[mediacare] Acara Fenomena di TransTV dengan Topik Tafsir Mimpi

2007-08-06 Terurut Topik leonardo rimba
Acara Fenomena di TransTV dengan Topik Tafsir Mimpi
===

Oleh: Drs. Leonardo Rimba, MBA


Stasiun TV swasta TransTV menayangkan acara "Fenomena"
dengan topik "Tafsir Mimpi" pada tanggal 8 Juli 2006,
jam 00:30 pagi. Dalam acara itu ditampilkan 3 orang
nara sumber secara berurutan. Nara sumber yang pertama
adalah Ki Joko Bodo, seorang paranormal kondang, yang
muncul dengan setumpukan buku primbon. Menurut dia,
mimpi2 itu perlu dicek maknanya dengan buku primbom.
Well,... itu pendekatan dia lah, I don't care about
that. Megang buku primbon aja saya gak pernah. Dan gak
pernah tertarik untuk guthak-gathik-gathuk mimpi orang
yang ditanyakan kepada saya dengan cara consulting
with a primbon book.

Setelah Ki Joko Bodo, acara TransTV di awal pagi
dengan topik "Tafsir Mimpi" itu menampilkan Dekan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ibu Dekan
itu tampil dengan kehati-hatian seorang akademisi,
bicaranya perlahan dan, saya merasa, seperti dia
sendiri tidak yakin dengan apa yang diucapkannya.
Kalau Ki Joko Bodo di-shoot di dalam rumahnya yang
penuh pernak-pernik Jawa, Ibu Dekan F. Psi. UI itu
di-shoot di dalam ruang kerjanya yang tampak "steril".
Bicaranya juga steril, menurut saya. Sigmund Freud
dikutipnya dengan suara yang nadanya datar. Tidak ada
penekanan suatupun. Semuanya sama saja yang, mungkin,
persis seperti kalau dia memberikan kuliah. 

Terakhir di acara itu dimunculkan saya sendiri yang
lalu berbicara apa adanya, ceplas-ceplos,... tanpa
memperdulikan primban-primbon maupun mengutip teori2
dari Sigmund Freud maupun Carl Gustav Jung. Bukannya
saya gak ngerti Freud ataupun Jung, tetapi saya
langsung membawa apa yang ditanyakan ke the heart of
the matter. Saya ingat waktu itu jam 10 malam, crew
TransTV datang ke rumah saya di Pondok Cabe, Jakarta
Selatan, dan langsung melakukan shooting saat itu
juga. Pewawancaranya Mas Gede yang berasal dari Kota
Singaraja, Bali Utara. Saya jelaskan kepada dia bahwa
mimpi itu adalah refleksi dari Alam Bawah Sadar
(subconscious) manusia. 

Saya tidak bertele-tele, tapi langsung saja mengatakan
kepada pewawancara bahwa apa yang dimunculkan di mimpi
seseorang itu selalu memiliki makna. Ada yang maknanya
untuk "release" hormon belaka. Mimpi2 seksual biasanya
untuk release hormon. Kita semua tahu toh apa yang
namanya "mimpi basah". Itu untuk release hormon dan
tidak banyak artinya secara kejiwaan. Ada pula mimpi
yang release "tension". Kalau di tempat kerja banyak
stress, maka akan muncul mimpi2 tertentu yang bisa
melepaskan stress emosional itu secara cepat dan rapi.
Jadi, jiwa kita memang memiliki mekanisme untuk
release stress di tempat kerja.

On the other hand, ada mimpi2 yang bermakna mendalam
karena berisikan simbol2 dengan arti tertentu. Waktu
itu saya berbicara tentang Candi Borobudur dan saya
terangkan bahwa Borobudur itu adalah suatu simbol,
simbol dari perjalanan anak manusia dari Dimensi
Naluriah, melewati Dimensi Emosional dan, akhirnya
mencapai Dimensi Intuitif dimana hubungan langsung
dengan yang Illahiah bisa tercapai dan dinikmati. Saya
bilang: Borobudur adalah Mandala,... Mandala adalah
simbol dari Mikrokosmos atau diri kita sendiri secara
fisik dan kejiwaan dan, sekaligus, sebagai simbol dari
Makrokosmos atau Alam Semesta. Borobudur adalah sebuah
Mandala. Tubuh kita sendiri adalah sebuah Mandala.
Alam Semesta ini adalah sebuah Mandala. Mandala adalah
perwujudan konkrit dalam suatu bentuk yang bisa
dipahami bahwa segala sesuatunya itu bisa dimengerti.
Simbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.
Sesuatu yang lain itu bisa saja besar sekali
cakupannya,... Alam Semesta, misalnya, itu kan besar
sekali cakupannya. Tetapi, dengan disimbolkan dalam
suatu bentuk yang cukup sederhana seperti sebuah
Mandala, maka Kesadaran (consciousness) kita akan bisa
memahaminya. Tujuannya memang itu, tujuan dari segala
simbol2 itu adalah agar Kesadaran kita bisa
memahaminya. Bahkan Alam Bawah Sadar (subconscious
mind) kita selalu berusaha agar simbol2 yang
ditampilkannya di mimpi2 kita itu muncul dalam bentuk
yang sesederhana mungkin. Tentu saja demi tercapainya
tafsir mimpi yang akurat dan bermanfaat bagi Kesadaran
kita sendiri.

Dan simbol2 itu tidak bisa ditafsirkan dengan
semena-mena dengan menggunakan buku2 primbon yang
berasal dari budaya Jawa belaka seperti dipaparkan
oleh Ki Joko Bodo. Well, itu urusan dia lah. Dia kan
tidak berhubungan dengan orang2 dari segala bangsa
seperti saya. Saya berhubungan dengan orang dengan
segala macam latar belakang, dan saya tahu bahwa
simbol2 itu akan berarti berbeda bagi orang yang
berbeda. Simbol2 yang bentuk fisiknya sama bisa
berarti beda bagi orang2 dengan latar belakang
berbeda. Borobudur akan berarti tertentu dengan
seseorang yang lingkungan primordialnya berasal dari
Jawa bagian tengah. Tetapi, apakah itu akan berarti
sama bagi seseorang yang berasal dari Sulawesi,
misalnya? Tentu saja tidak. Arti 

[mediacare] ATHEISME dan UNIVERSALISME

2007-07-04 Terurut Topik leonardo rimba
Dear Friends, berikut adalah percakapan antara saya
dengan Rekan Zainal dan Rekan Nyoman (nama samaran) di
Yahoo Messenger tentang ATHEISME dan UNIVERSALISME.
Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan lainnya. (Leo).


+

PERCAKAPAN I: 


Z = Zainal
L = Leo

Z: Siang Pak Leo..

L: Anything I can do for you?

Z: Bisa saya tanya2..?

L: Bisa, about what?

Z: Saya lihat postingan di atheis yahoogroups.

L: Hm,.. your question is?

Z: Siapa Pak Leo ini?

L: Me, Leonardo Rimba is my real name...

Z: Maksudnya, profesi bapak?

L: I give counselings to people who ask masalah rumah
tangga, kerja, dsb..

Z: Apakah bapak percaya tuhan itu ada?

L: Yes, definitely. We are part of God, one big God.
And we are small gods.

Z: How come?

L: I feel it, everybody is connected with everybody
else, we are all connected...

