[mediacare] Situs menarik.

2007-04-11 Terurut Topik banyu urip

Ada situs baru.

Mungkin manfaat

http://bangfauziwatch.wordpress.com/


Salam


[mediacare] Keroyokan di Pilkada Jakarta

2007-03-15 Terurut Topik banyu urip

*

Foke Diusung Koalisi, Adang Tak Terkejut
*

Jumat, 16 Maret 2007, 06:24:51
*

PKS: NKRI Dan Pancasila Sudah Final, Musuh Bersama Kemiskinan
**

Jakarta, Rakyat Merdeka. *Dukungan partai-partai besar terhadap Fauzi Bowo
dalam

Pilkada DKI tak mengejutkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang resmi
mengusung bekas

Wakapolri Adang Daradjatun. Koalisi dalam politik adalah hal yang biasa.
Koalisi besar dalam

demokrasi adalah lumrah dan biasa, karenanya, kami tak terlalu terkejut
dengan koalisi besar

mendukung Fauzi Bowo untuk Cagub DKI Jakarta, kata Ketua Tim Verifikasi
Cagub PKS DKI

Selamat Nurdin kepada *Rakyat Merdeka, *di Jakarta, kemarin.

Cuma, kata politisi muda PKS ini, ia dan teman-teman di PKS lainnya sedikit
geli mendengar

bahwa koalisi besar tersebut muncul karena PKS adalah musuh ideologis
bersama sebagaimana

dijelaskan teman-teman di PDIP DKI.

Persoalan ideologis itu sudah selesai di PKS. NKRI itu final dan tak perlu
lagi mengotak atik

Pancasila sebagai ideologi negara. Musuh bersama kita adalah kemiskinan,
pengangguran dan

standar hidup rendah di Jakarta khususnya dan bangsa ini secara
keseluruhan, tandasnya.

Seperti diberitakan, PDIP dan Partai Demokrat yang disebut-sebut sulit
berkoalisi dalam Pilkada

DKI justru mengusung kandidat yang sama, yakni Fauzi Bowo. Menurut Ketua
Balitbang

DPD PDIP DKI Budi Aris Setiadi, koalisi ini dibentuk karena ada musuh
ideologis bersama.

Kita berhadapan dengan musuh ideologis. Bagi kami Presiden SBY musuh
politik. Tapi ada lagi

yang lebih dari itu, yakni musuh ideologis, ujar Budi kepada wartawan di
kantor DPD PDIP

DKI, Jalan Tebet Raya, Jakarta Selatan, kemarin.

Soal pencalonan Fauzi Bowo, menurut Nurdin, sudah saatnya kini Fauzi selaku
*incumbent
*

mundur dari kursi Wakil Gubernur, karena dukungan partai kepada sudah
semakin jelas. Selain

itu, agar pertarungan dalam Pilkada DKI juga akan berlangsung fair dan
transparan. Sementara

itu menurut Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR Zulkieflimansyah, generasi muda di
PKS adalah

bekas aktivis kampus yang kenyang asam garam ideologi yang ada di kampus.
Pengalaman

sebagai pemimpin mahasiswa di lingkungan heterogen menghantarkan kami pada
kesimpulan

yang sederhana bahwa Indonesia yang plural, heterogen dan penuh toleransi
adalah keniscayaan

yang tak terelakkan. Musuh ideologis tak relevan lagi dibicarakan,
tandasnya. *RM
*


Re: [mediacare] Peran PKS dan IM - Re: Masjid NU dan Muhammadiyah Direbut Organisasi Lain

2007-02-23 Terurut Topik banyu urip

Penggambarannya syereem sekali ya. hehehe...
Seperti menggambarkan sesosok monster ajah.
Atau seperti organisasi mafia ajah.

Setahu saya sih, biar ngeliat dari jauh, orang pks nggak segitu-gitu amat.
kayaknya hal sama yang diuraikan di bawah dilakukan deh oleh semua
organisasi yang mau menjadi organisasi baik dan tertata. Semua harusnya
terplan, terjadwal, terkordinir dan termonitor bla..bla..bla..

