Fwd: Re: [media-dakwah] Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah Mulia
mungkin ada yg bisa memberi tanggapan thd komentar pak aziz di bawah ini wassalam, tr.- abdul aziz muslim [EMAIL PROTECTED] wrote: From: abdul aziz muslim [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [media-dakwah] Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah Mulia To: trúlÿsøúl [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 27 Sep 2005 17:50:03 +0700 wacana sesat menyesatkan sekarang ini jadi tren umat islam. seolah-olah mereka bisa memonopoli kebenaran. mereka lah yang seolah-olah memiliki otoritas pemegang kunci surga dan menentukan manusia untuk memilih apakah masuk surga atau neraka. siapakah kita sehingga bisa menuduh orang lain sebagai mukmin, kafir, yahudi atau lainnya? tidak juga Gus Dur, dawam raharjo, syafi'i maarif, ulil abshar, bahkan termasuk hartono ahmad jaiz, Amidhan, Din Syamsudin, KH Ma'ruf AMin dan lain sebagainya. itu semua adalah otoritas Allah, sekali lagi Allah SWT religiusitas dan spiritualitas, tidak mungkin sama diantara kita semua meski satu agama. bisa jadi iman kita sama, tapi agama berbeda. begitu juga sebaliknya, iman berbeda, agama sama. apa yang kita yakini dari sebuah ajaran agama, adalah sebuah proses penafsiran kita (yang tidak bisa lepas dari segala kesalahan dan kekurangan, dan juga pengaruh/ setting sosial pendidikan), maka jangan ada sebuah pemutlakan dalam pemahaman keagamaan apalagi memaksakan kepada orang lain. termasuk juga ahmadiyah, JIL, DDII, Persis, NU, Wahabi, siapapun dia. karena ini adalah produk pemikiran manusia, yang tidak steril dari dosa. kalau kemarin kita bicara etika dalam milist ini, maka sekaranglah kita juga beretika dalam bertaushiyah kepada orang lain yang tidak sepaham dan sekeyakinan dengan kita. seperti kata al-Qur'an- diperlukan kesabaran dalama tausihiyah dan waktu panjang dalam proses untuk melihat sebuah hasil. wallahu a'lam bisshowab abdul aziz muslim On Mon, 26 Sep 2005 20:50:39 -0700 (PDT) trúlÿsøúl wrote: Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah MuliaCounter Liberalisme Oleh : Redaksi 14 Aug 2005 - 1:00 am Laporan Abu Qori Gus Dur dan Dawam Bukan Ulama, Jadi, siapakah Gus Dur itu? Ya pembela orang kafir Alkisah, di tahun 1980-an, sebuah mobil Honda Civic (yang kala itu tergolong mahal), dari sebuah areal perparkiran di Jakarta nyelonong masuk ke jalur bus. Kejadian mendadak itu membuat sopir bis menginjak rem demi menghindari tabrakan, akibatnya sang sopir pun dimarahi penumpang (yang tidak tahu kejadian sebenarnya). Pengemudi Honda Civic tadi, ternyata seorang mahasiswa. Si Mahasiswa bukannya merasa bersalah dan minta maaf, malah justru petantang-petenteng memarahi sopir bis, bahkan ia memanggil teman-temannya sesama mahasiswa untuk melakukan tindak pengeroyokan terhadap si sopir. Mengapa mahasiswa itu bersikap demikian? Ternyata di dalam mobil yang ia kemudikan itu, duduk seorang cewek. Rupanya, sang cewek inilah yang telah membangkitkan kejantanan si mahasiswa tadi, sehingga ia begitu agresif menyerang sopir bis. Di Hotel Mandarin, 4 Agustus 2005 lalu, MBM TEMPO mengadakan sebuah forum sebagai reaksi atas Fatwa MUI. Sebagai pembicara hadir Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, Syafii Amin, Maruf Amin (MUI), Fauzan (MMI). Di forum itu Musdah Mulia dengan berani (baca: kurang ajar) mengecam MUI yang mengharamkan nikah beda agama. Bahkan Musdah menjamin, nikah beda agama antara Muslimah dengan pria non Muslim, tidak akan membuat si Muslimah terseret mengikuti agama suaminya. Setidaknya bila itu terjadi pada dirinya, begitu alasan Musdah. Rupanya keberanian Musdah mengecam MUI ini telah berhasil membangkitkan kejantanan Dawam Rahardjo, yang kini berusia di atas enam puluh tahun namun belum mendapat hidayah. Di forum itu, Dawam menuding-nuding (menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah Amidhan yang duduk di barisan terdepan), sehingga membuat Amidhan pun bangkit mendekat ke arah Dawam. Suasana sempat menghangat, namun keburu dilerai. Pada kesempatan itu Dawam berujar, bila Gus Dur ingin agar dana untuk MUI distop, maka saya minta agar MUI dibubarkan! Gus Dur dan Dawam Bukan Ulama Siapa bilang Gus Dur itu Ulama? Juga siapa bilang Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Ulil Abshar Abdalla dan kawan-kawannya itu ulama? Mereka adalah orang-orang yang berupaya untuk mencabut fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), terutama tentang sesat dan murtadnya Ahmadiyah, sesatnya sekulerisme, liberalisme, dan pluralisme agama alias menyamakan/menyejajarkan semua agama, haramnya nikah beda agama, dan haramnya perdukunan, serta doa bersama antar agama. Dengan gencarnya upaya Gus Dur, Dawam Rahardjo, Ulil dan lain-lain dalam melawan fatwa MUI itu, akibatnya sebagian masyarakat tampak ada yang bingung. Maka dalam kajian di Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jawa Tengah, Rabu 10 Agustus 2005, ada beberapa orang yang mengajukan pertanyaan, di antaranya seorang pemuda bertanya: Sekarang ini ulama bertikai dengan ulama. Ini menjadikan masyarakat bingung. (Apakah mengikuti fatwa MUI atau
Re: [media-dakwah] Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah Mulia
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh Kalau teman kita suka berzina Padahal dia punya istri dan anak Padahal dia punya suami yang membanting tulang buat menafkahi keluarganya Terus kita bilang itu perbuatan dosa pak, bu Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ?? Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ? Kalau teman kita suka ke dukun baik yang berpredikat dukun beneran, paranormal maupun kyai bahkan minta jimat aji pengasih, aji kebal dan aji-aji yang lain (entah kalau aji pangestu :) ) Lalu kita bilang itu syirik , sesat dan dosa, kawan Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ?? Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ? Kita beragama berpedoman pada Al Qur'an dan Hadits Kalau disitu dikatakan berzina dan syirik itu dosa Bahkan syirik itu dosa tak terampunkan kalau tidak bertobat Apakah lalu kita itu mengambil otoritas Allah dalam menghakimi manusia ?? Pak Trúlÿsøúl, tentunya bapak bisa memberikan komentar yang lebih berisi BTW, saya sertakan tulisan dari Adian Husaini (maaf kalau sudah pernah dimuat di milis ini) Semoga pak Aziz bisa membaca dengan hati yang jernih Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh masWong Ahmadiyah dan Masalah Kebenaran Senin, 25 Juli 2005 oleh: Adian Husaini http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=2120I temid=0 Hidayatullah.com--Pada Hari Jumat tanggal 15 Juli 2005, Markas Ahmadiyah Indonesia yang berlokasi di Parung Bogor, diserbu oleh massa umat