RE: [R@ntau-Net] Ada yang menarik di Padang Ekspres

2004-12-17 Terurut Topik Z Chaniago
Assalamu'alaikum WW
Angku Dt Marah Bangso..., tarimokasi ateh informasi-nyo
Namun samantang pun baitu... kok dari isi samo-samo lah kito baco tetapi ado 
saketek nan ingin ambo tanggapi soal narasumber di tulisan tsb
Narasumber disabuikkan Azmi Dt Bagindo dan marupokan Pangulu suku Tanjuang, 
Maninjau .
karano Gala Dt Bagindo di Kanagarian Maninjau adolah Pangulu suku Malayu 
bukan suku Tanjuang...
dan Nan Mamangku Panguku Andiko Dt Bagindo adolah Bpk Zukri(Pak Kuri) 
CMIIW

Mungkin narasumber bukan dari Nagari Maninjau... tapi adolah nagari lain di 
salingkuang Danau Maninjau,sarupo Sungai Batang, Bayua , Anam Koto, 
Tanjuang Sani..dll

Wassalam
Z Chaniago - Palai Rinuak - http://www.maninjau.com
==
Alam Takambang Jadi Guru
==


From: Mulyadi [EMAIL PROTECTED]
Halo RantauNet:
Rekan Anda, Mulyadi , menganggap tulisan yang satu ini menarik
Judul: Tak Ada Lagi Gelar Ninik Mamak Kehormatan
Tanggal: 2004-12-16 17:08:18
Rubrik: Berita Utama
URL: 
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid=

Mulyadi juga menulis pesan berikut:
Ass,wr,wb.
Iko paralu kito sikapi dan kito inok2i, apo paralu gelar Ninik Mamak 
Kehormatan ?

Wass,
HM Dt.Marah Bangso (47 +)
Datuk Andiko di Suku Limo Singkek Kubang Sulit Air Solok
Tulisan menarik lainnya bisa Anda baca di Padang Ekspres
http://www.padangekspres.com


Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



RE: [R@ntau-Net] Ada yang menarik di Padang Ekspres

2004-12-16 Terurut Topik RaNK MaRoLa
Mak Datuak,

Mungkin ado dunsanak awak nan indak bisa masuak ka web tersebut, sababg
itu cubo ambo
Kirim isinyo; smoga bermamfaat bagi nan bisa pakai email saja.

Wasalam,
--

Tak Ada Lagi Gelar Ninik Mamak Kehormatan 
Oleh Redaksi 
Kamis, 16-Desember-2004, 17:08:18 150 klik   
 
Jakarta, Padek—Ninik Mamak yang tergabung dalam Forum Komunikasi Adat
dan Budaya Alam Minangkabau di Jakarta sepakat untuk tidak memberikan
gelar Ninik Mamak kehormatan kepada pihak luar yang tidak mempunyai
hubungan kekerabatan, atau tak ada hubungan batali darah menurut garis
keturunan ibu (materilineal).  
 
Hal tersebut ditegaskan Azmi Dt. Bagindo, Koordinator Forum Komunikasi
Adat  Budaya Alam Minangkabau, di Jakarta, setelah musyawarah Ninik
Mamak di Jakarta, beberapa hari lalu. Musyawarah itu dihadiri 25 orang
Ninik Mamak. 

Azmi Dt Bagindo menjelaskan, belajar dari apa yang sudah sering terjadi
belakangan ini, ada indikasi pemberian gelar Ninik Mamak terhadap orang
yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau tidak batali darah
menurut garis keturunan ibu–syarat dengan berbagai kepentingan yang sama
sekali tidak terkait langsung dengan kepentingan kultur dan anak
kemenakan. 

“Yang ada hanya kepentingan pribadi atau kelompok, glamour dan alat
untuk lebih populis dimata orang banyak” ujar Dt Bagindo. 

Kalau sekiranya, si penerima gelar Ninik Mamak tahu secara persis
tanggung jawab yang akan dipikulnya dibalik gelar Ninik Mamak, kita
yakin pasti orang bersangkutan enggan menerimanya, jelas Dt Bagindo,
yang juga Penghulu Suku Tanjung, Maninjau itu. 

Bersamaan dengan itu, lanjutnya, pemberian gelar Ninik Mamak terhadap
orang yang bukan berhak menurut kreteria Budaya Minang, sekaligus
merupakan salah satu bentuk memproklamirkan sebuah tindakan pelecehan
kepada publik. “Prilaku ini, harus segera kita hentikan secara bersama” 

Ninik Mamak, kata Dt Bagindo, merupakan kumpulan dari Penghulu Pemangku
Adat dalam setiap Nagari di Minangkabau, sedangkan Penghulu adalah
jabatannya. Penghulu bergelar Datuk sesuai dengan gelar Pusako yang ada
di dalam kaum atau sukunya. Kecuali Datuk Panungkek, beliau bergelar
Datuk tetapi belum jadi Penghulu dan belum pula Ninik Mamak. 

“Kita berkeyakinan jika orang Minang tidak lagi berpenghulu berarti satu
tiang telah rubuh, maka adat Minangkabau akan lenyap, sebab dipundak
beliau itulah semestinya terletak sebuah keteladanan dan sekaligus
menjaga serta mengawasi pelaksanaan aturan adat di Nagari,” ujarnya. 

Prinsip dasar dalam pengangkatan seorang Penghulu, tambah Dt Bagindo,
selain punya hubungan batali darah, menurut garis keturunan ibu, juga
harus mengacu pada konsep kesepakatan seperti tertuang dalam ungkapan
berdiri Penghulu sepakat kaum, berdiri adat sepakat Nagari. 

“Penghulu tidak akan berdiri jika tidak ada satu suku atau kaum
berhubungan tali darah menurut garis keturunan ibu yang bersepakat untuk
mengangkatnya” tegas Dt Bagindo. 

Demikian juga konteks berdiri adat sepakat Nagari. Adat tidak akan
berdiri jika tidak ada kata sepakat di dalam sebuah Nagari, sehingga
melahirkan ungkapan adat salingka Nagari. 

Menurut Dt Bagindo, ada gelar kehormatan yang dapat kita berikan kepada
orang luar berupa gelar penghormatan yang tidak masuk dalam gelar
Pemangku Adat yang merupakan pusako adat berbagai suku di Minangkabau
seperti Sutan, Sutan Mangkuto, Sutan Bandaro dan lain sebagainya. (fas) 
 

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mulyadi
Sent: Thursday, December 16, 2004 3:13 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [EMAIL PROTECTED] Ada yang menarik di Padang Ekspres


Halo RantauNet:

Rekan Anda, Mulyadi , menganggap tulisan yang satu ini menarik

Judul: Tak Ada Lagi Gelar Ninik Mamak Kehormatan
Tanggal: 2004-12-16 17:08:18
Rubrik: Berita Utama
URL:
http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid=


Mulyadi juga menulis pesan berikut:
Ass,wr,wb.

Iko paralu kito sikapi dan kito inok2i, apo paralu gelar Ninik Mamak
Kehormatan ?

Wass,
HM Dt.Marah Bangso (47 +)
Datuk Andiko di Suku Limo Singkek Kubang Sulit Air Solok





Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



RE: [R@ntau-Net] Ada yang menarik di Padang Ekspres

2004-12-16 Terurut Topik RaNK MaRoLa
Assalamualaikum Wr, Wb.

Mak Ngah, satantang subjec nan mak ngah makasuik, untuak seri 1 no alah
diposting di palanta awak ko, namun untuak nomor 2 sepertinyo indak ado.
Berikut ko ambo kirim kan nan nomor 3 dari Padek ko, basaratoan jo nomor
4, terakhir nan dari mak ngak kok.

Wassalam,

http://padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid=4415

Candi Padang Rocok Kerajaan Aditiawarman di Dharmasraya (3) *Keramik
Cina Masa Dinasti Song 
Oleh Redaksi, Kamis, 16-Desember-2004, 16:23:51 5 klik   
 
Candi Padang Rocok atau yang lebih dikenal dengan Padang Arca pertama
kali ditemukan tahun 1950-an. Dimana ketika itu, masyarakat menggali
tanah di semak belukar. Dari penggalian tanah tersebut, ditemukan
beberapa bentuk batu bata seperti jajaran genjang, segi tiga, bentuk
sambung dan bentuk biasa. 
 
Karena bentuknya aneh dan ada nilai sejarahnya, maka diminta kepada
masyarakat agar penggalian tanah dihentikan. Karena, ada semacam nilai
kebudayaan dan sejarah. Seiring dengan adanya informasi bahwa di Sungai
Lansek Kabupaten Sawahlunto Sijunjung pernah berjaya Kerajaan
Aditiawarman. 

”Setelah ditemukan, maka dilaporkan ke Kandep Kecamatan, Kanwil
Depdikbud (ketika itu dan sekarang Diknas, red), akhirnya pada tahun
1980-an dilakukan penelitian dan sekarang telah dilakukan pemugaran yang
ke delapan kalinya,” jelas Darwis yang sebelumnya juga pernah menjabat
Pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Sawahlunto Sijunjung ini. 

Kondisi saat ini masih belum maksimal dan perlu adanya perhatian dari
Pemkab dan Pemprov Sumbar serta pemerintah Indonesia sendiri. Menurut
Darwis, survei di situs Padang Rocok dilakukan dengan cara mengambil
jarak radius 200 meter. Dari survei dapat didata bahwa Candi Padang
Rocok dilingkari parit arah barat menyambung ke utara dan berakhir di
timur. Kedua ujung paritnya bermuara ke Sungai Batang Hari. 

Di sebelah Utara parit itu, bertemu membentuk sudut membujur ke Timur
Barat. Parit di sebelah timur menembus kolam yang kini menjadi sawah
penduduk membuju Barat Laut Tenggara yang disebut dengan sawah tabek.
Awalnya, sawah ini adalah rawa dengan ukuran 20-40 meter. 

Kemudian di Ujung Tenggara, kolam bercabang ke arah Utara dan Selatan
membentuk huruf T. Di lokasi ini terdapat parit yang mengarah ke Timur,
menuju Bukit Giring yang tingginya kurang lebih 176 cm di Timur Desa
Koto Lamo. 

Tanah payau seperti tabek sawah juga dijumpai di Situs Padang Rocok,
yakni Rawa Gadang. Di Rawa Bungur dan Rawa Gadang terdapat bekas galian
tanah liat kuning. Tanah liat putih ini dijumpai di bagian pondasi
candi, sedangkan tanah liat kuning diduga sebagai bahan besar membuat
bata. Situs Candi Padang Rocok merupakan tiga bangunan candi terdiri
dari candi induk dan dua candi perwara. 

”Dari hasil survei permukaan ditemukan pecahan keramik Cina yang umumnya
berasal dari dinasti masa Song (10-13 M), Ming (16-17 M), Chinga (18-20
M) serta keramik Eropa (19-20 M). Keramik yang ditemukan pada umumnya
berupa pecahan mangkuk, piring serta guci. Di antaranya yang paling
dominan adalah berbentuk mangkuk,”katanya. (bersambung)
==


*Candi Padang Rocok Kerajaan Aditiawarman di Dharmasraya Diperjuangkan
ke Pemerintah Pusat 
Oleh Redaksi, Jumat, 17-Desember-2004, 15:17:24 20 klik   
 
Setelah lebih kurang tujuh abad lamanya terpendam, kini pemerintah
daerah Kabupaten Dharmasraya yang baru berumur lebih kurang satu tahun
berkomitmen untuk mengangkat aset nasional tersebut ke pemerintah pusat,
untuk dikembangkan menjadi wisata budaya. 
 
Mungkin masyarakat masih banyak yang tidak mengetahui bahwa Kerajaan
Aditiawarman sebelum jaya di Pagaruyung-Batusangkar Kabupaten
Tanahdatar, pernah mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-13 di
Kabupaten Dharmasraya hasil pemekaran Kabupaten Sawahlunto Sijunjung.
Kenyataan ini tidak bisa dipungkiri, karena bisa dibuktikan dengan
bukti-bukti sejarah hasil peninggalannya. 

Salah satu bukti Kerajaan Aditiawarman pernah berjaya di Kabupaten
Dharmasraya adalah adanya beberapa candi dan patung yang telah dibawa ke
Jakarta yang pada patung tersebut bertuliskan Padang Arca alias Padang
Rocok Sungai Lansek. Dimana patung tersebut dibuat oleh Aditiawarman
sebagai persembahan untuk rakyatnya atas kejayaan gemilang yang
dicapainya. 

”Setelah Dharmasraya berdiri sendiri, maka pemerintah daerah dan lembaga
dewan akan berjuang ke pemerintah pusat agar aset daerah yang menasional
ini dijadikan sebagai wisata budaya yang dilirik wisatawan lokal dan
mancanegara. Kita akan berjuang ke pemerintah provinsi dan pemerintah
pusat nantinya,” ujar Penjabat Bupati Dharmasraya, Drs H Asrul Syukur
dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Dharmasraya, Ir Adi Gunawan MM kepada
koran ini secara terpisah, kemarin. 

Dikatakan Asrul Syukur, sejak ditemukannya situs candi tersebut 1989
lalu, maka sampai sekarang telah dilakukan pemugaran sebanyak delapan
kali. Meski belum sesuai dengan apa yang diharapkan, terutama menjadikan
aset daerah tersebut menjadi incaran bagi