Re: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=>Kaka Suminta #59147
Salam, Terimakasih untuk penjelasan yang panjang lebar atas argumentasi anda. Pada dasarnya saya menangkap adanya keinginan anda untuk mendudukan persoalan secara proporsional. Tetapi penekanan saya adalah pada keadilan bagi semua warga negara tanpa membedakan asal-usul, keyakinan dan golongan di negeri Indonesia ini. Sehingga semua latar belakang sejarah harus dilihat sebagai bagian dari pembelajaran. Seperti privelege terhadap kelas warga negara yang dinikmati oleh golongan eropa dan timur jauh di masa Belanda tidak menjadikan kita menduplikasi kebijakan yang tidak adil tersebut. Demikian juga penilaian terhadp Soeharto, seyogyanya tidak dilihat dari apakah dia itu keturunan cina atau bukan, juga penilaian kita terhadap oportunis bukan dilihat dari etnisnya, tetapi dari integritas dan perilakunya. Dalam keadaan tertentu kita bisa menilai sejauh mana integritasnya, dan dalam keadaan lain mungkin kita harus menerapkan dari sisi juridis jika telah melakukan kejahatan atau pelanggaran terhadap hukum. Saya juga melihat adanya standar ganda yang anda terapkan dalam argumentasi tersebut, di satu sisi anda menggugat kecinaan Soeharto dan di sisi lain anda menyalahkan Time dalam kasus korupsi Soeharto. Padahal persoalan laporan Time harus dilihat sebagai sebuah karya jurnalistik atas nama hak informasi publik, demikian juga Transparansi Internasional, hanyalah sebuah NGO yang memiliki pola kerja sesuai dengan posisinya. Justeru yang perlu kita gugat adalah Bank Dunia, yang dulunya memuji-muji Orba, tetapi kemudian menyatakan akan memburu koruptor yang selama ini menjadi mitranya. Terlepas dari semua itu, saya ucapkan terimakasih atas perkenalannya, walau hanya melalui diskusi milis. Pada akhirnya saya cukup memahami argumentasi dan pandangan anda, dan maaf saya akan cukupkan diskusi kita tentang topik ini, jika anda ingin meneruskan, mudah-mudahan kawan milis lain bisa memberi pencerahan. Wassalam On 10/3/07, Yap Hong-Gie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Bung Kaka Suminta Yth, > > Kendala dalam menyimak suatu tulisan dengan benar, membuat output > kesimpulan mbeleber ndak karuan ... > > Tulisan saya ditujukan khusus kepada: para Cina oportunis, ulangi, > para Cina oportunis. > Mereka yang dihinggapi "Cinderella Syndrome", yang di Era Reformasi > ini meratap-ratap merasa dirinya sebagai anak tiri, yang selama 32 > tahun dizalimi oleh "ibu tiri" Orde Baru. > > Bahwasanya pendapat otokritik ini dianggap oleh kalangan tertentu > menyakitkan "the truth hurts", bukan berarti bahwa pemikiran ini > adalah spekulatif sempit. > Soal adanya resiko bahaya bagi masa depan Indonesia dan kemanusiaan, > komentar singkat saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan perilaku > kebabalasan sebagian elit Cina. > > Sebagai etnis Cina, saya dan sebagian besar saudara-saudara etnis > lainnya tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru. > > Kita juga sering mendengar kecengengan Cina oportunis yang menyalahkan > sejarah; Pemerintahan Kolonial Belanda, sebagai biang kerok yang > mewarisi segala kebijakan yang bersifat diskriminatif. > Fakta sejarah memang sering diputar balikan untuk kepentingan tertentu. > Siapapun tahu bahwa warga etnis Cina diberikan status penduduk khusus > "De Vreemde Oosterling"; strata diatas pribumi (Inlander) dan > setingkat dibawah warga Belanda. > Juga dikenal pemberian gelar (komersiel) seperti Kapitein, Mayoor Der > Chinesen, dengan konsesi atau kekuasaan atas wilayah tertentu. > Semua orang pun tahu bahwa kalangan etnis Cina, amat-sangat menikmati > priveledge yang diberikan Kolonial Belanda. > Fenomena ini mirip dengan situasi dan kondisi pada Pemerintahan Orba, > tapi sekarang ada saja yang mengumpat dan menyalahkan Pak Harto. > Kalau di kamus saya perilaku semacam itu disebut: Munafik! > > Cerita horor darimana lagi bahwa sekarang etnis Cina masih tertindas? > Alasan klasik soal masalah kewarganegaraan (SKBRI) harus dilihat > secara komprehensif, mulai dari sejarah sosial-politik; seperti > Staatsblad Belanda, Dwi Kewarganegaraan, Kebijakan Pemutihan oleh > Pemerintah Orde Baru (baca kembali Orde Baru!), serta jangan lupa juga > segi kesadaran dan sikap-prilaku warga itu sendiri. > Kalau ngurus dokumen lewat calo, biro jasa dan pihak ke-3, terus > dikenakan biaya (jasa) tambahan, terus semuanya mengaku-ngaku diperas > itu kan konyol! > Tapi itu semua sudah masa lalu, jangan diulang-ulang lagi cerita > bodong tersebut. > Pemerintah secara resmi sudah menghapuskan pra-syarat SBKRI (bagi WN > yang orang tuanya lahir di Indonesia), diperkuat dengan payung hukum, > UU Kewarganegaraan dan UU Anti-Diskriminasi. > > Kalau serius ingin mengungkapkan korupsi Pak Harto, bawa bukti-bukti > materiel konkrit, berikan kepada Jaksa Agung, KPK, MA, DPR/MPR dan > Presiden, tapi jangan model fitnahan TIME Inc, atau kumpulan clipping > koran ala Transparansi Internasional. > > Saya kira "Cinderella Syndrome" itu cuma diderita turunan genetik > terbatas, rupanyanya sudah mewabah dan nular dari satu milis
Re: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=>Kaka Suminta #59147
Ah jangan naif.simple sajalah Waktu ngurus Visa anda dimintai macam-macam surat dan uang tambahan ngeluh..nah apa namanya itu.??? Kalau mau masuk sekolah negri susah..nah apa namanya itu??? Dan terjadi mulanya era mana??? Mau China oportunis mau apa keg sama saja, beda tipis.kan tergantung orangnya. Kalau sudah jadi WNI yah sudah blend lha, bukan berarti dilihat dari sudut teman atau lain-lain tapi dari hati nurani... Kalau kita tak kebagian rejeki yah sudah nanti juga ada gilirannya... HH - Original Message - From: Yap Hong-Gie To: mediacare@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 02, 2007 12:17 PM Subject: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=>Kaka Suminta #59147 Bung Kaka Suminta Yth, Kendala dalam menyimak suatu tulisan dengan benar, membuat output kesimpulan mbeleber ndak karuan ... Tulisan saya ditujukan khusus kepada: para Cina oportunis, ulangi, para Cina oportunis. Mereka yang dihinggapi "Cinderella Syndrome", yang di Era Reformasi ini meratap-ratap merasa dirinya sebagai anak tiri, yang selama 32 tahun dizalimi oleh "ibu tiri" Orde Baru. Bahwasanya pendapat otokritik ini dianggap oleh kalangan tertentu menyakitkan "the truth hurts", bukan berarti bahwa pemikiran ini adalah spekulatif sempit. Soal adanya resiko bahaya bagi masa depan Indonesia dan kemanusiaan, komentar singkat saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan perilaku kebabalasan sebagian elit Cina. Sebagai etnis Cina, saya dan sebagian besar saudara-saudara etnis lainnya tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru. Kita juga sering mendengar kecengengan Cina oportunis yang menyalahkan sejarah; Pemerintahan Kolonial Belanda, sebagai biang kerok yang mewarisi segala kebijakan yang bersifat diskriminatif. Fakta sejarah memang sering diputar balikan untuk kepentingan tertentu. Siapapun tahu bahwa warga etnis Cina diberikan status penduduk khusus "De Vreemde Oosterling"; strata diatas pribumi (Inlander) dan setingkat dibawah warga Belanda. Juga dikenal pemberian gelar (komersiel) seperti Kapitein, Mayoor Der Chinesen, dengan konsesi atau kekuasaan atas wilayah tertentu. Semua orang pun tahu bahwa kalangan etnis Cina, amat-sangat menikmati priveledge yang diberikan Kolonial Belanda. Fenomena ini mirip dengan situasi dan kondisi pada Pemerintahan Orba, tapi sekarang ada saja yang mengumpat dan menyalahkan Pak Harto. Kalau di kamus saya perilaku semacam itu disebut: Munafik! Cerita horor darimana lagi bahwa sekarang etnis Cina masih tertindas? Alasan klasik soal masalah kewarganegaraan (SKBRI) harus dilihat secara komprehensif, mulai dari sejarah sosial-politik; seperti Staatsblad Belanda, Dwi Kewarganegaraan, Kebijakan Pemutihan oleh Pemerintah Orde Baru (baca kembali Orde Baru!), serta jangan lupa juga segi kesadaran dan sikap-prilaku warga itu sendiri. Kalau ngurus dokumen lewat calo, biro jasa dan pihak ke-3, terus dikenakan biaya (jasa) tambahan, terus semuanya mengaku-ngaku diperas itu kan konyol! Tapi itu semua sudah masa lalu, jangan diulang-ulang lagi cerita bodong tersebut. Pemerintah secara resmi sudah menghapuskan pra-syarat SBKRI (bagi WN yang orang tuanya lahir di Indonesia), diperkuat dengan payung hukum, UU Kewarganegaraan dan UU Anti-Diskriminasi. Kalau serius ingin mengungkapkan korupsi Pak Harto, bawa bukti-bukti materiel konkrit, berikan kepada Jaksa Agung, KPK, MA, DPR/MPR dan Presiden, tapi jangan model fitnahan TIME Inc, atau kumpulan clipping koran ala Transparansi Internasional. Saya kira "Cinderella Syndrome" itu cuma diderita turunan genetik terbatas, rupanyanya sudah mewabah dan nular dari satu milis ke milis yang lain ... he he he Wassalam, yhg. --
[mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?=>Kaka Suminta #59147
Bung Kaka Suminta Yth, Kendala dalam menyimak suatu tulisan dengan benar, membuat output kesimpulan mbeleber ndak karuan ... Tulisan saya ditujukan khusus kepada: para Cina oportunis, ulangi, para Cina oportunis. Mereka yang dihinggapi "Cinderella Syndrome", yang di Era Reformasi ini meratap-ratap merasa dirinya sebagai anak tiri, yang selama 32 tahun dizalimi oleh "ibu tiri" Orde Baru. Bahwasanya pendapat otokritik ini dianggap oleh kalangan tertentu menyakitkan "the truth hurts", bukan berarti bahwa pemikiran ini adalah spekulatif sempit. Soal adanya resiko bahaya bagi masa depan Indonesia dan kemanusiaan, komentar singkat saya tidak ada apa-apanya dibanding dengan perilaku kebabalasan sebagian elit Cina. Sebagai etnis Cina, saya dan sebagian besar saudara-saudara etnis lainnya tidak pernah merasa tertindas oleh Pemerintah Orde Baru. Kita juga sering mendengar kecengengan Cina oportunis yang menyalahkan sejarah; Pemerintahan Kolonial Belanda, sebagai biang kerok yang mewarisi segala kebijakan yang bersifat diskriminatif. Fakta sejarah memang sering diputar balikan untuk kepentingan tertentu. Siapapun tahu bahwa warga etnis Cina diberikan status penduduk khusus "De Vreemde Oosterling"; strata diatas pribumi (Inlander) dan setingkat dibawah warga Belanda. Juga dikenal pemberian gelar (komersiel) seperti Kapitein, Mayoor Der Chinesen, dengan konsesi atau kekuasaan atas wilayah tertentu. Semua orang pun tahu bahwa kalangan etnis Cina, amat-sangat menikmati priveledge yang diberikan Kolonial Belanda. Fenomena ini mirip dengan situasi dan kondisi pada Pemerintahan Orba, tapi sekarang ada saja yang mengumpat dan menyalahkan Pak Harto. Kalau di kamus saya perilaku semacam itu disebut: Munafik! Cerita horor darimana lagi bahwa sekarang etnis Cina masih tertindas? Alasan klasik soal masalah kewarganegaraan (SKBRI) harus dilihat secara komprehensif, mulai dari sejarah sosial-politik; seperti Staatsblad Belanda, Dwi Kewarganegaraan, Kebijakan Pemutihan oleh Pemerintah Orde Baru (baca kembali Orde Baru!), serta jangan lupa juga segi kesadaran dan sikap-prilaku warga itu sendiri. Kalau ngurus dokumen lewat calo, biro jasa dan pihak ke-3, terus dikenakan biaya (jasa) tambahan, terus semuanya mengaku-ngaku diperas itu kan konyol! Tapi itu semua sudah masa lalu, jangan diulang-ulang lagi cerita bodong tersebut. Pemerintah secara resmi sudah menghapuskan pra-syarat SBKRI (bagi WN yang orang tuanya lahir di Indonesia), diperkuat dengan payung hukum, UU Kewarganegaraan dan UU Anti-Diskriminasi. Kalau serius ingin mengungkapkan korupsi Pak Harto, bawa bukti-bukti materiel konkrit, berikan kepada Jaksa Agung, KPK, MA, DPR/MPR dan Presiden, tapi jangan model fitnahan TIME Inc, atau kumpulan clipping koran ala Transparansi Internasional. Saya kira "Cinderella Syndrome" itu cuma diderita turunan genetik terbatas, rupanyanya sudah mewabah dan nular dari satu milis ke milis yang lain ... he he he Wassalam, yhg. --
Re: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?
Jangan dilupakan juga para petinggi agama surgawi yang keenakan. Bukankah MUI didirikan sebagai salah satu pilar penegak kekuasaannya. - Original Message - From: "Yap Hong-Gie" <[EMAIL PROTECTED]> To: Sent: Sunday, September 30, 2007 5:29 AM Subject: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ? > Dengan adanya berita ini mudah-mudahan para Cina oportunis, tidak > menghujat Pak Harto seenaknya jidatnya lagi. > Jangan kira dengan berlomba menghujat dan menista Pak Harto, > masyarakat akan merubah penilaian mereka, bahwa etnis Cina adalah > korban rezim Orde Baru, itu salah bezaar . > > Ditambah lagi, kalau Suharto Inc. dibongkar maka akan banyak > saudara-saudara etnis sendiri yang kena tersangkut, seperti yang > ditulis "International Commission on Soeharto Inc. Buster", yang > dipublikasikan GLOBE ASIA VERSION (Volume 1 Number 7- August 2007); > "Soeharto Inc., and Cronies: 150 The Richest in Indonesia 2007" > > > - > ttp://www.geocities.com/capitolhill/4120/soeharto.html > > IHCC - Indonesian Huaren Crisis Center > Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ? > > TAK BISA dibayangkan bagaimana keabsahan Soeharto sebagai presiden > selama 32 tahun, bila ternyata dia bukanlah orang Indonesia asli. > > Pergunjingan tentang Soeharto keturunan Cina itu, dilontarkan oleh > Mashuri, SH. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) itu, > berbicara kepada Liberty (grup Jawa Pos/grup tablod OPOSISI) bahwa > silsilah Soeharto yang selama ini dipublikasikan - selama Soeharto > masih berkuasa - yang benar hanya dari sisi ibunya. > > Adapun tentang bapaknya, di berbagai tulisan tentang otobiografi > Soeharto - yang ada saat ini - hampir semuanya salah. > Yang benar? "Tidak jelas. Campur-baur. Antara orang Cina dan Jawa", > kata Mashuri yang juga mantan Menteri Penerangan RI (1974-1979) ini di > rumahnya di Solo. "Dia bisa disebut lembu peteng (sebutan untuk > anak-anak yang di lahirkan tanpa ayah yang jelas, red)," tandasnya. > Mengatakan lembu peteng Mashuri menekankan keyakinan bahwa ayah > Soeharto keturunan Cina. > > Siapakah dia ? Di Jawa Tengah, belakangan ini beredar kisah. > Konon, di Yogyakarta pada awal abad sembilan belas, ada pedagang cukup > terpandang, yang rajin berhubungan dengan rakyat Jawa Tengah. Pedagang > ini cukup populer di masa itu. Maklum, dia tidak saja menjual barang > dagangannya yang dibeli dari daerah lain, tapi juga karena dia membeli > hasil bumi penduduk untuk diperdagangkan. > Kegiatan pedagang ini kian hari kian besar. Oleh karena itu dia > membutuhkan orang-orang yang bisa membantunya. Dari hubungan seperti > itulah lantas pedagang ini berkenalan dengan wanita miskin tapi > berwajah lumayan. Namanya Sukirah. Tidak jelas, bagaimana kemudian > hubungan antara pedagang ini dengan Sukirah. > Yang jelas, menurut Mashuri, Sukirah itulah ibu kandung Soeharto. "Dia > adalah wanita miskin dari Desa Kemusa, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta." > Sukirah, kendati miskin, memiliki beberapa kelebihan. Ulet, daya > juangnya untuk hidup tinggi. Dan setelah Soeharto lahir, memiliki daya > linuwih. Ini karena dia pernah bertapa di atas genting rumahnya selama > 40 hari. Kegiatan bertapa itu dilakukan setelah Soeharto lahir. > "Oleh karena itu wajar bila Soeharto juga memiliki kelebihan. Warisan > dari ibunya. Aura ibunya. Dengan demikian wajar pula bila Soeharto > sulit dikalahkan," kata lelaki berkacamata ini. > > Kelinuwihan Soeharto tidak saja dari ibunya. Tapi juga dari lelaki > sakti asal Wonogiri. Lelaki itu, sering disebut dukun. Namanya Daryatmo. > Oleh karena itu nama Daryatmo begitu melekat pada diri Soeharto. Dalam > bukunya, Soeharto: Ucapan dan Tindakan nama Daryatmo disebut-sebut. > Soeharto mengakui bahwa Daryatmo banyak memberi inspirasi dalam > perjalanan hidupnya. Bahkan sampai Soeharto menjadi presiden. > Setiap bulan, kata Mashuri, sedikitnya satu kali, Soeharto datang > menemui Daryatmo. Di sana dia minta petunjuk khusus apa yang harus > dijalankannya. "Dan semua petunjuk dari sang dukun itu pasti dilakukan." > > DENDAM KEPADA MAJIKAN > Ketika di Wonogiri, Soeharto kecil hidup miskin. Bahkan pernah menjadi > pembantu pada keluarga kaya. Ketika menjadi pembantu itu Soeharto > bertekad menjadi orang kaya. > Tekad itu dibentuk oleh dendamnya yang kuat. Dia dendam karena > keluarga kaya yang jadi majikannya itu memperlakukannya tidak baik. > Soeharto tidak digaji dan makan dari makanan sisa sang majikan. > Dendam untuk menjadi orang kaya itu pula yang mengantar Soeharto > berjuang, berpindah-pindah tempat, sampai akhirnya menemukan 'orang > tua' yang menyekolahkannya dan kemudian berkar
Re: [mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?
Salam, Pemikiran spekulatif sempit ini yang menjadi bahaya bagi masa depan Indonesia serta kemanusiaan. Jika memang benar Soeharto anak tongki (cina-jawa) lalu apa hubunganya dengan cina-cina lain yang merasa tertindas semasa pemerintahan orba, kalau memang kenyataanya saat itu (juga sekarang) mereke tertindas, minimal dalam hal kewarganegeraan, seperti halnya warga bangsa lain seperti anak PKI atau anak aktivis dan oposisi. Mengapa kita meributkan hal yang demikian. Karena selain pengusaha keturuanan cina Soeharto juga menggunakan pribumi sebagai partner. Masalahnya sekarang adalah bagaimana kita bisa mendudukan semua itu secara proporsiona. hal ini berkaitan dengan kedewasaan dan kecerdasan kita sebagai bangsa menata masa depan. Misalnya terkait masalah dugaan korupsi Soeharto, sebaiknya kita mengusahakan agar hartanya bisa kembali dan digunakan untuk kepentingan bangsa, serta memberikan efek jera bagi penguasa atau calon penguasa lain untuk tidak mengulangi kesalahan seperti Soeharto. Tetapi karena saya menyadari masih basarnya tingkat kebodohan anak bangsa ini sehingga jika masih ada yang berfikiran sempit ya kita maklumi, seperti perdebatan cina atau bukan cina, padahal itu bukan substansi yang sebenarnya. Karena kebodohan maka prasangka rasialis masih kuat di benak banyak orang. Wassalam On 9/30/07, Yap Hong-Gie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Dengan adanya berita ini mudah-mudahan para Cina oportunis, tidak > menghujat Pak Harto seenaknya jidatnya lagi. > Jangan kira dengan berlomba menghujat dan menista Pak Harto, > masyarakat akan merubah penilaian mereka, bahwa etnis Cina adalah > korban rezim Orde Baru, itu salah bezaar . > > Ditambah lagi, kalau Suharto Inc. dibongkar maka akan banyak > saudara-saudara etnis sendiri yang kena tersangkut, seperti yang > ditulis "International Commission on Soeharto Inc. Buster", yang > dipublikasikan GLOBE ASIA VERSION (Volume 1 Number 7- August 2007); > "Soeharto Inc., and Cronies: 150 The Richest in Indonesia 2007" > > - > ttp://www.geocities.com/capitolhill/4120/soeharto.html > > IHCC - Indonesian Huaren Crisis Center > Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ? > > TAK BISA dibayangkan bagaimana keabsahan Soeharto sebagai presiden > selama 32 tahun, bila ternyata dia bukanlah orang Indonesia asli. > > Pergunjingan tentang Soeharto keturunan Cina itu, dilontarkan oleh > Mashuri, SH. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) itu, > berbicara kepada Liberty (grup Jawa Pos/grup tablod OPOSISI) bahwa > silsilah Soeharto yang selama ini dipublikasikan - selama Soeharto > masih berkuasa - yang benar hanya dari sisi ibunya. > > Adapun tentang bapaknya, di berbagai tulisan tentang otobiografi > Soeharto - yang ada saat ini - hampir semuanya salah. > Yang benar? "Tidak jelas. Campur-baur. Antara orang Cina dan Jawa", > kata Mashuri yang juga mantan Menteri Penerangan RI (1974-1979) ini di > rumahnya di Solo. "Dia bisa disebut lembu peteng (sebutan untuk > anak-anak yang di lahirkan tanpa ayah yang jelas, red)," tandasnya. > Mengatakan lembu peteng Mashuri menekankan keyakinan bahwa ayah > Soeharto keturunan Cina. > > Siapakah dia ? Di Jawa Tengah, belakangan ini beredar kisah. > Konon, di Yogyakarta pada awal abad sembilan belas, ada pedagang cukup > terpandang, yang rajin berhubungan dengan rakyat Jawa Tengah. Pedagang > ini cukup populer di masa itu. Maklum, dia tidak saja menjual barang > dagangannya yang dibeli dari daerah lain, tapi juga karena dia membeli > hasil bumi penduduk untuk diperdagangkan. > Kegiatan pedagang ini kian hari kian besar. Oleh karena itu dia > membutuhkan orang-orang yang bisa membantunya. Dari hubungan seperti > itulah lantas pedagang ini berkenalan dengan wanita miskin tapi > berwajah lumayan. Namanya Sukirah. Tidak jelas, bagaimana kemudian > hubungan antara pedagang ini dengan Sukirah. > Yang jelas, menurut Mashuri, Sukirah itulah ibu kandung Soeharto. "Dia > adalah wanita miskin dari Desa Kemusa, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta." > Sukirah, kendati miskin, memiliki beberapa kelebihan. Ulet, daya > juangnya untuk hidup tinggi. Dan setelah Soeharto lahir, memiliki daya > linuwih. Ini karena dia pernah bertapa di atas genting rumahnya selama > 40 hari. Kegiatan bertapa itu dilakukan setelah Soeharto lahir. > "Oleh karena itu wajar bila Soeharto juga memiliki kelebihan. Warisan > dari ibunya. Aura ibunya. Dengan demikian wajar pula bila Soeharto > sulit dikalahkan," kata lelaki berkacamata ini. > > Kelinuwihan Soeharto tidak saja dari ibunya. Tapi juga dari lelaki > sakti asal Wonogiri. Lelaki itu, sering disebut dukun. Namanya Daryatmo. > Oleh karena itu nama Daryatmo begitu melekat pada diri Soeharto. Dalam > bukunya, Soeharto: Ucapan dan Tindakan nama Daryatmo disebut-sebut. > Soeharto mengakui bahwa Daryatmo banyak memberi inspirasi dalam > perjalanan hidupnya. Bahkan sampai Soeharto menjadi presiden. > Setiap bulan, kata Mashuri, sedikitnya satu kali, Soeharto datan
[mediacare] Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ?
Dengan adanya berita ini mudah-mudahan para Cina oportunis, tidak menghujat Pak Harto seenaknya jidatnya lagi. Jangan kira dengan berlomba menghujat dan menista Pak Harto, masyarakat akan merubah penilaian mereka, bahwa etnis Cina adalah korban rezim Orde Baru, itu salah bezaar . Ditambah lagi, kalau Suharto Inc. dibongkar maka akan banyak saudara-saudara etnis sendiri yang kena tersangkut, seperti yang ditulis "International Commission on Soeharto Inc. Buster", yang dipublikasikan GLOBE ASIA VERSION (Volume 1 Number 7- August 2007); "Soeharto Inc., and Cronies: 150 The Richest in Indonesia 2007" - ttp://www.geocities.com/capitolhill/4120/soeharto.html IHCC - Indonesian Huaren Crisis Center Isu Soeharto Cina, Siapa Bapaknya ? TAK BISA dibayangkan bagaimana keabsahan Soeharto sebagai presiden selama 32 tahun, bila ternyata dia bukanlah orang Indonesia asli. Pergunjingan tentang Soeharto keturunan Cina itu, dilontarkan oleh Mashuri, SH. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1969-1974) itu, berbicara kepada Liberty (grup Jawa Pos/grup tablod OPOSISI) bahwa silsilah Soeharto yang selama ini dipublikasikan - selama Soeharto masih berkuasa - yang benar hanya dari sisi ibunya. Adapun tentang bapaknya, di berbagai tulisan tentang otobiografi Soeharto - yang ada saat ini - hampir semuanya salah. Yang benar? "Tidak jelas. Campur-baur. Antara orang Cina dan Jawa", kata Mashuri yang juga mantan Menteri Penerangan RI (1974-1979) ini di rumahnya di Solo. "Dia bisa disebut lembu peteng (sebutan untuk anak-anak yang di