Bls: [ob] Re: Ekonomi, Keuangan dan Investasi Asia Berkibar di 2010
Jawaban di bawah pertanyaan. http://www.financeindonesia.org/content.php --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, ron sur wrote: > > Pak Socrates, saya ingin bertanya pendapatnya untuk menambah wawasan saya: >  > 1. Artinya Amrik akan msk dkm kondisi hyperinflation dr faktor mencetak uang > krn bail out? Ya, hipotesa akan terjadinya hyperinflation sudah sering dilontarkan. Ada tulisan saya mengenai kemungkinan hyperinflation yg juga saya posting disini di akhir 2009. http://www.financeindonesia.org/entry.php?14-The-Nightmare-of-Sang-Raksasa-Hyperinflation >  > 2. besar kemungkinan the fed akan naikin bunga sebentar lagi, akhirnya US > dollar menguat kembali dan menekan pasar saham spt bbrp artikel yg saya baca. Ini adalah konsekuensi logis yg hrs diambil oleh mereka jika niatnya adalah menekan laju pertumbuhan hutang negara dan melakukan stabilitas nilai US berbanding harga komoditi terutama emas >  > 3. apakah tdk berlebihan Indonesia msk dlm BRIC, krn melihat angka kemiskinan > msh tinggi dan pembangungan infrastruktur yg lambat, kecuali kalau cuma > melihat growth, yg artinya akan berulang spt jaman dulu, yaitu hanya di > nikmati kalangan tertentu tanpa mengalir ke bawah. BRIC berawal dari identifikasi emerging countries dgn potensi dan pertumbuhan ekonomi terbaik. Dalam hal ini Indonesia sudah layak utk bergabung dengan mereka. Masalah distribusi kemakmuran yg tidak merata tidaklah terkait dgn indikator penentu dimaksud. Walaupun scr pribadi saya setuju bahwa masih banyak kalangan bawah yg belum tersentuh kemajuan ekonomi. >  > 4. Pak saya ingin menanyakan mengapa Indonesia tdk bisa menjadi penentu harga > komoditas yg emang hampir di kuasai kita spt timah, batubara , CPO . knp yg > jadi patokan harga di negara lain spt london, malaysia dll. Ini ada bursa/pasarnya, sbg contoh Malaysia punya utk timah. Indonesia belum punya bursa sejenis, kalopun ada bursa komoditi, visinya (sbg price maker/leader) masih blm mengarah kesana. >  > thx atas komentarnya Pak. > > --- Pada Ming, 31/1/10, yokorusi menulis: > > > Dari: yokorusi > Judul: [ob] Re: Ekonomi, Keuangan dan Investasi Asia Berkibar di 2010 > Kepada: obrolan-bandar@yahoogroups.com > Tanggal: Minggu, 31 Januari, 2010, 5:34 PM > > >  > > > > > TA terkait > > http://www.financei ndonesia. org/entry. php?88-A- Wolfe-Wave- on-a-BUMI- > Daily-chart > > http://www.financei ndonesia. org/entry. php?89-DEWA- JK-Next-Target > > --- In obrolan-bandar@ yahoogroups. com, Mata Dewa Ipat Kalipatullah > wrote: > > > > This post originally posted at: > > http://www.financei ndonesia. org/content. php?108-LINKS- Ekonomi-Keuangan > > -dan-Investasi- Asia-Berkibar- di-2010 > > > > by > > Socrates Rudy Sirait > > Satu minggu kemarin pasar saham global kembali memberikan tanda-tanda > > akan adanya potensi koreksi secara signifikan di beberapa bursa saham > > utama. Di Wall Street, indeks Dow dibuka di Senin 25 January 2010 pada > > level 10239 dan ditutup di hari Jumat pada level 10067. Hampir semua > > bursa di dunia mengalami hal yang sama. Beberapa jurnal dan blog > > keuangan senior ekonom dan analis keuangan kembali memperingatkan > > tentang potensi terjadinya krisis mata uang, krisis perbankan dan > > kejatuhan ekonomi Yunani. Ini wajar terjadi karena kebanyakan dari > > mereka bermukim di US maupun di Eropa. Apakah kekhawatiran yang sama > > muncul di Asia? LINKS kali ini akan memberikan beberapa potongan cerita > > yang dirangkai untuk (kembali lagi) melihat situasi ekonomi dan > > keuangan Asia yang terkini. > > > > > > > > Rencana Obama untuk membatasi agresifitas private equity dan hedge > > funds telah memberikan dampak yang besar terhadap strategic plan dari > > berbagai global investment bank. Dilihat dari perspektif investasi di > > Asia maka kebijakan Obama ini semakin menguntungkan pasar keuangan Asia > > dan sekaligus menyuburkan dunia investasi di Asia. > > > > Banks may shed private equity assets in Obama plan - Reuters.com > > > > > > > > Minggu kemarin, IMF juga mengeluarkan laporan yang memberikan pujian > > terhadap kinerja ekonomi di Asia khususnya China, India dan Indonesia > > (dan Brazil di Amerika Selatan). Sedikit berbeda dengan laporan World > > Bank, IMF menyatakan bahwa tidak melihat adanya risiko serius dari > > asset bubbles di Asia. Sebuah laporan yang realistis dan tidak > > tendensius. > > > > IMF Sees 3.9% Global Growth - The Wall Street Journal/online. wsj.com > > > > > > > > Laporan mengenai pertumbuhan The MSCI Emerging Markets Index juga > > menandakan ada
[ob] Re: Ekonomi, Keuangan dan Investasi Asia Berkibar di 2010
TA terkait http://www.financeindonesia.org/entry.php?88-A-Wolfe-Wave-on-a-BUMI-Daily-chart http://www.financeindonesia.org/entry.php?89-DEWA-JK-Next-Target --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Mata Dewa Ipat Kalipatullah wrote: > > This post originally posted at: > http://www.financeindonesia.org/content.php?108-LINKS-Ekonomi-Keuangan-dan-Investasi-Asia-Berkibar-di-2010 > > by > Socrates Rudy Sirait > Satu minggu kemarin pasar saham global kembali memberikan tanda-tanda > akan adanya potensi koreksi secara signifikan di beberapa bursa saham > utama. Di Wall Street, indeks Dow dibuka di Senin 25 January 2010 pada > level 10239 dan ditutup di hari Jumat pada level 10067. Hampir semua > bursa di dunia mengalami hal yang sama. Beberapa jurnal dan blog > keuangan senior ekonom dan analis keuangan kembali memperingatkan > tentang potensi terjadinya krisis mata uang, krisis perbankan dan > kejatuhan ekonomi Yunani. Ini wajar terjadi karena kebanyakan dari > mereka bermukim di US maupun di Eropa. Apakah kekhawatiran yang sama > muncul di Asia? LINKS kali ini akan memberikan beberapa potongan cerita > yang dirangkai untuk (kembali lagi) melihat situasi ekonomi dan > keuangan Asia yang terkini. > > > > Rencana Obama untuk membatasi agresifitas private equity dan hedge > funds telah memberikan dampak yang besar terhadap strategic plan dari > berbagai global investment bank. Dilihat dari perspektif investasi di > Asia maka kebijakan Obama ini semakin menguntungkan pasar keuangan Asia > dan sekaligus menyuburkan dunia investasi di Asia. > > Banks may shed private equity assets in Obama plan - Reuters.com > > > > Minggu kemarin, IMF juga mengeluarkan laporan yang memberikan pujian > terhadap kinerja ekonomi di Asia khususnya China, India dan Indonesia > (dan Brazil di Amerika Selatan). Sedikit berbeda dengan laporan World > Bank, IMF menyatakan bahwa tidak melihat adanya risiko serius dari > asset bubbles di Asia. Sebuah laporan yang realistis dan tidak > tendensius. > > IMF Sees 3.9% Global Growth - The Wall Street Journal/online.wsj.com > > > > Laporan mengenai pertumbuhan The MSCI Emerging Markets Index juga > menandakan adanya perbedaan kecepatan putaran ekonomi antara negara > maju di Eropa dan US dibanding negara berkembang. > > Emerging-Market Stocks Snap Longest Losing Streak in Year - Bloomberg.com > > > > Beberapa keputusan strategis dari berbagai investment bank, private > equity dan hedge funds juga memperlihatkan adanya trend alokasi > investasi menuju negara di kawasan Asia Tenggara. > > > > ING Group NV telah melepas unit Asian private banking kepada OCBC Singapore. > ING, OCBC complete Asian private banking deal - Reuters.com > > Alpinvest, sebuah private equity besar telah menyatakan strateginya untuk > masuk ke kawasan Asia. Buyout firms heading east- Alpinvest - Reuters.com > > > > Sehingga untuk menjawab pertanyaan di paragraf pertama: Apakah > kekhawatiran yang sama muncul di Asia? Jawabannya adalah tidak. Secara > umum kondisi ekonomi, keuangan dan investasi di Asia berjalan dengan > baik dan memiliki prospek yang cerah di 2010. > > > > Di Indonesia, indikasi bahwa akan terjadinya penguatan di aliran > investasi juga terlihat dari laporan Fitch Ratings yang menaikkan > posisi rating obligasi pemerintah Indonesia dengan mempertimbangkan > pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat. Fitch Raises Indonesia Rating as > Economy Improves - The Wall Street Journal/online.wsj.com > > > > Dalam sebuah note yang dikeluarkan oleh Templeton Asset Management Ltd. > dikatakan bahwa Indonesia telah siap untuk dijadikan bagian dari negara > BRIC (Brazil, Russia, India dan China) sebagai negara dengan potensi > pertumbuhan ekonomi terkuat di dunia. Pernyataan ini akan semakin > menguatkan pendapat pelaku pasar keuangan dan investasi akan perlunya > untuk segera meningkatkan alokasi dan transaksi investasi di Indonesia. > Mungkin saja dalam beberapa bulan kemudian istilah BRIC akan berganti > dengan BRICI yang telah memasukkan Indonesia sebagai bagian dari > prospek dunia. Indonesia in Place Among BRIC Nations, Templeton Says - > Bloomberg.com > > > > Jika demikian adanya situasi ekonomi, keuangan dan investasi di Asia > maka patutkah kita terlalu khawatir akan gejolak dan dinamika di pasar > saham regional Asia khususnya di Indonesia? Mungkin ada baiknya untuk > merubah strategi investasi saham dengan memperpanjang rentang waktu > investasi dan menghindari transaksi daytrading dalam volume besar di > awal semester I 2010. > > > > Sebagai penutup, mari kita lihat 5 (lima) saham grup Bakrie saat ini, > konsensus rekomendasi apakah yang terlihat di Reuters.com. 3 Hold, 1 > Outperform dan 1 Buy. Menarik sekali! > > > > Analysts: PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG.JK) > > Analysts: PT Bumi Resources Tbk (BUMI.JK) > > Analysts: PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP.JK) > > Analysts: PT Bakrieland Development Tbk (ELTY.JK) > > Analysts: PT Bakrie & Brothers T
[ob] LINKS - Ekonomi, Keuangan dan Investasi Asia Berkibar di 2010
http://www.financeindonesia.org/entry.php?87-LINKS-Ekonomi-Keuangan-dan-Investasi-Asia-Berkibar-di-2010 (artikel dimaksud hanya bisa diakses dari link di atas) Satu minggu kemarin pasar saham global kembali memberikan tanda-tanda akan adanya potensi koreksi secara signifikan di beberapa bursa saham utama. Di Wall Street, indeks Dow dibuka di Senin 25 January 2010 pada level 10239 dan ditutup di hari Jumat pada level 10067. Hampir semua bursa di dunia mengalami hal yang sama. Beberapa jurnal dan blog keuangan senior ekonom dan analis keuangan kembali memperingatkan tentang potensi terjadinya krisis mata uang, krisis perbankan dan kejatuhan ekonomi Yunani. Ini wajar terjadi karena kebanyakan dari mereka bermukim di US maupun di Eropa. Apakah kekhawatiran yang sama muncul di Asia? LINKS kali ini akan memberikan beberapa potongan cerita yang dirangkai untuk (kembali lagi) melihat situasi ekonomi dan keuangan Asia yang terkini. Rencana Obama untuk membatasi agresifitas private equity dan hedge funds telah memberikan dampak yang besar terhadap strategic plan dari berbagai global investment bank. Dilihat dari perspektif investasi di Asia maka kebijakan Obama ini semakin menguntungkan pasar keuangan Asia dan sekaligus menyuburkan dunia investasi di Asia. Banks may shed private equity assets in Obama plan - Reuters.com Minggu kemarin, IMF juga mengeluarkan laporan yang memberikan pujian terhadap kinerja ekonomi di Asia khususnya China, India dan Indonesia (dan Brazil di Amerika Selatan). Sedikit berbeda dengan laporan World Bank, IMF menyatakan bahwa tidak melihat adanya risiko serius dari asset bubbles di Asia. Sebuah laporan yang realistis dan tidak tendensius. IMF Sees 3.9% Global Growth - The Wall Street Journal/online.wsj.com Laporan mengenai pertumbuhan The MSCI Emerging Markets Index juga menandakan adanya perbedaan kecepatan putaran ekonomi antara negara maju di Eropa dan US dibanding negara berkembang. Emerging-Market Stocks Snap Longest Losing Streak in Year - Bloomberg.com Beberapa keputusan strategis dari berbagai investment bank, private equity dan hedge funds juga memperlihatkan adanya trend alokasi investasi menuju negara di kawasan Asia Tenggara. ING Group NV telah melepas unit Asian private banking kepada OCBC Singapore. ING, OCBC complete Asian private banking deal - Reuters.com Alpinvest, sebuah private equity besar telah menyatakan strateginya untuk masuk ke kawasan Asia. Buyout firms heading east- Alpinvest - Reuters.com Sehingga untuk menjawab pertanyaan di paragraf pertama: Apakah kekhawatiran yang sama muncul di Asia? Jawabannya adalah tidak. Secara umum kondisi ekonomi, keuangan dan investasi di Asia berjalan dengan baik dan memiliki prospek yang cerah di 2010. Di Indonesia, indikasi bahwa akan terjadinya penguatan di aliran investasi juga terlihat dari laporan Fitch Ratings yang menaikkan posisi rating obligasi pemerintah Indonesia dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat. Fitch Raises Indonesia Rating as Economy Improves - The Wall Street Journal/online.wsj.com Dalam sebuah note yang dikeluarkan oleh Templeton Asset Management Ltd. dikatakan bahwa Indonesia telah siap untuk dijadikan bagian dari negara BRIC (Brazil, Russia, India dan China) sebagai negara dengan potensi pertumbuhan ekonomi terkuat di dunia. Pernyataan ini akan semakin menguatkan pendapat pelaku pasar keuangan dan investasi akan perlunya untuk segera meningkatkan alokasi dan transaksi investasi di Indonesia. Mungkin saja dalam beberapa bulan kemudian istilah BRIC akan berganti dengan BRICI yang telah memasukkan Indonesia sebagai bagian dari prospek dunia. Indonesia in Place Among BRIC Nations, Templeton Says - Bloomberg.com Jika demikian adanya situasi ekonomi, keuangan dan investasi di Asia maka patutkah kita terlalu khawatir akan gejolak dan dinamika di pasar saham regional Asia khususnya di Indonesia? Mungkin ada baiknya untuk merubah strategi investasi saham dengan memperpanjang rentang waktu investasi dan menghindari transaksi daytrading dalam volume besar di awal semester I 2010. Sebagai penutup, mari kita lihat 5 (lima) saham grup Bakrie saat ini, konsensus rekomendasi apakah yang terlihat di Reuters.com. 3 Hold, 1 Outperform dan 1 Buy. Menarik sekali! http://www.financeindonesia.org/entry.php?87-LINKS-Ekonomi-Keuangan-dan-Investasi-Asia-Berkibar-di-2010 (artikel dimaksud hanya bisa diakses dari link di atas)
[ob] LINKS with analysis: Regional Financial Updates
http://www.financeindonesia.org/entry.php?80-LINKS-with-analysis-Regional-Financial-Updates (utk check link dan referensi) Sebenarnya dari hari Jumat lalu ada keinginan untuk segera mempublikasikan LINKS yang terkait dengan memburuknya kinerja Wall Street selama seminggu kemarin. Namun niat itu saya urungkan terlebih dahulu karena ternyata ada topik yang lebih menarik lagi. Topik tersebut adalah mengenai sektor perbankan yang kembali lagi mencuat seiring dengan berbagai kejadian yang melibatkan kebijakan dan kinerja perbankan di tingkat global, regional maupun di nasional. Keinginan Obama untuk segera memperbaiki perekonomian US terhambat oleh reaksi negatif pelaku pasar yang tidak sepenuhnya sependapat dengan kebijakan Obama di sektor perbankan. Ini wajar terjadi akan terus menggerus kepercayaan pasar di US - pada prinsipnya mereka akan kembali ke logika dasar yaitu "tidak akan ada obat terbaik untuk mengurangi beban hutang selain dengan melunasi hutang tersebut". Sehingga dalam situasi hutang signifikan membelit perekonomian US maka pilihan melunasi hutang secepat mungkin adalah mustahil. Pilihan terpopuler dan termudah adalah kembali mencetak uang dan tetap melonggarkan kebijakan keuangan yang sudah ada. Menunda masalah ke masa yang akan datang sampai saatnya tiba saat masalah tidak lagi dapat diselesaikan dengan menunda. World Bank mengeluarkan sebuah laporan yang memberikan sinyal bahwa ekonomi di Asia berpotensi mengalami bubble akibat kenaikan ekonomi yang "overheating" tumbuh jauh melebihi daerah regional lainnya. Secara pribadi, saya meragukan akurasi analisis laporan tersebut karena dasar pengambilan analisis agak dangkal. Laporan World Bank selalu kuat dipaparan teori dan akurasi data statistik tapi sering kali lemah dalam memahami kapasitas pemikiran strategis yang berada di masing-masing perekonomian Asia dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah. Mungkin itu sebabnya seringkali laporan terkesan agak berlebihan. World Bank Says Asia Faces Asset Bubbles, Overheating Risks - Bloomberg.com Bank of China akan mengeluarkan obligasi sebesar USD 5.8 billion untuk mengobati kinerja modal di sektor perbankan seiring kebijakan pengetatan uang. Ini terjadi akibat kebijakan lending yang longgar di tahun 2009. Apakah benar lending yang dilakukan di 2009 terkonsentrasi di domestik? Atau justru mengalir kembali melalui saluran pipa kredit dan investasi berbagai perusahaan China keluar menuju negara tetangga, bahkan ke Indonesia? Bila dilihat indeks saham di Shanghai 2009 maka hasil yang dicapai tidak terlalu fantastis. Lalu, benarkan risiko asset bubbles di China sudah terlalu tinggi? Atau semua ini sudah dalam perhitungan para pengambil kebijakan ekonomi di China? Bank of China to sell up to $5.8 billion in bonds. Bank of China to sell up to $5.8 billion in bonds to replenish capital - Associated Press/Yahoo.com Pasar obligasi dan pasar uang di Asia mengalami pelemahan di minggu kemarin yang terjadi sebagai reaksi atas kebijakan Obama, kebijakan keuangan China dan kekhawatiran terjadinya asset bubbles di kalangan pelaku pasar. Antisipasi jangka pendek, tidak ada kepanikan di pasar. Emerging-Market Bonds Drop on Supply, China Lending Limits - Bloomberg.com Asian Currencies Post Weekly Drop on China Curbs, Obama Plan - Bloomberg.com Bagaimana dengan Indonesia? Bank Indonesia optimis bahwa tingkat inflasi akan dapat dipertahankan pada target yang ada. Lihat LINKS edisi satu untuk sumber berita. Demikian pula untuk tingkat suku bunga akan dipertahankan pada 6.5 persen. Lihat LINKS edisi kedua untuk sumber berita. Ini merupakan indikasi bahwa Bank Indonesia tidak melihat adanya risiko asset bubble tinggi di tahun 2010. Jika demikian maka pertanyaan saya adalah: mampukah IHSG menyentuh 3000? Tanpa adanya pertumbuhan yang didominasi asset bubble maka peluang IHSG ke 3000 sangat kecil. Sebaliknya jika kita berharap bahwa IHSG akan menyentuh 3000, bersiaplah untuk melihat kenaikan suku bunga di akhir semester kedua 2010. Bank Indonesia `Confident' Will Meet Inflation Target (Update1) - Bloomberg.com Bila China dan Indonesia mampu dan yakin mengatasi dan mengantisipasi gejolak ekonomi dan keuangan yang ada (dan demikian pula di negara tetangga lainnya), apakah laporan World Bank yang menekankan risiko asset bubble di Asia tinggi sebagai pesan utama dapat dikatakan akurat? Semoga World Bank tidak menjadi menara gading yang membuat laporan analisis yang kemudian usang dalam waktu singkat. Terakhir, sebagai pemanis LINKS kali ini sengaja saya tampilkan tiga emiten besar di sektor perbankan BBCA, BBRI dan BMRI. Data di Reuters untuk BBNI tidak update dan ini menandakan bahwa BBNI belum dapat diperhitungkan setara dengan ketiga emiten tersebut. Data BBTN belum ada karena merupakan emiten baru. Coba perhatikan rekomendasi yang masih didominasi oleh BUY dan HOLD. Analysts: PT Bank Central Asia Tbk (BBCA.JK) Analysts: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tb
[ob] Prospek Pemulihan Ekonomi US di 2010 Masih Tanda Tanya
Dari beberapa data yang dirilis dalam satu bulan terakhir di berbagai media, saya mendapatkan dua buah gambar mengenai situasi ketenaga kerjaan di US. Gambar pertama adalah perbandingan tingkat pengangguran di US antara penggunaan Recovery Plan dan tanpa adanya Recovery Plan. Gambar kedua adalah perbandingan tingkat kehilangan pekerjaan antara resesi saat ini dengan resesi yang terjadi sejak perang dunia kedua. (Maaf, gambar dapat dilihat lsg diblog saya - kesulitan utk menampilkan disini) http://www.financeindonesia.org/entry.php?53-Prospek-Pemulihan-Ekonomi-US-di-2010-Masih-Tanda-Tanya Dari gambar pertama terlihat bahwa tingkat pengangguran per Desember 2009 (yang sebenarnya berdasarkan tambahan beberapa variable lain) adalah sekitar 10%. Bila diperhatikan maka kurva tersebut masih dalam posisi naik atau belum terlihat adanya trend menurun. Pada gambar kedua, diperlihatkan posisi kehilangan pekerjaan pada resesi yang berlangsung saat ini di US (garis merah) dengan beberapa resesi sebelumnya. Pada garis merah tersebut juga terlihat masih dalam posisi trend menurun dengan tingkat penurunan di atas 5 persen. Terburuk di antara resesi lainnya dan bahkan lebih buruk dari resesi tahun 1948. Kurva warna merah juga memiliki lengkungan yang jauh lebih lebar dibandingkan dengan kurva warna lainnya. Patut menjadi pertanyaan kita semua adalah 1. Apakah pertumbuhan indeks pasar saham di US dapat dijadikan patokan utama mengenai pemulihan ekonomi di US pada 2010 dan tahun mendatang? 2. Apakah mungkin pemulihan ekonomi yang pesat terjadi di saat yang sama dengan tingginya tingkat pengangguran? 3. Apakah trend membaik pada data tenaga kerja di US dapat terjadi secara drastic di tahun 2010? 4. Bila data ketenaga kerjaan di US masih buruk, maka hal yang sama seharusnya terjadi di sektor industri. Dengan demikian, apakah mungkin industri di US tumbuh pesat tanpa adanya permintaan tenaga kerja yang tinggi? 5. Apakah benar efek stimulus dan recovery plan di US memang lebih terfokus kepada penciptaan cita di pasar saham untuk mempertahankan tingkat kepercayaan pasar global? Saya beranggapan bahwa pemulihan ekonomi US di 2010 masih merupakan tanda tanya besar. Sehingga pertumbuhan indeks saham di US akan tersendat untuk kemudian kembali menurun. Ini dengan asumsi bahwa tidak terjadi perbaikan data ketenaga kerjaan secara signifikan di semester pertama 2010. Kemungkinan kedua adalah indeks bursa US di 2010 terus bergerak naik namun bobot indeks tersebut berbanding indeks emas akan tetap melemah. Walaupun saya sedikit ragu dengan kemampuan harga emas untuk terus naik di 2010 melampaui harga tertinggi di 2009 namun melihat potensi kenaikan harga komoditas yang sangat kuat di akhir 2009 maka potensi tersebut masih dapat dikatakan tinggi. Namun demikian yang menarik adalah peluang terjadinya decoupling di ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi di Asia akan terus berlanjut dimana pada saat yang sama ekonomi US mengalami resesi dalam waktu yang relative panjang. Socrates Rudy Sirait, PhD Gambar dapat dilihat di blog saya: http://www.financeindonesia.org/entry.php?53-Prospek-Pemulihan-Ekonomi-US-di-2010-Masih-Tanda-Tanya
[ob] FinanceIndonesia.org
Pak moderator dan teman2, Selamat tahun baru, semoga kita semua sehat dan sukses di 2010. Mohon ijin untuk posting informasi di bawah ini. http://www.financeindonesia.org/content.php Informasi mengenai relaunching dari website FinanceIndonesia.org (Beta Version). FinanceIndonesia.org (atau FI) merupakan website yang fokus kepada komunitas keuangan,saham dan investasi di Indonesia. FI ditujukan sebagai media komunikasi, diskusi dan berbagi baik berupa gossip, info, sampai dengan pengetahuan. Green Market sebagai salah satu fitur yang tersedia di FI merupakan sarana pembelajaran bagi kita semua untuk mengenal lebih jauh issue global warming, carbon trading, pengurangan emisi, carbon money, environment dan community development. Kedepan, issue-issue ini menjadi begitu penting bagi pasar keuangan, saham dan investasi di Indonesia. Berbagai hal diluar teknis keuangan, saham dan investasi juga menjadi bagian dari FI. Lifestyle - dimana kita dapat membahas bersama berbagai hal non profesi, non teknis tapi penting bagi kita sebagai individu maupun sebagai bagian dari satu komunitas kehidupan. Campuslife - merupakan sarana bagi teman mahasiswa yang terlibat di pendidikan terkait keuangan, saham dan investasi untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan tambahan, wadah diskusi kelompok, referensi sampai dengan memperluas jaringan nara sumber dan jaringan professional. Mohon dukungan dari rekan-rekan sekalian dengan mengunjungi, sign up sebagai member (it is free) dan kesediaanya berpartisipasi. Mari bersama kita jadikan FI sebagai komunitas keuangan, saham dan investasi terbesar di Indonesia yang memberikan benefit kepada kita semua, masyarakat dan negara. Terima kasih. http://www.financeindonesia.org/content.php
[ob] The Nightmare of Sang Raksasa - Hyperinflation
http://unpublisheddream.blogspot.com/2009/10/nightmare-of-sang-raksasa.html Bulan February 2009 yang lalu di dalam satu tulisan yang berjudul Worst Than Nothing atau Better Than Nothing? - saya sedikit mengulas mengenai esensi krisis keuangan yang bersumber dari keserakahan, kebejatan moral dan kebohongan terstruktur. Tulisan kali inipun tidak jauh dari krisis keuangan di US dan tidak jauh pula dari keinginan saya menyatakan kembali bahwa ketiga hal tersebutlah yang telah dan akan terus membawa ekonomi US menyentuh titik terburuk dalam satu dekade mendatang bila pemerintah US dan sebagian besar ekonom US tidak melakukan koreksi kebijakan dan titik pandang pemulihan krisis secara segera. Titik terburuk tersebut adalah malapetaka hyperinflation. Hyperinflation? Satu hipotesa yang saat ini masih dianggap kecil kemungkinan (atau bahkan tidak mungkin) terjadi oleh sebagian besar ekonom. Saya sendiri termasuk satu dari kelompok yang beranggapan bahwwa potensi terjadinya hyperinflation di US adalah relatif tinggi. Tentu saja ini dengan berbagai asumsi yang mengikuti. Memang sungguh tidak mudah membayangkan terjadinya hyperinflation di US membayangkan sebuah negara adidaya dalam satu dekade ke depan dapat terjerembab dan tersungkur dimana nilai mata uangnya merosot drastis, terjadi pengangguran dimana mana, kemiskinan menyebar, negara terperangkap dalam hutang dengan jumlah yang sangat besar, dan sering kali diikuti oleh krisis politik serta krisis social. Mungkin lebih sulit dibanding pada saat 2007 kita membayangkan indeks Dow terkoreksi 50 persen dimana di Maret 2009 ternyata menjadi kenyataan. Mungkin mendengar argumentasi hyperinflation di US saja, sebagian pihak yang kontra hyperinflation akan segera menyanggah dengan menunjuk bahwa saat ini di pasar saham US telah terjadi bullish market dimana kenaikan indeks Dow dan S&P di 2009 dianggap sebagai tonggak terjadinya pemulihan ekonomi di US. Silahkan saja. Saya pribadi melihat kenaikan itu sebagai bentuk classic bounce in a long-term bear market. Sehingga tidak lama lagi akan indeks mereka akan kembali mengalami penurunan. Lalu indikasi kuat yang manakah yang memperlihatkan kemungkinan terjadinya hyperinflation?. Point Pertama dan terpenting adalah kebijakan pemerintahan Obama yang konsisten melakukan defisit spending bahkan lebih agresif dari pemerintahan Bush. Defisit spending terjadi akibat besarnya kebutuhan dana untuk membiayai program stimulus dan pemulihan ekonomi US. Akibat program stimulus dan pemulihan ekonomi tersebut maka public debt di US per awal semester II 2009 telah mencapai sekitar USD 11.6 trillion. Suatu angka yang luar biasa besar dan perlu diketahui bahwa akumulasi terbesar mulai terjadi sejak tahun 2008 dan masih akan terus berlangsung di tahun mendatang. Di tahun 2008, total biaya bunga atas keseluruhan hutang US adalah USD 452 billion. Angka yang luar biasa besar, tidak terbayang apabila dihitung dalam Rupiah. Ironisnya, hampir seluruh program stimulus dan pemulihan ekonomi ini dirancang untuk mendapatkan efek pemulihan yang cepat. Caranya adalah dengan meningkatkan konsumsi masyarakat. Boleh dikatakan hanya sedikit program yang dirancang untuk menciptakan kesempatan kerja dalam jangka panjang. Di dalam suatu perekonomian yang mengalami krisis berkepanjangan maka peningkatan konsumsi tidak memiliki efek multiplier yang kuat terhadap pemulihan ekonomi. Permintaan pasar yang tercipta hanyalah bersifat sementara dan tidak didukung oleh adanya peningkatan pendapatan dari konsumen dalam jangka panjang. Dalam situasi yang sama, sebagian stimulus diberikan tidak secara gratis melainkan melalui suatu insentif yang dapat digunakan saat membeli produk tertentu seperti program Cash for Clunkers. Akibatnya insentif tersebut dapat menyebabkan sebagian masyarakat terjebak dalam hutang baru tanpa memiliki daya bayar tambahan. Di sisi lain, program stimulus dan pemulihan ekonomi ini hampir seluruhnya didanai melalui kombinasi antara cetakan uang baru dan pinjaman dari berbagai negara kreditur dimana yang terbesar adalah diberikan oleh China. Menurut data yang dikeluarkan oleh CIA, per 2008 posisi public debt dari US adalah ranking ke 24 sedangkan Indonesia berada di ranking 77. Di 2008 posisi public debt hanyalah 61 persen dari GDP. Jadi bila menggunakan data yang sama maka public debt US di 2009 telah berada di 10 besar negara dengan ratio public debt terhadap GDP tertinggi. Siapa saja di 10 negara tersebut? Zimbabwe, Japan, Lebanon, Jamaica, Italy, Singapore, Greece, Sudan, Belgium dan Egypt. Hanya beberapa dari negara ini yang saat ini perekonomiannya relatif stabil sisanya dalam keadaan krisis bahkan beberapa dalam keadaan krisis akut. Perlu diketahui bahwa semakin besar hutang suatu negara maka semakin besar pula kemungkinan mata uang negara tersebut mengalami kemerosotan nilai atau devaluasi. Ada beberapa pertanyaan yang dapat menjadi bahan pertimbangan bersama. Bagaimana
[ob] Re: BEI Lagi2 Kedatangan Tukang Batubara
Hai semua... apa kabar? Saya baru sempat buka2 archive lagi di obrolan bandar jadi terlambat utk menjawab. Benar sekali saya tidak lagi menjabat sebagai direksi di Hanson International Tbk sejak Maret 2009 dan sejak awal Mei 2009 tidak lagi sebagai direktur di Hanson Energy. Sejak beberapa minggu yang lalu, saya diminta pemegang saham PT Garda Tujuh Buana (GTB) untuk menjadi bagian dari direksi di perusahaan tersebut. Mohon doa restu teman2 agar GTB dapat menjadi salah satu perusahaan batubara yang berhasil dan bermanfaat bagi pembangunan negara ini. Thanks yah atas perhatiannya. Salam sukses untuk semuanya. GBU Socrates Rudy Sirait, PhD --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Abraham Sihombing" wrote: > > Pak Socrates sudah tidak menjadi direktur di Hanson International Tbk > (MYRX) lagi...karena wkt itu beliau bersama empat orang direktur lainnya > bareng-bareng bedol-desa dari MYRX...itu data terakhir yang saya > punya...CMIIW...terima kasih. > > > > > > From: obrolan-bandar@yahoogroups.com > [mailto:obrolan-ban...@yahoogroups.com] On Behalf Of Yudizz > Sent: Thursday, June 11, 2009 2:07 PM > To: obrolan-bandar@yahoogroups.com > Subject: RE: [ob] BEI Lagi2 Kedatangan Tukang Batubara > > > > > > > > > Socrates Rudy Sirait, PhD..?? Lha, orangnya kalo nggak salah kan ada di > milis ini juga. > > > > Gimana kalo kita tanya bareng2? > > > > Regards, > > Yudizz > > > > > > Powered by BEI Berbullish(tm) > > May The BULL Be With You > > > > From: obrolan-bandar@yahoogroups.com > [mailto:obrolan-ban...@yahoogroups.com] On Behalf Of Daniel Wong > Sent: Thursday, June 11, 2009 1:59 PM > To: obrolan-bandar@yahoogroups.com > Subject: RE: [ob] BEI Lagi2 Kedatangan Tukang Batubara > > > > > > > > > > Salah satu direkturnya itu (Socrates) adalah mantan direktur MYRX, dan > sepertinya masih menjabat sebagai direktur Hanson Energy. > > > > > > Cheers > > DW > > > > > > From: obrolan-bandar@yahoogroups.com > [mailto:obrolan-ban...@yahoogroups.com] On Behalf Of Yudizz > Sent: Thursday, June 11, 2009 1:47 PM > To: obrolan-bandar@yahoogroups.com > Subject: [ob] BEI Lagi2 Kedatangan Tukang Batubara > > > > > > > > > > > Ada yang mau kasih view..? > > > > Rasanya BEI ini udah kebanyakan emiten di sektor coal deh, dan rata2 > semuanya top trade. Latah kali ya > > > > > > KONTAN - INVESTASI > > > > Kamis, 11 Juni 2009 | 10:25 > > INITIAL PUBLIC OFFERING > > > > Gelar IPO, Garda Incar Dana Segar Rp 230 Miliar > > > > JAKARTA. Bulan depan, Bursa Efek Indonesia bakal kedatangan anggota > keluarga baru. Dia adalah PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTB) yang sedang > mengincar dana maksimal Rp 229,25 miliar dalam penawaran umum saham > perdana alias initial public offering (IPO). GTB siap melepas 73,40% > saham atau setara 1,83 miliar saham dengan kisaran harga Rp 110-Rp 125 > per saham. > > Rencananya, GTB akan melakukan book building pada 10 Juni hingga 17 Juni > 2009. Masa penawaran akan mereka gelar pada 1 Juli hingga 3 Juli 2009. > Sedangkan rencana pencatatan saham alias listing di Bursa Efek Indonesi > (BEI) dilakukan pada 9 Juli 2009. "Kami menunjuk Bahana Securities > sebagai penjamin emisi (underwriter)," kata Direktur Utama GTB Hari > Purnomo. > > GTB akan menggunakan 54,48% dana IPO untuk membeli alat berat, > pembebasan lahan dan pembangunan infrastruktur. "Selain untuk modal > kerja, sisanya untuk mengembalikan dana talangan pemegang saham > pengendali," ujarnya. Namun, Hari mengaku tidak tahu berapa detil jumlah > dana talangan itu. > > Hari bilang, saat ini, pihaknya sedang menjajaki dua tambang batu bara > di Kalimantan Timur. Akuisisi yang ditargetkan rampung pada tahun ini > akan mereka biayai dengan dana hasil IPO. Hari berharap, tahun ini, > produksi batu bara GTB bisa meningkat 2.916,67% dari 30.000 metrik ton > menjadi 905.000 metrik ton. > > > Sholla Taufiq > > > > > > Powered by BEI Berbullish(tm) > > May The BULL Be With You >
[obrolan-bandar] Paket Stimulus Obama: Worst Than Nothing atau Better Than Nothing?