Z: I know.

L: The sum of all of us and more is God.

Z: You felt that, but I don't... I don't believe in
god at all.

L: No problem. I have no problem at all with that
because "God" as most people understand is only a
concept, a construct.

Z: I also don't believe in faith.

L: Faith has 2 meanings. 1) Faith as a concept, 2)
Faith as an experience, a personal experience. I have
faith as a personal experience. So, no matter what
people say, I have my faith because it is based on
personal experience and not on what other people write
or say. I experience God in me.

Z: Ok

L: I talk about what I experience, I talk from
experience.

Z: You mean, we live our life inside the construction
we made ourselves??? ...then I don't feel God...

L: So what?

Z: So there's no god for me..

L: Good. You wont't change a bit whether you believe
in God or not.

Z: So there's nothing wrong?

L: No, nothing wrong, just be yourself, you know what
you are...

Z: That's great!

L: You know your identity.

Z: Sure.

L: You know where you are going.

Z: Absolutely.

L: And you know your so-called "mission" in life. You
are not afraid to live, neither are you afraid to die.
You respect other people, you respect yourself also.

Z: It's a must.

L: Hence, believing in God or not won't change you a
bit.

Z: That's the tipping point of life.

L: It's just a matter of how people see themselves
related to a convention, tradition. Believing in God
has become something like tradition to us. We are
enslaved by it, to some degree. In my opinion, if you
are comfortable with what you are right now, then it's
ok. If you are ok, God (or UnGod) is ok.

Z: Let me know, do you have a name for your faith...
just for identifying?

L: Well,.. I don't name it for sure. Some people call
it Universalism. I believe in the universality of all
humanity disregarding their religions or irreligions.
The Universality of all religions, the understanding
that all religions teach the same principles.

Z: OK, I got it.

L: Good. So, we are on the same footing, I believe... 

Z: Yes, we live under the same sun, we walk under the
same moon, then why can't we live as one?

L: We live as one despite all our differences. We are
one, I believe it, one humanity. We are one species,
the species of Human Being; with many varieties: races
and ethnicities; with many belief systems: religions
and traditions; with many habits: cultures and tastes.
Yet, despite all those differences, we are still one.
Human Beings.

Z: Thank you... so there's nothing to be debated at
all, right?

L: Ha ha.. Well, I'm too busy helping people. I can't
afford to debate. Nice talking with you Mas. Bye!

Z: Oh, I don't need your help, for your note!

L: Sure.

Z: I just wanna know your contention about this
conception.

L: Good.

Z: Ok thanks. Nice to talk with you!

L: Welcome. Nice talking with you. Bye!

Z: Anyway, why do you speak English?

L: I used to live in the States. Atlanta, Georgia,..
Pennsylvania years ago. I got my masters degree there.

Z: But are you an Indonesian?

L: I'm an Indonesian.


+

PERCAKAPAN II:


N = Nyoman
L = Leo

N: Selamat siang, Pak.

L: Siang, dengan siapa ini?

N: Saya Nyoman Budiana, 33, Denpasar.

L: Ada yang bisa saya bantu Mas Nyoman?

N: Apa arti sensasi yang saya rasakan diantara kedua
alis saya? Kadang2 muncul, tidak tentu.

L: Itu sensasi fisik dari Cakra Ajna. Agar stabil,
anda perlu meditasi di Cakra Ajna dan lepaskan segala
keterikatan dengan yang sifatnya ritualistik itu.
Ambil essensi dari segala ritual, dan bawa itu ke
pemahaman anda.Dan lepaskan segala perasaan bersalah
karena tidak menjalani ritual seperti leluhur anda
jalankan. Itu yang aku lihat dari sini.

N: Hmm, terima kasih. Ada hubungannya dengan Mata
Ketiga yang selama ini Bapak jabarkan? atau hanya
sensasi fisik dari Cakra Ajna saja?

L: Ada hubungannya. Please baca tulisan2 aku ya? Mata
Ketiga itu tempat upacara yang sesungguhnya. Tempat
suci yang sesungguhnya, dan bukan macam2 pura itu. Dan
itu ada di diri kita sendiri. Mata Shiva, itu
istilahnya d

[mediacare] Kompleksitas adalah wujud ketidaksempurnaan

2007-06-10 Terurut Topik leonardo rimba
Kompleksitas adalah wujud ketidaksempurnaan
(Inspired by A whom I love)


Kompleksitas adalah wujud ketidaksempurnaan.
Complexity is the nature of imperfection. Because we
are imperfect, we are complex, complicated. The more
perfect we become, the more simple our lives will be.

Kita mau yang simpel-simpel saja kan? Tapi yang simpel
itu ternyata harus melewati yang complicated, harus
jatuh bangun, harus sakit dulu. Kalau tidak merasakan
sakit, kita tidak akan jera, kita akan terus menerus
mencari yang complex. Yang katanya canggih,
sophisticated. Pedahal, sophistication adalah
kata lain dari complication. Complicated juga
akhirnya.

Inilah manusia, memang imperfect. Kalau kita sudah
perfect, kita tidak akan ada disini lagi. Selama belum
perfect, we have to stay here. Again and again. Again
and again. Capai memang... 

I can feel what you feel. Capai, sakit. Rasanya tidak
mau terima. Tapi sudah terjadi, dan tidak bisa bilang
apa-apa. Dan orang lain tidak ada yang bisa mengerti.
Mereka pikir itu biasa-biasa saja. Pedahal tidak
biasa. Tidak biasa. Bukan hal yang biasa. Ada sesuatu
yang dihargai di dalam diri. Dan itu hilang dengan
begitu saja. Dan orang lain tidak mengerti. 

Apa yang berharga? Harganya sama kan? Tidak ada yang
hilang kan? begitu pendapat orang lain. In terms
of money, tidak ada yang hilang. But, in terms of
something that you feel you have to hold on you
lost. Yes, you lost. 

Yet, life is about losing, isn't it? We lose and lose
and lose until we lose everything, even ourselves.
We lose everything until we have nothing. Then, and
only then shall we realize what life really is. It's
about being. Being. About to be. 

To be ourselves. To become we, as persons. As a
person. As an individualized person, as a personality.
And as such, we need nothing. 

I, you, we, they, everybody... We need nothing to
possess. Nothing defines ourselves. We as we
are. You as you are. Me as I am. Completely without
any material things attached... Pure as a baby newly
born. Isn't it our true nature?

Tentang Leo:
----
Leonardo Rimba adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Leo bisa dihubungi di
HP: 0818-183-615. Email: <[EMAIL PROTECTED]>.



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[mediacare] Can dreams kill you?

2007-06-06 Terurut Topik leonardo rimba
Dear Friends, seorang rekan yang kita sebut saja
bernama DONI baru saja bercakap-cakap dengan saya
tentang "being empty". Buat yang tertarik, inilah
cuplikannya:



DONI: Aku baru baca tulisanmu di milis tentang being
empty

LEO: Ok, anything I can do for you?

DONI: Aku cuma mau bertanya, if you are empty, where
are you?

LEO: Here. We are always Here and Now.

DONI: Jadi tidak perlu memperdulikan masa lalu ataupun
masa depan?

LEO: Of course not, we can never live in the past or
the future. We always live in the present. In the Now.
Here and Now. You asked where we are. The answer is,
We are here. Here and Now.

DONI: Lalu apa yang membuat kita bergerak? Dimana
posisi impian, dalam 'here and now'? Hanya mengikuti
waktu dan membiarkan yang terjadi, terjadi saja?

LEO: Hmm.. if you could follow it, they revolve around
us... We are still, here and now, and those impians
revolve around us. But only if you could accept it. We
never leave our abode, heavenly abode. We are still 
from the beginning till the end. We are always still
in eternity...

These "activities", these "dreams" all revolve around
us. We ourselves never leave our heavenly abode.

Yet, such understanding is not for everyone. You could
accept that if you wish, or reject it, I won't have
any problem. But, since you asked me, I answered you.

LEO: Any other question?

DONI: Aku sedang dalam keadaan yang tidak kusukai,
this is not my dream, not what i want. I am thinking
that I should change the condition. My friends are
telling me that my dreams are killing me. That I am
too hard on my self. Can dreams kill you?

LEO: No, definitely no. Ignore those who told you such
BS. Ignore them, ok?

DONI: Thanks you for the advice. Sampai jumpa di milis
Selamat beraktivitas!

LEO: Selamat beraktifitas juga!. Have a nice day!

Tentang Leo:

Leonardo Rimba adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Leo bisa dihubungi di 
HP: 0818-183-615. Email: <[EMAIL PROTECTED]>.




 



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[mediacare] Kosong akan bikin kita siap menerima apapun

2007-06-05 Terurut Topik leonardo rimba
Dear Friends: the following is a conversation between
Linda and myself last night. Buat yang tertarik, may
you find it useful. Gitu aja.



Linda: Gimana Mas Leo mengatasi masalah pribadi, apa
masih ada waktu?

Leo: Masalah pribadi sendiri?... I ignore it. Gak mau
mikirin diri sendiri, lebih enak bantuin orang.

Linda: Really?

Leo: Mikirin diri sendiri lebih capek. Gak bisa
obyektif. Jadinya kesel doang.
 
Linda: Apa ada latihan untuk meng-ignore masalah
pribadi?

Leo: No, it's my own method... gak usah dipikirin,
gitu azzah kok susah. We do what we can do. What we
can't do, we leave. We ignore. We don't think about.
Jadinya blank, tapi mendingan blank daripada kesel,
iya gak?

Linda: He he he, iya sih. Kosong akan bikin kita siap
menerima apapun. Iya kan?

Leo: Ya, empty. Basically we are empty. Jati diri kita
adalah empty. Empty bukan emptyness. Empty is empty.
Kosong. Kalau kita meditasi mau menemukan jati diri,
dan meditasi sampai optimum, kita akan tahu bahwa jati
diri kita ternyata tidak ada. Di dasar diri kita, kita
empty.

Linda: Iya.

Leo: Karena kita tahu kita empty, kita mencari segala
sesuatu untuk mengisi diri kita yang empty itu. Memang
bisa diisi sampai suatu titik tertentu. Tapi setelah
itu apa? Empty lagi. Dan harus diisi lagi.

Linda: Yup!

Leo: Kita mencari sesuatu lagi. Terisi lagi. Lalu
empty lagi. Begitu seterusnya tak ada habis-habisnya
selama kita masih hidup... Ada yang mau mengisi itu
dengan Tuhan. Tapi apakah itu Tuhan? Atau cuma konsep
Tuhan? Cuma spiritual masturbation doang kan?...
Sebenarnya kita ini empty. God creates us empty. Kalau
sudah bisa menyadari itu, hidup akan bisa berasa lebih
enak, bisa ikhlas dan pasrah.

Linda: Iya.

Leo: Kayak aku (cielee..). Well, mungkin orang lain
akan bilang aku apathetic. Apatis. Mungkin ya, mungkin
pula tidak.

Linda: But?

Leo: I have experienced extremes. I experienced things
from extreme to extreme. I know what it is to feel
hurt.

Linda: Ekstrim dalam hal apa?

Leo: Ekstrim dalam hal social copulation.

Linda: I see.

Leo: Kopulasi sosial, senggama sosial... You could
interprete it as you like. I experienced extremes. And
I know it's not wise to go into extremes. And that's
what I counsel with people now. I counsel people not
to go into extremes. I could say that with certainty
because I have experienced extremes myself. Sudah
merasakan sendiri sakitnya. Kalau orang mau menerima,
that's good. Tapi kalau gak mau terima juga gak apa
apa. It's their lives. They have to decide for
themselves. Tapi memang kalau ditanya aku cuma akan
bilang: please be a moderate. Take moderation. That's
the only general solution for our problems.

Tentang Leo:

Leonardo Rimba adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Leo bisa dihubungi di 
HP: 0818-183-615. Email: [EMAIL PROTECTED]



Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[mediacare] Kita tetap berhak memilih ya?

2007-06-04 Terurut Topik leonardo rimba
ewe ae.

Tentang Leo:
----
Leonardo Rimba adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Media massa yang pernah
meliputnya antara lain: Koran Tempo, RCTI, AnTV, dan
TransTV. Leo sering muncul dalam acara bakti sosial,
baik bagi kalangan lokal maupun ekspatriat di Jakarta,
dan bisa dihubungi di HP: 0818-183-615. Email:
leonardo_rimba@ yahoo.com. Di internet, Leo dikenal
sebagai seorang pengamat fenomenon indigo, dan sering
diasosiasikan dengan Vincent Liong, the foremost
indigo kid in Indonesia... Bersama Audifax, Leo
menulis buku "Psikologi Tarot" yang akan diterbitkan
oleh Penerbit Jalasutra, Bandung. Wait for it!

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[mediacare] (Mas Leo) Aku bahkan tidak mengenal diriku sendiri (2)

2007-06-01 Terurut Topik leonardo rimba
 masih sekolah dulu, dan berharap bisa
membuat beliau mau menerima saya kembali.
 
Mas Leo, sering saya berpikir kalau mati adalah yang
terbaik, tapi bagaimana dengan putri saya ??? Dia
tidak berdosa, saya benar-benar tidak bisa keluar dari
masalah ini. Saya berhasil meraih ambisi saya, posisi
pucak, gelar dan semuanya, tapi di sisi lain saya
bukan siapa-siapa, saya bukan mama yang baik dan saya
adalah anak yang durhaka. Kadang saya merasa
ketakutan, besok, lusa atau minggu depan entah apalagi
yang harus saya hadapi, menangis... sudah terlalu
sering, sabar, nrimo... sampai kapan??? Saya sudah
capek dengan semua ini. Di setiap doa saya, saya hanya
mohon untuk kembalikan kehidupan saya yang dulu,
biarlah saya kembali ke semula tapi saya masih bisa
tersenyum.

Sekali lagi terima kasih Mas, bantuan Mas Leo
benar-benar saya harapkan
 
Best Regards,
Asmaradhani
 
---
Catatan dari saya: 

Mbak Asmaradhani menerima segala saran dari
rekan-rekan lainnya untuk menemukan solusi bagi
masalah yang dihadapinya. Saran yang diberikan bisa
diposting di milis atau di-japri-kan ke saya. Terima
kasih sebelumnya. (Leo)

Tentang Leo:
---
Leonardo Rimba adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Media massa yang pernah
meliputnya antara lain: Koran Tempo, RCTI, AnTV, dan
TransTV. Leo sering muncul dalam acara bakti sosial,
baik bagi kalangan lokal maupun ekspatriat di Jakarta,
dan bisa dihubungi di HP: 0818-183-615. Email:
leonardo_rimba@ yahoo.com. Di internet, Leo dikenal
sebagai seorang pengamat fenomenon indigo, dan sering
diasosiasikan dengan Vincent Liong, the foremost
indigo kid in Indonesia... Bersama Audifax, Leo
menulis buku "Psikologi Tarot" yang akan diterbitkan
oleh penerbit Jalasutra, Bandung. Wait for it!


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[mediacare] Kasus Rumah Tangga - Bantuan Virtual

2007-05-29 Terurut Topik leonardo rimba
ukan/pemecahan yang bisa diterima oleh
kedua belah pihak. (dan yang utama adalah orang yang
mau didengar pendapatnya oleh kedua belah pihak) Dan
dihadapan orang tersebut kedua belah pihak harus
mencoba berbicara saling terbuka satu sama lainnya dan
membicarakan masalah apa saja yang mereka tidak sukai
terhadap pasanggannya. (kedua belah pihak harus saling
membuang ego yang berpendapat "saya benar").
 
semoga bermanfaat
 
BR




Bantuan Virtual 3: Dari Rekan Hiung
---


Pak Leo, saya coba kasih sarankan berikut ini, mohon
bisa dicopy and paste dalam email Pak Leo

1. sampai kapanpun dua insan manusia tidak akan cocok,
pasti banyak perbedaannya. Mind set harus dirubah
bahwa dua manusia itu berbeda, terima perbedaan
pasangan anda dan jangan memaksakan pasangan anda apa
yang anda 
kehendaki

2. jangan terlalu mengharapkan apa yang menurut
pasangan anda harus lakukan terhadap anda

3. bukan masing-masing melakukan apa, tapi anda harus
melakukan bagian anda sebagai istri, jadilah istri dan
ibu yang baik. Jangan berharap terlalu banyak bahwa
anda bisa merubah pasangan anda.

hiung

Bantuan Virtual 4: Dari Rekan Katro
---

Mas Leo ,saya walaupun katro begini dan belum
nikah,ada yg saya bingung dari kasus ini,saya perlu
tau yg perempuan itu anak keberapa dan bgt juga yang
laki,dan asal mereka dari mana?apa ikut orang
tua?terus orang tua dari yang mana?perempuan kerja
dimana? juga yang laki kerja atau tidak dan kerja
dimana ?masalah apa yang membuat sensitif? hubungan
sexual bgm? saya baca sendiri berjauhan,maksudnya apa?
banyak data yang belum saya dapat dari kasus ini,kalau
sudah ada mungkin saya dapat bantu,krn saya belum
dapet yah saya minta tau dulu,agar tidak salah kasih
masukan.
sementara katro gilo hanya bilang ini kasus yang
aneh.


Bantuan Virtual 5: Dari Saya Sendiri

Mbak Susi yang Baik,

Life is a process. I perceived that you are too
pessimistic. Terlalu pesimis menghadapi hidup ini.
Saya bukan bilang itu jelek, tetapi sebagai manusia
kita harus balance. Kalau terkadang pesimis, kadang
lainnya kita juga harus optimis. Pesimisme yang
diimbangi dengan optimisme akan menghasilkan
pragmatisme: suatu sikap yang pragmatik. Pragmatik
berarti praktikal. Dan praktikal berarti praktis.
Bersikap praktis berarti melakukan apa yang harus
dilakukan tanpa merasa perlu untuk berhandai-handai
dan recreate ulang kejadian-kejadian yang telah lewat.
Masa lalu tetaplah masa lalu. Tetapi hidup harus jalan
terus. Makanya: kita tetap hidup di masa sekarang. We
always live at the present. And from the present we
create our future. Always like that. The principle
runs like that.

Kalau ada yang tidak memuaskan di hari ini, pasti ada
juga sisi yang memuaskan bukan? Syukurilah sisi yang
memuaskan itu. Contohnya: tidak semua teman seumuran
Anda telah menikah; yang telah menikah, belum semua
telah memiliki anak. Nah, Anda telah menikah, dan
telah memiliki anak pula. Bukankah itu patut
disyukuri?

Dari rasa syukur yang sedikit itu, akan muncul rasa
syukur yang lain lagi. Demikian seterusnya sehingga,
tanpa Anda sadari, sedikit demi sedikit hidup Anda
akan penuh dengan ucapan syukur terhadap Yang di
Atas... Rasa syukur itulah yang akan membawa
keberlimpahan dalam hidup Anda. Kalau tidak bersyukur
terlebih dahulu, mana bisa hidup berkelimpahan? Dan
berkelimpahan itu bukan hanya dalam bidang materi lho!
Kelimpahan adalah kebahagiaan, hubungan yang harmonis,
yang nyambung, yang saling mendukung.

It all starts by giving thanks to YME.

All the Best,
Leo


Tentang Leo:
____
Leonardo Rimba, adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Media massa yang pernah
meliputnya antara lain: Koran Tempo, RCTI, AnTV, dan
TransTV. Leo sering muncul dalam acara bakti sosial,
baik bagi kalangan lokal maupun ekspatriat di Jakarta,
dan bisa dihubungi di HP: 0818-183-615. Email:
leonardo_rimba@ yahoo.com. Di internet, Leo dikenal
sebagai seorang pengamat fenomenon indigo, dan sering
diasosiasikan dengan Vincent Liong, the foremost
indigo kid in Indonesia... Bersama Audifax, Leo
menulis buku "Psikologi Tarot" yang akan diterbitkan
oleh penerbit Jalasutra, Bandung. Wait for it!




Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[mediacare] To be a Woman, a Correspendence

2007-05-27 Terurut Topik leonardo rimba
nikahan, dan begitu
pula kata para pemuka agama yang meng-agamakan
pernikahan. Tapi, apakah seperti itu kenyataannya?

Lembaga perkawinan sebagai suatu continuous bargaining
antara seorang pria dan wanita yang mengikatkan diri
di dalamnya tidaklah seperti yang digembar-gemborkan
selama ini. Itu sudah tidak realistis lagi. Memang ada
fenomenon "falling in love". Tetapi, apakah falling in
love itu bisa bertahan selama-lamanya? Most possibly
tidak mungkin... Living happyly ever after juga cuma
ditemui dalam kisah Cinderella dan Sleeping Beauty.

You are beautiful, but you are _not_ Sleeping Beauty.
Zadi, gak perlu ada pangeran guanteng banget itu yang
membangunkan sampeyan dari tidur soentoek karena gak
ada pria yang bersedia mengorbankan dirinya, etc, en
so on, en so forth.

Gak ada itu yang namanya romantis-romantisan sampe
kakek ninen. Kalaupun ada, itu adalah romantis picisan
yang dipaksakan. Pada nyatanya sudah gak cocok, sudah
gak serasi... walaupun, pada saat hormon seks masih
hot-hotnya,. .. pernah serasi. Waktu hormon menurun,
keduanya, baik pria maupun wanita itu yang sudah
melewati berbagai upacara adat, hukum, sosial, dsb...
yang notebene merupakan social pressure doang, yang
gunanya untuk menekan kedua mempelai agar bertahan
sampai mati, walau apapun gonjang ganjing perkawinan
mereka. Ini social pressure, dan banyak dari anggota
masyarakat kita yang mashochistis mengikuti social
pressure. Akibatnya jadi stress. Stress berat harus
hidup bersama istri atau suami yang ternyata sudah
tidak dicintainya lagi (baca: dicintai dalam hal
gairah seks atau gairah persahabatan) .

My Dear Mbak Vergie, kalau Anda menginginkan pria itu
untuk menjadi sahabat Anda (outside or inside
bedroom), go on. I have to tell you as honestly and as
directly as possible that I believe it is ok for
people who love each other to engage in romantic
relationships, outside or inside marriage.

Lalu, bagaimana bargainingnya? Bargaining atau
tawar-menawar adalah prerogatif Anda sebagai pihak
yang menginginkan relationship itu, sekaligus sebagai
pihak yang diinginkan. Anda tidak bersuami, dan
bargaining partner Anda ternyata beristri. Nah,
bagaimana caranya agar mencapai solution yang
memuaskan semua pihak tentu saja tergantung dari Anda
berdua.

Saya cuma bisa bilang bahwa kalau Anda mencintai
seorang pria, tidak akan menjadi masalah bagi Anda
apabila pria itu ternyata beristri (dan mungkin akan
tetap beristri). You love because you love.

Anda memiliki penghasilan sendiri. Dan saya yakin Anda
bukanlah wanita model masa lalu yang harus
menggantungkan harapan dan penghasilan dari seorang
laki-laki saja. Such kind of thinking is definitely
outdated. Sudah gak seperti itu, Mbak. Realitas sudah
berubah. Jaman sekarang orang mencintai karena
mencintai. Dan orang mencintai bukan karena duit yang
bisa dibawa oleh pihak laki-laki or pihak wanita.

On the other hand, kalau Anda merasa bahwa itu terlalu
ribet untuk engage dalam suatu relationship dengan
seorang pria menikah, then it's fine. It's definitely
fine karena saya melihat bahwa Anda akan bertemu
dengan pria lain lagi. Yang sama ok-nya, atau bahkan
lebih ok.

Sedikit lebih muda dari Anda gak apa-apa kan?

You are sexually enticing for men. You are
sympathetic. You are smart. You are still young. Yes,
you'll have a satisfying relationship with a mature
man, provided you stop putting syarat-syarat.

Syarat is negotiable. You are the person who
negotiate.

All the Best,
Leo


E-mail 7:


Ok deh Mas Leo, thanks untuk advisnya. Saya tunggu
perkembangan selanjutnya saja, soalnya dia sudah nggak
jelas maunya apa. Kadang-kadang capek jadi pihak yang
harus ngerti terus. Terus kalau soal kerjaan or karir
gimana ya? Waktu dan tenaga saya habis untuk bantuin
Mbak Cindy. Kadang-kadang bosan juga dan pengen
sesuatu yang lain.

Tapi kalau pun ada peluang, sering nggak tega juga mau
ninggalin Mbak Cindy. Soalnya semua keperluan dia
sudah biasa yang ngurusin saya. Jadi pengennya tetap
di kantor ini tapi punya bisnis sendiri juga.

Yaach..orang memang banyak maunya ya?

Best Regards,
Vergie


E-mail 8:
-

Dear Mbak Vergie,

OOhhh... how I was glad to receive your last letter. I
could perceive that you have grasped. Gra..ppped,,
what it meant to BEEE a WOOMAN. To be a woman is a
process. Nggak sekali jadi. Buanyak process harus
dilalui. Jatuh bangun. Kezedat zedut. Sakeet sekalih.

No problem, kata psikolog. No problem, kata Mas Leo.
No problem, kata Mas Ben... So what gitu loh?

Life is a process. We started life like a new page,
yang baru dibeli di TB Gramedia: starched white, putih
bersih tanpa noda. Ciee.. ileh (kata orang Jakarta).

Ya memang, begizulah keadaannya, says Mas Leo, tukang
ramal tarot yang sok tewu inih. Mau bilang apa lagih,
iya kan? Kita semua belajar. Mencintai seseorang zuga
belajar. Mencintai nih ye?

Ehem... Pokoke more or less like that lah!

You know how to make it lah!

All the Best,
Leo


Tentang Leo:

L

[mediacare] Menemukan Pencerahan di Kartu is Nonsense

2007-05-26 Terurut Topik leonardo rimba
Koran Kompas hari ini, Minggu, 27 Mei, 2007,
menurunkan tulisan berjudul "Menemukan Pencerahan di
Kartu". Di artikel yang a.l. ditulis oleh Maria
Hartiningsih itu diceritakan pengalaman seorang
pengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia,
Dr. Ruby yang, konon, menemukan pencerahan di
kartu-kartu tarot.

Kesan saya: What a nonsense!

Ya, saya kenal dengan Mbak Ruby yang menawarkan kepada
Vincent Liong untuk menggunakan tempat di Gedung Pasca
Sarjana, Universitas Sahid, untuk pertama-kali
mempresentasikan apa yang sekarang dikenal dengan nama
Kompatiologi. Itu sekitar satu tahun yang lalu. Saya
ingat bahwa Mang Iyus (Yuswan Setiawan) juga hadir.
Saya duduk di depan, membantu Vincent untuk tetap
tegar dan tidak nervous untuk melakukan presentasi di
depan sekitar 20 orang yang hadir saat itu, termasuk
seorang wartawati yang akhirnya melahirkan tulisan
tentang acara kami hari itu di koran the Jakarta Post.

Walaupun belum pernah menulis sesuatu tentangnya
sebelumnya, tanpa ragu-ragu saya akan menuliskan di
kesempatan ini bahwa Mbak Ruby termasuk aliran
"prenungan" yang tidak akan membawa pengikutnya
kemana-mana selain menipu dirinya sendiri. 

What is pencerahan sebenarnya? Apakah pencerahan yang
dicari-carinya itu, apalagi yang dicari-cari melalui
kartu tarot yang, konon, dicabut satu hari satu lembar
dan dipelototi untuk diserap sari pencerahannya. Sari
pencerahan apa? Nothing could be found there.

It's her problem, though. Kalau dia bisa menemukan
ketenangan diri yang semu di kartu-kartu itu,... then
go on, it's her life. Kartu is tetap kartu, walaupun
namanya tarot. Dan, menurut saya, sejuta jenis kartu
tarot yang tiap jenisnya berjumlah 78 lembar itu tidak
akan membawa pencerahan bagi seorangpun. Never.

Tidak pernah dan tidak akan pernah.

Itulah juga alasan sebenarnya kenapa saya harus
memisahkan diri dari Ani Sekarningsih yang sangat
berwatak manipulatif. Mbak Ruby yang pengajar di
Fakultas Psikologi UI itu adalah muridnya Ani
Sekarningsih yang tersohor dengan metode pelototan
kartu every day. 

Pelototi dan meditasikan, that's her dictum.

Dengan metode pelototannya itu, Ani Sekarningsih tidak
pernah bisa menguasai tarot, not even its
psychological aspect. And that notwithstanding the
fact that Ani Sekarningsih tetap mengasuh kolom ramal
meramal tarot di salah satu harian. 

Dan inkompetensi itu diwariskannya kepada Mbak Ruby
yang psikolog... Psikolog kok bisa dikadalin sama
seorang penulis novel yang berhasrat untuk diakui
sebagai seorang paranormal? Kok bisa? 

Ya, bisa saja. Incompetence breeds incompetence. And
it is imperative that I make a statement here that
menemukan pencerahan di kartu tarot seperti yang
diulas oleh Kompas hari ini is nonsense. Supaya saya
tidak diasosiasikan dengan metode-metode menyesakkan
dada seperti itu. Supaya saya tidak dianggap sama
seperti kelompok yang menutup kuping dan matanya
sendiri itu.

Sudah jelas mereka tahu bahwa kartu-kartu itu means
nothing. Simbol-simbol dalam kartu itu juga nonsense
kalau mereka tidak bisa melihat korelasinya dengan
dunia realita. Realitas kesadaran (consciousness) dan
realita alam bawah sadar (subconsciousness)... But
still, it wouldn't have stopped them from expecting
miracles from the cards. Enlightenment??? Cards??? 

Tentu saja mereka bisa bilang bahwa mereka juga
menggunakan alam bawah sadar. Ya, bisa saja. Tetapi,
opo buktine? Buktinya apa? 

Kalau benar mereka menggunakan alam bawah sadar dengan
prinsip-prinsip universal penerimaan diri tanpa batas,
tanpa syarat... tidak akan mungkin ekspressi
wajah-wajah mereka begitu penuh dengan syak wasangka
dan kekuatiran. Ada sesuatu yang diTEKAN. 

Please lihat foto-foto mereka di Kompas hal. 24 itu.
Saya melihat ada hal-hal yang ditekankan oleh Mbak
Ruby terhadap para peserta yang melihat dengan takzim.
TAKZIM??? Apakah itu pencerahan? 

No, it's nonsense they were talking about. And living
about too, possibly... Kalau mau pencerahan, we have
to _stop_ talking about pencerahan at all. We have to
be ourselves. And that's pencerahan. And that needs no
kartu. Tarot or whatever.  
 

Tentang Penulis:

Leonardo Rimba, adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader dan bidang lainnya dalam
ranah Psikologi Transpersonal. Media massa yang pernah
meliputnya antara lain: Koran Tempo, RCTI, AnTV, dan
TransTV. Leo sering muncul dalam acara bakti sosial,
baik bagi kalangan lokal maupun ekspatriat di Jakarta,
dan bisa dihubungi di HP: 0818-183-615. Email:
leonardo_rimba@ yahoo.com. Di internet, Leo dikenal
sebagai seorang pengamat fenomenon indigo, dan sering
diasosiasikan dengan Vincent Liong, the foremost
indigo kid in Indonesia... Bersama Audifax, Leo
menulis buku "Psikologi Tarot" yang akan diterbitkan
oleh penerbit Jalasutra, Bandung. Wait for it! 

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


[mediacare] Apa Kamu Lihat Aku Feminin?

2007-05-24 Terurut Topik leonardo rimba
Rekan-Rekan yang Berbahagia:

Rex, seorang pria berusia sekitar 23 tahun, mahasiswa,
belum kawin, yang kita kenal melalui posting
"Penyembuhan Emosional" mengirimkan satu pertanyaan
kepada saya sebagai berikut:

--- Rex <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Leo, apa kamu lihat aku feminin?
>
> Rex

Yang saya jawab seadanya seperti ini:

Dear Rex,

You are as feminine as you can be, even though your
sex is male. I am as feminine as I can be, even though
my sex is male. Vincent is as feminine as he can be,
even though his sex is male.

Kenapa ke-feminin-an seorang pria harus dipertanyakan?
Apakah Anda tidak tahu bahwa banyak pria yang secara
batiniah dan emosional lebih "feminin" daripada
wanita? Dan banyak wanita yang secara batiniah dan
emosional ternyata lebih "maskulin" daripada pria?

Femininitas dan Maskulinitas adalah dua kutub dari
satu kontinuum yang sama. Kontinuum afeksi... Dalam
kontinuum afeksi ini kita berkiprah memberikan
stimulus kepada orang-orang lain dengan menggunakan
energi bawaan yang kita miliki. Sebagian dari kita,
notwithstanding his or her sex, memiliki energi
afektif yang dominan maskulin. Sebagian memiliki yang
dominan feminin... Sebagian besar orang berada di
tengah-tengah. Energi afektifnya adalah campuran
maskulin dan feminin.

Apakah maskulin lebih bagus? Atau, apakah feminin
lebih bagus? Jawab saya: tentu saja tidak. Tiap jenis
energi afektif memiliki spesialisasinya sendiri.
Energi maskulin lebih untuk penyembuhan fisik. Energi
feminin lebih untuk penyembuhan emosional.

Stimulus yang bersifat maskulin lebih bersifat direct,
to the point. Kasar. Vulgar.

Stimulus yang bersifat feminin lebih bersifat
indirect, coy, hideous. Soft. Semilir.

Possibly at this time you could grasp what I mean by
masculinity and femininity. And this continuum of
masculinity vs femininity is not related at all with
sexual orientation. Orientasi seksual adalah hal yang
lain lagi. Anda bisa saja memiliki energi afektif
dominan feminin, dan secara seksual memiliki orientasi
utama hetero. Kok bisa?

Ya bisa saja. Namanya juga manusia hidup. Dan manusia
hidup itu memiliki variasi yang tak terhingga. Don't
believe all those BS preached by religious leaders or
ignorant psychologists. Dikatakan: Kalo cowok pasti
hetero, kalo gak hetero pasti homo. Gak begitu kok!

Hetero or Homo is orientasi seksual. Sedangkan
orientasi energi afektif bisa feminin, maskulin, atau
campuran keduanya... Jadi, bisa saja ada cowok yang
maskulin banget penampilannya tapi orientasi
seksualnya homo. Lalu, bisa juga ada cowok yang
feminin banget penampilannya, tapi orientasi
seksualnya hetero.

Apakah ada yang menyimpang? Of course not. Apanya yang
menyimpang? Segala pelabelan simpang menyimpang dalam
bidang kejiwaan itu kan cuma buatan para psikolog yang
kurang kerjaan itu. Segalanya dianggap menyimpang,
except themselves?? ?

Jadi, please be comforted in the understanding that it
is ok to be feminine. Yes, you are a male, and it is
100% ok for you to be feminine. It means you have an
inborn empathetic understanding toward others who
suffer. That you could accept other people as they
really are. That you are _not_ afraid to admit that
sometimes you are afraid. That you need other people
to warm you, to soothe you...

Those are real feminine qualities that we men have to
learn. Or, to be more accurate, to rediscover in
ourselves. Banyak nilai-nilai feminin yang kita
sebagai pria miliki telah kita buang waktu kita
menanjak dewasa karena masyarakat kita bilang bahwa
sifat-sifat itu "banci". Siapa yang "banci"???

Kalau saya bilang, yang "banci" itu adalah para pria
yang tidak mau mengakui kefemininan dirinya sendiri.
Tidak mau mengakui perasaan-perasaan halus yang
dimiliki oleh dirinya. Mereka pikir bahwa menjadi pria
harus menjadi seperti Rahwana, seperti Warok, seperti
the Devil seperti Dedemit. Whatever.

Mereka salah besar. We are the true men. We accept our
femininity as part of ourselves.

I love you, Rex.

All the Best,
Leo
HP: 0818-183-615 


Tentang Leo:

Leonardo Rimba, adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader. Media massa yang pernah
meliputnya antara lain: Koran Tempo, RCTI, AnTV, dan
TransTV. Leo sering muncul dalam acara bakti sosial,
baik bagi kalangan lokal maupun ekspatriat di Jakarta,
dan bisa dihubungi di HP: 0818-183-615. Email:
leonardo_rimba@ yahoo.com. Di internet, Leo dikenal
sebagai seorang pengamat fenomenon indigo, dan sering
diasosiasikan dengan Vincent Liong, the foremost
indigo kid in Indonesia... Bersama Audifax, Leo
menulis buku "Psikologi Tarot" yang akan diterbitkan
oleh penerbit Jalasutra, Bandung. Wait for it! 


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 


Re: [mediacare] Re: Majalah Kartini: "40% istri di Jakarta ternyata selingkuh"

2007-05-07 Terurut Topik leonardo rimba
Mbak Mawar Liar Merah yang Baik,

Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Irwan dan Pak Leo Rimba yth, maaf saya salah 
> menghitungnya karena begitu perplexed melihat 
> statistics itu. Apa Pak Leo mempunyai angka dalam 
> level nasional? Mudah-mudahan tidak akan begitu 
> drastis seperti di Jakarta. Kan seharusnya slogan 
> kita "Keluarga Erat, Negara Kuat"?!

Sayang sekali saya tidak memiliki angka statistik
perselingkuhan dalam level nasional. On the other
hand, apakah itu perlu?

Per definisi, perselingkuhan bukanlah perdagangan
komersil. Selingkuh berarti berhubungan romantik dan
seksual secara terus-menerus dengan orang yang bukan
muhrimnya. Tapi memang harus didefinisikan lagi, apa
yang dimaksud dengan selingkuh itu. Seorang rekan di
milis indotalks menulis kepada saya bahwa kalau ada
pasangan menikah yang saling jujur satu sama lain
untuk menjalin hubungan romantik-seksual dengan orang
lain, itu bukan selingkuh. 

Saya sendiri tetap berpendapat bahwa itu selingkuh.
Tapi selingkuh yang terbuka. Openly, honestly.
Something like "open marriage". Gitu lho!

Selingkuh adalah fenomena yang menjalar kemana-mana
seperti eceng gondok. Sekali dilempar satu, dalam
seminggu jadi seribu... Dari jaman dahulu sudah ada,
tetapi terbatas pada pria. Karena masa posmo ini
adalah era kesetaraan gender, maka saya mendukung para
wanita menikah untuk memperjuangkan haknya untuk
selingkuh juga. Kalau suaminya selingkuh dan tak bisa
tobat, obat satu-satunya hanyalah ikut selingkuh juga.

Anda menulis slogan: "Keluarga erat, negara kuat" 

Komentar saya: Who said that? Emangnya kita masih di
zaman totaliter? Negara NAZI???

All the Best,
Leo
HP: 0818-183-615 

Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com --- Begin Message ---
Bung Irwan dan Pak Leo Rimba yth,
  maaf saya salah menghitungnya karena begitu perplexed melihat statistics itu.
  Apa Pak Leo mempunyai angka dalam level nasional? Mudah-mudahan tidak akan 
begitu drastis seperti di Jakarta. Kan seharusnya slogan kita "Keluarga
  Erat, Negara Kuat"?!
   
  Sekali lagi mohon maaf, 
  MLM

IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Maaf, ralat..:-P
30% dari istri = 30% x 50% = 15%
60% dari suami = 60% x 50% = 30%
Total = 45% dari komunitas yang sudah menikah.. :-)

Sekali lagi maaf.. :D
CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

  On 5/7/07, IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote:  Koq itungannya jadi segitu 
Mbak? :-p
Mungkin, kalaupun mau digabung, bukan 90% dari penduduk Ibukota..
tapi 90% dari 'komunitas yang sudah menikah'  (married community).. :-)

Kan masih ada komunitas lain yang belum menikah atau t/berpisah 
dari pasangan menikahnya (hidup atau mati). Sekian persen dari
penduduk, toh.

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K  

  On 5/7/07, Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Majalah Kartini kok sensasional banget ya. Kalau tidak salah matematik saya
  30% isteri dan 60% suami jadi 90% penduduk ibukota ini yang telah menikah 
ternyata "ada main"? Bagaimana andai ada yang mendirikan Polisi Ahlak? Lalu 
  apa hukumannya didunia ini? Janganlah sampai di aplikasikan hukuman rajam 
karena penduduk Jakarta bisa susut secara drastis dan tidak akan mudah lho 
untuk mendatangkan dari pedalaman gantinya yang sama canggihnya dalam masalah 
politik, bisnis, pendidikan, penggelaran kriminalitas dan lain-lainnya. 
   
  MLM  

leonardo rimba  wrote: 

Selingkuh dan Konseling

Di kanan bawah cover depan majalah wanita "Kartini" 
edisi minggu pertama tahun 2005 ada tulisan: "Hasil
Penelitian Terkini: 40% Istri di Jakarta Selingkuh".
Lalu, dengan huruf lebih kecil dan agak sebelah bawah
tertulis: "Karena Suami Kurang Perhatian". 

Apakah maksudnya ? Sensasi atau nyata ? Obyektif atau
bias ? Penelitian ilmiah atau ecek-ecek ?

Apapun latar-belakang dari penelitian itu, awam
mengerti tanpa perlu penjelasan panjang lebar bahwa
perselingkuhan telah melembaga di Jakarta. Telah 
terjadi institusionalisasi perselingkuhan. Jadi, bukan
hanya pernikahan yang bisa dilembagakan,
perselingkuhanpun bisa.

Anggaplah, misalnya, bahwa penelitian yang diekspos
oleh "Kartini" agak dibesar besarkan. Anggaplah bahwa 
angka 40% itu terlalu besar, sehingga kita merasa
cukup fair bila prosentase para istri di Jakarta yang
selingkuh itu didiscount seperempatnya sehingga
menjadi 30% saja…

Berarti, satu dari tiga istri yang memiliki suami di
Jakarta telah pernah, sedang, atau akan menceburkan 
diri dalam perselingkuhan dengan pria lain. Memiliki,
pernah memiliki, atau berniat untuk akan memiliki Pria
Idaman Lain (PIL).

Dan asumsikanlah juga bahwa jumlah para suami yang
selingkuh berbanding lurus dua kali lipat disbanding 
para istri. Berarti: 2 X 30% = 60%…

Artinya: perselingkuhan dengan Wanita Idaman Lain
(WIL) telah, sedang, atau akan diniatkan untuk
dijalani 

[mediacare] Re: Majalah Kartini: "40% istri di Jakarta ternyata selingkuh"

2007-05-07 Terurut Topik leonardo rimba
Dear Friends,

Saya juga mau ralat nich. Data yang saya kutip itu ada
di Majalah Wanita Kartini edisi Minggu Pertama, Maret
2005. Jadi, sudah lebih dari dua tahun. So, logically,
dunia perselingkuhan Jakarta seharusnya lebih ok
sekarang ini. 

Lebih open. Lebih honest. Lebih satisfying. Isn't it?

All the Best,
Leo
HP: 0818-183-615

Note: forwarded message attached.


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com --- Begin Message ---

Maaf, ralat..:-P
30% dari istri = 30% x 50% = 15%
60% dari suami = 60% x 50% = 30%
Total = 45% dari komunitas yang sudah menikah.. :-)

Sekali lagi maaf.. :D
CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 5/7/07, IrwanK <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


Koq itungannya jadi segitu Mbak? :-p
Mungkin, kalaupun mau digabung, bukan 90% dari penduduk Ibukota..
tapi 90% dari 'komunitas yang sudah menikah'  (married community).. :-)

Kan masih ada komunitas lain yang belum menikah atau t/berpisah
dari pasangan menikahnya (hidup atau mati). Sekian persen dari
penduduk, toh.

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

On 5/7/07, Mawar Liar Merah <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Majalah Kartini kok sensasional banget ya. Kalau tidak salah matematik
> saya
> 30% isteri dan 60% suami jadi 90% penduduk ibukota ini yang telah
> menikah ternyata "ada main"? Bagaimana andai ada yang mendirikan Polisi
> Ahlak? Lalu
> apa hukumannya didunia ini? Janganlah sampai di aplikasikan hukuman
> rajam karena penduduk Jakarta bisa susut secara drastis dan tidak akan mudah
> lho untuk mendatangkan dari pedalaman gantinya yang sama canggihnya dalam
> masalah politik, bisnis, pendidikan, penggelaran kriminalitas dan
> lain-lainnya.
>
> MLM
>
> *leonardo rimba * wrote:
>
>  Selingkuh dan Konseling
>
> Di kanan bawah cover depan majalah wanita "Kartini"
> edisi minggu pertama tahun 2005 ada tulisan: "Hasil
> Penelitian Terkini: 40% Istri di Jakarta Selingkuh".
> Lalu, dengan huruf lebih kecil dan agak sebelah bawah
> tertulis: "Karena Suami Kurang Perhatian".
>
> Apakah maksudnya ? Sensasi atau nyata ? Obyektif atau
> bias ? Penelitian ilmiah atau ecek-ecek ?
>
> Apapun latar-belakang dari penelitian itu, awam
> mengerti tanpa perlu penjelasan panjang lebar bahwa
> perselingkuhan telah melembaga di Jakarta. Telah
> terjadi institusionalisasi perselingkuhan. Jadi, bukan
> hanya pernikahan yang bisa dilembagakan,
> perselingkuhanpun bisa.
>
> Anggaplah, misalnya, bahwa penelitian yang diekspos
> oleh "Kartini" agak dibesar besarkan. Anggaplah bahwa
> angka 40% itu terlalu besar, sehingga kita merasa
> cukup fair bila prosentase para istri di Jakarta yang
> selingkuh itu didiscount seperempatnya sehingga
> menjadi 30% saja…
>
> Berarti, satu dari tiga istri yang memiliki suami di
> Jakarta telah pernah, sedang, atau akan menceburkan
> diri dalam perselingkuhan dengan pria lain. Memiliki,
> pernah memiliki, atau berniat untuk akan memiliki Pria
> Idaman Lain (PIL).
>
> Dan asumsikanlah juga bahwa jumlah para suami yang
> selingkuh berbanding lurus dua kali lipat disbanding
> para istri. Berarti: 2 X 30% = 60%…
>
> Artinya: perselingkuhan dengan Wanita Idaman Lain
> (WIL) telah, sedang, atau akan diniatkan untuk
> dijalani oleh dua diantara tiga orang pria beristri di
> Jakarta… Fair enough?
>
>

--- End Message ---


[mediacare] Majalah Kartini: "40% istri di Jakarta ternyata selingkuh"

2007-05-06 Terurut Topik leonardo rimba
 banyak yang hidup di era lalu,
dicetak dalam masa Suharto yang lebih memilih
munafikisme daripada keterbukaan dan kejujuran
terhadap diri sendiri dan orang lain.

Dan itulah sebenarnya petunjuk yang harus kita ikuti
di jaman Paska Modern ini: keterbukaan dan kejujuran
terhadap diri sendiri dan sesama. Termasuk disini
terhadap pasangan hidup: terhadap istri, atau terhadap
suami.

Apa susahnya untuk berterus terang saja dengan
pasangan hidup dan mencari ijin untuk selingkuh ? Itu
ada, tetapi jarang. Yang banyak terjadi di Jakarta
adalah ijin selingkuh dari istri untuk suami tanpa ada
ucapan yang dikeluarkan. Istri tahu bahwa suaminya
selingkuh, tapi diam saja selama rumah tangga tetap
adem ayem. Aman tentram.

Suami sendiri biasanya tidak mau memberikan ijin
selingkuh kepada istri. Dan memang lebih sedikit lagi
istri yang meminta ijin selingkuh. Kalaupun terjadi,
akhirnya akan berupa saling berselingkuh,
kedua-duanya, suami dan istri sekaligus… Walaupun
begitu, malam tetap pulang ke rumah, dan tetap
berumah-tangga, dan tetap secara social mempertahankan
status di depan para kolega.

Hal-hal seperti itu hanya akan terbuka kepada
teman-teman dekat yang paling bisa dipercaya… Dan
kepada seorang pewacana tarot seperti saya yang tidak
pernah menghakimi klien-klien saya dengan nilai-nilai
baheula yang saya sendiri juga sudah tidak pakai lagi.

Tidak ada gunanya lagi kita “menakut-nakuti” manusia
Paska Modern dengan ancaman “neraka” dan imbalan
berupa “surga”. Sudah banyak yang tahu bahwa
konsep-konsep itu cuma simbol-simbol belaka.
Simbol-simbol yang artinya adalah pencaharian
kedamaian batin dan kesehatan jiwa di dunia ini, saat
ini, dan bukan di alam antah berantah setelah kita
mati nanti.

Tetapi itu juga bukan berarti tidak ada kode etik.
Bukan berarti bahwa moralitas sudah luntur. Tidak,
bahkan akan semakin kuat apabila kejujuran mulai
dipraktekkan. Jujur, dan bukan jurus tipu. Bicara, dan
bukan diam saja. Itu yang akhirnya saya pegang sebagai
rule of thumb untuk mereka yang konseling tentang
perselingkuhan. Tidak ada cara lain lagi selain jujur
melalui komunikasi yang terbuka. Kita semua sudah
dewasa kan? Untuk apa lagi berpura-pura?

Dan apabila pernikahan tidak bisa diselamatkan,
perceraian bukanlah akhir daripada segalanya. Apabila
dimulai dengan baik-baik dan diakhiri dengan
baik-baik, Tuhan juga gak akan marah kok…

Tentang Penulis:
 

Leonardo Rimba adalah alumnus Universitas Indonesia
dan the Pennsylvania State University, seorang
professional tarot reader. Media massa yang pernah
meliputnya antara lain: Koran Tempo, RCTI, AnTV, dan
TransTV. Leo sering muncul dalam acara bakti sosial,
baik bagi kalangan lokal maupun ekspatriat di Jakarta,
dan bisa dihubungi di HP: 0818-183-615. Email:
. Bersama Audifax, Leo
menulis buku "Psikologi Tarot" yang akan diterbitkan
oleh penerbit Jalasutra, Bandung. Wait for it!