Re: [R@ntau-Net] Fwd: Artikel - ISLAMKAN ADAT MINANG
Assalamu'alaikum wr.wb. Manuruik ambo untuak maislamkan adat minang ko iyo mambaliakan fungsi jo tangguang jawab niniak mamak yang kini ko alah diambiak aliah dek ayah dalam satu keluarga. Kini bisa dicaliak bara persen bana niniak mamak di minang tu yang bisa jadi suri tauladan dan menjalankan fungsi anak dipangku kamanakan dibimbiang. Yang ado kabanyakan kini ko anak dipangku kamanakan dipalantiangkan. Baa lo kamanakan ka tau jo niniak mamaknyo, kalau niniak mamak ndak pernah mancaliak/manjolong kamanakannyo? Malah niniak mamak tahu punyo kamanakan kalau kamanakannyo ka nikah se...apolagi rang piaman, kalau kamanakan ka nikah baru banyak mangaku nan jadi niniak mamak, karana dapek mintak bagian lo dalam uang jamputan. Kalau ndak, niniak mamak pun ndak pernah mancogokan batang hiduangnyo ka rumah kamanakannyo do. Malah ado lo niniak mamak nan ikuik lo mahabihkan pusako tinggi yang harusnyo hanyo buliah dipakai manuruik adaik yang basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Jadi jan salahkan banyak rang mudo, anak jo kamanakan yang maningkek parangai buruaknyo karano ndak ado yang kadijadikan teladan. Solusinyo manuruik ambo : 1. Baliakan fungsi niniak mamak dan caliakan contoh jo budi yang elok ka kamanakan Karano elok bangso karano budi, budi rusak bangso binaso 2. Aktifkan baliak fungsi surau, wajibkan bagi anak laki-laki nan alah baligh lalok di surau tiok malam jo diisi kegiatan nan baguno untuak mereka 3. Tanamkan raso jo pareso, tarutamo budaya malu ka anak-anak kito bia jaleh lo manusia tahan kieh binatang tahan palu 4. Rubah pola pendidikan anak jo kamanakan ka arah islami yang menganjurkan untuak manjadi enterpreneur bukan untuak jadi karyawan se. 5. Rubah pola pikia orang kampuang untuak ndak basalisiah dek karano harato pusako 6. Batehi waktu untuak manonton TV nan banyak marusak moral acaranyo. wassalam Reza bujang piaman nan kecewa jo adaik piaman Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] Fw: [cfbe] PEDULI MASA DEPAN ANAK ACEH SUMUT
- Original Message - From: RAHIMA [EMAIL PROTECTED] PEDULI MASA DEPAN ANAK ACEH SUMUT Menerima dan mengirimkan bantuan para dermawan untuk pendidikan dan masa depan anak-anak Aceh dan Sumut Bantuan Berupa : - Buku-buku Pelajaran Sekolah - Buku-buku cerita anak - Peralatan Sekolah - Seragam Sekolah - Mainan Edukatif Dikirim ke Rahima Jl. Pancoran Timur IIA/10 Perdatam Ps. Minggu Jakarta Selatan Telp. 021-798 4165 Setiap hari kerja Pkl. 09.00 - 17.00 WIB. Kontak Person : AD Kusumaningtyas (Nining) Terima kasih Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] Fwd: [forum-iki] Front Page Washington Post: Missionaries Works
Assalaamu'alaikum WW, Iko adolah penculikan. Mari kito liek, sampai bara jauah pemerintah SBY bisa membawa pulang baliak anak-anak Aceh ko. wass/duta dutamardin umar [EMAIL PROTECTED] wrote: To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] From: dutamardin umar Date: Thu, 13 Jan 2005 06:47:33 -0600 Subject: [forum-iki] Front Page Washington Post: Missionaries Works Group Says It Relocated 300 Orphans Va. Missionaries Talk of Raising Muslim Tsunami Victims in Christian Home By Alan Cooperman Washington Post Staff Writer Thursday, January 13, 2005; Page A01 A Virginia-based missionary group said this week that it has airlifted 300 tsunami orphans from the Muslim province of Banda Aceh to Jakarta, the Indonesian capital, where it plans to raise them in a Christian children's home. The missionary group, WorldHelp, is one of dozens of Christian, Muslim and Jewish charities providing humanitarian relief to victims of the Dec. 26 earthquake and tsunami that devastated countries around the Indian Ocean, taking more than 150,000 lives. Most of the religious charities do not attach any conditions to their aid, and many of the larger ones -- such as WorldVision, Catholic Relief Services and Church World Service -- have policies against proselytizing. But a few of the smaller groups have been raising money among evangelical Christians by presenting the tsunami emergency effort as a rare opportunity to make converts in hard-to-reach areas. Normally, Banda Aceh is closed to foreigners and closed to the gospel. But, because of this catastrophe, our partners there are earning the right to be heard and providing entrance for the gospel, WorldHelp said in an appeal for funds on its Web site this week. The appeal said WorldHelp was working with native-born Christians in Indonesia who want to plant Christian principles as early as possible in the 300 Muslim children, all younger