Re: [mediacare] Foto Api Ledakan Pertamina yang Berlafal Allah Itu Asli

2006-12-16 Terurut Topik prastowo prastowo
Bung Wido,
Terus kira2 maknanya apa ya? Bangsa ini telah melupakan Allah atau kebanyakan menyeru nama Allah, atau Allah "meradang" kepanasan akibat ulah manusia yg memerkosa alam? Saya kira menarik ditafsirkan, tidak sekedar pro-kontra sli-tidak asli. Kalau asli lantas kenapa, kalo tidak gimana?

makasih dan salam,


pras

- Original Message From: Wido Q Supraha [EMAIL PROTECTED]To: mediacare@yahoogroups.comCc: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; PKS Depok [EMAIL PROTECTED]; PKS Keadilan keadilan4all@yahoogroups.com; PKS Umum [EMAIL PROTECTED]Sent: Wednesday, December 13, 2006 7:19:06 PMSubject: [mediacare] Foto Api Ledakan Pertamina yang Berlafal Allah Itu Asli



Foto Api Ledakan Pertamina yang Berlafal Allah Itu Asli
Budi Sugiharto - detikcom



Jilatan api pipa gas Pertamina yang berlafal Allah
Surabaya - Jilatan api ledakan pipa gas Pertamina di lokasi lumpur Lapindo cukup mencengangkan. Dilihat dari foto yang diabadikan salah seorang Timnas Lumpur Lapindo, jilatan api itu membentuk lafal Allah dan bergambar kuda laut. Foto ini bukan hasil rekayasa. Dijamin asli. 

Kepastian bahwa foto jilatan api membentuk lafal Allah ini asli datang dari juru bicara Timnas Rudi Novrianto. "Kita jamin keasliannya, kita juga punya foto sebelum dan sesudahnya," kata Rudi saat dihubungi detikcom, Kamis (14/12/2006) . 

Rudi mengaku mengetahui foto jilatan api itu tak berapa lama setelah terjadi ledakan. "Setelah melihat dan meneliti foto itu, memang ini sungguh sebuah keajaiban. Sangat luar biasa," kata Rudi yang tidak mau menyimpulkan maksud yang tercermin dalam foto itu.

Detikcom telah menerima softcopy foto ini. Dilihat dari objeknya, foto tersebut kemungkinan dibidik dari tanggul Desa Renokenongo yang berada di bagian utara pusat ledakan. 

Memang jika dilihat sekilas, foto jilatan api itu terkesan biasa. Namun jika foto itu dicermati dan diteliti lebih lama, memang terlihat jilatan apinya membentuk lafal Allah dan kuda laut, logo lama Pertamina.(gik/ asy)

Source : http://www.detiknew s.com/indexfr. php?url="" //www.detiknews. com/index. php/detik. read/tahun/ 2006/bulan/ 12/tgl/14/ time/084453/ idnews/719919/ idkanal/10



Api Ledakan Pipa Pertamina di Lapindo Berlafal Allah  Kuda Laut 
Budi Sugiharto - detikcom



Jilatan api pipa Pertamina di Lapindo membentuk lafal Allah dan kuda laut
Surabaya - Allah Maha Besar! Ledakan pipa gas milik Pertamina di lokasi lumpur Lapindo, jalan Tol Porong-Gempol KM 38 22 November 2006 lalu yang menewaskan 13 orang masih menyimpan misteri. Ada yang mengejutkan sesaat api melumat tanggul di sekitar pusat semburan lumpur tersebut. 

Seorang pekerja PU yang tergabung dalam Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo diam-diam berhasil mengabadikan jilatan api yang cukup mecengengangkan. Bagaimana tidak! Tanpa disadarinya, hasil bidikan fotografer amatir yang namanya dirahasiakan itu menunjukkan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. 

Kok bisa? Api yang membubung setinggi hampir 1 kilometer itu ternyata sempat membentuk lafal Allah dalam tulisan Arab beberapa saat. Selain itu, api itu juga menunjukkan gambar logo lama perusahaan minyak negara, PT Pertamina: kuda laut.

Boleh percaya, boleh juga tidak. Yang jelas, wartawan detikcom yang menerima softcopy foto ini sempat terkejut menyaksikan foto yang selama ini dianggap biasa oleh Timnas itu.

Pengamatan detikcom, foto tersebut kemungkinan dibidik dari tanggul Desa Renokenongo yang berada di bagian utara pusat ledakan. Memang jika dilihat sekilas, foto itu terkesan biasa. 

Namun jika foto itu dicermati dan diteliti lebih lama, terlihat jelas apinya membentuk lafal Allah dan kuda laut. Pertanyaan yang muncul apakah itu jilatan api yang membentuk lafal Allah ini kebetulan saja atau memang memuat pesan-pesan dari Allah? Wallau a'lam. (gik/asy)

Source : http://www.detiknew s.com/index. php/detik. read/tahun/ 2006/bulan/ 12/tgl/14/ time/074255/ idnews/719873/ idkanal/10






Re: [mediacare] Pimred Kompas: PHK Bambang Wisudo Terkait Indisipliner

2006-12-12 Terurut Topik prastowo prastowo
Setahu saya mengikuti wawancara langsung dg Bambang Wisudo dlm proses 
pengamanan satpam yg dilakukan radio Utan Kayu, tidak ada kekerasan, ia hanya 
diangkat ke pos satpam. Kita sebaiknya jg proporsional dan melihat dari 
banyak sisi. Tugas satpam ya seperti itu, utk menjernihkan motifnya apa, ya 
klarifikasi dg instruksi atasannya. Justru kita bisa mempertanyakan apakah 
motif Bambang Wisudo masih orisinil, dan benarkah ia mewakili seluruh karyawan 
Kompas? 
Bagaimana jg jika Anda menjadi atasan/pimpinan yg jg punya otoritas sementara 
kenyamanan dan stabilitas terganggu scr tdk proporsional? Bahkan diduga, sekali 
lagi diduga, Sdr. Wisudo sudah ngelunjak.
Yah, biarlah ini menjadi masalah Kompas dan saya yakin mereka lebih dari 
sekedar mampu menyelesaikannya dg baik. Waspadai agenda di balik ini.

salam,

pras


- Original Message 
From: Wido Q Supraha [EMAIL PROTECTED]
To: mediacare@yahoogroups.com
Sent: Monday, December 11, 2006 3:11:24 AM
Subject: [mediacare] Pimred Kompas: PHK Bambang Wisudo Terkait Indisipliner

Updated 
Pimred Kompas: PHK Bambang Wisudo Terkait Indisipliner
Budiono Darsono - detikcom
 
Jakarta - Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Suryopratomo, angkat bicara soal PHK 
atas seorang wartawannya, Bambang Wisudo. Ini soal indisipliner dan hubungan 
kekaryawanan biasa, tandas Suryopratomo. Suryopratomo juga membantah 
terjadinya penganiayaan terhadap Bambang Wisudo.
 
Kepada detikcom, Senin (11/12/2006) Suryopratomo menjelaskan, PHK terhadap 
Bambang Wisudo, sudah dilakukan melalui proses dan mekanisme kekaryawanan yang 
berlaku di lingkungan Kelompok Kompas Gramedia (KKG). 
 
Salah satu bentuk indisipliner yang dilakukan Bambang Wisudo, tak lain karena 
Bambang Wisudo telah menyebarkan surat pribadinya kepada pimpinan Kompas di 
luar batas kepantasan. Ditambah fitnah dengan penistaan sehingga membuat 
resah, tandas Suryopratomo. 
 
Jadi jelas-jelas sudah terjadi ketidakcocokan antara kedua belah pihak. Dan 
kami ingin menyelesaikan secara baik baik, jelas Suryopratomo yang akrab 
dipanggil Tommy.
 
Sedangkan mekanisme PHK itu, menurut Suryopratomo, antara lain juga sudah 
melalui serangkaian rapat dengan Dewan Kehormatan Karyawan (DKK) Harian Kompas. 
DKK ini diketuai oleh wartawan senior Kompas, Ninok Leksono. Tahapan 
berikutnya, PHK itu disampaikan ke Depnakertrans untuk mendapat persetujuan. 
 
Dan kepada yang bersangkutan pun sudah diberi penjelasan resmi mengenai PHK 
itu melalui surat, kata Suryopratomo.
 
Selama PHK itu diproses di Depnaker, menurut Suryopratomo, Bambang Wisudo tetap 
memperoleh hak-haknya sebagaimana mestinya. Hak-hak itu antara lain gaji setiap 
bulannya. 
 
Hak-hak itu diberikan utuh kepada Bambang Wisudo tanpa perlu dia masuk ke 
kantor lagi. Hak- hak itu diberikan sampai Depnaker menyetujui PHK itu, jelas 
Suryopratomo.
 
Jadi menurut Suryopratomo, PHK terhadap Bambang Wisudo itu benar-benar masalah 
kekaryawanan biasa. Tidak ada hubungannya dengan soal saham atau pun soal 
pembatasan untuk perkumpulan karyawan. Manajemen tetap memberi kebebasan bagi 
karyawan untuk mendirikan perkumpulan yang dipandang perlu oleh karyawan, 
tandas Suryopratomo. 
 
Tak ada Penganiayaan
 
Benarkah telah terjadi penganiyaan dan penahanan Bambang Wisudo oleh petugas 
Satpam KKG? Sama sekali tidak ada penganiayaan atau pun penahanan terhadap 
Bambang Wisudo oleh Satpam KKG, tandas Suryopratomo. Semua itu bisa dilihat 
dari rekaman CCTV yang ada, jelas Suryopratomo. (bdi/asy)
 
Source : http://www.detiknew s.com/index. php/detik. read/tahun/ 2006/bulan/ 
12/tgl/11/ time/160707/ idnews/718686/ idkanal/10
 


Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

Re: [mediacare] Re: Imbauan bagi Pak Jakob Oetama - tentang nilai-nilai Kompas

2006-12-12 Terurut Topik prastowo prastowo
Betul sekali,
Bahwa saya jg mendengar langsung dari beberapa karyawan Kompas yg menyayangkan 
ekspose berlebihan dari sdr. Bambang Wisudo dan pelibatan kelompok eksternal yg 
konon cenderung politis. Tetapi lepas dari itu semua, konflik ini rasanya sudah 
cukup lama berlangsung dan melihat sdr. Bambang jg tidak memeroleh dukungan 
mayoritas karyawan, bukankah bisa ditanyakan jg motivasinya, pribadi atau 
kolektif? Biarlah ini menjadi problem internal Kompas dan beri kesempatan 
mereka menyelesaikannya dg baik2. Terlalu banyak pengamat di negeri ini, 
sehingga lupa kalo harus melahirkan ahli, pakar, intelektual yg paham 
masalahnya, tidak sekedar ngegosip dan memblow up hal2 sensasional yg belum 
teruji validitasnya.
Moga2 menjadi introspeksi buat kita semua.

salam,

pras


- Original Message 
From: dimastakha [EMAIL PROTECTED]
To: mediacare@yahoogroups.com
Sent: Monday, December 11, 2006 7:54:12 AM
Subject: [mediacare] Re: Imbauan bagi Pak Jakob Oetama - tentang nilai-nilai 
Kompas

Bung, cobalah lebih balance. Anda kan wartawan senior, tidak usah
terjadi hanya percaya satu sumber. Jika itu terjadi, tentu memalukan
bukan?
Tanya juga teman2 di Kompas, apa yang sesungguhnya terjadi.
Jangan terkesan Bung ada dendam terhadap Kompas?
Serta, apakah tempat Anda bekerja saat ini lebih baik dari Kompas?

salam
dimast,
ikut prihatin juga

--- In [EMAIL PROTECTED] ps.com, Satrio Arismunandar
satrioarismunandar @... wrote:

 Teman-teman,
 
 Saya mendapat e-mail dari Sri Yanuarti (Yanu), peneliti LIPI,
pengurus pusat AIPI (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia), dan istri dari
wartawan Kompas Bambang Wisodo, via milis AIPI. Isinya berkenaan
dengan kasus pemecatan Bambang Wisudo oleh manajemen Kompas, terkait
soal serikat pekerja di Kompas. Yanu adalah rekan saya di AIPI,
sedangkan Wisudo adalah juga rekan sesama pendiri AJI (Aliansi
Jurnalis Independen), dan dulu juga saya pernah sama-sama kerja di Kompas.
 
 Saya sangat terkesan, bahwa menghadapi saat-saat sulit dan penuh
tekanan, Yanu, Wisudo dan keluarga tetap tenang dan tabah. Artinya,
perjuangan serikat pekerja ini bukan semata-mata urusan Wisudo, tetapi
sejak awal sudah disadari dan didukung penuh oleh istri/keluarga.
Tentu dengan berbagai risikonya.
 
 Dalam kondisi ekonomi dan politik sekarang, di mana nuansa
pragmatisme dan oportunisme, kepentingan mau enak sendiri, masih
sangat kuat, saya merasa salut bahwa masih ada orang-orang yang
berjuang untuk idealismenya. 
 
 Kalau Wisudo mau hidup enak dan nyaman di Kompas, perusahaan media
yang sudah sangat mapan di Indonesia (koran terbesar dan paling
berpengaruh) , sebetulnya bisa saja. Kompas adalah salah satu dari
sedikit media yang menyediakan pensiun buat karyawannya. Namun, Wisudo
memilih jalan lain, dan kini dia menanggung risiko perjuangannya.
Yakni, dipecat oleh manajemen Kompas. 
 
 Kita tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian, dan tidak ingin
menduga-duga. Yang jelas, Wisudo dkk akan terus berjuang, di dalam
Kompas maupun di luar Kompas. Salah satu alternatifnya tentu lewat
jalur hukum (LBH). 
 
 Di sini saya menilai, tindakan represif terhadap aspirasi karyawan
yang sah, seperti dialami Wisudo, tidak akan menghasilkan dampak yang
baik bagi perusahaan. Namun, yang jauh lebih merugikan Kompas
sebetulnya adalah masalah reputasi dan image, yang terkait dengan visi
dan misi Kompas, yang merupakan akar keberadaan perusahaan yang
didirikan PK Oyong (alm) dan Jakob Oetama ini. 
 
 Bukankah Kompas adalah perusahaan media yang selama ini (lihat tajuk
rencana/editorialny a) sering mengangkat isu-isu demokratisasi,
keterbukaan, hak-hak asasi, dan sebagainya? Bukankah Kompas menganut
dan meyakini nilai-nilai humanisme transendental ? Apakah itu sekadar
gincu, dan bukan genuine values yang dianut Kompas, mengingat secara
internal ternyata nilai-nilai itu masih dipertanyakan, karena tidak
terimplementasi? 
 
 Jika demikian halnya, bagaimana Kompas sebagai institusi dan bagian
utama/tulang punggung KKG (Kelompok Kompas Gramedia) akan melangkah
memasuki abad baru dunia informasi dan globalisasi, dengan segala
dinamika perubahan, tantangan, ancaman, jika tanpa dukungan akar
nilai-nilai mendasar, yang memberi makna pada keberadaannya? 
 
 Selama ini, perekat yang mempertahankan keutuhan KKG adalah figur
Pak Jakob Oetama (JO), sebagai generasi pendiri yang memiliki wawasan
kuat ke depan, nasionalisme, kharisma, wibawa dan intelektualitas.
Namun, dengan segala hormat atas kekuatan manajerialnya, JO tidak akan
memimpin KKG selama-lamanya. 
 
 Lalu bagaimana KKG dan Kompas akan melangkah jika nanti ditinggalkan
JO, sementara core values yang menjadi landasan berdirinya dan
suksesnya lembaga Kompas, justru mengalami erosi karena
langkah-langkah pragmatis-oportini stis jangka pendek? Bukan tidak
mungkin, langkah-langkah semacam ini akan diteruskan oleh para
pimpinan Kompas/KKG pasca JO nanti. Mereka adalah generasi baru, yang
mungkin kurang menghayati nilai-nilai awal yang ditanamkan generasi
pendiri.
 
 Mempertimbangkan 

Re: [mediacare] Ideologi Bom Bunuh Diri

2006-11-16 Terurut Topik prastowo prastowo
 
  Rekan Ambon,
  Sekedar catatan. Memang penelitian Robert Pape menunjukkan bahwa bom bunuh 
diri justru lebih banyak dilakukan kelompok non-fundamentalis Islam, Macan 
Tamil menempati posisi teratas. Artinya bom bunuh diri juga terkait motif lain, 
khususnya nasionalisme. Namun ini juga tidak menjelaskan seluruhnya, misalnya 
fenomena Al Qaeda yang sudah transnasional, kalau Bassam Tibi mengatakan sudah 
terjadi universalisasi (mungkin lebih tepat internasionalisasi). Setahu saya, 
dan mudah2an saya yg salah, Pape tdk menyebut Irlandia, Jepang, dst, bahkan ia 
tidak memasukkan Korea Utara sbg varian penelitiannya. Penelitian Pape sangat 
membantu meski tidak hendak menjawab bagaimana bom bunuh diri itu terjadi. 
Imam Samudra cs juga harus dijelaskan dg cara berbeda, juga misalnya dg fakta 
bahwa pembom WTC (15 dari 19) adalah orang Arab Saudi, sebuah negara kaya dan 
berpendidikan tinggi.Yang jelas buru2 mengaitkan bom  bunuh diri dg Islam tentu 
keliru,karena islamisme terkait erat dg proyek
 pencerahan Barat, bukan dg doktrin Islam. Namun terburu-buru menampik fakta 
bahwa motif agama berpengaruh, dlm kadar tertentu, jg simplistis. Mungkin perlu 
diteliti lebih lanjut krn varible dan masalah sudah berkelindan dan butuh 
uraian2 objektif dan jujur, setidaknya refleksi-internal bagi semua pihak.
   
  pras

Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
  REFLEKSI: MungkinProfessor Pranowo ini memang professor sulap 
lidah. Beliau mengatakan  bahwa bom bunuh diri juga dilakukan oleh para 
pejuang Irlandia Utara (Orange Volunteers), Tentara Pembebasan Nasional 
Kolumbia, Brigade Merah (Itali), Tentara Merah (Jepang). Kemudian dibumbui 
dengan: Penelitian ilmiah menunjukkan, bom bunuh diri lebih banyak dilakukan 
oleh penganut ideologi marxis.  
   
  Masyallah professor!  Grup-grup yang  Anda sebutkan diatas ini tidak 
melakukan bom bunuh diri seperti sekarang ini, oleh karena a) selama existensi 
mereka tidak dilakukan bom bunuh diri, b) bagi mereka  ini keselamatan kader 
organisasi mempunyai prioritas tinggi, sebab mereka sadar bahwa mengarap 
seorang anggota sangatjauh lebih sulit dari pada mencari pacar. 
   
  Beginikah mutu kejujuran intelektual Indonesia pada lembaga pendidikan 
berafiliasi dengan agama? . 
   
  http://www.republika.co.id/kolom_detail.asp?id=271804kat_id=16
  Rabu, 15 Nopember 2006

   
  




  Recent Activity

  41
  New Members

Visit Your Group 
  SPONSORED LINKS
  
   Business finances  
   Business finance online  
   Business finance training  
   Business finance course  
   Business finance schools

  Free Blogging
  Y! Web Hosting
  Share your views
  with the world.

New business?
  Get new customers.
  List your web site
  in Yahoo! Search.

Yahoo! Groups
  Start a group
  in 3 easy steps.
  Connect with others.



  .

 
 

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com