Islam. Akhirnya, markas itu ditutup resmi oleh aparat, dan Jemaat Ahmadiyah dievakuasi dari tempat tersebut. Pemda dan aparat Bogor -- merujuk kepada keputusan MUI dan Departemen Agama juga kemudian menutup pusat kegiatan Ahmadiyah di kota itu. Kasus Ahmadiyah itu kemudian memunculkan banyak ragam wacana keagamaan. Salah satunya, adalah masalah diskursus tentang kebenaran dan kebebasan beragama. Masalah yang sekian lama menjadi bahan perbincangan, kemudian menghangat kembali. Ada yang menyatakan, bahwa manusia tidak berhak menghakimi keyakinan orang lain, dan memaksakan keyakinannya terhadap orang lain. Dia kutip ayat al-Quran, Barangsiapa yang mau silakan beriman, dan siapa yang mau silakan kafir. Jadi, biarkanlah saja orang mengikut pendapat apa saja, dan menyebarkan pendapatnya, apa saja jenisnya. Termasuk paham Ahmadiyah, yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad saw. Sebagai contoh, ungkapan Masdar F. Masudi, salah satu Ketua PBNU, yang dikutip Harian Kompas (20/7/2005), yang menyatakan, NU merasa tidak berhak menfatwakan sesat terhadap para pengikut Ahmadiyah. Dia juga menyatakan, bahwa Allah-lah yang Maha Tahu siapa diantara manusia yang berpetunjuk dan yang tersesat. Dalam Kongres NU ke-5 di Pekalongan tahun 1930, diputuskan tentang jenis-jenis kafir: (1) Kafir ingkar: ialah orang yang tidak mengenal Tuhan sama sekali dan tidak mengakuinya, (2) Kafir juhud: ialah orang yang mengenal Tuhan dalam hati, tetapi tidak mengikrarkan dengan lesannya, seperti Kafirnya iblis dan orang Yahudi. (3) Kafir nifaq: ialah orang yang mengikrarkan dengan lisan, tetapi tidak mempercayai Tuhan dalam hatinya, (4) Kafir Inad: ialah orang yang mengenal Tuhan dalam hatinya dan mengikrarkan dengan lisannya, tetapi tidak taat kepada-Nya. Merujuk kepada Keputusan Kongres/Muktamar NU yang dikutip dari Kitab Syarah Safinatun Najah itu, kita dapat memahami, bahwa NU dengan tegas menyebut Iblis dan Yahudi sebagai kafir. Iblis kafir karena membangkang kepada Allah dan Yahudi juga jelas-jelas kekafirannya karena tidak mengimani kerasulan Muhammad saw. Dalam masalah keimanan, kita mengenal rukun iman, yakni beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulnya, Hari Akhir, dan takdir Allah. Keenam perkara itu termasuk ke dalam rukun, artinya keimanan seseorang tidak sah jika tidak mencakup keenam rukun tersebut. Yang namanya rukun salat artinya, salat kita batal jika tidak mengerjakan salah satu rukunnya, seperti niat, ruku, sujud, itidal, dan sebagainya. Oleh sebab itu, masalah iman dan kufur, mukmin dan kufur, adalah masalah mendasar dalam Islam. Seharusnya menjadi tugas para ulama untuk menjelaskan kepada umatnya, mana yang lurus dan mana yang sesat, mana yang iman dan mana yang kufur. Ulama tidak seyogyanya malah membuat masalah menjadi kabur, dengan menyatakan, bahwa manusia tidak berhak memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Hanya Allah saja yang berhak menghukumi. Hanya Allah saja yang tahu mana yang sesat dan mana yang mendapat petunjuk. Pengkaburan seperti itu sangat tidak benar, mengingat, setiap hari, setiap Muslim minimal 17 kali berdoa kepada Allah: Ya Allah tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka dan bukannya jalan orang-orang yang Engkau murkai atau jalannya orang-orang yang sesat. Rasulullah saw juga mengajarkan doa kepada kita: Ya Allah tunjukkanlah kepada
RE: [media-dakwah] Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah Mulia
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh Dari tulisan MasWong Yang saya lihat di sini ada usaha untuk memundurkan keberanian seseorang Dalam mengatakan yang Haq atau yang Bathil secara tegas. Kita perlu ingat bahwa manusia memiliki sifat lupa, dengan masing-masing Tingkat seberapa tinggikah daya ingat seseorang itu. Adapula orang yang Memang belum mengetahui tentang aturan-aturan agama dalam hidupnya. Jadi tugas setiap orang, terutama yang beragam Islam adalah saling Mengingatkan dan saling memberitahukan jika ada orang lain (seagama) yang melanggar Norma-norma agama agar orang tersebut dapat kembali ke jalan yang benar sesuai tuntunan Alqur,an dan Hadist. Jangan langsung mengatakan si orang yang ingin berbuat baik dalam hal Mengingatkan orang lain yang melenceng dari jalur yang ditetapkan agama Sebagai orang yang menghakimi si pembuat salah, dia hanya penasehat atau Sebagai sesama makhluk yang saling mengingatkan. Diterima atau tidak nasehat Tersebut ya terserah pada Hidayah yang Allah berikan kepada orang yang Melanggar aturan itu. Tapi jika kesalahannya menyebabkan umat (banyak orang) Bingung atau salah jalan, maka orang tersebut wajib hukumnya kita perangi Seperti yang dilakukan FPI sebagai pejuang penjaga Akidah Islam. Bukankah setiap Muslim harus mengatakan yang Haq adalah Haq dan yang bathil adalah bathil walaupun itu akan berakibat amat menyakitkan. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam kalimat saya. Wassalam Wr. Wb. Lia -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of mas-Wong Sent: Wednesday, September 28, 2005 9:03 AM To: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: Re: [media-dakwah] Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah Mulia Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh Kalau teman kita suka berzina Padahal dia punya istri dan anak Padahal dia punya suami yang membanting tulang buat menafkahi keluarganya Terus kita bilang itu perbuatan dosa pak, bu Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ?? Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ? Kalau teman kita suka ke dukun baik yang berpredikat dukun beneran, paranormal maupun kyai bahkan minta jimat aji pengasih, aji kebal dan aji-aji yang lain (entah kalau aji pangestu :) ) Lalu kita bilang itu syirik , sesat dan dosa, kawan Apakah lalu kita itu menjadi manusia suci tanpa dosa ?? Lalu tindakan apa yang sepatutnya dilakukan menurut Anda ? Kita beragama berpedoman pada Al Qur'an dan Hadits Kalau disitu dikatakan berzina dan syirik itu dosa Bahkan syirik itu dosa tak terampunkan kalau tidak bertobat Apakah lalu kita itu mengambil otoritas Allah dalam menghakimi manusia ?? Pak Trúlÿsøúl, tentunya bapak bisa memberikan komentar yang lebih berisi BTW, saya sertakan tulisan dari Adian Husaini (maaf kalau sudah pernah dimuat di milis ini) Semoga pak Aziz bisa membaca dengan hati yang jernih Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh masWong Ahmadiyah dan Masalah Kebenaran Senin, 25 Juli 2005 oleh: Adian Husaini http://www.hidayatullah.com/index.php?option=com_contenttask=viewid=21 20I temid=0 Hidayatullah.com--Pada Hari Jumat tanggal 15 Juli 2005, Markas Ahmadiyah Indonesia yang berlokasi di Parung Bogor, diserbu oleh massa umat Islam. Akhirnya, markas itu ditutup resmi