Re: [mediacare] tanggapan ade armando atas 10 fakta istri baru

2007-02-26 Terurut Topik ahmad su'udi
Sesungguhnya saya telah berusaha menghindari dari
keterjebakan debat kusir semacam ini, sebab selalu
saja emosional, agitatif dan jauh dari mengkedepankan
rasio, apalagi persaaan.

Tetapi, akhirnya tak sanggup diam, terlebih setelah
membaca postingan 'Pria Biasa'. Kalau saya jadi Bang
Ade, mungkin saya akan melakukan yang lebih dari
memberi klarifikasi. Bisa saja saya cari 'Pria Biasa'
dan saya minta mempertanggungjawabkan setiap
tulisannya. Karena apa yang dituslikan merupakan
penistaan yang teramat sangat. Menistakan harkat
kemanusiaan, terutama harkat kewanitaan seseorang.

Ke depan, saya berharap ikut milis ini lebih banyak
mendapat pencerahan, bukan pemburaman pikiran akibat
tulisan-tulisan macam kiriman 'Pria Biasa'. 



salam risau orang riau

ahmad s.udi/www.riauterkini.com


--- pak sam [EMAIL PROTECTED] wrote:


Re: [mediacare] Kesuksesan Keturunan Tionghoa

2007-01-22 Terurut Topik ahmad su'udi
Mohon maaf, saya termasuk kelompok yang memiliki
pandangan negatif pada sepak terjang kaum Tionghoa di
Indonesia. 

Menurut pandangan saya, (maaf jika salah), tipikal
keliru gaya bisnis kebanyakan kaum tionghoa menjadi
sebab kehancuran bangsa Indoensia.

Tak usahlah kita merunut sampai jaman penjajahan, di
mana orang Tionghoa sudah diletaknya setingkat lebih
tinggi dari bangsa pribumi, orang Tionghoa juga banyak
yang jadi penghianat. Jikapun ada yang ikut berjuang,
saya yakin jumlahnya kecil.

Di jaman sekarang, sepak terjang orang Tionghoa justru
semakin jelas betapa besarnya andil mereka dalam
menghancurkan bangsa ini. Lihatlah fakta betapa
pembobol bank terbesar di negeri ini. Hampir pasti
orang Tionghoa. Sejarah pembobol bank kalangan
Tionghoa mulai terkuak pada kasus Edi Tamsil.

Di bidang pembajakan hak cipta, bisa dipastikan
juragannya orang Tionghoa. Karena mereka yang
menguasai industri dan jaringa pemasaran produk
rekaman.

Judi. Pasti deh bandar besarnya orang Tionghoa. Yang
ditangkap polisi cuma pengecer kelas teri.

Peredaran Narkoba, nyaris dipastikan jika sudah pada
tingkat bandar besar pelakunya orang Tionghoa. Orang
pribumi sekedar jongos. Jadi pion.

Apalagi? Prostitusi, kalau sudah kelas kakap, pasti
germonya orang Tionghoa. Prostitusi kelas kakap inilah
sesungguhnya muara dari korupsi di negeri ini. Para
germo sering merayu politisi dan pejabat. Karena
tergoda, akhirnya mereka bermaksiat menggunakan uang
korupsi.

Karena itu, menurut saya, disamping andil kelompok
Tionghoa memajukan bangsa ini, jangan dinafikan andil
besar mereka menghancurkan bangsa ini.

Wahai saudara-saudara Tionghoa, sadarlah. Jangan terus
mengeruk keuntungan dari kehancuran bangsa ini.

Orang Riau yang risau

ahmad s.udi
--- Andrew Yuen [EMAIL PROTECTED] wrote:

 bukannya Muhammad Bob Hasan itu beretnis Tionghoa?
 ahh.. buat opini tapi tak
 akurat..
 justru dengan demikian disebut GOSIP saja tak
 pantas..
 
 -ay-
 
 On 1/22/07, jual gosip [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
  Kesimpulan anda tidak salah!
  Tapi ingat, ada hal-hal yang membuat orang China
  sukses namun dengan cara-cara yang tidak benar.
  Saya tidak mau berpolemik dan berpanjang lebar
 dalam
  menanggapi masalah ini, hanya ingin memberikan
  beberapa contoh sederhana.
 
  banyak pengusaha China yang membobol bank. Mereka
  bersedia hanya menerima 50-60 persen dari total
 kredit
  yang diajukan sedangkan 40-50 persennya lagi
 diberikan
  kepada oknum-oknum bank. Proyek di mark-up,
 setelah di
  macetkan mereka kabur entah kemana. Yang di
 penjara
  bankir yang menerima uang suap.
 
  saya benci koruptor. Tapi saya menyatakan salut
 dan
  mengacungkan jempol kepada Bob Hasan,
 Probosutedjo,
  Beddu Amang, Rahardi Ramelan yang bersedia masuk
  penjara untuk menebus kelakukannya. tapi pengusaha
  China yang korup? Nggak ada yang masuk penjara.
 Dia
  pilih nyuap penegak hukum atau kabur ke luar
 negeri...
  persis seperti anjing dibawa penggebug.
  Makanya yang banyak di umumkan oleh Kejaksaan
 Agung
  sebagian besar pengusaha China
  Sekali lagi ini bukan rasis tapi fakta.
 
  Demikian tanggapannya
  Jual_Gosip
  Wartawan Yang Tidak Pernah Bikin Berita Gosip
 
 
  --- ary212ary [EMAIL PROTECTED]
 ary212ary%40yahoo.com wrote:
 
   Kesuksesan Keturunan Tionghoa
  
   Saya melihat kesuksesan Chinese dengan berangkat
   dari realitas rata2
   keturunan Tionghoa di Indonesia. Dan bahkan,
 harus
   diakui, dalam
   kemajuan bangsa ini ada banyak sumbangsih para
   keturunan Tionghoa-
   Indonesia itu di dalamnya. Lalu, yang menjadi
   faktor2 penyebab
   kondisi mereka sekarang (yang rata2 sukses dan
   makmur) itu apakah:
  
   1. Politik diskriminasi dan apartheid warisan
   penjajah, sehingga
   mereka tak punya pilihan nafkah hidup (dimana
 mereka
   tetap harus
   menjalaninya untuk tetap dapat bertahan hidup)
   selain berdagang dan
   usaha mandiri lainnya. Ditambah selain itu,
 setelah
   Indonesia
   merdeka, mereka menjadi objek perahan namun
 tetap
   menjadi warga
   negara pinggiran (secara politik, sosial,
 budaya,
   agama, dll, tapi
   tidak secara ekonomi). Apakah karena kondisi2
   objektif (yang membuat
   mereka mau tak mau hidup lebih keras dan kepepet
   sehingga
   menyiasatinya dengan hidup lebih cerdas dan
 lebih
   tekun) itu mental
   tangguh mereka terbentuk (dan terkenal) hingga
 kini?
   Karena saya tak
   melihat kondisi politik dan sosial yang
   menguntungkan bagi keturunan
   Tionghoa ini dalam mengembangkan hak2 kewargaan
   mereka (dan karena
   itu partisipasi mereka dalam kehidupan bernegara
 dan
   bermasyarakat)
   walau kondisi sospol di masa kini sudah lebih
   terbuka, namun belumlah
   cukup terbuka yang membuat posisi mereka setara
   tanpa syarat terhadap
   WNI lain. Tapi mungkinkah kondisi keterdesakan
 ini
   pula yang membuat
   mereka justru sanggup menyiasatinya dengan
 kreatif
   dan akhirnya tak
   hanya survive tapi juga sukses (di Indonesia)?
  
  
   2. Tradisi dan kultur intern mereka yang
 mengajarkan

Re: [mediacare] Renungan untuk Bung Charles dan kita Semua : Porwanas PWI

2007-01-14 Terurut Topik ahmad su'udi
 --  tentu keuntungan besar yang
 akan saya peroleh. Sebuah branded media yang bagus. 
   Semua pengelola media berlomba mendapatkan
 brand sebagai media independen, idealisme. Hanya
 dengan cara mempertahankan nilai-nilai itu media
 menjadi laku dan diterima pasar. Kalau koran laku,
 maka yang untung adalah pengelola medianya. Jadi --
 faktanya, orang seperti Anda dengan idealismenya
 menjadi peliharaan para kapitalis media. Itu masalah
 kita!
 
 Wasalam,
 
 chs
 ==
 
 
 
 
 - Original Message 
 From: ahmad su'udi [EMAIL PROTECTED]
 To: mediacare@yahoogroups.com
 Sent: Wednesday, January 10, 2007 8:40:57 PM
 Subject: Re: [mediacare] Renungan untuk Bung
 Charles: Porwanas PWI
 
 Dugaan saya ternyata benar: Anda memang bagian dari
 kegiatan yang menyedot uang rakyat tersebut.
 Bung Charles, apa yang saya sampaikan tak sekedar
 menduga-duga, tetapi sudah terindikasi. Ada fakta
 awal
 yang menguatkan adanya dugaan praktek korupsi dalam
 penggunaan dana rakyat pada penyelenggaraan Porwanas
 di Riau. Asumsi saya, jika Porwanas di Riau dengan
 dana Rp 6 miliar sudah membuka peluang besar terjadi
 penyimpangan, konon lagi dengan dana Rp 10 miliar,
 sebagaimana yang akan digelar di Kaltim. 
 Anda bisa saja sangat yakin tidak akan terjadi
 penyimpangan dan mengaku bisa tidur tenang, tetapi
 satu hal yang harus Anda ingat, di negeri ini para
 koruptor tetap saja bisa tidur tenang, apakah itu
 berarti di negeri ini tak ada tindak korupsi?
 Negeri ini juga terlalu banyak belajar dengan cara
 studi banding ke mana-mana, tetapi apakah ada yang
 terperbaiki? Ternyata justru sebaliknya. Kondisi
 negeri ini terus bertambah parah. Jadi, meskipun
 Panitia Porwanas Kaltim belajar dari Riau, saya
 justru
 khawatir justru pelajaran negatif yang ditiru.
 Kalau saya cetuskan ide reorentasi Porwanas
 tujuannya adalah kesetaraan dan kebersamaan. PWI,
 PJI,
 AJI dan IJTI adalah sama: organisasi profesi. Tidak
 layak kegiatan bernama Hari Pers Nasional hanya
 untuk
 PWI. Tak layak juga sebuah kegiatan yang
 mengatas-namakan wartawan secara nasional hanya
 melibatkan wartawan dari sebuah organisasi.
 Reorentasi yang saya cetuskan bukan untuk meratakan
 keterlibatan organisasi wartawan lainnya dalam
 menikmati APBD/APBN, Anda terlalu naif. Alangkah
 baiknya jika kegiatan wartawan secara nasional
 (kalau
 saya cenderung dikemas semisal jambore) menggunakan
 anggaran patungan dari perusahaan media. Saya yakin
 perusahaan media sekelas RCTI, SCTV, Kompas,
 TransTV,
 MetroTV dan lainnya mampu mengucurkan dana. Tak
 perlu
 dana miliaran, yang penting kebersamaan dan
 pengingkatan kualitas profesionalitas wartawan
 tercapai.
 
 Menurut saya, untuk sehat tak perlu ikut Porwanas.
 Saya setiap pekan main bola tiga kali. Alhamdulillah
 membuat badan bugar.
 
 Mengenai manipulasi kartu pers oleh PWI dalam setiap
 Porwanas, itupun tak pernah dijadikan pelajaran.
 Terulagn selalu. Akibatnya kericuhan, bahkan sampai
 adu jotos mewarnai nyaris di setiap penyelenggaran
 Porwanas. Kalau kondisinya seperti itu, apakah
 sebagai
 wartawan (kecuali Anda bukan wartawan betulan) tidak
 merasa malu? Porwanas jadi ajang menipu dan adu
 jotos!
 
 Terakhir sedikit ralat, BPK itu bukan Badan Pengawas
 Keuangan, tetapi Badan Pemeriksa Keuangan.
 
 salam orang riau yang resah
 
 ahmad s.udi
 --- charles siahaan nunukannews@ yahoo.com wrote:
 
  Halo,
  
  Bung Ahmad, Anda begitu fasih menduga-duga bakal
 ada
  korupsi di Porwanas Kaltim. Sepertinya Anda
 termasuk
  wartawan yang gemar melempar isu, fitnah dan
  petakompli, tanpa mau merasakan apa dan bagaimana
  perasaan lawan bicara Anda.
  Semua yang menggunakan uang rakyat, wajib
  dipertanggungjawabk an. Begitu pula dengan Panitia
  Porwanas Kaltim dengan Rp10 Miliar-nya.
  Alhamdulilah, sebagai sekretaris panitia Konvensi
  Media Massa, saya bisa tidur nyenyak sekali. No
  problem.
  Panitia Kaltim juga belajar dari panitia
  Porwanas Riau -- kampung Anda itu. Agar tidak
  terjerat kasus korupsi, yang pertama dilakukan
  adalah memadukan niat bersama-sama bahwa tidak
 boleh
  ada korupsi di sini. Maka sistim pengelolaan
  keuangan mengikuti aturan baku pemerintah. Ada
 orang
  BPK (Badan Pengawas Keuangan) dan Bawasprov. Untuk
  pembelian barang-barang juga tetap mengacu UU No
 80
  tahun 2003 tentang tender.
  Sikap Anda yang ingin sekali mereorientasi
  Hari Pers Nasional dan Konvensi Media Massa adalah
  sikap yang terpuji. Itu patut diperjuangkan
 bersama.
  Tapi rasanya dalam undangan yang kami terima dari
  panitia pusat PWI, hampir semua organisasi
 wartawan
  yang Anda sebutkan diundang. Atau apakah
 reorientasi
  yang Anda maksud bahwa organisasi wartawan lain
 juga
  ingin jadi penyelenggara HPN atau Konvensi dengan
  menggunakan dana APBD / APBN?
  Kalau dalam setiap Porwanas ada manipulasi
  soal identitas wartawan, nah itu memang adalah
  persoalan lain dari manajemen pengelola media
 massa.
  Tidak ada kaitan dengan Porwanas... Sampai sejauh
  ini, yang saya tahu tentang Porwanas adalah

Re: [mediacare] Renungan untuk Bung Charles: Porwanas PWI

2007-01-10 Terurut Topik ahmad su'udi
Dugaan saya ternyata benar: Anda memang bagian dari
kegiatan yang menyedot uang rakyat tersebut.
   Bung Charles, apa yang saya sampaikan tak sekedar
menduga-duga, tetapi sudah terindikasi. Ada fakta awal
yang menguatkan adanya dugaan praktek korupsi dalam
penggunaan dana rakyat pada penyelenggaraan Porwanas
di Riau. Asumsi saya, jika Porwanas di Riau dengan
dana Rp 6 miliar sudah membuka peluang besar terjadi
penyimpangan, konon lagi dengan dana Rp 10 miliar,
sebagaimana yang akan digelar di Kaltim. 
   Anda bisa saja sangat yakin tidak akan terjadi
penyimpangan dan mengaku bisa tidur tenang, tetapi
satu hal yang harus Anda ingat, di negeri ini para
koruptor tetap saja bisa tidur tenang, apakah itu
berarti di negeri ini tak ada tindak korupsi?
   Negeri ini juga terlalu banyak belajar dengan cara
studi banding ke mana-mana, tetapi apakah ada yang
terperbaiki? Ternyata justru sebaliknya. Kondisi
negeri ini terus bertambah parah. Jadi, meskipun
Panitia Porwanas Kaltim belajar dari Riau, saya justru
khawatir justru pelajaran negatif yang ditiru.
   Kalau saya cetuskan ide reorentasi Porwanas
tujuannya adalah kesetaraan dan kebersamaan. PWI, PJI,
AJI dan IJTI adalah sama: organisasi profesi. Tidak
layak kegiatan bernama Hari Pers Nasional hanya untuk
PWI. Tak layak juga sebuah kegiatan yang
mengatas-namakan wartawan secara nasional hanya
melibatkan wartawan dari sebuah organisasi.
   Reorentasi yang saya cetuskan bukan untuk meratakan
keterlibatan organisasi wartawan lainnya dalam
menikmati APBD/APBN, Anda terlalu naif. Alangkah
baiknya jika kegiatan wartawan secara nasional (kalau
saya cenderung dikemas semisal jambore) menggunakan
anggaran patungan dari perusahaan media. Saya yakin
perusahaan media sekelas RCTI, SCTV, Kompas, TransTV,
MetroTV dan lainnya mampu mengucurkan dana. Tak perlu
dana miliaran, yang penting kebersamaan dan
pengingkatan kualitas profesionalitas wartawan
tercapai.

Menurut saya, untuk sehat tak perlu ikut Porwanas.
Saya setiap pekan main bola tiga kali. Alhamdulillah
membuat badan bugar.

Mengenai manipulasi kartu pers oleh PWI dalam setiap
Porwanas, itupun tak pernah dijadikan pelajaran.
Terulagn selalu. Akibatnya kericuhan, bahkan sampai
adu jotos mewarnai nyaris di setiap penyelenggaran
Porwanas. Kalau kondisinya seperti itu, apakah sebagai
wartawan (kecuali Anda bukan wartawan betulan) tidak
merasa malu? Porwanas jadi ajang menipu dan adu jotos!

Terakhir sedikit ralat, BPK itu bukan Badan Pengawas
Keuangan, tetapi Badan Pemeriksa Keuangan.

salam orang riau yang resah

ahmad s.udi
--- charles siahaan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Halo,
 
 Bung Ahmad, Anda begitu fasih menduga-duga bakal ada
 korupsi di Porwanas Kaltim. Sepertinya Anda termasuk
 wartawan yang gemar melempar isu, fitnah dan
 petakompli, tanpa mau merasakan apa dan bagaimana
 perasaan lawan bicara Anda.
 Semua yang menggunakan uang rakyat, wajib
 dipertanggungjawabkan. Begitu pula dengan Panitia
 Porwanas Kaltim dengan Rp10 Miliar-nya.
 Alhamdulilah, sebagai sekretaris panitia Konvensi
 Media Massa, saya bisa tidur nyenyak sekali. No
 problem.
 Panitia Kaltim juga belajar dari panitia
 Porwanas Riau -- kampung Anda itu. Agar tidak
 terjerat kasus korupsi, yang pertama dilakukan
 adalah memadukan niat bersama-sama bahwa tidak boleh
 ada korupsi di sini. Maka sistim pengelolaan
 keuangan mengikuti aturan baku pemerintah. Ada orang
 BPK (Badan Pengawas Keuangan) dan Bawasprov. Untuk
 pembelian barang-barang juga tetap mengacu UU No 80
 tahun 2003 tentang tender.
 Sikap Anda yang ingin sekali mereorientasi
 Hari Pers Nasional dan Konvensi Media Massa adalah
 sikap yang terpuji. Itu patut diperjuangkan bersama.
 Tapi rasanya dalam undangan yang kami terima dari
 panitia pusat PWI, hampir semua organisasi wartawan
 yang Anda sebutkan diundang. Atau apakah reorientasi
 yang Anda maksud bahwa organisasi wartawan lain juga
 ingin jadi penyelenggara HPN atau Konvensi dengan
 menggunakan dana APBD / APBN?
   Kalau dalam setiap Porwanas ada manipulasi
 soal identitas wartawan, nah itu memang adalah
 persoalan lain dari manajemen pengelola media massa.
 Tidak ada kaitan dengan Porwanas... Sampai sejauh
 ini, yang saya tahu tentang Porwanas adalah Pekan
 Olahraga Wartawan Nasional. Dalam kamus bahasa
 Indonesia olahraga adalah kegiatan yang
 menyehatkan badan. Jadi, saya tidak naif soal itu.
 Terima kasih atas fitnahnya..
 
 
 Charles Siahaan
 
 =
 
 
 - Original Message 
 From: ahmad su'udi [EMAIL PROTECTED]
 To: mediacare@yahoogroups.com
 Sent: Tuesday, January 2, 2007 7:58:18 AM
 Subject: [mediacare] Untuk Charles Siahaan - Re:Kita
 Munafik Soal Jurnalistik
 
 --- charles siahaan nunukannews@ yahoo.com wrote:
 
 Sepertinya Anda merupakan bagian dari kelompok yang
 mendulang keuntungan dari Porwanas? Mungkin Anda
 panitia Porwanas di Kaltim? Kalau benar, saya yakin
 akan banyak keuntungan finansial yang akan Anda raub
 dari kegiatan tersebut.
 
 Sebab, sebagai orang Riau, saya mengikuti

Re: [mediacare] Re: Kita Munafik Soal Profesi Jurnalistik (untuk giri

2007-01-01 Terurut Topik ahmad su'udi

--- giri bronx [EMAIL PROTECTED] wrote:

 1. Porwanas ada sebelum Anda jadi wartawan, jika
 Anda tidak ikut makan uang rakyat itu berarti Anda
 bisa tidur nyenyak. Tapi jika Anda sudah menjadi
 Wartawan sebelum ada Porwanas, tidak tahu kenapa
 Anda dulu membiarkan Porwanas ada, jadi sekarang
 , jangan banyak bicara.

Saya jadi wartawan baru menjelang 10 tahun, jadi
benar, Porwanas ada sebelum saya jadi wartawan. Apakah
lantas fakta tersebut membuat saya tak boleh bicara
soal kekeliruan sejarah dan langkah pendahulu profesi
ini yang harus diluruskan? Anda otoriter namanya.
(jawaban saya)
Bagi saya Porwanas adalah sebuah kesalahan teramat
besar dalam sejarah kewartawanan di Indonesia, sebagai
generasi penerus profesi ini, saya memiliki tanggung
jawab moral untuk meluruskan. Jikapun upaya saya
kandas, bagi saya tak masalah, tetapi yang pasti saya
telah melalukan apa yang mesti saya lakukan untuk
marwah profesi saya. Kalau Anda juga wartawan, adakah
yang telah Anda lakukan untuk membersihkan profesi ini
dari benalu-benalu? Jika Anda bukan wartawan,
sebaiknya Anda punya atensi positif terhadap profesi
ini.


   2. Wartawan tidak harus mempunyai media yang
 jelas, misalnya jika Anda mencari berita dan hanya
 Anda sampaikan pada satu atau dua orangpun Anda
 layak disebut Wartawan. Dan bodrex bukanlah sebuah
 penipuan, melain ketidakprofesionalan. Bayangkan,
 betapa bodohnya orang mau memberi sesuatu pada
 wartawan tanpa alasan tertentu, orang yang mau
 diperas oleh bodrex, berarti ada yang tidak beres
 dengan orang tersebut. Dan tugas Andalah sebagai
 wartawan sejati untuk mengungkap ketidak beresan
 itu. jika begitu, berarti keberadaan bodrex bisa
 dimanfaatkan dengan kemampuannya mencium sesuatu
 yang tidak beres. Jadi anggap saja bodrex adalah
 bagian dari dunia jurnalistik seperti figuran dalam
 film, benalu dalam pohon, gelandangan dalam
 masyarakat, iklan dalam TV dan sebagainya.

(jawaban saya)

Anda benar, tidak selamanya wartawan harus terpaku
pada sebuah media, sebab ada juga wartawan lepas yang
dia bisa menjual berita yang didapat untuk media
tertentu.

Hanya saja yang pasti, siapa saja yang mengaku
wartawan, dia harus jelas kegiatan jurnalistiknya. Itu
mutlak. Sebab banyak orang mengaku wartawan, tetapi
tak jelas eksistensi jurnalistiknya. Ia tak bisa
melakukan wancara dengan baik, tak bisa menulis berita
dengan baik dan tak memiliki media jelas kapan
terbitnya. Ada yang terbit sekali, setelah itu mati
setahun dan terbit lagi. Ironisnya, kartu pers
kelompok ini tak pernah mati.

Kelompok inilah yang lazim disebut bodrek, karena
bikin pusing banyak orang. Kerjanya hanya minta duit,
duit dan duit. Bagi saya, kelompok ini sesungguhnya
sudah melakukan tindak kriminal.

Memang keberadaan kelompok ini tak lepas dari adanya
oknum pejabat atau pengusaha yang bermasalah. Ia
memanfaatkan kondisi itu, tetapi secara internal ada
juga andil kita membuat eksistensi mereka semakin
meriap, yakni ketidakperdulian kita pada sepak-terjang
mereka. Sebagai kelompok yang merasa memilih profesi
jurnalistik dan melaksanakan profesi ini dengan baik,
tak semestinya kita membiarkan ada kelompok lain yang
mencorengnya.

Jika Anda wartawan dan tak risau dengan bodrek,
sungguh sebuah kerisauan bagi saya.

Salam orang riau yang risau

ahmad s.udi

www.riuterkini.com
   SEMUA HANYA MENJALANKAN PERANNYA SAJA

   salam damai
   Slave Without Master
   
 
 Tomi Satryatomo [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Ahmad yang baik,
 
 Terima kasih atas sentilan ini. Saya tak bisa bicara
 mewakili
 kawan-kawan yang lain, tapi percayalah tidak
 membalas posting anda
 tidak selalu berarti tidak memperhatikan. Saya tahu
 ada banyak kawan
 yang bergerak secara konsisten untuk memberantas
 praktek suap pada
 wartawan, baik dalam bentuk teri seperti amplop
 maupun kelas paus
 seperti Porwanas.
 
 Teruslah memposting. Insya Allah tetap banyak
 gunanya.
 
 Wassalam
 -- 
 Tomi Satryatomo
 http://www.trekearth.com/members/wisat
 http://wisat.multiply.com
 
 We shall build good ship here,
 at a profit if we can,
 at a loss if we must,
 but... always a good ship.
 
