Re: [mediacare] Sopir Taksi di Singapura

2007-05-22 Terurut Topik william sutanto
tapi selama saya di singapore, banyak pengalaman buruk
dengan sopir taksi. pertama, setiap kali naik taksi
dari harborfront (pelabuhan laut di sgp), sopir taksi
tidak pernah membantu mengangkat koper2, bahkan utk
masukkan ke bagasi mobil sekalipun. pernah waktu itu
hujan lebat saya dan tante saya yg menggendong bayi
baru pulang dari indo. sampe depan rumah tante saya
minta sopir taksi bantu keluarkan barang dari bagasi
tapi ditolak. sopir itu tetap duduk di belakang kemudi
dan minta kami gerak cepat kalo ambil barang krn takut
bagasi mobil n jok mobil jadi basah. mungkin krn kami
ke sgp lewat laut n tinggal di hdb(apartement
pemerintah). lain perlakuannya kalo naik taksi dari n
ke changi airport. pernah sekali saya bantu sepupu
saya yg tinggal di rumah mewah utk manggil taksi.
taksi saya minta ke rumah dulu ambil koper trus ke
airport. taksi itu super ramah, bahkan dengan senyum
bantu mengangkat semua koper. jadi bisa diliat betapa
bedanya perlakuaan terhadap saya pada 2 keadaan yg
berbeda. benar2 penjilat orang2 kaya. 
minggu kemarin saya baru saja mengantar teman ke
airport. kami naik taksi dari tepi jalan di chinatown.
mungkin awalnya dia tidak tau kami mau ke airport.
jadi sopirnya gak bantu angkat barang yg cuma 2 tas ke
bagasi mobil. setelah tiba di airport, dengan sok
ramah sopirnya suruh kami turun aja, dia sendiri yg
bantu keluarkan 2 tas kami yg sebenarnya tidak berat.
hanya karena kami ke airport n bilang ke sgp krn
urusan bisnis. 
yg kedua adalah pada saat saya sendiri berangkat ke
kantor client di daerah tuas (daerah industri yg jauh
dari kota). saya naik taksi dari mrt boon lay. saya
pernah beberapa kali pergi ke daerah itu tapi tidak
terlalu pasti jalan ke kantor client. ternyata pada
hari itu saya dibawa berputar2. sengaja dibawa ke
daerah macet bahkan jalan buntu. akhirnya saya harus
bayar ongkos taksi 2x lipat dari biasanya.
Demikian sharing saya, sorry kalo ada yg tersinggung.

Mei

--- AniDj [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau di Singapore saya tidak terlalu heran, mungkin
 masih lebih banyak orang jujur ketimbang yang tidak
 jujur. Tapi kalau kejujuran ini terjadi di Jakarta,
 ini sangat amat membingungkan.

   Tiga tahun yang lalu, suami saya dari Cengkareng
 menggunakan jasa taksi Silver Bird, pulang ke rumah
 di wilayah Kemang. Sampai di rumah suami saya sama
 sekali tidak menyadari bahwa HP nya tertinggal di
 taksi. Karena sampai di rumah sudah jam 23.00,
 langsung mandi dan langsung tidur. Tiba-tiba kira2
 jam 3 subuh datang supir taksi Silver Bird tadi
 kembali kerumah saya dan membangunkan satpam saya.
 Dia mengembalikan HP suami saya yang tertinggal. Pak
 supir itu mengembalikan HP tanpa meninggalkan pesan
 apa2 dan tanpa meninggalkan nama beliau.

   Jam 7 pagi saya dan suami saya sibuk mencari data
 pak supir tsb ke Blue Bird. Untungnya suami saya
 setiap naik taxi dia punya kebiasaan mencatat no
 taksi. Hal ini memudahkan pihak Blue Bird untuk
 melacak siapa pengemudi taksi tersebut, yang
 akhirnya kami ketahui bernama Pak Edi.
   Pihak Ble Bird meng'call' pak Edi supaya datang
 kerumah kami. Kami ingin mengucapkan terima kasih
 kepada beliau yang pada era penuh ketidak jujuran
 ini ada seorang yang bernama Edi, masih tetap
 menjunjung arti sebuah kejujuran.

