Re: FW: syurga - neraka ... was Re: [media-dakwah] Tanya : Tassawuf

2005-12-22 Terurut Topik A Nizami
Wa'alaikum salam wr wb,

--- "Kartika, Bambang" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Assalamu'alaikum wr.wb.,
> 
> Saudara-saudaraku,saya heran mengapa kok masih ada
> orang yang membenci bahkan ada yang mengecam tentang
> tassawuf dengan berdalil Qur'an dan Hadis, padahal
> Al Qur'an dan Hadis adalah sumber utama segala ilmu,
> sebagai seorang Muslim mengapa hanya mengupas bagian
> luar Al Qur'an dan Hadis saja? tanpa mencoba
> menggali lebih dalam. Saudaraku kalau saya melihat
> suatu benda seperti buah apel maka saya tidak akan
> langsung mengatakan itu buah apel karena bisa saja
> itu apel-apelan yang dari plastik. Bagaimana cara
> memakan buah apel? ada yang lansung di gigit,ada
> yang dicuci terus digigit,ada yang dikupas
> dahulu,dst, barulah kita memasukanya ke mulut
> kemudian kita merasakan buah apel, disinilah contoh
> kehati-hatian orang tassawuf, artinya kalau orang
> yang sudah menggali Al Qur'an dan Hadis jauh lebih
> dalam maka dia akan selalu menjaga mulut, lidah dan
> hatinya untuk meghujat orang, bahkan sekalipun ada
> orang yang menghujatnya dia selalu mengembalikanya
> kepada Allah, 

Kenapa di Al Qur'an dan Hadits tidak sekalipun disebut
kata tasawuf? Bahkan kata tasawuf itu sama sekali
bukan bahasa Arab?

Dalil dalam Islam adalah Qur'an dan Hadits. Adakah
dalil yang mengatakan orang Tasawuf itu benar2
mengkaji dgn dalam Al Qur'an dan Hadits?

Maaf, menurut pengamatan saya, kebanyakan pelajaran
dalam Tasawuf justru bukan dari Al Qur'an dan Hadits
yang sahih. Tapi cerita2 orang dulu/mimpi yang tidak
ada derajad sahih/dloif sama sekali. Jadi tak bisa
dijadikan pegangan.

> Apakah orang tassawuf termasuk orang
> pintar ? "Ya" Bisakah semua orang belajar tassawuf?
> "Bisa" hanya mungkin tingkatanya berbeda, mengapa ?
> karena nafsu seseorang berbeda-beda, olehkarena itu
> hindari sombong, takabur, kepada siapapun,hati-hati
> dalam segala ucapan, perbuatan,apa lagi mengecam
> para Sufi dll agar lebih mudah terjadi kontak
> "Manunggaling kawula Gusti Gusti lan kawulane".

Itu artinya bersatunya manusia dengan Tuhan/Allah.
Akibatnya bisa seperti Al Hallaj atau Syekh Siti Jenar
yang mengaku Allah. Padahal Nabi Muhammad SAW yang
merupakan insan kamil, uswatun hasanah tidak pernah
sekali pun mengaku sebagai Allah.

Bukankah dalam surat Al Ikhlas disebut wa lam yakun
lahu kufuwwan ahad? Dan tak ada sesuatu pun yang
setara/sekufu dengan Allah?