 On 20/12/06, ahmad su'udi [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
 
 
  Bagi saya Porwanas adalah sebuah kesalahan besar
 dunia
  wartawan Indonesia (baca:PIW). Meskipun dilakukan
 oleh
  satu organisasi, namun Porwanas merupakan
 legitimasi
  bahwa semua wartawan penggerogot uang rakyat.
 Selain
  itu Porwanas terbukti menjadi ajang manipulasi
  profesi. Setiap digelar ajang ini ada puluhan
 oknum
  bukan wartawan diberi kartu biru PWI untuk bisa
 jadi
  atlet.
  Kenapa Anda sekalian tidak tergerak untuk
 bersuara,
  mengajak rekan sejawat yang sepikiran untuk
 bergerak
  menghentikan Porwanas? Antau Anda sekalian juga
  mendapat keuntungan dari kegiatan yang didanai
 uang
  rakyat puluhan miliar itu?
  Kasus wartawan tanpa media jelas atau bodrek.
 Mengapa
  Anda sekalian juga tak peduli. Seprofesional
 apapun
  Anda sebagai wartawan, percayalah, di pandangan
 umum,
  Anda disamakan

[mediacare] Untuk Charles Siahaan - Re:Kita Munafik Soal Jurnalistik

2007-01-01 Terurut Topik ahmad su'udi
--- charles siahaan [EMAIL PROTECTED] wrote:

Sepertinya Anda merupakan bagian dari kelompok yang
mendulang keuntungan dari Porwanas? Mungkin Anda
panitia Porwanas di Kaltim? Kalau benar, saya yakin
akan banyak keuntungan finansial yang akan Anda raub
dari kegiatan tersebut.

Sebab, sebagai orang Riau, saya mengikuti dari awal
tahapan dan proses penyelenggaraan Porwanas dua tahun
silam di daerah saya itu. Dananya, jika dibanding
dengan Kaltim, hanya Rp 6 miliar. Dengan jumlah itu
sudah memunculkan dugaan kasus korupsi yang kasusnya
sampai sekarang digantung Polda Riau. Sejumlah eks
panitia Porwanas masih belum tenang, karena
sewaktu-waktu bisa jadi tersangka korupsi. Konon lagi
Porwanas di Samarinda dengan dana Rp 10 miliar, betapa
besarnya potensi disalah-gunakan.

Di kalangan internalan PWI Riau, meskipun saya bukan
anggota PWI, tetapi rekan sejawat saya banyak dari
organisasi itu, merebak rumor yang menguatkan memang
ada kelompok yang mengambil keutungan besar dari
kegiatan tersebut. Kelompok tersebut langsung membeli
sejumlah mobil begitu Porwanas usai. Mereka inilah
yang berulang kali diperiksa Polda Riau.

Anda katakan Porwanas ajang olahraga, bikin sehat
sekaligus menunjukkan prestasi di luar kemampuan
melakukan investigasi dan membuat berita. Pernyataan
Anda ini teramat naif, memangnya untuk bisa olahraga
dan bikin sehat harus ikut Porwanas? Harus menggunakan
dana rakyat puluhan miliar? (Saya katakan puluhan
miliar, karena sesungguhnya Porwanas merampas uang
rakyat tak hanya di Kaltim sebagai tuan rumah, tetapi
di seluruh Indonesia, di mana seluruh kontingen
Porwanas pasti didanai APBD).

Ingat Bung Charles, di setiap penyelenggaraan Porwanas
selalu ada manipulasi. Banyak atlit profesional, bukan
wartawan yang dibekali PWI kartu biru agar bisa
bertanding. Keberadaan para wartawan gadungan inilah
yang setiap kali Porwanas memicu baku pukul,
sebagaimana yang terjadi di Porwanas Riau dua tahun
silam.

Apakah realita seperti ini yang Anda sebut
menyehatkan?

Selain itu, sudah saatnya Hari Pers Nasional dan
Konvesi Media di-reorinteasi. Karena selama ini
pelaksanaanya monopoli PWI, padahal dinegeri ini
organisasi wartawan tak sekedar PWI, ada AJI, PJI,
IJTI dan lainnya. Ironis, di saat kelompok lain sudah
meninggalkan prilaku monopoli warisan Orba, justru PWI
masih menikmatinya.

Bagi saya, tidak masalah wartawan bikin kegiatan
berskala nasional, tetapi sebaiknya jangan Porwanas,
sebab kurang nyambung dengan tuntutan profesi. Ubahlah
Porwanas menjadi Jambore Wartawan Nasional misalnya.

Dengan jambore target kebersamaan jauh lebih bisa
dicapai. Selain itu pasti lebih murah, tak perlu
mengandalkan uang rakyat untuk penyelenggaraannya.

Kalau saya terkesan emosional, memang benar. Betapa
tak emosional, karena ada kelompok yang secara
terang-terangan menggunakan profesi jurnalistik untuk
melakukan panipulasi dan pembodohan dengan menggunakan
uang rakyat bermiliyar rupiah setiap dua tahun.

Terakhir, saya ingin mengajak kita semua merenung
dengan tulus, tanpa pretensi apapun, terutama pretensi
keuntungan finansial, kemudian menjawab dengan jujur,
Apakah benar Porwanas masih harus dipertahankan?

Salam orang riau yang risau

ahmad s.udi
www.riauterkini.com
 
 Dear,
 
 Saya melihat ada sikap emosional kalangan yang
 mengaku - ngaku sebagai jurnalis  betulan ketika
 membicarakan Porwanas. Uang rakyat, menggerogoti,
 korupsi, bodrek, dlsb. Nyaris tidak ada tempat
 positif untuk even para wartawannya Tarman Azzam
 itu. 
 Padahal, ini kan olahraga. Bikin sehat. Tempat
 untuk beradu sehat, sekaligus menunjukkan prestasi
 di luar kemampuan melakukan investigasi dan membuat
 berita. Kalau uang untuk penyelenggaraanya berasal
 dari uang negara yang uang rakyat, pernahkah kita
 berpikir bahwa ketika kita naik bis kota, membeli
 bensin, kita juga sudah memakan uang rakyat? 
 Porwanas IX di Samarinda berlangsung selama 10
 hari mulai tanggal 1 - 10 Pebruari 2007, dengan
 biaya Rp10 Miliar. Tapi ada agenda lainnya sepeti
 menyelenggarakan Hari Pers Nasional (HPN), Konvensi
 Media Massa dan Rakernas SIWO.
 Bagi (tentu sebagian) rakyat di Kaltim yang
 kaya sumber daya alam, penyelenggaraan  Porwanas
 sebagai even nasional di daerah adalah hal yang
 membanggakan. Bukan orang Jakarta, Surabaya dan
 Bandung saja yang bisa menjadi tuan rumah, sebab
 warga Kaltim juga mampu. Porwanas yang Rp10 M itu
 masih sangat kecil dibanding dengan Popnas di Kaltim
 yang rencananya menghabiskan Rp24 M dan PON tahun
 2008 yang menelan biaya lebih Rp300 Miliar.
   Apa makna dari gaya orang Kaltim yang terkesan
 menghambur uang rakyat itu? Atau mengapa uang itu
 tidak digunakan untuk membantu orang miskin yang
 sangat memerlukan?
   Sejarah mencatat, kekayaan alam di Kalimantan
 Timur pada masa lalu selalu dihambur-hamburkan oleh
 orang - orang di Jakarta. Mereka mengeruk kekayaan
 alam, untuk membangun berbagai fasilitas olahraga,
 monumen membuat even-even nasional dan
 internasional, sehingga Kota Jakarta dan
 

Re: [mediacare] Dialog Ba'asyir dan Neng Omie

2006-12-20 Terurut Topik ahmad su'udi
Postingnya seperti inilah yang merupakan pupuk dari
kebencian antaragama. Betapa tidak, Ustadz Abubakar
Basyir merupakan tokoh agama. Beliau telah menjalani
proses hukum yang panjang dan akhirnya divonis
bersalah, tetapi harus diingat, hakim tidak menemukan
bukti keterlibatannya pada kegiatan dan jaringan
teroris di negeri ini dan negara lain. Ia hanya
divonis karena masalah keimigrasian.

Dialog yang digambarkan di atas, merupakan vonis bahwa
Ust. Baasyir terlibat dalam serangkaian aksi bom di
tanah air (sungguh ini fitnah yang besar). Jika
penulis punya bukti, mengapa tak mau jadi saksi di
persidangan Baasyir, agar jelas persoalannya.

Please deh, jangan pupuk kebencian antarumat beragama
dengan fitnah-fitnah semacam ini. Damailah hidup mulai
dari hati.

luah yang resah

ahmad s.udi
--- ati gustiati [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ba'asyir ; jangan ganggu natal
   Omie  ; lho, emang dulu suka ngganggu ya?
   Ba'asyir ; enggak kok, cuman ledakin bom aja
   Omie ; wah asyik dong, ada yg mati gak ?
   Ba'asyir ; ada dong...he he he he...
   Omie ; yg mati org apa? islam apa kristen?
   Ba'asyir  ; ya mudah2an sih non islam
   Omie ; sewot amat sih pak kyai ? kenapa?
   Ba'asyir  ; gue benci sama america, apalagi israel
   Omie ; kyai kok bisa benci ?
   Ba'asyir  ; mereka seenak jidatnya masuk ke iraq,
 ke Afgan
   Omie ; mereka yg dibenci kok bom nya di
 ledakin disini?
   Ba'asyir  ; abis mau diledakin dimana, di gedung
 putih ? bego kok dipiara lo ah !
   Omie ; sorry sorry.
   Ba'asyir  ; Marriot kan punya amrik, biar dia
 nyaho dia gak bisa buka business di indo, dan 
 org2 indo seharusnya malu nongkrong2
 dan tidur dihotel orang2 kafir itu.
   Omie ; aduh untung saya enggak lagi tidur
 disana tuh ya, bisa mampus saya pak kyai
   Ba'asyir  ; mangkanya itulah kebesaran Allah neng
 bego, kalau kamu menjalankan Syariah
  Islam dan menjalankan perintah2
 Allah, Insya Allah kamu yg emang sial 
  dangkalan ini mulutnya akan selalu
 diberi keselamatan dan masuk surga.
   Omie  ; iye deh pak kyai, ape kate babe aje
 deh...
  Salam muallaikum ye beh
   Ba'asyir   ; Waallaikum Sallam neng

   Omie dan Baa'yir pun berpisah, yg satu masuk
 mesjid buat sholat yg satu masuk ke bar buat minum
 margarita...eng ing eng.
   
 merdeka999 [EMAIL PROTECTED] wrote:
   ..jangan ganggu Natal.
 
 +: ya, ya sesungguhnya Mbak Omie bilang: Matur
 nuwun sanget Pak 
 Kyai..
 
 -: ?
 
 +: Wong tujuanne becik - fatwa supaya tidak
 mengganggu Natalan...
 -: ??
 
 +: Berpikirlah positif jangan gosif...
 -: ???
 
 : ya, ya,...
 
 +: ya, ya, apa pula..diam tahu..!
 -: 
 
 : ya, ya, mungkin tak sadari orang kena virus
 'keagamaan dan setan' 
 kata Kang Fadjar.. 
 
 -: ?
 +: ?
 : ?
 
 --- In [EMAIL PROTECTED], anwar
 fahri 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  maunya mba omie ustad ba,asyir hrs bilang
 apa,,seruannya kan 
 baik ,,, napa ya aku kurang setuju mba omie sibuk
 nyari kelemahan 
 beliau ustad memang pernah punya kekurangan tapi
 beliaukan punya 
 kelebihan juga, seharusnya kan bersyukur tentu tidak
 sdkt pengaruh 
 positif thd pengaruh2 nya lagian sekarang dah sehati
 dg tokoh2 
 pendeta2 kristen seharusnya disambut gembira terliat
 kerukunan dah 
 terjalin ,,, sulit juga maunya mba omie ,,, karepe
 piyeee?[ [ maunya 
 apa] maaf jika sanggahan gue salahhhama ustad
 mbok ya santun 
 dikit p
  
  omie lubis [EMAIL PROTECTED] wrote:
 hahahahahaha..terdengar 
 seperti seruan seorang preman pasar, kalau mau
 berpikir dewasa dan 
 memang punya budaya yg baik, tak boleh menganggu
 siapapun, PERIOD.
  Natal tak beda dengan lebaran, dengan perayaan2
 agama lain nya, 
 statement yg dikeluarkan Ba'asyir menunjukan memang
 masih ada 
 kelompok Islam yg sering mem bully/ menteror/me
 nakut nakuti umat 
 kristen. 
  
  salam' O
  
  
  ttbnice [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Tuhan memang bekerja dengan misterius. Dan memakai
 ornag yang tidak 
  pernah disangka2. Pernyataan Ba'asyir ini belum
 mampu merubah 
  pendapat saya mengenai Ba'asyir. Tapi saya sangat
 menghargainya.
  
  Perubahan mentalitas seperti ini sesungguhnya yang
 diharapkan dari 
  para pemimpin Islam. Pesan kedamaian and no more
 hatred.
  
  --- In [EMAIL PROTECTED], Ambon sea@
 wrote:
  
  

http://www.tribun-timur.com/view.php?id=38572jenis=Front
   
   
   Minggu, 17-12-2006 
   
   Ba'asyir: Jangan Ganggu Natal 
   
   * Juga Minta Umat Islam Tak Rayakan Tahun Baru *
 Romo Frans 
  Magnis Salut pada Ba'asyir * Umat Kristiani
 Makassar Siap Rayakan 
  Natal * Antisipasi Hujan, Panitia Natal Siapkan
 Tenda di Halaman 
   
   Jakarta,Tribun -- Amir Majelis Mujahidin
 Indonesia (MMI) 
  Ustad Abu Bakar Ba'asyir meminta kepada seluruh
 umat Islam di 
  Indonesia tidak mengganggu kehidmatan perayaan
 Hari Raya Natal 25 
  Desember 2006 mendatang. 
   Ba'asyir menyatakan hal tersebut saat menjadi
 pembicara 
  dalam sebuah diskusi di Jakarta, 

[mediacare] Kita Munafik Soal Marwah Profesi Jurnalistik

2006-12-19 Terurut Topik ahmad su'udi
Jujur saya sangat kecewa pada komunitas milis ini,
sebuah milis yang konon ada karena kepedulian terhadap
profesi jurnalistik. Milis yang beranggotakan para
wartawan hebat dari berbagai media besar.

Tapi sayangnya, selama ini yang diributkan
justru-lebih banyak- perkara-perkara jauh dari dunia
jurnalistik. Poligamilah, olok-olok agamalah.

Ketika ada persoalan yang langsung berkaitan dengan
profesi wartawan dan memiliki potensi menghancurkan
kredibilitas wartawan, semua diem. Bungkam! Seolah
perkara itu tak penting dan harus diabaikan.

Beberapa kali saya posting persoalan penting terkait
kewartawanan. Presepsi saya, masalah itu sangat urgen
untuk disikapi secara internal wartawan dan jika
memungkinkan jadi embrio gerakan perbaikan. Seperti
soal Porwanas yang hanya menggerogoti uang rakyat.

Terakhir saya postingkan dugaan perdagangan kartu pers
di Bengkalis. Sayangnya nyaris nihil tertarik
membahasnya. Hanya Mas Satrio yang bersedia memposting
ulang kiriman saya itu ke beberapa milis.

Jujur saya heran dengan tuan-tuan yang mengaku
wartawan hebat di berbagai media besar dan
berpengaruh. Anda berkoar-koar tentang profesionalisme
jurnalistik. Anda bicara mengenai pentingnya wartawan
bersikap adil dan proporsional dan menyikapi sebuah
persoalan, tetapi Anda tak pernah peduli pada marwah
profesi ini.

Bagi saya Porwanas adalah sebuah kesalahan besar dunia
wartawan Indonesia (baca:PIW). Meskipun dilakukan oleh
satu organisasi, namun Porwanas merupakan legitimasi
bahwa semua wartawan penggerogot uang rakyat. Selain
itu Porwanas terbukti menjadi ajang manipulasi
profesi. Setiap digelar ajang ini ada puluhan oknum
bukan wartawan diberi kartu biru PWI untuk bisa jadi
atlet. 
Kenapa Anda sekalian tidak tergerak untuk bersuara,
mengajak rekan sejawat yang sepikiran untuk bergerak
menghentikan Porwanas? Antau Anda sekalian juga
mendapat keuntungan dari kegiatan yang didanai uang
rakyat puluhan miliar itu?
Kasus wartawan tanpa media jelas atau bodrek. Mengapa
Anda sekalian juga tak peduli. Seprofesional apapun
Anda sebagai wartawan, percayalah, di pandangan umum,
Anda disamakan dengan bondrek. Bagi saya bodrek itu
sudah masuk ranah kriminal. Mereka memanfaatkan
profesi wartawan untuk melakuka penipuan. Mengapa Anda
sekalian membiarkan itu terus merebak?

Sampai sekarang nyaris tidak ada langkah signifikan
untuk menutup ruang gerak para pelaku kriminal atas
nama bodrek. Akibatnya kelompok ini semakin lama terus
berbiak dan kian membuat wajah jurnalistik Indonesia
kia berlalat.

Wahai tuan-tuan yang penuh dengan teori
profesionalisme jurnalistik, sampai kapan Anda hanya
bisa berkoar, tanpa ada langkah nyata untuk menjaga
dan memelihara marwah profesi ini?


Luah yang resah

ahmad s.udi

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


[mediacare] Kartu Pers Dijual-belikan di Bengkalis

2006-12-16 Terurut Topik ahmad su'udi
Diduga Ada Pratek Jual-beli Kartu Pers di Bengkalis

Kartu pers diperjual-belikan. Dugaan itu merebak di
Bengkalis. Setelah banyak menerima laporan dari
masyarkat, Humas Pemkab Bengkalis menghimbau agar
masyarakat tak melayani penjual kartu pers.

Riauterkini-BENGKALIS#8211; Anggapan bahwa profesi
wartawan sangat rentan dimanfaatkan pihak-pihak tak
bermoral untuk kepentingan pribadi ternyata tak
sekedar isu belaka. Di Bengkalis belakangan muncul
sekelompok orang yang mengaku bisa menyediakan kartu
pers dengan syarat menyerahkan sejumlah uang.

Saya sudah sering menerima laporan adanya orang-orang
yang mengaku dari media massa kemudian menawarkan
kartu pers dengan syarat membeli sekian ratus ribu,
ujar Kepala Bagian Humas Pemkab Bengkalis Johansyah
Syafri saat dihubungi riauterkini, Kamis (14/12).

Dipaparkan Johansyah, bahwa orang-orang yang mengaku
bisa meberikan kartu pers tersebut, ada yang meminta
imbalan uang senilai Rp 300.000 sampai Rp 500.000.
Pada umumnya yang menjadi sasaran penawaran mereka
adalah para pemuda yang tidak memiliki pekerjaan,
tambahnya.

Johansyah merasa heran dengan praktek semacam itu. Ia
yang sebelum jadi PNS merupakan wartawan di sebuah
mingguan tertua di Riau, mengaku tahu betul prosedur
pengeluaran sebuah kartu pers bagi seorang jurnalis.
Setahu saya tidak mudah bagi redaksi untuk
mengeluarkan kartu pers. Harus melalui tahapan
panjang. Ini kok, kartu pers diperjual-belikan,
keluhnya.

Karena itu Johansyah menghimbau kepada masyarakat
untuk mewaspadai praktek-praktek seperti itu dan tidak
melayani mereka. Selain itu ia juga berharap kepada
kepada organisasi wartawan, seperti Aliansi Jurnalis
Indonesia (AJI) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) peduli pada
masalah tersebut.***(mad)


 

Want to start your own business?
Learn how on Yahoo! Small Business.
http://smallbusiness.yahoo.com/r-index


[mediacare] Kartu Pers Diperdagangkan di Bengkalis

2006-12-16 Terurut Topik ahmad su'udi
Diduga Ada Praktek Jual-beli Kartu Pers di Bengkalis

Kartu pers diperjual-belikan. Dugaan itu merebak di
Bengkalis. Setelah banyak menerima laporan dari
masyarkat, Humas Pemkab Bengkalis menghimbau agar
masyarakat tak melayani penjual kartu pers.

Riauterkini-BENGKALIS#8211; Anggapan bahwa profesi
wartawan sangat rentan dimanfaatkan pihak-pihak tak
bermoral untuk kepentingan pribadi ternyata tak
sekedar isu belaka. Di Bengkalis belakangan muncul
sekelompok orang yang mengaku bisa menyediakan kartu
pers dengan syarat menyerahkan sejumlah uang.

Saya sudah sering menerima laporan adanya orang-orang
yang mengaku dari media massa kemudian menawarkan
kartu pers dengan syarat membeli sekian ratus ribu,
ujar Kepala Bagian Humas Pemkab Bengkalis Johansyah
Syafri saat dihubungi riauterkini, Kamis (14/12).

Dipaparkan Johansyah, bahwa orang-orang yang mengaku
bisa meberikan kartu pers tersebut, ada yang meminta
imbalan uang senilai Rp 300.000 sampai Rp 500.000.
Pada umumnya yang menjadi sasaran penawaran mereka
adalah para pemuda yang tidak memiliki pekerjaan,
tambahnya.

Johansyah merasa heran dengan praktek semacam itu. Ia
yang sebelum jadi PNS merupakan wartawan di sebuah
mingguan tertua di Riau, mengaku tahu betul prosedur
pengeluaran sebuah kartu pers bagi seorang jurnalis.
Setahu saya tidak mudah bagi redaksi untuk
mengeluarkan kartu pers. Harus melalui tahapan
panjang. Ini kok, kartu pers diperjual-belikan,
keluhnya.

Karena itu Johansyah menghimbau kepada masyarakat
untuk mewaspadai praktek-praktek seperti itu dan tidak
melayani mereka. Selain itu ia juga berharap kepada
kepada organisasi wartawan, seperti Aliansi Jurnalis
Indonesia (AJI) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) peduli pada
masalah tersebut.***(mad)

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


Re: [mediacare]Pilih mana: Aa Gym, atau Yahya Zaini?

2006-12-07 Terurut Topik ahmad su'udi
Ternyata tak selamanya istri kedua itu status
sosialnya lebih rendah. Terbukti istri kedua Anis
Matta, Sekjen PKS gadis nan cantik dari Hongaria
(baca detik.com hari ini).



Artinya tidak bisa digebyah uyah. Disamaratakan. 


ahmad su'udi


MOD:
Punya fotonya bos?


--- wreddya hayunta [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Jika menurut anda TTM sangat banyak terjadi,
 bukankah jelas-jelas 
 TTM itu haram? Orang yang melakukannya jelas-jelas
 akan mendapat 
 citra buruk dari masyarakat. Tapi bukan poligami
 pemecahannya, 
 karena nanti setiap laki-laki (terutama yang kaya
 dan berkuasa) akan 
 mencari pembenaran selingkuhnya melalui poligami.
 
 Pertanyaan saya berikutnya adalah: menurut anda,
 jika kedudukan laki-
 laki dan perempuan benar-benar setara (pendapatan
 sama besar, 
 kedudukan di masyarakat sama-sama diakui) apakah
 para perempuan itu 
 akan sudi untuk dipoligami?
 
 Saya pikir tidak. Umumnya perempuan yang dipoligami
 kedudukannya 
 secara sosial dan ekonomi lebih rendah atau
 tergantung kepada laki-
 laki. Istrikedua AA Gym misalnya adalah bekas
 karyawannya. Istri 
 kedua kerabat saya adalah mantan anak buah di
 komunitasnya. Jadi 
 poligami jelas merupakan indikator bahwa kedudukan
 laki-laki dan 
 perempuan tidak setara.


Re: [mediacare]Pilih mana: Aa Gym, atau Yahya Zaini?

2006-12-06 Terurut Topik ahmad su'udi
Mbak atau Mas Wreddyya yang baik. Saya memang suka
nonton TV, tetapi kecenderungan masyarakat mulai tak
risih dengan TTM bukan sekedar saya dapat dari TV,
melainkan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di
lingkungan saya, di Pekanbaru yang notabenen melayu
dan mestinya islami, hal itu sangat mudah ditemukan.

Di RT saya saja, yang dekat dengan masjid sudah tak
terhitung anak gadis yang hamil sebelum nikah. Juga
sampai ada tempat kos campur aduk cowok n cewek. Saya
sudah sampaikan pada pak RT agar itu ditertibkan, tapi
tak ada reaksi. Masyarakat menganggap hal itu sudah
lumrah. Tak lagi tabu, apalagi nista.

Pertanyaan Anda, mengapa hanya pria boleh, sementara
wanita tak boleh poliandry? Sederhana saja, jika pria
punya istri lebih dari satu, jelas siapa bapak
bioligis anak dalam rahim ibunya, sementara jika Anda
punya suami lebih dari satu, andai hamil, yakinkan
Anda siapa ayah biologis janin itu.

Lagi pula, saya tak bisa membayangkan jika ada dua
suami yang harus berantem dulu sebelum menggauli
istrinya. hehehe

tabik
--- wreddya hayunta [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Yang saya agak bingung kenapa soal poligami selalu
 dibandingkan dg 
 selingkuh? Dua-dua nya beda loh.
 
 Orang yang akan poligami tentu akan mencari
 pembenaran, kata mereka 
 itu lebih baik daripada selingkuh. Tapi pada
 dasarnya keduanya 
 berbeda. Poligami seharusnya dibandingkan dengan
 poliandri. 
 
 Mas Ahmad Su'udi kurang tepat jika TTM dianggap
 sebuah kewajaran. 
 Setahu saya di masyarakat Indonesia, hal tersebut
 kalau ketahuan 
 tetap akan menjadi sejenis nista bagi yang
 bersangkutan. Kalau anda 
 terlalu banyak nonton TV, memang kesannya TTM itu
 diwajarkan. Tapi 
 dunia kita bukan hanya TV. Dalam kehidupan
 sehari-hari TTM masih 
 dipandang jelek. Ada semacam kesan tidak jujur dari
 TTM.
 
 Sedangkan poligami dimensinya lain lagi. Pertanyaan
 tentang poligami 
 biasanya seputar kekuasaan lelaki. Orang yang
 menolak poligami akan 
 bertanya apakah betul lelaki jaman sekarang lebih
 berkuasa dan 
 mempunyai privilege dibanding perempuan? Kalau
 laki-laki boleh 
 poligami apakah perempuan boleh poliandri?
 
 Jadi level keduanya berbeda.
 
 
 
 --- In mediacare@yahoogroups.com, ahmad su'udi
 [EMAIL PROTECTED] 
 wrote:
 
  Pertanyaan yang aneh. Apa yang dikatakan Aa Gym
  terbukti dengan pertanyaan ini. Poligami- yang
 dimata
  Islam halal- dipandang sebagai sebuah nista.
 Sementara
  TTM (teman tapi mesum) malam dinilai sebagai
 sebuah
  kewajaran.
  
  Kalau Anda beragama -terlebih lagi Islam- tidak
 akan
  ada pertanyaan seperti itu
  
  
  ahmad su'udi
  
  
  --- claudi teranova [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Bungm, aku nggak pili Aa Gym maupun Yayah Zaini.
   keduanya sami mawon. AA Gym terkena sindrom
 orang
   yang
   terkenal. Yayah Zaini juga. keduanya sama-sama
 lagi
   horny.
   
   --- arifin siregar [EMAIL PROTECTED] wrote:
   
Menarik ya, soal pernikahan kedua Aa Gym. Pro
kontra,
ada yang setuju, ada yang tidak. Biasalah

Tapi, ngomong-omong, pilih mana ya, nikah dua
 kali
seperti Aa Gym atau selingkuh seperti yang
dilakukan
Yahya Zaini? 

Salam,
arifin siregar


   
 
 
 
 



 

Have a burning question?  
Go to www.Answers.yahoo.com and get answers from real people who know.


Re: [mediacare]Pilih mana: Aa Gym, atau Yahya Zaini?

2006-12-05 Terurut Topik ahmad su'udi
Pertanyaan yang aneh. Apa yang dikatakan Aa Gym
terbukti dengan pertanyaan ini. Poligami- yang dimata
Islam halal- dipandang sebagai sebuah nista. Sementara
TTM (teman tapi mesum) malam dinilai sebagai sebuah
kewajaran.

Kalau Anda beragama -terlebih lagi Islam- tidak akan
ada pertanyaan seperti itu


ahmad su'udi


--- claudi teranova [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bungm, aku nggak pili Aa Gym maupun Yayah Zaini.
 keduanya sami mawon. AA Gym terkena sindrom orang
 yang
 terkenal. Yayah Zaini juga. keduanya sama-sama lagi
 horny.
 
 --- arifin siregar [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Menarik ya, soal pernikahan kedua Aa Gym. Pro
  kontra,
  ada yang setuju, ada yang tidak. Biasalah
  
  Tapi, ngomong-omong, pilih mana ya, nikah dua kali
  seperti Aa Gym atau selingkuh seperti yang
  dilakukan
  Yahya Zaini? 
  
  Salam,
  arifin siregar
  
  
  


Re: [mediacare] Katakan tidak(baca:Ya) untuk poligami!

2006-12-02 Terurut Topik ahmad su'udi
Saya laki-laki. Normal dan telah beristri dengan dua
putra, yang alhamdulillah sehat-sehat.

Saya belum ada niat kawin batambuah, tetapi saya pikir
tidak bijak menghalang-halangi mereka yang
berpoligami. Silahkan sajah. Itu pilihan hidup. Hak
pribadi. Selagi dia bisa dan mampu memuaskan kedua
belah pihak.

Bagi wanita yang tak mau jadi istri ke dua atau
kesekian. Silahkan saja. Tinggal tolak kalau ada yang
melamar. Tetapi mengkampanyekan anti poligami juga
tidak bijak. Egois!

salam 

ahmad s.udi
--- Titiana Adinda [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Dear All,

   Kalo menurutku sih langkah menikah lagi yang di
 ambil oleh AA Gym (Poligami) tidak minta pendapat
 anak-anaknya.Selain istrinya teh Nini juga tidak ada
 hambatan sedikitpun untuk 'memuaskan' AA Gym.Darinya
 saja terlahir 6 atau 8 orang anak.Teh Nini tidak
 sakit alias sehat walafiat untuk melayani AA
 Gym.Lalu apa alasan AA Gym dong ? menolong para
 janda?Ibuku juga janda kenapa AA Gym tidak milih
 ibuku saja untuk dinikahi.(Meskipun begitu aku ogah
 punya Bapak tiri seorang AA Gym.He..He..).

   Bohong kalo perempuan menyatakan setuju atau
 mendukung poligami.Dikisahkan juga bagaimana Aisyah
 (istri nabi) cemburu berat kepada Khadijah istri
 nabi lainnya.Karena diangapnya Nabi Muhammad berbuat
 tidak adil kepada istri-istrinya.Dan lagi kan Nabi
 Muhammad menikah lagi karena saat ini suku-suku di
 Arab sana bertengkar/berkelahi terus sehingga untuk
 mendamaikannya dia lalu menikahi janda dari suku
 yang berkelahi itu.Nabi saja bisa berbuat tidak adil
 sehingga Aisyah marah gimana cuma seorang AA Gym?
   Pokoknya aku sangat tidak setuju akan
 poligami.Selain akan membuat istri menderita juga
 bagaimanakah perasaan si anak?

   KATAKAN TIDAK UNTUK POLIGAMI !!!

   Salam,

   Dinda
   
   
 -
 Lelah menerima spam? Surat Yahoo! mempunyai
 perlindungan terbaik terhadap spam. 
  http://id.mail.yahoo.com/



 

Need a quick answer? Get one in minutes from people who know.
Ask your question on www.Answers.yahoo.com


Re: [mediacare] Kisah Menarik Ahmadinejad

2006-11-25 Terurut Topik ahmad su'udi
Ahmadinejad memang luar biasa. Ia pemimpin di luar
kebiasaan pemimpin dunia saat ini. Dia tak rakus
dunia, karena itu ia tak takut sama siapapun, terutama
sama Bush.

Sementara SBY, adalah pemimpin sebaimana pada umumnya
pemimpin dunia. Rakus dunia. Borju, karena itu ia
tabik habis sama Bush. Kasihan Indonesia.

Kapan kiranya Indonesia punya pemimpin seperti
Ahmadinejad.
--- wolga setyanto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 harusnya ada orang seperti ini di negeri
 ini.(Insya Allah)


   AHMADINEJAD

   Judul Buku Ahmadinejad, David di Tengah Angkara
 Goliath Dunia 
 Terbitan Himah Teladan, kelompok Mizan. Di
 Balikpapan buku 'mungil' ini 
 harganya Rp.44.000,-,

   Dan kini ada Ahmadinejad, seorang tokoh in
 reality! Seberapa 
 sederhanakah beliau ini? Let me tell you. Berikut
 ini saya kutipkan sebagian 
 dari yang saya baca dari buku tersebut. Konon ketika
 beliau sudah 
 menjabat sebagai walikota Teheran yang memiliki
 populasi lebih besar daripada 
 Jakarta ia masih tampil dengan sepatu yang
 bolong-bolong. Ia menyapu 
 jalanan Teheran dan bangga dengan itu. Sampai
 sekarang pun ia masih 
 tampil dengan kemeja lengan panjang sederhana
 sehingga jika kita tidak 
 mengenalnya dan bertemu dengannya kita tidak akan
 pernah mengira bahwa 
 beliau adalah seorang presiden. Ya presiden dari
 sebuah negara besar. Di 
 Balikpapan di mana saya tinggal bahkan hampir semua
 guru rasanya punya 
 jas.

   Sebelum menjabat sebagai presiden Iran beliau
 adalah walikota 
 Teheran, periode 2003-2005. Teheran, ibukota Iran,
 kota dengan sejuta 
 paradoks, memiliki populasi hampir dua kali lipat
 dari Jakarta, yaitu sebesar 
 16 juta penduduk. Untuk bisa menjadi walikota dari
 ibukota negara tentu 
 sudah merupakan prestasi tersendiri mengingat betapa
 Iran adalah negara 
 yang dikuasai oleh para mullah. Ia bukanlah ulama
 bersorban, tokoh 
 revolusi, dan karir birokrasinya kurang dari 10
 tahun. Beliau tinggal di 
 gang buntu, maniak bola, tak punya sofa di rumahnya,
 dan kemana-mana 
 dengan mobil Peugeot tahun 1977. Penampilannya
 sendiri jauh dari menarik 
 untuk dijadikan gosip, apalagi jadi selebriti.
 Rambutnya kusam seperti 
 tidak pernah merasakan sampo dan sepatunya itu-itu
 terus, bolong 
 disana-sini, mirip alas kaki tukang sapu jalanan di
 belanatara Jakarta . Nah! 
 Kira-kira dengan modal dan penampilan begini apakah
 ia memiliki 
 kemungkinan untuk menjabat sebagai walikota Depok
 saja, umpamanya?

   Dalam tempo setahun pertanyaan tentang
 kemampuannya memimpin 
 terjawab. Warga Teheran menemukan bahwa walikotanya
 sebagai pejabat yang bangga 
 bisa menyapu sendiri jalan-jalan kota , gatal
 tangannya jika ada 
 selokan yang mampet dan turun tangan untuk
 membersihkannya sendiri, menyetir 
 sendiri mobilnya ke kantor dan bekerja hingga dini
 hari sekedar untuk 
 memastikan bahwa Teheran dapat mejadi lebih nyaman
 untuk ditinggali. 
 Saya bangga bisa menyapu jalanan di Teheran.
 Katanya tanpa berusaha 
 untuk tampil sok sederhana. Di belahan dunia lain
 sosoknya mungkin dapat 
 dijadikan reality show atau bahkan aliran
 kepercayaan baru.

   Sejak hari pertama menjabat ia langsung mengadakan
 kebijakan yang 
 bersifat religius seperti memisahkan lift bagi
 laki-laki dan perempuan 
 (ini tentu menarik hati para wanita di Teheran),
 menggandakan pinjaman 
 lunak bagi pasangan muda yang hendak menikah dari 6
 juta rial menjadi 12 
 juta rial, pembagian sup gratis bagi orang miskin
 setiap pekan, dan 
 menjadikan rumah dinas walikota sebagai museum
 publik! Ia sendiri memilih 
 tinggal di rumah pribadinya di kawasan Narmak yang
 miskin yang hanya 
 berukuran luas 170 m persegi. Ia bahkan melarang
 pemberian sajian pisang 
 bagi tamu walikota mengingat pisang merupakan buah
 yang sangat mahal dan 
 bisa berharga 6000 rupiah per bijinya. Ia juga
 menunjukkan dirinya 
 sebagai pekerja keras yang sengaja memperpanjang jam
 kerjanya agar dapat 
 menerima warga kota yang ingin mengadu.

   Namun salah satu keberhasilannya yang dirasakan
 oleh warga kota 
 Teheran adalah spesialisasinya sebagai seorang
 doktor di bidang manajemen 
 transportasi dan lalu lintas perkotaan. Sekedar
 untuk diketahui, 
 kemacetan kota Teheran begitu parahnya sehingga saya
 pernah dikirimi salah satu 
 foto lelucon dari berbagai belahan dunia dengan
 judul Only in _Equot; 
 . salah satunya dari Teheran dengan judul Only in
 Teheran dengan foto 
 kemacetan lalu lintasnya yang bisa bikin penduduk
 Jakarta menertawakan 
 kemacetan lalu lintas di kotanya. Secara dramatis ia
 berhasil menekan 
 tingkat kemacetan di Teheran dengan mencopot
 lampu-lampu di perempatan 
 jalan besar dan mengubahnya menjadi jalur putar
 balik yang sangat 
 efektif.

   Setalah menjabat dua tahun sebagai walikota
 Teheran ia masuk dalam 
 finalis pemilihan walikota terbaik dunia World Mayor
 2005 dari 550 
 walikota yang masuk nominasi. Hanya sembilan yang
 dari Asia , termasuk 
 Ahamdinejad. Tapi itu baru awal cerita. Pada tangagl
 24 

Re: [mediacare] Bupati Mau Bongkar Borobudur Untuk Bangun Mesjid Akbar !!!

2006-11-23 Terurut Topik ahmad su'udi
Kasihan deh Pak Anjuk Bornawan terprovokasi ama isu
murahahan bin bohong besar yang disampaikan si pembual
besar hafsah salim.

Percayalah, 99 persen apa yang disampaikan si pembual
besar hafsah salim alias mustikawati itu asal ngecap.
Ngawur!

--- Anjuk Bornawan [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Saya cuma mau ingatkan ke Pak Bupati,
 Pak Bupati tentu punya Ayah, dan Ayahnya Pak Bupati
 Punya Ayah lagi (Kakek) dan dia punya Ayah lagi, dan
 punya Ayah, punya ayahlagi dan seterusnya.nah
 salah satu dari mereka pada saatnya ikut membangun
 Borobudur inijadi yang membangun borobudur itu
 bukan siapa siapatoh leluhur kita jugayang
 pasti pada saat itu Kafirjadi kita
 semuasemua
 !! ...adalah keturunan kafirada yang
 salah
 TIDAK 
 buatlah itu menjadi kenangan  dari mana Pak Bupati
 Berasalngga usah doibongkar Pak.
 
 --- Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Bupati Mau Bongkar Borobudur Untuk Bangun Mesjid
  Akbar !!!
  
  Bupati Magelang Ir H Singgih Sanyoto telah
  mengajukan proposalnya
  kepada Unesco untuk membatalkan atau menghapuskan
  pengakuan lembaga
  dunia ini yang memasukan Borobudur kedalam satu
 dari
  7 keajaiban dunia
  yang wajib dilindungi.  Akibat anggapan yang sesat
  ini, menurut
  Bupati, Indonesia tidak bisa membongkar candi
  Borobudur untuk
  membangun Shopping Center yang lebih mengakomodasi
  kepentingan masyarakat.
  
  Bupati Magelang ini yang juga merupakan bekas
 murid
  terbaik dari Haji
  Abu Bakar Basyir, menjelaskan dengan secara
 terbuka,
  bahwa pada
  kenyataan penduduk sekitar Borobudur semuanya
 adalah
  muslim yang
  mengharamkan candi Borobudur.  Demikian, sebagai
  umat Islam kami
  menolak kehadiran pusat penyembahan berhala yang
  diharamkan dalam
  AlQuran dan Islam.  Sebagai umat Islam, kita tak
  bisa tawar menawar
  dalam memberi peluang penyebaran ajaran2 yang
  menyembah berhala
  ditanah air kita.  Candi Borobudur merupakan
 krikil
  yang menodai
  keyakinan umat Islam ditanah airnya sendiri. 
 Candi
  Borobudur se-mata2
  hanyalah kebanggaan orang2 kafir yang sudah bukan
  lagi pada tempatnya
  karena hal itu merupakan hinaan terhadap keimanan
  Islam di tanahnya
  sendiri.
  
  Demikianlah Bupati Magelang telah mengajukan
  proposal untuk menarik
  keluar anggapan Borobudur yang tidak ajaib ini
  sebagai satu dari 7
  keajaiban dunia yang cendrung  merupakan
 konspirasi
  orang2 kafir untuk
  merusak akidah Islam itu sendiri.  Karena akibat
  dimasukkannya
  Borobudur sebagai satu dari 7 keajaiban dunia,
  pemerintah RI
  diwajibkan untuk melindunginya dibawah pengawasan
  Unesco bahkan biaya
  pemeliharaan Candi kafir ini langsung ditangani
  Unesco sehingga
  mengdholimi kedaulatan umat Islam di Indonesia. 
  Menurut Bupati, kita
  menuntut kepada Unesco untuk membangun Shopping
  Center hanyalah
  sebagai strategi, karena setelah kedaulatan itu
 bisa
  kembali ketangan
  umat, kita bisa mengganti project Shopping Center
  yang biayanya dari
  Unesco itu untuk dialihkan menjadi projek
  pembangunan MESJID AKBAR
  yang lebih mengakomodasi kebutuhan umat nantinya
 di
  akhirat.
  
  Demikianlah berita dari Surat Kabar Merdeka online
  dibawah ini.
  
  Ny. Muslim binti Muskitawati.
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  Borobudur Tak Lagi Masuk 7 Keajaiban Dunia?
  Borobudur, CyberNews. Bupati Magelang Ir H Singgih
  Sanyoto menilai
  pendapat Candi Borobudur tidak lagi masuk sebagai
  salah satu dari
  tujuh keajaiban dunia sebagai catatan perbaikan ke
  depan.
  
  Pendapat itu perlu diperhatikan untuk perbaikan
  seluruh sistem yang
  terkait Borobudur. Misalnya dari sudut
  kepurbakalaan, katanya, Rabu
  (22/11).
  
  Menurut dia, sejak dulu ada versi yang memasukkan
  dan ada yang tidak
  memasukkan Candi Borobudur sebagai salah satu dari
  tujuh keajaiban
  dunia. Yang menyatakan Candi Borobudur tidak
 masuk
  sebagai bangunan
  ajaib dunia, bukan Unesco, tetapi sebuah yayasan,
  katanya.
  
  Meski yayasan itu bekerja sama dengan Unesco,
 tetapi
  pendapat itu
  dinilainya bukan pendapat Badan Pendidikan Dunia.
  Justru yang
  berwenang di Unesco sebaiknya mengkaji pendapat
  yayasan tersebut.
  Mengapa yayasan itu tidak memasukkan Candi
  Borobudur? Ada apa?
  Sebabnya apa? tanya dia.
  
  Ia menduga penyebabnya ada perbedaan dalam
  menetapkan kriteria cagar
  budaya dunia menjadi bangunan ajaib dunia. Meski
  begitu dia mengakui
  status sebagai salah satu tujuh keajaiban dunia
 itu
  sebagai yang
  penting dan membanggakan.
  
  Menurut dia, Kabupaten Magelang hanya ketempatan
  Candi Borobudur.
  Pemda tak memiliki kewenangan memelihara secara
  langsung bangunan
  peninggalan sejarah itu.
  
  Yang bisa kami lakukan menjaga wilayah sekitar
  Candi Borobudur.
  Program-program Pemprov Jateng yang tidak
  direkomendasi Unesco tidak
  dilaksanakan. Misalnya shopping street, Jagad
 Jawa,
  katanya.( tuhu
  prihantoro/Cn08 ) 
  
  
  
  
  
  Web:
  http://groups.yahoo.com/group/mediacare/
  
  Klik: