Sebenarnya kata menarik sangat bergantung pada selera masing-masing
ya. Gak pa-pa kan berbeda. :-)
Yang menarik adalah bagaimana artikel dan foto Bolavaganza bisa
memberikan kontribusi konkret pada kemajuan sepakbola Indonesia.
M, agak jauh ya menurut saya posisi Bolavaganza dari peningkatan
konkret sepakbola Indonesia, meskipun bukan berarti benar-benar tidak
berhubungan. Saya pikir, kalau media olahraga cuma berperan sebagai
penina bobo, ya agak sulit juga berharap mereka bisa memberi
kontribusi positif pada prestasi sepakbola nasional. Menurut saya
untuk memajukan prestasi sepakbola kita semua harus memikirkan lagi
jalan terbaik menuju perolehan prestasi itu. Masalahnya sekarang,
dininabobokan oleh media atau tidak, sepakbola kita kan tidak jelas
posisinya. Mau menjadi industri? Kok masih bergantung pada APBD dan
kucuran dana pemerintah. Padahal, mekanisme pasar bebas yang bebas
subsidi sehingga memunculkan persaingan bebas dan adil kan syarat
utama untuk mewujudkan industri di iklim kapitalisme global sekarang
ini. Tapi lagi, apakah pilihan menjadi industri merupakan satu-
satunya opsi yang ada? Apakah itu pilihan terbaik bagi sepakbola
Indonesia? Bisakah sepakbola Indonesia menjadi industri tanpa
dukungan industri apparel, media televisi, dll. yang asli Indonesia?
Tampaknya, sama seperti di bidang lain, di bidang sepakbola pun kita,
sebagai negara periferal, akan tetap menjadi penikmat setia dan
konsumen yang penuh kebanggaan dari sepakbola Eropa. Kan itu yang
dicita-citakan Joao Havelange saat mengambil alih kepemimpinan FIFA
dari tangan Sir Stanley Rous pada 1974 (CMIIW). Diawali tekad untuk
memaksimalkan aspek komersialisasi sepakbola, Havelange berhasil
membuat sepakbola menghasilkan 225 triliun dolar AS per tahun sejak
1994 (Giulianotti, 2006:86).
Kembali ke upaya peningkatan prestasi, kesimpulan saya adalah
sepakbola mesti menemukan jadi dirinya dengan--kalau perlu--
memformulasikan jati diri baru, lalu menyusun langkah peningkatan
prestasi berdasarkan jati diri itu. Tidak melulu harus menjadi
industri. Ingat, Brasil, pengoleksi lima gelar juara dunia, tidak
memiliki kompetisi profesional. Sepakbola domestik sarat korupsi yang
dilakukan para cartolas. Salah satu cartolas "tikus uang" yang
terkenal adalah Eurico Miranda, yang pada 1998 secara fenomenal
menelan dana kontan sebesar 34 juta dolar dari Nations Bank (kini
Bank of America)dalam dua tahun. Padahal, pada awalnya dikatakan
bahwa dana sebesar itu cukup mencukupi kebutuhan klub selama 100
tahun!
Negara lain yang bisa berprestasi adalah Yunani 2004 dan Denmark
1992. Bahkan kompetisi domestik Perancis, jaduk Euro 2000 dan PD '98,
tidak se-"industri" Inggris, yang terakhir kali berjaya meraih posisi
puncak di PD pada 1966, 41 tahun yang lalu! Industri tidak berbanding
lurus dengan prestasi ternyata.
Lalu apa peran media di sini? Jika jati diri dan arah sasaran telah
dirumuskan, termasuk olah media, sosialisasi dapat dilakukan sehingga
seluruh masyarakat sepakbola bisa menganut shared value yang sama,
menggantikan ideologi pemuja industri ala kapitalisme global yang
ternyata selama ini kerap meminggirkan kita ke deretan bangku
penonton setia. Sedih gak Anda melihat pemuda-pemudi Melayu dan Jawa
berkulit legam mengibarkan bendera negara lain dan klub negara lain
lebih semangat dari warga negara itu sendiri. Buat saya, itu
kelakukan "orang mabuk", mabuk "kesadaran palsu". Hehehe
Ternyata peran media olahraga penting, bukan. Ingat, Liga Champion
yang berbalutkan uang itu lahir dari gagasan sebuah media:L'EQUIPE.
Salam
Linus Martir
--- In mediacare@yahoogroups.com, jacky kussoy <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Trus terang saya sich suka nonton bola. Terutama kalau
> di lapangan hijaunya ada sosok sosok seperti
> Ronaldinho, Zidane, Ronaldo yang di MU dsb.
>
> Cuma ketika diceritakan bahwa artikel menariknya ada
> di Bolavaganza 64, apa ini berarti pada penerbitan
> sebelumnya belum menjajikan artikel artikel yang
> menarik ??
>
> Setahuku Bolavaganza selalu menyajikan banyak berita
> aktual yang terkait dengan bola koq.
>
> Cuma gimana ya caranya menyajikan berita dan foto-foto
> di Bolavaganza yang nantinya berdampak secara positif
> pada performance PSSI dan klub bola yang kita punya.
>
> Mengapa,di layar teve aja, pemirsanya sudah begitu
> dimanjakan. Tepatnya, teve yang ada di Indonesia ini
> adalah siaran teve yang sangat menina bobokkan
> penontonnya termasuk para pemain bolanya. Bayangkan,
> semua liga top dunia bisa ditonton di teve Indonesia
> dan gratis. Tapi faktanya, prestasi bola kita begitu
> begitu aja.
>
> Bahkan kegiatan liga Indonesia bisa berjalan mulus
> karena masing-masing wilayah yang jadi pesertanya bisa
> mendapatkan dana dari APBD setempat, tapi yang masih
> saja terjadi, pemain kita masih gitu gitu juga.
>
> Bolavaganza !Kapan ya, sepak bola kita benar-benar
> maju dalam arti yang sebenarnya. Konkretnya, PSSI atau
> klub liga kita bisa jadi juara