oleh aparat, dan Jemaat Ahmadiyah dievakuasi dari tempat tersebut. Pemda dan aparat Bogor -- merujuk kepada keputusan MUI dan Departemen Agama juga kemudian menutup pusat kegiatan Ahmadiyah di kota itu. Kasus Ahmadiyah itu kemudian memunculkan banyak ragam wacana keagamaan. Salah satunya, adalah masalah diskursus tentang kebenaran dan kebebasan beragama. Masalah yang sekian lama menjadi bahan perbincangan, kemudian menghangat kembali. Ada yang menyatakan, bahwa manusia tidak berhak menghakimi keyakinan orang lain, dan memaksakan keyakinannya terhadap orang lain. Dia kutip ayat al-Quran, Barangsiapa yang mau silakan beriman, dan siapa yang mau silakan kafir. Jadi, biarkanlah saja orang mengikut pendapat apa saja, dan menyebarkan pendapatnya, apa saja jenisnya. Termasuk paham Ahmadiyah, yang mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad saw. Sebagai contoh, ungkapan Masdar F. Masudi, salah satu Ketua PBNU, yang dikutip Harian Kompas (20/7/2005), yang menyatakan, NU merasa tidak berhak menfatwakan sesat terhadap para pengikut Ahmadiyah. Dia juga menyatakan, bahwa Allah-lah yang Maha Tahu siapa diantara manusia yang berpetunjuk dan yang tersesat. Dalam Kongres NU ke-5 di Pekalongan tahun 1930, diputuskan tentang jenis-jenis kafir: (1) Kafir ingkar: ialah orang yang tidak mengenal Tuhan sama sekali dan tidak mengakuinya, (2) Kafir juhud: ialah orang yang mengenal Tuhan dalam hati, tetapi tidak mengikrarkan dengan lesannya, seperti Kafirnya iblis dan orang Yahudi. (3) Kafir nifaq: ialah orang yang mengikrarkan dengan lisan, tetapi tidak mempercayai Tuhan dalam hatinya, (4) Kafir Inad: ialah orang yang mengenal Tuhan dalam
[media-dakwah] Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah Mulia
Kejantanan Dawam Dibangkitkan Musdah MuliaCounter Liberalisme Oleh : Redaksi 14 Aug 2005 - 1:00 am Laporan Abu Qori Gus Dur dan Dawam Bukan Ulama, Jadi, siapakah Gus Dur itu? Ya pembela orang kafir Alkisah, di tahun 1980-an, sebuah mobil Honda Civic (yang kala itu tergolong mahal), dari sebuah areal perparkiran di Jakarta nyelonong masuk ke jalur bus. Kejadian mendadak itu membuat sopir bis menginjak rem demi menghindari tabrakan, akibatnya sang sopir pun dimarahi penumpang (yang tidak tahu kejadian sebenarnya). Pengemudi Honda Civic tadi, ternyata seorang mahasiswa. Si Mahasiswa bukannya merasa bersalah dan minta maaf, malah justru petantang-petenteng memarahi sopir bis, bahkan ia memanggil teman-temannya sesama mahasiswa untuk melakukan tindak pengeroyokan terhadap si sopir. Mengapa mahasiswa itu bersikap demikian? Ternyata di dalam mobil yang ia kemudikan itu, duduk seorang cewek. Rupanya, sang cewek inilah yang telah membangkitkan kejantanan si mahasiswa tadi, sehingga ia begitu agresif menyerang sopir bis. Di Hotel Mandarin, 4 Agustus 2005 lalu, MBM TEMPO mengadakan sebuah forum sebagai reaksi atas Fatwa MUI. Sebagai pembicara hadir Musdah Mulia, Dawam Rahardjo, Syafii Amin, Maruf Amin (MUI), Fauzan (MMI). Di forum itu Musdah Mulia dengan berani (baca: kurang ajar) mengecam MUI yang mengharamkan nikah beda agama. Bahkan Musdah menjamin, nikah beda agama antara Muslimah dengan pria non Muslim, tidak akan membuat si Muslimah terseret mengikuti agama suaminya. Setidaknya bila itu terjadi pada dirinya, begitu alasan Musdah. Rupanya keberanian Musdah mengecam MUI ini telah berhasil membangkitkan kejantanan Dawam Rahardjo, yang kini berusia di atas enam puluh tahun namun belum mendapat hidayah. Di forum itu, Dawam menuding-nuding (menunjuk-nunjukkan jarinya ke arah Amidhan yang duduk di barisan terdepan), sehingga membuat Amidhan pun bangkit mendekat ke arah Dawam. Suasana sempat menghangat, namun keburu dilerai. Pada kesempatan itu Dawam berujar, bila Gus Dur ingin agar dana untuk MUI distop, maka saya minta agar MUI dibubarkan! Gus Dur dan Dawam Bukan Ulama Siapa bilang Gus Dur itu Ulama? Juga siapa bilang Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Ulil Abshar Abdalla dan kawan-kawannya itu ulama? Mereka adalah orang-orang yang berupaya untuk mencabut fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), terutama tentang sesat dan murtadnya Ahmadiyah, sesatnya sekulerisme, liberalisme, dan pluralisme agama alias menyamakan/menyejajarkan semua agama, haramnya nikah beda agama, dan haramnya perdukunan, serta doa bersama antar agama. Dengan gencarnya upaya Gus Dur, Dawam Rahardjo, Ulil dan lain-lain dalam melawan fatwa MUI itu, akibatnya sebagian masyarakat tampak ada yang bingung. Maka dalam kajian di Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jawa Tengah, Rabu 10 Agustus 2005, ada beberapa orang yang mengajukan pertanyaan, di antaranya seorang pemuda bertanya: Sekarang ini ulama bertikai dengan ulama. Ini menjadikan masyarakat bingung. (Apakah mengikuti fatwa MUI atau mengikuti yang menolaknya). Bagaimana ini Ustadz? Hartono Ahmad Jaiz yang telah menyampaikan penjelasan di hadapan 300-an jamaah masjid kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto itu menjawab dengan tenangnya: Siapa bilang Gus Dur itu Ulama? Juga siapa bilang Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Ulil Abshar Abdalla dan kawan-kawannya itu ulama? Jadi pertanyaannya ini sendiri yang harus diperbaiki. Karena yang terjadi bukan pertikaian antara ulama dengan ulama, namun sebenarnya hanyalah para pembela kesesatan menentang para ulama dan pemberantas kesesatan. Itu saja. Jadi kenapa bingung-bingung? Pengajian kali ini bertema menyikapi aliran sesat masa kini. Yang dibahas adalah aliran-aliran sesat yang difatwakan MUI, juga para pengusung dan pembelanya. Maka mengingat pengajian ini berlangsung di Universitas Muhammadiyah, pembicara bertanya di sela-sela uraiannya: Apa perlu disebut nama para pengusung dan pembela kesesatan yang berasal dari Muhammadiyah? Perlu! Sahut hadirin. Lantas ketika Hartono Ahmad Jaiz baru menyebut nama Ulil Abshar Abdalla (bukan dari Muhammadiyah tapi dari NU dan kordinatror JIL Jaringan Islam Liberal), sudah ada suara dari hadirin menyebut Dawam Rahardjo, yang lain menyebut Syafii Maarif, dan lainnya lagi menyebut Amien Rais, yaitu tokoh-tokoh Muhammadiyah yang ditengarai membela Ahmadiyah dan bersuara miring terhadap Fatwa MUI. Hartono Ahmad Jaiz menegaskan, orang-orang yang membela Ahmadiyah, JIL (Jaringan Islam Liberal), nikah beda agama, doa bersama antar agama, perdukunan dan kesesatan lainnya seperti liberalisme, sekulerisme, dan pluralisme agama itu pada dasarnya bukan sekadar menentang fatwa MUI namun menentang hukum Allah swt. Menentang Al-Quran dan As-Sunnah. Untuk apa? Untuk mencari duit dari lembaga-lembaga kafir. Contohnya, Musdah Mulia dan 26 konconya yang kini di barisan depan dalam menentang fatwa MUI itu, dalam upayanya untuk menentang hukum