Re: [ob] Teater DPR
Tulisan pak Jakob Sumardjo merupakan gambaran sebuah keprihatinan yang mendalam atas kinerja DPR khususnya Pansus dan melemahnya etika Kenegaraan. Coba menoleh era Gus Dur waktu jadi Presiden, boleh jadi ungkapan Gus Dur saat itu bahwa DPR seperti taman kanak2 tidak berlebihan. Apalagi jika dibandingkan dengan Pansus Century sekarang ini, yang bukan saja ingin menarik perhatian siapa pun tetapi juga hampir2 kehilangan arah, etika dan kesantunan berpolitik. DPR adalah lembaga terhormat yang seharusnya disadari oleh para anggotanya. Meskipun jumlah mereka di atas 500 dan jauh lebih banyak dari anggota kabinet, tetapi tanggung jawab pribadi dan institusi perlu terus diusahakan. Anggota Dewan yang terhormat harus menjadi contoh baik bagi masyarakat. Kontrol yang dilakukan oleh DPR atas eksekutif mutlak diperlukan tetapi itu harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan dan mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat, membangun ketertiban, mendukung penegakan Hukum yang Adil, mengusahakan kultur politik yang sehat dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi serta membantu pemerintah mewujudkan wajah bangsa ini sebagai bangsa yang mandiri, bebas KKN dan bermartabat. Membaca statement seorang petinggi Bank Sentral CHINA bahwa jika keputusan pemberian stimulus ekonomi sebesar USD.560B untuk menggairahkan perekonomian tidak dilakukan cepat dan bertele-tele maka perekonomian CHINA tidak akan pulih secepat ini dan pertumbuhannya akan tidak sebagus seperti sekarang ini. Yang saya maksud bahwa sebuah kebijakan yang tepat apalagi dalam keadaan krisis harus didukung oleh seluruh elemen bangsa untuk mencegah keadaan keterpurukan dan mempercepat pemulihan. Jika terjadi penyimpangan dalam operationalnya setelah kebijakan itu diputuskan maka hal itu perlu diproses lebih lanjut. Indonesia sekarang ini memiliki 10 partai politik yang lolos threshold, tetapi supaya system Presidensil berjalan optimal maka jumlah partai politik yang 10 tentu dirasa terlalu banyak. Mudah2an pemilu 2014 dapat hanya diikuti oleh 2-3 partai politik saja sehingga penggabungan dari partai politik yang ada dirasakan perlu dan perubahaan Undang-undang Pemilu dan partai politik juga mutlak perlu dilakukan. Sebuah Negara yang iklim politiknya kisruh, penuh intrik dan rekayasa akan sulit maju sekalipun lembaga eksekutif (Pemerintahnya) benar, bersih dan berkualitas apalagi kalau Pemerintah atau lembaga eksekutif dan birokrasi-nya biasa-biasa saja. Regards, JACOB Sent from my XL BlackBerry® Effort only fully releases its reward after a person refuses to quit.+++ Things may come to those who wait, but only the things left by those who hustle.+++ -Original Message- From: A Moeis Ibrahim ami_4...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 09:34:04 To: obrolan-bandarobrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: [ob] Teater DPR Terima kasih pak Jakob Sumardjo atas pencerahannya. AMI Teater DPR Sabtu, 23 Januari 2010 | 04:17 WIB Jakob Sumardjo http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/23/04172148/teater.dpr Dalam pertunjukan teater, seorang mahasiswa yang menjadi raja dapat memaki-maki dosennya yang menjadi prajurit. Dan, Indonesia adalah sebuah panggung sandiwara. Waktu kita selama ini habis disita oleh teater semacam itu, bagaimana seorang wakil presiden diperlakukan sebagai pesakitan oleh anggota-anggota DPR yang katanya terhormat. Teater itu hanya nyata selama di panggung. Setelah turun panggung, ganti dosen yang mencaci-maki mahasiswanya untuk waktu yang lebih lama, dan berdampak sistemik bagi mahasiswa itu. Bedanya sangat jelas, seorang presiden, wakil presiden, menteri itu menjadi seperti dirinya melalui proses panjang. Dalam teater, seorang pemulung yang gagah dapat disulap menjadi seorang patih, tetapi seorang pemimpin bangsa tidak dapat disulap semacam itu, kecuali dalam sebuah kudeta. Seorang kolonel bisa tiba-tiba menjadi presiden. Sebagian besar anggota DPR adalah nama-nama yang sebelum duduk di sana hampir tidak dikenal publik. Mungkin dikenal oleh organisasi partainya, tetapi jelas tidak dikenal secara luas di masyarakat. Dan, tiba-tiba, seperti pemulung yang menjadi patih, mereka mencecar wakil presidennya dalam pertunjukan teater bangsa ini. Mereka ini tokoh tanpa proses. Mereka adalah produk tanpa proses dan sebentar lagi mereka akan memanggil presidennya untuk diperlakukan sama. Bangsa ini menyatakan dirinya sebagai bangsa yang ramah, santun, berbudi luhur, kenyataannya paradoks, kita bisa lebih barbar dari bangsa mana pun. Seorang presiden dan wakil presiden yang dipilih mayoritas rakyat, di Indonesia, dapat dibentak-bentak oleh wakil-wakil rakyat. Wakil rakyat dapat lebih berkuasa dari rakyat yang diwakilinya. Dalam dunia calo atau broker, hal ini lazim terjadi, pemilik barang justru dikuasai oleh wakil atau perantara si pemilik. Negara ini adalah negara percaloan, negara markus (makelar kasus). Kita sudah tidak memiliki etika kenegaraan. Ibaratnya seorang guru besar yang
Re: [ob] Teater DPR
Artinya kita ga boleh sembarangan pilih anggota DPR, pilih senat yg santun dan pintar dan mau berjuang demi rakyat. Selama 5 thn ini kita bisa lihat anggota senat dan kita nilai, kalau bukan kriteria yg disaratkan ga usah dipilih. Best Regards, Bony Z M -Original Message- From: jacob oen oenja...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 04:09:57 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: Re: [ob] Teater DPR Tulisan pak Jakob Sumardjo merupakan gambaran sebuah keprihatinan yang mendalam atas kinerja DPR khususnya Pansus dan melemahnya etika Kenegaraan. Coba menoleh era Gus Dur waktu jadi Presiden, boleh jadi ungkapan Gus Dur saat itu bahwa DPR seperti taman kanak2 tidak berlebihan. Apalagi jika dibandingkan dengan Pansus Century sekarang ini, yang bukan saja ingin menarik perhatian siapa pun tetapi juga hampir2 kehilangan arah, etika dan kesantunan berpolitik. DPR adalah lembaga terhormat yang seharusnya disadari oleh para anggotanya. Meskipun jumlah mereka di atas 500 dan jauh lebih banyak dari anggota kabinet, tetapi tanggung jawab pribadi dan institusi perlu terus diusahakan. Anggota Dewan yang terhormat harus menjadi contoh baik bagi masyarakat. Kontrol yang dilakukan oleh DPR atas eksekutif mutlak diperlukan tetapi itu harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan dan mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat, membangun ketertiban, mendukung penegakan Hukum yang Adil, mengusahakan kultur politik yang sehat dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi serta membantu pemerintah mewujudkan wajah bangsa ini sebagai bangsa yang mandiri, bebas KKN dan bermartabat. Membaca statement seorang petinggi Bank Sentral CHINA bahwa jika keputusan pemberian stimulus ekonomi sebesar USD.560B untuk menggairahkan perekonomian tidak dilakukan cepat dan bertele-tele maka perekonomian CHINA tidak akan pulih secepat ini dan pertumbuhannya akan tidak sebagus seperti sekarang ini. Yang saya maksud bahwa sebuah kebijakan yang tepat apalagi dalam keadaan krisis harus didukung oleh seluruh elemen bangsa untuk mencegah keadaan keterpurukan dan mempercepat pemulihan. Jika terjadi penyimpangan dalam operationalnya setelah kebijakan itu diputuskan maka hal itu perlu diproses lebih lanjut. Indonesia sekarang ini memiliki 10 partai politik yang lolos threshold, tetapi supaya system Presidensil berjalan optimal maka jumlah partai politik yang 10 tentu dirasa terlalu banyak. Mudah2an pemilu 2014 dapat hanya diikuti oleh 2-3 partai politik saja sehingga penggabungan dari partai politik yang ada dirasakan perlu dan perubahaan Undang-undang Pemilu dan partai politik juga mutlak perlu dilakukan. Sebuah Negara yang iklim politiknya kisruh, penuh intrik dan rekayasa akan sulit maju sekalipun lembaga eksekutif (Pemerintahnya) benar, bersih dan berkualitas apalagi kalau Pemerintah atau lembaga eksekutif dan birokrasi-nya biasa-biasa saja. Regards, JACOB Sent from my XL BlackBerry® Effort only fully releases its reward after a person refuses to quit.+++ Things may come to those who wait, but only the things left by those who hustle.+++ -Original Message- From: A Moeis Ibrahim ami_4...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 09:34:04 To: obrolan-bandarobrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: [ob] Teater DPR Terima kasih pak Jakob Sumardjo atas pencerahannya. AMI Teater DPR Sabtu, 23 Januari 2010 | 04:17 WIB Jakob Sumardjo http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/23/04172148/teater.dpr Dalam pertunjukan teater, seorang mahasiswa yang menjadi raja dapat memaki-maki dosennya yang menjadi prajurit. Dan, Indonesia adalah sebuah panggung sandiwara. Waktu kita selama ini habis disita oleh teater semacam itu, bagaimana seorang wakil presiden diperlakukan sebagai pesakitan oleh anggota-anggota DPR yang katanya terhormat. Teater itu hanya nyata selama di panggung. Setelah turun panggung, ganti dosen yang mencaci-maki mahasiswanya untuk waktu yang lebih lama, dan berdampak sistemik bagi mahasiswa itu. Bedanya sangat jelas, seorang presiden, wakil presiden, menteri itu menjadi seperti dirinya melalui proses panjang. Dalam teater, seorang pemulung yang gagah dapat disulap menjadi seorang patih, tetapi seorang pemimpin bangsa tidak dapat disulap semacam itu, kecuali dalam sebuah kudeta. Seorang kolonel bisa tiba-tiba menjadi presiden. Sebagian besar anggota DPR adalah nama-nama yang sebelum duduk di sana hampir tidak dikenal publik. Mungkin dikenal oleh organisasi partainya, tetapi jelas tidak dikenal secara luas di masyarakat. Dan, tiba-tiba, seperti pemulung yang menjadi patih, mereka mencecar wakil presidennya dalam pertunjukan teater bangsa ini. Mereka ini tokoh tanpa proses. Mereka adalah produk tanpa proses dan sebentar lagi mereka akan memanggil presidennya untuk diperlakukan sama. Bangsa ini menyatakan dirinya sebagai bangsa yang ramah, santun, berbudi luhur, kenyataannya paradoks, kita bisa lebih barbar dari bangsa mana pun. Seorang presiden dan wakil presiden yang
Re: [ob] Teater DPR
Kan biar keliatan di tipi kalo juga bisa ngomong.. Hehehehe. Dulu kan sering diledekin suka tidur waktu sidang.. Masih perlu waktu buat mereka utk belajar bernegara dan berbangsa. Mestinya mereka bisa belajar kepada PARA pendiri dan penggagas bangsa besar ini. Artomoro9 -Original Message- From: jacob oen oenja...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 04:09:57 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: Re: [ob] Teater DPR Tulisan pak Jakob Sumardjo merupakan gambaran sebuah keprihatinan yang mendalam atas kinerja DPR khususnya Pansus dan melemahnya etika Kenegaraan. Coba menoleh era Gus Dur waktu jadi Presiden, boleh jadi ungkapan Gus Dur saat itu bahwa DPR seperti taman kanak2 tidak berlebihan. Apalagi jika dibandingkan dengan Pansus Century sekarang ini, yang bukan saja ingin menarik perhatian siapa pun tetapi juga hampir2 kehilangan arah, etika dan kesantunan berpolitik. DPR adalah lembaga terhormat yang seharusnya disadari oleh para anggotanya. Meskipun jumlah mereka di atas 500 dan jauh lebih banyak dari anggota kabinet, tetapi tanggung jawab pribadi dan institusi perlu terus diusahakan. Anggota Dewan yang terhormat harus menjadi contoh baik bagi masyarakat. Kontrol yang dilakukan oleh DPR atas eksekutif mutlak diperlukan tetapi itu harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan dan mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat, membangun ketertiban, mendukung penegakan Hukum yang Adil, mengusahakan kultur politik yang sehat dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi serta membantu pemerintah mewujudkan wajah bangsa ini sebagai bangsa yang mandiri, bebas KKN dan bermartabat. Membaca statement seorang petinggi Bank Sentral CHINA bahwa jika keputusan pemberian stimulus ekonomi sebesar USD.560B untuk menggairahkan perekonomian tidak dilakukan cepat dan bertele-tele maka perekonomian CHINA tidak akan pulih secepat ini dan pertumbuhannya akan tidak sebagus seperti sekarang ini. Yang saya maksud bahwa sebuah kebijakan yang tepat apalagi dalam keadaan krisis harus didukung oleh seluruh elemen bangsa untuk mencegah keadaan keterpurukan dan mempercepat pemulihan. Jika terjadi penyimpangan dalam operationalnya setelah kebijakan itu diputuskan maka hal itu perlu diproses lebih lanjut. Indonesia sekarang ini memiliki 10 partai politik yang lolos threshold, tetapi supaya system Presidensil berjalan optimal maka jumlah partai politik yang 10 tentu dirasa terlalu banyak. Mudah2an pemilu 2014 dapat hanya diikuti oleh 2-3 partai politik saja sehingga penggabungan dari partai politik yang ada dirasakan perlu dan perubahaan Undang-undang Pemilu dan partai politik juga mutlak perlu dilakukan. Sebuah Negara yang iklim politiknya kisruh, penuh intrik dan rekayasa akan sulit maju sekalipun lembaga eksekutif (Pemerintahnya) benar, bersih dan berkualitas apalagi kalau Pemerintah atau lembaga eksekutif dan birokrasi-nya biasa-biasa saja. Regards, JACOB Sent from my XL BlackBerry® Effort only fully releases its reward after a person refuses to quit.+++ Things may come to those who wait, but only the things left by those who hustle.+++ -Original Message- From: A Moeis Ibrahim ami_4...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 09:34:04 To: obrolan-bandarobrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: [ob] Teater DPR Terima kasih pak Jakob Sumardjo atas pencerahannya. AMI Teater DPR Sabtu, 23 Januari 2010 | 04:17 WIB Jakob Sumardjo http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/23/04172148/teater.dpr Dalam pertunjukan teater, seorang mahasiswa yang menjadi raja dapat memaki-maki dosennya yang menjadi prajurit. Dan, Indonesia adalah sebuah panggung sandiwara. Waktu kita selama ini habis disita oleh teater semacam itu, bagaimana seorang wakil presiden diperlakukan sebagai pesakitan oleh anggota-anggota DPR yang katanya terhormat. Teater itu hanya nyata selama di panggung. Setelah turun panggung, ganti dosen yang mencaci-maki mahasiswanya untuk waktu yang lebih lama, dan berdampak sistemik bagi mahasiswa itu. Bedanya sangat jelas, seorang presiden, wakil presiden, menteri itu menjadi seperti dirinya melalui proses panjang. Dalam teater, seorang pemulung yang gagah dapat disulap menjadi seorang patih, tetapi seorang pemimpin bangsa tidak dapat disulap semacam itu, kecuali dalam sebuah kudeta. Seorang kolonel bisa tiba-tiba menjadi presiden. Sebagian besar anggota DPR adalah nama-nama yang sebelum duduk di sana hampir tidak dikenal publik. Mungkin dikenal oleh organisasi partainya, tetapi jelas tidak dikenal secara luas di masyarakat. Dan, tiba-tiba, seperti pemulung yang menjadi patih, mereka mencecar wakil presidennya dalam pertunjukan teater bangsa ini. Mereka ini tokoh tanpa proses. Mereka adalah produk tanpa proses dan sebentar lagi mereka akan memanggil presidennya untuk diperlakukan sama. Bangsa ini menyatakan dirinya sebagai bangsa yang ramah, santun, berbudi luhur, kenyataannya paradoks, kita bisa lebih barbar dari bangsa mana pun. Seorang presiden dan
Re: [ob] Teater DPR
Hmm...jangan2 jacob oen ini alter ego dari jacob sumarjo ya..hehe Powered by aRSeNal BlackBerry®insyaallah nyambung teruss! -Original Message- From: jacob oen oenja...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 04:09:57 To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: Re: [ob] Teater DPR Tulisan pak Jakob Sumardjo merupakan gambaran sebuah keprihatinan yang mendalam atas kinerja DPR khususnya Pansus dan melemahnya etika Kenegaraan. Coba menoleh era Gus Dur waktu jadi Presiden, boleh jadi ungkapan Gus Dur saat itu bahwa DPR seperti taman kanak2 tidak berlebihan. Apalagi jika dibandingkan dengan Pansus Century sekarang ini, yang bukan saja ingin menarik perhatian siapa pun tetapi juga hampir2 kehilangan arah, etika dan kesantunan berpolitik. DPR adalah lembaga terhormat yang seharusnya disadari oleh para anggotanya. Meskipun jumlah mereka di atas 500 dan jauh lebih banyak dari anggota kabinet, tetapi tanggung jawab pribadi dan institusi perlu terus diusahakan. Anggota Dewan yang terhormat harus menjadi contoh baik bagi masyarakat. Kontrol yang dilakukan oleh DPR atas eksekutif mutlak diperlukan tetapi itu harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan dan mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat, membangun ketertiban, mendukung penegakan Hukum yang Adil, mengusahakan kultur politik yang sehat dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi serta membantu pemerintah mewujudkan wajah bangsa ini sebagai bangsa yang mandiri, bebas KKN dan bermartabat. Membaca statement seorang petinggi Bank Sentral CHINA bahwa jika keputusan pemberian stimulus ekonomi sebesar USD.560B untuk menggairahkan perekonomian tidak dilakukan cepat dan bertele-tele maka perekonomian CHINA tidak akan pulih secepat ini dan pertumbuhannya akan tidak sebagus seperti sekarang ini. Yang saya maksud bahwa sebuah kebijakan yang tepat apalagi dalam keadaan krisis harus didukung oleh seluruh elemen bangsa untuk mencegah keadaan keterpurukan dan mempercepat pemulihan. Jika terjadi penyimpangan dalam operationalnya setelah kebijakan itu diputuskan maka hal itu perlu diproses lebih lanjut. Indonesia sekarang ini memiliki 10 partai politik yang lolos threshold, tetapi supaya system Presidensil berjalan optimal maka jumlah partai politik yang 10 tentu dirasa terlalu banyak. Mudah2an pemilu 2014 dapat hanya diikuti oleh 2-3 partai politik saja sehingga penggabungan dari partai politik yang ada dirasakan perlu dan perubahaan Undang-undang Pemilu dan partai politik juga mutlak perlu dilakukan. Sebuah Negara yang iklim politiknya kisruh, penuh intrik dan rekayasa akan sulit maju sekalipun lembaga eksekutif (Pemerintahnya) benar, bersih dan berkualitas apalagi kalau Pemerintah atau lembaga eksekutif dan birokrasi-nya biasa-biasa saja. Regards, JACOB Sent from my XL BlackBerry® Effort only fully releases its reward after a person refuses to quit.+++ Things may come to those who wait, but only the things left by those who hustle.+++ -Original Message- From: A Moeis Ibrahim ami_4...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 09:34:04 To: obrolan-bandarobrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: [ob] Teater DPR Terima kasih pak Jakob Sumardjo atas pencerahannya. AMI Teater DPR Sabtu, 23 Januari 2010 | 04:17 WIB Jakob Sumardjo http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/23/04172148/teater.dpr Dalam pertunjukan teater, seorang mahasiswa yang menjadi raja dapat memaki-maki dosennya yang menjadi prajurit. Dan, Indonesia adalah sebuah panggung sandiwara. Waktu kita selama ini habis disita oleh teater semacam itu, bagaimana seorang wakil presiden diperlakukan sebagai pesakitan oleh anggota-anggota DPR yang katanya terhormat. Teater itu hanya nyata selama di panggung. Setelah turun panggung, ganti dosen yang mencaci-maki mahasiswanya untuk waktu yang lebih lama, dan berdampak sistemik bagi mahasiswa itu. Bedanya sangat jelas, seorang presiden, wakil presiden, menteri itu menjadi seperti dirinya melalui proses panjang. Dalam teater, seorang pemulung yang gagah dapat disulap menjadi seorang patih, tetapi seorang pemimpin bangsa tidak dapat disulap semacam itu, kecuali dalam sebuah kudeta. Seorang kolonel bisa tiba-tiba menjadi presiden. Sebagian besar anggota DPR adalah nama-nama yang sebelum duduk di sana hampir tidak dikenal publik. Mungkin dikenal oleh organisasi partainya, tetapi jelas tidak dikenal secara luas di masyarakat. Dan, tiba-tiba, seperti pemulung yang menjadi patih, mereka mencecar wakil presidennya dalam pertunjukan teater bangsa ini. Mereka ini tokoh tanpa proses. Mereka adalah produk tanpa proses dan sebentar lagi mereka akan memanggil presidennya untuk diperlakukan sama. Bangsa ini menyatakan dirinya sebagai bangsa yang ramah, santun, berbudi luhur, kenyataannya paradoks, kita bisa lebih barbar dari bangsa mana pun. Seorang presiden dan wakil presiden yang dipilih mayoritas rakyat, di Indonesia, dapat dibentak-bentak oleh wakil-wakil rakyat. Wakil rakyat dapat lebih berkuasa dari rakyat
Re: [ob] Teater DPR
bagaiaman bisa 3 partai yang ikut pemilu, yang tidak lulus et ganti nama bisa ikut lagi pemilu gampang kok. makanya tetep saja yang ikut pemilu lebih dari 10 partai. belum lagi partai yang baru. karena persyaratan yg ringan utk ikut pemilu. coba kalau yang boleh ikut pemilu adalah partai yang berusia minimal 5 tahun pasti yg nggak lulus et nggak bisa ikut dan yg pasti yang ikut pemilu sedikit. - Original Message - From: jacob oen To: obrolan-bandar@yahoogroups.com Sent: Saturday, January 23, 2010 11:09 AM Subject: Re: [ob] Teater DPR Tulisan pak Jakob Sumardjo merupakan gambaran sebuah keprihatinan yang mendalam atas kinerja DPR khususnya Pansus dan melemahnya etika Kenegaraan. Coba menoleh era Gus Dur waktu jadi Presiden, boleh jadi ungkapan Gus Dur saat itu bahwa DPR seperti taman kanak2 tidak berlebihan. Apalagi jika dibandingkan dengan Pansus Century sekarang ini, yang bukan saja ingin menarik perhatian siapa pun tetapi juga hampir2 kehilangan arah, etika dan kesantunan berpolitik. DPR adalah lembaga terhormat yang seharusnya disadari oleh para anggotanya. Meskipun jumlah mereka di atas 500 dan jauh lebih banyak dari anggota kabinet, tetapi tanggung jawab pribadi dan institusi perlu terus diusahakan. Anggota Dewan yang terhormat harus menjadi contoh baik bagi masyarakat. Kontrol yang dilakukan oleh DPR atas eksekutif mutlak diperlukan tetapi itu harus dilakukan dengan tujuan untuk mengefektifkan dan mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat, membangun ketertiban, mendukung penegakan Hukum yang Adil, mengusahakan kultur politik yang sehat dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi serta membantu pemerintah mewujudkan wajah bangsa ini sebagai bangsa yang mandiri, bebas KKN dan bermartabat. Membaca statement seorang petinggi Bank Sentral CHINA bahwa jika keputusan pemberian stimulus ekonomi sebesar USD.560B untuk menggairahkan perekonomian tidak dilakukan cepat dan bertele-tele maka perekonomian CHINA tidak akan pulih secepat ini dan pertumbuhannya akan tidak sebagus seperti sekarang ini. Yang saya maksud bahwa sebuah kebijakan yang tepat apalagi dalam keadaan krisis harus didukung oleh seluruh elemen bangsa untuk mencegah keadaan keterpurukan dan mempercepat pemulihan. Jika terjadi penyimpangan dalam operationalnya setelah kebijakan itu diputuskan maka hal itu perlu diproses lebih lanjut. Indonesia sekarang ini memiliki 10 partai politik yang lolos threshold, tetapi supaya system Presidensil berjalan optimal maka jumlah partai politik yang 10 tentu dirasa terlalu banyak. Mudah2an pemilu 2014 dapat hanya diikuti oleh 2-3 partai politik saja sehingga penggabungan dari partai politik yang ada dirasakan perlu dan perubahaan Undang-undang Pemilu dan partai politik juga mutlak perlu dilakukan. Sebuah Negara yang iklim politiknya kisruh, penuh intrik dan rekayasa akan sulit maju sekalipun lembaga eksekutif (Pemerintahnya) benar, bersih dan berkualitas apalagi kalau Pemerintah atau lembaga eksekutif dan birokrasi-nya biasa-biasa saja. Regards, JACOB Sent from my XL BlackBerry® Effort only fully releases its reward after a person refuses to quit.+++ Things may come to those who wait, but only the things left by those who hustle.+++ -- From: A Moeis Ibrahim ami_4...@yahoo.com Date: Sat, 23 Jan 2010 09:34:04 +0700 To: obrolan-bandarobrolan-bandar@yahoogroups.com Subject: [ob] Teater DPR