Mau itu organisasi golkar, para koruptor, orang kiri, orang kanan, orang
tengah ya idealnya organisasinya seperti begitu kan? Terjadwal, terkordinir
dan termonitor bla..bla..bla..

Orang sekarang lebih kritis dari yang namanya fakta ketimbang gosip bung!

Bosen ah dengan pembodohan model gini. Dengan data yang seolah-olah. Klaim
dari sumber sangat bisa dipercaya (intel kali ya? hehehe...) untuk
ngegambarin sebuah organisasi yang harusnya bisa jadi aset bangsa untuk
saling dukung untuk berantas korupsi, kemiskinan dan pembodohan bangsa.

Buat saya lebih bahaya golkar yang ketawan korupnya. Atau para politisi yang
hepi kalo rakyat goblok terus.

Jadi mereka yang harus lebih diwaspadai
Kalo pola nya seperti yang dilakukan thesaintnow ini diteruskan , jangan
sampe kita jadi ABCD ah... Aduh Bo Cape Deh hehehe..

Salam pembodohan! Hehehe...

On 2/22/07, Thesaints Now [EMAIL PROTECTED] wrote:


  Inilah fakta yang tersembunyi dari awam berdasarkan sumber yang sangat
bisa
dipercaya.

PKS/IM Indonesia itu dalam melakukan strategi direncanakan dengan matang,
terjadwal, termonitor, terkoordinir, jadi bukan secara serabutan atau
spontan saja. Setiap Kader itu diberikan suatu buku pegangan/pedoman.
Makin
tinggi tingkat Kader/Murbbinya makin besar tanggung jawab dan makin
lengkap
buku pedoman yang dipegangnya.

Strategi dan rencana mereka dilakukan di berbagai bidang mulai dari
menguasai DKM, Kegiatan ROHIS Sekolah dan KAMPUS, Usaha Perekonomian,
Kegiatan Sosial, Majlis Ta'lim dll. Hampir semua kegiatan islam di
masyarakat sekarang sebenarnya sudah dimasuki oleh KADER-KADER PKS/IM
bahkan
ke dunia entertaintment juga. Siapa sangka kalau PEPENG, ASTRI IVO, NENO
WARISMAN ternyata adalah KADER mereka juga?

Ini kisah nyata dari seorang KADER X yang pernah ditugaskan untuk
menguasai Majsid sebut saja Masjid A.

X adalah seorang Kader Tarbiyah/IM/PKS yang sangat aktif dan berkali-kali
telah teruji dan berhasil mengelola berbagai kegiatan organisasinya. Suatu
saat X ditugaskan oleh Murabbinya untuk dapat menguasai kegiatan di Masjid
A. Maka mulialah X membuat rencana mulai dari pendekatan pertama
meramaikan
masjid tersebut.

Sebagaimana umumnya, Masjid kampung biasanya dipimpin oleh seorang Kyai
Lokal yang mengadakan pengajian/majlis ta'lim bagi penduduk.

Nah langkah pertama X untuk mencapai maksudnya adalah dengan mengajak
beberapa KADER IM/PKS meramaikan menjadi hadirin dalam Majlis Sang Kyai.
Pada saat itu para KADER dilarang sama sekali melakukan perbantahan dan
tugasnya hanya untuk meramaikan saja sambil memperhatikan pola dan
kemampuan
Sang Kiai.

Setelah beberapa lama mengikuti kegiatan majlis ta'lim tersebut dan dirasa
sudah cukup pengamatannya, maka mulailah dilakukan skenario selanjutnya.
Karena kegiatan Majlis ini relatif masih tradisional, monoton dan kurang
meriah, kemudian KADER X dan kawan-kawan melakukan komunikasi dengan Kyai
dan menawarkan bantuan untuk mengkoordinir kegiatan yang lebih luas. Pak
Kyai sih seneng saja awalnya karena beranggapan wah anak-anak muda ini
enggak perduli dari mana kok semangat betul untuk mengisi acara di
Masjidnya. Jadi Pak Kyai setuju aja.