than 12, who lost their parents in the tsunami. These children are homeless, destitute, traumatized, orphaned, with nowhere to go, nowhere to sleep and nothing to eat. If we can place them in a Christian children's home, their faith in Christ could become the foothold to reach the Aceh people, it said. The Web site was changed, and the appeal was removed yesterday after The Washington Post called to inquire about it. The Rev. Vernon Brewer, president of WorldHelp in Forest, Va., said in a telephone interview the organization had collected about $70,000 in donations and was seeking to raise another $350,000 to build the orphanage. Brewer said the Indonesian government gave permission for the orphans to be flown to Jakarta last week and was aware that they would be raised as Christians. [We have no knowledge of this, Foreign Ministry spokesman Marty Natalegawa said today in Jakarta. If confirmed, this would constitute a serious violation of the standing ban by the Indonesian government on the adoption of Acehnese children affected by the tsunami disaster and appropriate steps would be taken accordingly. He added that he did not believe any Indonesian official would have approved the transfer of the children.] These are children who are unclaimed or unwanted. We are not trying to rip them apart from any existing family members and change their culture and change their customs, Brewer said. These children are going to be raised in a Christian environment. That's no guarantee they will choose to be Christians. Brewer, a Baptist minister, was the first person to graduate from the Rev. Jerry Falwell's Liberty University in Lynchburg, Va., in 1971. He served as a vice president of the Christian university before founding WorldHelp in 1991. It has since grown to 100 full-time employees in the United States and helps to support indigenous Christian missionaries in about 50 countries, he said. Brewer said WorldHelp is an independent organization but has a friendly, informal relationship with nearby Liberty University, which held a fundraiser at a basketball game Monday night to benefit WorldHelp's tsunami relief projects. I think Vernon [Brewer] has got the right approach, Falwell said yesterday. If Christian ministries can earn the right to be heard -- you don't preach the gospel to a hungry man, you feed him, then if he wants to hear something you've got to say, that's nice, but it's not required. WorldHelp's primary partners in Indonesia, Brewer said, are Henry and Roy Lanting, a father-son team who run an orphanage and school near Jakarta. Roy Lanting is also a graduate of Liberty University, Brewer said. Efforts to reach the Lantings by telephone and e-mail yesterday were unsuccessful. First and foremost, our intention is not to evangelize but to show the love of Jesus Christ through our acts of compassion, Brewer said. We are not using this open window of disaster to move in and set up a beachhead for evangelism. That's not the spirit of what we're trying to accomplish. . . . The Rev. Arthur B. Keys Jr., president of
[R@ntau-Net] Duh..ngebantu..atau malah menambah hutang nih..?
Assalamualaikum.Wr.Wb. Mohon maaf bila terjadi kekhilafan dan kesalahfahaman dalam penilaian dan pengamatan yang bersifat sangat minim data dan sangat pribadi. Bila salah itu pasti berasal dari pendapat pribadi saya aja. Ini hanya coretan-coretan saya yang menggelitik hati kita saja. Saya mulai aja dari cerita langsung dilapangan yang saya alami, bukan dengan maksud riya atau pamer(naudzubillahi mindzalik). Bukankah Allah sudah berfirman : Dan orang-orang yang menafkahkan hartanya baik didalam keadaan sempit, atau lapang Juga firmanNya : Orang-orang Yang menafkahkan hartanya baik secara sembunyi-sembunyi (karena takut menjadi riya dan rusak hatinya), juga bersedeqah secara terang-terangan (bisa jadi ia yakin bahwa ia bisa menjaga dirinya dari riya, dan ingin agar perbuatannya dapat ditiru yang lain, jadi sekali jalan dua tiga pulau terlalui, bersedeqah dan dakwah sekaligus, kita berbaik sangka aja sama semua ini, itu lebih aman dari dosa, sekali lagi masalah niat dan hati manusia hanya Allah saja yang tahu) Hari ini rabu 12 januari,dari pagi, sampai sore, saya ada di Kedutaan dalam hal pengumpulan dana buat korban Tsunami. Yang mana juga hari-hari sebelumnya juga sibuk menyiapkan(mengetik), undangan buat mereka yang kita harapkan kedatangannya buat menyumbang untuk para korban. Undangan kita sebarkan ada 63, dan sekitar 40 adalah undangan yang kita harapkan untuk menyumbang,(dari orang Indo yang sudah menjadi warga asing, atau mesir, karena sudah menikah dengan warga asing tersebut), sementara sisanya sebahagian mahasiswa Aceh. Pagi hari, jam 11, ternyata yang diundang baru datang sekitar 20 orang. Wah..kita sempat bingung,..bagaimana nih..sedikit yang datang, yang lain pada kemana, setelah kita tanya ternyata banyak yang lagi diluar kota atau lagi pergi haji..? Yah..sudahlah tawakkal pada Allah saja. Acara demi acara, kita jalani. Tibalah pengumpulan dana yang masing-masing diberikan amplop. Selesai itu, kebetulan teman saya dan saya sendiri yang bertugas menghitung jumlah duit yang ada di amplop yang jumlahnya hanya ada sekitar 27 amplop. Saya buka satu persatu dan menghitungnya. Saya kaget..Subhanallah..masyaAllah,.isinya diluar dugaan sama sekali. Sangat..sangat besar dalam hitungan berapa jam saja. Iseng saya tanya pada teman saya : Nah..kita-kita orang kedutaan (bapak2/ibu maksud saya), kapan nyumbangnya? Wah,,..kita semua katanya sudah sepakat dipotong gaji, jawab teman saya. Oh..baguslah kalau begitu, saya timpali. masak iya,.kita cuman mengumpuli doank, sementara kitanya sendiri ngak ada nyumbang, kan ngak harmonis, serta ngak simetris tuh,.kalau dihitung-hitung dalam menata ruangan? ( sambil becanda saya mencoba menggelitik hati nurani diri sendiri juga teman-teman sejawat disekeliling saya sendiri. Sebelum sampai dirumah, kami sempat ngobrol2 di mesjid bersama ibu-ibu juga mahasiswa/guru2 lainnya mengenai berita di Media massa tentang sumbangan LN ke Indo akibat Tsunami ini. Ada yang saya sampaikan pada mereka : 1 ). Inilah hikmahnya bagi keluarga yang ditinggalkan korban.Juga bagi kita yang masih yang hidup bagaimana solidaritas kita sesama ummat dan bangsa sendiri. 2).Ini ujian juga bagi pemegang dana besar dari sumbangan LN dan DN tersebut, apakah benar-benar disalurkan pada yang berhak, tanpa memakannya, sedikitpun ataupun memutar kan kesana-kemari dengan tujuan kepentingan bank saku(kantong sendiri). Bagi mereka yang punya rasa takut pada Allah dan keimanan. Tak akan mungkin menyalahgunakan amanah tersebut, dan tak akan mungkin memakan harta anak yatim piatu, fakir miskin, orang melarat dan hak yang lainnya. Karena berat siksaannya diakhirat kelak, yang mana bila ia memakannya, maka kelak diakhirat harta haram itu akan menjadi kayu baginya dineraka.Juga dosa tak menunaikan amanah (berlipat jadi dosanya). 3 ). Mengenai bantuan. nah..ini nih..dianya..media massa sangat berperanan dalam hal ini. Ada orang yang menyumbang tenaga, duit dengan gratis(BUKAN PINJAMAN), LEBIH BANYAK DIDIAMKAN, sementara negara yang memberikan bantuan dengan berupa pinjaman lunak, dekspose besar-besaran, padahal itu hanya berupa janji, entah kapan terealisasikannya dan juga bukan gratis, tapi pinjaman( jadi bukan bantuan, tapi HUTANG, ALIAS MENAMBAH HUTANG).digembor-gemborkan sedemikian rupa. Saya berfikir. begitu sekalikah didikan negara (Kapitalis kek, komunis kek, Eropah kek, Barat kek, atau apapun namanya), yang pasti dalam islam ngak ada hal semacam itu. Kalau mau bantu..yah bantu. Kasih duit tunai, atau barang tunai. Bayarkan langsung dan tanpa embel2 pinjaman, atau hutang yang mana dalam waktu tempo berapa tahun harus dikembalikan lagi. Malah diperparah dengan BUNGA. Ini..mah..bukan ngebantu,..malah menambah beban hutang. Seharusnya Indonesia berprinsip. Janganlah membawa beban segala isi bumi ini diatas kepalanya yang kecil itu. Kondisinya sama dengan meletakkan bola bumi diatas kepala kita yang sekecil itu, kebawa kagak..? malah kepala jadi gepeng dan penyet, alias
[R@ntau-Net] Berita Duka Keluarga Rantaunet korban Gampo jo Tsunami
Maa Rang Lapau nan Basamo, Pagi tadi (malam di Indonesia) MakNgah sempat manalipon Des (Dr. Desmawati Radjab, UBH) di Padang nan baru baliak dari Medan. Dari talipon labiah jaleh lai carito. Des kahilangan Udanyo Uda (dr.Yong Nasvi Radjab) sarato Isteri Udanyo uni (Siti Khadijah Yong). Sasudah gampo gadang tajadi, udanyo masih sempat manalipon jo HP ka Des. Kiro-kiro kurang sajam sasudah gampo, aia gadang datang, anak-anak baduo lah lari ka Musajik nan agak katinggian dari rumah, sadangkan Uda jo Uni masih di bulakang. Anak nan ketek (padusi masih di SMP) sempat sampai ka musajik indak taelo di aia dan banyak urang di sinan. Kakanyo laki-laki di bulakang disemba aia gadang dielo balaiak, tapi tasangkek diateh ato rumah, akhianyo dapek disalamatkan urang. Kadunyo lah basuo jo Des di Medan. Mareka tingga jo kakak-kakaknyo nan badomisili di Medan. Tapi Uda jo Uninyo hilang alun basuo sampai kini. Mak Ngah ndak pasti lupo batanyo kalau rumah lah habih hancua dibawo aia. Mudah-mudahan Des sakaluarga istimewa anak-anak nan ditinggakan dapek basaba dengan kepergian anggota keluarga ini dan dalam manampuah hiduik nan paralu kito taruihkan basamo. Amin. Mak Ngah At 12:51 AM 1/13/2005 -0800, Desmawati Radjab wrote: Ass wr wb SMS Mak Ngah ng bisa dibalas, failed terus. Semoga Mak Ngah sehat2 saja.Des baru balik dari Medan ngurus anak2 kakak yang tiba2 jadi yatim piatu dan dievakuasi ke Medan. Uda (dr.Yong Nasvi Radjab) dan uni (Siti Khadijah Yong) tidak ditemukan sampai saat ini. Semoga kami diberikan ketabahan dari Nya. wassalam Des -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Anti-Virus. Version: 7.0.300 / Virus Database: 265.6.10 - Release Date: 1/10/2005 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
Re: [R@ntau-Net] Fwd: [forum-iki] Front Page Washington Post:Missionaries Works
Assl. WW Nan maambiak kesempatan dalam kesulitan ko adolah samo jo urang nan indak punyo hati. Akankah awak tatap mangecekan toleransi baagamo taruih? Aleh jaleh kaki ula mamanjek, ka lengah juo awak lai? Wass. WW St.P - Original Message - From: dutamardin umar [EMAIL PROTECTED] To: rantaunet palanta@minang.rantaunet.org Sent: Thursday, January 13, 2005 7:55 PM Subject: [EMAIL PROTECTED] Fwd: [forum-iki] Front Page Washington Post:Missionaries Works Assalaamu'alaikum WW, Iko adolah penculikan. Mari kito liek, sampai bara jauah pemerintah SBY bisa membawa pulang baliak anak-anak Aceh ko. wass/duta dutamardin umar [EMAIL PROTECTED] wrote: To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] From: dutamardin umar Date: Thu, 13 Jan 2005 06:47:33 -0600 Subject: [forum-iki] Front Page Washington Post: Missionaries Works Group Says It Relocated 300 Orphans Va. Missionaries Talk of Raising Muslim Tsunami Victims in Christian Home By Alan Cooperman Washington Post Staff Writer Thursday, January 13, 2005; Page A01 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] Pulang ke Rumah Allah Rachmat Allah ==sebuah renungan
Assalamualikum wr.wb : Adalah sesuatu hal yang memang semestinya, manakala seseorang pulang, dari bekerja atau melakukan kegiatan lainnya, diwarnai dengan perasaan gembira, karena akan berjumpa dengan mereka yang disayangi dan menyayangi dirinya. Begitulah manakala kita pulang ke rumah, apakah rumah tempat tinggal kita atau rumah di kampung halaman kita, wajar saja jika disertai perasaan senang. Begitu pun mereka yang saat ini sedang berhaji, pulang ke rumah tua, yakni Baitullah di Mekkah, bisa dimengerti jika diliputi pula oleh perasaan gembira. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang ada di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi, dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (Q.S. Ali Imran [3]: 96). Yang tampaknya tidak selalu menimbulkan kegembiraan adalah manakala seseorang menyadari bahwa dirinya pasti akan pulang ke rahmatullah atau pulang ke negeri akhirat melalui pintu kematian. Padahal, pulang yang disebut terakhir ini mestinya juga diliputi oleh perasaan gembira, senang atau ridha . Karena itu, apabila di saat pulang di hati kita belum muncul perasaan gembira, apakah saat pulang ke rumah atau ke rahmatullah, tentulah terasa janggal. Agaknya rasa cinta dunia dalam kadar yang berlebihanlah yang merupakan penghalang utama belum munculnya rasa senang jika suatu saat harus pulang ke Rahmatullah. Akan halnya mereka yang saat ini oleh Allah SWT diberi kemampuan untuk pulang ke Baitullah, rasa senang di saat pulang ke Baitullah berbaur dengan rasa haru saat berpisah dengan keluarga dan handaitaulan. Hal terbaik yang perlu kita lakukan untuk para jamaah yang saat ini sedang pulang ke Baitullah, adalah mendoakan mereka agar ibadah hajinya dapat ditunaikan dengan baik dan membuahkan predikat haji mabrur yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga dan sesamanya. Menunaikan ibadah haji sebenarnya adalah mengikuti jejak para nabi dan para rasul, juga nabiyullah pertama, yaitu Adam a.s. Dalam sebuah hadis Qudsi, diriwayatkan Dailami yang bersumber dari Anas r.a., Allah SWT berdialog dengan Adam a.s., Wahai Adam, pergilah, laksanakan ibadah haji menuju Baitullah, sebelum suatu kejadian menimpamu,. Adam bertanya: Apakah kejadian yang akan menimpa aku ya Rabbi?. Firman-Nya: Tidak tahukah kamu apa yang disebut sebagai mati?. Pertanyaan itu mestinya juga untuk diri kita sebagai Bani Adam (anak cucu Adam). Tentu saja, Allah SWT tidak akan membebani umat-Nya yang belum atau tidak memiliki kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji yang memerlukan kondisi fisik memadai itu. Namun bagi kita yang mampu, selayaknyalah pertanyaan itu menggetarkan hati kita. Apabila seseorang telah diberi kemampuan untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji, sementara kemampuan itu disia-siakan dengan cara menunda-nunda lantaran disibukkan oleh urusan dunianya, atau alasan lain yang dimanfaat sebagai pembenar penundaannya itu, maka manakala kematian datang merenggut nyawanya, yang terjadi adalah penyesalan berkepanjangan. Manfaatkan (untuk beribadah, melakukan kebajikan) saat kayamu sebelum datang saat miskinmu (ketidakmampuan). Manfaatkan hidupmu, sebelum datang kematianmu, begitu antara lain pesan Rasulullah SAW kepada kita. Sudahkah kita bersungguh-sungguh menaati pesan Allah (yang disampaikan kepada Adam dalam hal berhaji) dan pesan Rasul-Nya? Jika belum, semoga masih tersedia waktu bagi kita untuk memikirkan dan melaksakan pesan itu dengan baik. Bagus jika disadari bahwa kewajiban yang dibebankan Allah SWT kepada kita, pada hakikatnya adalah untuk memuliakan (akhlak) kita, termasuk perintah berhaji. Layakkah kita menghindar, apalagi menolak untuk dimuliakan? Alangkah indahnya, manakala kita pulang dalam suasana hati gembira, ke mana pun kita pulang, ke rumah, ke Baitullah, atau pada saatnya, juga pulang ke Rahmatullah. Insya Allah. Wassalam : H . Zul Amry Piliang - Do you Yahoo!? The all-new My Yahoo! Get yours free! Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
Re: [R@ntau-Net] Fwd: [forum-iki] Front Page Washington Post: Missionaries Works
assalaamu 'alaikum wr wb mungkin ado diantaro kito yang tahu nomor contact Kak Seto (Ketua Komnas Perlindungan Anak) utk bisa meminta konfirmasi... wassalaam, [EMAIL PROTECTED] Sent by: To: palanta@minang.rantaunet.org [EMAIL PROTECTED]cc: ntaunet.org Subject: [EMAIL PROTECTED] Fwd: [forum-iki] Front Page Washington Post: Missionaries Works 01/13/2005 07:55 PM Please respond to palanta Assalaamu'alaikum WW, Iko adolah penculikan. Mari kito liek, sampai bara jauah pemerintah SBY bisa membawa pulang baliak anak-anak Aceh ko. wass/duta dutamardin umar [EMAIL PROTECTED] wrote: To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] From: dutamardin umar Date: Thu, 13 Jan 2005 06:47:33 -0600 Subject: [forum-iki] Front Page Washington Post: Missionaries Works Group Says It Relocated 300 Orphans Va. Missionaries Talk of Raising Muslim Tsunami Victims in Christian Home By Alan Cooperman Washington Post Staff Writer Thursday, January 13, 2005; Page A01 A Virginia-based missionary group said this week that it has airlifted 300 tsunami orphans from the Muslim province of Banda Aceh to Jakarta, the Indonesian capital, where it plans to raise them in a Christian children's home. The missionary group, WorldHelp, is one of dozens of Christian, Muslim and Jewish charities providing humanitarian relief to victims of the Dec. 26 earthquake and tsunami that devastated countries around the Indian Ocean, taking more than 150,000 lives. Most of the religious charities do not attach any conditions to their aid, and many of the larger ones -- such as WorldVision, Catholic Relief Services and Church World Service -- have policies against proselytizing. But a few of the smaller groups have been raising money among evangelical Christians by presenting the tsunami emergency effort as a rare opportunity to make converts in hard-to-reach areas. Normally, Banda Aceh is closed to foreigners and closed to the gospel. But, because of this catastrophe, our partners there are earning the right to be heard and providing entrance for the gospel, WorldHelp said in an appeal for funds on its Web site this week. The appeal said WorldHelp was working with native-born Christians in Indonesia who want to plant Christian principles as early as possible in the 300 Muslim children, all younger than 12, who lost their parents in the tsunami. These children are homeless, destitute, traumatized, orphaned, with nowhere to go, nowhere to sleep and nothing to eat. If we can place them in a Christian children's home, their faith in Christ could become the foothold to reach the Aceh people, it said. The Web site was changed, and the appeal was removed yesterday after The Washington Post called to inquire about it. The Rev. Vernon Brewer, president of WorldHelp in Forest, Va., said in a telephone interview the organization had collected about $70,000 in donations and was seeking to raise another $350,000 to build the orphanage. Brewer said the Indonesian government gave permission for the orphans to be flown to Jakarta last week and was aware that they would be raised as Christians. [We have no knowledge of this, Foreign Ministry spokesman Marty Natalegawa said today in Jakarta. If confirmed, this would constitute a serious violation of the standing ban by the Indonesian government on the adoption of Acehnese children affected by the tsunami disaster and appropriate steps would be taken accordingly. He added that he did not believe any Indonesian official would have approved the transfer of the children.] These are children who are unclaimed or unwanted. We are not trying to rip them apart