   Di Singapore setahu saya supir2 taksi memang masih
 memegang kejujuran. Suatu kali saya pernah jam 01
 subuh saya naik taksi, sepulang pesta ultah teman.
 Karena hujan deras sekali saya membayar taksi dengan
 terburu-buru, argo menunjukan $ 16,40. Niat hati
 ingin membayar $ 20 sebagi ucapan terima kasih pada
 pak supir yang sudah membawa saya pulang di tengah
 malam yang hujan deras dengan selamat. Saya langsung
 turun dan tutup pintu taksi lari ke lobby apartment
 saya. Tiba2 pak supir teriak-teriak dan lari2
 mengejar saya dengan basah kuyup menyodorkan uang
 yang $ 110. Saya terbengong-bengong karena tidak
 menyadari sudah memberian uang $ 110 kepada pak
 supir. Ternyata saya bukannya membayar $ 20 tapi
 saya membayar $10 dan $100. Akhirnya pak supir saya
 tukar dengan $ 50 setelah saling bertahan, pak supir
 bertahan saya cuma harus bayar sesuai argo. Akhirnya
 setelah saya menghiba please please berulang
 kali, dia mau menerima pemberian saya.

   AniDj
 
 Sri Maryanti [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Sopir Taksi di Singapura
 
 Kadang kita bingung dengan kejujuran dan pengabdian
 tulus seseorang 
 pada pekerjaannya. Kejujuran sering kita pandang
 aneh. Mungkin karena 
 jumlahnya tak banyak. S Prawiro menulis pengalaman
 uniknya dengan 
 seorang sopir taksi di negeri tetangga. 
 
 Baca tulisannya di blog kami:
 http://ecosocrights.blogspot.com/
 
 salam
 yanti
 
 
 
  
 
  Send instant messages to your online friends
 http://uk.messenger.yahoo.com 



   
Need
 a vacation? Get great deals
to amazing places on Yahoo! Travel.
http://travel.yahoo.com/


[mediacare] Mencari Uang atau Mencari Prestasi?

2007-05-08 Terurut Topik William
Mencari Uang atau Mencari Prestasi? 
Oleh : William Wiguna 


Sering kali kalau saya meng-interview seseorang karyawan baru khusus untuk 
departemen kami, senantiasa terlontar sebuah pertanyaan sangat menentukan 
sikap. Saya menanyakan, apa alasan ybs mau bekerja di perusahaan/departemen 
kami.

Jawaban sangat bervariasi dan sebagian besar menjawab dengan klise seperti 
untuk menambah pengalaman, menambah ilmu dsb. Mereka biasanya setelah 
diberikan kesempatan untuk memperjelas alasan yang tepat, akhirnya 
ujung-ujungnya mengatakan mencari uang. 

Nah, disini saya selalu terkenang akan masa lalu dimana setelah lulus S1, saya 
tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan S2 karena memang kebutuhan akan 
uang tidak tercukupi bila harus memaksakan diri mencari ilmu. Tetapi saya 
berhasil menghibur diri dengan menggunakan alasan logika, bahwa dimana tempat 
saya bekerja dan berkarir adalah S2 saya dan begitu seterusnya karena keinginan 
saya untuk mau terus belajar entah sampai kapan...

Kembali dengan interview, mereka biasanya mencoba merenungkan ide saya sbb: 
Bagaimana bila Anda merefleksikan sikap mencari uang itu kedepan. Mereka saya 
ijinkan memperkirakan apa yang dijawab seorang maling yang diinterogasi oleh 
polisi. Ya mungkin dengan cara yang lebih keras supaya sang tawanan tsb 
menjawab mengapa mencuri. Tentu saja mereka dan Anda juga bisa menjawabnya 
dengan mudah bukan? Mereka butuh/mencari uang untuk hidup... 

Saya selalu mencoba mengingatkan, bahwa tentu saja ucapan mencari uang tidak 
salah, tetapi akan menjadi bumerang bila mereka ucapkan dengan penuh motivasi 
yang serius atau menjadi keinginan! Otak kita sangat pintar, sehingga bila ada 
instruksi/motivasi yang masuk dengan sadar dan tidak sadar otak kita akan 
bekerja dengan keras mengejar target tersebut, misalnya mencari uang. Maka 
amat sangat mungkin tahap-tahap yang terjadi bisa saja sbb: mulai 
menghitung-hitung untung-rugi antara gaji dan jam kerja, meng-korupsi waktu dan 
akhirnya materi. Hal ini biasanya akan menimbulkan stress yang tidak sehat. 
Otak kita akhirnya merekomendasikan atau tidak bisa lagi membedakan mana 
uang pribadi dan uang perusahaan. 

Dan biasanya Boss/Owner Perusahaan pastilah bukanlah orang bodoh, dia justeru 
akan main lebih sadis dengan perhitungan untung-rugi dengan karyawan. Bisa 
ditebak juga bukan bila hal ini terjadi siapa yang bakal lebih pintar yang 
bakal mendapatkan keuntungan? Bila pun didapat, bukankah itu dari hasil yang 
tidak FAIR? Dan bila sang karyawan dan pimpinan jadi adu ulet maka bisa 
dibayangkan sirkuit lingkaran setan yang dibentuk. 

