Re: Manuver LN Clinton
deleted Irwan: Bung Sulaiman, bagaimana kalau saya kutipkan disini TIMELINE tentang kasus Irak-PBB yg bisa dilihat di http://cnn.com/SPECIALS/1998/iraq/ dan klik tulisan TIMELINE deleted -akhir kutipan Irwan: Catatan tambahan dari saya, AS dan UK akhirnya menghentikan gempuran ke Irak setelah meyakini target dari misi yg direncanakan tercapai. Alasan lain serangan dihentikan adalah karena mulai memasuki bulan Ramadan, bulan suci umat Islam. Bagaimana kalau giliran anda membaca quote dari saya: New York Times: December 20, 1998 A Tough New Goal in Iraq By ETHAN BRONNER and YOUSSEF M. IBRAHIM The scenes were gnawingly familiar: the video-gamelike renderings of air strikes, the beribboned generals with their maps and pointers, the unshaven Iraqis gaping into craters dug by U.S. cruise missiles. It was so routine, in fact, that this latest act of war against Iraq hardly delayed the debate in the House of Representatives over impeachment of a sitting U.S. president. And yet because this U.S.-Iraqi contest of cat and mouse has occurred so often in the past eight years without vexing, let alone trapping, the mouse -- there, once again, was a smiling, sinister Saddam Hussein clad in his natty foulards or his field marshal's epaulets -- many are asking a broader set of questions this time around. What is the endgame? What is the long-term strategy? How many more times can this happen? In fact, while this bombing campaign has looked like a larger version of half a dozen previous ones aimed at forcing Saddam to abide by United Nations resolutions or to back away from allied protected zones, President Clinton and Congress have called it something much more significant. This, they say, is the first salvo in a campaign to remove Saddam and install a government more democratic and less dangerous. And while analysts and officials here and abroad applaud such goals, they wonder whether such a policy shift goes beyond the rhetorical. They are quick to point out that even if the Americans are serious, the task is enormous not only because of Saddam's continuing grip on power but because of the political culture of the Iraq he has built over the last three decades. Any serious new government would have to come from Iraq's professional and middle classes. Yet it is these people who have been the direct beneficiaries of the universities, bridges, roads and secular, modernized structure that Saddam has created. That makes them, paradoxically, the ones with most to lose if he departs. They are also the ones who have suffered most from U.S.-led international sanctions against the country, watching their fixed government salaries disappear and selling their artwork and appliances for a pittance to feed their families. The urban poor are used to scraping by, and villagers can -- and do -- turn back to farming. The urban middle class has truly felt punished. And given the divided and ineffectual foreign-based Iraqi opposition, the fierce mistrust of U.S. intentions felt across the Arab world, and the fear of Iraqi middle classes that the first result of any coup would be to bring the pent-up wrath of northern Kurds and southern Shiites down on them, the challenge of installing a new government becomes clear. Many people point to the continuing international trade sanctions as the first problem. "There is a sort of naivete about sanctions bringing democracy to Iraq," said Denis Halliday, the Irish U.N. official who ran the oil-for-food program in Iraq until quitting this year, declaring that sanctions amounted to a "declaration of war against the Iraqi people." He and Unicef officials say the lack of spare parts for the electric, sewer and water networks are contributing to the deaths of more than 6,000 infants a month there. While the West blames Saddam for those deaths, most Iraqis, while not pleased with their president, blame the West. Clovis Maksoud, a former Arab League ambassador to the United Nations and now a professor at American University in Washington, agreed, saying: "There is a deep dissociation with Saddam in Iraq. But when they are attacked by the Americans, they rally around the flag, and he happens to be the flag." Even analysts who urge the United States to actively promote a coup against Saddam and consider the sanctions a useful form of pressure on the regime say getting to the dictator will be extremely difficult physically and politically. "Nobody admires him anymore, but most Iraqis still accept and support him," said Amatzia Baram, an Israeli specialist on Iraq from Haifa University who is spending the year in Washington. "The only hope is to separate him from his power base, prove to his power base that life is more dangerous with him than without him. That is part of the point of these bombings." Others counter that the bombings have little effect on people accustomed to suffering, that they view the missiles the way a
Re: Proof of Theorem that 4=5 (joke for christmas)
Theorem: 4 = 5 Proof: 16 - 36 = 25 - 45 4^2 - 9*4 = 5^2 - 9*5 4^2 - 9*4 + 81/4 = 5^2 - 9*5 + 81/4 I don't think that 9*4 is equal to 9*5. (4 - 9/2)^2 = (5 - 9/2)^2 4 - 9/2 = 5 - 9/2 4 = 5 Sorry, iseng nggak ada kerjaan nih. Ku coba deh .. (4 - 9/2)^2 = (5 - 9/2)^2 --- kalo mau diambil squareroot, jawabannya ada dua: + atau - dan musti konsisten untuk kiri dan kanan jadi: (4 - 9/2)^2 = (5 - 9/2)^2 (4 - 9/2)^2 = (5 - 9/2)^2 +|4 - 9/2| = +|5 - 9/2|atau -|4 - 9/2| = -|5 - 9/2| 1/2 = 1/2 atau - 1/2 = - 1/2 oke deh igg merry christmas every body and happy new year !! Nasrul Indroyono Rgds, Yohannes Yaali [EMAIL PROTECTED]
Interesting prediction about 1999.
