Re: KETUA DPRD DKI
Y, si Efron balik lagi ke defaulnya. Menghina orang lain. Apa sudah hebat dari orang lain ? Jangan gitu lah !! :-( Soe -Original Message- From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 2:39 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI BUKAN! Mereka itu badut tengik! Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 14 September, 1999 14:41 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: KETUA DPRD DKI Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ? Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ? Soe -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat ketimbang melakukan demokrasi kumpul2? Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.
Re: KETUA DPRD DKI
BUKAN! Mereka itu badut tengik! Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 14 September, 1999 14:41 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: KETUA DPRD DKI Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ? Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ? Soe -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat ketimbang melakukan demokrasi kumpul2? Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.
Re: KETUA DPRD DKI
Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ? Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ? Soe -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat ketimbang melakukan demokrasi kumpul2? Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.
Re: KETUA DPRD DKI
Makanya saya tidak begitu yakin kalau bung Irwan benar-benar akan membela demokrasi rakyat. Karena kalau saya perhatikan dari tulisan-tulisan bung Irwan, dia terlalu terpesona oleh kemenangan PDI-P yang hanya bisa meraih suara sekitar tigapuluhan persen. Tidak melihat realitas kehidupan politis yang terjadi. Itikad untuk melihat kelemahan partai pemenang pemilu terkalahkan oleh itikad menjelekkan partai lain (poros tengah). Kembali ke demokrasi rakyat (itu istilah bung Irwan), sebagai contoh misalkan bila mayoritas penduduk Indonesia mengharapkan agar UUD 45 diganti dengan syariah Islam, apakah bung Irwan akan menerima hasil demokrasi rakyat tersebut ? Saya yakin tidak. Salam, YMT Ini salah satu contohnya mas. Diminta agar poros tengah sadar, memang selama ini tidak sadar, pingsan, atau bagaimana. Ini adalah contoh bahwa yg tidak sejalan dg PDIP dianggap tidak memperjuangkan rakyat. Yg berdiri bersama rakyat hanya PDIP. Yang begini ini sering anda lakukan, giliran ditulis dengan jelas maka penjelasan anda akan selalu seperti itu lagi. (Sebelum pemilu saya blah...blah...blah...). Semoga poros tengah segera sadar dan insaf untuk segera bergabung kembali ke perjuangan rakyat, meneruskan gerakan reformasi yg masih jauh dari selesai ini. Berdirilah bersama rakyat. Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI. Tapi setelah mempelajari dan memperhatikan lebih lanjut, jabatan tersebut, ketua DPRD, bukanlah jabatan yg cukup vital mengingat suara ketua dan anggota mempunyai kekuatan yg sama. Karenanya bagi saya, tidak terlalu bermasalah. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: KETUA DPRD DKI
Memang Sdr. Irwan belum belajar juga. Tidak ada demokrasi kumpul-kumpul. Selama pemilihan presiden masih harus melewati dua jenjang, artinya jenjang pertama tidak memilih presiden. Sudah banyak yang menerangkan hal ini kepada Sdr. Irwan dan kelihatannya tanpa hasil. Kesimpulannya Sdr. Irwan hendak membuat sistem demokrasi baru yaitu Demokrasi Irwan sebagai lawan so called demokrasi kumpul-kumpul. Mestinya Sdr. Irwan sadar selama sistem pemilihan masih seperti ini, maka ikutilah aturan mainnya. Aturan mainnya yaitu, pilih wakil rakyat, lalu wakil rakyat memilih presiden. Bila aturan mainnya diterima oleh peserta, maka permainan ini sifatnya sudah demokratis. Bila tidak menerima aturan main tersebut, maka perlu usul aturan yg dikehendaki, lalu dimintakan persetujuan dari peserta yg lain. Yang terjadi di dalam politik Indonesia, banyak partai yang menghendaki aturan main itu diubah menjadi sistem pemilihan langsung. Beberapa partai lain seperti PDIP adalah salah satu partai yg paling getol mempertahankan sistem yang sekarang ada. Ironisnya tokoh-tokoh partai PDIP (setelah mengetahui partainya mengumpulan suara terbanyak) menghendaki agar pemilihan umum dianggap sebagai pemilihan langsung presiden, dan SU MPR hanyalah untuk mengesahan saja. Menurut saya, tindakan ini adalah tindakan pengecut, di mana hanya mementingkan kelompok sendiri. Bila menguntungkan, maka dicarilah argumen agar tujuan kelompoknya tercapai. Kepengecutan kelompok ini belum berakhir sampai di sini. Dengan segala daya upaya kelompok PDIP mendiskreditkan kelompok lain yang juga sedang menyusun kekuatan. Menyadari ancaman bagi PDIP tersebut, maka dicari slogan-slogan seperti 'Keputusan rakyat adalah keputusan final', 'poros tengah agar kembali memperjuangkan rakyat', dlsb dengan satu tujuan agar tujuan PDIP dalam menggolkan capresnya dapat berjalan dengan mulus. Mestinya bila memang hendak menyalurkan keputusan rakyat sebagai keputusan final, maka tata aturan pemilihan presiden harus diubah menjadi pemilihan langsung. Herannya justru PDIP yang paling keras menolak untuk mengubahnya. Pertanyaannya: Jadi siap yang tidak menghendaki slogan 'keputusan rakyat adalah keputusan final'? Justru PDIP kan? +anjas -- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: KETUA DPRD DKI Date: Tue, 14 Sep 1999 03:32:15 EDT In a message dated 9/14/99 3:09:03 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Nah, kenapa kalau sudah tahu sistem demokrasi di Indonesia begitu, masih ngotot untuk menyatakan bahwa capres dari partai pemenang pemilu harus jadi presiden. Irwan: Itulah sebabnya saya tuntut para anggota dewan yg mengaku reformis untuk kembali ke demokrasi yg benar, demokrasi rakyat. Demokrasi rakyat tidak butuh harus tertulis hitam atas putih karena demokrasi rakyat yg sebenarnya merupakan suatu semangat yg ada pada setiap diri individunya yg akan selalu konsisten untuk memperjuangkannya walau tanpa ada tulisan hitam atas putihnya. Saya tetap ngotot karena saya ngga kepengen melihat demokrasi kumpul2 tumbuh subur di tanah air. Saya akan terus menyuarakan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final. tono: Kenapa partai pemenang pemilu tidak melakukan konsolidasi kedalam untuk mempersiapkan wakil-wakilnya agar tidak mudah disuap oleh segepok uang ? Irwan: Siapa yg disogok? Kalau disogok, kenapa harus masuknya terlambat? Saya kira mereka melakukan itu karena melihat ada demokrasi kumpul2 yg kita kenal dengan kelompok poros tengah. Mereka rapat dan tampaknya melakukan tindakan yg sama yaitu dengan melakukan demokrasi kumpul2 juga yg menurut saya akan ada imbalan selanjutnya berupa dukungan yg sama untuk wilayah lain. Inilah repotnya kalau demokrasi kumpul2 dibudayakan, suara rakyat jadi dinomor duakan. Itulah sebabnya kenapa saya ngotot agar demokrasi rakyat ditegakan. Saya tidak suka dengan demokrasi kumpul2 termasuk yg dilakukan oleh PDIP. Karenanya saya mengharapkan kepada semua pelaku demokrasi kumpul2 untuk segera sadar diri dan kembali ke demokrasi yg benar, demokrasi rakyat, suara rakyat adalah suara final. tono: Kenapa partai pemenang pemilu tidak secara rendah hati mendekati partai-partai lainnya untuk melicinkan jalannya sang capres tsb ? Irwan: Seperti saya katakan, dalam demokrasi rakyat suara rakyat adalah suara final. Kalau semua pihak bertobat dan menjalankan demokrasi rakyat, maka ngga perlu ada licin melicinkan. Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat ketimbang melakukan demokrasi kumpul2? Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2. tono: Kenapa partai pemenang pemilu begitu tertutupnya terhadap keinginan sebagian rakyat untuk mengetahui program-programnya ? Irwan: Cerita basi, program2 bisa dilihat dan didapatkan. Ini cerita sebelum pemilu kalau mau mengaitkan pada pencalonan. Kalau setelah
Re: KETUA DPRD DKI
Pertanyaan oratoris dan klise! Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 14 September, 1999 13:40 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: KETUA DPRD DKI Irwan: Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang? Rakyat ? Rakyat yang mana ? :-) Capres ? Capres yang mana ? :-) Soe :-)
Re: KETUA DPRD DKI
Saya tak menghina. Ini fakta. Negeri makin terpuruk sementara mereka main-main. Apa ini bukan kerjaan badut tengik. Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 14 September, 1999 14:48 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: KETUA DPRD DKI Y, si Efron balik lagi ke defaulnya. Menghina orang lain. Apa sudah hebat dari orang lain ? Jangan gitu lah !! :-( Soe -Original Message- From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 2:39 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI BUKAN! Mereka itu badut tengik! Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 14 September, 1999 14:41 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: KETUA DPRD DKI Apa Anda kira yang namanya Poros Tengah itu bukan rakyat juga ? Apa Anda pikir rakyat Anda lebih hebat dari rakyat poros tengah ? Soe -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 2:29 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI Sudahkah poros tengah menjunjung tinggi demokrasi rakyat ketimbang melakukan demokrasi kumpul2? Saya harapkan agar semua wakil yg terpilih memiliki semangat demokrasi rakyat jangan demokrasi kumpul2.
Re: KETUA DPRD DKI
Oratoris dan klise mana sama statemennya si Irwan. Daripada diam diam eh terus nangis. Nggak jelas apa yang ditangisi. Nangis Timtim, Ambon, Aceh apa lagi kupas bawang :-) Soe. -Original Message- From: Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 1:59 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI Pertanyaan oratoris dan klise! Efron -Original Message- From: Suhendri [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 14 September, 1999 13:40 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: KETUA DPRD DKI Irwan: Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang? Rakyat ? Rakyat yang mana ? :-) Capres ? Capres yang mana ? :-) Soe :-)
Re: KETUA DPRD DKI
Irwan: Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang? Coba anda pikirkan sendiri, apakah memang para anggota di poros tengah itu memang sudah sungguh2 tidak ingin anggota TNI yg memimpin DPRD tersebut? Saya meragukan hal tersebut karena mereka ternyata jelas2 tidak peduli apakah TNI atau tidak yg akan memimpin. Logika sederhananya saja, kalau mereka memang tidak ingin anggota TNI yg memimpin DPRD DKI, maka mereka akan berikan suara mereka semuanya kepada calon dari partai yg paling dipercayai oleh penduduk DKI karena memang itu konsekuensi logis dari berdemokrasi. Kenapa mereka tidak lakukan itu? Silahkan anda cari tahu sendiri jawabannya:) Semoga poros tengah segera sadar dan insaf untuk segera bergabung kembali ke perjuangan rakyat, meneruskan gerakan reformasi yg masih jauh dari selesai ini. Berdirilah bersama rakyat. Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI. Tapi setelah mempelajari dan memperhatikan lebih lanjut, jabatan tersebut, ketua DPRD, bukanlah jabatan yg cukup vital mengingat suara ketua dan anggota mempunyai kekuatan yg sama. Karenanya bagi saya, tidak terlalu bermasalah. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu Sebenarnya saya ingin mengharapkan jawaban bung Irwan yang mengena pada substansi permasalahan. Sebagaimana yang sering bung Irwan katakan, bahwa Anda akan mendukung partai manapun asalkan mereka menjalankan demokrasi secara konsisten. Nah, sekarang kenapa bila ada sebagian besar anggota fraksi PDI-P yang mbalelo (tidak membawa aspirasi masyarakat) Anda tidak menanggapinya, akan tetapi Anda malah mempersoalkan poros tengah ? Sekarang sudah ketahuan khan ? Bagaimana poros tengah akan mendukung sebuah partai pemenang pemilu, bila anggota fraksi yang akan didukungnya pun sendiri tidak saling mendukung. Dan saya sih tetap percaya bahwa kondisi suatu kehidupan demokrasi di tingkat DPRD (apalagi DPRD DKI Jaya) akan merefleksikan kehidupan demokrasi di tingkat nasional (DPR). Kasihan rakyat yang sudah capek-capek datang ke TPS untuk memilih wakil mereka. Kebanyakan mereka itu orang yang tidak tahu apa-apa. Salam, YMT
Re: KETUA DPRD DKI
Nah, kenapa kalau sudah tahu sistem demokrasi di Indonesia begitu, masih ngotot untuk menyatakan bahwa capres dari partai pemenang pemilu harus jadi presiden. Kenapa partai pemenang pemilu tidak melakukan konsolidasi kedalam untuk mempersiapkan wakil-wakilnya agar tidak mudah disuap oleh segepok uang ? Kenapa partai pemenang pemilu tidak secara rendah hati mendekati partai-partai lainnya untuk melicinkan jalannya sang capres tsb ? Kenapa partai pemenang pemilu begitu tertutupnya terhadap keinginan sebagian rakyat untuk mengetahui program-programnya ? Masih banyak pertanyaan-pertanyaan dan introspeksi yang menjadi PR bagi partai pemenang pemilu. Bung Irwan, kalau Anda berada di Indonesia Anda bisa menyaksikan bagaimana "demokrasinya" partai yang Anda sebut sebagai partainya pejuang reformasi. Salam, YMT Irwan: Ya, betul. Kasihan pemilih PAN ternyata suaranya untuk PPP, kasiha pemilih PK ternyata suaranya untuk PPP, kasihandst. Inilah dampak dari demokrasi kumpul2. Bandingkan dengan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final, pemenang/pengumpul suara terbanyak dialah yg langsung diangkat menjadi ketua termasuk menjadi presiden. Jelas sekarang bukan perbedaan dari demokrasi kumpul2 dan demokrasi rakyat? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: KETUA DPRD DKI
In a message dated 9/14/99 2:18:51 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: tono: Sebenarnya saya ingin mengharapkan jawaban bung Irwan yang mengena pada substansi permasalahan. Irwan: Sudah saya jawab, saya kecewa. Saya kutipkan saja kata2 saya tersebut, "Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI." Kekecewaan itu saya limpahkan tidak hanya pada anggota DPRD dari PDIP yg memilih TNI tapi juga anggota DPRD yg mengaku reformis yg saat ini bergabung di poros tengah. Karena ulah mereka yg mbalelo dari gerakan reformasi semula dan memilih lebih baik gerakan reformasi pecah itulah makanya peristiwa ini terjadi. Sayang sekali bukan? Padahal, kalau masing2 partai tidak mbalelo dari suara rakyat yg dibawanya, maka sudah pasti hanya partai pemenang pemilu di wilayah itulah yg akan memimpin. Akibat ulah kasak-kusuk poros tengah maka terjadilah "musibah" ini. tono: Sebagaimana yang sering bung Irwan katakan, bahwa Anda akan mendukung partai manapun asalkan mereka menjalankan demokrasi secara konsisten. Irwan: Kalau kita mau konsisten, maka partai pemenang pemilu di daerah tersebutlah yg otomatis menjabat sebagai ketua. Ini kalau kita mau bicara demokrasi putih, bukan demokrasi kumpul2. Kalau seandainya di DKI yg menang partai PAN, silahkan calon dari PAN yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jabar seandainya yg menang partai PKB, silahkan calon dari PKB yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jatim seandainya yg menang partai Golkar, silahkan calon dari Golkar yg jadi ketua DPRD. Sangat demokratis bukan? Ingatlah, demokrasi rakyat tidak sama dengan demokrasi kumpul2. tono: Nah, sekarang kenapa bila ada sebagian besar anggota fraksi PDI-P yang mbalelo (tidak membawa aspirasi masyarakat) Anda tidak menanggapinya, akan tetapi Anda malah mempersoalkan poros tengah ? Irwan: Sudah saya tanggapi dengan mengatakan kecewa. Poros tengah saya permasalahkan juga karena semua ini tidak lepas dari ulah poros tengah juga. Semoga dengan kejadian ini poros tengah bisa sadar dan lebih mendahulukan demokrasi rakyat ketimbang demokrasi kumpul2. Yang namanya demokrasi rakyat itu tidak harus bisa dilihat hitam atas putih, tapi jauh lebih penting harus ada di dalam hati sanubari setiap pejuangnya, pejuang demokrasi rakyat. tono: Sekarang sudah ketahuan khan ? Bagaimana poros tengah akan mendukung sebuah partai pemenang pemilu, bila anggota fraksi yang akan didukungnya pun sendiri tidak saling mendukung. Irwan: Heheheanda bisa saja, apa anda disini mau bilang anggota poros tengah tadinya mau milih calon dari PDIP tapi terus berubah? Yang bener aja dong, jangan dibolak-balik gitu dong faktanya:) tono: Dan saya sih tetap percaya bahwa kondisi suatu kehidupan demokrasi di tingkat DPRD (apalagi DPRD DKI Jaya) akan merefleksikan kehidupan demokrasi di tingkat nasional (DPR). Irwan: Maksudnya, demokrasi kumpul2 tersebut akan terus dilakukan oleh poros tengah ketimbang sadar diri dan kembali memperjuangkan demokrasi rakyat? Kalau memang demikian, saya akan sedih. tono: Kasihan rakyat yang sudah capek-capek datang ke TPS untuk memilih wakil mereka. Kebanyakan mereka itu orang yang tidak tahu apa-apa. Irwan: Ya, betul. Kasihan pemilih PAN ternyata suaranya untuk PPP, kasiha pemilih PK ternyata suaranya untuk PPP, kasihandst. Inilah dampak dari demokrasi kumpul2. Bandingkan dengan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final, pemenang/pengumpul suara terbanyak dialah yg langsung diangkat menjadi ketua termasuk menjadi presiden. Jelas sekarang bukan perbedaan dari demokrasi kumpul2 dan demokrasi rakyat? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: KETUA DPRD DKI
Indahnya DEMOKRASI ... Makanya Anda harus belajar ber demokrasi dulu. Soe :-) -Original Message- From: Irwan Ariston Napitupulu [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Tuesday, September 14, 1999 1:43 PM Subject: Re: KETUA DPRD DKI In a message dated 9/14/99 2:18:51 AM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: tono: Sebenarnya saya ingin mengharapkan jawaban bung Irwan yang mengena pada substansi permasalahan. Irwan: Sudah saya jawab, saya kecewa. Saya kutipkan saja kata2 saya tersebut, "Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI." Kekecewaan itu saya limpahkan tidak hanya pada anggota DPRD dari PDIP yg memilih TNI tapi juga anggota DPRD yg mengaku reformis yg saat ini bergabung di poros tengah. Karena ulah mereka yg mbalelo dari gerakan reformasi semula dan memilih lebih baik gerakan reformasi pecah itulah makanya peristiwa ini terjadi. Sayang sekali bukan? Padahal, kalau masing2 partai tidak mbalelo dari suara rakyat yg dibawanya, maka sudah pasti hanya partai pemenang pemilu di wilayah itulah yg akan memimpin. Akibat ulah kasak-kusuk poros tengah maka terjadilah "musibah" ini. tono: Sebagaimana yang sering bung Irwan katakan, bahwa Anda akan mendukung partai manapun asalkan mereka menjalankan demokrasi secara konsisten. Irwan: Kalau kita mau konsisten, maka partai pemenang pemilu di daerah tersebutlah yg otomatis menjabat sebagai ketua. Ini kalau kita mau bicara demokrasi putih, bukan demokrasi kumpul2. Kalau seandainya di DKI yg menang partai PAN, silahkan calon dari PAN yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jabar seandainya yg menang partai PKB, silahkan calon dari PKB yg jadi ketua DPRD. Kalau di Jatim seandainya yg menang partai Golkar, silahkan calon dari Golkar yg jadi ketua DPRD. Sangat demokratis bukan? Ingatlah, demokrasi rakyat tidak sama dengan demokrasi kumpul2. tono: Nah, sekarang kenapa bila ada sebagian besar anggota fraksi PDI-P yang mbalelo (tidak membawa aspirasi masyarakat) Anda tidak menanggapinya, akan tetapi Anda malah mempersoalkan poros tengah ? Irwan: Sudah saya tanggapi dengan mengatakan kecewa. Poros tengah saya permasalahkan juga karena semua ini tidak lepas dari ulah poros tengah juga. Semoga dengan kejadian ini poros tengah bisa sadar dan lebih mendahulukan demokrasi rakyat ketimbang demokrasi kumpul2. Yang namanya demokrasi rakyat itu tidak harus bisa dilihat hitam atas putih, tapi jauh lebih penting harus ada di dalam hati sanubari setiap pejuangnya, pejuang demokrasi rakyat. tono: Sekarang sudah ketahuan khan ? Bagaimana poros tengah akan mendukung sebuah partai pemenang pemilu, bila anggota fraksi yang akan didukungnya pun sendiri tidak saling mendukung. Irwan: Heheheanda bisa saja, apa anda disini mau bilang anggota poros tengah tadinya mau milih calon dari PDIP tapi terus berubah? Yang bener aja dong, jangan dibolak-balik gitu dong faktanya:) tono: Dan saya sih tetap percaya bahwa kondisi suatu kehidupan demokrasi di tingkat DPRD (apalagi DPRD DKI Jaya) akan merefleksikan kehidupan demokrasi di tingkat nasional (DPR). Irwan: Maksudnya, demokrasi kumpul2 tersebut akan terus dilakukan oleh poros tengah ketimbang sadar diri dan kembali memperjuangkan demokrasi rakyat? Kalau memang demikian, saya akan sedih. tono: Kasihan rakyat yang sudah capek-capek datang ke TPS untuk memilih wakil mereka. Kebanyakan mereka itu orang yang tidak tahu apa-apa. Irwan: Ya, betul. Kasihan pemilih PAN ternyata suaranya untuk PPP, kasiha pemilih PK ternyata suaranya untuk PPP, kasihandst. Inilah dampak dari demokrasi kumpul2. Bandingkan dengan demokrasi rakyat dimana suara rakyat adalah suara final, pemenang/pengumpul suara terbanyak dialah yg langsung diangkat menjadi ketua termasuk menjadi presiden. Jelas sekarang bukan perbedaan dari demokrasi kumpul2 dan demokrasi rakyat? jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
KETUA DPRD DKI
Sekitar 20 dari 30 orang anggota DPDR DKI dari PDI Perjuangan membelot dalam pemilihan ketua DPRD DKI. Sehingga ketua DPRD DKI dipegang oleh anggota DPRD asal TNI. Anggota DPRD DKI berjumlah 85 orang. Yang dicalonkan PDI-P hanya memperoleh 9 suara. Salam, Nasrullah Idris
Re: KETUA DPRD DKI
Kutipan dari komentarnya Abdul Aziz Matnur (PK) : "Kekalahan FPDI-P menunjukkan fraksi ini pecah di dalam dan tidak solid. Ternyata diantara mereka banyak yang pro-status quo". YMT Sekitar 20 dari 30 orang anggota DPDR DKI dari PDI Perjuangan membelot dalam pemilihan ketua DPRD DKI. Sehingga ketua DPRD DKI dipegang oleh anggota DPRD asal TNI. Anggota DPRD DKI berjumlah 85 orang. Yang dicalonkan PDI-P hanya memperoleh 9 suara. Salam, Nasrullah Idris
Re: KETUA DPRD DKI
In a message dated 9/13/99 9:00:20 PM Eastern Daylight Time, [EMAIL PROTECTED] writes: Kutipan dari komentarnya Abdul Aziz Matnur (PK) : "Kekalahan FPDI-P menunjukkan fraksi ini pecah di dalam dan tidak solid. Ternyata diantara mereka banyak yang pro-status quo". YMT Irwan: Terlalu cepat dan terlalu sederhana dalam melihat permasalahan yg ada. Pernahkah mereka mempertanyakan apa yg dilakukan oleh sebagian poros tengah yg sampai saat ini masih terus berusaha menjegal capres dari partai yg paling dipercayai oleh rakyat untuk memimpin pemerintahan mendatang? Coba anda pikirkan sendiri, apakah memang para anggota di poros tengah itu memang sudah sungguh2 tidak ingin anggota TNI yg memimpin DPRD tersebut? Saya meragukan hal tersebut karena mereka ternyata jelas2 tidak peduli apakah TNI atau tidak yg akan memimpin. Logika sederhananya saja, kalau mereka memang tidak ingin anggota TNI yg memimpin DPRD DKI, maka mereka akan berikan suara mereka semuanya kepada calon dari partai yg paling dipercayai oleh penduduk DKI karena memang itu konsekuensi logis dari berdemokrasi. Kenapa mereka tidak lakukan itu? Silahkan anda cari tahu sendiri jawabannya:) Semoga poros tengah segera sadar dan insaf untuk segera bergabung kembali ke perjuangan rakyat, meneruskan gerakan reformasi yg masih jauh dari selesai ini. Berdirilah bersama rakyat. Saya kecewa DPRD DKI dipimpin oleh anggota TNI. Tapi setelah mempelajari dan memperhatikan lebih lanjut, jabatan tersebut, ketua DPRD, bukanlah jabatan yg cukup vital mengingat suara ketua dan anggota mempunyai kekuatan yg sama. Karenanya bagi saya, tidak terlalu bermasalah. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu