILLAHIS SAMII'IL ALIIM MINASY SYAITHAANIR RAJIIM... artinya: Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk... (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan sanad hasan). MEMBACA AL FATIHAH Hukum Membaca Al-Fatihah Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat, jadi kalau dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya berdasarkan perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (yang artinya): Tidak dianggap sholat (tidak sah sholatnya) bagi yang tidak membaca Al-Fatihah (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Jama'ah: yakni Al-Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa-i dan Ibnu Majah). Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak sempurna (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu 'Awwanah). Kapan Kita Wajib Membaca Surat Al-Fatihah Jelas bagi kita kalau sedang sholat sendirian (munfarid) maka wajib untuk membaca Al-Fatihah, begitu pun pada sholat jama'ah ketika imam membacanya secara sirr (tidak diperdengarkan) yakni pada sholat Dhuhur, 'Ashr, satu roka'at terakhir sholat Mahgrib dan dua roka'at terakhir sholat 'Isyak, maka para makmum wajib membaca surat Al-Fatihah tersebut secara sendiri-sendiri secara sirr (tidak dikeraskan). Lantas bagaimana kalau imam membaca secara keras…? Tentang ini Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa pernah Rasulullah melarang makmum membaca surat dibelakang imam kecuali surat Al-Fatihah: Betulkah kalian tadi membaca (surat) dibelakang imam kalian? Kami menjawab: Ya, tapi dengan cepat wahai Rasulallah. Berkata Rasul: Kalian tidak boleh melakukannya lagi kecuali membaca Al-Fatihah, karena tidak ada sholat bagi yang tidak membacanya. (Hadits dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhori, Abu Dawud, dan Ahmad, dihasankan oleh At-Tirmidzi dan Ad-Daraquthni). Selanjutnya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam melarang makmum membaca surat apapun ketika imam membacanya dengan jahr (diperdengarkan) baik itu Al-Fatihah maupun surat lainnya. Hal ini selaras dengan keterangan dari Al-Imam Malik dan Ahmad bin Hanbal tentang wajibnya makmum diam bila imam membaca dengan jahr (keras). Berdasar arahan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :Dijadikan imam itu hanya untuk diikuti. Oleh karena itu apabila imam takbir, maka bertakbirlah kalian, dan apabila imam membaca, maka hendaklah kalian diam (sambil memperhatikan bacaan imam itu)… (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud no. 603 604. Ibnu Majah no. 846, An-Nasa-i. Imam Muslim berkata: Hadits ini menurut pandanganku Shahih). Barangsiapa sholat mengikuti imam (bermakmum), maka bacaan imam telah menjadi bacaannya juga. (Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah, Ad-Daraquthni, Ibnu Majah, Thahawi dan Ahmad lihat kitab Irwa-ul Ghalil oleh Syaikh Al-Albani). Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sesudah mendirikan sholat yang beliau keraskan bacaanya dalam sholat itu, beliau bertanya: Apakah ada seseorang diantara kamu yang membaca bersamaku tadi ? Maka seorang laki-laki menjawab, Ya ada, wahai Rasulullah. Kemudian beliau berkata, Sungguh aku katakan: Mengapakah (bacaan)ku ditentang dengan Al-Qur'an (juga). Berkata Abu Hurairah, kemudian berhentilah orang-orang dari membaca bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada sholat-sholat yang Rasulullah keraskan bacaannya, ketika mereka sudah mendengar (larangan) yang demikian itu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Hadits dikeluarkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa-i dan Malik. Abu Hatim Ar Razi menshahihkannya, Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan). Hadits-hadits tersebut merupakan dalil yang tegas dan kuat tentang wajib diamnya makmum apabila mendengar bacaan imam, baik Al-Fatihah-nya maupun surat yang lain. Selain itu juga berdasarkan firman Allah Ta'ala (yang artinya): Dan apabila dibacakan Al-Qur-an hendaklah kamu dengarkan ia dan diamlah sambil
[media-dakwah] Jalan (3)
Assalamu'alaikum.w.w. ... kita sambung yang kemaren Jadi jangan kita pandai-pandai mengatakan tafsiran ini sudah obsolet, kuno, tidak up to date dsb. karena kita tidak pula mengerti, terima sajalah apa yang sudah dibuat oleh ulama pintar-pintar dulu, baru pakaikan ilmu akal kita (atau bahasa kerennya logika sains dengan teknologi). Kalau ingin juga, aaa, bagus belajar semua persyaratan yang disebutkan tadi. Kita kembali. Jalan yang bagaimana yang kita kehendaki ?. Yakni jalan nabi-nabi. Bagaimana jalan nabi-nabi ini ?, Walaqad baasna fi kulli ummatin rasuluan, annibudullah wajtanibut taghuut Ini yang dibawa oleh nabi. Sesungguhnya Kami telah mengutus untuk tiap-tiap ummat seorang rasul. AnibudullahSembahlah Allah wajtanibut taghuud dan jauhilah thaaguut. Ini prinsip dasar, sejak zaman nabi Adam as. sampai Nabi Muhammad saw. Beribadah kepada Allah. Ibadah ini bukan hanya sembahyang puasa zakat haji. Ibadah berasal dari kata aabada. aabada maknanya menyembah aabid yang menyembah mabud yang disembah. Segala sesuatu yang dibuat dikerjakan karena Allah itulah ibadah. Itu sebabnya tidur , berjalan, makan, minum, berkahwin, berniaga, berolah raga, apa saja yang kita lakukan jadi ibadah kalau dengan niat karena Allah dan sesuai syariat. Karena ibadah itu ada dua yakni, ibadah khususiyah dan ibadah umumiyah. Khususiyah maknanya sembahyang puasa zakat haji. Umumiyah artinya apa saja yang dilakukan adalah untuk Allah. Karena apa ?. Karena manusia Allah ciptakan untuk beribadah Wamaa khalaktul jinna wal insaa illa liyabuduuni Maka kesemuanya karena Allah, bukan karena negara dan karena bangsa, tapi karena Allah. Eh ini bukan politik, tapi ini hukum. Kita mesti menjaga aqidah. Kita ini bangsa yang ber-Tuhankan kepada Allah swt. Ada pula orang yang ber-Tuhankan kepada nafsu, ber-Tuhankan kepada setan, ber-Tuhankan kepada benda, ber-Tuhankan kepada uang, ber-Tuhankan kepada pemimpin, ber-Tuhankan kepada pemuka agama pun ada. Fanatik kepada agama ndak apa-apa, tapi fanatik kepada pemuka agama tidak boleh. Karena kalau ia salah gimana ?. Fanatik kepada pemimpin tidak boleh, ber-Tuhankan kepada pemimpin apa lagi. Apa sebabnya dianggap orang yahudi itu ber-Tuhankan kepada pendeta ?. Kata mereka, mereka tidak ber-Tuhankan pendeta mereka. Tapi, apa yang dikatakan pendeta mereka, mereka ikut, Tuhan ditinggalkannya. Bermakna mereka sudah ber-Tuhankan pendeta mereka. Saya ulang sekali lagi supaya tuan-tuan paham, supaya di padang mahsyar nanti kalau ditanya, telah disampaikan, bisa dijawab sudah. Kalau kita lihat, yahudi ini pendeta-pendetanya itu menukar hukum Allah swt. Diambilnya hukumnya sendiri ditinggakannya hukum Taurat. Tuhan berfirman orang-orang ini mengambil hukum pendetanya meninggalkan hukum Taurat. Artinya mereka sudah ber-Tuhankan kepada pendeta-pendeta nya. Kalau kita seperti itu pula, sama lah. Mengambil hukum lain menolak hukum Allah swt., sama lah tu. Kita ambil hukum kolonial kita campakkan hukum Allah, Kita sudah ber-Tuhankan kepada kolonial itu pula tu. Pemimpin membuat hukum sendiri, ditinggalkan hukum Allah swt. Kita sudah ber-Tuhankan para pemimpin pula :) Kita kembali. Jadi jalan nabi-nabi, jalan seperti yang ditempuh oleh para nabi kita ikut. Dari nabi Adam as. sampai nabi Muhammad saw. yang kita ambil adalah syariat nabi Muhammad saw. Syariat orang dulu-dulu tidak dipakai lagi. Tapi tauhid sama dari nabi Adam sampai nabi Muhammad sama saja. Kalau terikuti oleh kita maka kita ummat yang berbahagia oleh karena kita yang paling duluan masuk sorga baru ummat-umaat lain. Hebatlah Kita Kalau masuk ..:) Nabi menyebut, Tuubaa liman ra-ani waamanabi, tsumma tuuba tsumma tuuba tsumma tuubaa liman aamanabi walam yaraani. Berbahagialah orang-orang yang melihat aku dan beriman akan daku. Kemudian berbahagialah, berbahagialah, berbahagialah orang-orang yang beriman dengan aku tapi tidak melihat akan daku. Nabi sebut berbahagia itu sekali untuk orang-orang yang beriman kepada beliau dan melihat beliau, tapi nabi sebut berbahagialah itu tiga kali untuk orang-orang yang tidak melihat beliau tapi beriman kepada beliau. Kita memang tidak melihat nabi. Tapi adakah beriman kita kepada nabi ?. adakah diturut jalan nabi ?. Nabi sampai menyebut, Aku rindu kepada saudara ku Kata sahabat, Kami bukan saudaramu yaa rasulullah ? Kata Nabi Kalian sahabatku Kata sahabat Lalu siapa saudaramu yaa rasulullah Kata nabi Orang yang beriman denganku tapi tak melihatku Kita diujung sekali tapi nabi rindu kepada kita. Kalau kita ikut beliau, kalau ada jalan ini yang kita minta siang dengan malam, jalan para nabi. Nabi ibadahnya tinggi, apakah kita kuat mengikutinya ?. kita ndak dapat membuat 100%, 30 % pun jadilah. Nabi bangun tiap-tiap malam sembahyang. Berdiri dengan duduk, rukuk dengan sujud nabi sama panjangnya. Kalau berdiri 20 menit rukuk 20 menit, sujud 20 menit pula. Sampai Aisyah mencubit kaki Nabi Takut-takut kalau-kalau nabi sudah wafat
Re: [media-dakwah] Di Singapura juga, Ahmadiyah Disejajarkan dengan Non-Muslim
Muslim di Singapura-pun tidak mengakui Ahmadiyyah ! July 29, 2005 Narrow escape in Jakarta for 14 Ahmadiyya members from S'pore They were in a hall nearby when mob ransacked group's spiritual centre By Zakir Hussain FOURTEEN Singapore members of the Ahmadiyya movement escaped unhurt when a mob ransacked the movement's Indonesian spiritual centre in Bogor, near Jakarta, three weeks ago. They were attending a gathering in a nearby conference hall when the mob attacked the Kampus Mubarok centre. The Singaporeans returned home shortly afterwards. Leading Muslim groups in Indonesia, including the country's highest Islamic authority, regard the Ahmadiyya as 'a following which is outside the fold of Islam' and want Jakarta to ban it. The developments in Indonesia were a cause for concern for Mr Abdul Aziz, 52, president of the Ahmadiyya Muslim Mission in Singapore and one of the 14 who was in Bogor at the time. 'We were very sad this happened to a peaceful organisation like ours,' he told The Straits Times yesterday when contacted about the group's presence and activities in Singapore. Speaking at Taha Mosque, its mosque in Onan Road, where noticeboards display Indonesian newspaper articles on the incident, he said: 'Whatever the differences, it should never be resolved with violence.' The group has had a presence in Singapore since 1935 and currently has some 220 active members. Its relationship with the Muslim community has been largely trouble-free and a 'live and let live' attitude prevails. Taha Mosque, for instance, is barely 50m from Khalid Mosque, which is attended by mainstream worshippers in the area. However, there were some complaints when Masjid Taha was rebuilt in the 1980s that it should not be called a mosque because of the group's status. Ahmadis also have their own burial area here. Like in Indonesia and Malaysia, the Islamic religious authorities here do not regard the Ahmadis as Muslims. The fatwa committee of the Islamic Religious Council of Singapore (Muis) issued a religious ruling to this effect in 1969. Five years later, a meeting of Islamic scholars from 124 countries in Mecca passed a resolution declaring the movement's founder, Mirza Ghulam Ahmad, and his followers non-Muslims. He founded the movement in Qadian, India, in 1889 and his teachings were introduced to South-east Asia in 1925. The Ahmadis, whose headquarters are in London, now claim a 200-million-strong following worldwide. Mirza Ghulam Ahmad's followers regard him as the messiah, which Muslims say contradicts their position that Prophet Muhammad is the last prophet. 'We don't accept them as Muslims because of their beliefs,' explained Ustaz Haji Ali Haji Mohamed, chairman of Khadijah Mosque. 'But they're free to believe as they wish.' Ahmadis, however, maintain that they are Muslims. They worship and perform all the same rituals, including going on haj - the pilgrimage to Mecca. Mr Aziz argues that the fatwa 'is just an opinion. It is not binding'. While the Ahmadis have been able to carry on with their activities, not being recognised as Muslims by Muis has made life difficult for some of them when it comes to marriage. Couples cannot register and marry at the Registry of Muslim Marriages. They can do so only at the Registry of Marriages - but must declare they are Ahmadis, not Muslims. [EMAIL PROTECTED] - Copyright © 2005 Singapore Press Holdings. All rights reserved. Privacy Statement Condition of Access. -1?'https:':'http:'; var _rsRP=escape(document.referrer);var _rsND=_rsLP+'//secure-sg.imrworldwide.com/';if (parseInt(navigator.appVersion)=4) { var _rsRD=(new Date()).getTime(); var _rsSE=1; // to turn on surveys, 1=on var _rsSV=; // survey name, leave empty var _rsSM=0.5; // maximum survey rate, 1.0=100%_rsCL=''; } else { _rsCL=''; } document.write(_rsCL);//-- [EMAIL PROTECTED] wrote: KH Kholil Ridwan: Di Dunia Islam, Ahmadiyah Disejajarkan dengan Non-Muslim Publikasi: 20/07/2005 09:02 WIB eramuslim - Setelah pengusiran anggota Ahmadiyah dari markasnya di kawasan Parung, Bogor, pekan lalu, polemik sekitar kelompok keagamaan asal Pakistan itu terus bergulir. Mulai dari silang pendapat apakah Ahmadiyah bagian dari ummat Islam ataukah tidak, sampai ajakan untuk menempatkan Ahmadiyah sebagai sebuah agama baru yang keberadaannya diakui undang-undang. Dari catatan sejarah, persoalan Ahmadiyah sebenarnya bukan persoalan baru di Indonesia. Geliat Ahmadiyah bahkan memaksa MUI mengeluarkan fatwa tahun 1980. Lembaga tertinggi ulama Indonesia itu menetapkan bahwa Ahmadiyah bukan Islam dan menyesatkan. Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh tentang Ahmadiyah, berikut kutipan bincang-bincang eramuslim dengan KH Kholil Ridwan, Anggota MUI, Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI)
[media-dakwah] Khatamannabiyyin lagi
Assalamualaikum, Mas Ramadhan, Mohon di forward ke milis sabili, apakah Khaataman Nabiyyin artinya penutup para Nabi, terima kasih. Iyah benar, jawabannya khatamannabiyyin artinya adalah penutup para nabi-nabi, sesuai dengan kaedah tata bahasa Arab juga penafsiran ulama serta riwayat-riwayat dalam hadist. Mari kita tengok penggunaan kata khaatam yang lazim digunakan dalam bahasa Arab: Okay,.sama-sama kita lihat. 1. Hazrat Ali ra adalah khaatam-ul-auliya (Tafsir Saafi, pada Surah Al-Ahzab) Apakah setelah Hz. Ali ra wafat tidak ada wali lagi? Tentu tidak. Banyak kemudian hadir wali-wali Allah yang termashur dalam dunia Islam. Siapa yang bilang Allahkah, atau manusia bahwa hazrat Ali penutup para auliya? Kalau khatamannabiyyin jelas Allah yang firmankan, dan hadist sabda Rasulullah penguatnya. 2. Imam Syafii rh (767-820) juga disebut khaatam-ul-auliya (Al Tuhfatus-Sunniyya, hal. 45) Jawabannya sda,.. 3. Sheikh Ibn-ul-Arabi rh (1164-1240) disebut sebagai khaatam-ul-auliya. (Futuhaat Makkiyyah, pada halaman judul) Jawabannya sda.. Kesimpulannya,kita percaya kata Allahkah,..atau manusia. Manusia bisa saja bilang pada temannya, kamu adalah teman terakhir dalam hidupku, cinta terakhir tak ada yang lain lagi. Bisa sajakan,..? Tapi benar dan tepatkah kata/janji teman kita itu..? Anti khaatimulhubbi, (Engkau adalah cinta terakhirku belum tentu tokh..? Jadi, dari 3 orang auliya (wali) Allah seperti diatas masing-masing telah diberikan gelar khaatam-ul-auliya. Bagaimanakah kata khaatam menurut ungkapan bahasa Arab itu hanya dapat diartikan sebagai terakhir/penutup saja, yaitu tidak boleh ada lagi aulia (wali) lain setelah Hz. Ali bin Abu Thalib ra? Sda..dan perlu diingat yang dibicarakan adalah firman Allah tentang penutup para nabi, yaitu penafsiran AlQuran, bukan pembicaraan mengenai wali. Yang paling berhak menafsirkan ayat adalah Rasulullah SAW. Dan Rasulullah telah menafsirkannya, dengan sabda beliau bahwa beliau adalah penutup para nabi tidak ada nabi sesudah beliau. Kita lanjutkan pemakaian dan ungkapan kata khaatam menurut bahasa Arab. 4. Abu Tamaam (804-845), seorang penyair yang dijuluki sebagai khaatam-ush-shu'araa (Dafiyaatul A'ayaan, vol. 1, hal. 123, Cairo) - Apakah setelah Abu Tamaam wafat tidak ada penyair lagi ? Tidak. Banyak kemudian hadir penyair-penyair terkenal. 5. Abu Al-Tayyib (915-965) juga disebut sebagai khaatam-ush-shu'araa (Muqaddimah Deewan Al-Mutanabbi, Misri, hal.. 10) 6. Abul al-'Alaa al-Ma'arri (973-1057) juga dinyatakan sebagai khaatam-ush-shu'araa (Muqaddimah Deewan Al-Mutanabbi, Misri, Catatan kaki, hal 10) 7. Sheikh Ali Hazeen (1701-1767) juga dikenal sebagai khaatam-ush-shu'araa di negeri Hindustan (Hayati Sa'adi, hal. 117) 8. Habib Shirazi juga dihormati sebagai khaatam-ush-shu'araa di Iran (Hayati Sa'adi, hal. 87) Jadi, dari lima orang penyair seperti diatas masing-masing telah diberikan gelar khaatam-ush-shu'araa . Bagaimanakah kata khaatam menurut ungkapan bahasa Arab itu hanya dapat diartikan sebagai terakhir/penutup saja, yaitu tidak boleh ada lagi penyair lain setelah Abu Tamaam? Kita berbicara mengenai firman Allah bukan perkataan manusia lainnya. Sekali lagi yang paling berhak menafsirkan ayat adalah Rasulullah SAW. Setekah itu para sahabat yang lebih tahu asbabanunzul ayat dan kejadian saat diturunkan. Kita lanjutkan pemakaian dan ungkapan kata khaatam menurut bahasa Arab. 9. Kamper (Camphor), obat anti ngengat dan jamur disebut khaatam-ul-kiraam atau obat yang terunggul.(Sharh Deewan-al Mutanabbi, hal. 304). Apakah tidak ada obat lain yang digunakan atau ditemukan setelah Kamper, jika kata khaatam diartikan sebagai terakhir/penutup? Kalau tidak diartikan dengan penutup, atau terakhir, lantas apalagi artinya..? Apakah cincin, sebagaimana yang diduga oleh ahmadiyah? Lari sekali penafsirannya. Menafsirkan ayat haruslah ditinjau dulu dari ayat keayat lainnya, karena ayat satu sama lain saling mendukung.Lihat pemakaian khaatam dalam AlQuran itu bagaimana. Setelah itu baru tafsir bil makstsur(ayat dengan hadist,seperti tafsir AtThabbari oleh imam Ibnu Jarir, baru tafsir birrakyi(pendapat,kalau memang sebelumnya, ayat dan hadist tidak ada lagi). Dalam ayat Khatamannabiyyin, selaian banyak ayat-ayat menyatakan bahwa nabi Muhammad adalah penyempurna, juga hadist rasulullah sendiri. Untuk apa lagi tafsir birrakyu, kalau sudah ada yang dua itu..? 10. Imam Muhammad Abduh dari Mesir digelari khaatam-ul-a'imma (Tafsir Al-Fatihah, hal. 148). Tidakkah kita memiliki pemimpin (Imam) agama lagi setelah Muhammad Abduh? Saya heran dengan buku-buku tafsir yang disebutkan diatas oleh penulis, tafsir apaan sih itu..? Tafsir Alfatihahlah, al Ahzablah dsbgnya. Ngak nyambung dengan ayat Allah itu sendiri. Firman Allah berbicara tentang ayat-ayatNya, koq lantas lari kepenafsiran tentang para walilah, para syu'ara'lah dsbgnya, yang ditafsirkan apakah ayat-ayat atau kisah hidup manusia penyair, wali ..? 11. Al-Sayyid Ahmad Al-Sanusi dinamakan
Re: [media-dakwah] KISDI: Hentikan Kebohongan Ahmadiyah dan Islam Liberal
Assalaamu'alaikum wr. wb. Mas Indrawan, pembahasan seputar thariqah atau manhaj menegakkan diinul Islam, yang sering dimuarai pada pembentukan khilafah, negara Islam, atau yang sejenisnya, sebetulnya melahirkan keragaman. Jika mas Indrawan baca Manhaj Haraki dalam Sirah Nabawiyah, maka di situ ada lima tahapan. Kalau membaca Mitsaq amal Islami, mas Indrawan akan dapatkan yang lainnya. Kalau membaca A Thariq ilaa Jamaatul Muslimum, akan lain pula. Dalam keragaman tersebut, namun demikian, ada satu kesamaan, yakni semuanya adalah upaya pengkajian sirah Nabawiyah untuk memformulasikan tahapan penegakan diinul Islam oleh Nabi dan para Sahabat, sebagai panduan bagi pergerakan Islam modern. Jadi thariqah atau manhaj yang kemudian terformulasikan jelas tidak bernilai mutlak, bahwa sewajarnya adalah dalam posisi saling melengkapi. Sayang sekali, aktivis harakah tidak mensifatinya seperti itu. Mereka menganggap thariqah atau manhaj ini bernilai mutlak. Maaf, seakan thariqah ini menjadi semacam tambahan bagi rukun iman, sehingga rukun iman aktivis harakah menjadi 7: Percaya pada thariqah yang diformulasikan oleh pendiri atau ilmuwan harakah kita. Nah mas Indrawan, justru karena aktivis harakah sering memposisikan thariqah seperti itu, lembaga yang lebih besar sulit terbentuk. Harakah-harakah menjadi terserak-serak. Saya sendiri tidak lagi memegangi sebuah thariqah tertentu, sebab ada perbedaan mendasar antara kita dan Nabi. Nabi memulai hanya dari satu jamaah dan kita tidak. Nabi menghadapi satu kondisi umat, ditinjau dari kacamata Islam. Kita menghadapi banyak kondisi umat. Kondisi kaum muslimin saat ini berbeda-beda. Dengan demikian thariqah yang diformulasikan dari gerakan Nabi, implementasinya tidak bisa begitu saja. Saya contohkan, mereka yang berpegang pada thariqah yang mas Indrawan posting sering antijihad. Alasannya jihad hanya boleh dilakukan setelah khilafah tegak. Alasan semacam ini jelas tidak berlaku untuk kondisi Palestina, Afghanistan, dan yang sejenisnya. Mereka ya harus jihad, memilih amir Jihad, dan bergerak. Tidak perlu menunggu khalifah diangkat. Bahkan ada kemungkinan, jihadlah yang nantinya justru akan menjadi thariqah yang lebih tepat di negara bersangkutan untuk menegakkan diinul Islam. Tanpa jihad, diinul Islam justru musykil diperjuangkan. Wassalaamu'alaikum wr. wb. B. Samparan --- indrawan dwi p [EMAIL PROTECTED] wrote: Afwan Saya tergelitik untuk menyampaikan tulisan ini agar kita semua bisa memenej opini rakyat (meminjam istilah Bp. B. Samparan) dan menbuat opini umum kepada masyarakat indonesia serta menghasilkan tekanan yang lebih besar kepada pemerintah untuk lebih memberi ruang pada pemahaman Islam yang standar. (ini pun istilah Bp. B. Samparan) ..he..he.. maaf yach pak istilahnya dipinjam.. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/