Setelah itu maka skenario berikutnya disusunlah Acara oleh KADER X dkk.
yang
udah dibuat sebelumnya karena mereka sudah punya Format Acara dari
Archives/Arsip kegiatan-kegiatan di tempat lain. Seluiruh Kader pun
diharuskan datang ke Masjid X tersebut oleh Murabbi. Acara Majlis Ta'lim
pun
semakin ramai karena dikerubuti oleh KADER PKS/IM. Pak Kyai pun walaupun
kaget darimana datangnya orang-orang asing ini menjadi senang masjidnya
menjadi ramai. Pada saat itu skenario masih membiarkan Pak Kyai yang
memimpin Acara sehingga Beliau tidak merasa disingkirkan.

Kemudian setelah Acara berjalan semakin mantap, mulailah didatangkan
seorang
Murabbi Senior lulusan Jamiah/Universitas di Negeri Arab untuk datang ke
Pengajian tsb pada saat topiknya cukup kontroversial. Ceramah Pak Kyai
diprotes oleh Murabbi ini yang memang sudah siap dengan segala
dalil-dalilnya dan akhirnya berhasil menjinakkan Pak Kyai. Tittle Lulusan
AlAzhar dan kemampuan bahasa arab Murabbi IM menjadikan Pak Kyai bertambah
segan juga dan akhirnya mengalah memberikan kesempatan pada Muabbi PKS/IM
untuk mengisi acara. Skenario berjalan mulus.

Maka sejak saat itu Koordinator Kegiatan Majlis, Pengisi Acara, Pengurus
Masjid pun diubah menjadi Wajah PKS/IM yang mencatut nama Salafi/Sunni.
Propaganda dan Kaderisasi pun diperlebar wilayahnya ke Masjid tersebut.
Tentu saja yang non-PKS IM enggak sanggup sendirian menghadapi kerubutan
para KADER tersebut dan akhirnya menyingkir atau 

Re: [mediacare] Re: Masjid NU dan Muhammadiyah Direbut Organisasi Lain

2007-02-16 Terurut Topik banyu urip

ini pasti aksi - reaksi.
Artinya nggak ada yang mutlak salah dan nggak ada yang mutlak bener.
artinya bukan cuma satu pihak doang yang kudu intropeksi.

yang satu intropeksi soal pendekatan dan berkebudayaan (khususnya masalah
unggah-ungguh) yang lain mungkin intropeksi juga (kali ya) soal pengelolaan
aset dan penyediaan sdm-nya untuk aset-aset itu.

termasuk juga soal menyikapi pks. jangan telalu juga kali ya.
kayak lagu dangdu yng dinyayiin si vetty dengan judul yang sedang-sedang
aja
terlalu benci jangan
atau terlalu cinta juga jangan.
biasa aja dah! :-)

yang layak lebih dibenci ya golkar karena jelas korupnya.
yang layak lebih dicinta ya pds (karna sangat idealis) atau partai satria
piningit, karena langka dan sulit dicari. :P Hehehe

peace!
urip



On 2/16/07, Nawarih [EMAIL PROTECTED] wrote:


  hik...hik...klo ini jelas bahasa seseorang yang sedang ngigo, masalah
saling jarah atau saling bantai antar ummat seagama sih bukan cuma di
Islam, hampir di semua agama hal itu terjadi. Yang salah bukan pada
ajarannya tapi para pemeluk agamanya yang memanfaatkan agama sebagai
sarana kepentingan dan kepuasan sahwat politik atau sampeyan emang
ga' beragama ya??? Kalo di Indonesia PDS dan PKS mungkin bisa sebagai
contoh konkrit.

Baca tulisan saya lagi, saya katakan sebelumnya rumah muhammadiyah
dan NU itu adem ayem padahal kader2 mereka ada yang di Golkar, PPP,
PDIP, PKB dan PAN tapi partai2 tersebut masih punya rasa hormat dan
sungkan terhadap kedua ormas tersebut, hingga datangnya sebuah partai
yang paling seneng jual amal datang dan merusak tatanan yang ada di
Md dan NU.

