Re: This is the hecked

1999-02-18 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Mending cari pegangan aja dech ...:)

FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY wrote:

 Maksud buat yg mana ya...? Kalau bingung ya tinggal cari
 tiang buat pegangan ikut bingung apa sih yg dibingungkan.

 Blucer Rajagukguk wrote:
 
  mas, maksudnya apa sich  bingung
 
  . Brawijaya wrote:
  
   Weleh-weleh...semangatnya kok ditumpahkan ke saya.
   Ya...pelanggaran aturan yg lain jangan dijadikan alasan
   untuk melanggar aturan yg lain lagi. Nanti semua main
   langgar-langgaran. Yang namanya pelanggaran pasti akan
   ada. Korupsi dilarang ya bakal tetap ada. Cuma yg jadi
   masalah sampai seberapa besar kebocoran yg masih dapat
   diterima. Yang namanya sistem pasti ya ada bocornya toh?
   Sebagai conto, mosok pemerintah AS nggak ada korupsi?
   Yg bener aje...hehehe...
  
   Masalah orang keturunan nggak membantu proses kemerdekaan
   mah pendapat pribadi temennya tuh. Orang lain nggak ada yg
   bilang gitu kok. Sebatas kapasitas ana sebagai kuli sih,
   jelas bukan itu alasannya. Alasannya mungkin dapat ditelusuri
   sendiri tuh. Kayaknya ada sejarahnya. Masalah bener tidaknya ya
   dinilai sendiri... Diskusi semacam itu pernah ada di milis
   yg dikomandoi syracuse juga tuh. Coba aja tanya, sekalian ngetest
   kemampuan meretrieve data merekahehe...
  
   Sampai kapan bisa direalisasi? Ya jangan tanya ke saya mas,
   lha wong student kuli bangunan kok ditanya. Memang agendanya
   orang masih pada padat mau bagaimana lagi Ya memang
   semua penting, tapi tetap ada yg lebih penting dari yg penting
   tho Rak yo ngono tho den...
  
   Monggo,



Re: This is the hecked

1999-02-17 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Pake barongsai juga no problem. Biarkan budaya lain memperkaya budaya
Indonesia. Apakah Natal dari Indonesia?? Apakah Idul Fitri dari
Indonesia? Apakah Galungan dari Indonesia?? Bukankah semua perayaan ini
berasal dari bangsa lain.
Sekarang jaman globalisasi, sudah saatnya kita membuka wawasan dengan
mau menerima kebudayaan lain. Apakah ada yang salah dengan barongsai
selain budaya itu berasal dari Cina?? Jadi jelas yang dipertentangkan
karena barongsai itu menunjukkan budaya Cina yang banyak dimusuhi pihak
tertentu.
peace.

Andrew G Pattiwael wrote:

 Dear Permias@,

 Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai
 pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar.
 Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan
 hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan
 para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu
 mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan
 dengan  kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim.

 Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh?
 kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH!
 Kenapa mereka tidak boleh?

 Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh
 Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA
 yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya.
 Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang
 bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui
 5 Agama Besar saja?

 Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA?
 Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan...

 Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu
 dilarang (Yang seharusnya tidak kan). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah
 tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A
 ngga usah pakai barongsai etc...

 Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita
 sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan
 Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI.

 Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya
 menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang
 diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak
 ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya
 bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan.

 seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan,
 sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat.

 Salam Permias@,

 Andrew

 On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote:

  Pemerintah SARA
 
  Minggu, 14 Februari 1999
  Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara
 
  http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm
 
  Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan
  Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi?
 
  Aneh sekali...
 
  --
  Indi
 
  Visit my world: http://pagina.de/indradi
 



Re: This is the hecked

1999-02-17 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

mas, maksudnya apa sich  bingung

. Brawijaya wrote:

 Weleh-weleh...semangatnya kok ditumpahkan ke saya.
 Ya...pelanggaran aturan yg lain jangan dijadikan alasan
 untuk melanggar aturan yg lain lagi. Nanti semua main
 langgar-langgaran. Yang namanya pelanggaran pasti akan
 ada. Korupsi dilarang ya bakal tetap ada. Cuma yg jadi
 masalah sampai seberapa besar kebocoran yg masih dapat
 diterima. Yang namanya sistem pasti ya ada bocornya toh?
 Sebagai conto, mosok pemerintah AS nggak ada korupsi?
 Yg bener aje...hehehe...

 Masalah orang keturunan nggak membantu proses kemerdekaan
 mah pendapat pribadi temennya tuh. Orang lain nggak ada yg
 bilang gitu kok. Sebatas kapasitas ana sebagai kuli sih,
 jelas bukan itu alasannya. Alasannya mungkin dapat ditelusuri
 sendiri tuh. Kayaknya ada sejarahnya. Masalah bener tidaknya ya
 dinilai sendiri... Diskusi semacam itu pernah ada di milis
 yg dikomandoi syracuse juga tuh. Coba aja tanya, sekalian ngetest
 kemampuan meretrieve data merekahehe...

 Sampai kapan bisa direalisasi? Ya jangan tanya ke saya mas,
 lha wong student kuli bangunan kok ditanya. Memang agendanya
 orang masih pada padat mau bagaimana lagi Ya memang
 semua penting, tapi tetap ada yg lebih penting dari yg penting
 tho Rak yo ngono tho den...

 Monggo,

 On Feb 14,  4:25pm, Andrew G Pattiwael wrote:
  Subject: Re: This is the hecked
  Bukan semangat lagi,
 
  Berdasarkan keputusan inpres,
  masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)?
  Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul.
  aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan?
  buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU
  tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya
  sarcasm saya saja)
 
  apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri?
  apa karena itu kebudayaan orang cina?
  atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah
 membantu
  dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !)
 
  Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah..
  jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga
  banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua.
  jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan.
 
  kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet?
  kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk,
  penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan
  atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus
  TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI
  lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya...
  nambah terus
 
  Untuk Yahudi, ide  bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan
  hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah
  ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur
  lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI.
  Ya susah lagi-susah lagi
 
  Salam Permias@,
  Andrew Pattiwael
 
 
  On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote:
 
   Wah semangat bangettapi bagus itu...
   Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh
   Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres.
   Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan.
   Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg
   mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan,
   mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya
   yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda
   Pemilu dan Timtim selesai kali 'Kali...
  
   Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind?
   Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi..
  
  



Re: This is the hecked

1999-02-17 Terurut Topik FNU Brawijaya, RPI, Troy, NY

Maksud buat yg mana ya...? Kalau bingung ya tinggal cari
tiang buat pegangan ikut bingung apa sih yg dibingungkan.



Blucer Rajagukguk wrote:

 mas, maksudnya apa sich  bingung

 . Brawijaya wrote:
 
  Weleh-weleh...semangatnya kok ditumpahkan ke saya.
  Ya...pelanggaran aturan yg lain jangan dijadikan alasan
  untuk melanggar aturan yg lain lagi. Nanti semua main
  langgar-langgaran. Yang namanya pelanggaran pasti akan
  ada. Korupsi dilarang ya bakal tetap ada. Cuma yg jadi
  masalah sampai seberapa besar kebocoran yg masih dapat
  diterima. Yang namanya sistem pasti ya ada bocornya toh?
  Sebagai conto, mosok pemerintah AS nggak ada korupsi?
  Yg bener aje...hehehe...
 
  Masalah orang keturunan nggak membantu proses kemerdekaan
  mah pendapat pribadi temennya tuh. Orang lain nggak ada yg
  bilang gitu kok. Sebatas kapasitas ana sebagai kuli sih,
  jelas bukan itu alasannya. Alasannya mungkin dapat ditelusuri
  sendiri tuh. Kayaknya ada sejarahnya. Masalah bener tidaknya ya
  dinilai sendiri... Diskusi semacam itu pernah ada di milis
  yg dikomandoi syracuse juga tuh. Coba aja tanya, sekalian ngetest
  kemampuan meretrieve data merekahehe...
 
  Sampai kapan bisa direalisasi? Ya jangan tanya ke saya mas,
  lha wong student kuli bangunan kok ditanya. Memang agendanya
  orang masih pada padat mau bagaimana lagi Ya memang
  semua penting, tapi tetap ada yg lebih penting dari yg penting
  tho Rak yo ngono tho den...
 
  Monggo,



This is the hecked

1999-02-14 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Dear Permias@,

Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai
pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar.
Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan
hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan
para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu
mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan
dengan  kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim.

Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh?
kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH!
Kenapa mereka tidak boleh?

Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh
Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA
yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya.
Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang
bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui
5 Agama Besar saja?

Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA?
Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan...

Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu
dilarang (Yang seharusnya tidak kan). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah
tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A
ngga usah pakai barongsai etc...

Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita
sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan
Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI.

Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya
menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang
diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak
ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya
bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan.

seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan,
sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat.

Salam Permias@,

Andrew




On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote:

 Pemerintah SARA

 Minggu, 14 Februari 1999
 Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara

 http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm

 Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan
 Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi?

 Aneh sekali...

 --
 Indi

 Visit my world: http://pagina.de/indradi




Re: This is the hecked

1999-02-14 Terurut Topik Brawijaya

Wah semangat bangettapi bagus itu...
Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh
Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres.
Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan.
Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg
mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan,
mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya
yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda
Pemilu dan Timtim selesai kali 'Kali...

Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind?
Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi..



Andrew G Pattiwael wrote:

 Dear Permias@,

 Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai
 pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar.
 Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan
 hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan
 para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu
 mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan
 dengan  kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim.

 Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh?
 kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH!
 Kenapa mereka tidak boleh?

 Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh
 Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA
 yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya.
 Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang
 bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui
 5 Agama Besar saja?

 Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA?
 Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan...

 Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu
 dilarang (Yang seharusnya tidak kan). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah
 tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A
 ngga usah pakai barongsai etc...

 Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita
 sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan
 Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI.

 Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya
 menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang
 diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak
 ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya
 bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan.

 seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan,
 sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat.

 Salam Permias@,

 Andrew

 On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote:

  Pemerintah SARA
 
  Minggu, 14 Februari 1999
  Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara
 
  http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm
 
  Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan
  Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi?
 
  Aneh sekali...
 
  --
  Indi
 
  Visit my world: http://pagina.de/indradi
 



Re: This is the hecked

1999-02-14 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Bukan semangat lagi,

Berdasarkan keputusan inpres,
masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)?
Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul.
aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan?
buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU
tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya
sarcasm saya saja)

apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri?
apa karena itu kebudayaan orang cina?
atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah membantu
dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !)

Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah..
jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga
banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua.
jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan.

kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet?
kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk,
penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan
atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus
TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI
lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya...
nambah terus

Untuk Yahudi, ide  bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan
hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah
ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur
lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI.
Ya susah lagi-susah lagi

Salam Permias@,
Andrew Pattiwael


On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote:

 Wah semangat bangettapi bagus itu...
 Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh
 Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres.
 Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan.
 Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg
 mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan,
 mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya
 yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda
 Pemilu dan Timtim selesai kali 'Kali...

 Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind?
 Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi..



 Andrew G Pattiwael wrote:

  Dear Permias@,
 
  Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai
  pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar.
  Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan
  hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan
  para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu
  mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan
  dengan  kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim.
 
  Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh?
  kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH!
  Kenapa mereka tidak boleh?
 
  Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh
  Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA
  yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya.
  Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang
  bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui
  5 Agama Besar saja?
 
  Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA?
  Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan...
 
  Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu
  dilarang (Yang seharusnya tidak kan). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah
  tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A
  ngga usah pakai barongsai etc...
 
  Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita
  sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan
  Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI.
 
  Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya
  menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang
  diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak
  ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya
  bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan.
 
  seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan,
  sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat.
 
  Salam Permias@,
 
  Andrew
 
  On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote:
 
   Pemerintah SARA
  
   Minggu, 14 Februari 1999
   Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara
  
   http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm
  
   Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan
   Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi?
  
   Aneh sekali...
  
   --
   Indi
  
   Visit my world: http://pagina.de/indradi
  




Re: This is the hecked

1999-02-14 Terurut Topik . Brawijaya

Weleh-weleh...semangatnya kok ditumpahkan ke saya.
Ya...pelanggaran aturan yg lain jangan dijadikan alasan
untuk melanggar aturan yg lain lagi. Nanti semua main
langgar-langgaran. Yang namanya pelanggaran pasti akan
ada. Korupsi dilarang ya bakal tetap ada. Cuma yg jadi
masalah sampai seberapa besar kebocoran yg masih dapat
diterima. Yang namanya sistem pasti ya ada bocornya toh?
Sebagai conto, mosok pemerintah AS nggak ada korupsi?
Yg bener aje...hehehe...

Masalah orang keturunan nggak membantu proses kemerdekaan
mah pendapat pribadi temennya tuh. Orang lain nggak ada yg
bilang gitu kok. Sebatas kapasitas ana sebagai kuli sih,
jelas bukan itu alasannya. Alasannya mungkin dapat ditelusuri
sendiri tuh. Kayaknya ada sejarahnya. Masalah bener tidaknya ya
dinilai sendiri... Diskusi semacam itu pernah ada di milis
yg dikomandoi syracuse juga tuh. Coba aja tanya, sekalian ngetest
kemampuan meretrieve data merekahehe...

Sampai kapan bisa direalisasi? Ya jangan tanya ke saya mas,
lha wong student kuli bangunan kok ditanya. Memang agendanya
orang masih pada padat mau bagaimana lagi Ya memang
semua penting, tapi tetap ada yg lebih penting dari yg penting
tho Rak yo ngono tho den...

Monggo,




On Feb 14,  4:25pm, Andrew G Pattiwael wrote:
 Subject: Re: This is the hecked
 Bukan semangat lagi,

 Berdasarkan keputusan inpres,
 masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)?
 Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul.
 aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan?
 buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU
 tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya
 sarcasm saya saja)

 apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri?
 apa karena itu kebudayaan orang cina?
 atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah
membantu
 dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !)

 Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah..
 jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga
 banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua.
 jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan.

 kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet?
 kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk,
 penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan
 atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus
 TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI
 lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya...
 nambah terus

 Untuk Yahudi, ide  bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan
 hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah
 ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur
 lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI.
 Ya susah lagi-susah lagi

 Salam Permias@,
 Andrew Pattiwael


 On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote:

  Wah semangat bangettapi bagus itu...
  Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh
  Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres.
  Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan.
  Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg
  mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan,
  mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya
  yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda
  Pemilu dan Timtim selesai kali 'Kali...
 
  Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind?
  Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi..
 
 



Re: This is the hecked

1999-02-14 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Ya disini tumpahin semangat kesitu karena hanya situ yang bisa
nyemangatin sini...heheheheh

situ student kuli bangunan/tukang insiyur, sini calon tukang gebuk :)

hayo mas brawi, kapan naik ke vt, kan deket dari troy...
entar kalau naik ke vt, bilang-bilang

salam,


pattiwael

On Sun, 14 Feb 1999, . Brawijaya wrote:

 Weleh-weleh...semangatnya kok ditumpahkan ke saya.
 Ya...pelanggaran aturan yg lain jangan dijadikan alasan
 untuk melanggar aturan yg lain lagi. Nanti semua main
 langgar-langgaran. Yang namanya pelanggaran pasti akan
 ada. Korupsi dilarang ya bakal tetap ada. Cuma yg jadi
 masalah sampai seberapa besar kebocoran yg masih dapat
 diterima. Yang namanya sistem pasti ya ada bocornya toh?
 Sebagai conto, mosok pemerintah AS nggak ada korupsi?
 Yg bener aje...hehehe...

 Masalah orang keturunan nggak membantu proses kemerdekaan
 mah pendapat pribadi temennya tuh. Orang lain nggak ada yg
 bilang gitu kok. Sebatas kapasitas ana sebagai kuli sih,
 jelas bukan itu alasannya. Alasannya mungkin dapat ditelusuri
 sendiri tuh. Kayaknya ada sejarahnya. Masalah bener tidaknya ya
 dinilai sendiri... Diskusi semacam itu pernah ada di milis
 yg dikomandoi syracuse juga tuh. Coba aja tanya, sekalian ngetest
 kemampuan meretrieve data merekahehe...

 Sampai kapan bisa direalisasi? Ya jangan tanya ke saya mas,
 lha wong student kuli bangunan kok ditanya. Memang agendanya
 orang masih pada padat mau bagaimana lagi Ya memang
 semua penting, tapi tetap ada yg lebih penting dari yg penting
 tho Rak yo ngono tho den...

 Monggo,




 On Feb 14,  4:25pm, Andrew G Pattiwael wrote:
  Subject: Re: This is the hecked
  Bukan semangat lagi,
 
  Berdasarkan keputusan inpres,
  masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)?
  Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul.
  aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan?
  buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU
  tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya
  sarcasm saya saja)
 
  apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri?
  apa karena itu kebudayaan orang cina?
  atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah
 membantu
  dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !)
 
  Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah..
  jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga
  banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua.
  jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan.
 
  kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet?
  kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk,
  penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan
  atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus
  TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI
  lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya...
  nambah terus
 
  Untuk Yahudi, ide  bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan
  hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah
  ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur
  lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI.
  Ya susah lagi-susah lagi
 
  Salam Permias@,
  Andrew Pattiwael
 
 
  On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote:
 
   Wah semangat bangettapi bagus itu...
   Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh
   Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres.
   Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan.
   Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg
   mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan,
   mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya
   yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda
   Pemilu dan Timtim selesai kali 'Kali...
  
   Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind?
   Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi..