[mediacare] Situs menarik.
Ada situs baru. Mungkin manfaat http://bangfauziwatch.wordpress.com/ Salam
[mediacare] Keroyokan di Pilkada Jakarta
* Foke Diusung Koalisi, Adang Tak Terkejut * Jumat, 16 Maret 2007, 06:24:51 * PKS: NKRI Dan Pancasila Sudah Final, Musuh Bersama Kemiskinan ** Jakarta, Rakyat Merdeka. *Dukungan partai-partai besar terhadap Fauzi Bowo dalam Pilkada DKI tak mengejutkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang resmi mengusung bekas Wakapolri Adang Daradjatun. Koalisi dalam politik adalah hal yang biasa. Koalisi besar dalam demokrasi adalah lumrah dan biasa, karenanya, kami tak terlalu terkejut dengan koalisi besar mendukung Fauzi Bowo untuk Cagub DKI Jakarta, kata Ketua Tim Verifikasi Cagub PKS DKI Selamat Nurdin kepada *Rakyat Merdeka, *di Jakarta, kemarin. Cuma, kata politisi muda PKS ini, ia dan teman-teman di PKS lainnya sedikit geli mendengar bahwa koalisi besar tersebut muncul karena PKS adalah musuh ideologis bersama sebagaimana dijelaskan teman-teman di PDIP DKI. Persoalan ideologis itu sudah selesai di PKS. NKRI itu final dan tak perlu lagi mengotak atik Pancasila sebagai ideologi negara. Musuh bersama kita adalah kemiskinan, pengangguran dan standar hidup rendah di Jakarta khususnya dan bangsa ini secara keseluruhan, tandasnya. Seperti diberitakan, PDIP dan Partai Demokrat yang disebut-sebut sulit berkoalisi dalam Pilkada DKI justru mengusung kandidat yang sama, yakni Fauzi Bowo. Menurut Ketua Balitbang DPD PDIP DKI Budi Aris Setiadi, koalisi ini dibentuk karena ada musuh ideologis bersama. Kita berhadapan dengan musuh ideologis. Bagi kami Presiden SBY musuh politik. Tapi ada lagi yang lebih dari itu, yakni musuh ideologis, ujar Budi kepada wartawan di kantor DPD PDIP DKI, Jalan Tebet Raya, Jakarta Selatan, kemarin. Soal pencalonan Fauzi Bowo, menurut Nurdin, sudah saatnya kini Fauzi selaku *incumbent * mundur dari kursi Wakil Gubernur, karena dukungan partai kepada sudah semakin jelas. Selain itu, agar pertarungan dalam Pilkada DKI juga akan berlangsung fair dan transparan. Sementara itu menurut Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR Zulkieflimansyah, generasi muda di PKS adalah bekas aktivis kampus yang kenyang asam garam ideologi yang ada di kampus. Pengalaman sebagai pemimpin mahasiswa di lingkungan heterogen menghantarkan kami pada kesimpulan yang sederhana bahwa Indonesia yang plural, heterogen dan penuh toleransi adalah keniscayaan yang tak terelakkan. Musuh ideologis tak relevan lagi dibicarakan, tandasnya. *RM *
Re: [mediacare] Peran PKS dan IM - Re: Masjid NU dan Muhammadiyah Direbut Organisasi Lain
Penggambarannya syereem sekali ya. hehehe... Seperti menggambarkan sesosok monster ajah. Atau seperti organisasi mafia ajah. Setahu saya sih, biar ngeliat dari jauh, orang pks nggak segitu-gitu amat. kayaknya hal sama yang diuraikan di bawah dilakukan deh oleh semua organisasi yang mau menjadi organisasi baik dan tertata. Semua harusnya terplan, terjadwal, terkordinir dan termonitor bla..bla..bla.. Mau itu organisasi golkar, para koruptor, orang kiri, orang kanan, orang tengah ya idealnya organisasinya seperti begitu kan? Terjadwal, terkordinir dan termonitor bla..bla..bla.. Orang sekarang lebih kritis dari yang namanya fakta ketimbang gosip bung! Bosen ah dengan pembodohan model gini. Dengan data yang seolah-olah. Klaim dari sumber sangat bisa dipercaya (intel kali ya? hehehe...) untuk ngegambarin sebuah organisasi yang harusnya bisa jadi aset bangsa untuk saling dukung untuk berantas korupsi, kemiskinan dan pembodohan bangsa. Buat saya lebih bahaya golkar yang ketawan korupnya. Atau para politisi yang hepi kalo rakyat goblok terus. Jadi mereka yang harus lebih diwaspadai Kalo pola nya seperti yang dilakukan thesaintnow ini diteruskan , jangan sampe kita jadi ABCD ah... Aduh Bo Cape Deh hehehe.. Salam pembodohan! Hehehe... On 2/22/07, Thesaints Now [EMAIL PROTECTED] wrote: Inilah fakta yang tersembunyi dari awam berdasarkan sumber yang sangat bisa dipercaya. PKS/IM Indonesia itu dalam melakukan strategi direncanakan dengan matang, terjadwal, termonitor, terkoordinir, jadi bukan secara serabutan atau spontan saja. Setiap Kader itu diberikan suatu buku pegangan/pedoman. Makin tinggi tingkat Kader/Murbbinya makin besar tanggung jawab dan makin lengkap buku pedoman yang dipegangnya. Strategi dan rencana mereka dilakukan di berbagai bidang mulai dari menguasai DKM, Kegiatan ROHIS Sekolah dan KAMPUS, Usaha Perekonomian, Kegiatan Sosial, Majlis Ta'lim dll. Hampir semua kegiatan islam di masyarakat sekarang sebenarnya sudah dimasuki oleh KADER-KADER PKS/IM bahkan ke dunia entertaintment juga. Siapa sangka kalau PEPENG, ASTRI IVO, NENO WARISMAN ternyata adalah KADER mereka juga? Ini kisah nyata dari seorang KADER X yang pernah ditugaskan untuk menguasai Majsid sebut saja Masjid A. X adalah seorang Kader Tarbiyah/IM/PKS yang sangat aktif dan berkali-kali telah teruji dan berhasil mengelola berbagai kegiatan organisasinya. Suatu saat X ditugaskan oleh Murabbinya untuk dapat menguasai kegiatan di Masjid A. Maka mulialah X membuat rencana mulai dari pendekatan pertama meramaikan masjid tersebut. Sebagaimana umumnya, Masjid kampung biasanya dipimpin oleh seorang Kyai Lokal yang mengadakan pengajian/majlis ta'lim bagi penduduk. Nah langkah pertama X untuk mencapai maksudnya adalah dengan mengajak beberapa KADER IM/PKS meramaikan menjadi hadirin dalam Majlis Sang Kyai. Pada saat itu para KADER dilarang sama sekali melakukan perbantahan dan tugasnya hanya untuk meramaikan saja sambil memperhatikan pola dan kemampuan Sang Kiai. Setelah beberapa lama mengikuti kegiatan majlis ta'lim tersebut dan dirasa sudah cukup pengamatannya, maka mulailah dilakukan skenario selanjutnya. Karena kegiatan Majlis ini relatif masih tradisional, monoton dan kurang meriah, kemudian KADER X dan kawan-kawan melakukan komunikasi dengan Kyai dan menawarkan bantuan untuk mengkoordinir kegiatan yang lebih luas. Pak Kyai sih seneng saja awalnya karena beranggapan wah anak-anak muda ini enggak perduli dari mana kok semangat betul untuk mengisi acara di Masjidnya. Jadi Pak Kyai setuju aja. Setelah itu maka skenario berikutnya disusunlah Acara oleh KADER X dkk. yang udah dibuat sebelumnya karena mereka sudah punya Format Acara dari Archives/Arsip kegiatan-kegiatan di tempat lain. Seluiruh Kader pun diharuskan datang ke Masjid X tersebut oleh Murabbi. Acara Majlis Ta'lim pun semakin ramai karena dikerubuti oleh KADER PKS/IM. Pak Kyai pun walaupun kaget darimana datangnya orang-orang asing ini menjadi senang masjidnya menjadi ramai. Pada saat itu skenario masih membiarkan Pak Kyai yang memimpin Acara sehingga Beliau tidak merasa disingkirkan. Kemudian setelah Acara berjalan semakin mantap, mulailah didatangkan seorang Murabbi Senior lulusan Jamiah/Universitas di Negeri Arab untuk datang ke Pengajian tsb pada saat topiknya cukup kontroversial. Ceramah Pak Kyai diprotes oleh Murabbi ini yang memang sudah siap dengan segala dalil-dalilnya dan akhirnya berhasil menjinakkan Pak Kyai. Tittle Lulusan AlAzhar dan kemampuan bahasa arab Murabbi IM menjadikan Pak Kyai bertambah segan juga dan akhirnya mengalah memberikan kesempatan pada Muabbi PKS/IM untuk mengisi acara. Skenario berjalan mulus. Maka sejak saat itu Koordinator Kegiatan Majlis, Pengisi Acara, Pengurus Masjid pun diubah menjadi Wajah PKS/IM yang mencatut nama Salafi/Sunni. Propaganda dan Kaderisasi pun diperlebar wilayahnya ke Masjid tersebut. Tentu saja yang non-PKS IM enggak sanggup sendirian menghadapi kerubutan para KADER tersebut dan akhirnya menyingkir atau
Re: [mediacare] Re: Masjid NU dan Muhammadiyah Direbut Organisasi Lain
ini pasti aksi - reaksi. Artinya nggak ada yang mutlak salah dan nggak ada yang mutlak bener. artinya bukan cuma satu pihak doang yang kudu intropeksi. yang satu intropeksi soal pendekatan dan berkebudayaan (khususnya masalah unggah-ungguh) yang lain mungkin intropeksi juga (kali ya) soal pengelolaan aset dan penyediaan sdm-nya untuk aset-aset itu. termasuk juga soal menyikapi pks. jangan telalu juga kali ya. kayak lagu dangdu yng dinyayiin si vetty dengan judul yang sedang-sedang aja terlalu benci jangan atau terlalu cinta juga jangan. biasa aja dah! :-) yang layak lebih dibenci ya golkar karena jelas korupnya. yang layak lebih dicinta ya pds (karna sangat idealis) atau partai satria piningit, karena langka dan sulit dicari. :P Hehehe peace! urip On 2/16/07, Nawarih [EMAIL PROTECTED] wrote: hik...hik...klo ini jelas bahasa seseorang yang sedang ngigo, masalah saling jarah atau saling bantai antar ummat seagama sih bukan cuma di Islam, hampir di semua agama hal itu terjadi. Yang salah bukan pada ajarannya tapi para pemeluk agamanya yang memanfaatkan agama sebagai sarana kepentingan dan kepuasan sahwat politik atau sampeyan emang ga' beragama ya??? Kalo di Indonesia PDS dan PKS mungkin bisa sebagai contoh konkrit. Baca tulisan saya lagi, saya katakan sebelumnya rumah muhammadiyah dan NU itu adem ayem padahal kader2 mereka ada yang di Golkar, PPP, PDIP, PKB dan PAN tapi partai2 tersebut masih punya rasa hormat dan sungkan terhadap kedua ormas tersebut, hingga datangnya sebuah partai yang paling seneng jual amal datang dan merusak tatanan yang ada di Md dan NU. Sebenarnya saya paling males ngeladenin tulisan sampeyan tapi pas baca tulisan yang ini saya jadi ketawa juga, habis postingan saya main asal samber aja. Mungkin memang ada baiknya bagi para aktifis pks untuk melakukan evaluasi terhadap cara2 pengumpulan dan pengkaderan yang mereka lakukan selama ini. Tapi anehnya mereka ketika bercermin selalu yang ada di dalam pikiran mereka adalah ga' ada yang salah dengan kami, kalian2 lah (orang2 di luar PKS, Islam maupun non islam) yang salah dan perlu diselamatkan mungkin mereka berpikir tiket surga cuma bisa didapatkan di loket yang ada logo PKS-nya. --- In mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com, Hafsah Salim [EMAIL PROTECTED] wrote: Akibat dari ajaran Islam, umatnya saling jarah, saling bantai, saling teror, waling jagal, bukanlah hal yang luar biasa dan sudah terjadi sejak kehidupan nabi Muhammad sendiri. Jadi kalo ada kekacauan dalam NU dan Muhammadiah bukanlah hal yang luar biasa bahkan umat Islam Ahmadiah yang dijarah tempo hari juga belum tuntas dilakukan tindakan kepada pelaku2nya. Masalah ditegakkannya Syariah di beberapa wilayah di Indonesia akan membuat perpecahan Islam makin marak di Indonesia dimasa depannhya. Oleh karena itu umat Islam harus belajar dari sejarahnya bukan menjadikan diri mereka sebagai korban2 sejarah selanjutnya. Ny. Muslim binti Muskitawati. --- In mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com, Nawarih NAWARIH@ wrote: Setelah membaca postingan tentang grasak grusuk yang terjadi di rumah tua Muhammadiyah dan NU, saya coba kunjungi situs muhammadiyah dan saya temukan sebuah tulisan dari redaksi Suara Muhammadiyah. Quote; Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami cobaan karena sedang diacak-acak oleh idelogi politik lain yang kehadirannya seperti lebih berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai quwwah Meski tulisannya pendek tapi saya bisa menangkap 'kegerahan' muhammadiyah terhadap aksi serobot aset dan kader yang dilakukan oleh oknum yang dimaksud. Meski tidak menyebutkan nama institusi tapi dari tulisan Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi ajaran agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan atas nama agama hehe...sepertinya ga' jauh - jauh dari temen2-nya bung Wido, bung ibnu dll. Muhammadiyah sebuah ormas yang sudah cukup tua dan mengalami berbagai dinamika politik di negeri ini, sepertinya tidak menyangka jika 'anak- anak muda' yang baru terjun dan demam politik itu berani dan tega melakukan manuver politik kotor ke jantung organisasi mereka. Kader mereka di partai2 sebelum reformasi dan pasca reformasi sebut saja PG, PPP dan terakhir PAN -partai yang ketuanya juga adalah ketua PP Muh- masih ada rasa sungkan dan tau diri untuk mengacak - acak rumah tua muhammadiyah maupun NU, apalagi sampai melakukan aksi sabotase. Well, pak Hasyim dan Pak Din, sepertinya anda harus kerja ekstra keras lagi untuk merangkul / menarik kader dan aset yang telah 'dijarah' tersebut. http://www.suara-muhammadiyah.or.id/sm/Majalah/SM02-16-31-Januari- 07- Genap/Politik-Quwwah-atau-Fitnah-.html Politik: Quwwah atau Fitnah? Selasa, 16 Januari 2007 Assalamu'alaikum wr wb, Pembaca yang terhormat, kegiatan politik jika dikelola secara benar dan penuh etika sesungguhnya dapat menjadi pilah kekuatan (quwwah) Islam. Artinya
[mediacare] Dari Financial Times
*Flood relief takes centre stage in Jakarta poll * By John Aglionby in Jakarta Published: February 9 2007 00:13 | Last updated: February 9 2007 00:13 Joko Teporoso has no doubt who is providing the most relief to the six families taking refuge in his three-room house in the Bangka area of south Jakarta after floods hit their homes on Thursday for the second time in six days. It's definitely the PKS, he says, referring to Indonesia's Islamic-based Prosperous Justice party. Some other parties have given a little but the PKS is providing three meals a day, clothes and medicine. With the first direct election of the Jakarta governor seven months away, prospective candidates and political parties have been distributing and, perhaps more importantly, being seen to be distributing aid. The PKS is known to emulate Middle Eastern groups such as Hamas and Hizbollah in its approach to social programmes, and is the party most closely watched. Its extensive relief operations during the 2002 Jakarta flood catapulted it to a prominence that in 2004 helped it to win a third of the seats on the city council, where its members form the largest political bloc. Though its leaders deny so publicly, the PKS is still believed to harbour dreams of bringing shariah law to the world's largest Muslim nation. Two dozen districts across Indonesia, including Tangerang, which borders Jakarta, have introduced aspects of Islamic rule. There are concerns that if the PKS won the governorship in addition to holding 25 of the 75 council seats, some form of Koranic law might come to the capital. The PKS appears to be sparing little effort in its relief drive. With 200 relief posts, it has twice as many as Golkar, its nearest rival, and is the only party that regularly trains flood response teams. Adang Dorodjatun, the PKS candidate for governor, has also been distributing aid in up to four areas daily. Sariman, secretary of the branch office covering Bangka, says: Our philosophy is to teach people that the PKS is not just about politics and elections. We want to be part of the community; to serve the people 24 hours a day. If the effect is that people vote for us come election time, then we won't complain. None of the other parties pretends its efforts are anything other than campaigning. Firman Subagyo, head of Golkar's people welfare section, says: It can't be denied there's competition between the political parties to win people's sympathy through social activities and the emergency response to natural disasters. Parties that do nothing will be deserted. Social activities are part of every political party's efforts to maintain support. Golkar on Wednesday deployed the wife of Jusuf Kalla, the vice-president and its leader, to spearhead its relief distribution effort. The moderate Islamic National Awakening party drew attention to its efforts thanks to the presence of Abdurrahman Wahid, its patron and former president. The Democrat party, which came second in the 2004 council election, benefited from having President Susilo Bambang Yudhoyono, its leader, wading through the floodwaters as early as last Friday afternoon, hours after Jakarta's rivers started to burst their banks. No one is trying to score too many points with fiery speeches yet, however. Paul Rowland, Indonesia director for the National Democratic Institute, the overseas arm of the US Democratic party, says: It might be seen as taking advantage of people's misery if you do that now. Sarwono Kusumaatmadja, a former environment minister, serving legislator and governor candidate, says the PKS presents a tough challenge. But like many analysts, he believes it will have to drop categorically any desire to introduce shariah law if it wants to win and retain the governorship of Indonesia's freewheeling capital. In spite of the hardships and difficulties Indonesians are facing, the mainstream has always been moderate and I don't see that changing, he says. I see the PKS drifting towards the moderate centre, the same way as the [now-ruling] Islamic [Justice and Development] party did in Turkey. *Additional reporting by Taufan Hidayat* Copyright http://www.ft.com/servicestools/help/copyright The Financial Times Limited 2007