[media-dakwah] Re: Edisi 268: "Teman Tapi Mesra":)

2005-11-23 Terurut Topik suhana032003
hmm..rasanya kembali lagi pada niat awal melakukan hubungan, dan 
komitmen pada saat hubungan pertemanan lawan jenis yg akhirnya 
berlanjut dan menjadi hubungan persahabatan atau mungkin lebih kepada 
jenjang yg lebih serius selanjutnya. hmm..kemungkinan hubungan 
persahabatan berlanjut menjadi hubungan yg lebih serius itu, sangat 
mungkin terjadi bila tidak dilandasi oleh komitmen awal melakukan 
persahabatan.

efek2 yg tidak baik dalam membina satu hubungan antara lawan jenis, 
itupun sangat mungkin terjadi, bila tidak dilandasi oleh komitmen 
awal pertemanan dan nila2 agama yg tertanam pada pribadi masing2.

hmm..manusia juga bukan sebuah benda yg berlainan muatan, yg secara 
sifat dasar benda yg berlainan jenis (q1 dan q2)akan melakukan tarik 
menarik tanpa adanya kekuatan untuk tidak menolak sifat dasar benda 
yg berlainan jenis itu. kalau menurutku itulah bedanya manusia dengan 
benda dan mahluk lainnya. manusia mempunyai kelebihan2 yg tidak 
dipunyai oleh satu benda or mahluk lainnya. 

manusia memang mempunyai sifat yg dimiliki oleh benda dan juga mahluk 
lainnya, tapi..manusia juga mempunyai sifat yg tidak dimiliki oleh 
benda dan mahluk lainnya. spt..manusia mempunyai akal, isntink dan 
hati nurani. sedangkan benda tidak mempunyai itu semua. sedangkan 
mahluk lain hanya mempunyai instink.

akal pada manusia digunakan untuk menimbang perbuatan baik dan buruk 
yg akan dipilihnya. sedangkan hati nurani yg memfilter semua untuk 
memberi keputusan untuk dilakukan or tidak semua keputusan yg sudah 
diolah pada akal. dengan akal dan hati nurani, manusia pun punya 
kecenderungan untuk belajar mana yg baik dan mana yg buruk, mana yg 
boleh dan mana yg tidak boleh, mana yg melanggar mana yg bebas, mana 
yg halal dan mana yg haram. dan manusia jadi mengerti apabila, 
manusia itu mempelajari ilmu agama. nah..itulah gunanya agama 
diturunkan dan kecenderungan sifat manusia juga yg mempunyai instink 
untuk belajar hingga mengetahui mana yg baik dan yg buruk,yg 
merupakan kerja sebuah akal. sedangkan agama itu berisi aturan main 
manusia dalam melakukan semua aktivitasnya dalam hidup.

hmm..maka dengan agama inilah..akhirnya manusia itu lebih 
terkondisikan sikapnya dalam menjalankan kehidupannya, karena disana 
ada aturan main yg akan menimbulkan dampak dari semua yg sudah 
dikerjakan selama hidup. yaitu pahala untuk kebajikan dan dosa untuk 
kejahatan.

hmm..bila melihat itu semua, berarti manusia punya kekuatan untuk 
menolak sifat benda yg berlainan jenis untuk saling tarik menarik-:)
yaitu agama yg dijadikan landasan dalam melakukan sebuah hubungan dan 
satu komitmen yg sudah diikrarkan.:)

maaf..ini hanya pendapatku aja ya..?karena akupun punya 1 orang 
sahabat pria, kami bersahabat lebih dari 8thn, mungkin benar 1 sisi 
manusia yg lain mengharapkan hubungan untuk lebih, tapi..ada sisi 
manusia yg lain yg mempunyai komitmen, bahwa hubungan hanya sebatas 
persahabatan:)rasanya ada nilai komitmen yg tinggi waktu itu, yaitu 
pantang mencemarkan hubungan persahabatan dgn kelakuan yg merugikan 
keduanya or salah satunya.:)

hmm..gimana kalau persahabatan karena iman pada Allah:)hingga timbul 
satu hubungan yg lebih erat yaitu persaudaraan dalam iman. seperti 
persahabatan antara Rasulullah dan Abu Bakar (bukan hubungan homo 
saat ini:) atau persahabatan Rasulullah dengan para sahabatnya siti 
khotidjah.:) memang susyeh sich..saat ini..tapi susah bukan berarti 
tidak ada, walaupun hanya sedikit jumlahnya.:)

salam:)
hana










gaya tarik menarik antara dua buah benda (F) yang berlainan muatan 
(q1 dan q2) sebanding dengan konstanta (k) dan berbanding terbalik 
dengan kuadrat jarak keduanya (r). Semakin besar muatan kedua benda 
serta semakin pendek jaraknya, semakin besar pula gaya tarik menarik 
yang ditimbulkannya. 


> 
> 
> On 11/23/05, suryati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> >
> > Teman Tapi Mesra
> > STUDIA Edisi 268/Tahun ke-6 (21 Nopember 2005)
> >
> > Kayaknya kamu sering dengerin deh lagunya Ratu yang berjudul 
Teman Tapi
> > Mesra. Seperti ini sebagian liriknya: "Cukuplah saja berteman 
denganku/
> > janganlah kau meminta lebih/ ku tak mungkin mencintaimu/ kita 
berteman
> > saja/
> > teman tapi mesra…"
> >
> > Ehm, punya teman tuh emang asyik. Selain ada orang yang bisa 
diajak ngobrol
> > dan saling membantu di kala saling membutuhkan, teman juga bisa 
menjadi
> > tempat muara emosi kita. Ngobrol biasa mungkin sering. Tapi 
ngobrol yang
> > lebih dalam, rasanya agak jarang dilakukan dengan seseorang yang 
sekadar
> > teman biasa. Kita agak canggung. Itu sebabnya, kehadiran seorang 
sahabat
> > karib yang bisa menjadi tempat muara emosi kita, sangat 
diharapkan.
> >
> > Teman sejenis pun, cowok dengan cowok maupun cewek dengan cewek, 
sebenarnya
> > bisa juga sangat akrab. Itu kalo di antara kita udah terjalin 
sikap saling
> > percaya, saling memahami, dan saling menghargai. Mungkin bisa 
saja yang
> > seperti ini dibilang mesra. Karena dalam Kamus Besar Bahasa 
Indonesia arti
> > kata mesra a

[media-dakwah] Re: Edisi 268: "Teman Tapi Mesra"

2005-11-23 Terurut Topik ery indrawan
mBak
bagaimana kalau kasusnya terbalik, dari kekasih menjadi teman, yang
mungkin tidak hanya sekedar 'teman' ?. Hal ini dimungkinkan karena
perpisahan terjadi karena suatu hal yang sama2 disadari, bukan karena
saling menyakiti. Mulut bisa berbohong, mata bisa menipu, hati siapa
yang tahu. Menurut saya pribadi neh...sangat sulit merubah rasa sayang
dari kekasih menjadi teman kalau kasusnya seperti di atas, akan jauh
lebih mudah merubah rasa sayang terhadap teman menjadi kekasih
hehehehe.
maaf kalau sotoy hehehe...

wassalam

On 11/23/05, suryati <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>
> Teman Tapi Mesra
> STUDIA Edisi 268/Tahun ke-6 (21 Nopember 2005)
>
> Kayaknya kamu sering dengerin deh lagunya Ratu yang berjudul Teman Tapi
> Mesra. Seperti ini sebagian liriknya: "Cukuplah saja berteman denganku/
> janganlah kau meminta lebih/ ku tak mungkin mencintaimu/ kita berteman
> saja/
> teman tapi mesra…"
>
> Ehm, punya teman tuh emang asyik. Selain ada orang yang bisa diajak ngobrol
> dan saling membantu di kala saling membutuhkan, teman juga bisa menjadi
> tempat muara emosi kita. Ngobrol biasa mungkin sering. Tapi ngobrol yang
> lebih dalam, rasanya agak jarang dilakukan dengan seseorang yang sekadar
> teman biasa. Kita agak canggung. Itu sebabnya, kehadiran seorang sahabat
> karib yang bisa menjadi tempat muara emosi kita, sangat diharapkan.
>
> Teman sejenis pun, cowok dengan cowok maupun cewek dengan cewek, sebenarnya
> bisa juga sangat akrab. Itu kalo di antara kita udah terjalin sikap saling
> percaya, saling memahami, dan saling menghargai. Mungkin bisa saja yang
> seperti ini dibilang mesra. Karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti
> kata mesra adalah lekat dan sangat erat.
>
> Sobat muda muslim, cuma masalahnya, gimana kalo teman tapi mesra itu adalah
> antar lawan jenis. Wow, ini dia yang kudu jadi perhatian dan bikin kita
> jaga-jaga biar nggak kebablasan. Gimana pun juga, hubungan pria dan wanita
> pasti nimbulin perasaan-perasaan yang 'lain'. Perasaan suka, sayang, cinta,
> termasuk cemburu kalo sang teman tapi mesra itu deket ama yang lain. Karena
> apa? Karena masing-masing merasa ingin memiliki lebih dari sekadar teman.
> Tul nggak? Seperti syair di awal lagu dari duo Ratu ini: "Aku punya teman/
> teman sepermainan/ kemana pun dia pergi selalu ada aku/ dia manis dan juga
> baik hati/ tapi aku bingung ketika dia bilang cinta…"
>
> Inilah unik dan menariknya hubungan antar manusia. Dan harus diakui bahwa
> manusia tuh makhluk sosial, sehingga ia merasa kesepian kalo nggak ada
> teman. Padahal manusia bukan hanya terdiri dari sejenis. Itu sebabnya,
> dalam
> beberapa kondisi, komunikasi dengan lawan jenis untuk berbagai keperluan
> dalam melakukan kegiatan sehari-hari nyaris nggak bisa dihindari. Mungkin
> kita biasa bergaul dalam komunitas sejenis, tapi dalam beberapa kondisi
> kadang kita harus merambah ke luar komunitas kita, maka kita akan
> berhubungan dengan banyak pihak, termasuk dalam hal ini dengan lawan jenis.
>
> Sebagai teman akrab atau sebagai sahabat, berteman dengan lawan jenis besar
> kemungkinan akan menjadi ajang curhat dan saling berbagi cerita mesra.
> Apalagi teman tapi mesra ini sangat mungkin hubungannya akan ditingkatkan
> menjadi 'kekasih'. Bila itu yang terjadi, maka ketika kita curhat
> dengannya,
> kita jadi nggak ngerasa sedang ngobrol dengan teman biasa. Tapi dengan
> seorang kekasih hati, meski baru anggapan sepihak saja dari kita.
>
> Dengan kenyataan seperti ini, cerita dan curhat kita akan semakin terasa
> bermakna. Pandangan dan pendapatnya yang disampaikan kepada kita sering
> membuat kita bertenaga. Hidup rasanya dapat tambahan darah segar. Nafas
> baru
> dan semangat menggelora. Rasa-rasanya dunia adalah milik kita, yang sedang
> dimabuk cinta dan dibakar api asmara (meski baru kita sendiri yang
> merasakannya alias geer—entah dirinya. Mungkin malah sebel). Kita jadi
> ngedadak 'lupa diri', dan kita menjadikan orang yang kita cintai sebagai
> dewi or pangeran pujaan hati. Kita bersedia berkorban dan menjadi bagian
> dari hidupnya. Sehari saja tak jumpa dan komunikasi, rasanya hati kita jadi
> dingin dan beku. Tapi, ketika rindu itu terpuaskan, dinding es yang kokoh
> menyelimuti hati kita pun perlahan mencair (suit..suit.. swiiw!)
>
> Dari temen jadi demen
> Pernah nonton sinetron "Dari Temen Jadi Demen" di sebuah stasiun televisi
> swasta? Yup, sinetron ini bercerita tentang kisah-kasih sepasang anak
> manusia. Benar kata pepatah jawa: "Witing tresno jalaran soko kulino",
> bahasa nasionalnya: "Munculnya cinta, karena seringnya bertemu". Hati-hati
> buat kamu yang sering ketemu dengan lawan jenisnya. Kalo berteman kan
> sering
> bertemu lho. Dan, bisa-bisa 'pepatah' ini ada benarnya. Singkat kata, kamu
> jadi demen sama temen kamu. Huhuy!
>
> Sobat muda muslim, gambaran di sinetron yang dibintangi oleh Jonathan
> Frizzi
> dan Wulan Guritno ini bisa jadi muncul dalam kisah nyata. Ya, kisah-kasih
> di
> antara kita. Bahkan sangat boleh jadi lho kalo cerita i