Wassalam

> Salam
> BBK
> 
> -Original Message-
> From: media-dakwah@yahoogroups.com
> [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of
> .:.cintasaja.:.
> Sent: Thursday, December 22, 2005 2:32 PM
> To: media-dakwah@yahoogroups.com
> Subject: syurga - neraka ... was Re: [media-dakwah]
> Tanya : Tassawuf
> 
> 
> Assalamu'alaikum wr.wb.,
> 
> Ikhwani yang dirahmati Allah,
> 
> Menurut saya, sebenarnya yang bisa menjawab apa itu
> tasawuf atau sufi ya
> mereka yang 'menggeluti'-nya ...  sehingga informasi
> yang diterima lebih
> akurat.  Tidak semua tarikat itu sesat, dan juga
> tidak semuanya itu lurus
> ..  CMIIW
> 
> Berkaitan dengan munajat kaum sufi terhadap syurga
> dan neraka, berikut ada
> pendapat lain dari seorang sahabat ...  semoga
> menjadi bahan masukan dan
> telaahan.  Kalau kurang berkenan, mohon maaf
> sebelumnya.
> 
> ---
> 
> Dalam Al-Qur'an dan Hadits soal syurga dan neraka
> disebut berkali-kali dalam
> berbagai ayat dan surat . Tentu saja, sebagai janji
> dan peringatan Allah
> swt. Namun memahami ayat tersebut atau pun hadits
> Nabi saw, harus dilihat
> dari berbagai sudut pandang, tidak sekadar
> formalisme ayat atau teks hadits
> saja.
> Contoh soal rasa takut. Dalam Al-Qur'an disebut
> beberapa kali bentuk takut
> itu. Ada yang menggunakan kata Taqwa, ada yang
> menggunakan kata Khauf dan
> ada pula Khasyyah, dan berbagai bentuk kata yang
> ditampilkan Allah Ta'ala
> yang memiliki hubungan erat dengan bentuk takut itu
> sendiri, sesuai dengan
> kapasitas hamba dengan Allah Ta'ala. Makna takut
> dengan penyebutan yang
> berbeda-beda itu pasti memiliki dimensi yang berbeda
> pula, khususnya dalam
> responsi psikhologi keimanan yang berbeda-beda
> antara satu dengan yang
> lainnya, berkaitan dengan frekwensi dan derajat
> keimanan seseorang.
> 
> Begitu juga kata Jannah dan Naar, syurga dan neraka.
> Penekanan-penekanan
> kata Naar dalam Al-Qur'an juga memiliki struktur
> hubungan yang berbeda. Naar
> disebutkan untuk orang kafir, memiliki tekanan
> berbeda dengan orang munafik,
> orang fasik, dan orang beriman yang ahli maksiat.
> Itu berarti berhubungan
> dengan kata Naar, yang disandarkan pada macam-macam
> ruang neraka: Ada Neraka
> Jahim, Neraka Jahanam, Neraka Sa'ir, Neraka Saqar,
> Neraka Abadi, dan
> penyebutan kata Naar yang tidak disandarkan pada
> sifat dan karakter neraka
> tertentu.
> 
> Jika Naar kita maknai secara gradual, justru menjadi
> zalim, karena faktanya
> tidak demikian. Hal yang sama jika para Sufi
> memahami Naar dari segi
> hakikatnya neraka, juga tidak bisa disalahkan.
> Apalagi jika seseorang
> memahami neraka itu seba

FW: syurga - neraka ... was Re: [media-dakwah] Tanya : Tassawuf

2005-12-22 Terurut Topik Kartika, Bambang
Assalamu'alaikum wr.wb.,

Saudara-saudaraku,saya heran mengapa kok masih ada orang yang membenci bahkan 
ada yang mengecam tentang tassawuf dengan berdalil Qur'an dan Hadis, padahal Al 
Qur'an dan Hadis adalah sumber utama segala ilmu, sebagai seorang Muslim 
mengapa hanya mengupas bagian luar Al Qur'an dan Hadis saja? tanpa mencoba 
menggali lebih dalam. Saudaraku kalau saya melihat suatu benda seperti buah 
apel maka saya tidak akan langsung mengatakan itu buah apel karena bisa saja 
itu apel-apelan yang dari plastik. Bagaimana cara memakan buah apel? ada yang 
lansung di gigit,ada yang dicuci terus digigit,ada yang dikupas dahulu,dst, 
barulah kita memasukanya ke mulut kemudian kita merasakan buah apel, disinilah 
contoh kehati-hatian orang tassawuf, artinya kalau orang yang sudah menggali Al 
Qur'an dan Hadis jauh lebih dalam maka dia akan selalu menjaga mulut, lidah dan 
hatinya untuk meghujat orang, bahkan sekalipun ada orang yang menghujatnya dia 
selalu mengembalikanya kepada Allah, Apakah orang tassawuf termasuk orang 
pintar ? "Ya" Bisakah semua orang belajar tassawuf? "Bisa" hanya mungkin 
tingkatanya berbeda, mengapa ? karena nafsu seseorang berbeda-beda, olehkarena 
itu hindari sombong, takabur, kepada siapapun,hati-hati dalam segala ucapan, 
perbuatan,apa lagi mengecam para Sufi dll agar lebih mudah terjadi kontak 
"Manunggaling kawula Gusti Gusti lan kawulane".
Ingat kejadian di Ambon tahun lalu ?.. Orang-orang Mumin yang datang kesana 
bukanlah hanya sekedar orang yang pandai Berkoar saja diantara mereka ada yang 
bisa menetralisir arus listrik yang dimasukan kedalam sungai oleh orang kafir 
yang airnya mengalir sehingga menewaskan banyak orang ketika mereka mau 
menyeberangi sungai tsb namun hanya dengan Do'a dan Allah pun mengabulkan 
sehingga saudara-saudara kita muslim yang lain bisa menyelamatkan diri dari 
pengejaran orang kafir. yang jelas dari pada mulut,hati,nalar kita gunakan 
untuk menghujat/mengadili orang lebih baik untuk mendekatkan diri kepada Allah 
dan mengadili diri sendiri dengan Intropeksi dan kemudian mohon ampunanNya.
 
Salam
BBK

-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of .:.cintasaja.:.
Sent: Thursday, December 22, 2005 2:32 PM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: syurga - neraka ... was Re: [media-dakwah] Tanya : Tassawuf


Assalamu'alaikum wr.wb.,

Ikhwani yang dirahmati Allah,

Menurut saya, sebenarnya yang bisa menjawab apa itu tasawuf atau sufi ya
mereka yang 'menggeluti'-nya ...  sehingga informasi yang diterima lebih
akurat.  Tidak semua tarikat itu sesat, dan juga tidak semuanya itu lurus
..  CMIIW

Berkaitan dengan munajat kaum sufi terhadap syurga dan neraka, berikut ada
pendapat lain dari seorang sahabat ...  semoga menjadi bahan masukan dan
telaahan.  Kalau kurang berkenan, mohon maaf sebelumnya.

---

Dalam Al-Qur'an dan Hadits soal syurga dan neraka disebut berkali-kali dalam
berbagai ayat dan surat . Tentu saja, sebagai janji dan peringatan Allah
swt. Namun memahami ayat tersebut atau pun hadits Nabi saw, harus dilihat
dari berbagai sudut pandang, tidak sekadar formalisme ayat atau teks hadits
saja.
Contoh soal rasa takut. Dalam Al-Qur'an disebut beberapa kali bentuk takut
itu. Ada yang menggunakan kata Taqwa, ada yang menggunakan kata Khauf dan
ada pula Khasyyah, dan berbagai bentuk kata yang ditampilkan Allah Ta'ala
yang memiliki hubungan erat dengan bentuk takut itu sendiri, sesuai dengan
kapasitas hamba dengan Allah Ta'ala. Makna takut dengan penyebutan yang
berbeda-beda itu pasti memiliki dimensi yang berbeda pula, khususnya dalam
responsi psikhologi keimanan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, berkaitan dengan frekwensi dan derajat keimanan seseorang.

Begitu juga kata Jannah dan Naar, syurga dan neraka. Penekanan-penekanan
kata Naar dalam Al-Qur'an juga memiliki struktur hubungan yang berbeda. Naar
disebutkan untuk orang kafir, memiliki tekanan berbeda dengan orang munafik,
orang fasik, dan orang beriman yang ahli maksiat. Itu berarti berhubungan
dengan kata Naar, yang disandarkan pada macam-macam ruang neraka: Ada Neraka
Jahim, Neraka Jahanam, Neraka Sa'ir, Neraka Saqar, Neraka Abadi, dan
penyebutan kata Naar yang tidak disandarkan pada sifat dan karakter neraka
tertentu.

Jika Naar kita maknai secara gradual, justru menjadi zalim, karena faktanya
tidak demikian. Hal yang sama jika para Sufi memahami Naar dari segi
hakikatnya neraka, juga tidak bisa disalahkan. Apalagi jika seseorang
memahami neraka itu sebagai api yang berkobar.

Kalimat Naar tanpa disandari oleh Azab, juga berbeda dengan Neraka yang
ansickh belaka. Misalnya kalimat dalam ayat di surat Al-Baqarah, "Wattaqun
Naar al-llaty waquduhannaasu wal-Hijarah" dengan ayat yang sering kita baca,
"Waqinaa 'adzaban-Naar," memiliki dimensi berbeda. Ayat pertama, menunjukkan
betapa pada umumnya manusia, karena didahului dengan panggilan Ilahi "Wahai
manusia". Maka Allah langsung membuat ancaman serius dengan menyebutkan