[R@ntau-Net] empati
(Ketika) Empati Telah Mati www.gawtama.blogspot.com Seorang anak penyapu gerbong berusia tak lebih dari sembilan tahun sempat membuat dua mahasiswi berteriak hingga mengalihkan perhatian hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut. Mahasiswi itu merasa kaget karena anak itu manarik-narik bagian bawah celana jeans-nya untuk meminta uang. Serta merta seorang pria dewasa berbadan kekar yang tak jauh dari dua mahasiswi itu melayangkan punggung tangannya tepat di bagian belakang kepala anak itu. Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali. Keluar kamu, kurang ajar! tangannya terus melayang hinggap di kepala anak tersebut. Tidak cukup di situ, ditambah tendangan keras ke bagian tubuh anak yang tubuhnya hanya sebesar paha si penendang. Saya yang melihat kejadian itu langsung berteriak dan meminta pria itu menghentikan aksi kekerasannya. Dia ini kurang ajar pak, dari gerbong sebelah sudah kurang ajar. Ia membenarkan aksinya. Tapi dia juga kan manusia, apa pantas diperlakukan seperti itu? tanya saya. Dan apa tindakan bapak itu sebanding dengan kesalahannya? Tak perlu berlebihan seperti itu lah... Episode berakhir dengan turunnya anak tersebut di stasiun selanjutnya. Sementara pria berbadan tegap itu berdiri dekat pintu gerbong sambil berbincang dengan beberapa penumpang lainnya, lagi- lagi mencoba membenarkan tindakannya. Tiga tahun lalu di Stasiun Kalibata, Jakarta, seorang pria setengah baya babak belur dihajar massa hingga koma. Kondisinya mengenaskan, wajahnya hancur, satu tangannya patah. Di sisa-sisa nafasnya yang tersengal satu persatu, saya menangkap rintihannya, Saya bukan copet... Pria tersebut dijadikan tersangka pencopetan ketika seorang mahasiswi secara refleks berteriak copet saat tasnya tersenggol pria yang sudah nyaris mati tersebut. Secara serempak, dibarengi emosi yang tinggi puluhan pria langsung menggerebek dan mendaratkan kepalan tangan, juga ayunan kakinya berpuluh-puluh kali kepada pria tersebut. Padahal di belakang kerumunan tersebut, mahasiswi yang tadi refleks berteriak itu meminta orang-orang yang sudah terlanjur beringas itu menghentikan aksinya, karena ternyata, ia tak kehilangan satu apa pun dari dalam tasnya. Tak satu kata pun bisa keluar dari mulut saya menyaksikan peristiwa itu. Bagaimana dengan mereka yang telah terlanjur memukul? Orang bersalah memang harus dihukum, tapi terlalu sering seseorang mendapatkan hukuman yang tak setimpal. Kasus copet-copet yang dibakar misalnya, sebagian orang mudah saja berkata Bakar saja, atau lempar dari kereta yang melaju cepat. Biar jadi pelajaran bagi copet yang lain... Satu pertanyaan saja, bagaimana jika copet itu adik, kakak atau saudara Anda? Kalimat itu juga kah yang akan keluar dari mulut Anda? Atau bahkan bila copet itu Anda sendiri? Anda pasti meminta orang- orang menghukum Anda sewajarnya bukan? Anda bisa begitu mudah bertindak berlebihan menghukum atau memberikan balasan atas kesalahan orang lain. Bagaimana jika Anda yang berada pada posisi si bersalah? Relakah jika orang lain memperlakukan Anda secara tidak adil? Ya, begitu pula dengan orang-orang itu. Saya setuju mereka diberi hukuman atas kesalahannya, tapi memberikan hukuman lebih dari tingkat kesalahannya, jelas saya tidak setuju. Seperti kejadian di kereta itu, saya harus berdebat dengan pria berbadan tegap itu dengan mengatakan bahwa tindakan kasarnya - menempeleng dan menendang- sangat tidak sebanding dengan kesalahan yang dilakukan anak itu. Saya juga tak mengerti kenapa nyaris semua orang di gerbong itu terdiam menyaksikan ketidakadilan berlaku di depan mata mereka? Sebagian besar orang yang ada di depan gerbong itu para karyawan, mahasiswa, orang-orang berpendidikan, tapi mengapa mereka hanya menutup mata? Bahkan seorang bapak di samping saya sempat berkata, Anak itu juga seharusnya jangan kurang ajar... Saya katakan, cara anak itu meminta uang kepada penumpang (mungkin) memang salah. Tapi itu hanya tindakan kecil yang tak pantas dibalas dengan tempelengan dan tendangan keras berkali-kali ke tubuhnya. Kepada mereka yang terdiam dan tak berusaha melarang pria tegap itu melakukan aksi kekerasan, akankah Anda diam jika anak itu adalah anak, adik, keponakan, atau bahkan diri Anda sendiri? Contoh sederhana, kita sering berharap orang lain memberikan tempat duduknya untuk isteri kita yang tengah mengandung atau menggendong si kecil. Tapi nyaris setiap hari kita tak pernah tergerak untuk berdiri dan merelakan tempat duduk kita untuk mereka yang lebih berhak, kemudian berpura-pura tidur. Adilkah? Mungkin empati sudah mati, atau telah pergi entah kemana. Bayu Gautama Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] TDM Plans To Run More Hotels In Mecca Medina
