RE: [R@ntau-Net] Ada yang menarik di Padang Ekspres
Assalamu'alaikum WW Angku Dt Marah Bangso..., tarimokasi ateh informasi-nyo Namun samantang pun baitu... kok dari isi samo-samo lah kito baco tetapi ado saketek nan ingin ambo tanggapi soal narasumber di tulisan tsb Narasumber disabuikkan Azmi Dt Bagindo dan marupokan Pangulu suku Tanjuang, Maninjau . karano Gala Dt Bagindo di Kanagarian Maninjau adolah Pangulu suku Malayu bukan suku Tanjuang... dan Nan Mamangku Panguku Andiko Dt Bagindo adolah Bpk Zukri(Pak Kuri) CMIIW Mungkin narasumber bukan dari Nagari Maninjau... tapi adolah nagari lain di salingkuang Danau Maninjau,sarupo Sungai Batang, Bayua , Anam Koto, Tanjuang Sani..dll Wassalam Z Chaniago - Palai Rinuak - http://www.maninjau.com == Alam Takambang Jadi Guru == From: Mulyadi [EMAIL PROTECTED] Halo RantauNet: Rekan Anda, Mulyadi , menganggap tulisan yang satu ini menarik Judul: Tak Ada Lagi Gelar Ninik Mamak Kehormatan Tanggal: 2004-12-16 17:08:18 Rubrik: Berita Utama URL: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid= Mulyadi juga menulis pesan berikut: Ass,wr,wb. Iko paralu kito sikapi dan kito inok2i, apo paralu gelar Ninik Mamak Kehormatan ? Wass, HM Dt.Marah Bangso (47 +) Datuk Andiko di Suku Limo Singkek Kubang Sulit Air Solok Tulisan menarik lainnya bisa Anda baca di Padang Ekspres http://www.padangekspres.com Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
RE: [R@ntau-Net] Ada yang menarik di Padang Ekspres
Mak Datuak, Mungkin ado dunsanak awak nan indak bisa masuak ka web tersebut, sababg itu cubo ambo Kirim isinyo; smoga bermamfaat bagi nan bisa pakai email saja. Wasalam, -- Tak Ada Lagi Gelar Ninik Mamak Kehormatan Oleh Redaksi Kamis, 16-Desember-2004, 17:08:18 150 klik Jakarta, PadekNinik Mamak yang tergabung dalam Forum Komunikasi Adat dan Budaya Alam Minangkabau di Jakarta sepakat untuk tidak memberikan gelar Ninik Mamak kehormatan kepada pihak luar yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan, atau tak ada hubungan batali darah menurut garis keturunan ibu (materilineal). Hal tersebut ditegaskan Azmi Dt. Bagindo, Koordinator Forum Komunikasi Adat Budaya Alam Minangkabau, di Jakarta, setelah musyawarah Ninik Mamak di Jakarta, beberapa hari lalu. Musyawarah itu dihadiri 25 orang Ninik Mamak. Azmi Dt Bagindo menjelaskan, belajar dari apa yang sudah sering terjadi belakangan ini, ada indikasi pemberian gelar Ninik Mamak terhadap orang yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau tidak batali darah menurut garis keturunan ibusyarat dengan berbagai kepentingan yang sama sekali tidak terkait langsung dengan kepentingan kultur dan anak kemenakan. Yang ada hanya kepentingan pribadi atau kelompok, glamour dan alat untuk lebih populis dimata orang banyak ujar Dt Bagindo. Kalau sekiranya, si penerima gelar Ninik Mamak tahu secara persis tanggung jawab yang akan dipikulnya dibalik gelar Ninik Mamak, kita yakin pasti orang bersangkutan enggan menerimanya, jelas Dt Bagindo, yang juga Penghulu Suku Tanjung, Maninjau itu. Bersamaan dengan itu, lanjutnya, pemberian gelar Ninik Mamak terhadap orang yang bukan berhak menurut kreteria Budaya Minang, sekaligus merupakan salah satu bentuk memproklamirkan sebuah tindakan pelecehan kepada publik. Prilaku ini, harus segera kita hentikan secara bersama Ninik Mamak, kata Dt Bagindo, merupakan kumpulan dari Penghulu Pemangku Adat dalam setiap Nagari di Minangkabau, sedangkan Penghulu adalah jabatannya. Penghulu bergelar Datuk sesuai dengan gelar Pusako yang ada di dalam kaum atau sukunya. Kecuali Datuk Panungkek, beliau bergelar Datuk tetapi belum jadi Penghulu dan belum pula Ninik Mamak. Kita berkeyakinan jika orang Minang tidak lagi berpenghulu berarti satu tiang telah rubuh, maka adat Minangkabau akan lenyap, sebab dipundak beliau itulah semestinya terletak sebuah keteladanan dan sekaligus menjaga serta mengawasi pelaksanaan aturan adat di Nagari, ujarnya. Prinsip dasar dalam pengangkatan seorang Penghulu, tambah Dt Bagindo, selain punya hubungan batali darah, menurut garis keturunan ibu, juga harus mengacu pada konsep kesepakatan seperti tertuang dalam ungkapan berdiri Penghulu sepakat kaum, berdiri adat sepakat Nagari. Penghulu tidak akan berdiri jika tidak ada satu suku atau kaum berhubungan tali darah menurut garis keturunan ibu yang bersepakat untuk mengangkatnya tegas Dt Bagindo. Demikian juga konteks berdiri adat sepakat Nagari. Adat tidak akan berdiri jika tidak ada kata sepakat di dalam sebuah Nagari, sehingga melahirkan ungkapan adat salingka Nagari. Menurut Dt Bagindo, ada gelar kehormatan yang dapat kita berikan kepada orang luar berupa gelar penghormatan yang tidak masuk dalam gelar Pemangku Adat yang merupakan pusako adat berbagai suku di Minangkabau seperti Sutan, Sutan Mangkuto, Sutan Bandaro dan lain sebagainya. (fas) -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mulyadi Sent: Thursday, December 16, 2004 3:13 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [EMAIL PROTECTED] Ada yang menarik di Padang Ekspres Halo RantauNet: Rekan Anda, Mulyadi , menganggap tulisan yang satu ini menarik Judul: Tak Ada Lagi Gelar Ninik Mamak Kehormatan Tanggal: 2004-12-16 17:08:18 Rubrik: Berita Utama URL: http://www.padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid= Mulyadi juga menulis pesan berikut: Ass,wr,wb. Iko paralu kito sikapi dan kito inok2i, apo paralu gelar Ninik Mamak Kehormatan ? Wass, HM Dt.Marah Bangso (47 +) Datuk Andiko di Suku Limo Singkek Kubang Sulit Air Solok Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
RE: [R@ntau-Net] Ada yang menarik di Padang Ekspres
Assalamualaikum Wr, Wb. Mak Ngah, satantang subjec nan mak ngah makasuik, untuak seri 1 no alah diposting di palanta awak ko, namun untuak nomor 2 sepertinyo indak ado. Berikut ko ambo kirim kan nan nomor 3 dari Padek ko, basaratoan jo nomor 4, terakhir nan dari mak ngak kok. Wassalam, http://padangekspres.com/mod.php?mod=publisherop=viewarticleartid=4415 Candi Padang Rocok Kerajaan Aditiawarman di Dharmasraya (3) *Keramik Cina Masa Dinasti Song Oleh Redaksi, Kamis, 16-Desember-2004, 16:23:51 5 klik Candi Padang Rocok atau yang lebih dikenal dengan Padang Arca pertama kali ditemukan tahun 1950-an. Dimana ketika itu, masyarakat menggali tanah di semak belukar. Dari penggalian tanah tersebut, ditemukan beberapa bentuk batu bata seperti jajaran genjang, segi tiga, bentuk sambung dan bentuk biasa. Karena bentuknya aneh dan ada nilai sejarahnya, maka diminta kepada masyarakat agar penggalian tanah dihentikan. Karena, ada semacam nilai kebudayaan dan sejarah. Seiring dengan adanya informasi bahwa di Sungai Lansek Kabupaten Sawahlunto Sijunjung pernah berjaya Kerajaan Aditiawarman. Setelah ditemukan, maka dilaporkan ke Kandep Kecamatan, Kanwil Depdikbud (ketika itu dan sekarang Diknas, red), akhirnya pada tahun 1980-an dilakukan penelitian dan sekarang telah dilakukan pemugaran yang ke delapan kalinya, jelas Darwis yang sebelumnya juga pernah menjabat Pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung ini. Kondisi saat ini masih belum maksimal dan perlu adanya perhatian dari Pemkab dan Pemprov Sumbar serta pemerintah Indonesia sendiri. Menurut Darwis, survei di situs Padang Rocok dilakukan dengan cara mengambil jarak radius 200 meter. Dari survei dapat didata bahwa Candi Padang Rocok dilingkari parit arah barat menyambung ke utara dan berakhir di timur. Kedua ujung paritnya bermuara ke Sungai Batang Hari. Di sebelah Utara parit itu, bertemu membentuk sudut membujur ke Timur Barat. Parit di sebelah timur menembus kolam yang kini menjadi sawah penduduk membuju Barat Laut Tenggara yang disebut dengan sawah tabek. Awalnya, sawah ini adalah rawa dengan ukuran 20-40 meter. Kemudian di Ujung Tenggara, kolam bercabang ke arah Utara dan Selatan membentuk huruf T. Di lokasi ini terdapat parit yang mengarah ke Timur, menuju Bukit Giring yang tingginya kurang lebih 176 cm di Timur Desa Koto Lamo. Tanah payau seperti tabek sawah juga dijumpai di Situs Padang Rocok, yakni Rawa Gadang. Di Rawa Bungur dan Rawa Gadang terdapat bekas galian tanah liat kuning. Tanah liat putih ini dijumpai di bagian pondasi candi, sedangkan tanah liat kuning diduga sebagai bahan besar membuat bata. Situs Candi Padang Rocok merupakan tiga bangunan candi terdiri dari candi induk dan dua candi perwara. Dari hasil survei permukaan ditemukan pecahan keramik Cina yang umumnya berasal dari dinasti masa Song (10-13 M), Ming (16-17 M), Chinga (18-20 M) serta keramik Eropa (19-20 M). Keramik yang ditemukan pada umumnya berupa pecahan mangkuk, piring serta guci. Di antaranya yang paling dominan adalah berbentuk mangkuk,katanya. (bersambung) == *Candi Padang Rocok Kerajaan Aditiawarman di Dharmasraya Diperjuangkan ke Pemerintah Pusat Oleh Redaksi, Jumat, 17-Desember-2004, 15:17:24 20 klik Setelah lebih kurang tujuh abad lamanya terpendam, kini pemerintah daerah Kabupaten Dharmasraya yang baru berumur lebih kurang satu tahun berkomitmen untuk mengangkat aset nasional tersebut ke pemerintah pusat, untuk dikembangkan menjadi wisata budaya. Mungkin masyarakat masih banyak yang tidak mengetahui bahwa Kerajaan Aditiawarman sebelum jaya di Pagaruyung-Batusangkar Kabupaten Tanahdatar, pernah mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-13 di Kabupaten Dharmasraya hasil pemekaran Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Kenyataan ini tidak bisa dipungkiri, karena bisa dibuktikan dengan bukti-bukti sejarah hasil peninggalannya. Salah satu bukti Kerajaan Aditiawarman pernah berjaya di Kabupaten Dharmasraya adalah adanya beberapa candi dan patung yang telah dibawa ke Jakarta yang pada patung tersebut bertuliskan Padang Arca alias Padang Rocok Sungai Lansek. Dimana patung tersebut dibuat oleh Aditiawarman sebagai persembahan untuk rakyatnya atas kejayaan gemilang yang dicapainya. Setelah Dharmasraya berdiri sendiri, maka pemerintah daerah dan lembaga dewan akan berjuang ke pemerintah pusat agar aset daerah yang menasional ini dijadikan sebagai wisata budaya yang dilirik wisatawan lokal dan mancanegara. Kita akan berjuang ke pemerintah provinsi dan pemerintah pusat nantinya, ujar Penjabat Bupati Dharmasraya, Drs H Asrul Syukur dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Dharmasraya, Ir Adi Gunawan MM kepada koran ini secara terpisah, kemarin. Dikatakan Asrul Syukur, sejak ditemukannya situs candi tersebut 1989 lalu, maka sampai sekarang telah dilakukan pemugaran sebanyak delapan kali. Meski belum sesuai dengan apa yang diharapkan, terutama menjadikan aset daerah tersebut menjadi incaran bagi