lahirkan tanpa ayah yang jelas, red)," tandasnya. Mengatakan lembu peteng Mashuri menekankan keyakinan bahwa ayah Soeharto keturunan Cina. Siapakah dia ? Di Jawa Tengah, belakangan ini beredar kisah. Konon, di Yogyakarta pada awal abad sembilan belas, ada pedagang cukup terpandang, yang rajin berhubungan dengan rakyat Jawa Tengah. Pedagang ini cukup populer di masa itu. Maklum, dia tidak saja menjual barang dagangannya yang dibeli dari daerah lain, tapi juga karena dia membeli hasil bumi penduduk untuk diperdagangkan. Kegiatan pedagang ini kian hari kian besar. Oleh karena itu dia membutuhkan orang-orang yang bisa membantunya. Dari hubungan seperti itulah lantas pedagang ini berkenalan dengan wanita miskin tapi berwajah lumayan. Namanya Sukirah. Tidak jelas, bagaimana kemudian hubungan antara pedagang ini dengan Sukirah. Yang jelas, menurut Mashuri, Sukirah itulah ibu kandung Soeharto. "Dia adalah wanita miskin dari Desa Kemusa, Argomulyo, Bantul, Yogyakarta." Sukirah, kendati miskin, memiliki beberapa kelebihan. Ulet, daya juangnya untuk hidup tinggi. Dan setelah Soeharto lahir, memiliki daya linuwih. Ini karena dia pernah bertapa di atas genting rumahnya selama 40 hari. Kegiatan bertapa itu dilakukan setelah Soeharto lahir. "Oleh karena itu wajar bila Soeharto juga memiliki kelebihan. Warisan dari ibunya. Aura ibunya. Dengan demikian wajar pula bila Soeharto sulit dikalahkan," kata lelaki berkacamata ini. Kelinuwihan Soeharto tidak saja dari ibunya. Tapi juga dari lelaki sakti asal Wonogiri. Lelaki itu, sering disebut dukun. Namanya Daryatmo. Oleh karena itu nama Daryatmo begitu melekat pada diri Soeharto. Dalam bukunya, Soeharto: Ucapan dan Tindakan nama Daryatmo disebut-sebut. Soeharto mengakui bahwa Daryatmo banyak memberi inspirasi dalam perjalanan hidupnya. Bahkan sampai Soeharto menjadi presiden. Setiap bulan, kata Mashuri, sedikitnya satu kali, Soeharto datang menemui Daryatmo. Di sana dia minta petunjuk khusus apa yang harus dijalankannya. "Dan semua petunjuk dari sang dukun itu pasti dilakukan." DENDAM KEPADA MAJIKAN Ketika di Wonogiri, Soeharto kecil hidup miskin. Bahkan pernah menjadi pembantu pada keluarga kaya. Ketika menjadi pembantu itu Soeharto bertekad menjadi orang kaya. Tekad itu dibentuk oleh dendamnya yang kuat. Dia dendam karena keluarga kaya yang jadi majikannya itu memperlakukannya tidak baik. Soeharto tidak digaji dan makan dari makanan sisa sang majikan. Dendam untuk menjadi orang kaya itu pula yang mengantar Soeharto berjuang, berpindah-pindah tempat, sampai akhirnya menemukan 'orang tua' yang menyekolahkannya dan kemudian berkarier di militer melalui KNIL. MENGERTI DIRINYA CINA Banyak yang menyebut bahwa Soeharto mengerti bahwa dirinya keturunan Cina. Itu sebabnya barangkali dia kemudian dekat dan berpartner dengan Liem Sioe Liong dan Bob Hasan. Konon orang Cina yang juga dijadikan partner oleh Soeharto bernama Tek Kiong. Pria ini disebut-sebut sebagai adik Soeharto. Tak hanya Tek Kiong adik Soeharto. Di Solo berkembang pula nama Ma King Boo yang disebut-sebut sebagai adik Soeharto (satu ayah lain ibu). Bukan hanya dari Mashuri kisah tentang Soeharto dicoba diangkat ke permukaan. Dari beberapa rekan dekat Soeharto, kisah-kisah serupa juga diperdebatkan. Sumber: http://www.geocities.com/capitolhill/4120/soeharto.html