[media-dakwah] ASAS KEBANGKITAN DUNIA ISLAM

2006-06-04 Terurut Topik Benny Kurniawan



Oleh :
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (Ulama Ahli Hadist Kaliber
Internasional Abad 20)
sumber http://www.almanhaj.or.id

Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Asas-asas apakah yang
dapat 
menyebabkan Dunia Islam bangkit kembali .?

Jawaban.
Yang saya yakini ialah apa yang terdapat dalam hadits shahih. Ia
merupakan 
jawaban tegas terhadap pertanyaan semacam itu, yang mungkin di lontarkan

pada masa sekarang ini. Hadits itu adalah sabda Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa sallam.

Artinya : Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem 'iinah
(seseorang 
menjual sesuatu kepada orang lain dengan pembayaran di belakang, tetapi 
sebelum si pembeli membayarnya si penjual telah membelinya kembali
dengan 
harga murah -red), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha

dengan cocok tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan

kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari

dirimu sebelum kamu rujuk (kembali) kepada dien kamu. [Hadist Shahih 
riwayat Abu Dawud].

Jadi Asasnya ialah Rujuk (Kembali) Kepada Islam.

Persoalan ini, telah diisyaratkan oleh Imam Malik rahimahullah dalam
sebuah 
kalimat ma'tsur yang ditulis dengan tinta emas : Barangsiapa
mengada-adakan 
bid'ah di dalam Islam kemudian menganggap bid'ah itu baik, berarti ia
telah 
menganggap Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menghianati risalah. 
Bacalah firman Allah Tabaraka wa Ta'ala.

Artinya : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah 
Ku-sempurnakan buatmu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi
agama 
bagimu. [Al-Maaidah : 3].

Oleh karenanya apa yang hari itu bukan agama, maka hari ini-pun bukan 
agama, dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang
telah 
baik pada awal umat ini

Kalimat terakhir (Imam Malik) di atas itulah yang berkaitan dengan
jawaban 
dari pertanyaan ini, yaitu pernyataannya :

Dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah
baik 
pada awal umat ini.

Oleh sebab itu, sebagaimana halnya orang Arab Jahiliyah dahulu tidak
menjadi 
baik keadaannya kecuali setelah datangnya Nabi mereka, Muhammad
Shallallahu 
'alaihi wa sallam dengan membawa wahyu dari langit, yang telah
menyebabkan 
kehidupan mereka di dunia berbahagia dan selamat dalam kehidupan
akhirat. 
Demikian pula seyogyanya asas yang mesti dijadikan pijakan bagi
kehidupan 
Islami nan membahagiakan di masa kini, yakni tiada lain hanyalah rujuk 
(kembali) kepada Al-Kitab wa Sunnah.

Hanya saja, masalahnya memerlukan sedikit penjelasan, sebab betapa
banyak 
jama'ah serta golongan-golongan di lapangan mengaku bahwa mereka telah

meletakkan sebuah manhaj yang memungkinkan dengannya terwujud masyarakat

Islam dan terwujud pelaksanaan hukum berdasarkan Islam.

Sementara itu kita mengetahui dari Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa jalan bagi terwujudnya itu semua
hanya 
ada satu jalan, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala
dalam 
firmannya.

Artinya : Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku
yang 
lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang

lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. 
[Al-An'am : 153].

Dan sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, telah menjelaskan 
makna ayat ini kepada para shahabatnya. Beliau pada suatu hari
menggambarkan 
kepada para shahabat sebuah garis lurus di atas tanah, disusul dengan 
menggambar garis-garis pendek yang banyak di sisi-sisi garis lurus tadi.

Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat di atas
ketika 
menudingkan jari tangannya yang mulia ke atas garis yang lurus dan
kemudian 
menunjuk garis-garis yang terdapat pada sisi-sisinya, beliau bersabda:

Artinya : Ini adalah jalan Allah, sedangkan jalan-jalan ini, pada
setiap 
muara jalan-jalan tersebut ada syaithan yang menyeru kepadanya. [Shahih

sebagaimana terdapat di dalam Zhilalul Jannah fi takhrij As-Sunnah : 
16-17].

Allah 'Azza wa Jalla-pun menguatkan ayat beserta penjelasannya dari 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas, dengan
ayat 
lain, yaitu firman-Nya.

Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk 
(kebenaran) baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang 
mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya 
itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-seburuk 
tempat kembali. [An-Nisaa : 115]

Dalam ayat ini terdapat sebuah hikmah yang tegas, yakni bahwa Allah 
Subhanahu wa Ta'ala mengikatkan jalannya orang-orang mukmin kepada apa

yang telah di bawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal
inilah 
yang telah diisyaratkan oleh Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam 
hadits iftiraq (perpecahan) ketika beliau ditanya tentang Al-Firqah An 
Najiyah (golongan yang selamat), saat itu beliau menjawab :

Artinya : (Yaitu) apa yang aku dan shahabatku hari ini ada di 

[media-dakwah] ASAS KEBANGKITAN DUNIA ISLAM

2005-08-18 Terurut Topik suhana hana
 


 ASAS KEBANGKITAN DUNIA ISLAM


Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani



Pertanyaan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Asas-asas apakah yang dapat 
menyebabkan Dunia Islam bangkit kembali .?

Jawaban.
Yang saya yakini ialah apa yang terdapat dalam hadits shahih. Ia merupakan 
jawaban tegas terhadap pertanyaan semacam itu, yang mungkin di lontarkan pada 
masa sekarang ini. Hadits itu adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam.

Artinya : Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem 'iinah (seseorang 
menjual sesuatu kepada orang lain dengan pembayaran di belakang, tetapi sebelum 
si pembeli membayarnya si penjual telah membelinya kembali dengan harga murah 
-red), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha dengan cocok tanam 
dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan kamu dikuasai oleh 
kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari dirimu sebelum kamu rujuk 
(kembali) kepada dien kamu. [Hadist Shahih riwayat Abu Dawud].

Jadi Asasnya ialah Rujuk (Kembali) Kepada Islam.

Persoalan ini, telah diisyaratkan oleh Imam Malik rahimahullah dalam sebuah 
kalimat ma'tsur yang ditulis dengan tinta emas : Barangsiapa mengada-adakan 
bid'ah di dalam Islam kemudian menganggap bid'ah itu baik, berarti ia telah 
menganggap Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menghianati risalah. Bacalah 
firman Allah Tabaraka wa Ta'ala.

Artinya : Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah 
Ku-sempurnakan buatmu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama 
bagimu. [Al-Maaidah : 3].

Oleh karenanya apa yang hari itu bukan agama, maka hari ini-pun bukan agama, 
dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada 
awal umat ini

Kalimat terakhir (Imam Malik) di atas itulah yang berkaitan dengan jawaban dari 
pertanyaan ini, yaitu pernyataannya :

Dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik 
pada awal umat ini.

Oleh sebab itu, sebagaimana halnya orang Arab Jahiliyah dahulu tidak menjadi 
baik keadaannya kecuali setelah datangnya Nabi mereka, Muhammad Shallallahu 
'alaihi wa sallam dengan membawa wahyu dari langit, yang telah menyebabkan 
kehidupan mereka di dunia berbahagia dan selamat dalam kehidupan akhirat. 
Demikian pula seyogyanya asas yang mesti dijadikan pijakan bagi kehidupan 
Islami nan membahagiakan di masa kini, yakni tiada lain hanyalah rujuk 
(kembali) kepada Al-Kitab wa Sunnah.

Hanya saja, masalahnya memerlukan sedikit penjelasan, sebab betapa banyak 
jama'ah serta golongan-golongan di lapangan mengaku bahwa mereka telah 
meletakkan sebuah manhaj yang memungkinkan dengannya terwujud masyarakat Islam 
dan terwujud pelaksanaan hukum berdasarkan Islam.

Sementara itu kita mengetahui dari Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa sallam, bahwa jalan bagi terwujudnya itu semua hanya ada satu jalan, 
yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam firmannya.

Artinya : Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang 
lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) 
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. [Al-An'am : 153].

Dan sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, telah menjelaskan makna 
ayat ini kepada para shahabatnya. Beliau pada suatu hari menggambarkan kepada 
para shahabat sebuah garis lurus di atas tanah, disusul dengan menggambar 
garis-garis pendek yang banyak di sisi-sisi garis lurus tadi.

Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat di atas ketika 
menudingkan jari tangannya yang mulia ke atas garis yang lurus dan kemudian 
menunjuk garis-garis yang terdapat pada sisi-sisinya, beliau bersabda:

Artinya : Ini adalah jalan Allah, sedangkan jalan-jalan ini, pada setiap muara 
jalan-jalan tersebut ada syaithan yang menyeru kepadanya. [Shahih sebagaimana 
terdapat di dalam Zhilalul Jannah fi takhrij As-Sunnah : 16-17].

Allah 'Azza wa Jalla-pun menguatkan ayat beserta penjelasannya dari Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits di atas, dengan ayat lain, yaitu 
firman-Nya.

Artinya : Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk 
(kebenaran) baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. 
Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami 
masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-seburuk tempat kembali. 
[An-Nisaa : 115]

Dalam ayat ini terdapat sebuah hikmah yang tegas, yakni bahwa Allah Subhanahu 
wa Ta'ala mengikatkan jalannya orang-orang mukmin kepada apa yang telah di 
bawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal inilah yang telah 
diisyaratkan oleh Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits iftiraq 
(perpecahan) ketika beliau ditanya tentang Al-Firqah An Najiyah (golongan yang 
selamat), saat itu beliau menjawab :

Artinya : (Yaitu) apa yang aku dan shahabatku hari ini ada di atasnya [lihat 
As-Silsilah Ash-Shahihah : 203]

Apakah