Interesting prediction about 1999. Some of you may believe it and some of you may NOT. Knowing what is going on these days, I have a feeling that some of the "Tiger-killing Wolves" theory might be accurate. Oh, well Only God knows http://www.suaramerdeka.com/harian/9812/22/nas7.htm -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Re: ada apa dibalik udang? (yang pasti bukan tempeyek)
Pertama buat IH, mau jongkok apa tengkurep itu terserah anda :) Saya punya analisa yang agak berbeda dengan bung Hastu, Iskandar, Juda Agung ataupun Mbin. Saya melihat bahwa tindakan Gus Dur ini begitu sangat hati-hatinya dibahas oleh para analis yang mengisyaratkan bahwa tindakan gus dur ini bisa dianggap sebagai 'gebrakan' yang mengejutkan. Gus dur sebagai sesepuh dan juga populer di arena reformasi seakan merasakan dan yakin bahwa segala macam kekisruhan yang terjadi akhir-akhir ini akibat ketidakpuasan pengikut soeharto atas desakan kaum reformasi yang begitu gencarnya menekan soeharto dan kroninya. Hal ini sebenarnya cukup aneh, karena ucapan ini berasal dari Gus Dur yang tentunya bukan sembarang diucapkan melainkan sudah dipikirkan dengan matang. Masalahnya kenapa Pak Rudi dan ABRI diam saja jika memang ini terbukti pengikut Pak Harto? Tentunya ada kemungkinan masih banyak pengikut Pak Harto yang masih mantap bercokol di pemerintahan dan ABRI. Melihat kondisi yang demikian, analisa saya Gus Dur menganggap bahwa memaksakan reformasi seperti menarik paksa penyakit kanker didalam tubuh manusia yang sedang sakit. Dimana penyakit kanker bisa diambil dan dibuang tetapi sang manusia pun harus meninggal. Ini sama saja kondisinya dengan bangsa kita sekarang. Memaksa reformasi membuat seluruh sendi bangsa terkoyak dan berdarah, yang potensial menyebabkan disintegrasi maupun kerusuhan yang tak terkendali dan mengakibatkan Indonesia tinggal nama. Apakah dengan demikian Gus Dur bertindak benar? Apakah melalui proses penyinaran yang bisa dikatakan berlangsung lama, kanker dapat disembuhkan? who knows. Saya juga merasakan bahwa banyak pihak menganggap kondisi sekarang ini menyangkut soal mati-hidup atau jaya-jatuhnya suatu kelompok besar. Korban apapun, dengan biaya apa saja, asalkan kejayaan dan kemenangan dapat diperoleh akan dilakukan. Ironis, pemerintah kita yang selama ini menggembar-gemborkan kepentingan bangsa daripada kepentingan kelompok atau pribadi, sekali lagi terbukti bahwa masih banyak diatas sana yang hobi membual dan bila dikritik akan menganggap rakyatnya tidak nasionalis. Semoga dan semoga Tuhan mengasihani bangsa kita dan memberi jalan keselamatan kepada para pemimpin agar terketuk hatinya dan memikirkan nasib bangsa ini. peace. Idris Harta wrote: Kalau Hamengku jadi presiden, apa kita harus jongkok-jongkok dulu sebelum menghadap? Salam jongkok, IH At 04:36 PM 12/21/98 -0500, Iskandarsyah Bakri, Washington, D.C, USA wrote: Assalamualaikum, w.w. Perjumpaan