Sebenarnya saya paling males ngeladenin tulisan sampeyan tapi pas
baca tulisan yang ini saya jadi ketawa juga, habis postingan saya
main asal samber aja.

Mungkin memang ada baiknya bagi para aktifis pks untuk melakukan
evaluasi terhadap cara2 pengumpulan dan pengkaderan yang mereka
lakukan selama ini. Tapi anehnya mereka ketika bercermin selalu yang
ada di dalam pikiran mereka adalah ga' ada yang salah dengan kami,
kalian2 lah (orang2 di luar PKS, Islam maupun non islam) yang salah
dan perlu diselamatkan mungkin mereka berpikir tiket surga cuma bisa
didapatkan di loket yang ada logo PKS-nya.

--- In mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com, Hafsah
Salim [EMAIL PROTECTED]
wrote:


 Akibat dari ajaran Islam, umatnya saling jarah, saling bantai,
saling
 teror, waling jagal, bukanlah hal yang luar biasa dan sudah terjadi
 sejak kehidupan nabi Muhammad sendiri.

 Jadi kalo ada kekacauan dalam NU dan Muhammadiah bukanlah hal yang
 luar biasa bahkan umat Islam Ahmadiah yang dijarah tempo hari juga
 belum tuntas dilakukan tindakan kepada pelaku2nya.

 Masalah ditegakkannya Syariah di beberapa wilayah di Indonesia akan
 membuat perpecahan Islam makin marak di Indonesia dimasa depannhya.
 Oleh karena itu umat Islam harus belajar dari sejarahnya bukan
 menjadikan diri mereka sebagai korban2 sejarah selanjutnya.

 Ny. Muslim binti Muskitawati.









 --- In mediacare@yahoogroups.com mediacare%40yahoogroups.com,
Nawarih NAWARIH@ wrote:
 
  Setelah membaca postingan tentang grasak grusuk yang terjadi di
rumah
  tua Muhammadiyah dan NU, saya coba kunjungi situs muhammadiyah
dan
  saya temukan sebuah tulisan dari redaksi Suara Muhammadiyah.
 
  Quote;
  Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami cobaan karena
sedang
  diacak-acak oleh idelogi politik lain yang kehadirannya seperti
lebih
  berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai quwwah
 
  Meski tulisannya pendek tapi saya bisa menangkap 'kegerahan'
  muhammadiyah terhadap aksi serobot aset dan kader yang dilakukan
oleh
  oknum yang dimaksud. Meski tidak menyebutkan nama institusi tapi
dari
  tulisan Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi
ajaran
  agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan
atas
  nama agama hehe...sepertinya ga' jauh - jauh dari temen2-nya
  bung Wido, bung ibnu dll.
 
  Muhammadiyah sebuah ormas yang sudah cukup tua dan mengalami
berbagai
  dinamika politik di negeri ini, sepertinya tidak menyangka
jika 'anak-
  anak muda' yang baru terjun dan demam politik itu berani dan tega
  melakukan manuver politik kotor ke jantung organisasi mereka.
  Kader mereka di partai2 sebelum reformasi dan pasca reformasi
sebut
  saja PG, PPP dan terakhir PAN -partai yang ketuanya juga adalah
ketua
  PP Muh- masih ada rasa sungkan dan tau diri untuk mengacak - acak
  rumah tua muhammadiyah maupun NU, apalagi sampai melakukan aksi
  sabotase.
 
  Well, pak Hasyim dan Pak Din, sepertinya anda harus kerja ekstra
  keras lagi untuk merangkul / menarik kader dan aset yang
  telah 'dijarah' tersebut.
 
 
  http://www.suara-muhammadiyah.or.id/sm/Majalah/SM02-16-31-Januari-
07-
  Genap/Politik-Quwwah-atau-Fitnah-.html
 
  Politik: Quwwah atau Fitnah?
  Selasa, 16 Januari 2007
  Assalamu'alaikum wr wb,
 
  Pembaca yang terhormat, kegiatan politik jika dikelola secara
benar
  dan penuh etika sesungguhnya dapat menjadi pilah kekuatan
(quwwah)
  Islam. Artinya 

[mediacare] Dari Financial Times

2007-02-13 Terurut Topik banyu urip

*Flood relief takes centre stage in Jakarta poll *

By John Aglionby in Jakarta

Published: February 9 2007 00:13 | Last updated: February 9 2007 00:13

Joko Teporoso has no doubt who is providing the most relief to the six
families taking refuge in his three-room house in the Bangka area of south
Jakarta after floods hit their homes on Thursday for the second time in six
days.

It's definitely the PKS, he says, referring to Indonesia's Islamic-based
Prosperous Justice party. Some other parties have given a little but the
PKS is providing three meals a day, clothes and medicine.

With the first direct election of the Jakarta governor seven months away,
prospective candidates and political parties have been distributing and,
perhaps more importantly, being seen to be distributing aid.

The PKS is known to emulate Middle Eastern groups such as Hamas and
Hizbollah in its approach to social programmes, and is the party most
closely watched.

Its extensive relief operations during the 2002 Jakarta flood catapulted it
to a prominence that in 2004 helped it to win a third of the seats on the
city council, where its members form the largest political bloc. Though its
leaders deny so publicly, the PKS is still believed to harbour dreams of
bringing shariah law to the world's largest Muslim nation.

Two dozen districts across Indonesia, including Tangerang, which borders
Jakarta, have introduced aspects of Islamic rule. There are concerns that if
the PKS won the governorship in addition to holding 25 of the 75 council
seats, some form of Koranic law might come to the capital.

The PKS appears to be sparing little effort in its relief drive. With 200
relief posts, it has twice as many as Golkar, its nearest rival, and is the
only party that regularly trains flood response teams. Adang Dorodjatun, the
PKS candidate for governor, has also been distributing aid in up to four
areas daily.

Sariman, secretary of the branch office covering Bangka, says: Our
philosophy is to teach people that the PKS is not just about politics and
elections. We want to be part of the community; to serve the people 24 hours
a day. If the effect is that people vote for us come election time, then we
won't complain.

None of the other parties pretends its efforts are anything other than
campaigning. Firman Subagyo, head of Golkar's people welfare section, says:
It can't be denied there's competition between the political parties to win
people's sympathy through social activities and the emergency response to
natural disasters.

Parties that do nothing will be deserted. Social activities are part of
every political party's efforts to maintain support.

Golkar on Wednesday deployed the wife of Jusuf Kalla, the vice-president and
its leader, to spearhead its relief distribution effort. The moderate
Islamic National Awakening party drew attention to its efforts thanks to the
presence of Abdurrahman Wahid, its patron and former president.

The Democrat party, which came second in the 2004 council election,
benefited from having President Susilo Bambang Yudhoyono, its leader, wading
through the floodwaters as early as last Friday afternoon, hours after
Jakarta's rivers started to burst their banks.

No one is trying to score too many points with fiery speeches yet, however.

Paul Rowland, Indonesia director for the National Democratic Institute, the
overseas arm of the US Democratic party, says: It might be seen as taking
advantage of people's misery if you do that now.

Sarwono Kusumaatmadja, a former environment minister, serving legislator and
governor candidate, says the PKS presents a tough challenge. But like many
analysts, he believes it will have to drop categorically any desire to
introduce shariah law if it wants to win and retain the governorship of
Indonesia's freewheeling capital.

In spite of the hardships and difficulties Indonesians are facing, the
mainstream has always been moderate and I don't see that changing, he says.
I see the PKS drifting towards the moderate centre, the same way as the
[now-ruling] Islamic [Justice and Development] party did in Turkey.

*Additional reporting by Taufan Hidayat*

Copyright http://www.ft.com/servicestools/help/copyright The Financial
Times Limited 2007