Biasanya, sang karyawan baru akan tercenung, dan disinilah saya membagikan tips 
agar sang karyawan bisa lebih berdaya guna: 

Saya menceritakan kasus saya ketika ingin belajar lebih lanjut tapi nggak punya 
uang seperti diatas, lalu bertekad belajar dimanapun saya mendapat kesempatan. 
Dan biasanya saya ajak sang karyawan mau belajar atau tidak dengan tips ini. 

Di tempat kerja atau kampus baru ini sang karyawan adalah siswa dan saya 
menjadi pembimbing/guru yang bertanggung jawab atas karir/study ybs. Karena 
toh, dimana-mana ya memang seorang pemimpin harus mengajar dan membimbing 
bukan? Bila ybs berprestasi, akan disediakan Promosi dan kemungkinan naik 
kelas. Bagi para Pemimpin, poin ini sering dilepas, dia mengajar tetapi tidak 
mengikat sang karyawan untuk tetap semangat belajar selama masih bersama-sama. 

Menggunakan logika, bahwa karena ybs belajar maka mendapatkan istilah uang 
jajan sebagai pengganti istilah gaji. Dari poin ini saja otak kita rasanya 
langsung lebih lega karena tidak lagi berhitung-hitungan dengan input-output 
kerja. Bahkan di kampus baru ini ybs tidak perlu membayar uang kuliah tetapi 
justeru menerima seluruh perangkat belajarnya dia seperti: seragam, komputer, 
ruangan dsb. 

Selalu saya tanyakan, apakah uang jajan saat sekolah/kuliah lebih besar atau 
tidak dengan uang jajan yang dia terima di kampus ini. Untuk yang ini 
jawaban mereka 100% setuju bahwa uang jajan mereka sudah lebih baik. 

Istilah belajar dan kampus baru buat seorang yang serius akan berdampak 
dahsyat seperti: kita akan menemukan bahwa otak kita bila sedang belajar akan 
menciptakan prestasi-prestasi yang mustahil akan diberikan oleh orang yang 
bermotif mencari duit. 

Terbukti bukan, saat dulu kita sekolah/kuliah, walaupun berantem atau dimarahin 
Guru, demi ilmu kita tetap masuk dengan semangat untuk lulus bukan? Bahkan 
untuk tim kami disinilah kami membuat prestasi saat dulu kuliah menjadi juara 
LKIP tingkat Nasional, padahal modal kami cuma satu BELAJAR. 

Karyawan-karyawan di departemen kami mencapai rekor tertinggi dalam sejarah 
perusahaan, yaitu melakukan penjualan lebih dari 10 kali target! 

Sebagian model seperti ini juga kami praktekkan di tempat dimana kami 
ber-organisasi, bahkan juga saat kami memberikan konseling dan program TRAIN 
the TRAINER. Bahwa semua anggota tim bisa lebih sukses dari pada saya sendiri 
dan karena tanpa

[mediacare] Prinsip 90/10 dari Stephen Covey

2007-02-14 Terurut Topik William Wiguna
 untuk 
menabrak mobil tersebut? Siapakah yang akan peduli apabila Anda datang ke 
kantor lebih telat 10 detik? Jangan sampai karena kejadian tersebut, mood Anda 
berubah jadi tidak bagus.

 

Ingatlah akan prinsip 90/10 ini, dan janganlah Anda terlalu khawatir.

 

Anda menerima kabar bahwa Anda akan di pecat dari pekerjaan Anda. Janganlah 
Anda menjadi stress, tidak bisa tidur dan jadi bad-mood. Semuanya ini dapat 
Anda lewati. Anda seharusnya dapat memakai waktu dan peluang ini untuk mencari 
pekerjaan yang baru

 

Pesawat yang akan Anda tumpangi ternyata delay dan Anda tahu bahwa hal ini akan 
merusak semua rencana Anda untuk hari itu. Janganlah Anda memarahi awak pesawat 
tersebut? Ini juga sebenarnya di luar dari kendali awak pesawat tersebut. Dia 
juga sebenarnya tidak mengetahui mengapa hal tersebut terjadi. Seharusnya, Anda 
dapat menggunakan waktu luang tersebut untuk belajar atau mencoba untuk lebih 
mengenal penumpang yang lain. Janganlah Anda menjadi stress karena hal ini 
hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi lebih buruk.

 

Nah.. sekarang Anda sudah mengetahui dan mempelajari prinsip 90/10. Cobalah 
untuk menerapkan prinsip tersebut pada kehidupan sehari-hari Anda dan 
percayalah, bahwa hidup Anda akan jauh menjadi lebih baik lagi. 

 

Prinsip 90/10 adalah sesuatu yang menakjubkan, dan belum banyak daripada kita 
yang mengetahui dan mengaplikasikannya di kehidupan kita. Oleh karena itu 
banyak daripada kita yang mengalami stress yang berlebihan, masalah dan sakit 
hati.

 

Kita semua harus dapat mengerti dan mengaplikasikan prinsip 90/10 ini.



William Wiguna
PT. Panca Budi Pratama
Kawasan Pusat Niaga Terpadu
Jl. Daan Mogot Raya Km. 19.6 Blok D No.8 A-D
Tangerang - 15122 - Indonesia
Phone   : +62-21 5436 (Hunting)
Fax   : +62-21 54365558 / 9
Website : http://www.pancabudi.com
email : [EMAIL PROTECTED]


[mediacare] Stephen Covey's 90/10 Principle

2007-02-13 Terurut Topik William Wiguna
Stephen Covey's 90/10 Principle

What is this principle? 10% of life is made up of what happens to you. 90%
of life is decided by how you react.
What does this mean? We really have no control over 10% of what happens to
us.
We cannot stop the car from breaking down. The plane will be late arriving,
which throws our whole schedule off. A driver may cut us off in traffic.
We have no control over this 10%. The other 90% is different. You determine
the other 90%.
How? By your reaction.
You cannot control a red light. but you can control your reaction. Don't let
people fool you; YOU can control how you react.
Let's use an example.
You are eating breakfast with your family. Your daughter knocks over a cup
of coffee onto your business shirt. You have no control over what just
happened.
What happens next will be determined by how you react.
You curse.
You harshly scold your daughter for knocking the cup over. She breaks down
in tears. After scolding her, you turn to your spouse and criticize her for
placing the cup too close to the edge of the table. A short verbal battle
follows. You storm upstairs and change your shirt. Back downstairs, you find
your daughter has been too busy crying to finish breakfast and get ready for
school. She misses the bus.
Your spouse must leave immediately for work. You rush to the car and drive
your daughter to school. Because you are late, you drive 40 miles an hour in
a 30 mph speed limit.
After a 15-minute delay and throwing $60 traffic fine away, you arrive at
school. Your daughter runs into the building without saying goodbye. After
arriving at the office 20 minutes late, you find you forgot your briefcase.
Your day has started terrible. As it continues, it seems to get worse and
worse. You look forward to coming home.
When you arrive home, you find small wedge in your relationship with your
spouse and daughter.
Why? .. Because of how you reacted in the morning.
Why did you have a bad day?
A) Did the coffee cause it?
B) Did your daughter cause it?
C) Did the policeman cause it?
D) Did you cause it?
The answer is D.
You had no control over what happened with the coffee. How you reacted in
those 5 seconds is what caused your bad day.
Here is what could have and should have happened.
Coffee splashes over you. Your daughter is about to cry. You gently say,
Its ok honey, you just need to be more careful next time. Grabbing a towel
you rush upstairs. After grabbing a new shirt and your briefcase, you come
back down in time to look through the window and see your child getting on
the bus. She turns and waves. You arrive 5 minutes early and cheerfully
greet the staff. Your boss comments on how good the day you are having.
Notice the difference?
Two different scenarios. Both started the same. Both ended different.
Why?
Because of how you REACTED.
You really do not have any control over 10% of what happens. The other 90%
was determined by your reaction.
Here are some ways to apply the 90/10 principle. If someone says something
negative about you, don't be a sponge. Let the attack roll off like water on
glass. You don't have to let the negative comment affect you!
React properly and it will not ruin your day. A wrong reaction could result
in losing a friend, being fired, getting stressed out etc.
How do you react if someone cuts you off in traffic? Do you lose your
temper? Pound on the steering wheel? A friend of mine had the steering wheel
fall off) Do you curse? Does your blood pressure skyrocket? Do you try and
bump them?
WHO CARES if you arrive ten seconds later at work? Why let the cars ruin
your drive?
Remember the 90/10 principle, and do not worry about it.
You are told you lost your job.
Why lose sleep and get irritated? It will work out. Use your worrying energy
and time into finding another job.
The plane is late; it is going to mangle your schedule for the day. Why take
outpour frustration on the flight attendant? She has no control over what is
going on.
Use your time to study, get to know the other passenger. Why get stressed
out? It will just make things worse.
Now you know the 90-10 principle. Apply it and you will be amazed at the
results. You will lose nothing if you try it. The 90-10 principle is
incredible. Very few know and apply this principle.
The result?
Millions of people are suffering from undeserved stress, trials, problems
and heartache. We all must understand and apply the 90/10 principle.