Gus Dur ke Suharto, Habiebie cs dan High politic meetings yang telah di parkarsai tokoh2 lainnya adalah: (Opini saya) akan mempermulus Hamangkubono untuk menjadi Presiden Indonesia masa datang; karena, pilihan2 lainnya akan memberburuk suasana. Mungkin saya salah. ;-) Salam, Iskandarsyah Bakri [EMAIL PROTECTED] Hastu Prabatmodjo [EMAIL PROTECTED] on 12/21/98 04:30:51 PM Please respond to "Indonesian Development Studies -- http://web.syr.edu/~suisa/ids/" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject: Fenomena Gus Dur... On Thu, 19 Feb 1998, Sdr. Blucer (?) wrote: Buat rekan-rekan yang mau menganalisa, saya mau tanya: -mengapa gus dur bersantai empat mata dengan pak harto? -mengapa gus dur mengusulkan dialog 4 tokoh, yaitu pak harto, pak rudi, gus dur dan pak wiranto? -ada apa dengan bu mega, pak amien dan kanjeng sultan? ___ Prabatmodjo: Jurus Gus Dur yang terakhir ini sangat 'complicated'. Tak bisa dipahami cuma dengan menyimak fenomena permukaan. Kelihatannya Gus Dur sedang berupaya mengurai sebagian utama benangkusut negeri ini. Keliru kalau jurusnya yang sekarang diduga mengandung muatan sempit. Sependapat dengan Sarwono K, ada kemungkinan Gus Dur ingin melepaskan Soeharto, BJH dan Wiranto dari 'psikologi keterjepitan' dengan segala eksesnya. Gus Dur ingin melihat Soeharto dimanusiakan (lepas dari praduga bersalah yang terlanjur merata). Ia juga ingin BJH dan Wiranto 'well functioning' sebagai perangkat negara. Ini adalah keinginan yang boleh jadi tak populer, sebab ibaratnya Gus Dur 'pasang badan' di tengah arus utama reformasi. Tapi, sejak dulu tokoh ini selalu siap tak populer. Gerakannya adalah langkah awal menuju rekonsiliasi nasional... Rekonsiliasi yang berjalan bersama dengan reformasi adalah sangat 'complicated'. Tapi nampaknya ini yang ingin dikejar oleh Gus Dur. Ia tak ingin melihat tubrukan tak terkontrol antara arus reformasi dan status-quo. Ada agenda-agenda bangsa penting yang bisa kacau oleh tubrukan yang tak terkontrol itu. So, ia seolah 'melayang' di atas arus reformasi yang digerakkan oleh reformis atau posisi kelompok Ciganjur--'very high politics' yang mungkin mengecewakan reformis di dataran praksis. Amien Rais yang mula-mula terkejut dengan gerakan Gus Dur telah mengambil posisi tepat: 'stick on current position', mahasiswa juga demikian. Betul kata Fahry Ali: "Cuma Gus Dur yang
medical benefits of circumcision
I have a friend who had just undergone a circumcision. He is 27 years of age, this year. Does anybody have any info on the medical benefit of circumcision? in terms of bilogical improvement, etc. thank you. -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
4 Pangkat 1, 4 Pangkat 2, dan seterusnya
Rekan-Rekan Yth : --- Seperti kita ketahui bahwa "4 pangkat 1", yaitu 4, bisa kita aplikasikan dengan "garis". Lalu "4 pangkat 2", yaitu 16, bisa kita aplikasikan dengan "luas". Akhirnya "4 pangkat 3, yaitu 64, bisa kita aplikasikan dengan "volume". Nah kalau "4 pangkat 4", yaitu 256, bisa kita aplikasikan dengan apa? Juga dengan "4 pangkat 5", yaitu 1024? Kalau jawabannya ada ya dalam bentuk apa? Tetapi kalau jawabannya tidak ada ya kenapa? Salam, Nasrullah Idris
freedom of speech
Despite Indonesian Students' reform moevement, let me ask you kind people these questions: Should there be freedom of speech? My answer: Certainly. Should there be absolute freedom of speech? My answer: Certainly not. Let me know what you think about Freedom of Speech after you read this: http://www.ummah.net/what-is-islam/about/respond/free.htm "Our mind is too valuable to waste" - General Colin Powell Peace. -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Re: Prabowo Subianto
At 05:17 PM 12/22/1998 +0700, Nasrullah Idris wrote: Rekan-Rekan Yth : --- Saya masih bingung nih masalah isu kewarganegaraan Mantan Pangkostrad : Prabowo Subianto. Maksud saya begini : Kalau memang ia jadi menjadi warganegara Jordania (sebagaimana diberitakan di beberapa surat kabar/televisi di Indonesia pada hari ini), bagaimana dengan rahasia militer Indonesia yang diketahuinya. Apakah ia nanti akan menciptakan pelatihan militer bagi tentara Jordania? Tetapi kabar terakhir (kata adiknya : Hasyim Djojohadikoesoemo) bahwa kakaknya itu tidak mungkin meninggalkan kewarganegaraan Indonesia. Jadi bingung. Mana yang betul sih? IA: Kang Acu, semuanya betul ;-) Seseorang yang tinggal menetap di suatu negara (yang bukan negara asalnya) tidak perlu harus menjadi warga negara negara yang ia diami. Status si "pendatang" bisa saja: student, refugee, penduduk tetap non-warga negara (permanent resident), etc. Paling-paling si Prabowo tetap WNI dengan status refugee (political asylum) di Jordan.
Re: 4 Pangkat 1, 4 Pangkat 2, dan seterusnya
Karena di dunia fisik, ruang itu cuma sampai 3, yah nggak ada yg. pangkat 4, dst. Tapi teori relativitas Einstein mengatakan ruang itu berdimensi 4 dg. memasukkan dimensi waktu. Kalau ruang imaginer sih, pangkat n (cuma ada di teori matematik: Ruang berdimensi n) :-P Aplikasi yg. mungkin ada, cuma di computer science: array berdimensi n (bahkan berdimensi k * l * m * n * ...) -- From: Nasrullah Idris[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, December 22, 1998 11:30 PM Subject: 4 Pangkat 1, 4 Pangkat 2, dan seterusnya Rekan-Rekan Yth : --- Seperti kita ketahui bahwa "4 pangkat 1", yaitu 4, bisa kita aplikasikan dengan "garis". Lalu "4 pangkat 2", yaitu 16, bisa kita aplikasikan dengan "luas". Akhirnya "4 pangkat 3, yaitu 64, bisa kita aplikasikan dengan "volume". Nah kalau "4 pangkat 4", yaitu 256, bisa kita aplikasikan dengan apa? Juga dengan "4 pangkat 5", yaitu 1024? Kalau jawabannya ada ya dalam bentuk apa? Tetapi kalau jawabannya tidak ada ya kenapa? Salam, Nasrullah Idris application/ms-tnef
Re: Interesting prediction about 1999.
Another 'prediction' (precisely: computer disaster) in 1999: millenium bug in COBOL language. Isunya, tgl. 1 Jan 1999 itu bencana bagi program-program yg. dibuat dg. bahasa COBOL. (karena COBOL language hanya dapat menghandle 2 digit tahun). Hati-hati bertransaksi dg. institusi yg. masih menggunakan sistem lama ini. -- From: Indi Soemardjan[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, December 22, 1998 9:14 PM Subject: Interesting prediction about 1999. Interesting prediction about 1999. Some of you may believe it and some of you may NOT. Knowing what is going on these days, I have a feeling that some of the "Tiger-killing Wolves" theory might be accurate. Oh, well Only God knows http://www.suaramerdeka.com/harian/9812/22/nas7.htm -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi application/ms-tnef
Re: medical benefits of circumcision
Kalau mau search dari search engine pasti ketemu banyak. Saya pernah koleksi link ke site-site ini. -- From: Indi Soemardjan[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, December 22, 1998 11:18 PM Subject: medical benefits of circumcision I have a friend who had just undergone a circumcision. He is 27 years of age, this year. Does anybody have any info on the medical benefit of circumcision? in terms of bilogical improvement, etc. thank you. -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi application/ms-tnef
4 Pangkat 1, 4 Pangkat 2, dan seterusnya
Rekan Nasrul Yth, Dunia tempat kita tinggal adalah dunia yang hanya mengenal tiga dimensi yaitu adanya ruang yang diukur dengan volume yang didapat dari perhitungan antara panjang, lebar dan tinggi. Jika bilangan empat dipangkatkan lebih dari tiga, jelas tidak dapat diaplikasikan di dalam ilmu pengetahuan tentang ruang seperti yang Anda aplikasikan itu. Namun jika diaplikasikan di dalam ilmu yang lain seperti matematika tentu saja jawabannya adalah ya, dan dalam bentuk bilangan berpangkat. Bagaimana pula dengan bilangan binary dan bilangan hexadesimal yang diaplikasikan dalam komputer terutama dalam penyusunan program? Tampaknya ada kemiripan dan kesamaannya. Salam kembali, Yohannes Yaali [EMAIL PROTECTED] Nasrullah Idris wrote: Rekan-Rekan Yth : --- Seperti kita ketahui bahwa "4 pangkat 1", yaitu 4, bisa kita aplikasikan dengan "garis". Lalu "4 pangkat 2", yaitu 16, bisa kita aplikasikan dengan "luas". Akhirnya "4 pangkat 3, yaitu 64, bisa kita aplikasikan dengan "volume". Nah kalau "4 pangkat 4", yaitu 256, bisa kita aplikasikan dengan apa? Juga dengan "4 pangkat 5", yaitu 1024? Kalau jawabannya ada ya dalam bentuk apa? Tetapi kalau jawabannya tidak ada ya kenapa? Salam, Nasrullah Idris
here is how GPS works
here is how it works: http://www.aero.org/publications/gps/understanding.html it is a very nifty little gadget. gotta have it! -- Indi Visit my world: http://pagina.de/indradi
Re: 4 Pangkat 1, 4 Pangkat 2, dan seterusnya
From: Yohannes Yaali [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: 4 Pangkat 1, 4 Pangkat 2, dan seterusnya Date: Wednesday, December 23, 1998 4:37 PM *Rekan Nasrul Yth, Dunia tempat kita tinggal adalah dunia yang hanya mengenal tiga dimensi yaitu adanya ruang yang diukur dengan volume yang didapat dari perhitungan antara panjang, lebar dan tinggi. Jika bilangan empat dipangkatkan lebih dari tiga, jelas tidak dapat diaplikasikan di dalam ilmu pengetahuan tentang ruang seperti yang Anda aplikasikan itu. #Hallo Mas Yohannes Tetapi di mana letak nggak bisa diaplikasikannya itu? Soalnya jangan-jangan tidak bisa diaplikasikan itu berdasarkan tolok ukur indera manusia pada umumnya. Ini jelas jadinya menjadi subjecktif. Coba anda cari lagi. Apakah bilangan pangkat 3 itu adalah batas rasional manusia dalam hal aplikasi bilangan pangkat n di mana n adalah bilangan bulat positif? Rasanya tidak salah bila kita kaji. Memang tampaknya : untuk apa sih mengkaji masalah ini? Tetapi saya yakin mendalami masalah ini akan memperluas wawasan dan perpektif kita sehingga gilirannya menimbulkan efek pemikiran ke bidang lain. *Namun jika diaplikasikan di dalam ilmu yang lain seperti matematika tentu saja jawabannya adalah ya, dan dalam bentuk bilangan berpangkat. #Itu jelas. Yang saya maksudkan itu bagaimana kelanjutan dari garis, luas, volume, x, y , dan seterusnya. Tentu secara normatif kita bisa hipotesis bahwa predikat untuk x bukan lagi ruang, tetapi ya apaa gitu? *Bagaimana pula dengan bilangan binary dan bilangan hexadesimal yang diaplikasikan dalam komputer terutama dalam penyusunan program? Tampaknya ada kemiripan dan kesamaannya. #Apakah anda bisa memberikan contohnya ? Salam, Nasrullah Idris