Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Suhendri

Y, si Efron balik lagi ke defaulnya.
Menghina orang lain. Apa sudah hebat dari orang lain ?
Jangan gitu lah !!

:-(
Soe


-Original Message-
From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 2:39 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


BUKAN! Mereka itu badut tengik!

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 14 September, 1999 14:41 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: KETUA DPRD DKI

Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ?
Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ?

Soe


-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat
ketimbang melakukan demokrasi kumpul2?
Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki
semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

BUKAN! Mereka itu badut tengik!

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 14 September, 1999 14:41 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: KETUA DPRD DKI

Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ?
Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ?

Soe


-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat
ketimbang melakukan demokrasi kumpul2?
Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki
semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Suhendri

Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ?
Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ?

Soe


-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat
ketimbang melakukan demokrasi kumpul2?
Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki
semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Yumartono

Makanya saya tidak begitu yakin kalau bung Irwan benar-benar akan membela
demokrasi rakyat.  Karena kalau saya perhatikan dari tulisan-tulisan bung
Irwan, dia terlalu terpesona oleh kemenangan PDI-P yang hanya bisa meraih
suara sekitar tigapuluhan persen.  Tidak melihat realitas kehidupan politis
yang terjadi.  Itikad untuk melihat kelemahan partai pemenang pemilu
terkalahkan oleh itikad menjelekkan partai lain (poros tengah).

Kembali ke demokrasi rakyat (itu istilah bung Irwan), sebagai contoh
misalkan  bila mayoritas penduduk Indonesia mengharapkan agar UUD 45 diganti
dengan syariah Islam, apakah bung Irwan akan menerima hasil demokrasi rakyat
tersebut ?  Saya yakin tidak.

Salam,
YMT



Ini salah satu contohnya mas. Diminta agar poros tengah sadar, memang
selama
ini tidak sadar, pingsan, atau bagaimana. Ini adalah contoh bahwa yg tidak
sejalan dg PDIP dianggap tidak memperjuangkan rakyat. Yg berdiri bersama
rakyat hanya PDIP. Yang begini ini sering anda lakukan, giliran ditulis
dengan jelas maka penjelasan anda akan selalu seperti itu lagi. (Sebelum
pemilu saya blah...blah...blah...).


Semoga poros tengah segera sadar dan insaf untuk segera
bergabung kembali ke perjuangan rakyat, meneruskan gerakan
reformasi yg masih jauh dari selesai ini. Berdirilah bersama rakyat.

Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI. Tapi
setelah mempelajari dan memperhatikan lebih lanjut, jabatan
tersebut, ketua DPRD, bukanlah jabatan yg cukup vital mengingat
suara ketua dan anggota mempunyai kekuatan yg sama.
Karenanya bagi saya, tidak terlalu bermasalah.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Memang Sdr. Irwan belum belajar juga. Tidak ada demokrasi kumpul-kumpul.
Selama pemilihan presiden masih harus melewati dua jenjang, artinya jenjang
pertama tidak memilih presiden. Sudah banyak yang menerangkan hal ini kepada
Sdr. Irwan dan kelihatannya tanpa hasil. Kesimpulannya Sdr. Irwan hendak
membuat sistem demokrasi baru yaitu Demokrasi Irwan sebagai lawan so called
demokrasi kumpul-kumpul. Mestinya Sdr. Irwan sadar selama sistem pemilihan
masih seperti ini, maka ikutilah aturan mainnya. Aturan mainnya yaitu, pilih
wakil rakyat, lalu wakil rakyat memilih presiden. Bila aturan mainnya
diterima oleh peserta, maka permainan ini sifatnya sudah demokratis. Bila
tidak menerima aturan main tersebut, maka perlu usul aturan yg dikehendaki,
lalu dimintakan persetujuan dari peserta yg lain.

Yang terjadi di dalam politik Indonesia, banyak partai yang menghendaki
aturan main itu diubah menjadi sistem pemilihan langsung. Beberapa partai
lain seperti PDIP adalah salah satu partai yg paling getol mempertahankan
sistem yang sekarang ada. Ironisnya tokoh-tokoh partai PDIP (setelah
mengetahui partainya mengumpulan suara terbanyak) menghendaki agar pemilihan
umum dianggap sebagai pemilihan langsung presiden, dan SU MPR hanyalah untuk
mengesahan saja. Menurut saya, tindakan ini adalah tindakan pengecut, di
mana hanya mementingkan kelompok sendiri. Bila menguntungkan, maka dicarilah
argumen agar tujuan kelompoknya tercapai.

Kepengecutan kelompok ini belum berakhir sampai di sini. Dengan segala daya
upaya kelompok PDIP mendiskreditkan kelompok lain yang juga sedang menyusun
kekuatan. Menyadari ancaman bagi PDIP tersebut, maka dicari slogan-slogan
seperti 'Keputusan rakyat adalah keputusan final', 'poros tengah agar
kembali memperjuangkan rakyat', dlsb dengan satu tujuan agar tujuan PDIP
dalam menggolkan capresnya dapat berjalan dengan mulus. Mestinya bila memang
hendak menyalurkan keputusan rakyat sebagai keputusan final, maka tata
aturan pemilihan presiden harus diubah menjadi pemilihan langsung. Herannya
justru PDIP yang paling keras menolak untuk mengubahnya.

Pertanyaannya: Jadi siap yang tidak menghendaki slogan 'keputusan rakyat
adalah keputusan final'? Justru PDIP kan?

+anjas


--
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: KETUA DPRD DKI
Date: Tue, 14 Sep 1999 03:32:15 EDT

In a message dated 9/14/99 3:09:03 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

  Nah, kenapa kalau sudah tahu sistem demokrasi di Indonesia begitu, masih
   ngotot untuk menyatakan bahwa capres dari partai pemenang pemilu harus
jadi
   presiden.

Irwan:
Itulah sebabnya saya tuntut para anggota dewan yg
mengaku reformis untuk kembali ke demokrasi yg benar,
demokrasi rakyat. Demokrasi rakyat tidak butuh harus
tertulis hitam atas putih karena demokrasi rakyat yg
sebenarnya merupakan suatu semangat yg ada pada
setiap diri individunya yg akan selalu konsisten untuk
memperjuangkannya walau tanpa ada tulisan hitam
atas putihnya.

Saya tetap ngotot karena saya ngga kepengen
melihat demokrasi kumpul2 tumbuh subur di tanah
air. Saya akan terus menyuarakan demokrasi rakyat
dimana suara rakyat adalah suara final.

tono:
   Kenapa partai pemenang pemilu tidak melakukan konsolidasi kedalam
   untuk mempersiapkan wakil-wakilnya agar tidak mudah disuap oleh segepok
uang
   ?

Irwan:
Siapa yg disogok? Kalau disogok, kenapa harus masuknya
terlambat? Saya kira mereka melakukan itu karena melihat
ada demokrasi kumpul2 yg kita kenal dengan kelompok
poros tengah. Mereka rapat dan tampaknya melakukan
tindakan yg sama yaitu dengan melakukan demokrasi kumpul2
juga yg menurut saya akan ada imbalan selanjutnya berupa
dukungan yg sama untuk wilayah lain. Inilah repotnya kalau
demokrasi kumpul2 dibudayakan, suara rakyat jadi dinomor
duakan. Itulah sebabnya kenapa saya ngotot agar
demokrasi rakyat ditegakan.
Saya tidak suka dengan demokrasi kumpul2 termasuk yg
dilakukan oleh PDIP. Karenanya saya mengharapkan kepada
semua pelaku demokrasi kumpul2 untuk segera sadar diri
dan kembali ke demokrasi yg benar, demokrasi rakyat,
suara rakyat adalah suara final.

tono:
   Kenapa partai pemenang pemilu tidak secara rendah hati mendekati
   partai-partai lainnya untuk melicinkan jalannya sang capres tsb ?

Irwan:
Seperti saya katakan, dalam demokrasi rakyat suara rakyat
adalah suara final. Kalau semua pihak bertobat dan menjalankan
demokrasi rakyat, maka ngga perlu ada licin melicinkan.
Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat
ketimbang melakukan demokrasi kumpul2?
Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki
semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.

tono:
   Kenapa
   partai pemenang pemilu begitu tertutupnya terhadap keinginan sebagian
rakyat
   untuk mengetahui program-programnya ?

Irwan:
Cerita basi, program2 bisa dilihat dan didapatkan.
Ini cerita sebelum pemilu kalau mau mengaitkan pada
pencalonan. Kalau setelah

Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Pertanyaan oratoris dan klise!

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 14 September, 1999 13:40 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: KETUA DPRD DKI

Irwan:
Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan
yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg
dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini
masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling
dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang?

Rakyat ? Rakyat yang mana ? :-)
Capres ? Capres yang mana ? :-)

Soe :-)



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia)

Saya tak menghina. Ini fakta. Negeri makin terpuruk sementara mereka
main-main. Apa ini bukan kerjaan badut tengik.

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 14 September, 1999 14:48 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: KETUA DPRD DKI

Y, si Efron balik lagi ke defaulnya.
Menghina orang lain. Apa sudah hebat dari orang lain ?
Jangan gitu lah !!

:-(
Soe


-Original Message-
From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 2:39 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


BUKAN! Mereka itu badut tengik!

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 14 September, 1999 14:41 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: KETUA DPRD DKI

Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ?
Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ?

Soe


-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat
ketimbang melakukan demokrasi kumpul2?
Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki
semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Suhendri

Oratoris dan klise mana sama statemennya si Irwan.
Daripada diam diam eh terus nangis. Nggak jelas apa yang ditangisi.
Nangis Timtim, Ambon, Aceh apa lagi kupas bawang :-)

Soe.


-Original Message-
From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 1:59 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


Pertanyaan oratoris dan klise!

Efron

-Original Message-
From:   Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Sent:   Tuesday, 14 September, 1999 13:40 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject:Re: KETUA DPRD DKI

Irwan:
Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan
yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg
dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini
masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling
dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang?

Rakyat ? Rakyat yang mana ? :-)
Capres ? Capres yang mana ? :-)

Soe :-)



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Yumartono

Irwan:
Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan
yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg
dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini
masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling
dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang?
Coba anda pikirkan sendiri, apakah memang para anggota
di poros tengah itu memang sudah sungguh2 tidak ingin
anggota TNI yg memimpin DPRD tersebut? Saya meragukan
hal tersebut karena mereka ternyata jelas2 tidak peduli
apakah TNI atau tidak yg akan memimpin. Logika sederhananya
saja, kalau mereka memang tidak ingin anggota TNI yg memimpin
DPRD DKI, maka mereka akan berikan suara mereka semuanya
kepada calon dari partai yg paling dipercayai oleh penduduk DKI
karena memang itu konsekuensi logis dari berdemokrasi.
Kenapa mereka tidak lakukan itu? Silahkan anda cari tahu
sendiri jawabannya:)

Semoga poros tengah segera sadar dan insaf untuk segera
bergabung kembali ke perjuangan rakyat, meneruskan gerakan
reformasi yg masih jauh dari selesai ini. Berdirilah bersama rakyat.

Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI. Tapi
setelah mempelajari dan memperhatikan lebih lanjut, jabatan
tersebut, ketua DPRD, bukanlah jabatan yg cukup vital mengingat
suara ketua dan anggota mempunyai kekuatan yg sama.
Karenanya bagi saya, tidak terlalu bermasalah.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu

Sebenarnya saya ingin mengharapkan jawaban bung Irwan yang mengena pada
substansi permasalahan.  Sebagaimana yang sering bung Irwan katakan, bahwa
Anda akan mendukung partai manapun asalkan mereka menjalankan demokrasi
secara konsisten.  Nah, sekarang kenapa bila ada sebagian besar anggota
fraksi PDI-P yang mbalelo (tidak membawa aspirasi masyarakat) Anda tidak
menanggapinya, akan tetapi Anda malah mempersoalkan poros tengah ?
Sekarang sudah ketahuan khan ?  Bagaimana poros tengah akan mendukung sebuah
partai pemenang pemilu, bila anggota fraksi yang akan didukungnya pun
sendiri tidak saling mendukung.
Dan saya sih tetap percaya bahwa kondisi suatu kehidupan demokrasi di
tingkat DPRD (apalagi DPRD DKI Jaya) akan merefleksikan kehidupan demokrasi
di tingkat nasional (DPR).
Kasihan rakyat yang sudah capek-capek datang ke TPS untuk memilih wakil
mereka.  Kebanyakan mereka itu orang yang tidak tahu apa-apa.

Salam,

YMT



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Yumartono

Nah, kenapa kalau sudah tahu sistem demokrasi di Indonesia begitu, masih
ngotot untuk menyatakan bahwa capres dari partai pemenang pemilu harus jadi
presiden.  Kenapa partai pemenang pemilu tidak melakukan konsolidasi kedalam
untuk mempersiapkan wakil-wakilnya agar tidak mudah disuap oleh segepok uang
?  Kenapa partai pemenang pemilu tidak secara rendah hati mendekati
partai-partai lainnya untuk melicinkan jalannya sang capres tsb ?  Kenapa
partai pemenang pemilu begitu tertutupnya terhadap keinginan sebagian rakyat
untuk mengetahui program-programnya ?
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan dan introspeksi yang menjadi PR bagi
partai pemenang pemilu.
Bung Irwan, kalau Anda berada di Indonesia Anda bisa menyaksikan bagaimana
"demokrasinya" partai yang Anda sebut sebagai partainya pejuang reformasi.

Salam,

YMT


Irwan:
Ya, betul. Kasihan pemilih PAN ternyata suaranya untuk PPP, kasiha pemilih
PK
ternyata suaranya untuk PPP, kasihandst. Inilah dampak dari demokrasi
kumpul2.
Bandingkan dengan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final,
pemenang/pengumpul suara terbanyak dialah yg langsung diangkat menjadi
ketua
termasuk menjadi presiden.
Jelas sekarang bukan perbedaan dari demokrasi kumpul2 dan demokrasi rakyat?


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 9/14/99 2:18:51 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

tono:
  Sebenarnya saya ingin mengharapkan jawaban bung Irwan yang mengena pada
  substansi permasalahan.

Irwan:
Sudah saya jawab, saya kecewa. Saya kutipkan saja kata2 saya
tersebut, "Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI."
Kekecewaan itu saya limpahkan tidak hanya pada anggota DPRD dari
PDIP yg memilih TNI tapi juga anggota DPRD yg mengaku reformis
yg saat ini bergabung di poros tengah. Karena ulah mereka yg mbalelo
dari gerakan reformasi semula dan memilih lebih baik gerakan reformasi
pecah itulah makanya peristiwa ini terjadi. Sayang sekali bukan?
Padahal, kalau masing2 partai tidak mbalelo dari suara rakyat
yg dibawanya, maka sudah pasti hanya partai pemenang pemilu
di wilayah itulah yg akan memimpin. Akibat ulah kasak-kusuk
poros tengah maka terjadilah "musibah" ini.

tono:
  Sebagaimana yang sering bung Irwan katakan, bahwa
  Anda akan mendukung partai manapun asalkan mereka menjalankan demokrasi
  secara konsisten.

Irwan:
Kalau kita mau konsisten, maka partai pemenang pemilu di daerah tersebutlah
yg otomatis menjabat sebagai ketua. Ini kalau kita mau bicara demokrasi putih,
bukan demokrasi kumpul2.  Kalau seandainya di DKI yg menang partai PAN,
silahkan calon dari PAN yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jabar seandainya yg
menang partai PKB, silahkan calon dari PKB yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jatim
seandainya yg menang partai Golkar, silahkan calon dari Golkar yg jadi ketua
DPRD. Sangat demokratis bukan?
Ingatlah, demokrasi rakyat tidak sama dengan demokrasi kumpul2.

tono:
  Nah, sekarang kenapa bila ada sebagian besar anggota
  fraksi PDI-P yang mbalelo (tidak membawa aspirasi masyarakat) Anda tidak
  menanggapinya, akan tetapi Anda malah mempersoalkan poros tengah ?

Irwan:
Sudah saya tanggapi dengan mengatakan kecewa.
Poros tengah saya permasalahkan juga karena semua ini tidak lepas dari ulah
poros tengah juga. Semoga dengan kejadian ini poros tengah bisa sadar dan
lebih mendahulukan demokrasi rakyat ketimbang demokrasi kumpul2.
Yang namanya demokrasi rakyat itu tidak harus bisa dilihat hitam atas putih,
tapi jauh lebih penting harus ada di dalam hati sanubari setiap pejuangnya,
pejuang demokrasi rakyat.

tono:
  Sekarang sudah ketahuan khan ?  Bagaimana poros tengah akan mendukung
sebuah
  partai pemenang pemilu, bila anggota fraksi yang akan didukungnya pun
  sendiri tidak saling mendukung.

Irwan:
Heheheanda bisa saja, apa anda disini mau bilang anggota poros tengah
tadinya mau milih calon dari PDIP tapi terus berubah? Yang bener aja dong,
jangan dibolak-balik gitu dong faktanya:)

tono:
  Dan saya sih tetap percaya bahwa kondisi suatu kehidupan demokrasi di
  tingkat DPRD (apalagi DPRD DKI Jaya) akan merefleksikan kehidupan demokrasi
  di tingkat nasional (DPR).

Irwan:
Maksudnya, demokrasi kumpul2 tersebut akan terus dilakukan oleh poros tengah
ketimbang sadar diri dan kembali memperjuangkan demokrasi rakyat?
Kalau memang demikian, saya akan sedih.

tono:
  Kasihan rakyat yang sudah capek-capek datang ke TPS untuk memilih wakil
  mereka.  Kebanyakan mereka itu orang yang tidak tahu apa-apa.

Irwan:
Ya, betul. Kasihan pemilih PAN ternyata suaranya untuk PPP, kasiha pemilih PK
ternyata suaranya untuk PPP, kasihandst. Inilah dampak dari demokrasi
kumpul2.
Bandingkan dengan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final,
pemenang/pengumpul suara terbanyak dialah yg langsung diangkat menjadi ketua
termasuk menjadi presiden.
Jelas sekarang bukan perbedaan dari demokrasi kumpul2 dan demokrasi rakyat?


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-14 Terurut Topik Suhendri

Indahnya DEMOKRASI ...
Makanya Anda harus belajar ber demokrasi dulu.

Soe :-)


-Original Message-
From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
Date: Tuesday, September 14, 1999 1:43 PM
Subject: Re: KETUA DPRD DKI


In a message dated 9/14/99 2:18:51 AM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

tono:
  Sebenarnya saya ingin mengharapkan jawaban bung Irwan yang mengena pada
  substansi permasalahan.

Irwan:
Sudah saya jawab, saya kecewa. Saya kutipkan saja kata2 saya
tersebut, "Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI."
Kekecewaan itu saya limpahkan tidak hanya pada anggota DPRD dari
PDIP yg memilih TNI tapi juga anggota DPRD yg mengaku reformis
yg saat ini bergabung di poros tengah. Karena ulah mereka yg mbalelo
dari gerakan reformasi semula dan memilih lebih baik gerakan reformasi
pecah itulah makanya peristiwa ini terjadi. Sayang sekali bukan?
Padahal, kalau masing2 partai tidak mbalelo dari suara rakyat
yg dibawanya, maka sudah pasti hanya partai pemenang pemilu
di wilayah itulah yg akan memimpin. Akibat ulah kasak-kusuk
poros tengah maka terjadilah "musibah" ini.

tono:
  Sebagaimana yang sering bung Irwan katakan, bahwa
  Anda akan mendukung partai manapun asalkan mereka menjalankan demokrasi
  secara konsisten.

Irwan:
Kalau kita mau konsisten, maka partai pemenang pemilu di daerah tersebutlah
yg otomatis menjabat sebagai ketua. Ini kalau kita mau bicara demokrasi
putih,
bukan demokrasi kumpul2.  Kalau seandainya di DKI yg menang partai PAN,
silahkan calon dari PAN yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jabar seandainya yg
menang partai PKB, silahkan calon dari PKB yg jadi ketua DPRD. Kalau di
Jatim
seandainya yg menang partai Golkar, silahkan calon dari Golkar yg jadi
ketua
DPRD. Sangat demokratis bukan?
Ingatlah, demokrasi rakyat tidak sama dengan demokrasi kumpul2.

tono:
  Nah, sekarang kenapa bila ada sebagian besar anggota
  fraksi PDI-P yang mbalelo (tidak membawa aspirasi masyarakat) Anda tidak
  menanggapinya, akan tetapi Anda malah mempersoalkan poros tengah ?

Irwan:
Sudah saya tanggapi dengan mengatakan kecewa.
Poros tengah saya permasalahkan juga karena semua ini tidak lepas dari ulah
poros tengah juga. Semoga dengan kejadian ini poros tengah bisa sadar dan
lebih mendahulukan demokrasi rakyat ketimbang demokrasi kumpul2.
Yang namanya demokrasi rakyat itu tidak harus bisa dilihat hitam atas
putih,
tapi jauh lebih penting harus ada di dalam hati sanubari setiap pejuangnya,
pejuang demokrasi rakyat.

tono:
  Sekarang sudah ketahuan khan ?  Bagaimana poros tengah akan mendukung
sebuah
  partai pemenang pemilu, bila anggota fraksi yang akan didukungnya pun
  sendiri tidak saling mendukung.

Irwan:
Heheheanda bisa saja, apa anda disini mau bilang anggota poros tengah
tadinya mau milih calon dari PDIP tapi terus berubah? Yang bener aja dong,
jangan dibolak-balik gitu dong faktanya:)

tono:
  Dan saya sih tetap percaya bahwa kondisi suatu kehidupan demokrasi di
  tingkat DPRD (apalagi DPRD DKI Jaya) akan merefleksikan kehidupan
demokrasi
  di tingkat nasional (DPR).

Irwan:
Maksudnya, demokrasi kumpul2 tersebut akan terus dilakukan oleh poros
tengah
ketimbang sadar diri dan kembali memperjuangkan demokrasi rakyat?
Kalau memang demikian, saya akan sedih.

tono:
  Kasihan rakyat yang sudah capek-capek datang ke TPS untuk memilih wakil
  mereka.  Kebanyakan mereka itu orang yang tidak tahu apa-apa.

Irwan:
Ya, betul. Kasihan pemilih PAN ternyata suaranya untuk PPP, kasiha pemilih
PK
ternyata suaranya untuk PPP, kasihandst. Inilah dampak dari demokrasi
kumpul2.
Bandingkan dengan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final,
pemenang/pengumpul suara terbanyak dialah yg langsung diangkat menjadi
ketua
termasuk menjadi presiden.
Jelas sekarang bukan perbedaan dari demokrasi kumpul2 dan demokrasi rakyat?


jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu



KETUA DPRD DKI

1999-09-13 Terurut Topik Nasrullah Idris

Sekitar 20 dari 30 orang anggota DPDR DKI dari PDI Perjuangan membelot dalam
pemilihan ketua DPRD DKI. Sehingga ketua DPRD DKI dipegang oleh anggota DPRD
asal TNI. Anggota DPRD DKI berjumlah 85 orang. Yang dicalonkan PDI-P hanya
memperoleh 9 suara.

Salam,

Nasrullah Idris



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-13 Terurut Topik Yumartono

Kutipan dari komentarnya Abdul Aziz Matnur (PK) :
"Kekalahan FPDI-P menunjukkan fraksi ini pecah di dalam dan tidak solid.
Ternyata diantara mereka banyak yang pro-status quo".

YMT

Sekitar 20 dari 30 orang anggota DPDR DKI dari PDI Perjuangan membelot
dalam
pemilihan ketua DPRD DKI. Sehingga ketua DPRD DKI dipegang oleh anggota
DPRD
asal TNI. Anggota DPRD DKI berjumlah 85 orang. Yang dicalonkan PDI-P hanya
memperoleh 9 suara.

Salam,

Nasrullah Idris



Re: KETUA DPRD DKI

1999-09-13 Terurut Topik Irwan Ariston Napitupulu

In a message dated 9/13/99 9:00:20 PM Eastern Daylight Time,
[EMAIL PROTECTED] writes:

 Kutipan dari komentarnya Abdul Aziz Matnur (PK) :
  "Kekalahan FPDI-P menunjukkan fraksi ini pecah di dalam dan tidak solid.
  Ternyata diantara mereka banyak yang pro-status quo".

  YMT


Irwan:
Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan
yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg
dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini
masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling
dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang?
Coba anda pikirkan sendiri, apakah memang para anggota
di poros tengah itu memang sudah sungguh2 tidak ingin
anggota TNI yg memimpin DPRD tersebut? Saya meragukan
hal tersebut karena mereka ternyata jelas2 tidak peduli
apakah TNI atau tidak yg akan memimpin. Logika sederhananya
saja, kalau mereka memang tidak ingin anggota TNI yg memimpin
DPRD DKI, maka mereka akan berikan suara mereka semuanya
kepada calon dari partai yg paling dipercayai oleh penduduk DKI
karena memang itu konsekuensi logis dari berdemokrasi.
Kenapa mereka tidak lakukan itu? Silahkan anda cari tahu
sendiri jawabannya:)

Semoga poros tengah segera sadar dan insaf untuk segera
bergabung kembali ke perjuangan rakyat, meneruskan gerakan
reformasi yg masih jauh dari selesai ini. Berdirilah bersama rakyat.

Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI. Tapi
setelah mempelajari dan memperhatikan lebih lanjut, jabatan
tersebut, ketua DPRD, bukanlah jabatan yg cukup vital mengingat
suara ketua dan anggota mempunyai kekuatan yg sama.
Karenanya bagi saya, tidak terlalu bermasalah.

jabat erat,
Irwan Ariston Napitupulu