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Sebuah berita menyatakan bahwa Obama telah menandatangani paket stimulus sebesar USD 789.5 billion. Tidak ada reaksi pasar yang berlebihan terhadap moment tersebut. Semua telah difaktor dan telah diantisipasi oleh pasar. Apa yang tampak saat ini adalah fakta bahwa pasar saham di US terus mengalami penurunan. Kecemasan, kekhawatiran dan ketidak pedulian menjadi bagian dominan dari perayaan legalisasi paket stimulus tersebut. Tentu saja banyak juga pihak yang tidak hentinya berharap bahwa paket tersebut akan mengubah krisis ekonomi dan penderitaan di US menjadi pulih dan sehat kembali. Tanpa bermaksud merendahkan kapasitas para pemikir di US yang legendaris, hebat dan populer - saya termasuk yang tidak percaya bahwa paket stimulus ini akan memberikan hasil terbaik bagi perekonomian US. Dalam pandangan saya, stimulus ini terlalu mahal dan berfungsi lebih sebagai penahan rasa sakit daripada mengobati penyakit itu sendiri. Bahkan mungkin lebih buruk dibanding dengan opsi tidak memberikan stimulus apapun. Apa bedanya antara USD 789.5 billion yang akan dibagi dalam 10 tahun dengan paket Economic Stimulus 2008 senilai USD 152 billion? Secara teknis memang berbeda tapi esensinya sama yaitu memberikan bantuan "likuiditas" dengan tujuan meningkatkan kemampuan beli masyarakat. Di 2008, terjadi penurunan harga minyak secara drastis sehingga sebenarnya pada saat yang sama terdapat dua paket stimulus penggerak daya beli secara bersamaan. Suatu anugerah yang luar biasa. Namun apa hasilnya? Ekonomi US justru terus menukik bahkan menuju titik terendah di Q408. Mengapa hasilnya justru berlawanan arah? Bukankah ini dapat diartikan sia sia, tidak membawa manfaat apapun. Lalu dengan fakta tersebut, apakah kita layak untuk secara rasional mengatakan paket USD 789.5 billion (yang akan dibagi sampai dengan 2019) adalah lain? Dasarnya apa? Apa karena dulu presidennya Bush yang dihujat sedunia dan saat ini adalah Obama yang dipuja sedunia? Sekali lagi, seperti pernah saya katakan dalam postingan terdahulu, saya mengagumi kepiawaian Obama dalam berpolitik dan kemampuannya sebagai pemimpin. Tapi, saya ragu akan kemampuan dia untuk mengobati masalah tanpa berpijak pada esensi krisis yang ada. Esensi krisis kali ini adalah keserakahan, kebejatan moral dan kebohongan terstruktur. Sistem yang luar biasa indah dan mengagumkan telah dirusak dan dihancurkan oleh sekelompok manusia pintar yang mengalami kerusakan moral. Seperti perkataan John Perkins "When men and women are rewarded for greed, greed becomes a corrupting motivator" Inilah yang menjadi segala sumber dari krisis kali ini. Lahirnya Sarbanes Oxley 2002 (seperti pernah saya singgung dalam tulisan terdahulu) yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan. Tujuh tahun berlalu dan yang kita dapat adalah berbagai laporan keuangan perusahaan berskala global dengan hiasan kerugian yang sangat signifikan. Enron Scandal dulu begitu heboh. Namun sekarang banyak yang lebih parah dan tidak lagi menghebohkan karena sudah menjadi suatu yang wajar. Coba kita teliti lagi mana yang tidak berfungsi dengan benar, Sarbanes Oxley atau manusia penghasil laporan keuangan tersebut? Ada lagi "structured products" yang lahir dari kepiawaian membungkus dan menggulung surat hutang dengan surat hutang dengan surat hutang komplit dengan rating kelas atas dari rating agency kelas dunia. Saat ini sebagian besar surat hutang tersebut telah menjelma menjadi kertas seharga nol plus nol. Hebatnya kertas tersebut dapat digadaikan kepada otoritas keuangan tertinggi di US. Bagaimana mungkin sebuah otoritas keuangan menerima kertas seharga nol plus nol sebagai jaminan? Membayangkan proses berbagai meeting untuk mengambil keputusan tersebut saja rasanya bikin perut mual. Kemudian berbagai korporasi dan institusi keuangan skala global yang siap untuk bangkrut malahan ditolong dengan berbagai cara untuk tetap hidup. Siapakah yang paling menikmati pertolongan tersebut apakah rakyat atau segelintir pemegang saham, kreditur dan executives dari perusahaan tersebut? Sekarang, yang menjadi bahan cerita paling menggelikan adalah wacana nasionalisasi bank. Apa? Nasionalisasi bank? Bukankah leluhur filosofi free market berasal dari "Tanah Impian"? Bagaimana mungkin nasionalisasi bank dapat terjadi? Mungkin bila penyebab adalah natural disaster, dapat diterima dengan lapang dada tapi ini adalah karena bank tersebut insolvent akibat ulah mereka sendiri. Free Market? Free but not that free? Free with some limitations? Free with exception? Kembali ke paket stimulus terbaru, apa yang harus dilakukan supaya berhasil? Atau pertanyaan diganti menjadi, siapa yang mampu melawan sistem supaya berhasil? Atau pertanyaan diganti menjadi, berapa USD trillion dibutuhkan supaya berhasil? Tidak ada seorangpun yang mampu menjawab dan menjamin keberhasilan paket stimulus tersebut. Selama keserakahan, kebejatan moral dan kebohongan terstruktur melekat erat dalam satu sistem maka selama i
[obrolan-bandar] Menggapai Harapan - Obama Momentum
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Salah satu faktor utama yang diharapkan akan mengangkat moral dan semangat pelaku pasar keuangan di tingkat global pada saat ini adalah Obama momentum. Bahkan sebenarnya inilah satu satunya faktor yang tersisa yang menjadi tumpuan untuk mengangkat gairah pasar keuangan dunia. Saya pribadi percaya bahwa Obama momentum akan membawa kenaikan indeks di bursa saham, menghidupkan kembali volatilitas tinggi dan pada akhirnya akan meredup seiring berlalunya waktu. Mengapa meredup? Sama seperti anda, maka pertanyaan ini terlintas di dalam pemikiran saya. Awalnya saya berharap bahwa dana injeksi akan mentransformasikan momentum ini menjadi penguatan ekonomi dan pasar keuangan secara riil. Namun, komparasi berdasarkan sejarah, fakta terkini dan prospek yang terlihat mengatakan sebaliknya. Momentum ini hanyalah masa jeda dan penahan kejatuhan yang bersifat temporer. Berapa lama Obama momentum akan bertahan? Dugaan saya adalah akhir Maret 2009 sampai dengan April 2009 disaat laporan keuangan Q408/H208 akan menjadi sorotan dari seluruh pelaku pasar keuangan. Paket stimulus senilai ratusan milyar US dollar harus menjadi solusi penuh bagi krisis keuangan dan ekonomi di US. Bila tidak, maka paket ini hanya akan menjadi bagian dari krisis tersebut alias tidak akan menghasilkan apapun. Sejarah membuktikan bahwa bailout terhadap lembaga keuangan maupun perusahaan strategis tidak mampu mengembalikan kinerja industri tersebut ke titik sebelum krisis dalam waktu singkat. Bahkan terkadang membutuhkan 10 tahun untuk kembali tumbuh pesat. Contoh terdekat, saat krisis 1998 terjadi di Indonesia - perbankan diinjeksi melalui bantuan likuiditas, kemudian dilakukan proses merger antar bank. Beberapa bank kemudian melakukan IPO sebagai salah satu cara pengembalian dana pemerintah dan peningkatan nilai asset. Bila harga saham dijadikan titik tolak keberhasilan kinerja maka 2006-2007 adalah tonggak keberhasilan tersebut. Di Jepang, setelah krisis di 1980, perbankan mengalami hal yang sama dengan di Indonesia, proses merger dilakukan secara berulang. Sehingga di awal 2000, jumlah bank di Jepang mengalami penurunan yang sangat drastis dibanding periode 1980. Pemerintah Jepang melakukan suntikan secara intense kepada sektor infrastruktur selama lebih dari sepuluh tahun untuk memperbaiki perekonomian Jepang. Namun faktanya Jepang mengalami deflasi dan pertumbuhan ekonomi yang nyaris tidak ada selama sepuluh tahun. Kembali lagi mengenai fakta dan potensi krisis berkepanjangan global, berdasarkan data yang diangkat oleh seorang ekonom dari University of Michigan maka apa yang telah terjadi di 2008 masih merupakan awal dari krisis bila dibanding dengan situasi di awal 1980-81. Beliau menggunakan prime rate, inflation, jobless rate dan 30 year mortgage sebagai pembanding. Prime rate 80:20.5% 08:4%, Inflation 80:14.8% 08:0%, Unemployment 82:10.8%, 06:6.5% dan 30 year mortgage 81:18.5% 09:6.04%. Satu lagi, kejatuhan property di US belum selesai. Foreclosure akan terus terjadi dan mungkin saja puncaknya justru terjadi di pertengahan atau akhir 2009. Dalam konteks lain, prediksi mengenai ekonomi China yang mengalami penurunan pertumbuhan secara drastis, perekonomian UK, Jerman dan Jepang yang berada dalam tahap awal resesi merupakan sanggahan kuat terhadap argumentasi bahwa perekonomian US tidak akan bergerak ke bawah. Tinggal seberapa jauh penurunan tersebut akan terjadi dan kapan akan bergerak membaik kembali. Dana stimulus yang merupakan cetakan baru pada akhirnya akan sulit diserap oleh pasar keuangan dunia. Sehingga dana tersebut akan secara gradual membawa obligasi pemerintah US pada tingkat yield yang terendah - "virtually nothing". Bila ini terjadi maka akan terjadi suku bunga tinggi yang akan merubah deflasi secara cepat menjadi inflasi tinggi dimana ekonomi mengalami stagnasi. Bila bukan US yang memulai maka contagion effect dari EU, China, Jepang, Korea atau belahan dunia lainnya akan menghampiri US. Potensi ini ada dan walaupun kecil tapi tetap mungkin terjadi karena sejarah telah membuktikan fakta tersebut pernah terjadi. Obama pernah mengatakan bahwa dia akan menciptakan lapangan pekerjaan dengan menggelontorkan dana ke berbagai sektor industri. Saya berharap bahwa pola pendekatan yang dilakukan adalah tidak berorientasi kepada terciptanya lapangan kerja. Investasi tetap harus dilakukan secara matang dimana penciptaan lapangan kerja merupakan immediate positive impact. Bukan sebaliknya, seperti yang pernah terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Asal proyek, terjadi penyerapan tenaga kerja dimana investasi tidak menghasilkan, gagal dan terjadi rasionalisasi tenaga kerja. Terlepas dari segala argumentasi di atas, saya tetap mengagumi Obama sebagai seorang pemimpin dunia. Tulisan ini merupakan bentuk sokongan moral saya terhadap Obama dimana sayapun berharap agar Obama momentum akan menjadi awal kebangkitan ekonomi global dan membuat usang semua argumentasi di atas. Selamat Obama! Se
[obrolan-bandar] Citigroup dan Indeks DJIA
Dalam beberapa hari ke depan otoritas keuangan US akan menentukan nasib Citigroup. Opsi 1. melakukan take over (lebih tepatnya bailout) dari penerbitan saham baru bernilai puluhan milyar dollar - sehingga akan memancing masalah baru dan besar di publik Opsi 2. memecah Citigroup menjadi beberapa bagian, sebagian di takeover, sebagian dijual ke tetangga dan sebagian lagi ditutup. Opsi 3. membiarkan Citigroup bangkrut Tiga opsi tersebut akan menjadi major issue di pasar keuangan US pada minggu ini. Apapun pilihannya berpotensi membawa indeks Dow ke level terbawah. Sehingga agak sulit mengharapkan regional membaik pada awal perdagangan minggu ini SRS http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Seberapa Kuat Indeks BEI Dapat Mendaki?
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Setelah membaca berbagai artikel hangat mengenai carut marut pasar keuangan global, akhirnya saya kembali bertanya dimanakah posisi indeks BEI dibandingkan dengan posisi indeks bursa utama di US dan di Asia? Dengan menggunakan data dari Yahoo Finance maka terciptalah grafik di bawah ini yang menggambarkan posisi indeks Dow, BEI, Hang Seng, Nikkei, Singapore dan Shanghai. Patokan yang digunakan adalah posisi awal tahun 2008 sampai dengan 14 November 2008. (Grafik dapat dilihat di blog saya) Cukup mengejutkan melihat hasil dari grafik tersebut karena penurunan indeks DJI hanya sekitar 35% masih lebih rendah dibandingkan rata2 bursa di Asia yang turun berkisar dari 45% sampai dengan 62%. Indeks BEI sendiri turun mendekati 55% atau peringkat kedua dari bawah. Padahal kita semua tahu bahwa goncangan terhebat justru terjadi di pasar keuangan US sedangkan di Asia boleh dikatakan hanya terkena imbas dari goncangan tersebut. Jadi faktor2 apa saja yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut? Faktor utama yang paling jelas terlihat adalah bubble. Harga saham yang telah terbang terlalu tinggi, terus mengalami penurunan mendekati nilai fundamental dari saham tersebut. Sehingga terlihat indeks BEI dan indeks SSEC (Shanghai) mengalami depresiasi terbesar berbanding lainnya. Berikutnya adalah peran investasi asing di setiap bursa. Bila dilihat aliran dana asing per 2008 seperti saya katakan di postingan terdahulu, Indonesia masih memiliki aliran dana asing bersih positif sedangkan negara Asia lainnya sudah mengalami aliran dana asing bersih negatif. Kemerosotan indeks bursa Asia melebihi indeks DJI merefleksikan bahwa peran dan posisi investasi asing di berbagai bursa di Asia cukup dominan. Terlebih lagi di Indonesia dimana pada posisi aliran dana asing bersih masih positif, penurunan indeks telah diatas 50%. Saya belum sempat melakukan riset secara mendalam tentang aliran dana asing di Indonesia. Hanya saja dari data tersebut, kemungkinan terdekat mengenai aliran dana asing positif tersebut berasal dari foreign direct investment dan mungkin saja aliran dana asing hanya di pasar saham telah negatif dengan kadar yang setara dengan bursa di Asia lainnya. Sedikit berandai andai (dan terdapat kemungkinan kekeliruan) maka dugaan saya adalah besar perbedaan indeks DJI dan indeks bursa Asia diatas adalah maksimum kenaikan yang dapat terjadi dalam kurun waktu dimana aliran dana asing bersih ke pasar saham adalah nol. Dengan kata lain, tanpa adanya injeksi dana asing ke BEI maka potensi terbaik kenaikan indeks BEI adalah sekitar 20% dari indeks saat ini atau sekitar 1500. Tentu saja dengan catatan bahwa kondisi pasar keuangan global mengalami pemulihan secara berangsur. Ini juga dapat diartikan bila kondisi pasar global belum stabil maka indeks BEI akan bergerak datar pada range yang relatif sempit. Dalam kondisi tersebut maka instrument investasi yang harus dihindari adalah reksa dana. Pada kondisi tersebut pula, peluang terbaik terdapat pada segelintir saham dengan aspek fundamental yang kuat dimana daytrading dengan memanfaatkan momentum berita dan gairah pasar berpotensi menghasilkan keuntungan kecil tetapi dalam frekuensi terjadi yang cukup banyak. Semoga bermanfaat. Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/11/seberapa-kuat-indeks-bei-dapat-mendaki.html
[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata
Benar sekali... Pasar secara agregat telah bereaksi negatif terhadap kebijakan berbau capital control tsb. Bukan sekedar reaksi satu dua pihak saja. Semakin nilai tukar kita melemah, makin sulit pula indeks bursa kita untuk bergerak naik. http://unpublisheddream.blogspot.com/ --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "jsx_consultant" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Sirait, > > Di Indonesia banyak orang kaya yg dulunya mungkin sekolahnya > cuman lulusan SD. Meskipun cuman lulusan SD tapi duitnya > ribuan kali duitnya yg S3. Orang model begini paling bandel > kalo bayar pajak karena mereka dulunya orang susah jadi > sekarang pelit. Mungkin banyak dari mereka kalo bayar > pajak cuman sedikit, jadi kalo dibandingin jumlah > dollar yg mereka beli engga masuk akal. Jadi mereka engga > mungkin beli dollar pake NPWP karena akan langsung > keliatan ama pajak. > > Banyaknya rumor negatif menjelang pemilu, berita negatif > tentang krisis yg berkepanjangan membuat mereka yg sudah > mengalami kerusuhan 98 mencari jalan aman beli dollar. > > Semakin pemerintah melarang orang beli dollar, semakin > curiga mereka, tentu ada apa apanya. Semakin mereka pengen > beli dollar. > > Larangan membeli dollar tanpa NPWP, tentunya membuat mereka > membeli dollar diluar negri. Ini akan membuat Rupiah dibanting > di luar negri yg volumenya lebih tipis dari pada di JKT. > sehingga rupiah turun drastis dalam sesaat. > > MUNGKIN ini penyebab kejatuhan rupiah yg drastis setelah > pengumuman larangan beli dollar harus pake NPWP. > > Note: > Dulu rasanya ada larangan membawa rupiah keluar negri supaya > rupiah engga bisa dikerjain diluar negri ? > > > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "yokorusi" > wrote: > > > > http://unpublisheddream.blogspot.com/ > > > > Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi > pujian > > terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan > di > > daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya > > saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan > pendapat > > tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di > > Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan > > bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak > yang > > mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap > > Indonesia. > > > > Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali > > mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya > > dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India, > > Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah > > mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama > telah > > kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut, > > Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana > > asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami > > oleh Taiwan dan Korea. > > > > Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall > > dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih > dalam > > maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap > > terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor > yang > > memberikan indikasi tersebut. > > > > Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset > > dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan mencapai 3.5% di > 2009 > > atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi > akan > > segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila pertumbuhan > rendah > > maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga akan terjadi > > penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal yang sama > terlihat > > dari posisi net foreign trade yang telah semakin menurun dibanding > > posisi awal tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global. > > > > Kedua, tingkat suku bunga 9.5% yang terus dipertahankan oleh Bank > > Indonesia merupakan keputusan yang tidak tepat. Dengan jatuhnya > > Consumer Price Inflation di Oktober maka semakin terlihat bahwa > > keputusan ini hanyalah untuk mempertahankan posisi Rupiah. Ironisnya > > nilai tukar IDR justru semakin merosot dari hari ke hari. Depresiasi > > sebesar 14% hanya dalam bulan Oktober 2008. Di sisi lain, suku bunga > > tinggi telah membuat pasar kredit semakin lesu dan membuat putaran > > ekonomi semakin melambat. Lalu apa manfaatnya? Apa yang terjadi bila > > nilai tukar semakin lesu? Intervensi saja tidak cukup. Sudah >
[obrolan-bandar] Re: Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata
Pak DE, Thanks atas pandangannya. Jika suku bunga turun, tidak serta merta Rupiah terdepresiasi. Dari kejadian pemotongan suku bunga selama 2004-2007, hasilnya nilai tukar Rupiah tetap stabil. Jadi asumsi tersebut rasanya kurang tepat. Mengenai consumer dan producer inflation Indonesia dan beberapa data lainnya bisa dilihat di Economics Intelligence Unit (lihat di views wire asia) http://www.eiu.com/ SRS, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/ --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Dean Earwicker" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Suku bunga turun, rupiah bisa tambah turun. BI itu tugasnya menjaga kurs dan > inflasi. Pemerintah tugasnya meningkatkan growth ekonomi. Memang dilematis > yah, tapi mereka kompak kok. > > Indonesia hidup dari ekspor, dan karakter kredit masyarakat masih konsumtif. > Kredit mobil, kredit rumah, kredit HP, kredit panci. Bank-bank begitu gencar > promosi kredit tanpa agunan (banyak yang ngasih brosur di halte busway > hehe), padahal kredit konsumtif memacu inflasi. Kita lihat harga gak > bergerak turun dengan bunga segini, apalagi diturunin. Mall dan bioskop > tetap ramai kan. Padahal inflasi (baca: harga sembako) sangat sensitif di > mata masyarakat. Bunga yang tinggi juga diharapkan dapat "memaksa" bank-bank > "menitipkan" dananya ke BI, dalam bentuk Surat Utang. > > Jadi kesimpulannya terlalu risky kalau nurunin bunga. Inflasi bisa naik dan > buntutnya daya beli turun. Dilain sisi, pemerintah sebagai yang punya gawe > soal growth, bisa memberikan insentif pajak kemudahan birokrasi pada > pengusaha (korporasi). Jadi lebih kena sasaran. Atau dengan subsidi di > sektor pendidikan, misalnya. > > Ini saya ambil dari > http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Indikator+Perbankan/# > > *Pic1: Penyaluran Kredit* > Kita lihat dengan bunga "segini" aja penyaluran kredit tetap meningkat. Beda > dengan US dengan credit crisisnya, kita engga mengalami hal tsb. Inflasi > lebih jadi fokus kita. > > *Pic2: Surat berharga yang diterbitkan.* > Dengan bunga "segini" aja bank masih blm terlalu minat megang surat utang > BI, mendingan di salurin ke kredit konsumtif karena bunganya lebih gede, dan > demandnya masih tinggi (!) > > > Saya lihat tujuan utama pemerintah dan BI adalah gimana caranya memindahkan > perputaran uang dari sektor konsumtif ke sektor yang lebih produktif. * > > *Beda kasusnya dengan US yang kredit konsumtifnya MACET akibat terlalu > gampang dapetin kredit, jadi memang harus diturunin bunganya, plus disana > inflasinya gak setinggi Indonesia. > > Lagipula investor (asing) mana mau beli surat utang kita kalau bunganya > lebih rendah dari inflasi.. masa spread negatif, ya bisa digundulin fund > managernya..hehehehe... > * > (Btw, ini maap loh, saya bukan PhD tapi rada sotoy dikit gpp ya.. programmer > kok ngedebat doktor..*) > > Regards, > DE > > > Pada 15 November 2008 22:54, yokorusi <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > > http://unpublisheddream.blogspot.com/ > > > > Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi pujian > > terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan di > > daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya > > saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan pendapat > > tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di > > Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan > > bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak yang > > mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap > > Indonesia. > > > > Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali > > mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya > > dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India, > > Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah > > mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama telah > > kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut, > > Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana > > asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami > > oleh Taiwan dan Korea. > > > > Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall > > dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih dalam > > maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap > > terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor yang > > memberikan indikasi tersebut. > > > > Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset > > dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya
[obrolan-bandar] Hari Begini Mainan Capital Control - Ajaib Tapi Nyata
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Seorang teman baik di Singapore mengirimkan sebuah email berisi pujian terhadap posisi aliran dana asing di Indonesia yang masih bertahan di daerah positif dalam hitungan total 25 minggu terakhir. Setidaknya saya berbangga dengan fakta tersebut yang (turut) membuktikan pendapat tendesius nan keliru dari JP Morgan terhadap surat hutang di Indonesia. Tetapi biarkanlah pendapat tersebut terus hadir dan bersemayam dalam berbagai situs internet sehingga semakin banyak yang mengetahui kualitas dan posisi pandang analis JP Morgan terhadap Indonesia. Terdorong dari pujian tersebut, saya coba melakukan riset kembali mengenai posisi aliran dana asing di Indonesia. Dari data yang saya dapatkan dana yang telah keluar dari Asia-6 (Indonesia, India, Thailand, Taiwan, Korea dan Philippines) sejak awal tahun telah mencapai USD 64 billion. Sedangkan Japan untuk periode yang sama telah kehilangan sebanyak USD 18.8 billion. Dari ketujuh negara tersebut, Indonesia adalah satu-satunya yang masih memiliki aliran bersih dana asing dalam posisi positif sebesar USD 1 billion. Terburuk dialami oleh Taiwan dan Korea. Tetapi fakta di atas bukan berarti posisi Indonesia secara overall dapat dikatakan aman dalam setahun ke depan. Bila ditilik lebih dalam maka sebenarnya posisi Indonesia sedang dalam posisi riskan terhadap terjadinya krisis ekonomi. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor yang memberikan indikasi tersebut. Pertama, mengenai pertumbuhan real GDP di 2009. Dari sebuah riset dikatakan bahwa pertumbuhan real GDP hanya akan mencapai 3.5% di 2009 atau terendah sejak 1999. Ini menunjukkan bahwa aktifitas ekonomi akan segera merosot dalam beberapa bulan ke depan. Bila pertumbuhan rendah maka daya tarik investasipun akan memudar sehingga akan terjadi penghentian ataupun penundaan investasi asing. Hal yang sama terlihat dari posisi net foreign trade yang telah semakin menurun dibanding posisi awal tahun 2008 sebagai akibat dari krisis global. Kedua, tingkat suku bunga 9.5% yang terus dipertahankan oleh Bank Indonesia merupakan keputusan yang tidak tepat. Dengan jatuhnya Consumer Price Inflation di Oktober maka semakin terlihat bahwa keputusan ini hanyalah untuk mempertahankan posisi Rupiah. Ironisnya nilai tukar IDR justru semakin merosot dari hari ke hari. Depresiasi sebesar 14% hanya dalam bulan Oktober 2008. Di sisi lain, suku bunga tinggi telah membuat pasar kredit semakin lesu dan membuat putaran ekonomi semakin melambat. Lalu apa manfaatnya? Apa yang terjadi bila nilai tukar semakin lesu? Intervensi saja tidak cukup. Sudah seharusnya titik tolak dari tingkat suku bunga adalah memperbaiki dinamika perekonomian domestik sehingga akan memberikan impact terhadap daya tahan perekonomian di sektor riil. Untuk itu diperlukan suku bunga yang cukup rendah. Ketiga, keputusan Bank Indonesia untuk menerapkan kontrol terhadap pembelian mata uang asing adalah kurang tepat. Ini justru membuat pasar bergejolak dan membuat tekanan lebih besar terhadap posisi Rupiah. Lagipula Indonesia tidak memiliki pengalaman didalam capital control sehingga gejolak yang terjadi dapat melebihi antisipasi yang telah diperhitungkan. Dengan posisi one-month NDF pada 12,650 beberapa hari yang lalu, sudah seharusnya BI segera meninjau ulang keputusan tersebut. Tidak ada variable lain yang berubah secara signifikan dalam seminggu terakhir kecuali keputusan tersebut dan response pasar adalah sangat negatif. Dari ketiga hal diatas, dua terakhir terkait dengan BI sebagai bank sentral Indonesia. Apa yang saya lihat adalah kesan bahwa beberapa kebijakan BI di dalam penetapan suku bunga dan stabilisasi Rupiah tidak matang dan seadanya. Saya khawatir bila BI tidak mampu koreksi diri untuk mengambil kebijakan yang memihak ekonomi riil maka kondisi mata uang kita akan sampai pada kondisi yang mengenaskan. Capital control seharusnya diimplementasikan secara berangsur pada kondisi ekonomi stabil dan sehat. Sebaliknya pada kondisi ekonomi yang tidak sehat maka keputusan capital control harus diimplementasikan secara menyeluruh pada saat yang bersamaan. Kondisi nilai tukar Rupiah saat ini bukan studi kasus di ruang kuliah tapi fakta di lapangan yang menyangkut nasib orang banyak. Lihat fakta jangan berangan angan. Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Bicara Minyak - No Conventional Wisdom Anymore
Berapa bulan yang lalu saya menulis soal harga minyak siapa yang mengatur dimana pada saat itu harga minyak tengah terbang ke wilayah harga tertinggi di 2008. Seperti sering diungkapkan banyak pihak, bila harga melonjak setinggi langit maka bukan tidak mungkin harga tersebut akan kembali turun, menukik dan terdampar di batasan terendah. Tampaknya hal tersebut tengah terjadi di harga minyak dunia. Harga minyak telah turun lebih dari 50 persen berbanding harga tertinggi yang sempat diprediksikan melonjak ke USD 200. OPEC berusaha mengantisipasi penurunan harga minyak dengan mencoba mengurangi pasokan produksi ke pasar. Apa perlunya OPEC mengintervensi harga minyak pada saat harga turun? Mengapa pada saat harga tinggi, OPEC tidak mencoba membanjiri pasar dengan produksi tambahan? Apakah tindakan OPEC tersebut akan membawa kenaikan harga minyak? Bila toh harga naik, seberapa besar? Bila dasar pemikiran OPEC adalah menurunnya permintaan pasar akibat terjadinya distorsi pada sektor produksi pengguna minyak, maka seharusnya hal tersebut sudah terlihat beberapa bulan yang lalu saat ekonomi US mulai tergulung ke bawah. Saya percaya bahwa volatilitas harga minyak saat ini lebih disebabkan labilnya situasi pasar keuangan yang memang sangat terkait dengan pasar komoditas dan minyak. Ini bukan masalah permintaan dan penawaran yang dapat dijustifikasi secara matematis murni. Saya tidak yakin bila penurunan produksi dan pemakaian bahan bakar minyak dunia setara dengan penurunan harga minyak yang telah lebih dari 50 persen. Bahkan selepas keputusan OPECpun harga minyak masih terus tergerus. Apakah OPEC akan kembali memotong produksi mereka pada pertemuan Desember mendatang? Saya setuju bahwa kontribusi melemahnya perekonomian global turut berperan membawa harga minyak turun. Pertanyaan saya, manakah yang lebih dominan dalam melemahkan harga minyak - apakah volatilitas pasar keuangan atau melemahnya permintaan? Lepas dari permasalahan di atas, saya melihat bahwa perlu adanya batasan terhadap mekanisme dan dinamika harga di pasar keuangan dan komoditas. Semua yang tidak mengenal pembatasan pada akhirnya akan menimbulkan distorsi pada mekanisme pembentukan harga di pasar tersebut. Sederhana, karena ada sifat manusia yang diidentifikasi dengan kata SERAKAH. Perlu batasan jelas untuk mengendalikan sifat tersebut. Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/ Mohon dukungan teman2 utk membantu publikasi acara Javarizm dalam rangka 50thn Persahabatan Indonesia Japan. Please visit us at http://www.icjnetwork.jp/en/index.html
[obrolan-bandar] OOT: Javarizm - Tokyo - Japan
http://www.icjnetwork.jp/en/index.html Sebelumnya saya minta maaf (khususnya kepada administrator) karena posting topik ini di OB tercinta ini. Saya mewakili rekan2 komunitas Indonesia di Jepang yang akan menggelar acara cukup besar bernama Javarizm dalam rangka mempromosikan batik dan membuka kesempatan kerjasama di bidang ekonomi bagi kalangan muda Indonesia dan Jepang. Acara ini bukan profit motive dan pelaksanaan sepenuhnya bersandar pada kerja sukarela dari rekan2 kita di Tokyo. Mohon dukungan rekan2 di OB dengan hanya mengunjungi website tersebut. Satu kunjungan saja sudah sangat berharga bagi publikasi acara ini. http://www.icjnetwork.jp/en/index.html AN EVENT by INDONESIAN COMMUNITY IN JAPAN In conjunction with 50 Golden Year of Friendship 2008 - Indonesia Japan Join in the fun of this party while we raise awareness of Indonesia among the youth in Japan and open the door of networking between Indonesian and Japanese young generations to foster creative economic partnership in our 50th golden year of Indonesia-Japan friendship! Sekali lagi, mohon dukungan rekan2 semua. Terima kasih. http://www.icjnetwork.jp/en/index.html Salam Socrates Rudy Sirait
[obrolan-bandar] Potensi Black Friday di US Market Sangat Kuat
Kliatannya ntar malem wajib tonton tuh pergerakan pasar di US melalui CNBC atau Bloomberg.. Rupanya pasar sudah tidak sabar utk segera memukul gong terakhir pertanda bottom disentuh Range 10-15% SRS, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/ --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "jsx_consultant" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > BEJ bakalan sepi... > Anggota Bursa resesi > Profesional Bursa kena rasionalisasi... > Trader, trading segan, tak ada nasi > > Dengerin lagu OM aja: > - Aku melarat karena judi (tapi lirik judi diganti investasi) > > Santai ah > > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "yokorusi" > wrote: > > > > http://unpublisheddream.blogspot.com/ > > > > Dalam Hedge 2008 conference beberapa hari yang lalu, senior global > > ekonom US mengatakan bahwa sekitar 30% hedge fund besar akan > mengalami > > kebangkrutan dalam waktu dekat disusul oleh kelompok hedge fund > dengan > > skala menengah. > > > > Pada kesempatan tsb, dilontarkan pula kemungkinan adanya close down > di > > pasar saham US dalam beberapa belas hari ke depan sebagai dampak > > terburuk atas hal di atas. Wacana penutupan pasar juga dilontarkan > > oleh PM Italia pd tgl 10 October lalu. > > > > Berdasarkan pemahaman dan referensi yang saya lakukan dalam seminggu > > terakhir, minggu depan adalah hari-hari pembuktian kejatuhan indeks > > S&P 500 dimana potensinya sungguh mengkhawatirkan. > > > > Bila terjadi shutting down di pasar keuangan US maka tidak diragukan > > lagi akan menyebabkan contagion effect yang mungkin berakibat fatal > di > > beberapa pasar saham dunia. > > > > Buat rekan2 investor, ada baiknya mengurangi exposure anda di pasar > > saham dan meninggalkan jauh2 (sementara waktu ini) produk2 reksa > dana. > > > > Berharap yang terburuk tidak akan pernah menembus Indonesia tetapi > > selalu sedia payung sebelum hujan. > > > > Salam > > > > SRS, PhD > > http://unpublisheddream.blogspot.com/ > > >
[obrolan-bandar] Wacana Yang Patut Dijadikan Perhatian
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Dalam Hedge 2008 conference beberapa hari yang lalu, senior global ekonom US mengatakan bahwa sekitar 30% hedge fund besar akan mengalami kebangkrutan dalam waktu dekat disusul oleh kelompok hedge fund dengan skala menengah. Pada kesempatan tsb, dilontarkan pula kemungkinan adanya close down di pasar saham US dalam beberapa belas hari ke depan sebagai dampak terburuk atas hal di atas. Wacana penutupan pasar juga dilontarkan oleh PM Italia pd tgl 10 October lalu. Berdasarkan pemahaman dan referensi yang saya lakukan dalam seminggu terakhir, minggu depan adalah hari-hari pembuktian kejatuhan indeks S&P 500 dimana potensinya sungguh mengkhawatirkan. Bila terjadi shutting down di pasar keuangan US maka tidak diragukan lagi akan menyebabkan contagion effect yang mungkin berakibat fatal di beberapa pasar saham dunia. Buat rekan2 investor, ada baiknya mengurangi exposure anda di pasar saham dan meninggalkan jauh2 (sementara waktu ini) produk2 reksa dana. Berharap yang terburuk tidak akan pernah menembus Indonesia tetapi selalu sedia payung sebelum hujan. Salam SRS, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Re: Siklus Emosi Pasar - Dalam Krisis Semua Kalah
Memang mengkhawatirkan kondisi saat ini.. Dalam kompetisi, ada yang kalah dan ada pemenang Yang kalah berjuang lagi untuk jadi pemenang Pemenang bertahan utk tetap menang Situasi kompetisi menjadi kondusif Dalam krisis, semua kalah Sebagian yang punya daya mencoba untuk keluar dari krisis secara perlahan (kalah dan bangkit) Sebagian lagi mencoba tetap bertahan dan menunggu keadaan membaik (kalah, bertahan utk kemudian bangkit suatu saat) Sebagian lagi hancur berantakan ditelan krisis... (kalah terkapar, semoga suatu saat bisa bangkit lagi...) Perlu bantuan pemerintah secara langsung agar dampak krisis dapat dikurangi. Apa yg akan dan telah dilakukan oleh pemerintah kita untuk meredam potensi krisis saat ini? SRS, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/ --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "Landlord The" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbah, sekedar info untuk kondisi di Indonesia: > > 1. Kemarin siang saya lunch dengan kawan yang bergerak di bidang > construction related material. Perusahaannya adalah salah satu terbesar di > Indonesia. Dia mengatakan bahwa tahun depan kelihatannya perekonomian kita > akan sangat suram. Proyek-proyek baru akan praktis non-eksisten, kecuali > proyek2 yg beresiko tinggi. > > 2. Saya sendiri bergerak di bidang consumer goods. Pasar Indonesia sendiri > utk saat ini belum banyak berubah. Masih ok. Namun, utk pasar ekspor memang > sudah mulai masuk fase dimana buyer2 sudah re-evaluate order2 ke depannya. > Cancellations of orders sih tidak ada (thank God!). Namun, memang kita > sendiri sudah mengantisipasi bahwa pelemahan perekonomian tidak dapat > dihindarkan. > > NAMUN, the silver line in the horizon adalah: Almost ALL governments di > dunia saat ini sangat TANGGAP dengan krisis yg luar biasa kali > ini.UNPRECEDENTED CONCERTED EFFORTS! > > With these efforts, MUDAH2AN, things will not go as bad as predicted. > > LL. > > 2008/10/18 jsx_consultant <[EMAIL PROTECTED]> > > > Pak Sirait, > > > > - Bisakan bapak perkirakan efek krisis global ini terhadap ekonomi > > Indonesia ? Seberapa besar dampaknya terhadap sektor riel > > di indonesia ?. > > - Menurut bapak, apakah tidak ada harapan bagi DJI naik ke 1 atau > > 11000 sampai akhir thn 2008 ? > > > > Makasih pak... > > > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com , > > "yokorusi" > > wrote: > > > > > > > > > > > Saya rasa analisis yg terdapat pada link anda (momentonmoney) tidak > > > dapat digunakan dalam konteks terjadinya potensi resesi dan systemic > > > financial crisis. > > > > > > Bila anda lihat kejatuhan indeks S&P 500 pd tgl 29/9 dan 15/10 > > sebesar > > > 8.79% dan 9.29% adalah setara dengan kejadian di tahun 1929-1933 > > yang > > > terjadi sebanyak 9 kali kejatuhan dengan presentase yang hampir > > sama. > > > > > > Kejadian yang belum dapat ditandingi tinggal crash di 1987. > > > > > > Tapi, dari sisi perbandingan struktur kerusakan di ekonomi riil dan > > di > > > pasar keuangan maka kejadian saat ini sudah sebanding dengan > > kejadian > > > The Great Depression yang terjadi lebih dari 3 tahun. > > > > > > Bagaimana mungkin indeks akan kembali naik dalam waktu dekat? > > Faktanya > > > adalah ekonomi global (yang terbukti tidak mengenal konsep > > decoupling) > > > yang sedang masuk tahap awal krisis. Bila diambil masa tersingkat > > > dalam periode krisis keuangan dunia berdasarkan sejarah yang ada > > maka > > > 6 sampai dengan 12 bulan adalah waktu tersingkat. > > > > > > Pasar keuangan Indonesia (yang terbukti adalah bagian utuh dari > > pasar > > > keuangan global) saat ini sedang mengalami periode awal dari krisis > > > tersebut. Maka sungguh tidak berdasar bila memberikan argumentasi > > > bahwa pasar akan segera pulih dalam waktu dekat mengingat proses > > > pemulihan akan sangat bergantung pula dengan pemulihan di tingkat > > global. > > > > > > Menurut saya tidak semua analisis dapat diaplikasikan pada setiap > > > kejadian dan waktu dari setiap saham secara khusus dan indeks bursa > > > secara umum. > > > > > > Salam. > > > > > > SRS, PhD > > > http://unpublisheddream.blogspot.com/ > > > > > > > > > > > > > > > > > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com , > > Hendrik Limbono > > > wrote: > > > > > > > > Silahkan lihat attchment. > > > > Awal tahun (index make HIGHEST) nampaknya adalah FASE EUPHORIA. >
[obrolan-bandar] Re: Siklus Emosi Pasar
Dampak terhadap sektor riil sudah mulai terasa. Kemarin, beberapa teman yang bergerak di sektor textile di Purwakarta sudah mengeluh bahwa saat ini mereka tinggal mengerjakan sisa pesanan saja alias tidak ada pesanan baru utk pasar US. Mereka bilang ini tinggal masalah waktu saja. (Contoh akibat penurunan pasar ekspor) Contoh kedua adalah dari industri kelapa sawit dimana harga jual TBS sudah pada wilayah Rp. 300 - yang sudah dibawah ongkos petik per TBS. Sehingga petani kecil menengah mulai membiarkan sawit mereka membusuk daripada merugi lebih besar. (Contoh akibat penurunan harga komoditi di tingkat global) Suku bunga domestik saat ini terlalu tinggi dan kredit baru dari perbankan mulai berhenti. Sehingga terjadi kesulitan likuiditas di berbagai sektor industri. Akibatnya opsi financing yg tersisa tinggal berjalan tanpa suntikan dana baru atau melakukan financing dengan biaya tinggi. Di lain sisi IDR sudah terdepresiasi cukup besar bila kita menggunakan patokan 9100. (Contoh komplikasi masalah pendanaan yang terjadi akibat kenaikan suku bunga, kesulitan likuiditas dan depresiasi mata uang) Masih banyak situasi lain yang dapat menggambarkan indikasi positive bahwa sektor riil di Indonesia mulai terancam krisis. Saya masih melihat bahwa seandainya terjadi krisispun, bentuk dari krisis masih V-shaped dengan masa terlama 9 bulan - jauh berbeda dengan kejadian 98-02 yg berbentuk U-shaped. Mengenai DJI (dan segala atribut pasar saham di US) Bila cash infusion di pasar keuangan US kembali masuk ke pasar saham secara signifikan (melalui institusi keuangan) maka pasar dapat sedikit bergairah sehingga indeks akan bergerak naik. Menurut saya agak sulit untuk masuk kisaran 11000 di akhir tahun 08. Karena banyak sekali kinerja emiten disana yg secara fundamental memang merosot. Bila likuiditas kembali hadir di pasar keuangan US maka tidak serta merta likuiditas tersebut mengalir kembali ke emerging market. Sangat besar kemungkinan dana tersebut hanya berputar disitu situ saja. Kita tahu bahwa likuiditas di BEI telah menurun drastis karena dana asing yang parkir telah banyak ditarik keluar (menyelamatkan sisa2 portfolio sebelum kerugian mereka semakin membengkak). Sehingga BEI kekurangan likuiditas utk membawa harga2 saham kembali naik. Jadi bila Dow kembali bergairah pada limitasi tertentu, efek positif yang sampai ke BEI juga akan terbatas sekali karena akan bergantung dari kemampuan dana lokal yg memang terbatas. Salam SRS, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/ --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "jsx_consultant" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Sirait, > > - Bisakan bapak perkirakan efek krisis global ini terhadap ekonomi > Indonesia ? Seberapa besar dampaknya terhadap sektor riel > di indonesia ?. > - Menurut bapak, apakah tidak ada harapan bagi DJI naik ke 1 atau > 11000 sampai akhir thn 2008 ? > > Makasih pak... > > --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, "yokorusi" > wrote: > > > > > > Saya rasa analisis yg terdapat pada link anda (momentonmoney) tidak > > dapat digunakan dalam konteks terjadinya potensi resesi dan systemic > > financial crisis. > > > > Bila anda lihat kejatuhan indeks S&P 500 pd tgl 29/9 dan 15/10 > sebesar > > 8.79% dan 9.29% adalah setara dengan kejadian di tahun 1929-1933 > yang > > terjadi sebanyak 9 kali kejatuhan dengan presentase yang hampir > sama. > > > > Kejadian yang belum dapat ditandingi tinggal crash di 1987. > > > > Tapi, dari sisi perbandingan struktur kerusakan di ekonomi riil dan > di > > pasar keuangan maka kejadian saat ini sudah sebanding dengan > kejadian > > The Great Depression yang terjadi lebih dari 3 tahun. > > > > Bagaimana mungkin indeks akan kembali naik dalam waktu dekat? > Faktanya > > adalah ekonomi global (yang terbukti tidak mengenal konsep > decoupling) > > yang sedang masuk tahap awal krisis. Bila diambil masa tersingkat > > dalam periode krisis keuangan dunia berdasarkan sejarah yang ada > maka > > 6 sampai dengan 12 bulan adalah waktu tersingkat. > > > > Pasar keuangan Indonesia (yang terbukti adalah bagian utuh dari > pasar > > keuangan global) saat ini sedang mengalami periode awal dari krisis > > tersebut. Maka sungguh tidak berdasar bila memberikan argumentasi > > bahwa pasar akan segera pulih dalam waktu dekat mengingat proses > > pemulihan akan sangat bergantung pula dengan pemulihan di tingkat > global. > > > > Menurut saya tidak semua analisis dapat diaplikasikan pada setiap > > kejadian dan waktu dari setiap saham secara khusus dan indeks bursa > > secara umum. > > > > Salam. > > > > SRS, PhD > > http://unpublisheddream.blogspot.com/ > > > > > >
[obrolan-bandar] Re: Siklus Emosi Pasar
Saya rasa analisis yg terdapat pada link anda (momentonmoney) tidak dapat digunakan dalam konteks terjadinya potensi resesi dan systemic financial crisis. Bila anda lihat kejatuhan indeks S&P 500 pd tgl 29/9 dan 15/10 sebesar 8.79% dan 9.29% adalah setara dengan kejadian di tahun 1929-1933 yang terjadi sebanyak 9 kali kejatuhan dengan presentase yang hampir sama. Kejadian yang belum dapat ditandingi tinggal crash di 1987. Tapi, dari sisi perbandingan struktur kerusakan di ekonomi riil dan di pasar keuangan maka kejadian saat ini sudah sebanding dengan kejadian The Great Depression yang terjadi lebih dari 3 tahun. Bagaimana mungkin indeks akan kembali naik dalam waktu dekat? Faktanya adalah ekonomi global (yang terbukti tidak mengenal konsep decoupling) yang sedang masuk tahap awal krisis. Bila diambil masa tersingkat dalam periode krisis keuangan dunia berdasarkan sejarah yang ada maka 6 sampai dengan 12 bulan adalah waktu tersingkat. Pasar keuangan Indonesia (yang terbukti adalah bagian utuh dari pasar keuangan global) saat ini sedang mengalami periode awal dari krisis tersebut. Maka sungguh tidak berdasar bila memberikan argumentasi bahwa pasar akan segera pulih dalam waktu dekat mengingat proses pemulihan akan sangat bergantung pula dengan pemulihan di tingkat global. Menurut saya tidak semua analisis dapat diaplikasikan pada setiap kejadian dan waktu dari setiap saham secara khusus dan indeks bursa secara umum. Salam. SRS, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/ --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, Hendrik Limbono <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Silahkan lihat attchment. > Awal tahun (index make HIGHEST) nampaknya adalah FASE EUPHORIA. > Dan saat ini kita sepertinya mendekati / Sedang berada di FASE : PANIC > > Sehingg Sebentar lagi akan terjadi pembalikan arah index.. > Just a little BIT MORE.. > > SUMBER :http://www.momentonmoney.com/2008/01/the-cycle-of-ma.html > > http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.financialmanagementadvisors.com/files/19784/Cycle%2520Market%2520(3).jpg&imgrefurl=http://www.financialmanagementadvisors.com/section8.cfm&h=772&w=990&sz=136&hl=id&start=9&um=1&usg=__dOFwXHEDWNix5ZMCgqZyNGG_yO0=&tbnid=w-kn36KdkPDXWM:&tbnh=116&tbnw=149&prev=/images%3Fq%3Dthe%2Bcycle%2Bof%2Bmarket%2Bemotion%26um%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN > > http://img143.imageshack.us/img143/1253/marketemotionscyclexa7.jpg > > > > === > dolgado.blogspot.com > dolgadofund.blogspot.com > dolgado-data.blogspot.com > > > __ > Do You Yahoo!? > Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around > http://mail.yahoo.com >
[obrolan-bandar] Karet Gelang, Celengan dan Moral Hazard
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Waktu berjalan begitu cepat dan tanpa terasa situasi pasar keuangan global semakin terpuruk. Setengah tahun yang lalu, masih cukup mudah menemukan berbagai argumentasi dan analisis yang memberikan pandangan optimis bahwa pasar keuangan di US maupun di tingkat global akan segera pulih. Masih banyak pendapat ekonom yang kontra terhadap kecenderungan terjadinya resesi. Malam ini baru saya sadari bahwa dari berbagai argumentasi dan analisis yang kredibel dan layak baca dalam beberapa minggu terakhir, hampir semuanya memberikan pandangan yang kurang lebih sama yaitu krisis keuangan global akan segera berubah menjadi resesi global. Lalu, saya kembali teringat berbagai email yang masuk ke saya dalam seminggu terakhir. Intinya mempertanyakan tulisan saya yang condong bernada pesimis terhadap situasi pasar keuangan global dan Indonesia. Sebenarnya, ada keinginan kuat untuk menulis dan berbagi harapan serta impian bahwa krisis ini akan segera berakhir. Tapi kesulitan yang saya hadapi adalah kenyataan bahwa hampir tidak ada lagi topik yang dapat dipilih untuk hal tersebut. Krisis keuangan global saat ini begitu dasyat dan potensi resesi begitu kuat. Sehingga lebih baik saya berbagi pandangan tersebut , berharap mungkin ada alternatif yang dapat ditempuh untuk mereduksi dampak krisis di republik ini. Setidaknya memberikan informasi untuk persiapan yang lebih baik dalam menghadapi kemungkinan terjadinya krisis keuangan di Indonesia. Begitu pula tulisan kali ini, menyambung tulisan terdahulu Rekapitalisasi dan Karet Gelang. Disitu saya katakan bahwa pembentukan harga saham saat ini akan sangat sulit dianalisa dengan bersandar melulu kepada technical analysis. Indikator support dan resistance tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Bila kita perhatikan pergerakan harga saham (ataupun indeks) maka pergerakan indeks di berbagai bursa pada Rabu kemarin membuktikan bahwa mayoritas investor tidak lagi memiliki dasar harga yang kuat dan kredibel di dalam menentukan posisi jual dan beli. Harga dapat dengan mudah membumbung tinggi maupun dengan mudah menukik tajam. Dengan kata lain, tanpa adanya dasar keputusan yang kuat di dalam menentukan harga beli maka kecenderungan menjual pada harga yang lebih rendah akan menjadi besar. Kecenderungan kolektif inilah yang menjadi faktor pemicu volatilitas harga saham seakan tanpa batas lagi. Karena memang tidak ada lagi informasi kalkulasi matematis yang dapat dijadikan dasar. Lalu apa yang harus dilakukan? Saya pribadi memilih untuk menunggu pasar lebih stabil. Tanpa kemampuan mengawasi pergerakan harga di setiap detik selama masa perdagangan maka tidak ada lagi peluang saya untuk mengambil keuntungan ala kulakan pagi jual sore. Sedangkan membeli saham untuk disimpan sementara terlalu berisiko. Terbaik adalah menarik diri sementara waktu dan mengalihkan dana ke instrumen dengan tingkat risiko terkecil alias parkir di tabungan. Kapan pasar akan stabil? Pasar lokal akan relatif stabil bila pasar regional stabil yang akan bergantung pula pada stabilitas pasar keuangan di US dan Eropa. Sehingga patokan termudah adalah melihat kondisi pasar keuangan di US. Setiap kebijakan dari otoritas keuangan dan pemerintah di US akan sangat berpengaruh terhadap situasi pasar lokal baik di Asia maupun di Eropa. Bicara soal kebijakan terkini dari otoritas keuangan dan pemerintah US maka kita akan sampai (kembali) kepada bailout plan, cash infusion kepada bank, pembelian saham bank oleh pemerintah dan moral hazard. Dari keempat issue terkait ini maka dalam beberapa minggu ke depan, masalah moral hazard akan menjadi issue yang sangat kritis dan berperan banyak terhadap gejolak pasar keuangan di US (dan berimbas kemana mana). Intinya satu: Bila kebijakan penggunaan dana bantuan adalah hak penuh dari segelintir eksekutif di bank maka jaminan apa yang dapat dipegang publik bahwa dana tersebut akan digunakan untuk menghidupkan kembali pasar kredit yang layak untuk diberi kredit? Di Reuters ada artikel menarik mengenai keinginan institusi keuangan agar pemerintah US membeli bad auto loans. Akankah keinginan tersebut dipenuhi? Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/10/karet-gelang-celengan-dan-moral-hazard.html
[obrolan-bandar] Rekapitalisasi dan Karet Gelang
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Akhirnya setelah delapan sesi kejatuhan indeks Dow maka pasar saham di US kembali rebound, tidak tanggung2 terjadi lonjakan lebih dari 500 point pada saat tulisan ini dibuat. Pelaku pasar di US mulai melakukan pembelian kembali atas saham saham yang harganya diperkirakan telah mencapai titik terendah. Ini tidak lepas dari usaha yang dilakukan pemerintah US untuk melaksanakan berbagai tindakan di dalam penyelamatan pasar keuangan di US. Setelah membiarkan Lehman jatuh bangkrut, maka otoritas keuangan US tidak lagi membiarkan institusi keuangan besar lainnya yang memiliki peran kuat di dalam sistem keuangan US maupun global untuk jatuh terkapar. Cara terbaik yang dilakukan adalah dengan melakukan rekapitalisasi atas bank dan broker dealer melalui pembelian preferred shares. Suatu tindakan yang telah terlebih dahulu dilakukan oleh Inggris, Jerman dan Belanda. Tindakan yang tidak kalah spektakuler adalah dengan memberikan jaminan sementara terhadap semua kewajiban bank, deposit dan tabungan. Bersamaan dengan itu, otoritas keuangan US juga memberikan bantuan likuditias secara tidak terbatas kepada bank untuk mengembalikan denyut nadi pinjaman antar bank dan pinjaman ke sektor riil. Di sisi lain, the Fed bersama sama dengan Bank of England, European Central Bank dan Swiss National Bank melakukan tindakan terkoordinasi dalam meningkatkan likuiditas dari pasar uang USD jangka pendek. Suatu hal yang menggembirakan melihat indeks pasar saham di Asia, Eropa dan US mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Sayangnya indeks di BEI tidak mengalami kenaikan berarti, mungkin ini lebih disebabkan kejadian suspensi selama 3 hari yang menyebabkan adanya tekanan jual pada sesi awal di perdagangan saham hari ini. Namun yang menjadi pertanyaan mendasar adalah sampai seberapa jauh dan seberapa lama periode kenaikan harga saham di US, di Eropa, di Asia dan khususnya di Indonesia? Dari hasil diskusi dengan beberapa teman yang kerap menggunakan technical analysis sebagai alat utama dalam penentuan posisi jual dan beli, ada beberapa hal yang menarik untuk bahan analisa terhadap volatilitas pasar saham saat ini. Pertama, semua indikator technical telah memberikan sinyal oversold pada berbagai saham di dalam beberapa minggu terakhir namun kondisi tersebut terus berlanjut sampai dengan harga telah mencapai satu titik ekstrim terendah. Pertanyaan: Apakah kenaikan harga saham dalam hari hari mendatang merupakan rebound yang dibentuk karena harga telah mencapai titik terendah (yang notabene sangat ekstrim)? Bila tidak, maka faktor pembentukan harga dalam beberapa minggu ke depan akan sangat sulit dianalisa dengan bersandar melulu kepada technical analysis. Kedua, pada faktanya fluktuasi harga saham telah kehilangan elastisitas ala "karet gelang" dalam beberapa bulan terakhir. Umumnya secara technical, penurunan yang tajam pada satu saham akibat terjadi oversold maka pada putaran berikut adalah kenaikan secara tajam pada harga saham tersebut. Namun, bila kita perhatikan kebanyakan harga saham tidak lagi memiliki elastisitas ala "karet gelang" tersebut. Ibarat karet gelang yang telah aus dan tua maka penurunan tajam pada harga saham hanya diikuti dengan rebound yang tidak berarti - dimana dalam kenyataan harga saham tergerus secara gradual dari waktu ke waktu. Sehingga secara umum, sepertinya akan sulit untuk mengharapkan kenaikan secara berkesinambungan pada harga saham tertentu, bahkan terhadap harga saham blue chip sekalipun. Ketiga, bila kenaikan yang terjadi minggu ini merupakan bagian dari bear market 2008 maka kemungkinan indeks akan mengalami penurunan tajam kembali dalam beberapa minggu ke depan cukup besar. Sejarah membuktikan bahwa bear market tidak selesai dalam waktu yang singkat. Sehingga ada baiknya tidak terlalu berharap terjadi kenaikan spektakuler berkesinambungan selama beberapa minggu ke depan. Strategi pembelian bertahap akan sangat menolong untuk menghindari kehilangan kesempatan mencetak profit sekaligus menghindari risiko kerugian bila mendadak pasar mengalami turbulensi hebat kembali. Keempat, perlu waktu yang panjang untuk membawa likuditas kembali ke pasar keuangan khususnya pasar saham. Implementasi kebijakan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah dan otoritas keuangan berbagai negara maju tidak serta merta membuat vitalitas pasar menjadi sembuh total. Perlu waktu panjang - jadi dengan kapasitas likuiditas yang terbatas di pasar saham maka pada kondisi yang terbaik sekalipun kenaikan indeks akan berjalan secara perlahan. Lonjakan dapat terjadi di titik tertentu namun berangsur angsur delta lonjakan akan mengecil. Sebagai contoh: pada indeks Dow 9100 maka diperlukan kenaikan sebesar 31% untuk mencapai 11,800 (terakhir terjadi 26 Juni lalu atau lebih dari 3 bulan yang lalu). Berapa persen potensi kenaikan indeks Dow sampai dengan akhir 2008? Bila kita kembali ke Bursa Efek Indonesia maka diperlukan sentuhan dari otoritas keuangan dan pemerintah Indonesia untuk me
[obrolan-bandar] Global Market Crack - The Real Bottom is Zero
http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/10/global-market-crack-real-bottom-is-zero.html Panik kata yang paling tepat menggambarkan situasi pasar keuangan global saat ini. Setelah tadi malam Dow mencatat indeks terburuk pada level 8759 maka siang ini indeks Nikkei telah jatuh di bawah level 8500 atau lebih rendah dibanding posisi Juni 2003. Seakan tidak ada lagi ruang yang tersedia bagi berita positif yang dapat mengangkat moral dan semangat di pasar keuangan dunia. Awalnya kejatuhan indeks bursa2 dunia pada tingkat 2% saja terasa besar, kemudian berangsur angka kemerosotan bergerak meningkat menjadi 4%. Itupun terus bergerak memburuk, bahkan penurunan indeks Dow di atas 7% mulai terlihat. Ini sangat mengkhawatirkan karena potensi terjadinya kejadian di 1987 saat indeks turun di atas 20% dalam satu hari dapat dengan mudah terjadi. Tinggal masalah waktu, tidak diharapkan datang tapi kemungkinan akan datang. Market crack! Bila ini terjadi maka stock market di US akan terkikis habis mendekati titik nol besar. Kemudian akan datang masa mati suri di pasar saham US. Skenario yang pernah terjadi di tahun 1929/30 - The Great Depression. Pasar telah kehilangan kepercayaan diri dan kepercayaan kolektif. Nilai bailout sebesar USD 200 billion untuk Fannie Mae dan Freddie Mac diresponse dengan kejatuhan indeks Dow sebesar 5% dalam semalam. Bailout plan sebesar USD 700 billion ditanggapi dengan kejatuhan indeks secara massive di global market. Pemotongan suku bunga secara terkoordinasi, bailout program dari berbagai negara maju lainnya, tidak lagi mampu untuk merubah keyakinan investor. Bila tindakan otoritas keuangan dan pemerintah tidak lagi dapat menghentikan kejatuhan harga di pasar keuangan maka global financial system akan collapse. Kemudian perlahan tapi pasti, kondisi perekonomian global akan terseret menuju global recession. Mungkin tidak ada lagi gunanya berharap bahwa pasar telah hit bottom saat ini sebab bukan tidak mungkin the real bottom is ZERO :) Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Black Monday - Runtuhnya Bursa Saham Global
http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/10/black-monday-runtuhnya-bursa-saham.html Akhirnya Dow jatuh dibawah 1 Senin malam ini menandai titik terendah baru sejak tahun 2004. Kejatuhan pasar keuangan global Senin kemarin dimulai oleh pasar Asia, Eropa dan berimbas pula pada pasar US. Tidak ada pasar keuangan di developed dan emerging market yang selamat dari penurunan tajam, bahkan perdagangan beberapa bursa terpaksa dihentikan sementara oleh otoritas setempat karena mengalami kemerosotan yang terlalu tajam. Sebenarnya market di US telah memberikan sinyal negatif terhadap potensi kemampuan bailout plan di dalam menyelesaikan masalah di pasar US pada perdagangan Jumat kemarin. Namun sepanjang akhir minggu, the Fed tidak melakukan upaya apapun sebagai tindakan preventif untuk menjaga kemungkinan pasar keuangan bergejolak. The Fed nampak percaya diri secara berlebihan bahwa cetakan USD 700 billion dapat membungkam rasa tidak percaya publik keuangan global. Sekali lagi the Fed enggan untuk mengakui bahwa proyek rekapitalisasi mereka sama sekali tidak menyentuh dari akar permasalahan pasar keuangan US. Sangat berbeda dengan persiapan yang dilakukan oleh otorita keuangan Eropa sepanjang akhir minggu guna mengantisipasi kejadian terburuk di bursa mereka. Ketika pasar keuangan Asia dan Eropa jatuh, tidak ada upaya apapun oleh otorita keuangan US untuk kembali mengevaluasi rencana mereka. Kini semua telah menjadi kenyataan - Black Monday versi 6 Oktober 2008 telah terjadi. Seiring tertekannya pasar di US kemarin, maka the Fed kembali melakukan penambahan dan perbaikan dari program penyelamatan mereka - termasuk di dalamnya adalah pembayaran bunga atas simpanan bank, kenaikan besaran TAF. Terlambat! Ini merupakan awal yang buruk yang telah semakin buruk untuk memulai rencana penyelamatan pasar. Alternatif terbaik yang seharusnya dilakukan oleh the Fed saat ini - bila secara tulus hendak mengembalikan kepercayaan pasar dan menyelamatkan pasar keuangan US adalah dengan memberikan blanket guarantee terhadap seluruh kewajiban sektor keuangan termasuk akses pinjaman/bantuan likuiditas ke segala lini di sistem keuangan US. Saya tidak meragukan kemampuan US dalam mencetak dana baru tetapi saya meragukan sikap hati para penguasa di sektor keuangan US yang terlalu arogan dan digdaya dalam menyikapi masalah krusial ini. Bagaimana dengan situasi ekonomi dan keuangan di Indonesia dan BEI? Sikap otorita keuangan Indonesia yang merasa aman dengan posisi pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga dan aspek makro lainnya selama beberapa bulan belakangan ini sangat mengkhawatirkan. Rapat koordinasi dalam pembahasan potensi krisis terjadi hanya setelah berbagai negara di dunia telah melakukan tindakan tersebut. Terkesan masa bodoh dan seenaknya. Padahal bila kita perhatikan terjadinya perang suku bunga di bank belakangan ini tidak lepas dari kebijakan suku bunga BI yang terus dibawa naik sampai dengan 9.25% - entah apa yang hendak dicapai karena kalau sekedar mengontrol laju kenaikan inflasi - ini ibarat menembak lalat dengan senapan. Pengetatan likuiditas tanpa kejelasan rinci dari target yang hendak dicapai. Pada saat ini konversi USD IDR telah mencapai IDR 9550 - ini jelas jelas menunjukkan bahwa telah terjadi dana keluar dalam jumlah yang cukup signifikan. Darimana? Terbesar tentu saja datang dari dana investasi yang keluar dari BEI. Karena sektor lain saat ini berjalan cukup normal tanpa ada kegiatan atau peristiwa penting yang berakibat pada penukaran Rupiah ke mata uang asing dalam jumlah signifikan. Bila kondisi ekonomi global memburuk maka akan ada potensi yang lebih besar terhadap pelemahan IDR akibat penarikan investasi besar besaran dari emerging market termasuk di dalamnya Indonesia. Bila IDR mencapai di atas 1 - antisipasi apa yang telah disiapkan oleh pemerintah? Terakhir mengenai BEI. Dalam berbagai kesempatan diskusi informal, saya selalu mengatakan bahwa indeks BEI yang wajar adalah 1800an dalam situasi ekonomi global mengalami pemulihan. Sedangkan dalam situasi krisis berkepanjangan maka potensi indeks melemah mendekati 1400 adalah sangat besar. Dua faktor utama yang dapat memicu hal tersebut adalah terjadinya penarikan dana asing secara signifikan (dan ini sudah terlihat secara gradual dan makin intense), kedua adalah tindakan pengamanan yang dilakukan oleh investor retail dengan merubah posisi investasi dari bursa kepada instrumen dengan risiko terendah seperti deposito dan ORI. Saham2 di BEI akan tetap menarik sebagai wadah investasi yang menawarkan potensi keuntungan yang bagus, namun saat ini tindakan terbaik adalah menunggu. Saya yakin tidak ada fund management besar yang berani melakukan pembelian secara massive terhadap saham tertentu saat ini hanya dengan mengatakan saham tersebut sudah terlalu murah. Terlalu riskan. Waktu terbaik untuk kembali berinvestasi adalah saat pasar keuangan US dan global telah sedikit pulih dari kemerosotan tajam dan harga minyak dan komoditi kembali stab
[obrolan-bandar] Toxic Debt, Collective Error dan Bailout Plan
http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/10/toxic-debt-collective-error-dan-bailout.html Link dan italic font dalam kuotasi hilang - pls lihat postingan di blog utk check link dan kuotasi. Dari pendapat Ludwig Von Mises di buku Human Action: A Treatise on Economics - saya kutip hal berikut, "The economists were and are still today confronted with the superstitious belief that the scarcity of factors of production could be brushed away, either entirely or at least to some extent, by increasing the amount of money in circulation and by credit expansion." Sejalan dengan argumentasi dari Ludwig, ada sebuah artikel di Washington Post dari James Grant edisi 5 Oktober yang saya rekomendasikan untuk dibaca, artikel ringkas tapi padat dalam mengulas situasi krisis keuangan dan ekonomi di US. Judulnya adalah Bad Medicine, berikut adalah kutipan beberapa paragraf yang menarik untuk disimak, "Low interest rates, easy money and malleable accounting rules are what plunged Wall Street into crisis. Yet it is low interest rates, easy money and malleable accounting rules that top the list of federal fixes. The unifying theme of the new bailout bill, all 451 pages of it, is the hair of the dog that bit you." "But inflation and debasement are the very policies being put in place. The Federal Reserve, not waiting for Congress, embarked last month on a radical program of money-printing. Reserve Bank credit -- the raw material of bank lending -- is growing at the year-over-year rate of 61 percent." "Credit creation is the Fed's signature crisis-management policy: Let a bubble inflate, then watch it burst; clean up with lots of dollar bills. After the stock market broke in 2000, then-Fed Chairman Alan Greenspan set about easing policy. In company with Fed Governor Ben S. Bernanke, the man who wound up succeeding him, Greenspan warned against "deflation." He vowed that this country would not sleepwalk through a decade of falling prices, as Japan had done. Rather, the Fed would push interest rates low enough to jolt the U.S. economy back into prosperity." Ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan terkait dengan postingan saya terdahulu mengenai pembelian toxic debt. Pertama, bailout plan yang telah disetujui oleh Congress tidak lepas dari manuver politik yang lazim dikenal dalam teori political economy ataupun global economy. Seperti disampaikan oleh Willem Buiter di FT.com dalam artikel Corporate governance in the financial sector: state share ownership yaitu, "It is clear that, throughout the observable universe, most banks and many other highly leveraged financial institutions are deemed to large, too interconnected or too politically connected and sensitive to fail. Indeed, even financial corporations masquerading as units of non-financial corporations (GE and GM come to mind) may well fall into this category. One way or another, the tax payer is on the hook for the banks, the AIGs and GEs of this world." Sehingga tidak aneh bila bailout plan dengan polesan sweetener berhasil disetujui Congress. Tapi indeks Dow per Jumat kemarin memperlihatkan bahwa market justru memberikan negative signal terhadap hal tsb. Kedua, keputusan untuk membanjiri market dengan mencetak dana baru (baca: kredit baru) bukanlah barang baru di US. Tulisan Grant diatas cukup mewakili sikap otorita keuangan US saat ini yang memang lebih memilih injeksi likuiditas sebagai alternative terbaik utk "menyelesaikan" masalah (yang saya baca sebagai menunda masalah ke masa datang bukan menyelesaikan masalah saat ini). Ketiga, saya setuju bahwa pada akhirnya pasti ada hal positive yang dihasilkan oleh implementasi bailout plan tsb. Namun seberapa besar? Pada kenyataannya yang dibeli adalah toxic debt - dimana nilai aktual dari collateral yang menjadi dasar valuasi CDO dan produk derivative lainnya telah jauh dibawah nilai proyeksi disaat pembentukan produk tsb. Lebih ironis lagi, collateral tersebut telah kehilangan cash flow dalam belasan bulan terakhir. Jadi sebenarnya apa yang dibeli oleh pemerintah US? Bila demikian, dapat dibayangkan siapa penerima benefit tertinggi dari injeksi USD 700 billion tsb. Bila sang penerimapun tahu bahwa ekonomi tetap akan terdorong ke bawah, apa yang kira kira mereka lakukan dengan dana tersebut? Coba simak yang satu ini dari Rex Nutting di TWSJ "The U.S. recession will be "significantly deeper" than they previously thought, Goldman Sachs economists predicted Friday in a research note. The economy will probably show no growth at all between the middle of 2008 and the middle of 2009, with gross domestic product falling 2% this quarter and 1% next, they said. Two other quarters will show 0% GDP growth. The unemployment rate will likely rise to 8% by the end of next year from 6.1% currently. "We now also see at least another 100 basis points of monetary easing from the Federal Reserve, aggressive measures to stabilize the money markets, and a possible further easing of fiscal policy under a new administration," wrote Ja
[obrolan-bandar] Toxic Debt, Collective Error dan Bailout Plan
http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/10/toxic-debt-collective-error-dan-bailout.html Note: Link dan italic font dalam kuotasi hilang - pls lihat postingan di blog utk check link dan kuotasi. Dari pendapat Ludwig Von Mises di buku Human Action: A Treatise on Economics - saya kutip hal berikut, "The economists were and are still today confronted with the superstitious belief that the scarcity of factors of production could be brushed away, either entirely or at least to some extent, by increasing the amount of money in circulation and by credit expansion." Sejalan dengan argumentasi dari Ludwig, ada sebuah artikel di Washington Post dari James Grant edisi 5 Oktober yang saya rekomendasikan untuk dibaca, artikel ringkas tapi padat dalam mengulas situasi krisis keuangan dan ekonomi di US. Judulnya adalah Bad Medicine, berikut adalah kutipan beberapa paragraf yang menarik untuk disimak, ""Low interest rates, easy money and malleable accounting rules are what plunged Wall Street into crisis. Yet it is low interest rates, easy money and malleable accounting rules that top the list of federal fixes. The unifying theme of the new bailout bill, all 451 pages of it, is the hair of the dog that bit you." "But inflation and debasement are the very policies being put in place. The Federal Reserve, not waiting for Congress, embarked last month on a radical program of money-printing. Reserve Bank credit -- the raw material of bank lending -- is growing at the year-over-year rate of 61 percent." "Credit creation is the Fed's signature crisis-management policy: Let a bubble inflate, then watch it burst; clean up with lots of dollar bills. After the stock market broke in 2000, then-Fed Chairman Alan Greenspan set about easing policy. In company with Fed Governor Ben S. Bernanke, the man who wound up succeeding him, Greenspan warned against "deflation." He vowed that this country would not sleepwalk through a decade of falling prices, as Japan had done. Rather, the Fed would push interest rates low enough to jolt the U.S. economy back into prosperity." Ada beberapa pesan yang ingin saya sampaikan terkait dengan postingan saya terdahulu mengenai pembelian toxic debt. Pertama, bailout plan yang telah disetujui oleh Congress tidak lepas dari manuver politik yang lazim dikenal dalam teori political economy ataupun global economy. Seperti disampaikan oleh Willem Buiter di FT.com dalam artikel Corporate governance in the financial sector: state share ownership yaitu, "It is clear that, throughout the observable universe, most banks and many other highly leveraged financial institutions are deemed to large, too interconnected or too politically connected and sensitive to fail. Indeed, even financial corporations masquerading as units of non-financial corporations (GE and GM come to mind) may well fall into this category. One way or another, the tax payer is on the hook for the banks, the AIGs and GEs of this world." Sehingga tidak aneh bila bailout plan dengan polesan sweetener berhasil disetujui Congress. Tapi indeks Dow per Jumat kemarin memperlihatkan bahwa market justru memberikan negative signal terhadap hal tsb. Kedua, keputusan untuk membanjiri market dengan mencetak dana baru (baca: kredit baru) bukanlah barang baru di US. Tulisan Grant diatas cukup mewakili sikap otorita keuangan US saat ini yang memang lebih memilih injeksi likuiditas sebagai alternative terbaik utk "menyelesaikan" masalah (yang saya baca sebagai menunda masalah ke masa datang bukan menyelesaikan masalah saat ini). Ketiga, saya setuju bahwa pada akhirnya pasti ada hal positive yang dihasilkan oleh implementasi bailout plan tsb. Namun seberapa besar? Pada kenyataannya yang dibeli adalah toxic debt - dimana nilai aktual dari collateral yang menjadi dasar valuasi CDO dan produk derivative lainnya telah jauh dibawah nilai proyeksi disaat pembentukan produk tsb. Lebih ironis lagi, collateral tersebut telah kehilangan cash flow dalam belasan bulan terakhir. Jadi sebenarnya apa yang dibeli oleh pemerintah US? Bila demikian, dapat dibayangkan siapa penerima benefit tertinggi dari injeksi USD 700 billion tsb. Bila sang penerimapun tahu bahwa ekonomi tetap akan terdorong ke bawah, apa yang kira kira mereka lakukan dengan dana tersebut? Coba simak yang satu ini dari Rex Nutting di TWSJ "The U.S. recession will be "significantly deeper" than they previously thought, Goldman Sachs economists predicted Friday in a research note. The economy will probably show no growth at all between the middle of 2008 and the middle of 2009, with gross domestic product falling 2% this quarter and 1% next, they said. Two other quarters will show 0% GDP growth. The unemployment rate will likely rise to 8% by the end of next year from 6.1% currently. "We now also see at least another 100 basis points of monetary easing from the Federal Reserve, aggressive measures to stabilize the money markets, and a possible further easing of fiscal policy under a new administration," w
[obrolan-bandar] Belanja Toxic Debt Senilai USD 700 Billion - Inikah Rekapitalisasi Pasar?
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Kilas balik kejadian di sepuluh tahun yang lalu ketika pemerintah Indonesia melalui IBRA melakukan proses rekapitalisasi bank bank di Indonesia. Dari proses tersebut, 70 bank telah ditutup dan 13 dilakukan nasionalisasi melalui kepemilikan saham oleh pemerintah. Usaha tersebut telah menciptakan hutang negara dalam jumlah yang signifikan. Saat ini, pemerintah US dalam usaha penyelamatan industri keuangan dan pasar modal berencana melakukan bailout senilai USD 700 billion hanya untuk membeli toxic debt - atau surat hutang yang bernilai jual jauh dari layak. Bedanya, rencana ini tidak disertai dengan pengambilalihan kepemilikan saham di institusi keuangan dimaksud. Mari kita berandai andai sejenak dengan USD 700 billion yang bila dikonversi menjadi IDR maka akan membuat pusing dengan jumlah nol yang terlalu banyak. Sebelum kita mulai berandai maka sebaiknya jernihkan pikiran anda dan cobalah melakukan analisis secara rasional tanpa ada unsur emosional. Baik, pertama, seandainya uang sejumlah USD 700 billion ini dialihkan fungsinya dari pembelian toxic debt menjadi suntikan untuk pembiayaan investasi di sektor riil seperti konstruksi highways, railways, pengeboran minyak, pembangunan pabrik, waduk ataupun infrastruktur lainnya - maka bisa dibayangkan berapa banyak akan terjadi lapangan pekerjaan baru, perputaran uang dan berjalannya roda ekonomi kembali. Tidak perlu dilakukan risiko investasi secara detail dan ketat karena cukup dibandingkan dengan rencana semula yaitu pembelian toxic debt yang tidak memiliki nilai jual (terutama dalam beberapa tahun ke depan). Tetapi mengapa ini bukan pilihan utama dari pemerintah US saat ini? Kedua, bila USD 700 billion ini digunakan hanya untuk menyelamatkan beberapa institusi keuangan super besar yang well-connected dengan lingkungan politik di US - apakah ada kepastian bahwa industri keuangan di US akan terselamatkan? Saya sangat meragukan hal tersebut! Bila institusi keuangan besar saja sudah sempoyongan, dapat dipastikan banyak sekali institusi keuangan skala menengah dan kecil di US yang sudah sekarat menunggu kebangkrutan. Bagaimana dengan mereka - kapan giliran diselamatkan? Bila mereka bangkrut, siapa yang akan menjadi saluran distribusi dari institusi keuangan besar di US? Bagaimana mungkin sistem dapat kembali berjalan secara dua arah? Ketiga, tidak ada jaminan bahwa suntikan USD 700 billion akan menyelamatkan ekonomi dan keuangan US. Seharusnya kejadian bailout Fannie Mae dan Freddie Mac sebesar USD 200 billion yang dinyatakan sebagai upaya mengembalikan kepercayaan pasar menjadi pelajaran penting bahwa pasar tidak bisa dikelabui dengan bailout bernilai sangat besar. Pasar (baca: publik) akan selalu kembali melihat ke sisi fundamental ekonomi dan kenyataan di sektor riil. Sehingga setelah suntikan USD 700 billion - bukan tidak mungkin ekonomi US akan semakin memburuk. Setelah itu berapa besar bailout yang diperlukan? USD 700 trillion? Keempat, bila terjadi suntikan USD 700 billion maka akan ada negative impact terhadap kredibilitas mata uang USD - dimana apresiasi pasar terhadap USD akan semakin rendah. Ini akan menciptakan efek inflasi tinggi di perekonomian US dan ketidak stabilan nilai tukar USD terhadap mata uang lain di tingkat global. Apakah sedemikian mudahnya melakukan stabilisasi nilai tukar USD bila USD 700 billion digelontorkan begitu saja untuk membeli toxic debt? Saya tidak melihat adanya potensi putaran ekonomi dan multiplier effect dari dana tersebut. Bila rencana bailout berhasil maka negative impact dapat direduksi seminimal mungkin, tapi bila tidak berhasil maka dapat dibayangkan potensi kejatuhan nilai tukar USD di tingkat global. Terakhir, resesi adalah penyakit kronis yang harus disembuhkan. Perlu usaha secara perlahan dan penuh kesabaran. Arogansi dan jalan pintas hanya akan menciptakan penyakit baru. Bila USD 700 billion telah menjadi harga seonggok toxic debt - mari kita lihat dalam waktu 6 bulan berikut. Adakah USD 700 billion menjadi penyelamat pasar keuangan dan ekonomi US atau hilang tak berbekas ditelan jaman. Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/10/belanja-toxic-debt-senilai-usd-700.html
[obrolan-bandar] Lehman and Chapter 11 - Go Big or Go First?
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Akhirnya jelas sudah kejatuhan dari institusi keuangan berumur 158 tahun Lehman Brothers dengan adanya filing untuk bankruptcy protection Chapter 11. Bersamaan dengan kejatuhan Lehman, kejadian penting lainnya adalah rencana final penjualan Merrill Lynch & Co. kepada Bank of America Corp. Tak kalah penting adalah upaya terakhir AIG dalam mencari injeksi modal dari investor kuat. Ternyata pola bail-out yang dilakukan pemerintah US terhadap Bear Stearns melalui JP Morgan dan skenario penyelamatan Fannie Mae dan Freddie Mac tidak serta merta membuat pemerintah US memberi bantuan dalam kasus Lehman. Catatan penting dari cerita Bear Stearns dan Lehman Brothers adalah jangan pernah menyatakan kesulitan keuangan kepada publik dan pemerintah setelah kompetitor menyatakan hal tersebut terlebih dahulu. Bear dengan 29 billion USD dan Lehman dengan 60 billion USD - besaran angka kejatuhan Lehman yang lebih dari 2 kali Bear tidak menggugah hati Federal Reserve untuk memberikan kemudahan kepada Lehman. First mover advantage! Apapun cerita dan berita buruk yang memenuhi industri keuangan di US telah berdampak fatal terhadap pasar saham dunia. Pada saat tulisan ini dibuat, indeks Dow telah menurun drastis 250 point dan indeks di bursa saham Eropa telah terkoreksi lebih dalam lagi dengan kisaran 2.5% sampai 4%. Ditambah dengan penurunan tajam harga minyak dunia dan komoditi maka situasi pasar global kedepan semakin suram. "It's just unbelievable." Bagaimana dengan BEI? Dalam postingan terdahulu, saya berargumentasi bahwa masih akan ada kemungkinan rebound dalam waktu dekat menjelang penutupan Q308. Namun, melihat kondisi global yang sedemikian buruk ditambah lagi fakta bahwa indeks BEI kembali terpuruk 84 point atau 4.7% pada penutupan Senin kemarin maka kemungkinan rebound (mendekati 2000) tersebut semakin jauh. Dugaan saya, indeks BEI masih akan terus terkoreksi menuju 1680 seperti telah saya sebutkan pada postingan terdahulu. Ada satu email yang menanyakan tindakan terbaik yang dapat dilakukan dalam kondisi pasar seperti saat ini. Saya menyarankan untuk bertindak pasif, memonitor pasar dan tidak melakukan pembelian apapun sampai dengan bursa kembali menunjukkan kelenturan yang cukup (naik dan turun) pada periode waktu yang terhitung singkat. Menurut saya, tindakan melakukan averaging down untuk merendahkan harga perolehan pada saham tertentu akan sangat berisiko terutama bila terjadi kebijakan drastis dari fund management besar pada saham tersebut. Kedua, pertanyaan mengenai berapa lama indeks BEI akan tertekan. Posisi indeks saat ini bukan lagi dihasilkan oleh kontraksi singkat melainkan hasil dari proses penurunan secara gradual yang kemudian diikuti penurunan secara drastis pada bulan September ini. Menurut saya, waktu pemulihan yang diperlukan oleh BEI untuk kembali ke level 2400 akan cukup lama. Dugaan saya akan lebih dari 6 bulan kecuali dilakukan tindakan intervensi berupa pembelian strategis oleh pemerintah (melalui institusi yang menjadi kepanjangan tangan pemerintah) yang dapat membantu mempercepat proses tersebut. Namun catatan sejarah di Jepang membuktikan bahwa tindakan intervensi tersebut pernah gagal di Jepang selama bertahun tahun ketika pemerintah melalui dana pensiun dan institusi lainnya memborong saham saham - dimana indeks tetap merosot dan dana pemerintah terperangkap selama bertahun tahun pada saham dengan potensi kerugian yang signifikan. Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Renungan Kemerdekaan: Adakah Kemerdekaan di Bursa Saham?
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Seandainya pada tanggal 17 Agustus 2008, perdagangan di BEI tidak diliburkan, apakah indeks BEI juga akan turut dinaikkan beberapa point seiring berkibarnya bendera merah putih di seluruh pelosok Indonesia? Mungkin iya tapi mungkin juga tidak. Sulit mengharapkan kenaikan indeks atas nama rasa kebangsaan. Pasar saham tidak mengenal rasa kebangsaan, rasa patriotisme maupun rasa rasa lainnya. Faktor psikologis pasar memang menjadi salah satu variable yang turut mempengaruhi dinamika harga saham tapi bila dirunut faktor psikologis dimaksud merupakan buah pemikiran rasional yang didasari fakta, informasi dan pengetahuan teknis. Dalam renungan di pagi dan siang hari ini tentang kemerdekaan, ada pertanyaan yang sangat mengusik pikiran dan hati saya. Adakah kemerdekaan di bursa saham? Apabila ada, pasar saham mana yang merdeka dan pasar saham mana yang belum merdeka?. Kemudian apa sebenarnya definisi kemerdekaan di dalam konteks pasar saham? Dengan indeks BEI di 2085 pada penutupan Jumat 15 Agustus yang lalu, dapatkah kita mengatakan bahwa BEI telah atau belum merdeka? Dari hasil browsing berbagai situs di internet, ada beberapa artikel yang mengkaitkan arti kemerdekaan dengan kinerja bursa sebagai bagian dari kinerja perekonomian dan keuangan negara tersebut. Namun saya belum menemukan artikel yang mengemukakan mengenai arti kemerdekaan di bursa saham itu sendiri. Berhubung sudah terlanjur menghabiskan waktu maka saya coba untuk menuangkan pikiran pikiran tersebut dalam artikel ini. Yah, siapa tahu dapat bermanfaat bagi orang lain. Setidaknya artikel ini dapat menjadi acuan saya untuk menulis setiap ulang tahun Republik tercinta ini. Kali ini, saya coba melihat dari satu hipotesa yang paling sederhana: pasar saham merdeka bila produk (termasuk produk turunan seperti reksa dana) pasar tersebut telah menjadi bagian hidup dari berbagai kalangan masyarakat di negara tersebut. Di negara kita, sampai dengan saat ini hanya sebagian kecil masyarakat di kalangan menengah atas yang menikmati dinamika investasi di BEI, itupun terbatas hanya pada kota-kota besar. Dalam perjalanan saya ke berbagai daerah di Sumatra dan Kalimantan Timur, hanya sedikit sentra-sentra perdagangan saham yang tersedia baik disebabkan minimnya animo masyarakat akibat kurangnya informasi dan pengetahuan teknis maupun keterbatasan infrastruktur pendukung. Masih jauh dibandingkan dengan China, India, Singapore - apalagi dibandingkan dengan negara2 maju. Acuan lain yang dapat dipakai adalah keberadaan ORI yang ditujukan untuk menjaring investor retail di negara ini. Memang benar, ORI telah sukses menjaring investor retail baru di berbagai kalangan di Indonesia dan setidaknya menjadi cikal bakal kemerdekaan pasar obligasi di Indonesia. Namun demikian, seberapa besar penyebaran ORI secara geografis? Apakah pemegang ORI tersebar di seluruh nusantara? Rasanya belum. Menurut saya, sudah saatnya kita sebagai pelaku di pasar modal Indonesia untuk turut berpartisipasi meningkatkan animo investasi masyarakat di pasar modal khususnya di pasar saham. Investasi saham harus menjadi lebih mudah dilakukan oleh masyarakat Indonesia dimanapun lokasi mereka. Animo ini dapat meningkat dengan memberikan pengetahuan dasar dan informasi secara intensif kepada masyarakat dan diikuti dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Di Jepang, ada produk saham yang disebut "Mini Kabu" atau stock mini - unit saham yang dikemas dalam satuan harga rendah sehingga dapat dijangkau oleh investor retail. Bagaimana dengan di Indonesia? Berapa banyak yang sanggup menikmati saham PTBA, ASII, TLKM dan sebagainya yang telah mencapai harga tinggi? Saham bukanlah komoditi investasi mewah milik golongan elite. Saham harus menjadi komoditi umum yang dinikmati seluruh masyarakat. Harga dan unit saham harus dikemas sehingga terjangkau oleh banyak pihak. BEI harus dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa Indonesia. Salam Kemerdekaan! Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] World Economic Outlook - Kecap Basa Basi IMF
Dari laporan IMF mengenai World Economic Outlook (WEO) yang diterbitkan tanggal 17 July lalu terdapat beberapa hal penting yang dapat dijadikan patokan dalam memprediksi perekonomian Indonesia dan kinerja Bursa Efek Indonesia di paruh semester kedua 2008. Pertama, adanya penurunan tingkat pertumbuhan global dari 5% di 2007 menjadi 4.1% di 2008 dan akan terus menurun menjadi 3.9% di 2009. Pertumbuhan di China diperkirakan akan turun dari 12% di 2007 menjadi sekitar 10% di 2008-09. Sedangkan pertumbuhan di emerging market turun sebesar 1% dari 8% menjadi 7%. Pada data yang lebih sempit terlihat bahwa untuk ASEAN 5, tingkat pertumbuhan di 2007 adalah sebesar 6.3% yang akan turun menjadi 5.6% di 2008 dan kembali naik ke 5.9% di 2009. Ini menarik karena dari emerging dan developing countries (EDC) hanya kawasan ASEAN 5, Sub-Sahara dan China yang diproyeksikan akan membaik di 2009. Dari ketiga kawasan tersebut, ASEAN 5 memiliki tingkat kenaikan yang tertinggi. Di ASEAN 5 sendiri, Indonesia dan Thailand yang paling memiliki kans tertinggi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dibanding Singapore, Malaysia dan Philippines. Kedua, WEO juga menyampaikan bahwa kenaikan harga energy dan commodity telah menciptakan kenaikan inflasi yang tinggi khususnya di EDC. Diperkirakan tingkat inflasi di EDC akan mencapai 9.1% di 2008 dan menurun menjadi 7.4% di 2009. Dari perkiraan mengenai inflasi ini, saya melihat bahwa potensi kenaikan suku bunga BI di sisa semester kedua 2008 maksimal hanya 50 point dalam dua tahapan. Namun demikian, seperti yang pernah saya sampaikan dalam postingan terdahulu, indikasi target suku bunga BI di akhir tahun hanya akan mencapai 9%. Ini dengan perhitungan bahwa kenaikan 25 point pertama akan terkait dengan upaya mengontrol kenaikan inflasi yang tercipta menjelang hari raya Lebaran. Sehingga bila diperlukan kenaikan kedua, besar kemungkinan akan dilaksanakan pada awal January 2009 walaupun saya agak ragu apakah pada saat tersebut masih diperlukan kenaikan lagi. Beberapa hal yang membuat saya cukup optimis bahwa BI akan menekan laju kenaikan suku bunganya adalah turunnya harga minyak dan komoditas dunia. Dari beberapa sumber berita, dikatakan bahwa terdapat indikasi untuk mempertahankan harga minyak untuk bertahan dalam kisaran USD 130-140 sejalan dengan terjadinya penurunan aktivitas ekonomi global terutama di negara maju. Faktor positif lain adalah posisi keuangan pemerintah yang membaik paska kenaikan harga BBM serta stabilnya nilai tukar Rupiah. Hal ketiga dari WEO terbaru adalah rekomendasi IMF yang mengatakan perlunya kebijakan moneter yang lebih ketat serta kebijakan mata uang yang lebih fleksibel. Ini cuma slogan basa basi yang sebenarnya tidak memberi nilai tambah terhadap laporan WEO tersebut. Tapi lumayan untuk mengingatkan para pembuat kebijakan untuk tetap hati hati dalam membuat kebijakan moneter dalam masa sulit dewasa ini. http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - July 14
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Dengan posisi penutupan Dow di 11,100 pada Jumat pekan lalu maka potensi terjadinya market crash di pasar saham US semakin menguat. Bukan tidak mungkin Dow akan jatuh mendekati angka 10,000, kans untuk terjadi sama dengan perkiraan bahwa harga minyak dunia akan menyentuh USD 180 per barrel. Kapan akan terjadi? Sulit untuk diprediksi. Sebagai catatan, indeks Dow telah mengalami penurunan secara konstan sejak minggu kedua Mei lalu hingga hari ini diselingi technical rebound yang tidak berarti. Salah satu issue menarik yang dapat dijadikan pegangan dalam menentukan arah Dow minggu ini adalah status kejatuhan dari IndyMac Bank. Limbungnya bank ini diperkirakan akan menimbulkan kerugian Federal Deposit Insurance Corp. antara $4 billion sampai dengan $8 billion, dengan potensi menghanguskan lebih dari 10% dana deposit insurance milik FDIC. Bagaimana langkah otoritas keuangan di US dalam menangani permasalahan ini akan merefleksikan keadaan pasar US dalam waktu dekat. Sekali lagi, saya mengingatkan bahwa situasi industri perbankan dan keuangan di US dan bahkan di Indonesia tidaklah dalam kondisi yang baik dan sehat. Berita seputar saham yang mengatakan bahwa telah terjadi akumulasi pembelian saham2 perbankan secara selektif di BEI terkesan membawa pesan sponsor dan tidak memiliki dasar pengambilan keputusan investasi jangka panjang yang jelas. Indeks BEI memang masih akan berkutat di 2230-2330 pada minggu ini, indeks (hanya) akan menguat (tipis) bila saham2 berbasis energy kembali dipungut dan dikoleksi. Posisi kehadiran Adaro di pasar sekunder nantinya memang akan mempengaruhi preferensi dan kombinasi pilihan saham berbasis energy. Tapi, saya agak ragu dengan kekuatan saham Adaro yang dijual pada harga perdana terlalu tinggi. Dua faktor yang membuat harga tersebut telah kelewat batas, satu adalah situasi pasar global yang melemah dan kedua adalah posisi permasalahan hukum Becket Pty yang melibatkan Adaro dimana saham ini menjadi rentan terhadap issue negatif yang dengan mudah merebak di pasar. Seperti anda semua, saya berharap kehadiran Adaro akan mengembalikan gairah pasar untuk melakukan pembelian secara aktif. Tapi sejarah membuktikan bahwa sehebat apapun satu saham bila ditawarkan pada saat yang tidak tepat maka hasil yang didapat tidak akan pernah optimal. Menunggu adalah kata yang tepat untuk minggu ini, setidaknya sampai Dow memberikan sinyal yang lebih baik yaitu kembali mengarah ke level di atas 12,000 (minimal 11,800). Tanpa itu, apakah ada fund management besar yang berani mengambil posisi "betting" pada saham2 berbasis energy (apalagi perbankan)? Kecuali anda tertarik untuk bermain cepat, mengambil celah keuntungan satu dua point dari beberapa saham terkapar yang mencoba untuk bangkit. Dari beberapa rekan yang mencoba hal tersebut di saham BUMI - setahu saya, akhirnya mereka terkapar semua di saat BUMI menyentuh 6650... Tunggu sampai pasar memberikan sinyal untuk beli di harga termurah.. dan sinyal itu akan datang sooner or later. Socrates Rudy Sirait, PhD http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Re: JSX=BUMI=dan teman2nya
Menurut saya harga batubara turun sementara saja karena posisi permintaan batubara akan terus meningkat ke depan. LRC Power Plant yang sudah dibangun dan sedang dibangun di berbagai negara akan membutuhkan batubara dalam jumlah yang sangat significant. Cadangan batubara dengan calorie tinggi juga terus menipis dengan tingkat biaya yang terus menaik seiring kenaikan harga minyak dan posisi cadangan tersedia saat ini yang rata2 memiliki stripping ratio tinggi. LRC Power Plant digunakan untuk jangka panjang terlepas dampak polusi lingkungan yang disebabkan cukup buruk. Mengganti low rank calorie thermal coal dengan higher calorie sama dengan melakukan investasi tambahan terutama dalam penggantian boiler. Akan terjadi kenaikan cost yang significant dari biaya produksi per watt listrik. Sebaliknya membatalkan ataupun memberhentikan LRC power plant akan menyebabkan short supply dimana mana. Bila anda berkunjung ke beberapa kota di Indonesia, maka pemadaman listrik adalah hal yang jamak yang terjadi setiap hari. Satu karena kurangnya pembangkit yang tersedia dan kedua disebabkan tingkat inventory dan supply yang tersedia cukup minim pada saat ini. Sebagai referensi, bisa dilihat jumlah penambahan LRC power plant di berbagai negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, maka akan terlihat betapa besar peran LRC dalam satu dasawarsa ke depan. Salam, http://unpublisheddream.blogspot.com/ --- In obrolan-bandar@yahoogroups.com, M|C <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sesederhana itukah yang menjadi penyebab turunnya permintaan akan batubara > yang mengakibatkan turunnya harga batubara di tahun ini ? Apakah ada bahan > bakar lain yang masuk akal menggantikan minyak yang harganya makin menggila > saja ? > > Pada tanggal 05/07/08, Tom DS <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > > > > *Nggak Pak. Masih logis...* > > ** > > *China menurunkan import batubaranya krn stock sudah cukup, lagipula > > menjelang Olympic di Beijing, akan banyak pengguna batubara yg tidak dapat > > beroperasi krn government policy masalah pencemaran. Indsutri hulu saja > > banyak yg akan shutdown di bulan Agustus. Semua cuma gara-gara Beijing > > Olympic. Interesting isn't it... =)* > > ** > > ** > > *T.o.m* > > > > > > On 7/5/08, M|C <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > >> > >> wah, sungguh diluar logika jika harga minyak naik terus sementara coal > >> turun terus ?? bwat BUMI go go go... > >> > >> 2008/7/5, kspm_rheza <[EMAIL PROTECTED]>: > >>> > >>> eropa kmren close minus > >>> > >>> klo bsk regional minus + harga coal trun = JSX trun lagi > >>> > >>> saya rsa coal smt1 2008 utk sementara tdk akan tembus NEWC 200 > >>> mungkin minggu dpn sudah mulai koreksi. > >>> > >>> bwt BUMI klo dah dpt Bbrp persen lngsung out j.. > >>> > >>> Btw busway subway monorail:nikel jatuh terus tuh harganya.. :P > >>> bakal jebol 2$/MT kliatanya.. > >>> > >>> > >> > > > > > > >
[obrolan-bandar] Arah Langkah BEI di Akhir Q208: Jauh Nian Sang Tiga Ribu!
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Episode menegangkan kembali lagi terjadi di pasar saham US pada perdagangan Jumat lalu. Dengan jatuhnya indeks Dow hampir 400 points dan turunnya indeks Dow, S&P serta Nasdaq lebih dari 3% dalam satu hari maka kemungkinan terjadinya skenario terburuk di pasar global kembali diperhitungkan. Ada tiga faktor pemicu kejadian di Jumat lalu, buruknya informasi statistik yang menggambarkan tingkat output dan permintaan di pasar riil, kenaikan inflasi yang tinggi dan melonjaknya harga minyak dengan potensi menuju USD 150. Satu argumentasi yang kontroversial mengenai kenaikan harga minyak adalah potensi terjadinya peperangan antara Israel dan Iran sebelum berakhirnya pemerintahan Bush. Ini menarik karena argumentasi ini disampaikan oleh ex menteri luar negeri Jerman. Tapi mari kita kesampingkan dulu argumentasi yang satu ini, terlalu kontroversial dan mengundang perdebatan tak tentu arah. Mari kita fokus dalam beberapa hal yang terkait dengan nasib pasar ekuitas global dan tentu saja nasib pasar saham di Indonesia dari status pasar keuangan dan perekonomian US saat ini. Pertama, bagaimana status krisis pasar perumahan di US? Dari data statistik yang ada, pasar perumahan masih bergejolak walaupun sebagian ekonom di US mengatakan bahwa titik terendah telah terlewati. Namun, tanda-tanda menuju perbaikan yang signifikan belum terlihat. Kedua, bagaimana dengan status dari credit crisis di US? Beberapa berita terakhir yang menyangkut institusi keuangan kelas dunia masih berkisar rencana write off dan kerugian yang jumlahnya sangat besar. Sejumlah institusi besar bahkan mendepak nahkoda mereka demi menciptakan image dan suasana yang lebih kondusif ke arah perbaikan kinerja. Laporan IMF juga mengatakan bahwa potensi kerugian sebesar USD 1 trillion masih mungkin meningkat seiring dengan waktu. Ketiga, kenaikan harga minyak. Bila kita perhatikan maka dalam kurun waktu lima bulan terakhir, pasar ekuitas global selalu mengalami kontraksi di saat terjadi lonjakan harga minyak. Kontraksi kemudian mereda seiring dengan waktu dan berita positive dari sektor lain. Hanya saja, kita tidak pernah tahu sampai dengan batas mana, lonjakan harga minyak hanya menimbulkan kontraksi sementara karena pada akhirnya tingginya harga minyak akan benar-benar menghantam posisi fundamental dari berbagai perusahaan di dunia. Apakah kenaikan output dari mayoritas produsen minyak akan mampu meredakan gejolak harga? Mari kita tunggu response dari OPEC atas tekanan G-8 terkait dengan oil output saat ini. Saya pribadi tidak melihat sesuatu yang menjanjikan dari kondisi ketiga faktor di atas. Seperti telah saya sampaikan pada postingan terdahulu mengenai resesi di US, makin hari maka potensi terjadinya U-shaped recession semakin terlihat jelas. Dalam postingan tersebut, di akhir artikel saya mengatakan mengenai kemungkinan bursa US kembali terjatuh di akhir Q208 dan kejadian Jumat kemarin telah membuktikan kemungkinan tersebut. Sehingga outlook dari pasar saham global khususnya sampai akhir Q308 masih terlihat gloomy. Bagaimana dengan pasar saham di Indonesia? Secara overall, kinerja bursa masih diragukan, dugaan saya indeks akan berkisar di 2300-2520 sampai dengan awal Q308. Rasanya tidak ada positive factors yang dapat mengatrol indeks. Namun demikian, bursa kita masih menjanjikan potensi keuntungan yang cukup baik, tinggal strategy kita dalam memilih saham yang tepat. Teringat pernyataan senior fund manager di Barclays Capital yang mengatakan ""Equity exposure should be narrowed to energy, basic resources, industrial goods and services and once the write-offs are complete financials. During inflationary periods, these are the only sectors that deliver positive real returns" - saya pribadi menyarankan untuk tetap bertahan pada saham2 berbasis energy mulai dari komoditi pertambangan, perminyakan, perkebunan kelapa sawit, perdagangan energy dan jasa kontraktor dan alat berat di sektor pertambangan, perminyakan dan perkebunan kelapa sawit. Bila Senin dan Selasa besok indeks jatuh terkapar maka yang perlu dilakukan adalah menunggu sampai harga saham-saham ANTM, ENRG, BUMI, ELSA, INCO, ITMG, PTBA, PGAS dan MEDC benar2 telah terkapar. Walaupun khusus untuk ENRG dan MEDC rasanya agak berat untuk terkoreksi cukup dalam. http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/06/arah-langkah-bei-di-akhir-q208-jauh.html
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - May 26
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Inflasi dan tingginya harga minyak masih merupakan issue utama yang membuat pasar saham di tingkat global mengalami penurunan tajam dalam tiga hari perdagangan terakhir di minggu lalu. Begitu pula yang terjadi di Indonesia, akhirnya pemerintah menaikkan harga minyak pada Sabtu lalu yang diharapkan dapat mengurangi beban pemerintah terhadap subsidi bahan bakar minyak. Terlepas dari pro dan kontra kenaikan harga minyak, naiknya harga minyak akan mendorong tumbuhnya inflasi yang diperkirakan akan mencapai 12%. Seperti telah saya jelaskan dalam artikel terkait, tingginya inflasi juga akan menggiring Bank Indonesia untuk kembali menaikkan suku bunga secara bertahap. Saya memprediksi total akumulasi kenaikan suku bunga sampai dengan akhir tahun akan mencapai 75 basis point. Hari ini beberapa bursa utama di Asia dibuka melemah, begitu pula halnya dengan BEI yang cenderung dibuka melemah pada pagi ini. Seberapa besar indeks BEI akan mengalami penurunan hari ini? Apakah indeks akan kembali menyentuh 2400? Dalam catatan saya, ANTM perlu dipertimbangkan karena harga sudah rendah dengan menggunakan perbandingan harga saham dan kinerja fundamental dari berbagai perusahaan lain di pertambangan. Sambil berharap rontoknya harga2 saham idaman, ada baiknya hari ini untuk kembali melakukan riset terhadap posisi fundamental dari saham2 idaman tersebut. Selamat beraktifitas. http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - May 22
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Global Factor Bursa saham di Eropa ditutup mixed. Indeks FTSE ditutup naik sedikit sedangkan CAC dan DAX ditutup turun. Dow kembali jatuh 227 point setelah harga minyak menembus USD 133. Kenaikan harga minyak juga dipicu adanya silang pendapat atas turunnya tingkat persediaan minyak di US. Pelaku pasar di US mengkhawatirkan dampak kenaikan biaya produksi, transportasi dan makin melemahnya consumer spending. BEI Setelah kemarin indeks BEI sempat menyentuh 2472 dan ditutup pada level 2494 maka hari ini market akan kembali mendapatkan tekanan jual. Kenaikan harga minyak akan semakin memperkuat kemungkinan pemerintah menaikkan harga minyak mendekati 30% dari harga yang berlaku saat ini. Beberapa saham berbasis energy yang mengalami kenaikan harga pada perdagangan kemarin berpotensi untuk mengalami koreksi di sesi pertama hari ini. DEWA setelah sempat jatuh di 480 ditutup menguat di 530 kemarin. Saya melihat adanya kecenderungan harga DEWA akan tertahan pada level 490-520 pada perdagangan hari ini. MEDC yang sempat menyentuh 4875 dan tutup di 4950 pada hari lalu berpotensi untuk kembali merosot sampai mendekati 4775 dan harga akan tertahan pada level 4825-5000. Hari ini merupakan waktu yang tepat untuk kembali mengkoleksi saham2 DEWA, MEDC, ANTM, BUMI, PTBA, ELSA dan ENRG. Hindari ITMG. Seperti saya sampaikan sebelumnya, harga pasti akan turun untuk sementara waktu. Nikmati turbulensi di BEI dan pastikan membeli saham kuat pada harga relatif murah. Enjoy your flight! http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Winning Streak and Profit Taking - Menunggu Sang Turbulensi
http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/05/winning-streak.html Memang sungguh menyenangkan melihat indeks BEI mencapai 2,510 pada Senin lalu. Setelah akhirnya berhasil menjual ENRG di 1120 yang sempat tertahan beberapa minggu, dapat dikatakan tidak ada lagi yang tersisa di portfolio saya. Semua sudah bersih dan waktunya untuk kembali mengumpulkan saham satu per satu. Penggunaan pola shorter-term pada setiap transaksi yang saya lakukan terbukti membuat investasi lebih aman, hari-hari dapat dilalui dengan penuh ketenangan dan tidurpun pulas. Pada penggunaan pola shorter-term maka target realisasi profit menjadi lebih sempit dan mengecil. Dalam perhitungan sederhana, average return dari portfolio yang terakhir adalah 6.59% dengan frekuensi transaksi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Faktor labilnya BEI pada awal Mei memang sangat membantu untuk menyelinap masuk dan keluar secepat mungkin. Mungkin ada yang bertanya saham apa saja yang sempat mampir di catatan transaksi saya selama beberapa minggu terakhir. Jawabannya mudah saja cukup membaca ulang tulisan2 saya terdahulu maka anda akan menemukan jawabannya. Memang tidak semua saya masukkan dalam tulisan2 tersebut tapi hampir sebagian besar telah saya utarakan. Saham2 tersebut adalah BUMI, ENRG, ANTM, INCO, TINS, DEWA, ELSA, PTBA, UNSP, MEDC dan beberapa lainnya. Saya sempat beberapa kali keluar masuk untuk beberapa saham seperti BUMI, ANTM, DEWA dan ELSA. Saat ini harga saham2 diatas telah menjulang tinggi dan rawan akan aksi profit taking yang akan segera datang. Beberapa harga saham bahkan telah digiring setinggi mungkin sebagai antisipasi kontraksi yang akan timbul pada saat kenaikan harga BBM dilaksanakan. Sehingga perlu ekstra hati2 untuk masuk ke dalam saham2 tersebut. Jangan hanya lihat potensi gain yang didapat berdasarkan rumor tapi selalu lihat faktor fundamental dan risiko turbulensi yang datang dari pasar global. Tidak ada gunanya masuk pada harga tinggi bila rentang waktu untuk mendapatkan 5% gain saja butuh lebih dari satu minggu. Lebih baik duduk tenang sambil mendengarkan musik atau meluangkan waktu untuk melakukan riset anda. Ini saatnya mengumpulkan kembali berbagai saham yang memang layak untuk dikoleksi sementara waktu. Seperti selalu saya sampaikan bahwa saham berbasis energy adalah primadona yang patut diburu. Bila harga sang primadona telah melayang tinggi, tunggu saja pasti ada waktunya untuk kembali turun. Bagaimana bila tidak menurun? Lupakan, masih banyak saham lain yang layak untuk dikoleksi. Ingat, bila sebagian besar investor menghindari saham tersebut karena harganya terlalu tinggi maka secara alamiah akan tercipta tekanan jual yang akan membuat harga saham tersebut kembali melemah. Saya akan menunggu harga saham ELSA pada level 305-330, DEWA pada level 425-455, ANTM pada level 3550-3625 dan MEDC pada level 4400-4725. Apakah terlalu rendah? Tidak. Pasar global masih menjanjikan setumpuk turbulensi dari US factors dan masih ada gonjang ganjing kenaikan harga BBM yang akan semakin menghangat. Bila inipun tak mampu membawa harga saham tersebut turun maka ada pilihan saham TLKM dan ISAT yang telah lama tersungkur dibawah. ISAT pada harga 5850-6050 akan menjanjikan return yang cukup baik bahkan bila diperlukan simpan baik baik sampai akhir 2008. Pesan saya, jangan lupa untuk membuat kalkulasi dan analisis tersendiri, artikel ini hanya baik sebagai pembanding dan bukan sebagai pegangan anda satu2nya dalam melakukan transaksi di bursa saham. Selamat membanding banding :) Socrates Rudy Sirait, Ph.D. http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/05/winning-streak.html
[obrolan-bandar] Arah Langkah BEI di Q208: Oil Price, CPI Basket and Inflation
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Dalam tulisan di awal April yang lalu, saya menyoroti mengenai rencana kenaikan suku bunga BI yang berpotensi menekan harga saham sektor keuangan dan perbankan. Saya juga mempertanyakan efektifitas kebijakan tersebut dalam menekan laju inflasi. Di awal Mei lalu, BI telah menaikkan suku bunga sebesar 25 point menjadi 8.25%. Seiring dengan keputusan tersebut, harga minyak dunia terus mengalami kenaikan yang menyebabkan posisi pemerintah makin sulit untuk mempertahankan tingkat subsidi minyak pada saat ini. Untuk mengatasi persoalan subsidi maka pemerintah dalam waktu dekat akan segera menaikkan harga minyak, dimana kemungkinan akan dilaksanakan pada akhir Mei atau awal Juni nanti. Terakhir kali pemerintah menaikkan harga minyak adalah pada bulan October 2005 dimana inflasi pada bulan November 2005 naik mencapai 18.4%YoY yang kemudian diikuti oleh kenaikan suku bunga BI pada Desember 2005. Menurut berbagai sumber, kenaikan harga kali ini akan berkisar antara 20-30% dengan target inflasi akan mencapai 12% atau lebih rendah dibanding posisi November 2005. Menurut saya ini menunjukkan kinerja perekonomian Indonesia masih tidak ada kemajuan berarti. Sepintas memang target inflasi jauh lebih rendah dari posisi November 2005 tapi kenaikan harga minyak pada October 2005 adalah sekitar 87% dari harga sebelumnya sedangkan kenaikan kali ini maksimum hanya sebesar 30% dari harga saat ini. Dalam pandangan saya, ada dua hal yang perlu diperhatikan terkait dengan rencana kenaikan harga minyak tersebut. Pertama, dengan tingkat inflasi yang tinggi jauh diatas suku bunga BI, maka besar kemungkinan BI akan kembali menaikkan suku bunga secara bertahap, kumulatif 75 point sampai dengan akhir tahun 2008. Kenaikan ini akan memperkuat posisi Rupiah sehingga dapat stabil kembali di area USD/IDR 9000 pada akhir tahun. Secara umum, saham di sektor keuangan dan perbankan akan sulit untuk mengalami peningkatan secara signifikan sampai dengan akhir tahun. Kedua, berdasarkan kejadian di 2005, maka sekitar 50% dari Consumer Price Index (CPI) basket akan mengalami kenaikan besar diantaranya adalah raw food, prepared food dan transport. Sehingga akan terjadi kenaikan biaya produksi dan transportasi yang akan mempengaruhi posisi fundamental berbagai perusahaan. Proyeksi laba akan mengalami penurunan seiring meningkatnya biaya dan melemahnya daya beli masyarakat. Ada baiknya untuk kembali melihat pergerakan indeks BEI selama bulan September 2005 sampai dengan December 2005. Pada periode tersebut indeks mengalami penurunan cukup drastis di akhir September 2005 dan awal November 2005 dan kemudian kembali naik sampai dengan penutupan 2005. Hanya saja pada kurun waktu tersebut pasar saham dunia sedang dalam posisi bullish. Berbeda dengan situasi di 2005, saat ini pasar global dalam kondisi tidak stabil. Walaupun sebagian pihak mengatakan bahwa pasar sedang menuju pemulihan tapi tidak sedikit pula yang mengatakan bahwa kontraksi besar masih menunggu di awal Q308. Dugaan saya, BEI akan mengalami koreksi cukup besar yang terkait dengan kenaikan harga minyak tersebut. Kapan koreksi tersebut akan terjadi? Andaikan saya tahu kapan... Socrates Rudy Sirait, Ph.D. http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - May 12
http://unpublisheddream.blogspot.com/ Minggu lalu perdagangan saham di BEI terlihat cukup unik. Bila dilihat dari posisi indeks maka sebenarnya indeks BEI masih belum menunjukkan peningkatan yang berarti. Namun berbagai saham yang terkait dengan pertambangan dan energy menunjukkan keperkasaannya disaat saham2 lain tidak berdaya dan terus mengalami penurunan. Ini tidak lepas dengan kenaikan harga minyak dan komoditi yang masih terus berlangsung. Harga beberapa saham seperti PTBA, TINS, BUMI, ITMG dan SGRO pada penutupan Jumat lalu bahkan telah melebihi moving average price untuk 200 hari terakhir. Ini tentu melegakan buat investor yang fokus kepada saham-saham berbasis energy. Bagaimana dengan prospek BEI di minggu ini? Berita buruk di sektor keuangan US seperti kerugian AIG dan rencana penjualan asset Citigroup telah membawa pasar keuangan di US kembali melemah Jumat lalu. Bursa di Eropa juga mengalami penurunan cukup tajam. Kondisi tersebut akan menekan bursa2 di Asia untuk dibuka melemah pada Senin ini. Begitu pula dengan BEI, indeks kemungkinan akan terkoreksi cukup besar pada perdagangan hari Senin. Harga saham2 berbasis energy yang telah mengalami kenaikan di minggu lalu berpotensi kembali terkoreksi Senin ini sebagai akibat tekanan jual untuk merealisasikan gain. Khususnya DEWA dan ELSA yang berpotensi untuk kembali mengalami penurunan harga. Kekhawatiran seputar kenaikan harga bahan bakar di tingkat nasional juga akan semakin menekan posisi valuasi saham2 di berbagai sektor manufaktur. Saham di sektor keuangan masih belum menarik walaupun harga beberapa saham perbankan sudah cukup rendah. Saran saya agar tetap berhati2 dalam melakukan pembelian saham. Kenaikan harga minyak pada akhir Mei secara alamiah akan meningkatkan suhu politik dan sosial. Kondisi tersebut tidak kondusif terhadap bursa dan akan mengurangi gairah perdagangan di bursa. Tetap fokus pada saham2 berbasis energy dan hanya membeli pada saat harga telah mengalami koreksi cukup besar. PTBA dan BUMI sudah terlalu tinggi untuk dikoleksi apabila bertumpu pada shorter-term approach. Selamat beraktifitas. http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - May 2
US dan Europe Factors Untuk pertama kalinya sejak beberapa kontraksi beberapa bulan terakhir Akhirnya indeks Dow ditutup 13010 pada perdagangan Kamis kemarin. Sedangkan bursa utama di Europe ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis kemarin. Keputusan FOMC menurunkan suku bunga menjadi 2% dan menguatnya nilai USD terhadap Euro dan Yen telah memberikan gairah di bursa. Kenaikan didukung pula dari baiknya kinerja keuangan yang dilaporkan beberapa korporasi besar seperti Exxon, Symantec dan Comcast. Angka consumer spending meningkat walaupun ini merupakan akibat dari kenaikan harga gas, minyak dan komoditi utama lainnya namun kenaikan diatas prediksi dari pasar. BEI Local Factors Setelah libur satu hari dan response positive terhadap penurunan suku bunga di US serta kenaikan indeks Dow yang besar maka diperkirakan bursa saham di Asia termasuk BEI akan bergairah pada perdagangan Jumat ini. Berita bagus dari beberapa emiten baik dari sisi fundamental dan technical seperti kenaikan laba UNSP, ASII dan dukungan Herald terhadap ANTM dan beberapa lainnya. Harga UNSP sendiri saat ini masih jauh dibawah 50 days MA. Tingginya angka penjualan mobil dan kenaikan laba ASII juga memberikan indikasi bahwa saham ini masih layak diburu. Animo beli diperkirakan akan mendominasi suasana perdagangan di BEI sepanjang Jumat ini. Apakah indeks BEI juga akan menyentuh 2400 pada hari ini? Mari kita bersatu mendongkrak indeks bersama...! :)) http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Membaca Buying Signal ala Jim Rogers
Ada berita menarik di Bloomberg mengenai manuver dari Jim Rogers dengan membeli berbagai saham di China khususnya saham di bidang agriculture, tourism, airlines dan pendidikan. Jim merupakan investor ulung dan penulis kawakan yang terkenal dengan bukunya yang berjudul Adventure Capitalist: The Ultimate Road Trip (kebetulan cuma itu yang sudah saya baca). Jim juga mengatakan bahwa dia juga melakukan investasi di bursa Singapore, Taiwan dan Hong Kong. Menarik karena menurut berita tersebut buying action ini berlawanan arah dengan rekomendasi jual dari Morgan Stanley dan Credit Suisse. Memang tidak mudah untuk memahami investment strategy dari seorang Jim Rogers yang memiliki kekuatan dana sangat besar. Investasi yang dilakukan saat ini bisa saja ditargetkan untuk jangka waktu yang cukup panjang sehingga tidak menarik untuk diikuti jejaknya dengan berharap dapat memetik keuntungan dalam jangka pendek. Tapi dari situ kita dapat melihat bahwa ada keyakinan kuat dari Jim terhadap cerahnya prospek investasi di China dalam beberapa tahun mendatang. Timbul satu pertanyaan, alasan apa yang membuat Jim yakin dengan prospek saham di China? Setelah saya renungi cukup lama ternyata jawaban terdekat adalah besaran populasi di China yang berarti pasar dengan potensi luar biasa. Investasi yang dilakukanpun tidak jauh dari kebutuhan dasar penduduk di China - komoditi pertanian, pariwisata, transportasi udara dan pendidikan. Dengan menguasai saham2 dari perusahaan yang bergerak di bidang tersebut maka investasi tersebut berpeluang tinggi untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Apalagi dibeli pada masa sekarang dimana harga saham relatif murah akibat koreksi besar2an selama empat bulan terakhir. Lalu bagaimana dengan saham di bursa kita? Apakah ada investor kelas dunia yang tengah sibuk membeli berbagai saham dengan pertimbangan strategis seperti Jim? Tentu saja ada bahkan tidak sedikit, tapi bukan populasi yang menjadi kunci utama pada saat ini. Sasaran yang tengah dibidik adalah tanah! Tanah dimana terdapat kekayaan alam seperti batubara, mineral, logam mulia dan minyak bumi. Tanah sebagai lahan subur (dan murah) untuk tanaman penghasil bio energy seperti kelapa sawit, jarak, tebu dan tanaman sejenisnya. Kata kunci adalah energy dan kelangkaan. Coba perhatikan saham2 berikut: INCO, TINS, ITMG, AALI, UNSP, ANTM, BUMI, PTBA, ENRG, MEDC, ELSA, PGAS dan SGRO (serta beberapa lainnya). Bayangkan entry barrier yang ada bila harus berkompetisi dengan mereka. Sangat berat. Apalagi sekian tahun ke depan. Bila anda adalah seorang Jim Rogers di bidang energy, maka pertanyaan saya: Apakah pada saat ini harga saham2 tersebut murah atau mahal? Selamat berpikir ala Jim Rogers. :)) http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - April 21
US Factors Bursa di US ditutup positive pada Jumat kemarin setelah laporan dari beberapa perusahaan besar seperti Intel, JP Morgan, Caterpillar, Google dan Coca Cola sesuai dengan harapan dari para pelaku pasar. Indeks Dow ditutup naik 228.87 point dan Nasdaq naik 61.14 point. Indikasi yang bagus bahwa bursa di US akan menguat dan dibuka pada level harga yang lebih baik pada Senin minggu ini. Minggu ini sentiment di bursa masih akan didominasi oleh laporan Q108 dari berbagai perusahaan besar diantaranya Apple, Yahoo dan Bank of America dan issue pergerakan harga minyak yang terus meningkat. Rencana the Fed untuk melakukan pemotongan suku bunga pada 29 dan 30 April mendatang menjadi 2% juga akan menjadi issue penting yang mempengaruhi pergerakan bursa di minggu ini. European Factors Seperti halnya di US, bursa di Eropa juga ditutup meningkat pada Jumat lalu. Rencana Royal Bank of Scotland (RBS) untuk mendapatkan tambahan modal dengan melakukan right issue pada Jumat lalu juga mendapatkan tanggapan positive dari pelaku bursa. Senin ini bursa di Eropa akan menunggu pernyataan Bank of England mengenai fasilitas swap mortgage collateral yang serupa dengan fasilitas yang dikeluarkan oleh the Fed beberapa minggu yang lalu. Seperti halnya di US, bursa di Eropa pekan ini juga akan diwarnai dengan berbagai laporan Q108. BEI Local Factors Walaupun indeks BEI mengalami kenaikan 0.32% pada penutupan Jumat lalu, namun kenaikan tersebut lebih didominasi oleh saham2 tertentu. Laporan Q108 juga merupakan faktor yang akan mempengaruhi bursa minggu ini disamping pengaruh kondisi pasar di tingkat global maupun regional. http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - April 17
http://unpublisheddream.blogspot.com/ US Factors Setelah pada hari sebelum, laporan Q108 Intel telah memberikan angin segar kepada bursa di Wall Street, maka pada perdagangan Rabu kemarin laporan IBM, JP Morgan, Coca Cola menjadi pemicu kenaikan kuat indeks bursa di US. Harga minyak telah mencapai record dengan harga tertinggi USD115.21 sebagai akibat berkurangnya proyeksi supply minyak yang bersumber dari Rusia pada bulan bulan mendatang. Indeks Dow ditutup naik 2.08% dan Nasdaq naik 2.8%. European Factors FTSE 100 ditutup naik 2.36%, DAX naik 1.79% dan CAC 40 naik 1.56%. Penguatan di bursa di Eropa masih didominasi sentiment positive dari kenaikan harga komoditi utama dan minyak. Saham keuangan di FTSE juga mengalami kenaikan setelah otoritas keuangan di Inggris berencana memberikan fasilitas swap mortgage collateral dengan obligasi pemerintah. Kenaikan juga dipicu berbagai issue positive yang muncul di bursa US. BEI Local Factors Indeks BEI kemarin ditutup menguat 43 points. Penguatan saham2 berbasis energy dan transaksi crossing saham dari kelompok Bakrie telah membawa total transaksi perdagangan di bursa IDR 20,8 trilliun. Pagi ini, cuaca perdagangan di BEI akan terlihat cerah dengan aksi beli lanjutan saham2 di berbagai industry. Dari ketiga saham kelompok Bakrie ELTY, BUMI dan ENRG dua hanya harga saham BUMI yang telah diatas harga rata2 50 hari sedangkan ELTY dan ENRG masih berada di bawah. Namun demikian berbagai issue dan rumor terkait membuat ketiga saham ini masih dalam posisi cukup baik untuk dimiliki (shorter term approach). Saham lain yang masih menarik untuk dibeli adalah ELSA, DEWA dan ANTM. Ketiganya secara fundamental dalam posisi bagus, secara teknikal harga saham tersebut masih dibawah harga rata2 50 hari dan sentiment positive di industry berbasis energy membuat ketiga saham ini layak untuk tetap diburu. Saya juga kembali mengingatkan bahwa turbulensi di bursa global masih berpotensi untuk terjadi di bulan2 mendatang. Secara pribadi saya lebih bertumpu pada shorter term approach dengan focus pada saham yang memiliki aspek fundamental kuat. Saran saya jangan terperosok dengan membeli saham tak berharga yang mungkin dalam beberapa hari ini terlihat bergerak aktif dan kelihatan menarik untuk dibeli. Belilah sesuatu yang memang pantas dibeli. Selamat memilih! http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] BEI Morning Lineup - April 16
US Factors Pernyataan laporan keuangan Q108 Intel yang sesuai dengan prediksi para analis di bursa US telah mendorong kenaikan indeks saham bursa di US. Berbeda dengan laporan AMD yang mengalami penurunan penjualan, Intel membukukan pertumbuhan 17% di US. Gairah bursa juga didorong oleh laporan Q108 Johnson dan Johnson. Di sisi lain, harga minyak telah mencapai record harga tertinggi diatas USD114. European Factors Bursa di Eropa akhirnya ditutup naik pada hari perdagangan Selasa kemarin setelah selama lima hari berturut turut mengalami penurunan indeks. Kenaikan awal dimotori oleh food retailer Tesco dan berita penemuan cadangan minyak oleh Repsol, selanjutnya indeks di bursa Eropa naik seiring dengan berita positive yang muncul dalam pembukaan bursa di US. BEI Local Factors Dengan naiknya kembali harga komoditi dan minyak maka harga saham2 berbasis energy dan komoditi kembali meningkat di perdagangan Selasa kemarin. Berita seputar pembagian dividen dan laporan keuangan Q108 membuat harga beberapa saham utama menjadi target spekulasi dari investor. Pagi ini BEI kembali akan menguat dengan dimotori saham2 berbasis energy dan komoditas. Beberapa saham yang masih memiliki ruang kenaikan cukup besar berdasarkan harga penutupan kemarin adalah ENRG, ANTM, TINS, ELSA dan DEWA. Saham perbankan dan keuangan masih belum menarik untuk dijadikan pilihan utama hari ini. BUY adalah pilihan kata terbaik untuk hari ini. Selamat berbelanja. http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] Prediksi IHSG close/open - 14/15 April 2008 - European Factors
Europe markets kembali dibuka pd indeks lebih rendah utk lima hari berturut2. Beberapa issue negative GE, UPS, Phillips dan market masih menanti data dari US retail sales dlm beberapa jam mendatang. Salah satu kekhawatiran yg berikut adalah laporan2 keuangan perbankan yang akan bermunculan di April ini yang akan membuat market menjadi semakin volatile. Besar kemungkinan IHSG akan ditutup turun di 2240-2255. Esok, IHSG diprediksi akan dibuka melemah untuk kemudian mengikuti gerak pasar global. Tunggu esok saat saham telah cukup murah untuk kembali dimiliki. http://unpublisheddream.blogspot.com/
[obrolan-bandar] IHSG Senin 14 April 2008
Perdagangan di bursa Asia pada hari Senin, 14 April depan akan diwarnai dengan tekanan jual yang akan membawa indeks bursa kembali turun. BEI kembali akan melorot, seberapa jauh? Melihat posisi kenaikan 2 hari kemarin yang sangat besar setelah seminggu sebelumnya terjadi penurunan lebih dari 100 point maka indikasi yang terlihat jelas adalah tingkat volatilitas di BEI semakin besar dengan rentang ayunan indeks yang membesar. Tidak adanya sentimen positive di local factors akan membuat trend BEI tergantung pd situasi Nikkei, Hang Seng dan Singapore. Ditambah dengan tekanan jual yang tinggi dari retail investor pada saham yg mengalami kenaikan tinggi di 2 hari kemarin (AALI, ASII, PTBA, INCO, MEDC dan bbrp lainnya) maka indeks akan dengan cepat turun pada awal sesi pertama. Besok ibarat nonton bioskop, cukup duduk santai menunggu harga saham berjatuhan dan memungut kembali sebelum bubaran sesi kedua, itupun kalau pasar Eropa dibuka menguat dan terdapat berita2 positip pd media warta di US dan Eropa. http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/04/tug-of-war-between-tuan-bear-and-tuan.html
[obrolan-bandar] Collect ELSA - Q108 report
290-305 Sambil menunggu financial report Q108 ELSA Saham baru IPO, fundamental kuat. Beli rame2 biar average cost para bandar moving up... BUMI hari ini terjun berapa point? 100? 200? atau 500?
[obrolan-bandar] Collect ELSA
Sudah saatnya ELSA masuk range 375-395
[obrolan-bandar] Window Dressing and Greasing a Pig End of Fiscal 2007 and Q108
Ada yang berbeda di penutupan perdagangan Jumat lalu, hampir seluruh indeks di bursa Asia mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Sebaliknya bursa di US dan Eropa, hampir semua ditutup dengan indeks lebih rendah. Rupanya kebiasaan window dressing pada penutupan tahun fiscal 2007 lebih dini dilakukan oleh bursa Asia ketimbang bursa di Eropa dan di US. Begitu pula dengan BEI, tidak ketinggalan memoles indeks sehingga ditutup di 2477.59 per Jumat kemarin. Tapi sayangnya, masih ada satu hari perdagangan lagi di Senin besok, sebelum tahun fiscal 2007 dan Q108 ditutup. Dalam dua hari ini sentiment positip untuk mengangkat indeks bursa di Asia hampir tidak ada, ditambah situasi pasar Eropa dan US yang ditutup turun, rasanya berat sekali untuk mengharapkan indeks di bursa Asia dapat ditutup lebih tinggi pada penutupan perdagangan Senin depan ini. Kecuali pelaku pasar di Asia mengabaikan semua berita dan tetap terus mendongkrak harga saham, tidak peduli ada sentiment positip maupun negatip. Kejadian yang paling mungkin adalah indeks turun sedikit diatas pembukaan perdagangan hari Jumat lalu. Berita di media Spiegel Jumat lalu yang memuat adanya kemungkinan shortfall sebesar USD 600 billion pada krisis keuangan ini diterbitkan oleh otoritas keuangan Jerman (BaFin). Dari angka tersebut, yang telah diakui oleh berbagai institusi keuangan sejumlah USD 295 billion. Masih ada separuh lebih yang belum diakui. Dengan kata lain, penurunan indeks berikut hanyalah menunggu waktu saja. Selanjutnya ada di http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/03/window-dressing-and-greasing-pig-end-of.html
[obrolan-bandar] TSLF Mencegah Terjadinya Krisis, Bailout Model Baru?
Pagi ini setelah melihat indeks di Dow, ada napas lega melihat kenaikan indeks yang cukup signifikan di US market. Ini terkait dengan keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) untuk memberi pinjaman sebesar USD 200 billion kepada bond dealers dengan jaminan MBS sebagai collateral serta swap line sebesar USD 30 billion kepada ECB dan USD 6 billion kepada Swiss National Bank. Diharapkan kebijakan ini dapat meningkatkan kondisi perdagangan di MBS market dan memberikan ECB dan SNB supply dollar ke bank2 di Eropa. http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/03/term-security-lending-facility-tslf.html Indonesia dulu pernah melakukan hal yang sama dan bermasalah hingga kini yaitu BLBI. Bentuknya memang berbeda, tapi esensinya sama, memberi pinjaman kepada bank dengan jaminan hutang tanpa melihat kualitas hutang yang dijadikan jaminan. http://unpublisheddream.blogspot.com/2008/03/term-security-lending-facility-tslf.html