Dari Bernama (Berita Nasional Malaysia) Kita baca: Business -- January 14, 2005 10:47 AM TDM Plans To Run More Hotels In Mecca Medina By Tengku Noor Shamsiah KUALA LUMPUR, Jan 14 (Bernama) -- TDM Bhd, which has leased a hotel in Mecca, plans to run more hotels in the holy city and Medina, its executive director, Datuk Alwi Said said. We have recently concluded (an agreement), through our subsidiary, Indah Sari Travel Tours Sdn Bhd with one Saudi Arabian hotel in Mecca for pilgrims (to stay when they perform their haj and umrah), he said. TDM is majority-owned by the Terengganu State Economic Development Corporation. Alwi said that if the business of managing the hotel in Mecca showed good progress and had the capacity to grow well within the next few years, the company would consider running more hotels in Mecca and Medina. Investing in hotel management operations in Saudi Arabia is part of the group's strategy of venturing into tourism and hospitality industry. Besides tourism, TDM is mainly involved in plantations, which contributes about 80 percent to the group's earnings, while the rest include poultry and healthcare. Speaking to Bernama recently, Alwi said TDM had invested RM3.0 million for the hotel management business in Saudi Arabia, which took off in late 2003. The hotel management business has been doing quite well with very good occupancy rate right from the beginning, he said. For the current haj season, he said the company's hotel was already fully booked while during the last Ramadhan, it was also operating at full capacity. Alwi said TDM was informed by its Saudi partners that even during the non-peak season, the hotel was very well-occupied. As a result of the company's entry into the hotel business, he said TDM also planned to run inbound tours, especially from West Asia, into Terengganu as this was in line with the state government's move to promote tourism. Asked whether TDM would be managing or building new hotels in Terengganu, Alwi said that was something important for the company to look in the future so that the state's tourism activities could be enhanced. What TDM is focusing now is to look for a less capital intensive investment like running inbound tours, he explained. But over the longer term and as part of its efforts to promote the tourism business, Alwi said TDM was looking for partners to develop its a 40ha piece of land in Pulau Perhentian as a tourist destination or a tourist resort. -- BERNAMA No virus found in this outgoing message. Checked by AVG Anti-Virus. Version: 7.0.300 / Virus Database: 265.6.10 - Release Date: 1/10/2005 Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] Welcome back Uda Siegfried
Assalamu'alaikum WW Tampaknyo Da Siegfried lah ado di balerong baliak dengan email [EMAIL PROTECTED] sekian tahun nan lalu baliau aktif si RN... so salamaik datang... Wassalam Z Chaniago - Palai Rinuak - http://www.maninjau.com == Alam Takambang Jadi Guru == Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
Re: [R@ntau-Net] Fwd: [forum-iki] Front Page WashingtonPost: Missionaries Works
Komisi Nasional Perlindungan Anak Jl. TB. Simatupang No. 33 Pasar Rebo Jakarta Timur 13760 Tel : 62-21-8400573, 62-21-8416157 Fax : 62-21-8416158 E-mail : [EMAIL PROTECTED] Dr Seto Mulyadi Rumah : Jalan Taman Cirendeu Permai 13, Jakarta 15419 Z Chaniago - Palai Rinuak - http://www.maninjau.com == Alam Takambang Jadi Guru == From: Ronald P Putra [EMAIL PROTECTED] assalaamu 'alaikum wr wb mungkin ado diantaro kito yang tahu nomor contact Kak Seto (Ketua Komnas Perlindungan Anak) utk bisa meminta konfirmasi... wassalaam, Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
RE: [R@ntau-Net] Fwd: [forum-iki] Front Page WashingtonPost: Missionaries Works
Silahkan baca laporan lengkap di Media Republika hari ini halaman pertama. Termasuk juga yang di Irak (akhir berita). Salam -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Z Chaniago Sent: Friday, January 14, 2005 1:45 PM To: palanta@minang.rantaunet.org Subject: Re: [EMAIL PROTECTED] Fwd: [forum-iki] Front Page WashingtonPost: Missionaries Works Komisi Nasional Perlindungan Anak Jl. TB. Simatupang No. 33 Pasar Rebo Jakarta Timur 13760 Tel : 62-21-8400573, 62-21-8416157 Fax : 62-21-8416158 E-mail : [EMAIL PROTECTED] Dr Seto Mulyadi Rumah : Jalan Taman Cirendeu Permai 13, Jakarta 15419 Z Chaniago - Palai Rinuak - http://www.maninjau.com == Alam Takambang Jadi Guru == From: Ronald P Putra [EMAIL PROTECTED] assalaamu 'alaikum wr wb mungkin ado diantaro kito yang tahu nomor contact Kak Seto (Ketua Komnas Perlindungan Anak) utk bisa meminta konfirmasi... wassalaam, Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] 300 Anak Aceh Akan Dirawat di Panti Asuhan Kristen
- 300 Anak Aceh Akan Dirawat di Panti Asuhan Kristen http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/01/14/brk,20050114-05,id.htm l Nasional 300 Anak Aceh Akan Dirawat di Panti Asuhan Kristen Jum'at, 14 Januari 2005 | 06:08 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta: Sebanyak 300 orang anak Aceh akan dirawat di panti asuhan Kristen di Jakarta. Washingtonpost.com edisi Kamis (13/1) memberitakan WorldHelp sebuah kelompok misionaris yang berasal dari Virginia, Amerika Serikat, menyatakan pihaknya akan menerbangkan ke-300 anak tersebut untuk ditempatkan di panti asuhan Kristen pada pekan ini. WorldHelp adalah salah satu dari sekian banyak lembaga kemanusiaan yang membantu korban gempa dan tsunami yang terjadi 26 Desember lalu. ?Sebelumnya, Banda Aceh tertutup bagi orang asing dan sangat religius. Tapi karena bencana ini, rekan-rekan kami mempunyai akses ke sana,? ujar perwakilan dari WorldHelp pada saat acara pengumpulan dana melalui website WorldHelp minggu ini. Dia menjelaskan WorldHelp telah bekerja dengan orang-orang Kristen di Indonesia yang menginginkan, ?penanaman ajaran-ajaran Kristen sedini mungkin? pada ke-300 anak-anak Aceh tersebut. Semua anak tersebut yang berumur kurang dari 12 tahun telah kehilangan orang tua mereka akibat tsunami. ?Anak-anak ini sudah tidak lagi mempunyai rumah, miskin, trauma, yatim piatu, dan tanpa tujuan, tidak ada tempat untuk tinggal dan tidak punya makanan. Jika kita bisa menempatkan mereka di dalam panti asuhan anak-anak Kristen, kepercayaan mereka terhadap Kristus akan tumbuh dan menular ke masyarakat Aceh,? katanya. Dari acara pengumpulan dana ini terkumpul sekitar US$ 70.000 dengan target US$ 350.000. ?Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk membangun panti-panti asuhan,? ujar Vernon Brewer, Presiden WorldHelp ketika dihubungi washingtonpost.com melalui telepon. Brewer mengatakan bahwa pemerintah Indonesia memberikan izin agar anak-anak tersebut dapat diterbangkan ke Jakarta minggu lalu dan tahu bahwa anak-anak tersebut akan dijadikan umat Kristen. Namun informasi Brewer itu dibantah Departemen Luar Negeri Indonesia. ?Kami sama sekali tidak mengetahui hal ini,? ujar juru bicara Deplu, Marty Natalegawa, di Jakarta. ?Jika benar, itu merupakan pelanggaran serius terhadap peraturan pemerintah yang melarang pengadopsian anak-anak Aceh,? ujarnya. Marty tidak percaya jika ada pejabat di Indonesia yang setuju pemindahan anak-anak tersebut. Menurut Brewer, pihaknya tidak berusaha memisahkan anak-anak dari keluarganya yang masih tersisa dan mengubah budaya dan adat istiadat. Anak-anak ini, katanya, akan dibesarkan dalam lingkungan Kristen. ?Itu bukan jaminan mereka akan memilih untuk menjadi seorang Kristiani,? lanjutnya. Partner utama WorldHelp di Indonesia, menurut Brewer, adalah Henry dan Roy Lanting, sebuah kelompok yang terdiri dari ayah dan anak yang mengelola panti asuhan dan sekolah di Jakarta. Roy Lanting juga alumni dari universitas yang sama dengan Brewer, yakni Liberty University. ?Pertama dan paling utama, Kami tidak bermaksud untuk mengajarkan mereka Evangelis tetapi untuk menunjukkan cinta kasih Yesus Kristus melalui perbuatan kami,? kata Brewer. ?Kita tidak menggunakan kesempatan akibat bencana ini untuk mengajarkan ajaran Kristen,? ujar Arthur B. Keys Jr., presiden Arlington-based International Relief and Development, sebuah yayasan non-agama yang memiliki kontrak dari pemerintah AS untuk membangun kembali sistem air dan sanitasi di Banda Aceh. Keys juga menjelaskan ketakutannya jika penyebaran ajaran Kristen malah akan mendapat serangan balik. ?Saya kira akan muncul bahaya dengan adanya hal ini,? ujarnya. ?Saya pikir kita harus keluar dari upaya ini untuk meyakinkan semua pihak jika kita di sana memang untuk menolong,? lanjut dia. Ewo Raswa/Ami Afriatni/Washintonpost.com Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib