[ppiindia] [Flashback] Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit
Buat mengingatkan saja kejadian beberapa bulan yang lalu... http://www.gusdur.net/indonesia/index.php? option=com_contenttask=viewid=2275Itemid=60 Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit Jakarta, gusdur.net Menteri Agama Maftuh Basyuni tidak main-main membenahi departemen yang dipimpinnya. Pembenahan internal seperti, pembenahan haji, peniadaan fasilitas pejabat berhaji gratis, perampingan jumlah petugas, pembabatan percaloan pemondokan dan pemberantasan KKN, sudah dijalankannya. Kemungkinan besar pembersihan itu juga akan dilebarkan hingga ke luar departemennya. Keseriusan ini ditunjukkan dalam pernyataan Maftuh yang berharap para penikmat Dana Abadi Umat (DAU), seperti Majelis Ulama Indonesia dan Sekjennya Din Syamsuddin juga diaudit. Pernyataan mantan Sekretaris Negara era Gus Dur ini terkait dengan sikap Sekjen MUI Din Syamsuddin yang meminta DAU untuk pesta pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-4. Pada waktu itu, Sekum MUI Din Syamsuddin menyesalkan ketidakpedulian Depag terhadap penyelenggaraan KUII ke-4. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya bantuan dana dari Depag terhadap penyelenggaraan acara tersebut. Tetapi kalau sampai Depag tidak memberikan perhatian pada urusan ummat hanya satu kata yang bisa saya sebut: Kenaifan! sesal Din Senin (18/4) seperti dikutip masjidistiqlal.com. Pernyataan Din itu membuat Departemen Agama geram. Bahkan Sekjen Depag Faisal Ismail dalam siaran persnya menilai Din mendiskreditkan Menteri Agama. Menurut Maftuh, Depag menolak mengeluarkan DAU untuk acara itu karena dana itu adalah amanat yang harus dipelihara dengan baik. Dan yang lebih berhak menggunakan dana tersebut adalah urusan haji. Dana itu bukan untuk semua kegiatan. Apalagi cuma pembukaan kongres, kata Maftuh seperti dikutip Gatra (14/5/ 2005). Diungkapkannya, saat itu Din meminta bantuan pembukaan KUII Rp 350 juta, rencananya di JCC dan mengerahkan 4000 orang. Orang sebanyak itu untuk apa kalau bukan kampanye. Di Istiqlal kan gak bayar. Listrik dan segala macam itu kami yang membayar, kata Maftuh. Maftuh menyatakan Din boleh saja marah karena permintaannya tidak dipenuhi. Tapi, kalau diucapkan terbuka oleh pemimpin kayak Din begitu, ndak pantes itu. Ndak punya moral, tegas Maftuh. Karena itu, Maftuh menilai pernyataan Din itu hanya untuk mendiskreditkan dirinya. Bahwa dia (Din red) menilai saya naif, itu hak dia. Tapi kalau dibilang bahwa Depag tidak membantu sepeserpun, pantas kalau keuangan MUI harus diaudit. Kekayaan Din juga perlu diaudit. Kantor MUI kami yang membiayai paling tidak listrik dan telepon. Itu apa? Klik juga: http://www.gusdur.net/downloadfolder/2005-06-21%20-%20gatra-upload-bp. jpg Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h1ir8m5/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124011975/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998;1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: KADAR KEMERDEKAAN BANGSA???
Catatan laluta: Refleksi diri seorang kawan menyatakan: Karena itu saya cuma mau tau kadar kemerdekaan bangsaku setelah 60 tahun merdeka dari penjajahan asing.(kutipan, subject KADAR KEMERDEKAAN??? oleh gustaf dupe). Untuk itu saya kirimkan juga sebuah ungkapan refleksi diri Heri Latief... La Luta Continua! Date: Fri, 12 Aug 2005 07:38:55 -0700 (PDT) From: heri latief [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [1708] Notulensi Sarasehan (tanggapan hl) di kbri kita masih melihat/merasa bahwa aura dari rejim orba masih mengisi ruangan hampa, dan ide yang lainnya dianggap meresahkan kekuasaan. lalu kita yang katanya memiliki pemikiran bebas ini rupanya di TEST, dicoba, apakah pengabdian kita kepada kaum miskin tertindas itu hanya basa-basi doang? siapa itu yang ngaku-ngaku bangsa indonesia? apa penindasan di tanah airnya cuma jadi cerita?! sejarah, ini soal sejarah maypren, bukan sekedar cerita. ada sesuatu yang sengaja dipoles, dalam bentuk yang aneh bin ajaib, misalnya: sejarah jutaan orang mati dan hilang, lalu kemana perginya para algojo? Gelapnya Sejarah Orang Gelap maap, saya orang gelap! saya bukan maling atau copet saya cuma tak punya ijin tinggal doang mau kerja apa saja asal halal dong maap, jangan lupa status saya saya bukan seperti apa yang kalian bayangkan saya tau mana yang beracun dan apa khasiatnya madu dunia kita sudah dibagi dalam aturan terang dan gelap saya tau itu, teman saya juga tau, gelap itu misteri kegelapan malam bukan sekedar gelapnya hitam lantas kalian pikir saya sukarela menggelapkan diri? gelap_grup aslinya tak ada yang berniat nyilem melulu saya adalah orang gelap produk dari dunia terang saya tak perlu belas kasihan dari sistim yang korup saya hanya mau bilang dunia gelap bisa lebih terang salam, heri latief -- From: Gustaf Dupe [EMAIL PROTECTED] Subject: KADAR KEMERDEKAAN BANGSA??? Date: Sat, 13 Aug 2005 19:05:45 +0700 60 TAHUN MERDEKA - KADAR KEMERDEKAAN BANGSA??? Saudara2 sebangsa yang bermukim di Nederland mengadakan serasehan 60 TAHUN MERDEKA di Kedubes RI di Den Haag tanggal 6 Agustus yang lalu. Kelompok Kerja Pelayanan Penjara (Pokja PLP PGI) mengadakan ibadah syukur 60 tahun merdeka mulai di penjara anak wanita di Tangerang tanggal 11 Agustus kemarin dulu dan akan diadakan di penjara2 lain pada hari2 ini. Dan tanggal 9 September yang akan datang Pokja PLP PGI akan mengadakan Refleksi 60 Tahun Merdeka dengan tema seperti tersebut di atas - mempertanyakan kadar kemerdekaan bangsa setelah 60 tahun merdeka dari penjajahan asing atau kolonialisme klasik. Itu berarti anak2 bangsa besar yang majemuk ini, dimanapun mereka berada, di pembuangan, di penjara, di alam bebas yang terpenjara, semuanya mencintai negerinya, bangsanya, tanahairnya, rakyatnya, kemerdekaannya. Keterbuangan di negeri orang, keterpenjaraan di balik terali besi maupun di alam bebas yang terpenjara ternyata tidak mampu menghambat dan memutuskan kecintaan dan kerinduannya terhadap negeri, tanahair, bangsa dan rakyatnya. Namun saya tidak paham apakah para penguasa negeri ini, baik yang di pemerintahan pada semua aras maupun yang di parlemen dan lembaga yudikatif pada semua aras serta para panglima dan komandan militer juga mencintai negeri, tanahair, bangsa dan rakyat yang bernama Indonesia ini. Demikian pula saya tidak paham apakah para pengusaha/perampok legal maupun ilegal juga mencintai negeri, tanahair, bangsa dan rakyat ini? Ketidak-pahaman saya ini bukanlah kebodohan. Ya tidak paham saja. Karena itulah dalam memperingati 60 tahun merdeka ini saya pertanyakan kadar kemerdekaan rakyat dan bangsaku. Kadar kemerdekaan itu tentu diukur dari beberapa nilai atau aspek, seperti kesejahteraan hidup, kedamaian, keadilan, kebebasan kecerdasan, intelektualitas, kesetaraan, kesadaran bermasyarakat majemuk, kemandirian, mentalitas patriot. Kenapa HDI (human development index) Indonesia sangat rendah dibandingkan bangsa2 lain yang lebih belakangan merdeka? Dan sebailknya mengapa index korupsi Indonesia harus unggul dari bangsa2 lain? Beberapa peristiwa dan kebijakan penguasa negeri ini di bulan Agustus 2005 ini makin meningkatkan ketidak-pahaman saya dan sekaligus menimbulkan keprihatinan yang mendalam terhadap bangsaku. Bulan Agustus adalah bulan proklamasi kemerdekan indonesia. Coba kita ikuti peristiwa2 atau kebijakan2 berikut ini: * Ketika berlangsung sidang pengadilan class action dari para korban tragedi kemanusiaan 1965/66 di pengadilan negeri Jakarta Pusat hari Rabu 3 Agustus (dan juga 20 Juli) sekelompok orang dengan atribut agama Islam mengadakan demo dengan pengeras suara yang haibat di depan gedung pengadilan. Dengan penuh semangat dan berapi2 para orator mereka menuntut agar pengadilan menolak tuntutan class action tersebut dan menghujat PKI sebagai pemberontak 1948 dan 1965, serta meneriakkan peringatan bahaya kebangkitan kembali PKI dan komunisme. Sebagian dari mereka bahkan masuk ke ruang sidang
[ppiindia] Dengan Bluetooth, Muda-Mudi Arab Saudi 'Bebas' Pacaran
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0508/14/int5.htm Internasional Minggu, 14 Agustus 2005 : 13.25 WIB Dengan Bluetooth, Muda-Mudi Arab Saudi 'Bebas' Pacaran Riyadh, CyberNews. Pacaran antara pasangan muda-mudi di Arab Saudi adalah hal yang sangat ditabukan dan dilarang, termasuk di tempat- tempat umum di mana pengelola biasanya memasang pembatas antara pengunjung pria dan wanita. Seperti restoran, hampir semua tempat makan di Riyadh telah memasang pembatas untuk menghindari para tamu pria dan wanitanya saling berpandangan dan melakukan kontak langsung. Biasanya dipasang tembok pembatas berbentuk bulat yang mengelilingi setiap meja makan di bagian tempat makan untuk keluarga, di mana hanya terbuka bagi wanita yang sendiri atau wanita yang diantar oleh kerabat dekat laki-lakinya. Sementara pengunjung pria ditempatkan di lantai dasar. Tapi pembatasan itu memacu kreativitas para muda mudi Arab Saudi yang sudah ngebet ingin pacaran, dan tempat paling strategis untuk ketemuan adalah di restoran. Dengan teknologi canggih, mereka bisa menyiasati aturan ketat tersebut. Mereka dengan aman dan nyaman saling bertukar nomor telepon, foto dan bahkan ciuman. Tapi itu tak dilakukan mereka secara kontak langsung, melainkan via telepon seluler yang memanfaatkan teknologi yang bernama Bluetooth, yang kerap ada dalam fitur telepon seluler kelas atas. Sekarang ini lebih menyenangkan datang ke restoran, kata Mona, 21, yang bersama dua teman wanitanya sedang giat-giatnya bertukar informasi dengan pria pilihan mereka yang dikirimkan melalui Bluetooth. Saya sudah memanfaatkan Bluetooth sejak pertama kali diperkenalkan tahun lalu. Kami selalu mencari hal baru untuk menyemarakkan hidup, kata Reem, 24, seorang wanita pengunjung restoran lainnya. Biasanya para wanita di Arab Saudi tidak akan menyebutkan namanya secara lengkap ketika berbicara soal komunikasi dengan lawan jenisnya. Pria dan wanita bukan muhrim yang tertangkap basah saling berbincang, berada dalam satu mobil atau saling berbagi makanan, akan ditangkap oleh polisi. Namun dengan Bluetooth 'ketemuan' menjadi aman dan terkendali. Para pengguna ponsel hanya perlu mengaktifkan fungsi Bluetooth di ponsel mereka dan kemudian tekan tombol 'search' untuk melihat siapa lagi yang memiliki fitur itu dalam jarak sekitar 9 meter. Bila lebih dari 9 meter, Bluetooth tidak dapat berfungsi. Mereka kemudian bisa mendapatkan daftar ID names orang lain di area yang tercakup Bluetooth itu, yang kebanyakan dalam bahasa Arab, namun dengan julukan yang aneh-aneh seperti poster boy, gadis sensitif, hati singa, pencuri hati, puteri kecil dan lain-lain. Dan ada juga yang menjurus vulgar seperti enak untuk disentuh dan Saudi gay club. Setelah mendapatkan ID Names itu, pengguna ponsel tinggal klik nama yang diminatinya untuk melakukan komunikasi. Fenomena tersebut mendapat perhatian luas di media massa lokal, khususnya setelah ada wanita yang mengambil gambar tamu perempuan dalam sebuah pesta perkawinan melalui kamera ponsel, dan kemudian foto itu disebarkan ke rekan mereka melalui Bluetooth. Kejadian itu mengundang kepanikan di kalangan mereka yang takut foto ibu, adik atau kakak perempuan atau anak perempuan mereka dilihat oleh pria lain. Sejumlah keluarga bahkan menyewa pengawal wanita untuk menyita ponsel berkamera dari tamu di pesta-pesta perkawinan. Tapi pemerintah Saudi sulit untuk melarang penggunaan teknologi tersebut. Tahun lalu Arab Saudi melarang penggunaan ponsel berkamera, tapi kemudian tak efektif karena hampir semua ponsel keluaran baru memiliki kamera. Teknologi Bluetooth ini telah benar-benar mendobrak adat dan kebiasaan di negara Muslim itu, di mana sebelumnya para muda-mudi yang ingin berkenalan lebih dekat saling bertukar nomor telepon atau alamat dengan cara melemparkan nomor dan alamat itu melalui jendela mobil di jalan atau di pusat perbelanjaan. Tapi dengan Bluetooth, laki-laki dan perempuan akan aman berpacaran di mal, restoran bahkan di perempatan jalan, tanpa harus diburu polisi. miol/Cn08 ) Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hni7p9r/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124013669/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998;1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg
[ppiindia] Everybody is keen to get a hold of Arafat's treasures
http://english.pravda.ru/world/20/91/366/15979_Arafat.html Everybody is keen to get a hold of Arafat's treasures 08/13/2005 11:30 Rumors about Yasser Arafat's money still keep adventurers busy The Israeli police have recently detained a 50-year-old resident of the Arab village Abu Sanan. He is accused of using explosive devices in a cave of Mount Meron in the north of Israel. Rumor has it that the Chairman of Palestinian Authority had hidden some $50 million in that cave. The unlucky treasure searcher made his explosive devices using automatic rifle ammunition. He apparently hoped to get deeper into the cave by blowing the devices. The local residents called the police when they heard the sound of explosion. The police busted a middle-aged man who was too busy to pay attention to anything else but his explosive business. The man was taken into custody of a police station in the town of Carmiel. The detainee is still in a holding cell. The prosecutors are charging him with illegal use of the explosives. Meanwhile, a bomb disposal squad is taking apart the explosive devices in the cave. They might as well get lucky and find that Arafat's treasure, say some cops jokingly. Last spring the French authorities launched an inquiry into Arafat's money following a series of bank transfers amounting to $7 million made to the account of his widow during 2002 to 2003. It was the last time the murky money was under scrutiny. Investigators failed to identify the source of funds. They suggested that the transfers could be part of a special fund for military purposes Mr. Arafat had been building up over the last few years. According to U.S. and Israeli intelligence sources, the late Palestinian leader's fortune is estimated at $6 billion. Other sources say Mr. Arafat's riches are within a range from $365 million to $7 billion. The leaders of the Palestinian Authority began holding heated debates over the 'legacy' of the helmsman while Mr. Arafat was still alive. Several groups claimed their rights for the money. The Arafat family (wife and daughter) was on top of the list. Some leaders of the Palestinian Authority believed the money belonged to the state coffers. Read the original in Russian: (Translated by: Guerman Grachev [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h6cfekh/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124015523/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Just a slab of cold peace after 60 years
Just a slab of cold peace after 60 years By JING-DONG YUAN MONTEREY, Calif. -- Sunday marks the 60th anniversary of the end of the Pacific War. In Asia, it is an especially critical milestone as China, South Korea and many Southeast Asian countries recall their struggle against the Japanese invasions, valuing peace all the more today. Time is supposed to heal wounds, but Asia's two great powers, China and Japan, still live in cold peace. The immediate postwar era set China and Japan on a course of hostility on opposite sides of the Cold War. The San Francisco Peace Treaty was concluded without the participation of the People's Republic of China, and Tokyo's recognition of the Chiang Kai-shek put Sino-Japanese relations in a deep freeze. The resumption of diplomatic relations between Tokyo and Beijing in September 1972 marked the beginning of two decades of what both Chinese and Japanese analysts call the golden age of the bilateral relationship. Economic, social, and cultural contacts quickly expanded. Nurtured by the older generation of leaders such as Zhou Enlai, Deng Xiaoping, Kakuei Tanaka and Masayoshi Ohira, China and Japan strengthened their political alignment against the perceived Soviet threat and hegemonism. However, since the mid-1990s the bilateral relationship has been under increasing strains. History, territorial disputes, growing assertiveness and geopolitics seem destined to set Asia's two great powers on a collision course. History continues to haunt bilateral relations. China is particularly incensed by (1) Prime Minister Junichiro Koizumi's annual visit to Yasukuni Shrine, where 14 convicted Class-A war criminals were enshrined alongside 2.5 million dead Japanese soldiers; and (2) middle school textbooks that whitewash history and Japan's responsibilities in the Pacific War. Tokyo, on the other hand, is tired of making apologies and seeks to move beyond the period of Japanese militarism and aggression by presenting itself as a pacific and responsible member of the international community. Bilateral territorial disputes have in recent years intensified: Beijing and Tokyo both lay claims to exclusive economic zones in the East China Sea and accuse each other of illicit incursions as the two compete for and seek possession of energy resources. China and Japan are becoming increasingly assertive -- China because of its dynamic economic growth over the past two decades, increasing political influence in the region and continuing military modernization. Japan is prompted by its pursuit of becoming a normal country and gaining a permanent seat on the reformed U.N. Security Council. Mutual suspicions are as strong as they are palpable. Beijing is sensitive to Japanese constitutional reform and the Japanese Self-Defense Forces' expanding role and activities beyond its territories as a sign of re-militarization. Tokyo, meanwhile, is no longer coy about publicly stating its concerns about Chinese military modernization. Finally, there is China's concern with the U.S.-Japan security alliance and its impact on regional geopolitical landscape. Beijing was quite upset by last February's U.S.-Japan joint statement in which Tokyo, for the first time, explicitly referred to the peaceful resolution of issues concerning the Taiwan Strait and China's military transparency as among common strategic objectives it shares with Washington. For Beijing, this was unacceptable interference in China's internal affairs -- beyond the scope of a bilateral security pact whose original objective was the defense of Japan. Clearly, an estranged and, worse, a potentially adversary relationship between Asia's two great powers threatens the region's stability and is detrimental to the two countries' fundamental interests. An Asian Franco-German rapprochement would go a long way toward building the region's peace and prosperity. First, China and Japan must learn to live with each peacefully. Historically, the two have never been of equal status; now they have to adapt to and accept the other's rise. Accommodation rather than confrontation should be the basis of bilateral relationship in the years to come. Second, Beijing and Tokyo must develop mechanisms for regular high-level exchanges on issues of bilateral concerns. It is unfortunate that, since October 2001, there has been no summit meeting between the two governments. This only results in situations where public opinion and sentiments are allowed to prevent or dictate the terms of diplomatic dialogue. In addition, lack of dialogue also allows worse-case scenario assessments to influence policy formulation, further heightening mutual suspicions and leading to acrimony over issues such as the U.S.-Japan alliance, Taiwan, and Chinese military modernization. Third, the media can play an important role in either promoting or discouraging Sino-Japanese relations and, therefore, should make
[ppiindia] How to Save the Planet
http://www.time.com/time/columnist/jaroff/article/0,9565,1093624,00.html How to Save the Planet An asteroid named Apophis may put us to the task Posted Saturday, Aug. 13, 2005 For the vigilant and largely unsung astronomers who scan the skies for asteroids that could threaten the Earth, there is some good news and some bad news about 2004MN4. This was the initial designation for an asteroid that caused a flurry of alarm among scientists when it was discovered last December apparently heading for a frightening rendezvous with our planet on April 13, 2029. Astronomers figured that there was a one in 50 chance that MN4 would actually strike the Earth. Such an impact by an asteroid estimated to be as large as 1300 feet across could devastate a large region and perhaps, depending on where it hit, cause millions of casualties and untold billions in property damage. No wonder then that MN4 has been named Apophis, the Greek name for the Egyptian god of evil, destruction and darkness. But days after the initial discovery of the asteroid's trajectory, when astronomers found earlier, overlooked photos of the intruder in their archives and used them to refine estimates of its orbit, they were able to issue an all-clear. Apophis, it turns out, will come within as little as 15,000 miles from of Earth and will be visible to the naked eye in Europe and Africa on the evening of that April date, but will zoom safely past. Good news indeed. But there are still some reasons for concern. As it passes so close the asteroid, tugged by Earth's gravity, will change its orbital path. That could be very bad news. If the altered orbit results in Apophis passing through any of several keyholes, specific regions of space only about 2,000 feet across, the asteroid would then return periodically to dangerously close encounters with Earth. Passage through the keyhole that astronomers think most likely to be the asteroid's target in 2029, for example, would bring it back to the near vicinity of Earth every seven years, beginning in 2036, posing a serious threat each time. This news was grist for the mills of the B612 Foundation (named after the fictional asteroid home of The Little Prince, in Saint-Exupery's novel). The astronomers and scientists who founded B612 did so to alert Congress and the public to the menace of an asteroid strike and to lobby for a demonstration mission by 2015 that could show the feasibility of a controlled deflection of an object threatening to strike the Earth. In a letter sent last month to NASA Administrator Michael Griffin, former astronaut Rusty Schweickart, B612's chairman, called attention to the Apophis dilemma. He urged that a radio transponder, similar to those on commercial airliners, be landed on the asteroid so that astronomers might track its orbit precisely to determine if it will pass through a keyhole, and he requested that NASA quickly estimate the time required for both landing the transponder and a subsequent deflection mission that could alter the asteroid's orbit. Why the rush? The Apophis deflection, should it become necessary, must take place before the 2029 close approach. Earlier than that, just a simple nudge, accomplished, say, by firing a heavy object at the asteroid, could change its course enough to miss the crucial but small keyhole. Any time after that approach, should Apophis pass through the keyhole, we could be in trouble. NASA scientist David Morrison explains: After 2029, the deflection would have to be vigorous enough to miss not just a tiny keyhole but the much larger target of the Earth itself. And such a deflection is far beyond present technology for an asteroid this large. Given that deadline, some 24 years from now, there's seemingly plenty of time to take action. But Schweikart, who admits he is not expert in mission planning, speculates that a transponder mission, from initial planning to implantation might take, say, eight years. And he thinks that a following deflection attempt, if it proves necessary, could require as long as 15 years to implement. That's cutting it a little close, and, says Schweikart, all the more reason that NASA quickly calculate some realistic mission times. It may turn out, he says, that we have to begin planning those missions right now. Email the Columnist [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h7887sn/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124016361/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat
[ppiindia] Melihat Wajah Barat dan 'Copy-paste' nya
Bismi-lLahi-rrahmani-rRahiem, wa-lhamdu li-lLahi rabb-il'alamien, Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa ashhabihi ajma'in 'amma ba'd ba'd assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH dapet kiriman nech, bagi2 dech. Melihat Wajah Barat dan 'Copy-paste' nya Oleh : Erros Jafar mailto:[EMAIL PROTECTED] Wajah asli peradaban Barat merupakan ramuan dari unsur-unsur Yunani Kuno, Kristen, dan tradisi paganisme Eropa. Meski Barat telah sekular-liberal, sentimen keagamaan Kristen terus mewarnai. Ada buku menarik yang perlu anda baca minggu-minggu ini. Buku itu berjudul, Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Liberalisme-Sekularisme, karya saudara Adian Husaini. Setidaknya, ini adalah buku penting yang bisa anda jadikan pegangan untuk melihat wajah asli Barat beserta 'copy-paste' nya sekarang ini. Sebagaimana bisa disimak dalam buku ini, peradaban Barat sejatinya merupakan ramuan dari unsur-unsur Yunani Kuno, Kristen, dan tradisi paganisme Eropa. Meskipun Barat telah menjadi sekular-liberal, namun sentimen-sentimen keagamaan Kristen terus mewarnai kehidupan mereka. Jika dalam masa kolonialisme klasik mereka mengusung jargon Gold, Gospel, dan Glory, maka di era modern, dalam beberapa hal, semboyan itu tidak berubah. Jika dianalisis secara mendalam, serbuan AS terhadap Irak tahun 2003 dan dukungannya yang terus-menerus terhadap Israel, juga tidak terlepas dari unsur Gold, Gospel, dan Glory. Meskipun berbeda dalam banyak hal, unsur-unsur Barat sekular-liberal kadang bisa bertemu dengan kepentingan misi Kristen, atau sentimen Kristen. Di masa klasik dulu, seorang misonaris legendaris Henry Martyn, menyatakan, Saya datang menemui umat Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan pasukan tapi dengan akal sehat, tidak dengan kebencian tapi dengan cinta. Ia berpendapat, bahwa Perang Salib telah gagal. Karena itu, untuk menaklukkan dunia Islam, dia mengajukan resep: gunakan kata, logika, dan cinta. Bukan kekuatan senjata atau kekerasan. Misionaris lainnya, Raymond Lull, juga menyatakan hal senada, Kulihat banyak ksatria pergi ke Tanah Suci di seberang lautan; dan kupikir mereka akan merebutnya dengan kekuatan senjata; tapi akhirnya semua hancur sebelum mereka mendapatkan apa yang tadinya ingin mereka rebut. Menurut Eugene Stock, mantan sekretaris editor di Church Missionary Society, tidak ada figur yang lebih heroik dalam sejarah Kristen dibandingkan Raymond Lull. Lull, kata Stock, adalah misionaris pertama bahkan terhebat bagi kaum Mohammedans. Itulah resep Lull, Islam tidak dapat ditaklukkan dengan darah dan air mata, tetapi dengan cinta kasih dan doa. Bagi para misionaris Kristen ini, mengkristenkan kaum Muslim adalah satu keharusan. Jika tidak, maka dunia pun akan diislamkan. Dalam laporan tentang Centenary Conference on the Protestant Missions of the World di London tahun 1888, tercatat ucapan Dr. George F. Post, Kita harus menghadapi Pan-Islamisme dengan Pan-Evangelisme. Ini pertarungan hidup dan mati. Selanjutnya, dia berpidato: ..kita harus masuk ke Arabia; kita harus masuk ke Sudan; kita harus masuk ke Asia Tengah; dan kita harus meng-Kristenkan orang-orang ini atau mereka akan berbaris melewati gurun-gurun pasir mereka, dan mereka akan mereka akan menyapu seperti api yang melahap ke-Kristenan kita dan menghancurkannya. Ringkasnya, misionaris ini menyatakan: Kristenkan orang Islam, atau mereka akan mengganyang Kristen! Kekuatan kata yang dipadu dengan kasih seperti yang diungkapkan Henry Martyn perlu mendapat catatan serius. Konon, orang Jawa - sebagaimana huruf Jawa -- akan mati jika dipangku. Jika seseorang dibantu, dibiayai, diberi perhatian yang besar (kasih), maka hatinya akan luluh. Pendapatnya bisa goyah. Bisa, tapi tidak selalu. Simaklah kasus Ahmad Wahib dan Nurcholish Madjid, bagaimana pemikiran dan keyakinan mereka berubah. Simaklah, sebagaimana dipaparkan dalam buku ini, bagaimana kekuatan ide freedom dan liberalisme mampu menggulung sebuah imperium besar bernama Turki Utsmani. Ketika kaum Muslim tidak lagi memahami Islam dengan baik, tidak meyakini Islam, dan menderita penyakit mental minder terhadap peradaban Barat, maka yang terjadi kemudian adalah upaya imitasi terhadap apa saja yang dikaguminya. Abdullah Cevdet, seorang tokoh Gerakan Turki Muda menyatakan, Yang ada hanya satu peradaban, dan itu adalah peradaban Eropa. Karena itu, kita harus meminjam peradaban Barat, baik bunga mawarnya mau pun durinya sekaligus. Sekularisme dan liberalisme di Barat telah memukau banyak umat manusia. Gerakan pembebasan (Liberation movement) di berbagai dunia mendapat inspirasi kuat dari dua peristiwa besar, yaitu Revolusi Perancis dan kemerdekaan AS. A New Encyclopedia of Freemasonry (1996), mencatat bahwa George Washington, Thomas Jefferson, John Hancock, Benjamin Franklin adalah para aktivis Free Masonry. Begitu juga tokoh gerakan pembebasan Amerika Latin Simon
[ppiindia] Last Crusade by Barbara Victor
Bismi-lLahi-rrahmani-rRahiem, wa-lhamdu li-lLahi rabb-il'alamien, Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa ashhabihi ajma'in 'amma ba'd ba'd assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH resensi buku nech: Last Crusade by Barbara Victor Religion and the Politics of Misdirection Last Crusade Author: Barbara Victor ISBN: 1841199559 Publisher: Constable and Robinson Year Published: 2005 Extent: 312pp Casing: B-format paperback Status: Available Our Price: £8.99 There are 80 million born again Christians of voting age in the United States, including George W. Bush. Jesus Christ is a personal friend of every one of them. They know that Jesus wants them to vote Republican. Since the election of Ronald Reagan in 1980, the Evangelical Christians have constituted one of the most powerful interest groups in the USA. Their money and their energy have helped to drive a socially conservative agenda to the centre of American national life. They wield veto power over the Republican party's presidential candidates and decide the outcome of elections across vast areas of the political landscape. And they have begun to play an important role in America's foreign policy. Despite a history of robust anti-Semitism, they have built a powerful alliance with the Israeli right. From financial aid to Jewish settlements in the Occupied Territories to the religious rhetoric of the War on Terror, Evangelical leaders are blithely creating a world fit for Apocalypse. Their brand of Christianity is the fastest-growing social movement in the slums of Africa and Latin America. Leo Imanov Abdu-lLah AllahsSlave ___ Yahoo! Messenger - NEW crystal clear PC to PC calling worldwide with voicemail http://uk.messenger.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h0jsmbs/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124016721/A=2896112/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] [Flashback] Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit
sepertinya 'corong' gus dur yah.., hihihihiih.. Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED] wrote:Buat mengingatkan saja kejadian beberapa bulan yang lalu... http://www.gusdur.net/indonesia/index.php? option=com_contenttask=viewid=2275Itemid=60 Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit Jakarta, gusdur.net Menteri Agama Maftuh Basyuni tidak main-main membenahi departemen yang dipimpinnya. Pembenahan internal seperti, pembenahan haji, peniadaan fasilitas pejabat berhaji gratis, perampingan jumlah petugas, pembabatan percaloan pemondokan dan pemberantasan KKN, sudah dijalankannya. Kemungkinan besar pembersihan itu juga akan dilebarkan hingga ke luar departemennya. Keseriusan ini ditunjukkan dalam pernyataan Maftuh yang berharap para penikmat Dana Abadi Umat (DAU), seperti Majelis Ulama Indonesia dan Sekjennya Din Syamsuddin juga diaudit. Pernyataan mantan Sekretaris Negara era Gus Dur ini terkait dengan sikap Sekjen MUI Din Syamsuddin yang meminta DAU untuk pesta pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-4. Pada waktu itu, Sekum MUI Din Syamsuddin menyesalkan ketidakpedulian Depag terhadap penyelenggaraan KUII ke-4. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya bantuan dana dari Depag terhadap penyelenggaraan acara tersebut. Tetapi kalau sampai Depag tidak memberikan perhatian pada urusan ummat hanya satu kata yang bisa saya sebut: Kenaifan! sesal Din Senin (18/4) seperti dikutip masjidistiqlal.com. Pernyataan Din itu membuat Departemen Agama geram. Bahkan Sekjen Depag Faisal Ismail dalam siaran persnya menilai Din mendiskreditkan Menteri Agama. Menurut Maftuh, Depag menolak mengeluarkan DAU untuk acara itu karena dana itu adalah amanat yang harus dipelihara dengan baik. Dan yang lebih berhak menggunakan dana tersebut adalah urusan haji. Dana itu bukan untuk semua kegiatan. Apalagi cuma pembukaan kongres, kata Maftuh seperti dikutip Gatra (14/5/ 2005). Diungkapkannya, saat itu Din meminta bantuan pembukaan KUII Rp 350 juta, rencananya di JCC dan mengerahkan 4000 orang. Orang sebanyak itu untuk apa kalau bukan kampanye. Di Istiqlal kan gak bayar. Listrik dan segala macam itu kami yang membayar, kata Maftuh. Maftuh menyatakan Din boleh saja marah karena permintaannya tidak dipenuhi. Tapi, kalau diucapkan terbuka oleh pemimpin kayak Din begitu, ndak pantes itu. Ndak punya moral, tegas Maftuh. Karena itu, Maftuh menilai pernyataan Din itu hanya untuk mendiskreditkan dirinya. Bahwa dia (Din red) menilai saya naif, itu hak dia. Tapi kalau dibilang bahwa Depag tidak membantu sepeserpun, pantas kalau keuangan MUI harus diaudit. Kekayaan Din juga perlu diaudit. Kantor MUI kami yang membiayai paling tidak listrik dan telepon. Itu apa? Klik juga: http://www.gusdur.net/downloadfolder/2005-06-21%20-%20gatra-upload-bp. jpg *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h92nl4s/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124017106/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998;1.2 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to:
[ppiindia] U.S. Reports Five More Deaths
http://www.nytimes.com/2005/08/14/international/middleeast/14attacks-wire.html U.S. Reports Five More Deaths By REUTERS Published: August 14, 2005 BAGHDAD, Aug 14 (Reuters) - Five U.S. soldiers have been killed and five wounded in roadside bomb attacks in little over 24 hours, the U.S. military said on Sunday. Three soldiers were killed and another wounded when their patrol struck a roadside device near Tuz, some 180 km (110 miles) north of Baghdad, late on Friday, the military said in a statement. It gave no further details. In western Iraq, on the main road leading to the border with Jordan, one U.S. soldier was killed and three wounded when their combat patrol hit a roadside bomb early on Sunday. In Baghdad, a fifth soldier died when his vehicle hit a device in the west of the city on Saturday, the military said. A second soldier was wounded in that attack. Roadside bombs, which the military calls improvised explosive devices, are the worst killer of U.S. troops in Iraq, responsible for more than a third of total deaths. They are made up of small and sometimes large amounts of explosive, packed with artillery rounds, buried in the side of the road and detonated as U.S. military vehicles pass. Sometimes they are disguised in dead animals, plastic bags or tin cans. U.S. commanders have acknowledged insurgents have been designing more effective bombs, killing entire crews of armoured vehicles with increasing frequency. In one incident last week, 14 Americans in one vehicle were killed by a landmine, the deadliest attack of its kind in the entire conflict in Iraq since the U.S.-led invasion in March 2003 to topple Saddam Hussein. A U.S. general said on Friday IED attacks on his convoys had doubled in a year and U.S. forces had increased the amount of armour on vehicles. A total of 1,850 U.S. troops have been killed in Iraq since the March 2003 invasion. While large-scale suicide car bombings of Iraqi targets are the mark of al Qaeda-linked militants, IEDs are mainly the work of Iraqi nationalist and Sunni Arab guerrillas, U.S. military intelligence analysts say. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hocjm5q/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124017167/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Moscow launches its own CNNski
http://news.independent.co.uk/europe/article305726.ece Moscow launches its own CNNski By Andrew Osborn in Moscow Published: 14 August 2005 Russia is to launch a 24-hour English-language TV news channel in the mould of CNN to be beamed throughout Europe, the US and parts of Asia via satellite and cable. This may sound far-fetched but the project is already well advanced and the channel, to be called Russia Today, is expected to go on air before the end of the year. It will offer a mixture of international news from a Russian perspective as well as domestic Russian news. With 500 staff, including 200 journalists, it will have overseas bureaux in London and Washington. In a deliberate attempt to parry suggestions that it will be some stodgy Soviet-style propaganda outfit, its director-general is a bubbly 26-year-old called Margarita Simonyan. Under her leadership, Russia Today has already been busy recruiting foreign journalists. Government-financed, it will draw heavily on the state-controlled RIA Novosti news agency for much of its content. It makes no secret of the fact that it wants to act as an antidote to foreigners' often gloomy take on Russian current affairs. President Putin told loyalists recently that he was fed up watching foreign TV reports about his country. I often watch foreign TV and almost everywhere they are saying the same thing [about Russia], he said. Russia is to launch a 24-hour English-language TV news channel in the mould of CNN to be beamed throughout Europe, the US and parts of Asia via satellite and cable. This may sound far-fetched but the project is already well advanced and the channel, to be called Russia Today, is expected to go on air before the end of the year. It will offer a mixture of international news from a Russian perspective as well as domestic Russian news. With 500 staff, including 200 journalists, it will have overseas bureaux in London and Washington. In a deliberate attempt to parry suggestions that it will be some stodgy Soviet-style propaganda outfit, its director-general is a bubbly 26-year-old called Margarita Simonyan. Under her leadership, Russia Today has already been busy recruiting foreign journalists. Government-financed, it will draw heavily on the state-controlled RIA Novosti news agency for much of its content. It makes no secret of the fact that it wants to act as an antidote to foreigners' often gloomy take on Russian current affairs. President Putin told loyalists recently that he was fed up watching foreign TV reports about his country. I often watch foreign TV and almost everywhere they are saying the same thing [about Russia], he said. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12huvp3sf/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124017592/A=2896112/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Britain's Muslims Take Tough Line on Militants
Britain's Muslims Take Tough Line on Militants http://www.nytimes.com/2005/08/11/international/europe/11muslim.html?fta=y a.. Sign In to E-Mail This b.. Printer-Friendly c.. Reprints By HASSAN M. FATTAH Published: August 11, 2005 DEWSBURY, England - The 100 or so Muslim community leaders who gathered recently at the Taleem Community Center in this northern town no doubt knew Shahid Malik - one of the country's four Muslim members of Parliament - would take a strong line. Skip to next paragraph Enlarge This Image Michael Kamber for The New York Times Shahid Malik, the lone British-born Muslim in Parliament, tells Muslims in Britain, The extremism in our community is now our problem. Just days after the July 7 bombings in London, the police identified Mohammad Sidique Khan, a Dewsbury resident and the son-in-law of a prominent community leader, as one of the bombers. The three others came from just up the hill in Leeds. Within hours, top security officials and the press bore down on this largely middle-class community. Right-wing groups that have led anti-immigrant campaigns in Dewsbury seemed ready to go on the offensive. Mr. Malik, who represents Dewsbury in Parliament and is the only British-born Muslim in Parliament, had come to tell Muslims at mosques and community centers here of the harsh new reality they faced. The extremism in our community, he told the Taleem audience, is now our problem. After the July 7 bombings and the attempts two weeks later, Muslim leaders in Britain are taking a harshly critical position against long-entrenched militant Islamists. Many leaders want the police to deal with the agitators and pamphleteers, who were kicked out of mosques long ago but who nonetheless have legal rights to continue to spread their views. Even after plainclothes officers killed an innocent Brazilian man, Jean Charles de Menezes, many Muslim groups reiterated support for the shoot to kill policy for suspected terrorists. Some leaders, like Mr. Malik, are calling on Muslims to root out the militants in their midst. For Mr. Malik, who had taken office only 10 weeks earlier, the bombings posed a momentous challenge. As a rising star in the Labor Party, his need to juggle the needs of the Muslim residents with the broader needs of his district has become even more urgent and dramatic. As he makes his rounds in Parliament, on Downing Street and in Dewsbury, Mr. Malik is honing the image of a modern leader for the Muslim population, someone who looks and feels every bit English, is keenly tied to Muslim roots, but will no longer tolerate those with militant views speaking for Muslims. To some, Mr. Malik is the great hope of a misunderstood community; to others he is a politician seeking the spotlight. He has been criticized for holding British Muslims responsible for the attacks, when for years they have maintained that killing any civilian is murder. Osama Saeed, spokesman for the Muslim Association of Britain, writing in The Guardian recently, objected to Mr. Malik's position as a tacit admission of negligence. Mr. Malik says, though, that he hopes his tough stance will encourage others to speak out. You saw me deviate 100 percent from the norm, saying it is not enough to condemn - you must confront, he said. People criticized me for it, but most people ended up standing with me. In some ways, Mr. Malik has sought to fashion himself as a fresh face for Britain's Muslims. He understands the frustrations of young men torn between their parents' traditions and expectations and their own desire for acceptance in a culture that is so dramatically different. I've had the anger that everybody is talking about, he said one night as he raced to meet neighborhood leaders about plans for protests by right-wing parties in the area. Anger may have its place, but you need to develop ways of using anger in a democratic society, and prevent it from turning to violence. The needs of Muslim youth are often neglected, he says, and efforts need to be redoubled to keep them part of the community, especially in universities where many are first exposed to Islamic groups and politics. Mr. Malik is the second-eldest son of Pakistani immigrants who settled in the northern town of Burnley. Both parents served as Burnley's mayor. Mr. Malik rose to prominence during June 2001 race riots in Burnley. As he worked to calm the crowds - South Asian youths who had confronted the police over demonstrations by the anti-immigrant British National Party - Mr. Malik was beaten by the police and arrested. Images of his bleeding face were broadcast on national television. He has since climbed the ranks of the Labor Party, taking roles in the Neighborhood Renewal Unit in the Office of the Deputy Prime Minister and the Community Cohesion Unit in the Home Office, and as the only British appointee to the Equality Commission for Northern Ireland. He's
[ppiindia] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: Karya Puisi A. Kohar Ibrahim Seberkas Baris Puitis Bagi Dewi Anggraini
Catatan Laluta: Karya Puisi A. Kohar Ibrahim Seberkas Baris Puitis Bagi Dewi Anggraini, kuambil dari website depokmetro.com dengan menyajikan khusus KOLOM BUNG KOHAR. Untuk itu, dalam rangka menyambut 60 tahun Republik Indonesia, kukirimkan dua buah karya puisi Bung Kohar berjudul Memasuki Masa Baru Kisah Kisah Berlalu La Luta Continua! Sumber: http://kolom.depokmetro.com/v2/view.php?kat_id=1rubrik_id=23id=3810 KOLOM BUNG KOHAR Update : 2005-08-08 16:34:18 Seberkas Baris Puitis Bagi Dewi Anggraini oleh A. Kohar Ibrahim Memasuki Masa Baru memasuki masa baru semangat kian teguh mengukuh akhirnya aku jumpai dikau impianku sejak masa dulu setia menyertaiku bagai cita cita pengelana buana kerling matamu bening sebening hati nurani pengisi malam hening selagi aku menyendiri suaramu merdu merayu selagi aku merindu pikiranmu cerah menerangi cakrawala megah ah, apa lagi yang mesti aku tagih jika kau telah serah-pasrah kan seutuh hati seperti aku juga begitu dalam memadu gelombang samudera asmara loka? memasuki masa baru semangat kian kuat teguh kerna keyakinan akan penunaian ibadah indah berkiprah mengisi makna kebenaran kehidupan cinta ujung ujung penghubung telah satu bersambung semula jauh lalu dekat menyentuh erat merapat seperti sumber air hadir mengalir menghilir di muara berpadu menggelombang ke samudera raya ah, apa lagi yang mesti aku tagih jika kau telah serah-pasrah kan seutuh hati seperti aku juga begitu mesra memadu asmara gairah mengukir indahnya persemaian kita? dewi anggraini, apakah kau senyum mesra ataukah kau berlinang air mata bahagia irama lagu merdu hanya serupa demi mahardika buah cinta kasih kita (akhir tahun 02) * Kisah Kisah Berlalu kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu manusia manusia berlaga bagai pentas sandiwara yang berpura pura yang bersungguh sungguh yang berdosa dosa yang berjasa jasa yang nista senantiasa nista sekalipun dibungkus dusta sejuta perhatikan, simak saksama penggila budaya dusta perhatikan, simak saksama pencandu kekuasaan dunia perhatikan, simak saksama prilaku kaum kepala batu perhatikan, simak saksama sebegitu mereka tak tahu malu sekalipun berdiploma bertitel berposisi tinggi tinggi namun betapa rendah hinanya akhlak sang pendurhaka itu perhatikan, simak saksama semua hal ehwal fenomena buaya darat srigala berbulu domba keliar di sekitar istana rakusnya kesetanan tak beda gurita raksasa dasar samudera sedang raja di raja bersimaharajalela meski berperan pelayan kerakusan setan siluman maha penguasa adikuasa jagat raya merajah kekayaan seantero alam masyarakat manusia perhatikan, simak saksama semua hal ehwal kisah faktual orang orang tinggi berdasi namun garong penyamun korupsi tiada yang dipikirkannya kecuali berlimpah harta kekayaan dunia tiada yang dipedulikannya kecuali memberlakukan hukum rimba tiada yang ditakutinya kecuali kehilangan kekayaan dan kekuasaan tiada yang dihinadinakannya kecuali kehidupan bangsa manusia kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu manusia manusia berprilaku tak mau tahu menahu tak tahu malu tak pula peduli pada etika budi pekerti manusiawi perompak perampok terus lancung bersitegar akbar menjalar penghina umat manusia berjubah pembela hak azasi manusia segala cara disyah-absyahkannya demi kepentingan golongan perhatikan, raja raja perang berbintang juga yang tanpa bintang perhatikan, pengusaha penguasa nista seia sekawanan binatang perhatikan, kaum elit elitis politika demonstrasi sesumbar demokrasi perhatikan, kaum pendakwah berjubah bersimbol suci murni perhatikan, simak saksama prilaku kaum pendurhaka durjana perhatikan, simak saksama kenyataan dampak buruk perbuatannya kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu bukti bukti perbuatan berlainan dengan segala bunyi janji kajian suci segala pamer pamor hanya propaganda dusta nista belaka pengakuan penggiring puluhan juta manusia bagai kawanan domba sungguh tak tahu malu berlaga pemimpin padahal benalu belaka penunggang angka niskala mayoritas ke tepi jurang naas kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu kisah kisah zaman ini kerap kali terulang ulang kembali kisah kisah komedi selang seling drama tragedi orang orang sebangsa manusia seperti binatang juga bersandiwara peradaban kebiadaban dalam perbuatan sepertinya kawanan perompak perampok itu tiada pernah kapok kisah kisah harini dan hari nanti, wahai dewi anggraini kita perhatikan, simak saksama, ungkap dan hayati secara hakiki biar segalanya keluar hadir mengalir menghilir hingga muara biar segalanya menggelombang irama aneka nuansa warna warni biar segalanya menjadi bahan kajian indah tiada taranya: kebenaran bagi kedalaman kejauhan keluasan kecerahan cakrawala (menjelang tahun baru 2003) __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Perempuan di Otak Lelaki
Bismi-lLahi-rrahmani-rRahiem, wa-lhamdu li-lLahi rabb-il'alamien, Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa ashhabihi ajma'in 'amma ba'd ba'd assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH dapet kiriman nech, bagi2 dech emabdalah [EMAIL PROTECTED] wrote: Perempuan di Otak Lelaki Kamu tau kenapa saya suka wanita itu pakai jilbab? Jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi. Dan kamu tau? Di kampus tempat saya seharian disana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah. Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas Tank Top, noleh ke kiri pemandangan Pinggul terbuka, menghindar kekanan ada sajian Celana ketat plus You Can See, balik ke belakang dihadang oleh Dada menantang! Astaghfirullah... kemana lagi mata ini harus memandang? Kalau saya berbicara nafsu, ow jelas sekali saya suka. Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran ngeres dan hatipun menjadi keras. Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau tampil seperti itu lagi. Kecuali bagi mereka yang memang punya niat untuk menarik lelaki untuk memakai aset berharga yang mereka punya. Istilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu, karena penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda, membayangkan anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap anda melakukan lebih seksi, lebih... dan lebih lagi. Dan anda tau apa kesimpulan yang ada dalam benak sang lelaki? Yaitunya: anda bisa diajak untuk begini dan begitu alias gampangan! Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak anda sudah membuat diri anda tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri anda, apa itu dengan kata-kata yang nyeleneh, pelecehan seksual atau mungkin sampai pada perkosaan. Siapa yang semestinya disalahkan? Saya yakin anda menjawabnya lelaki bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi seorang lelaki dijaman sekarang ini. Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual. Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk menerima. Nah apa bedanya dengan anda menawarkan penampilan seksi anda pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya. Begitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini. Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes, tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya...? tapi saya sungguh takut dengan Zat yang memberi mata ini. Bagaimana nanti saya mempertanggungjawabkan nanti? sungguh dilema yang berkepanjangan dalam hidup saya. Allah Taala telah berfirman: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nuur : 30-31). Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini, duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggung jawabkan nantinya. Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan keseksian. Saya yakin, banyak laki-laki yang punya dilema seperti saya ini. Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan bingung harus berbuat apa. Bagi anda para wanita apakah akan selalu bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi memikirkan mana yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan menikmati pemadangan yang anda tayangkan? So, berjilbablah ... karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun, cantik, mempersona dan tentunya sejuk dimata. Leo Imanov Abdu-lLah AllahsSlave ___ To help you stay safe and
[ppiindia] More Than 500 Indonesian Maids Await Repatriation
More Than 500 Indonesian Maids Await Repatriation M. Ghazanfar Ali Khan, Arab News RIYADH, More than 500 Indonesian maids are currently stranded in Saudi Arabia awaiting repatriation. This includes about 300 housemaids, serving prison terms in jails across the Kingdom. Jakarta is currently studying measures aimed at protecting the interests of Indonesians working abroad. Some maids were arrested and sent to jail for serious offences like theft, forgery and murder, but a large number of them were booked for minor crimes, said M. Sukiarto, labor attache at the Indonesian Embassy, yesterday. Sukiarto could not say when they will be released from the prison. There are over 200 maids stranded in safe houses alone in Riyadh and Jeddah awaiting deportation. He said that the Indonesian diplomatic missions had set up two temporary boarding facilities called safe houses where runaway maids or female workers facing problems, are housed. The maids are repatriated back to Jakarta when their cases are settled with the sponsors and a formal clearance from Saudi government agencies is obtained. In many cases in the past, Sukiarto said that the embassy sought the intervention of the Saudi officials to settle the problems or resolve legal complexities. A large number of our women workers, mainly those serving prison terms inside the jails and reformatory centers of the Kingdom, are granted royal clemency by the Custodian of the Two Holy Mosques King Fahd every year, enabling them to reunite with their families back home, said the embassy official. He said that the Indonesian Embassy received between 10 to 15 complaints a day about mistreatment, non-payment of salaries and sexual harassment. More than 853 Indonesians complained of mistreatment by their employers in Saudi Arabia last year alone. Nearly a quarter said they had not been paid. Others complained of torture or maltreatment. Unscrupulous private employers, recruitment agents and sponsors are often blamed for such labor exploitation. There are nearly 600,000 Indonesian women workers in Saudi Arabia. The embassy together with a few private organizations, is also working to set up task force in nine Saudi cities to look after the female workers. Leo Imanov Abdu-lLah AllahsSlave ___ How much free photo storage do you get? Store your holiday snaps for FREE with Yahoo! Photos http://uk.photos.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h3ur7lg/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124020454/A=2894350/R=0/SIG=10tj5mr8v/*http://www.globalgiving.com;Make a difference. Find and fund world-changing projects at GlobalGiving/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Human-buttons
sy dikirimi artikel dibawah ini, menarik juga untuk dicari tau kebenarannya, mungkin ada pihak yg berkompeten dapat memberi tanggapan?? salam tr.- This message is about Human beings, Democracy, UNHCR, Refugees, The Iraqis, Islam, Kurds, Human rights, Respect, Money, Donations, Angelina Jolie, Pavarotti, Giorgio Armani, Donors, Peace, History, Campaigns and about you if you care about these words. Hi there, I am SAM, an Iraqi refugee living in Lebanon at the moment; I have spent the last 10 years of my life as a refugee registered with the UNHCR in Beirut. The last 4 years, I have spent as an activist for peace and human rights (especially refugees and asylum seekers) on the Internet; I'm also books author and ebooks publisher. I have launched many campaigns to improve our situation as refugees in Lebanon and hopefully bring more understanding to our problems worldwide. I helped make many changes and improvements at the UNHCR office in Beirut; I used the Internet as the field for my activities (you can read more about that in my free ebook 'MY CAMPAIGNS'). All my ebooks are free and could be download from my sites. This is my newest campaign, it's about the illegal and humiliating actions of the UNHCR, who using photos of refugees as banners and human-buttons to collect money. This is an abuse of the dignity and humanity of the refugees and must stop immediately and a clear public apology present by The United Nations High Commissioner for Refugees. My friends, I am talking about the pictures you can see here: http://www.freewebs.com/unhcr Where you can read the rest of this message as web page. For more info about UNHCR and life of refugees you can read my free ebooks. I invite you as fellow humans and members of the world community to support my campaign by reading my article on my site and see the human-buttons. The campaign is to support and improve the UNHCR http://www.unhcr.ch especially after the last scandals in the UN and UNHCR, just for example: The refugees allege that UNHCR staff is selling most of the food items they are supposed to be supplied. They aren't supplying sufficient food to us because they sell most of the food items, they allege: http://allafrica.com/stories/200503140214.html Here is another example: Burmese Refugees Withdraw Protest Against UNHCR http://www.mizzima.com/archives/news-in-2005/news-in-april/12-April05-22.htm Together we will build better world. You could reach me fast via this form: http://www.unhcr.us/email_me.htm and if you like to know more about me, you can google for my name 'osam altaee'. Thanks THE TRUTH WARRIOR http://www.koolpages.com/un1 http://www.unhcr.biz __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hhleqai/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124023790/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Keteladanan Presiden Baru IRAN
DARI MILIS SEBELAH, sangat menarik dan mengharukan. SBY perlu belajar darinya. Wrote: Dari rekan yg berada di Iran, Dina Sulaeman, ada cerita menarik ttg presiden baru Iran, Ahmadinejad ; -- Kuantar Kau ke Meja Kerja Meskipun saya sudah hampir enam tahun tinggal di Iran, baru sekarang-sekarang ini saya memperhatikan serius kondisi perpolitikan Iran. Sekarang, ada peristiwa unik lagi yang saya saksikan di televisi: upacara tanfiz (di Tehran Times, diartikan dengan 'installation ceremony'...saya langsung tertawa membacanya, apalagi, disambung celetukan teman sekantor saya: lho, berarti Khatami di-delete? Suami nambahin: bukan, di-uninstall!). Upacara tanfiz adalah pembacaan surat pengesahan atas hasil pemilu kepresidenan dari Pemimpin Tertinggi Revolusi Iran (Rahbar, saat ini dijabat oleh Ayatullah Khamenei). Surat itu dibacakan oleh Khatami. Artinya, jika hasil pilihan rakyat ternyata tidak sesuai dengan kemaslahatan negara, bisa saja Rahbar tidak memberikan pengesahan, dan dilakukan pemilu ulang. Hak 'veto' ini dimaksudkan untuk mencegah seseorang yang tidak layak untuk naik jadi presiden (dalam demokrasi liberal, bisa saja kan ada orang yang tidak layak, misalnya preman atau mafia ekonomi, tapi dengan kekuatan uang dan pengaruhnya, dia berhasil memenangkan pemilu...contohnya aja di Indonesia, ada preman yang bisa jadi anggota MPR). Nah, yang unik di sini...siapa yang duduk di samping Khatami dan Ahmadinejad? Rafsanjani! So, dua orang yang bersaing dalam pemilu putaran kedua itu, sama-sama duduk di acara itu (jadi inget Megawati, yang nonton acara pelantikan SBY lewat televisi pun ogah). Oya, dulu, sepekan setelah pemilu, Rafsanjani yang kalah pemilu, tetap melaksanakan tugas sebagai khatib Jumat dan menyerukan rakyat untuk bersatu mendukung presiden baru. Yang lebih unik lagi setelah acara itu, Khatami menggandeng tangan (bener2 digandeng loh!) Ahmadinejad, menuju kantor kepresidenan. Jadi, si mantan presiden menghantarkan presiden baru langsung ke meja kerjanya! Saat menonton adegan tersebut di TV, suami berkomentar nakal, Mah...liat tuh sepatunya! Apa pasal? Beberapa waktu lalu, sekitar 2-3 hari setelah menang pemilu, Ahmadinejad disorot televisi sedang melakukan kunjungan ke suatu tempat. Nah, si kameramen nakal, sengaja meng-close up sepatu si bapak, yang ternyata warnanya coklat dan lusuh. Saya waktu itu tidak melihat, hanya diceritakan suami. Jadi, sekarang saya pelototin bener-bener tuh, layar televisi. Sekilas memang terlihat, sepatunya Khatami hitam mengkilat dan sepatunya Ahmadinejad...still that old brown shoes! Kembali ke adegan Khatami mengantar Ahmadinejad ke ruang kerja kepresidenan. Mereka bercakap-cakap sebentar sambil senyum-senyum, setelah itu, gantian Ahmadinejad mengantarkan Khatami ke mobilnya, saling berpelukan, dan dadah-dadahan. Padahal, beberapa bulan sebelumnya, kedua pihak sempat terlibat polemik panas. Gara-garanya, Khatami terjebak macet ketika menuju Universitas Teheran untuk menerima gelar DRHC dan mengkritik walikota Tehran (yang saat itu dipegang Ahmadinejad). Ahmadinejad membalas, Wah, kok baru sekarang Presiden sadar bahwa masalah utama di Tehran adalah kemacetan? Memang orang-orang yang tinggal di Saadat Abad (kawasan elit Tehran) tidak akan paham kesulitan rakyat! Polemik terus berlanjut, sampai akhirnya, kalau tidak salah, Khatami meralat kritikannya tersebut. Kini, di manakah Presiden baru Iran tinggal? Tetap di rumahnya yang jelek (dinding luarnya masih bata, belum ditembok) di kawasan Tehran timur (kawasan Tehran utara, tempat tinggal Khatami adalah kawasan elit dan mahal, Tehran barat, tempat kami tinggal, rada lumayanlah, Tehran timur, lebih murah lagi, dan Tehran selatan, paling murah). Petugas keamanan akhirnya terpaksa membuat posko keamanan di ujung jalan, mendata semua tetangga termasuk sanak famili mereka, sehingga orang-orang yang keluar masuk jalan kecil itu bisa dimonitor. Terakhir, mau tahu apa isi press release pertama DR. Ahmadinejad? Semua pihak dihimbau untuk tidak memasang iklan ucapan selamat di koran-koran dan semua kantor DILARANG MEMASANG FOTO PRESIDEN! Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hcst51a/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124041050/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project /a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org ***
[ppiindia] Pengalaman korban peristiwa 65 adalah guru besar bangsa
Ajakan renungan A. Umar Said (Tulisan berikut di bawah ini juga disajikan dalam website http://perso.club-internet.fr/kontak) PENGALAMAN KORBAN PERISTIWA 65 ADALAH GURU BESAR BANGSA Ketika kita memperingati 40 tahun peristiwa 65 apa sajakah yang perlu kita kenang kembali atau kita tarik sebagai pelajaran penting bagi bangsa kita dewasa ini dan juga untuk anak-cucu kita di kemudian hari ? Boleh dikatakan, semuanya! Semua soal yang berkaitan dengan peristiwa 65 adalah penting. Karena itu, masalah peristiwa 65 adalah rumit, dan bersegi banyak. Dalam persoalan besar yang sangat bersejarah bagi bangsa dan Republik Indonesia ini ada aspek PKI, ada aspek Bung Karno, aspek TNI-AD, aspek Suharto, aspek golongan Islam, aspek CIA. Di dalamnya terdapat juga faktor sejarah, faktor politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dan semuanya itu ada sangkut-pautnya - secara langsung atau tidak langsung - dengan banyak persoalan dalamnegeri dan internasional pada waktu itu. Mengingat begitu besar dampak peristiwa 65 untuk kehidupan bangsa kita, maka sebaiknya (atau sepatutnya ) makin banyak orang bisa menulis tentang itu semua. Sehingga berbagai masalah peristiwa 65 bisa dilihat secara betul-betul jernih dan juga secara menyeluruh. Karena, seperti kita saksikan sendiri masing-masing selama ini, banyak sekali soal yang berkaitan dengan peristiwa 65 telah diputarbalikkan, direkayasa, dipalsukan, dibohongkan, disulap dan divermaak oleh Orde Baru. Dan dalam jangka waktu yang lama sekali pula, yaitu lebih dari 32 tahun !!! Jadi, tidak tanggung-tanggung. Dalam tulisan yang kali ini titik berat diletakkan pada ajakan kepada semua untuk merenungkan bersama masalah penganiayaan dan penyiksaan yang dilakukan oleh para pembangun rejim militer Orde Baru. Karena, penganiayaan biadab dan penyiksaan sadis adalah salah satu di antara banyak senjata ampuh yang dipakai oleh Orde Baru dalam melumpuhkan kekuasaan Bung Karno dan dalam memukul PKI beserta pendukung-pendukungnya. Penganiayaan dan penyiksaan (yang dilakukan dalam berbagai bentuk) adalah suatu cara rejim militer Orde Baru untuk kemudian melakukan terror permanen di seluruh negeri, guna memperkokoh cengkeraman kekuatan militernya. Dalam arti tertentu, bisalah kiranya disimpulkan bahwa penganiayaan dan terror adalah satu dan senyawa dengan Orde Baru. PUNCAK KEBIADABAN DALAM SEJARAH BANGSA Barangkali, penganiayaan dan penyiksaan oleh kesatuan-kesatuan TNI-AD (dan kalangan kecil dari golongan Islam) terhadap anggota, simpatisan dan kader-kader PKI dan pendukung Bung Karno, merupakan puncak kebiadaban yang pernah dibikin oleh segolongan kecil bangsa kita.terhadap sesama warganegara. Dan, mungkin juga, puncak kebiadaban yang mengerikan ini adalah satu-satunya yang muncul dalam sejarah bangsa Indonesia. Mudah-mudahan, Insya Allah! Kalau mengingat betapa hebatnya penganiayaan atau sadisnya penyiksaan terhadap begitu banyak orang yang ditangkap dan diinterogasi oleh aparat militer maka kita bisa bertanya-tanya apakah bangsa kita ini masih pantas dinamakan bangsa yang beradab? Apakah kita bisa membanggakan diri sebagai bangsa yang majoritasnya pemeluk agama? Selama 32 tahun pemerintahan rejim militer Suharto dkk orang tidak bisa dan juga tidak berani buka suara tentang kebiadaban, kebuasan, dan kebengisan yang terjadi dalam tahun-tahun pertama ketika Suharto dkk menyerobot kekuasaan dari tangan Bung Karno. Sebab, berani buka suara waktu itu berarti pasti menghadapi penangkapan dan penganiayaan. Baru setelah Suharto dengan Orde Barunya dipaksa turun dari kekuasaan dalam tahun 1998, sedikit demi sedikit muncullah beraneka ragam cerita dan kesaksian tentang betapa hebatnya penganiayaan dan penyiksaan terhadap para korban. Sebagian kecil sekali dari cerita dan kesaksian ini sudah mulai diketahui oleh publik melalui, antara lain : wawancara, artikel atau tulisan dalam majalah, memoire dalam bentuk buku. Mengingat banyaknya kasus penganiayaan dan hebatnya penyiksaan, dan mengingat juga besarnya jumlah orang yang telah menderita perlakuan yang tidak berperikemanusiaan ini, maka kiranya kita semua perlu mendorong sebanyak mungkin orang untuk terus menulis tentang itu semua lebih banyak lagi. Menulis (atau menceritakan) tentang kebiadaban penganiayaan dan penyiksaan yang telah dilakukan oleh sebagian golongan militer (dan sebagian kecil golongan Islam pada waktu itu) merupakan tugas penting generasi bangsa kita dewasa ini. Sebab, kalau tugas penting ini tidak dikerjakan sekarang, maka saksi-saksi hidupnya akan makin berkurang atau banyak pelaku-pelaku sejarahnya yang sudah keburu meninggal dunia. BESARNYA DAN LUASNYA PENGANIAYAAN Sekadar untuk menyegarkan kembali ingatan kita bersama, pada akhir tahun 1965, dan dalam tahun-tahun 1966 dan 1967, hampir seluruh pemimpin dan kader PKI dari berbagai tingkat (propinsi, kabupaten, kota besar dan kota madya, kecamatan, bahkan kelurahan) di
Re: [ppiindia] Human-buttons
Ini cari duit dan mungkin suatu organisasi yg membantu betul2. Bisa cari duit untuk diri sendiri atau untuk terror. Ini cara mereka Andreas trúlÿsøúl [EMAIL PROTECTED] wrote: sy dikirimi artikel dibawah ini, menarik juga untuk dicari tau kebenarannya, mungkin ada pihak yg berkompeten dapat memberi tanggapan?? salam tr.- This message is about Human beings, Democracy, UNHCR, Refugees, The Iraqis, Islam, Kurds, Human rights, Respect, Money, Donations, Angelina Jolie, Pavarotti, Giorgio Armani, Donors, Peace, History, Campaigns and about you if you care about these words. Hi there, I am SAM, an Iraqi refugee living in Lebanon at the moment; I have spent the last 10 years of my life as a refugee registered with the UNHCR in Beirut. The last 4 years, I have spent as an activist for peace and human rights (especially refugees and asylum seekers) on the Internet; I'm also books author and ebooks publisher. I have launched many campaigns to improve our situation as refugees in Lebanon and hopefully bring more understanding to our problems worldwide. I helped make many changes and improvements at the UNHCR office in Beirut; I used the Internet as the field for my activities (you can read more about that in my free ebook 'MY CAMPAIGNS'). All my ebooks are free and could be download from my sites. This is my newest campaign, it's about the illegal and humiliating actions of the UNHCR, who using photos of refugees as banners and human-buttons to collect money. This is an abuse of the dignity and humanity of the refugees and must stop immediately and a clear public apology present by The United Nations High Commissioner for Refugees. My friends, I am talking about the pictures you can see here: http://www.freewebs.com/unhcr Where you can read the rest of this message as web page. For more info about UNHCR and life of refugees you can read my free ebooks. I invite you as fellow humans and members of the world community to support my campaign by reading my article on my site and see the human-buttons. The campaign is to support and improve the UNHCR http://www.unhcr.ch especially after the last scandals in the UN and UNHCR, just for example: The refugees allege that UNHCR staff is selling most of the food items they are supposed to be supplied. They aren't supplying sufficient food to us because they sell most of the food items, they allege: http://allafrica.com/stories/200503140214.html Here is another example: Burmese Refugees Withdraw Protest Against UNHCR http://www.mizzima.com/archives/news-in-2005/news-in-april/12-April05-22.htm Together we will build better world. You could reach me fast via this form: http://www.unhcr.us/email_me.htm and if you like to know more about me, you can google for my name 'osam altaee'. Thanks THE TRUTH WARRIOR http://www.koolpages.com/un1 http://www.unhcr.biz __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] SPONSORED LINKS Indonesian languages Indonesian language learn Cultural diversity Indonesian - YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group ppiindia on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. - [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12htl59kn/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124041849/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org ***
[ppiindia] Penawaran; Program Penyembuhan Ketergantungan Narkoba dengan Menggunakan Prana, Konseling Ramal Tarot
Penawaran; Program Penyembuhan Ketergantungan Narkoba dengan Menggunakan Prana, Konseling Ramal Tarot = Iklan layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh; Paguyuban Vincent Liong APMI (Asosiasi Praktisi Metafisika di Internet) http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/ http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/messages Untuk berdiskusi tentang tema ini silahkan bergabung sebelumnya: http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join kirim email anda ke: [EMAIL PROTECTED] Nama Praktisi Spesialis Penyembuhan Ketergantungan Narkoba: Drs. Leonardo Rimba,MBA ::7x24 Hours Costumer Service Representative Vincent Liong:: Vincent Liong's Mobile: (62)813-1679-5160 Leonardo Rimba's Mobile: (62)818-183-615 PhoneFax: (62)21-5482193,5348567,5348546 Address: Jl. Ametis IV blok:G no:22 Permata Hijau, Jakarta Selatan 12210 Indonesia = Penyembuhan Psikis dengan Tenaga Prana -- Penyembuhan psikis adalah usaha untuk mengembalikan keseimbangan mental dan emosional seseorang sehingga dapat kembali menjalani kehidupannya dengan normal dan nyaman. Banyak manusia modern yang mengalami ketidak-seimbangan mental dan emosional sehingga; dari luar tampak biasa-biasa saja, tetapi sebenarnya jiwanya mengalami kegoncangan tertentu sehingga tidak dapat menjalani hal yang seharusnya dilakukannya. Bisa karena trauma, bisa karena tekanan lingkungan pergaulan, pekerjaan, keluarga; bisa juga karena cara berpikirnya sendiri yang tidak realitis. Jadi, seseorang yang meminta penyembuhan psikis bukanlah orang yang sakit jiwa, tetapi orang yang merasa jiwanya sakit. Kesakitan itu bisa berlangsung bertahun-tahun tanpa ada upaya pemecahannya. Tenaga prana adalah nama generik untuk energi vital atau energi kehidupan. Kadangkala, prana disebut juga sebagai vitalitas. Vitalitas ini terdapat di alam semesta, termasuk di dalam tubuh manusia. Vitalitas memberikan kesehatan kepada tubuh fisik maupun tubuh mental dan emosional sehingga seseorang bisa menjalani kehidupannya dengan seimbang. Ada sebagian orang yang menyebut prana atau vitalitas dengan istilah chi, reiki, atau energi kundalini. Pada prinsipnya, semua istilah itu merujuk kepada fenomena yang sama, yaitu energi alam semesta yang bisa memberikan keseimbangan fisik, mental, dan emosional kepada manusia. Penyembuhan dari Narkoba Bukan hal yang rahasia lagi bahwa penyalah-gunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya telah merasuk sedemikian dalamnya di masyarakat perkotaan Indonesia, terutama di Jakarta, Bali, Surabaya, Bandung, dan kota-kota besar lainnya. Sebagai seorang penyembuh spiritual (spiritual healer), konsern saya yang terutama bukanlah masalah bagaimana pemerintah memberantas peredaran narkoba, tetapi bagaimana mencapai sebanyak mungkin korban pemakai narkoba dan membantu penyembuhannya. Pemberantasan narkoba adalah masalah politik, tetapi penyembuhan dari ketergantungan atas narkoba adalah masalah kemanusiaan. Situasinya sudah sedemikian akut sehingga tidak ada gunanya lagi untuk saling menyalahkan pada saat korban penderita yang terperangkap oleh narkoba sudah sedemikian banyak. Selama ini saya melakukan konseling dan penyembuhan pribadi secara satu persatu (one-on-one basis) terhadap para professional muda di Jakarta; dan saya pikir, sudah saatnya untuk menawarkan penyembuhan dari ketergantungan dari narkoba ini terhadap masyarakat umum juga. Terapi yang saya gunakan mengandalkan berbagai macam teknik untuk membantu pasien menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapinya sehingga narkoba, yang sebenarnya adalah pelarian semu dari masalah pribadi yang tidak kunjung terpecahkan, tidak lagi menjadi suatu kecanduan. Program Penyembuhan Lima Minggu --- Untuk menjalani program penyembuhan dari ketergantungan atas narkoba (terutama shabu-shabu/amphetamin, putauw, dan mariyuana/ganja) ini, ada 6 (enam) kali pertemuan yang saya lakukan secara satu persatu (one-on-one basis) untuk tiap pasien selama 5 (lima) minggu berturut-turut. Tiap kali pertemuan akan berlangsung antara 1 (satu) s/d 2 (dua) jam, tergantung dari seberapa parah ketergantungan pasien atas narkoba. Target dari healing session tiap minggu itu adalah untuk membekali pasien agar bisa bertahan untuk tidak menggunakan narkoba selama satu minggu sampai healing session berikutnya. Jadi, healing session di minggu pertama akan membekali pasien sampai healing session di minggu kedua. Healing session di minggu kedua akan membekali pasien sampai healing session di minggu ketiga; dan seterusnya sampai minggu kelima. Setelah enam kali pertemuan (akhir minggu kelima) terapi penyembuhan akan selesai. Pada saat itu pasien telah akan mampu untuk berdiri sendiri karena masalah yang selama ini menyeretnya untuk terjerat pada ketergantungan atas narkoba telah terlihat jalan keluarnya, atau bahkan mungkin telah terselesaikan. Teknik penyembuhan
[ppiindia] Re: [Flashback] Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit
Katanya MUI juga dapet dana DAU sebesar 6 milyar, makanya ada isu untuk menutupi hal itu mereka buat fatwa-fatwa kontroversial..Takut diaudit kali hehehehehe. --- In ppiindia@yahoogroups.com, trúlÿsøúl [EMAIL PROTECTED] wrote: sepertinya 'corong' gus dur yah.., hihihihiih.. Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED] wrote:Buat mengingatkan saja kejadian beberapa bulan yang lalu... http://www.gusdur.net/indonesia/index.php? option=com_contenttask=viewid=2275Itemid=60 Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit Jakarta, gusdur.net Menteri Agama Maftuh Basyuni tidak main-main membenahi departemen yang dipimpinnya. Pembenahan internal seperti, pembenahan haji, peniadaan fasilitas pejabat berhaji gratis, perampingan jumlah petugas, pembabatan percaloan pemondokan dan pemberantasan KKN, sudah dijalankannya. Kemungkinan besar pembersihan itu juga akan dilebarkan hingga ke luar departemennya. Keseriusan ini ditunjukkan dalam pernyataan Maftuh yang berharap para penikmat Dana Abadi Umat (DAU), seperti Majelis Ulama Indonesia dan Sekjennya Din Syamsuddin juga diaudit. Pernyataan mantan Sekretaris Negara era Gus Dur ini terkait dengan sikap Sekjen MUI Din Syamsuddin yang meminta DAU untuk pesta pembukaan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-4. Pada waktu itu, Sekum MUI Din Syamsuddin menyesalkan ketidakpedulian Depag terhadap penyelenggaraan KUII ke-4. Hal ini dapat dilihat dengan tidak adanya bantuan dana dari Depag terhadap penyelenggaraan acara tersebut. Tetapi kalau sampai Depag tidak memberikan perhatian pada urusan ummat hanya satu kata yang bisa saya sebut: Kenaifan! sesal Din Senin (18/4) seperti dikutip masjidistiqlal.com. Pernyataan Din itu membuat Departemen Agama geram. Bahkan Sekjen Depag Faisal Ismail dalam siaran persnya menilai Din mendiskreditkan Menteri Agama. Menurut Maftuh, Depag menolak mengeluarkan DAU untuk acara itu karena dana itu adalah amanat yang harus dipelihara dengan baik. Dan yang lebih berhak menggunakan dana tersebut adalah urusan haji. Dana itu bukan untuk semua kegiatan. Apalagi cuma pembukaan kongres, kata Maftuh seperti dikutip Gatra (14/5/ 2005). Diungkapkannya, saat itu Din meminta bantuan pembukaan KUII Rp 350 juta, rencananya di JCC dan mengerahkan 4000 orang. Orang sebanyak itu untuk apa kalau bukan kampanye. Di Istiqlal kan gak bayar. Listrik dan segala macam itu kami yang membayar, kata Maftuh. Maftuh menyatakan Din boleh saja marah karena permintaannya tidak dipenuhi. Tapi, kalau diucapkan terbuka oleh pemimpin kayak Din begitu, ndak pantes itu. Ndak punya moral, tegas Maftuh. Karena itu, Maftuh menilai pernyataan Din itu hanya untuk mendiskreditkan dirinya. Bahwa dia (Din red) menilai saya naif, itu hak dia. Tapi kalau dibilang bahwa Depag tidak membantu sepeserpun, pantas kalau keuangan MUI harus diaudit. Kekayaan Din juga perlu diaudit. Kantor MUI kami yang membiayai paling tidak listrik dan telepon. Itu apa? Klik juga: http://www.gusdur.net/downloadfolder/2005-06-21%20-%20gatra-upload- bp. jpg * ** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org * ** _ _ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hmk4ks5/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124043874/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education/a!/font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon
[ppiindia] MUI Fatwa negates freedom of religion
Wah sudah jadi isu internasional nih, sudah masuk ke Jakarta Post Opinion August 12, 2005 MUI fatwa negates freedom of religion, human rights Ridarson Galingging, Jakarta The right to freedom of thought, conscience, and religion the foundations of a pluralistic and democratic society is unprotected in Indonesia. Just for having an interpretation of Islam that diverges from the fatwas (edicts) of the powerful Indonesian Ulema Council, an individual or group faces a high probability of criminal investigation or even of being violently attacked by vigilantes. Two recent events demonstrate that legal protections for freedom of religion are non-existent in Indonesia. The first was the violent attack on the Indonesian Ahmadiyah Congregation (JAI) by the so-called Indonesian Muslim Solidarity (IMS) group for allegedly adhering to heretical Islamic teachings. The second was the police investigation into Muhammad Yusman Roy for conducting Islamic ritual prayers (shalat) in two languages, Arabic and Indonesian. There are several legal explanations for this frightening situation. At the broadest level, Indonesia's constitutional guarantees of religious freedom are vague. Article 28 (e) of the amended 1945 Constitution and article 22 of the Human Rights Law No. 39/1999 both touch upon freedom of religion, but provide no strong protections. They do not guarantee the freedom of religion as stipulated in article 18 of the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) and Human Rights Committee jurisprudence. They also do not define what it means to have freedom of religion, what the limitations are, and what the government's obligations are to ensure that the constitutional provisions will be respected and can be adjudicated in a court of law. More narrowly, the Indonesian Criminal Code (KUHP) contains laws that are also vague and that conflict with religious freedoms, particularly the right to hold a differing interpretation of a religion. Article 156 (a) of the KUHP imposes maximum 5 years in jail for disgracing a religion. The problem is that disgracing a religion has been interpreted to include having a differing view or interpretation of a religious question. This law not only conflicts with supposed protections in the Constitution and 1999 Human Rights Law, but it also severely restricts the rights of freedom of thought, conscience, and religion as stipulated in article 18 of the International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR). Article 18 is intended to bar coercion that would impair the right to have or adopt a religion or belief, including the use of threat of physical force or penal sanctions to compel believers or non- believers to adhere to their religious beliefs and congregations, to recant their religion or belief or to convert. Article 156 (a) of the KUHP was applied by the police in Malang to investigate Muhammad Yusman Roy. In their investigation, the police referred to the MUI fatwa, which stated that it is against Islamic teachings and thus forbidden to use the Indonesian language when performing shalat prayers. For Roy, this was a matter of interpretation within Islam. For the clerics in the MUI, it was a matter of disgracing the religion. International human rights standards, which provide clear guarantees of religious freedom and interpretation, strongly favor Roy's position, while vague and contradictory Indonesian laws create confusion and leave the matter to the discretion of the police. A fatwa from the MUI declaring Ahmadiyah teachings to be against the Koran and thus forbidden was used by the IMS to justify a violent attack on Ahmadiyah. Not only is it inappropriate for groups to use coercion and take the law into their own hands, but it is the responsibility of the police to protect basic religious freedoms. Bogor police did not arrest any of the attackers. The authorities there rather ordered a halt to Ahmadiyah's activities. The Attorney General, Abdul Rachman Saleh, threatened to use his broad powers to ban organizations, teachings and books considered to be disruptive to public order, against Ahmadiyah. The government recognized Ahmadiyah as a legal entity in 1953. But the Ministry of Religious Affairs issued a circular to its regional offices labeling Ahmadiyah teachings as heresy because it recognizes its founder, Mirza Ghulam Ahmad, as a prophet. Ahamadiyah denied all the allegations and stated that its teachings were not heresy. Banning Ahmadiyah, with an estimated 500,000 followers, would be in clear violation of article 18 of the ICCPR. The government could be adjudicated at the Indonesian Administrative Court (PTUN) for imposing such a ban. The weakness of the 1945 Constitution and the Human Rights Law, the existence of Article 156 (a) of the KUHP, the limited mandate of the Human Rights Court that has no power to adjudicate human rights cases outside crimes of
[ppiindia] Fatwa MUI: Mengancam Kebebasan di Tengah Kebebasan
http://www2.rnw.nl/rnw/id/news/gemawarta/#4541874 Fatwa MUI: Mengancam Kebebasan di Tengah Kebebasan Intro: Majelis Ulama Indonesia, 28 Juli lalu, mengeluarkan 11 fatwa yang merupakan hasil rekomendasi Kongres. Fatwa itu antara lain berisi desakan kepada pemerintah untuk membubarkan ajaran Ahmadiyah yang dianggap sesat. Menyatakan haram hukumnya bagi umat muslim mengikuti ajaran liberalisme, sekularisme dan pluralisme. Mengharamkan doa bersama yang dipimpin pemeluk agama lain, dan melarang pernikahan beda agama. Fatwa itu belakangan menjadi kontroversi. Selain dianggap mengancam toleransi beragama dan demokrasi, fatwa itu juga dianggap memprovokasi terjadinya sejumlah kekerasan yang mengatasnamakan agama. Tim liputan 68h melaporkan untuk Radio Nederland di Hilversum. Jum'at 29 Juli 2005. Suasana tegang terasa di antara pemeluk ajaran Ahmadiyah. Sejumlah umat yang bersiap untuk sholat Jum'at di mesjid milik Ahmadiyah di Petojo Jakarta Pusat, terpaksa membatalkan niat mereka. Pintu pagar mesjid, siang itu disegel aparat keamanan dan Musyawarah Pimpinan Daerah. Alasannya, untuk menjaga ketertiban umum. Di Kuningan, Ciamis, dan Bogor Jawa Barat, sejumlah mesjid, musholla dan kantor milik Ahmadiyah juga dipaksa tutup dengan alasan sama. Sementara di Padang Sumatera Barat, sejumlah ulama dan ormas Islam memberi ultimatum sepekan kepada jemaat Ahmadiyah, untuk segera membubarkan diri. Inilah rangkaian represi terhadap sekitar 200 ribu jemaat Ahmadiyah di Indonesia, pasca keluarnya fatwa MUI. Fatwa MUI MUI memutuskan untuk menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dalam Munas II tahun 1980 yang menetapkan bahwa aliran Ahmadiyah di luar Islam, sesat dan menyesatkan. Serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad atau keluar dari Islam. Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah di seluruh Indonesia dan membekukan organisasi serta menutup semua tempat kegiatannya. Fatwa ini meluncur di tengah situasi panas, setelah Front Pembela Islam FPI dan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam LPPI menyerang kongres Ahmadiyah Qodiyan yang berlangsung di Kampus Mobarok, Parung Bogor. Suasana penyerangan dan orasi FPI: Allahu akbar, FPI menang. Jangan sampai ada satupun Ahmadiyah dibolehkan hidup di Indonesia dan seterusnya. Beberapa hari kemudian, 72 orang pengikut jemaat Ahmadiyah di desa Pamulihan, Kecamatan Cisurupan, Garut, Jawa Barat dipaksa keluar dari keyakinan mereka. Di bawah todongan senjata tajam jawara yang dikerahkan kepala desa, mereka dipaksa menandatangi pernyataan keluar dari Ahmadiyah. Teror atas kebebasan dimulai. Sehari setelah fatwa keluar, di kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama Jakarta, bekas presiden yang juga tokoh NU, Abdurahman Wahid menggelar konferensi pers. Bersama sejumlah cendekiawan muslim, seperti Dawam Rahardjo, Syafi'i Anwar, Ullil Abshar Abdallah serta para tokoh lintas agama lain, mereka membentuk Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Dalam jumpa pers, Gus Dur menyarankan umat Islam untuk mengabaikan saja fatwa MUI. Gus Dur: Karena itu kalau MUI mau menetapkan ini itu terserah. Itu kan urusan intern umat. Dipercaya orang atau tidak ya kita lihat saja nanti. Di Indonesia itu yang bisa bilang benar atau tidak benar, hanyalah Mahkamah Agung. Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan menilai, fatwa MUI mengancam kebebasan masyarakat untuk menganut agama dan keyakinan. Padahal, hak itu sebetulnya dijamin konstitusi. Mereka cemas. Fatwa MUI dikhawatirkan akan memprovokasi kekerasan terhadap kelompok yang dianggap sesat. Untuk mencegah kekerasan, Aliansi mendesak MUI mencabut fatwa, atau mengeluarkan fatwa baru, yang mengharamkan kekerasan atas nama agama. Namun permintaan itu ditolak. MUI berkeras, tak ada masalah dengan 11 fatwa mereka. Pro kontra atas fatwa MUI terus berlanjut. Diskusi yang digelar Radio 68h di Jakarta, diwarnai saling tuding dan teriakan kedua kubu yang berseberangan. Fauzan al Anshari dari Majelis Mujahidin Indonesia menyatakan MMI siap beradu argumentasi bahkan jihad untuk membela fatwa MUI. Mereka juga tidak bersedia bertanggungjawab, kalau sampai terjadi kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah, liberal, sekuler, dan pluralis yang dinyatakan haram oleh fatwa tersebut. Fauzan Al Ansyari: Kekerasan itu muncul karena kekecewaan masyarakat atas tersumbatnya mekanisme hukum yang selama ini diharapkan mampu dijalankan aparat. Proses hukum mandek, macet, oleh sebab itu main hakim sendiri akan terjadi. Itu terjadi karena tersumbatnya mekanisme hukum. Pada akhir diskusi, situasi makin memanas. Cendekiawan muslim Dawam Rahardjo sempat saling tunjuk dan melontarkan kata-kata terhadap ketua MUI Amidhan. Diskusi terpaksa dihentikan, karena situasi terus memanas. Malam harinya, kelompok yang menolak fatwa MUI berkumpul di Ciganjur, merayakan ulang tahun Gus Dur. Acaranya antara lain doa bersama antar pemeluk umat beragama, sebagai simbol penolakan fatwa MUI, yang
[ppiindia] Pilkada Depok dan orang Dayak
Sepintas anda membaca judul tulisan ini mungkin anda akan bertanya, apa hubungannya? Kalau kita sedang membicarakan jalannya pilkadal Depok yang terbatas pada wilayah tersebut, memang tidak ada hubungannya sama sekali. Begitu juga, ketika pilkadal yang berlangsung di Depok berakhir dengan sengketa dan sekarang sedang berada dalam proses penyelesaian lanjutan. Sebelumnya KPUD Depok telah menetapkan pasangan Nur Mahmudi - Yuyun yang diusung oleh PKS sebagai pemenang. Kemudian pasangan Badrul Kamal - Syihabudin yang diusung Golkar dan PKB mengajukan gugatan dan PT Jabar memutuskan pasangan tersebut terakhir sebagai pemenang. Sampai pada proses ini, pada dasarnya juga tidak ada hubungannya sama sekali dengan komunitas dayak atau apapun yang berkaitan tentang dayak. Seperti yang kita lihat akhir-akhir ini, keputusan PT Jabar mengundang protes dan aksi dari kelompok pendukung Nur Mahmudi - Yuyun. Semua itu mereka lakukan dalam berbagai bentuk, baik berupa istighatsah dan turun ke jalan-jalan, atau melalui jalur hukum sebagaimana yang sudah diatur dalam perundang-undangan. Pihak lain di luar Depok sama sekali tidak terlibat dengan persoalan ini karena bagaimanapun juga pilkadal wilayah pada dasarnya adalah persoalan di wilayah tersebut. Meskipun ada pihak dari luar wilayah tersebut, paling besar yang bisa dilakukan hanyalah dukungan moril dan keprihatinan. Atau, dukungan personal karena kapasitas pendukung tersebut. Persoalan pilkadal Depok dan Dayak baru muncul belakangan ketika massa PKS sedang melakukan demo yang memrotes keputusan PT Jabar. Seperti yang diberitakan oleh Harian Seputar Indonesia (SINDO) Minggu tanggal 8 Agustus 2005, rombongan PKS di Depok membawa poster yang bertuliskan Pak Badrul, anda pantasnya jadi Walikota Sawangan dan orang Dayak. Tulisan poster ini telah mengundang reaksi keras dari berbagai komunitas dayak. Apa maksud dibalik poster tersebut? Pertanyaan di atas juga kita ajukan kepada siapa saja, terlebih lagi kepada DPP PKS dan massanya, Apa hubungannya pilkadal Depok dengan Sawangan dan orang Dayak? Sekiranya masing-masing orang berpikir sehat, jawabannya akan sama; secara langsung tidak ada hubungannya sama sekali. Tapi bisakah mereka berpikir sehat untuk menjawab, apa maksudnya isi dari poster tersebut? Beberapa kawan-kawan dari berbagai komunitas seperti Walhi Kal-Teng, Betang Borneo, Institut Dayakologi, Lembaga Dayak Panarung, Study Dayak 21, dan bahkan semua orang dayak terperanjat melihat poster tersebut. Pekerjaan-pekerjaan mereka yang sedang sibuk membela hak-hak rakyat, tanah-tanah yang dirampas, hutan yang semakin hari semakin hancur, sungai-sungai yang tercemar, gelar palsu yang meraja lela, perampasan hak dan pembodohan lainnya, sekarang bertambah denyut yang menyentak martabat dan harga diri. Sekarang perjuangan mereka seperti dihadang stigma negatif yang terus berlanjut dari masa ke masa, dan uniknya lagi kali ini terkait dengan konflik perebutan kekuasaan. Mungkin bisa saja anda memberikan pembelaan bahwa semua itu tidak disengaja. Atau barangkali anda berkelit bahwa kalimat yang terpampang dalam poster tersebut sama sekali bukan bermaksud menghina dan merendahkan. Atau alasan-alasan lainnya. Namun setiap jiwa dayak yang melihat kalimat itu dalam konteknya yang bermaksud merendahkan Badrul Kamal, secara langsung atau tidak langsung telah melakukan penghinaan, perendahan martabat, dan pelecehan terhadap dayak. Silahkan anda baca dan camkan kalimat itu sekali lagi, Pak Badrul, anda pantasnya jadi Walikota Sawangan dan orang Dayak. Seperti yang juga dikirimkan oleh Rekan Ben Abel, [Kawan2 mengerti tidak, apa yang dimaksud dengan kata sawangan? Dari pengalaman berkunjung-kunjung dan bergaul-gaul dengan orang di tanah Jawa,aku mendapatkan pengertiannya sebagai semak belukar yang tidak ada artinya atau kata orang Dayak London Wasteland]. Dan meskipun tanpa kata Sawangan sendiri, menyarankan kepantasan kepada Badrul Kamal untuk menjadi Walikota orang Dayak dalam bentuk protes terhadap oknum tersebut, kalimat itu sungguh menikam orang Dayak. Kalimat tersebut seperti dalam pemahaman rekan Ronny Teguh--seorang Dosen Unpar--yang ia ungkapkan, [dayak = bodoh, dayak = dungu, dayak = tak mampu, dayak = kafir. Itu terjemahan bebas dari cara saya membaca poster tersebut yang di pampang untuk menghujat calon walikota depok.] Masih untung dan tentu saja saya bersyukur, semua kawan-kawan dayak dan komunitas-komunitas dayak lainnya baik yang berada di darat atau alam maya tetap berpikir sehat dan sekuat tenaga mengendalikan emosinya dengan sikap untuk tetap tegar dan berjiwa besar seperti yang biasa mereka lakukan setiap kali menghadapi persoalan. Tapi jangan anggap persoalan ini selesai begitu saja sehingga stigmasisasi ini seperti tidak pernah selesai sejak jaman dahulu dan akan terus berlanjut. Karena itu, selain sebagai informasi juga merupakan tuntutan kepada semua pihak terkait, secara lebih khusus lagi kepada DPP
[ppiindia] Bashir's prison sentence to be reduced
http://www.taipeitimes.com/News/world/archives/2005/08/14/2003267696 Bashir's prison sentence to be reduced BIRTHDAY PRESENT: The cleric is one of thousands of prisoners who will benefit from the tradition of cutting jail terms on independence day and other holidays AP , JAKARTA Sunday, Aug 14, 2005,Page 5 A militant cleric jailed for his role in the 2002 Bali bombings will be among 53,000 inmates receiving sentence reductions to mark Indonesia's independence day, authorities and media reports said yesterday. The youngest son of former dictator Suharto, Hutomo Tommy Mandala Putra, is also expected to have his sentence for assassinating a judge reduced when Indonesia celebrates its 60th birthday on Wednesday, Minister of Justice and Human Rights Hamid Awaluddin was cited by the Jakarta Post as saying. The 43-year-old former playboy earlier this year had his 15-year sentence reduced by five years on appeal. But Abu Bakar Bashir -- the alleged spiritual head of the al-Qaida-linked terror group Jemaah Islamiyah -- would be the most controversial inmate to benefit from a reduction. He was convicted in March of conspiracy in the Bali bombings that killed 202 people, many of them Australian tourists. The Supreme Court rejected his appeal earlier this month. Others convicted in the Bali blasts will also receive reductions in their prison terms, Hamid told the newspaper, without indicating how many. Convicts with a record of good behavior can get up to 10-months remission, said Mayun Mataram of the Ministry of Justice and Human Rights in Bali. Mataram said 19 of the 24 Bali bombers jailed will get sentence reductions. It is an Indonesian tradition to cut jail terms on holidays for some of the country's 105,000 inmates who exhibit good behavior, with only those sentenced to death or life in prison excluded. Authorities are expected to announce the length of the reductions on Wednesday, but on average terms are cut by a few months. Attorney Wirawan Adnan, who represented many of the Bali bombers including Bashir, said his clients deserve a break just like any other well-behaved inmate. This is quite common. This happens all over the world if you have been a good boy and don't cause trouble, Adnan said. We're talking about human rights, and everyone should be treated the same whether you are a murderer [or] rapist, he said. But Peter Hughes, a survivor who suffered serious burns in the Bali attacks, said the bombers should serve out their entire terms. We don't like it but there is not much we can do about, said Hughes of Perth, Australia. This is not justice. These guys are criminals and murders should be given heavy penalties without a reprieve. Bashir was sentenced in March to 30 months in jail for conspiracy in the Bali bombings that killed 202 people, many of them Australian tourists. Bashir insisted he was innocent and that his conviction was part of a US-led campaign to silence him. Prosecutors, who had demanded an eight year sentence and could have asked for death, were angry about the light sentence. Both sides appealed. But a Supreme Court earlier this month rejected the appeals and upheld the 30-month jail term. The US and its close ally Australia want Bashir to stay behind bars for as long as possible. The Australian Embassy in Jakarta had no comment yesterday about the sentence reduction. Jemaah Islamiyah is suspected in several other deadly attacks, including the 2003 JW Marriott hotel bombing in Jakarta that killed 12 people, and the Australian Embassy bombing in September last year that killed 11. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hkvgnfe/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124052904/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an
[ppiindia] Indonesia to cut sentences of Bashir, Bali bombers
http://jang.com.pk/thenews/aug2005-daily/14-08-2005/world/w5.htm Important Notice: Jang Group of Newspapers web site can be accessed only by using http://www.jang.com.pk and http://www.jang-group.com Indonesia to cut sentences of Bashir, Bali bombers JAKARTA: Militant Muslim cleric Abu Bakar Bashir, who is serving a 30-month jail term for his role in instigating the Bali bombings, will have his sentence cut as prisoners across Indonesia are granted leniency to mark Independence Day, local media reported Saturday. Justice Minister Hamid Awaluddin said Bashir and some of the 24 other people jailed for their roles the 2002 Bali attacks would receive sentence remissions in conjunction with Wednesday's Independence Day celebrations, according to the Jakarta Post. A Jakarta court in March sentenced Bashir to 30 months in jail for taking part in a conspiracy that led to the Bali bombings, which killed 202 people. The Australian government, which lost 88 citizens in the blasts, has expressed disappointment at Bashir's 30-month jail term and said it wanted a longer sentence. Indonesia's Supreme Court this month rejected Bashir's final appeal to overturn his sentence. Tommy Suharto, the youngest son of former dictator Suharto who is serving a 10-year jail sentence for killing a judge, is also eligible for leniency, the Post said. He has regularly received sentence reductions. In June the Supreme Court overturned his 15-year jail sentence for the murder and sentenced him instead to 10 years. Some 53,000 prisoners across Indonesia will have their sentences cut by up to seven months as the country celebrates its 60th anniversary, the state Antara news agency said. The office of the justice ministry in Bali has proposed remissions for 19 of 24 Bali bombers languishing in Kerobokan prison in the resort island, Antara quoted ministry official Mayun Mataram as saying. Three Bali bombers on death row and the two others jailed for life are not eligible, he said. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hdr39g1/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124053369/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Final Agreement/MoU (RI-GAM)
Ämne: «PPDi» Final Agreement/MoU (RI-GAM) has been distributed Datum: den 14 augusti 2005 21:02 Exclusive News Flash: Final Text of Aceh Agreement Tapol Aug 14, 2005 03:26 PDT [Note: Joyo Exclusive: This is the first time that the text of the Final Agreement/MOU has been distributed. Joyo has been asked by a highly reliable source to disseminate.] Final Text 17 July 2005 Confidential, Not To Be Distributed Memorandum of Understanding between the Government of the Republic of Indonesia and the Free Aceh Movement The Government of Indonesia (GoI) and the Free Aceh Movement (GAM) confirm their commitment to a peaceful, comprehensive and sustainable solution to the conflict in Aceh with dignity for all. The parties commit themselves to creating conditions within which the government of the Acehnese people can be manifested through a fair and democratic process within the unitary state and constitution of the Republic of Indonesia. The parties are deeply convinced that only the peaceful settlement of the conflict will enable the rebuilding of Aceh after the tsunami disaster on 26 December 2004 to progress and succeed. The parties to the conflict commit themselves to building mutual confidence and trust. This Memorandum of Understanding (MoU) details the agreement and the principles that will guide the transformation process. To this end the GoI and GAM have agreed on the following: 1 Governing of Aceh 1.1 Law on the Governing of Aceh 1.1.1 A new Law on the Governing of Aceh will be promulgated and will enter into force as soon as possible and not later than 31 March 2006. 1.1.2 The new Law on the Governing of Aceh will be based on the following principles: a) Aceh will exercise authority within all sectors of public affairs, which will be administered in conjunction with its civil and judicial administration, except in the fields of foreign affairs, external defence, national security, monetary and fiscal matters, justice and freedom of religion, the policies of which belong to the Government of the Republic of Indonesia in conformity with the Constitution. b) International agreements entered into by the Government of Indonesia which relate to matters of special interest to Aceh will be entered into in consultation with and with the consent of the legislature of Aceh. c) Decisions with regard to Aceh by the legislature of the Republic of Indonesia will be taken in consultation with and with the consent of the legislature of Aceh. d) Administrative measures undertaken by the Government of Indonesia with regard to Aceh will be implemented in consultation with and with the consent of the head of the Aceh administration. 1.1.3 The name of Aceh and the titles of senior elected officials will be determined by the legislature of Aceh after the next elections. 1.1.4 The borders of Aceh correspond to the borders as of 1 July 1956. 1.1.5 Aceh has the right to use regional symbols including a flag, a crest and a hymn. 1.1.6 Kanun Aceh will be re-established for Aceh respecting the historical traditions and customs of the people of Aceh and reflecting contemporary legal requirements of Aceh. 1.1.7 The institution of Wali Nanggroe with all its ceremonial attributes and entitlements will be established. 1.2 Political participation 1.2.1 As soon as possible and not later than one year from the signing of the MoU, GoI agrees to and will facilitate the establishment of Aceh-based political parties that meet national criteria. Understanding the aspirations of Acehnese people for local political parties, GoI will create, within one year or at the latest 18 months from the signing of this MoU, the political and legal conditions for the establishment of local political parties in Aceh in consultation with Parliament. The timely implementation of this MoU will contribute positively to this end. 1.2.2 Upon the signature of the MoU, the people of Aceh will have the right to nominate candidates for the positions of all elected officials to contest the elections in Aceh in April 2006 and thereafter. 1.2.3 Free and fair local elections will be organized under the new Law on the Governing of Aceh to elect the head of the Aceh administrtion and other elected officials in April 2006 as well as the legislature of Aceh in 2009. 1.2.4 Until 2009 the legislature of Aceh will not be entitled to enact any laws without the consent of the head of the Aceh administration. 1.2.5 All Acehnese residents will be issued new conventional identity cards prior to the elections of April 2006. 1.2.6 Full participation of all Acehnese people in local and national elections will be guaranteed in accordance with the Constitution of the Republic of Indonesia. 1.2.7 Outside monitors will be invited to monitor the elections in Aceh. Local elections may be undertaken with outside technical assistance. 1.2.8 There will be full transparency in campaign funds. 1.3 Economy 1.3.1 Aceh has the right to raise funds
[ppiindia] John Stone: The case for assimilation
http://www.theaustralian.news.com.au/common/story_page/0,5744,16258914%255E7583,00.html John Stone: The case for assimilation August 15, 2005 SINCE London's July 7 bombings, the federal Government has been under pressure to address Australia's rapidly growing Muslim problem. But it clearly still wants to avoid the real issues: the need to abandon outright our official multiculturalism policies and the need to sharply reduce, to the point of virtually halting, further inflow of people whose culture (Islam) is such that there can be no realistic hope of them ever integrating into Australian society. Recently on this page (July 22), I proposed six measures to begin addressing those issues. Even as that went to press, further London bomb attacks were attempted. A retired senior ASIO officer (backed by the Federal Police Commissioner) now says ASIO knows of about 60 Muslims resident here who have received training in terrorist activities such as bomb-making. Before I am accused of stirring up race hatred, the multiculturalism industry's invariable response when it lacks reasoned arguments, consider some figures. On July 22 I mentioned roughly 330,000 Muslims in Australia today. That was based on the 282,000 self-declared Muslims in the 2001 census (81,000 more than in 1996). But the census religious affiliation question is optional; 1,835,000 people did not answer it in 2001. So 330,000 clearly understates the reality. A YouGov poll among Britain's Muslims immediately after the July 7 bombings (London's The Daily Telegraph, July 23) found 6 per cent believed them fully justified. A further 24 per cent, while not condoning the bombings, expressed sympathy with the feelings and motives of their perpetrators. Some 32 per cent believe Western society is decadent and immoral and Muslims should seek to bring it to an end. If we (complacently) assume that Britain's Muslim problem is three times as bad as ours, then only 2 per cent of our Muslims would find London-type bombings here fully justified. Even on that understated 330,000 figure, that means 6600 murder-approving Australian Muslims. Likewise, another 8 per cent (26,400) will feel sympathy with the feelings and motives of those who, one day, will commit such atrocities here. On the same assumptions, more than 10 per cent (35,200) believe that Muslims should seek to bring our society to an end. How do our multiculturalism apologists ignore such figuring? Even if they feel their own, typically comfortable lives aren't in much danger, don't they care about other Australians (for example, those using public transport) likely to be killed or maimed when calamity strikes? Don't they have children, or grandchildren, who will live in an increasingly Muslim-influenced Australia? Here then are some more measures to help deal with the problem. First, cut back hard on giving welfare benefits to immigrants (genuine refugees excepted). The most powerful inducement to Muslim (and other) immigration into Britain has been the sheer munificence, for those involved, of social security benefits they receive. Anyway, why should Australian taxpayers foot such bills for those who, having chosen to live among us, then batten upon us? Second, debar funds from any country that denies genuine religious freedom coming to Australian religious institutions. Saudi Arabia, whose oil moneys have funded fundamentalist Islamic mosques, schools and media outlets throughout the world, is the obvious example. Third, the Australian Defence Force should be ordered to put more resources (and be given the necessary extra funding) into sealing our wide-open back door across Torres Strait from Papua New Guinea (the route taken, incidentally, by Peter Qasim seven years ago). Fourth, government spokespeople, federal and tate, must stop bowing to political correctness and start calling ethnically based crime by its real name. The Sydney Morning Herald editorialists tut-tutting about such truth-telling should read their own Natasha Wallace's chilling report (SMH, July 22) on the horrific series of 2002 Ashfield gang rapes by four brothers of Pakistani origin. Fifth, state governments (whose jurisdiction it is) should follow the Italian Government's recent lead and forbid the public wearing of identity-concealing garments such as the burka or the chador, which not only exclude Muslim women from society but can also cover bomb belts. If that were to deter Muslims from coming here, or induce some existing Muslim residents to go home, both results could be borne with equanimity. Finally, make the 2006 census religious affiliation question compulsory. In short, we must fundamentally rethink our immigration policies and our official policies of multiculturalism (that is, non-assimilation). Our future immigration policy should focus on whether those concerned are capable of assimilating into
[ppiindia] Dari Warung Global Interaktif Bali Post
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/8/15/b1.htm Dari Warung Global Interaktif Bali Post Jangan Sunat Dana Pendidikan biar tak Mahal Pendidikan murah, walau banyak bantuan yang sudah dikucurkan untuk membantu meringankan beban dana yang dikeluarkan. Tentu hal ini menimbulkan banyak harapan dan juga pertanyaan kepada pengelola sekolah, baik kepala sekolah maupun komite sekolah. Sebuah indikasi muncul berupa ketidakpercayaan masyarakat tentang penyaluran dana bantuan pendidikan. Apakah bantuan tersebut nantinya akan langsung dapat diterima oleh yang berhak? Akankah dana pendidikan tidak disunat? Orangtua murid tentu tidak mengharapkan seperti itu. Asalkan pendidikan yang didapatkan oleh murid ini disesuaikan dengan apa yang dibayar, membayar mahal sesungguhnya bukan masalah. Tetapi terkadang kita membayar namun mutu yang kita dapatkan jauh dari harapan. Yang sering dirasakan orangtua murid, pihak sekolah hanya berorientasi pada uang, namun kurang memperhatikan kualitas. Pemerintah dan masyarakat mestinya ikut memperhatikan dan mengontrol dunia pendidikan, jangan biarkan mahal. Demikian antara lain opini kawan Global dalam acara Warung Global Radio Global FM Bali 96,5 Kinijani, Sabtu (13/8) lalu. Acara ini juga dipancarluaskan oleh Radio Genta Swara Sakti Bali dan Radio Singaraja FM. Berikut rangkuman selengkapnya. - Nyoman Ledang di Denpasar menyatakan bahwa indikator yang disampaikan oleh Gubernur Bali adalah salah satu yang mencerminkan bahwa kepala sekolah-kepala sekola dan Dinas Pendidikan masih belum bisa dipercaya dalam pengelolaan dana bantuan tersebut, sering nyantol di jalan sehingga tidak sampai di anak didik. Oleh karena itu, masyarakat dari seluruh lini yang berkait erat dengan pendidikan tentu harus lebih banyak menampakkan kejujuran. Jadi apa yang digulirkan oleh Gubernur merupakan satu syarat bahwa pengetatan dana pendidikan yang dikelurkan sebanyak Rp 62 milyar harus dilaksanakan, digunakan sesuai dengan kebutuhan dan sampai pada anak didik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Demikian juga kesejahteraan guru, pembangunan gedung-gedung sekolah harus sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan. Sementara itu, Jujur di Sanglah mengatakan bahwa semua jadi tukang sunat. Kalau kita dari pertama yang namanya duit sudah wanti-wanti berarti pengelola itu tidak percaya. Kalau sampai kita menyebut jangan disunat berarti indikasinya kita curiga kepada orang yang mendapatkan dana itu. Ini kalau kita rasakan dari bahasa yang diungkapkan. Kalau akan terjadi hal seperti itu, artinya pengelolaan-pengelolaan dana untuk masyarakat umum sudah tidak kita percayakan kepada putra-putra bangsa seperti pendidikan ini. Kalau dikaitkan dengan kesejahteraan selama kita hidup dan disertai perubahan zaman, sebesar apa pun kekayaan yang ada tidak akan tercukupkan. Sebagai orangtua murid dirinya tidak mengharapkan seperti itu asalkan pendidikan yang didapatkan oleh murid ini disesuaikan dengan apa yang kita bayar. Kadang-kadang kita membayar tetapi mutu yang kita dapatkan jauh dari harapan masyarakat. Yang sering kita rasakan, mereka hanya berorientasi pada uang. Inilah penyesalan-penyesalan sebagai orangtua. Kalau ada seperti ini, mendapatkan subsidi dari pemerintah alangkah baiknya dijadikan barang dan barang-barang itu memang dibutuhkan oleh siswa itu sendiri, karena kalau berupa uang akan dicarikan celah-celah untuk dialokasikan pada hal-hal yang tidak penting. Kak Nges di Denpasar mengungkapkan bahwa di beberapa SD dan SMP di Payangan guru dan anggota komite belum mengadakan rapat untuk membahas dana BOS. Di Kabupaten Gianyar masing-masing sekolah masih memberlakukan dana komite masing-masing, ada yang Rp 3.000, ada yang Rp 4.000 per bulan untuk anak SD, dan untuk SMP ada yang Rp 30.000 per bulan. Tetapi idealnya sekolah itu membutuhkan dana Rp 57.500, sementara dana bOS untuk SMP sebesar Rp 27.500. Mereka juga bersyukur ada dana dari pemerintah sehingga meringankan beban siswa. Di Klungkung untuk SD dan SMP gratis, sementara di salah satu SMK swasta mereka masih memberlakukan SPP. SMP Negeri di Badung khususnya Kecamatan Mengwi SMP 4 Mengwi pihak sekolah dan komite akan melakukan rapat, sementara SMP 1 Mengwi ada peningkatan dari Rp 25.000 menjadi Rp 50.000. Kak Nges mengaku sempat kaget, karena alasan sekolah menuju sekolah standar nasional, dan itu sudah disepakati oleh orangtua murid dan kita tahu rata-rata/90% orangtua murid mampu. Dia merasa dana BOS ini sangat berarti bagi anak-anak yang tidak mampu, tetapi tiap sekolah mempunyai metode masing-masing. Terkait dana-dana bantuan pendidikan ini pula diharapkan peran serta masyarakat untuk mengawasi perjalanan uang tersebut. Lintang di Gianyar menyarankan, semestinya pemerintah ikut campur, ikut memperhatikan dunia pendidikan, jangan biarkan mahal. Lintang yang guru SMA ini mengharapkan adanya peranan antara masyarakat dan pemerintah bersama-sama
[ppiindia] Pengalaman korban peristiwa 65 adalah guru besar bangsa
Ajakan renungan A. Umar Said (Tulisan berikut di bawah ini juga disajikan dalam website http://perso.club-internet.fr/kontak) PENGALAMAN KORBAN PERISTIWA 65 ADALAH GURU BESAR BANGSA Ketika kita memperingati 40 tahun peristiwa 65 apa sajakah yang perlu kita kenang kembali atau kita tarik sebagai pelajaran penting bagi bangsa kita dewasa ini dan juga untuk anak-cucu kita di kemudian hari ? Boleh dikatakan, semuanya! Semua soal yang berkaitan dengan peristiwa 65 adalah penting. Karena itu, masalah peristiwa 65 adalah rumit, dan bersegi banyak. Dalam persoalan besar yang sangat bersejarah bagi bangsa dan Republik Indonesia ini ada aspek PKI, ada aspek Bung Karno, aspek TNI-AD, aspek Suharto, aspek golongan Islam, aspek CIA. Di dalamnya terdapat juga faktor sejarah, faktor politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dan semuanya itu ada sangkut-pautnya - secara langsung atau tidak langsung - dengan banyak persoalan dalamnegeri dan internasional pada waktu itu. Mengingat begitu besar dampak peristiwa 65 untuk kehidupan bangsa kita, maka sebaiknya (atau sepatutnya ) makin banyak orang bisa menulis tentang itu semua. Sehingga berbagai masalah peristiwa 65 bisa dilihat secara betul-betul jernih dan juga secara menyeluruh. Karena, seperti kita saksikan sendiri masing-masing selama ini, banyak sekali soal yang berkaitan dengan peristiwa 65 telah diputarbalikkan, direkayasa, dipalsukan, dibohongkan, disulap dan divermaak oleh Orde Baru. Dan dalam jangka waktu yang lama sekali pula, yaitu lebih dari 32 tahun !!! Jadi, tidak tanggung-tanggung. Dalam tulisan yang kali ini titik berat diletakkan pada ajakan kepada semua untuk merenungkan bersama masalah penganiayaan dan penyiksaan yang dilakukan oleh para pembangun rejim militer Orde Baru. Karena, penganiayaan biadab dan penyiksaan sadis adalah salah satu di antara banyak senjata ampuh yang dipakai oleh Orde Baru dalam melumpuhkan kekuasaan Bung Karno dan dalam memukul PKI beserta pendukung-pendukungnya. Penganiayaan dan penyiksaan (yang dilakukan dalam berbagai bentuk) adalah suatu cara rejim militer Orde Baru untuk kemudian melakukan terror permanen di seluruh negeri, guna memperkokoh cengkeraman kekuatan militernya. Dalam arti tertentu, bisalah kiranya disimpulkan bahwa penganiayaan dan terror adalah satu dan senyawa dengan Orde Baru. PUNCAK KEBIADABAN DALAM SEJARAH BANGSA Barangkali, penganiayaan dan penyiksaan oleh kesatuan-kesatuan TNI-AD (dan kalangan kecil dari golongan Islam) terhadap anggota, simpatisan dan kader-kader PKI dan pendukung Bung Karno, merupakan puncak kebiadaban yang pernah dibikin oleh segolongan kecil bangsa kita.terhadap sesama warganegara. Dan, mungkin juga, puncak kebiadaban yang mengerikan ini adalah satu-satunya yang muncul dalam sejarah bangsa Indonesia. Mudah-mudahan, Insya Allah! Kalau mengingat betapa hebatnya penganiayaan atau sadisnya penyiksaan terhadap begitu banyak orang yang ditangkap dan diinterogasi oleh aparat militer maka kita bisa bertanya-tanya apakah bangsa kita ini masih pantas dinamakan bangsa yang beradab? Apakah kita bisa membanggakan diri sebagai bangsa yang majoritasnya pemeluk agama? Selama 32 tahun pemerintahan rejim militer Suharto dkk orang tidak bisa dan juga tidak berani buka suara tentang kebiadaban, kebuasan, dan kebengisan yang terjadi dalam tahun-tahun pertama ketika Suharto dkk menyerobot kekuasaan dari tangan Bung Karno. Sebab, berani buka suara waktu itu berarti pasti menghadapi penangkapan dan penganiayaan. Baru setelah Suharto dengan Orde Barunya dipaksa turun dari kekuasaan dalam tahun 1998, sedikit demi sedikit muncullah beraneka ragam cerita dan kesaksian tentang betapa hebatnya penganiayaan dan penyiksaan terhadap para korban. Sebagian kecil sekali dari cerita dan kesaksian ini sudah mulai diketahui oleh publik melalui, antara lain : wawancara, artikel atau tulisan dalam majalah, memoire dalam bentuk buku. Mengingat banyaknya kasus penganiayaan dan hebatnya penyiksaan, dan mengingat juga besarnya jumlah orang yang telah menderita perlakuan yang tidak berperikemanusiaan ini, maka kiranya kita semua perlu mendorong sebanyak mungkin orang untuk terus menulis tentang itu semua lebih banyak lagi. Menulis (atau menceritakan) tentang kebiadaban penganiayaan dan penyiksaan yang telah dilakukan oleh sebagian golongan militer (dan sebagian kecil golongan Islam pada waktu itu) merupakan tugas penting generasi bangsa kita dewasa ini. Sebab, kalau tugas penting ini tidak dikerjakan sekarang, maka saksi-saksi hidupnya akan makin berkurang atau banyak pelaku-pelaku sejarahnya yang sudah keburu meninggal dunia. BESARNYA DAN LUASNYA PENGANIAYAAN Sekadar untuk menyegarkan kembali ingatan kita bersama, pada akhir tahun 1965, dan dalam tahun-tahun 1966 dan 1967, hampir seluruh pemimpin dan kader PKI dari berbagai tingkat (propinsi, kabupaten, kota besar dan kota madya, kecamatan, bahkan kelurahan) di
[ppiindia] Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan
HARIAN KOMENTAR 15 August 2005 Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan Aliansi Gerakan AntiPemurtadan (AGAP) Kota Cimahi bersama beberapa Organisasi Massa (Ormas) Islam dan masyarakat, Minggu (14/08) kemarin meminta agar 13 rumah ibadah di Perumahan Permata Cimahi dihentikan seluruh aktivitasnya. Alasan mereka, kegiatan ibadah umat Kristen itu tidak mempunyai izin. Ketua AGAP M Mu'min SE mengatakan, permintaan peng-hentian tersebut dilakukan me-lalui cara persuasif dengan mendatangi para pendeta ge-reja. Para pendeta gereja ter-sebut diminta untuk me-nandatangani surat pernya-taan penghentian kegiatan ser-ta akan mengembalikan fungsi bangunan sebagaimana mes-tinya, katanya di Masjid Zam-rud Permata Cimahi. Ia mengatakan, ke-13 gereja tersebut tidak mempunyai su-rat izin yang jelas. Mereka meng-gunakan tempat tinggalnya un-tuk dijadikan pusat kegiatan agama seperti kebaktian, seko-lah minggu dan kegiatan lain-nya yang aktivitasnya sama de-ngan gereja, katanya. Kegiatan yang kami lakukan bersama teman-teman Forum Pembela Islam (FPI), Barisan AntiPemurtadan dan Korps Pe-muda Daulah Islamiyah dan warga masyarakat sekitar bu-kanlah untuk menghalangi ke-giatan ibadah umat non-Mus-lim, katanya. Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa yang merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat dialihfungsikan menjadi tempat kegiatan ibadah. Sejak pukul 09:00 WIB kema-rin, ratusan massa dan warga masyarakat telah mendatangi empat gereja yaitu yang berada di RW 14, RW 05, RW 12 dan RW 5, termasuk sebuah klinik pengobatan Anugerah. Mereka membagi menjadi tiga kelom-pok utusan, masing-masing menjelaskan maksud keda-tangan, negosiator dan penan-datanganan. Kelompok perta-ma bertugas untuk menjelaskan maksud kedatangannya ke setiap gereja. Setelah itu, kelom-pok negosiator bertugas untuk melakukan negosiasi dengan pendeta untuk menandatangani surat pernyataan dan untuk se-lanjutnya penandatanganan su-rat pernyataan. Aksi yang dila-kukan ratusan massa tersebut berlangsung aman. Tidak ada tindakan anarkis yang terjadi diantara kedua belah pihak. Massa yang memakai atribut masing-masing Ormas tersebut didampingi oleh tokoh masya-rakat dan pihak kepolisian. Menurut Ketua RW 14 Agus Sucipto, bersama dengan pihak kepolisian, tokoh masyarakat serta AGAP telah mendatangi satu persatu pendeta gereja. Kami bersyukur karena me-reka bersedia menandatangani surat pernyataan akan meng-hentikan kegiatan, katanya. Agus juga mengatakan, ke-giatan beberapa gereja tersebut diantaranya sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun. Upaya yang telah dilakukan oleh warga masyarakat melalui Ketua RT dan RW adalah de-ngan mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan hal ini te-tapi ternyata himbauan-himbau-an kami tidak diindahkan, katanya. Saya sebagai Ketua RW telah melaporkan hal ini ke pihak ke-polisian dan kecamatan. Dan sudah semestinya Walikota Ci-mahi juga sudah mengetahui-nya, tambahnya. Menurut Ke-tua RT 06 RW 14 Yanto, satu hal yang paling mengganggu adalah banyaknya mobil yang parkir di sekitar gereja yang tentu saja menghalangi rumah tinggal lain-nya. Tetapi, lanjut Yanto, hal tersebut sudah dipenuhi oleh pemilik gereja tersebut dengan memindahkan lahan parkirnya ke tempat lain. Tetapi sayang, taman yang merupakan fasilitas umum ma-lah diratakan menjadi lahan parkir. Sehingga hal ini menjadi tambahan masalah, katanya. Ketika sekitar pukul 14:00 WIB massa mendatangi rumah yang dijadikan gereja milik Pen-deta Gunawan Immanuel, dan ia tidak bersedia ditemui. Te-tapi menurut sebuah sumber, Gunawan telah bersedia menan-datangani surat pernyataan untuk menghentikan aktivitas gerejanya. Gereja yang telah didatangi oleh AGAP adalah gereja milik Pendeta M Sibarani, Pendeta Henokh Herminutoyo, Pendeta Theo dan Pendeta Gunawan Immanuel.(ant/*) © Copyright 2003 Komentar Group. All rights reserved. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hmbt3lt/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124065828/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education/a!/font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung
[ppiindia] Ada Krisis dan Ada Krisis
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/utama/1979013.htm ANALISIS EKONOMI Ada Krisis dan Ada Krisis Oleh: Hadi Soesastro Cepat atau lambat pemerintah harus membuat keputusan menaikkan harga bahan bakar minyak. Apabila kebijakan itu dilakukan tanpa dialog intensif dengan masyarakat, pemerintah akan menghadapi banyak tentangan. Masyarakat sudah menjadi manja sehingga sulit mengambil kembali subsidi yang sudah diberikan karena telanjur dianggap sebagai hak mereka, kendati tak disangkal bahwa masyarakat berpendapatan rendah akan merasakan beban tambahan yang semakin memberatkan mereka. Selain itu, seruan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilai tidak memihak rakyat tentunya akan didengungkan lagi. Sangat mungkin Presiden Yudhoyono menjadi semakin ragu-ragu mengambil tindakan yang diperlukan untuk menepis datangnya krisis ekonomi baru. Keadaan ini sebenarnya menunjukkan bahwa kini kita sudah berada dalam suatu krisis. Krisis ini adalah krisis penadbiran (governance) dan berkaitan dengan ketidakberdayaan pemerintah mengambil kebijakan yang rasional karena disandera oleh kekeliruan yang berlarut-larut. Berkaitan dengan itu, harus ada kebijakan rasional yang sedikitnya mempunyai beberapa komponen. Komponen pertama, kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diterapkan telah menjadi sumber penyakit. Gagasan dasar BBM harus disediakan dengan harga semurah mungkin sebenarnya tidak keliru. Pengertian ini harus diterjemahkan sebagai upaya untuk selalu meningkatkan efisiensi dalam penyediaannya. Namun, sejak lama ada keraguan dalam masyarakat tentang efisiensi Pertamina. Selain itu, minyak tanah yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat berpendapatan rendah juga dikonsumsi kalangan lain yang punya sumber alternatif (LPG dan listrik). Hal ini disebabkan sulitnya menerapkan harga minyak tanah yang berbeda untuk konsumen yang berbeda. Padahal, harga minyak tanah untuk rumah tangga selama bertahun-tahun ditetapkan jauh di bawah biaya produksinya. Harga beberapa jenis BBM lain, seperti minyak solar, minyak diesel, dan minyak bakar, ikut terdistorsi. Penyebabnya, minyak tanah mudah dipakai sebagai pengganti minyak solar. Selama bertahun-tahun jenis BBM ini disubsidi bukan karena alasan sosial atau ekonomi, tetapi karena alasan teknis. Maksud subsidi pun sudah jauh melenceng. Komponen kedua, prinsip dan cara penyesuaian harga BBM. Karena penyediaan BBM di dalam negeri telanjur menjadi masalah politis, maka kebijakan penetapan harga BBM tidak bisa diserahkan kepada pasar, seperti di Filipina atau Thailand. Padahal, sebagai negara pengimpor minyak, Filipina dan Thailand posisinya lebih rawan daripada Indonesia. Penyesuaian harga BBM yang mencerminkan keadaan pasar merupakan kebijakan yang rasional. Kebijakan ini menjamin kelangsungan penyediaannya. Di Indonesia konsumen tidak pernah dididik untuk menghargai nilai BBM. Bahkan masyarakat dininabobokan dengan mitos Indonesia mempunyai sumber alam, termasuk minyak, yang berlimpah-limpah. Harga BBM di dalam negeri tidak boleh disandingkan dengan harga di pasar internasional. Bahkan ada kepercayaan pasar BBM di dalam negeri layak diinsulasi dari pasar internasional. Akibat dari kepercayaan ini, penyesuaian harga BBM dalam praktiknya ditentukan oleh kemampuan (atau, lebih tepat, ketidakmampuan) keuangan pemerintah untuk membiayai subsidi BBM. Kemampuan itu bisa berubah mendadak sehingga penyesuaian harga BBM sering kali menimbulkan gejolak (shock) secara ekonomis dan psikologis. Masyarakat semakin tidak dibuat mengerti mengapa harga harus mengalami perubahan. Penyesuaian harga BBM pun mudah menjadi sasaran sandera politik oleh berbagai pihak. Apabila kemampuan keuangan negara menurun, tetapi pemerintah tidak mempunyai keberanian politik untuk mengurangi subsidi, yang terjadi adalah realokasi dalam pengeluaran pemerintah. Subsidi yang dikeluarkan dari anggaran pemerintah relatif lebih banyak dinikmati mereka yang tak berhak menerima. Realokasi pengeluaran anggaran diambil dari berbagai program pemerintah yang sebenarnya lebih banyak dinikmati penduduk berpendapatan rendah (pendidikan dan kesehatan). Kebijakan subsidi BBM untuk membantu penduduk berpendapatan rendah ternyata menimbulkan ketimpangan yang semakin besar. Komponen ketiga, cara membantu penduduk berpenghasilan rendah. Subsidi kepada penduduk berpendapatan rendah adalah kebijakan yang absah. Kebijakan yang rasional adalah memberikan subsidi langsung kepada mereka yang membutuhkan. Kebijakan ini bukan kompensasi. Sebab, subsidi diberikan bukan untuk mengganti kerugian karena harga BBM dinaikkan, tetapi sebagai bantuan bagi kelompok penduduk tertentu. Rumusan ini tak boleh rancu. Jika memang ada kesepakatan nasional membantu penduduk miskin, perlu kejelasan tentang siapa yang dianggap miskin dan di mana mereka. Pemerintah sudah diberi waktu sejak tahun 1998 untuk menetapkan, melakukan pendataan, dan menciptakan mekanisme yang tangguh
[ppiindia] Perjanjian Damai di Mata Para Prajurit
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/utama/1978960.htm Perjanjian Damai di Mata Para Prajurit Oleh: Ahmad Arif dan Prasetyo Eko Ketika para petinggi Indonesia-Gerakan Aceh Merdeka bersiap-siap menandatangani kesepahaman tentang Aceh Damai di Helsinki, Finlandia, para serdadu kedua pihak di Nanggroe Aceh Darussalam menanti dengan harap-harap cemas. Tertutupnya materi naskah kesepahaman itu membuat mereka, terutama kalangan TNI/Polri, lebih berdebar lagi. Kami hanya bisa berharap ksepahaman itu benar-benar bisa mewujudkan perdamaian di Aceh. Apa pun isinya, Aceh tetap harus menjadi bagian dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia-Red). Bertahun-tahun kami berperang untuk menjaga hal itu, kata seorang anggota marinir yang ditemui sedang duduk-duduk di pos penjagaan Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara, Minggu (14/8). Namun, di dalam hati kecilnya, lelaki berpangkat prajurit satu yang pernah bertugas selama 12 bulan semasa darurat militer itu mengaku masih belum yakin kedamaian benar-benar akan terwujud di Aceh. Waswas dan curiga pastilah masih kami rasakan. Akan tetapi kami hanya wayang, harus taat perintah. Disuruh menembak, akan kami lakukan. Dilarang menembak, juga akan kami lakukan, walaupun mungkin dengan berat hati, katanya menuturkan. Seorang temannya menambahkan, Kami dikirim ke Aceh dengan tujuan melawan (pemberontakan-Red) GAM. Rasanya aneh sekarang kalau kami tidak boleh menembak mereka. Apalagi katanya senjata GAM baru akan diserahkan mulai 15 September 2005, artinya selama sebulan mereka bisa berhadap-hadapan dengan kami di kota dengan kondisi sama-sama memegang senjata. Apa bisa? katanya. Para prajurit yang terbiasa bertempur di lapangan itu resah karena tidak boleh berpatroli lebih dari 750 meter dari pos masing-masing. Artinya, mereka tidak diperbolehkan bereaksi saat melihat sosok yang selama ini mereka kejar asalkan jaraknya lebih dari 750 meter dari pos terkait. Semoga kali ini benar- benar damai sehingga kalaupun kami pulang bisa dengan tenang dan tak lagi dipanggil kemari, katanya. Kebingungan seperti itu jelas terasa di kalangan para prajurit. Naskah kesepahaman Aceh Damai yang rencananya ditandatangani hari Senin (15 Agustus 2005) ini memang masih misteri dan menimbulkan tanda tanya bagi mereka. Hanya para petinggi yang terlibat dalam pembuatan naskah itu saja yang tahu isinya. Bukan hanya para prajurit, bahkan Kepala Kepolisian Daerah NAD Inspektur Jenderal Bahrumsyah dan Komandan Satuan Tugas Informasi Komando Operasi Pemulihan Keamanan Aceh Letkol Erie Soetiko juga mengaku hanya bisa menunggu hingga kesepahaman itu ditandatangani. Kami percaya para petinggi negara ini akan melakukan yang terbaik untuk RI. Kami memang bertanya-tanya soal isi perjanjian itu, tapi kami hanya bisa menunggu, kata Erie. Bahrumsyah mengatakan, implementasi penandatanganan naskah kesepahaman itu memang mencuatkan banyak tanda tanya, terutama mengenai mekanisme perlucutan senjata para anggota GAM. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana proses penyerahan senjata itu. Semua itu ditangani Aceh Monitoring Mission (AMM) tanpa melibatkan kami. Kami hanya bisa berharap, perjanjian kali ini berhasil. Tetapi, kami juga menyiapkan rencana terburuk, dan jika perjanjian damai ini dikhianati kami akan panggil lagi TNI dan mungkin akan lebih dahsyat dibandingkan dengan darurat militer yang lalu, katanya. Kegamangan juga terasa di pihak GAM. Juru bicara GAM Wilayah Pase Tengku Jamaika hingga hari terakhir menjelang penandatanganan naskah damai masih juga ragu dengan implementasinya di lapangan. Berkali-kali dia mengabarkan kepada rekan-rekan media bahwa mereka masih gamang turun gunung dan berhadapan dengan TNI/Polri. Kami masih diburu terus. TNI masih berpatroli lebih dari 750 meter dari pos, kata Jamaika. Kian memanas Di hari-hari terakhir menjelang penandatanganan kesepahaman tersebut, suasana kian memanas dan desing peluru masih juga terdengar. Sabtu lalu sekitar pukul 21.00, kembali terdengar rentetan tembakan di Desa Meunasah Pantai, Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara. Meski tidak sampai menimbulkan korban, tapi warga masih dicekam ketakutan. Gimana tidak takut, peluru itu tidak punya mata. Kami hanya bisa tiarap di lantai bersama anak- anak, ujar seorang warga setempat. Sehari sebelumnya, Jumat sekitar pukul 08.20, Kopral Dua Ignatius Arbeni dari Brigade Infanteri I Marinir Satgas Muara terluka parah dibacok di Pasar Peusong, Lhok Seumawe. Pelaku pembacokan pun tewas ditembak rekan korban. Ketua Front Perlawanan Separatis GAM (FPSG) Sofian Ali di Bireuen mengatakan, menjelang penandatangan kesepahaman tentang Aceh Damai masih terjadi penculikan terhadap beberapa anggotanya. Menurut dia, dalam satu bulan terakhir sembilan anggotanya hilang diculik. Sofian juga bertanya-tanya, kenapa naskah damai itu disembunyikan dari
[ppiindia] Arti 15 Agustus bagi Aceh dan Papua
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/opini/1976658.htm Arti 15 Agustus bagi Aceh dan Papua Oleh: Dupito D Simamora Pada hari ini, 15 Agustus 2005, di Helsinki, Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangani nota kesepahaman untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Serambi Mekkah itu. Empat puluh tiga tahun lalu, tepatnya 15 Agustus 1962, Indonesia menandatangani kesepakatan dengan Belanda mengenai penyelesaian isu Papua yang disebut sebagai New York Agreement (NYA) atau Kesepakatan New York. Saat kita membicarakan GAM di Helsinki, masalah Papua mendapatkan liputan luas. Pemicunya, lolosnya RUU Kongres AS 2601 di tahap pertama, yang memuat kewajiban Menlu AS melapor pada Kongres mengenai efektivitas Otonomi Khusus Papua dan keabsahan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969. Kesamaan tanggal antara MoU Helsinki dan NYA barangkali sebuah kebetulan saja. RUU 2601 dan Papua Peran AS tak dapat dipungkiri sangat besar dalam pencapaian NYA dengan menekan dan bahkan mengancam Belanda agar berunding serius dengan RI. Duta Besar AS Ellsworth Bunker, ditunjuk oleh Penjabat Sekjen PBB U Thant saat itu untuk mewakilinya dalam perundingan tersebut. Meski Bunker mewakili U Thant, ia juga mewakili posisi dan pandangan AS atas perdebatan RI dan Belanda. Adalah suatu pengingkaran sejarah apabila pemerintah AS, kini dan di masa datang, lari dari komitmennya atas Papua. Dukungan penuh Presiden AS George W Bush lebih merupakan penegasan kembali komitmen AS. Kebetulan penulis bersama anggota Kongres Eni Faleomavaega pernah hadir di seminar dekolonisasi PBB di Havana tahun 2001. Kehadiran dia di seminar tersebut sehubungan dengan posisi Samoa Amerika, daerah asalnya, hingga kini tercatat sebagai salah satu dari 16 wilayah yang belum berpemerintahan sendiri di PBB. Bukannya menawarkan pemecahan masalah Samoa Barat, Eni langsung menyerang kebijakan Indonesia di Papua dan menghimbau peninjauan Pepera. Menanggapi hal tersebut, disampaikan bahwa seminar tersebut diselenggarakan untuk membahas penyelesaian 16 wilayah yang belum berpemerintahan sendiri. Isu lain tidak relevan untuk dibahas dalam forum ini. Dapat dicatat bahwa pemikiran Faleomavaega, termasuk pengajuan RUU 2601, konsisten dengan sikapnya memperjuangkan kepentingan Pasifik Selatan di AS. Upaya seperti ini perlu di-counter agar tidak menimbulkan persepsi dan keputusan yang keliru pula. Internasionalisasi? Masalah Aceh seperti Papua 'dicoba' diselesaikan dengan melibatkan pihak luar. Papua melibatkan Pemerintah AS dan PBB sementara Aceh melalui Crisis Management Inititiative (CMI) pimpinan Marti Ahtisaari dan sebelumnya melalui Henry Dunant Center (HDC). Kalau pelibatan itu disebut sebagai internasionalisasi tidak sepenuhnya tepat. Selama Indonesia tetap memegang kendali terhadap hasil akhir implementasinya tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan. Keterlibatan internasional hanya sebagai fasilitator dan monitoring implementasinya. Tidak ada hidden agenda yang dapat menjadi bom waktu di kemudian hari. Kesepakatan New York menyelesaikan masalah antara penjajah (Belanda) dan terjajah (Indonesia) di mana Papua sebagai bagian yang tak terpisahkan. Sementara MoU Helsinki tidak dapat disebut sebagai perjanjian internasional. GAM bukan subyek hukum internasional, terlebih dengan pengakuan eksplisit wakil GAM bahwa MoU tersebut ditandatangani dalam kerangka NKRI. Kesepakatan New York dan MoU Helsinki harus bersifat final - bukan sasaran antara. Namun demikian, the devil is in the details, dapat memicu permasalahan di masa depan, maka harus diantisipasi sedemikian rupa agar tidak dimanfaatkan untuk tujuan lain. Kesepakatan New York misalnya bukan hanya kerangka akan tetapi merupakan penyelesaian akhir dari permasalahan bilateral, sementara the details termasuk Pepera berada dalam jiwa dan semangat untuk mengembalikan Papua ke pangkuan ibu pertiwi. Sebagai isu 'internasional' atau lebih tepat isu bilateral, masalah Papua telah selesai dengan ditandatanganinya dan dilaksanakannya Kesepakatan New York (1962 dan 1969). Indonesia telah melaporkan hasil pelaksanaan kepada Sekretaris Jenderal PBB dan hasil tersebut telah diterima oleh Majelis Umum PBB 2504 (XV) tahun 1969. Penerimaan itu menyimpulkan PBB telah melakukan peranan sebagai mediator antara Belanda dan Indonesia. Belanda juga menyetujui implementasi kesepakatan itu lewat pernyataan Menlu Belanda JM Luns di sidang Majelis Umum 13 November 1969. .the Netherlands Government is prepared to recognize and to abide by the outcome of the act of self-determination as stipulated in the paragraph 2 of article XXI of the 1962 Agreement. Luns menambahkan bahwa Pemerintah Belanda . does not consider the method adopted by the Indonesian Government to be, in itself, contrary to the provisions of the Agreement, which left
[ppiindia] Indonesia Bangsa Maritim, Riwayatmu Kini
Refleksi: Riwayatmu kini hanya 'tjerita tempo doeloe' http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/opini/1976751.htm Indonesia Bangsa Maritim, Riwayatmu Kini Oleh: DJOKO SUMARYONO Beberapa hari lagi bangsa Indonesia akan memperingati Hari Ulang Tahun Ke-60 Kemerdekaan RI, yakni 17 Agustus 2005. Sebagaimana menyambut bulan Agustus pada tahun-tahun sebelumnya, segenap insan Indonesia mulai dari tingkat RT sampai dengan tingkat nasional merayakan hari ulang tahun kemerdekaan itu dengan berbagai cara. Pada kesempatan ini, penulis ingin mencoba membuka wacana kita semua untuk merenungkan dan mengkaji kembali, apakah selama kita merdeka ini kita telah mensyukuri karunia nikmat Tuhan Yang Maha Esa berupa alam Nusantara dengan keunggulan geografis yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim. Sudahkah kita bertanggung jawab kepada Sang Maha Pencipta untuk mengisi kemerdekaan itu dengan mengelola kekayaan geografis itu secara konstruktif? Sudahkah kita membuat suatu rencana strategis untuk membangun potensi wilayah maritim kita ini, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang sebagai landasan bagi segenap komponen bangsa di setiap periode untuk memanfaatkan keunggulan geografis yang kita miliki tersebut. Sudahkah kita memelihara karunia itu melalui pembangunan yang berorientasi maritim? Sampai saat ini rasanya perhatian kita terhadap jati diri kita sebagai bangsa maritim terabaikan. Hal itu dapat dilihat pada belum terkelolanya sistem transportasi antarpulau secara memadai. Kisah tragis musibah tenggelamnya KM Digoel di perairan Merauke yang menelan korban sekitar 200 penumpang telah membangkitkan kita dari tidur lama di atas biduk yang tidak kita sadari ternyata sudah lama terdampar di gunung. Banyak pelajaran yang mestinya kita petik dari musibah ini yang menunjukkan betapa kurangnya perhatian kita pada sekelompok anak bangsa yang mengalami musibah di laut. Sejak hari pertama kejadian sampai hari kelima, pertolongan yang dilakukan oleh perangkat daerah di bawah kendali Pejabat Bupati beserta Kepala Polres dan Komandan Lanal Merauke, berjalan seadanya karena keterbatasan sarana yang dimiliki. Dengan jumlah korban mencapai 200 orang, tidakkah lebih bijaksana kalau pertolongan diberikan dalam skala yang lebih besar. Bahkan, jika perlu ditetapkan sebagai urusan SAR Nasional, atau paling tidak atensi yang diberikan bisa lebih profesional dan proporsional. Seyogianya, tanggung jawab SAR tidak diserahkan kepada daerah semata, yang kemampuannya sangat terbatas, tetapi perlu melibatkan berbagai komponen yang memiliki kemampuan penyelamatan di laut. Kenyataannya, sampai hari kesepuluh tidak ada bantuan atau pelibatan unsur pelayaran nasional, baik kapal niaga, kapal penumpang modern yang kita beli dari Jerman yang jumlahnya cukup banyak melayari wilayah Timur, maupun kapal-kapal Penjaga Laut dan Perairan, serta Perhubungan Laut. Bahkan ironisnya, komponen yang memiliki semboyan Justru di Laut Kita Jaya pun tidak menampilkan pelibatan yang maksimal (hanya 1 KRI jenis Frosch, yaitu KRI Sangkulirang yang hadir dan membawa peralatan penyelam). Padahal rakyat tahu bahwa kita punya kapal salvage, kapal rumah sakit, dan kapal tunda samudra. Jadi, wajarlah bila rakyat bertanya di mana dan untuk apa kita memiliki sea power kalau dalam masa damai saja tidak terpanggil untuk menolong sesamanya yang sedang mendapat musibah di laut? Padahal, di antara sesama pelaut di dunia ada ikatan kesetiakawanan yang sangat terkenal dengan semboyan seamen brotherhood, seperti dicontohkan oleh Nakhoda MV Tampa saat menolong imigran ilegal yang kapalnya terapung-apung di perairan Selatan Pulau Jawa, serta kesediaan Angkatan Laut Inggris untuk menolong awak kapal selam mini Rusia (Priz As-28) yang terperangkap jaring ikan di dasar laut Samudra Pasifik. Jawabannya, mungkin karena kita semua sudah terlalu lama meninggalkan apa yang pernah menjadi kebanggaan nenek moyang kita sebagai bangsa pelaut. Oleh karena itu, agar generasi penerus tidak mengulangi kesalahan kita selama ini, perlu dilakukan upaya untuk membangkitkan kembali semangat bahari sebagaimana dahulu pernah dimiliki para pendahulu kita. Budaya maritim Memasuki perjalanan 60 tahun Proklamasi Kemerdekaan, harus jujur kita akui bahwa budaya maritim yang pernah kita miliki berabad-abad lalu telah lama kita tinggalkan. Ada beberapa faktor dan indikator yang dapat menjelaskan mengapa kita kehilangan budaya maritim. Pertama, budaya maritim bangsa Indonesia mengalami kemunduran pada abad ke-18 ketika kolonialis Belanda mulai membatasi akses masyarakat Indonesia saat itu untuk berhubungan dengan laut, seperti larangan berdagang dengan pihak selain Belanda. Padahal, suatu peradaban muncul dan berkembang pada awalnya dari wilayah pantai, di mana penduduk yang bersangkutan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan pendatang asing. Akibatnya, budaya maritim menjadi luntur. Sayangnya, kita tidak
[ppiindia] MUI dan Fatwa Antidemokrasi
Tempo, Edisi. 25/XXXIV/15 - 21 Agustus 2005 Kolom MUI dan Fatwa Antidemokrasi Ahmad Sahal Deputi Direktur Freedom Institute mahasiswa teori politik New York University Pada permukaannya, fatwa MUI yang mengharamkan liberalisme, sekularisme, dan pluralisme terkesan bertarget sempit: membidik Jaringan Islam Liberal (JIL) dan kelompok Islam lain yang sejenis. Tapi pada lapisan dasarnya, fatwa tersebut sesungguhnya menghantam sesuatu yang jauh melampaui JIL, yakni demokrasi konstitusional yang sedang dirintis di negeri ini. Demokrasi menjadi terancam oleh fatwa itu karena tiga soal yang diharamkan MUI sesungguhnya merupakan pilar utama demokrasi. Kalau demokrasi sudah divonis sebagai barang haram, maka kalangan Islam yang menerima dan memperjuangkan demokrasi adalah para pendosa. Ironisnya, dasar keputusan MUI, menurut Profesor Dawam Rahardjo, bukanlah kesalahpahaman, melainkan ketidakpahaman. MUI seenaknya sendiri mendefinisikan liberalisme, pluralisme, dan sekularisme untuk kemudian mengharamkannya. Tampaknya, bukan ilmu dan bacaan yang menjadi sandarannya, melainkan prasangka. Padahal, kalau MUI mau membaca, mereka akan tahu penjumlahan dari liberalisme dan sekularisme adalah demokrasi. Sejarah liberalisme adalah sejarah kebebasan individu modern dan pembebasannya dari absolutisme kekuasaan. Sejak akhir abad ke-17, seiring dengan semakin kokohnya perdagangan dan pencerahan di tanah Eropa, muncul kesadaran di kalangan masyarakat Barat akan pentingnya kebebasan individu. Mereka merasa letih dengan perang agama dan sumpek dengan despotisme ancient regime. Mereka kemudian merancang suatu tatanan baru berdasarkan rasionalitas, yang melindungi kebebasan, mengakhiri perang agama dan mencegah bercokolnya kembali absolutisme. Untuk itu, kedaulatan mesti bersumber pada rakyat; pluralisme dan toleransi mesti dijaga; serta kekuasaan mesti dibatasi dan dikontrol. Inilah inti dari liberalisme. Dalam bahasa John Locke, filsuf liberal Inggris abad ke- 17, liberalisme merupakan pengejawantahan tiga inti modernitas, yakni rasionalitas, kebebasan, dan persamaan. Liberalisme adalah mekanisme pengaturan kehidupan publik yang mendasarkan diri pada kontrak. Karena itu, ia bersandar pada aturan yang disepakati bersama. Dengan demikian, ia niscaya berwatak sekuler karena dasar legitimasinya bukanlah kitab suci agama tertentu, melainkan rasionalitas kolektif. Tujuannya agar kekuasaan bisa dikontrol dan dikoreksi, juga agar absolutisme yang menyulut perang agama tidak terulang lagi. Tatanan liberal juga merayakan pluralisme dan toleransi dengan asumsi bahwa keragaman pandangan dan adu pendapat justru memungkinkan masyarakat untuk mengorek-si kesalahannya sendiri dan berkembang maju. Suara minoritas mendapat hak hidup yang sama dengan pendapat mayoritas. Di sini politik bukan ajang pertarungan antara kawan dan musuh yang gampang menyulut kerelaan untuk mati demi membela satu keyakinan. Politik dalam arti liberal adalah ajang bagi kompromi dan negosiasi. Kombinasi dari liberalisme, sekularisme, dan pluralisme inilah yang kemudian terlembagakan dalam sistem demokrasi konstitusional. Yang khas dari sistem ini, ia tidak berpretensi untuk menjadi sistem yang sempurna dan berlaku abadi. Demokrasi justru bertolak dari ketidaksempurnaan dan kesementaraan sehingga selalu ada peluang untuk koreksi dan perbaikan di kemudian hari. Inilah yang membedakannya dengan Islamisme yang mengklaim bersifat lengkap, sempurna, dan berlaku abadi karena bersandar pada hukum Tuhan. Bagaimana umat Islam menanggapi demokrasi sekuler? Bagaimana mereka bersikap terhadap rasionalitas, kebebasan, dan persamaan yang disebut Locke merupakan esensi modernitas? Kita tahu, sejumlah kalangan Islam dengan serta-merta menolak tatanan sekuler dan menggantinya dengan syariah. Sementara itu, kalangan Islam lain menerima demokrasi sekuler dengan berdasarkan tafsir liberal atas Islam, yang melihat Islam lebih sebagai substansi ketimbang bentuk. Merekalah yang tergabung dalam JIL, dengan Ulil Abshar Abdalla sebagai lokomotifnya. Bagi JIL, demokrasi sekuler bukan saja tak bertentangan dengan Islam, melainkan justru merupakan pilihan terbaik untuk menerjemahkan Islam dalam konteks kemodernan dan keindonesiaan. Demokrasi sekuler diyakini lebih mampu mewujudkan maqahid al-syari'ah, cita-cita syariah seperti keadilan dan persamaan. Menurut JIL, terlalu terpaku pada bentuk justru bisa mengabaikan substansi. Inilah yang terjadi pada rezim yang menerapkan Islamisme seperti Arab Saudi dan Iran. Atas nama syariah, kedua rezim tersebut mengekang kebebasan warganya, mengebiri hak-hak perempuan dan minoritas, dan memberangus oposisi dan kritik terhadap pemerintah. Bukankah ini praktek nyata dari totalitarianisme? Lagi pula, anggapan bahwa tatanan sekuler merugikan Islam sesungguhnya terbantah dengan fenomena Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai yang berasas Islamisme ini mendapat tempat dan tumbuh subur dalam sistem demokrasi sekuler. Yang lebih fenomenal adalah apa
[ppiindia] Menata Ulang Republik Indonesia
Refleksi: Profesor! Anda mungkin lupa pakai kaca mata untuk dapat melihat dengan jelas bahwa pada usia 60 tahun, Indonesia bukan hanya masih berkutat dengan masalah yang sama, tetapi lebih buruk. Aparatur kekuasan dari pusat sampai di sumsum pelosok-pelosok negeri berada dalam tangan kaum lintah darah. Rakyat dininabobokan dengan irama jampi-jampi MUI cs untuk hanya melihat alternatif babu dan jonggos di negeri orang sebagai jalan mengatasi kemiskinan keluarga, sementara hasil kekakayaan alam milik pusaka disulap entah kemana. Bagunlah sobatku, bebaskanlah dirimu dari pembiusan kebodohan dan pemelaratan serta ketidakadilan abadi! http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/opini/1975695.htm Menata Ulang Republik Indonesia Oleh: RISWANDHA IMAWAN Di usianya yang ke-60 tahun, Republik Indonesia masih berkutat dengan masalah yang sama, yakni kesenjangan kemakmuran dan disintegrasi. Karena itu, mungkin kini saatnya kita bertanya: Apakah realitas ini diakibatkan oleh upaya kita menjawab pertanyaan yang salah? Sebab sesuai akioma metodologis, bila kita menjawab pertanyaan yang salah, maka sebaik apa pun jawaban yang diberikan pasti salah juga. There is never underdeveloped country, there is always undermanaged country. Tidak ada negara terbelakang, yang ada adalah negara yang tidak dikelola dengan baik. Keyakinan masyarakat Amerika Latin yang sering dikutip oleh Peter Drucker ini layak menjadi titik awal perenungan kita saat ini. Memang seperti diungkapkan oleh Bung Karno, nation and character building merupakan proses tanpa akhir. Kita selamanya dalam proses menjadi. Masalahnya, proses ini acapkali lepas dari rel yang ditetapkan para founding fathers karena bangsa Indonesia makin menjauh dari nilai-nilai asli jati dirinya dalam dinamika kehidupan sosial-politiknya. Ide (neo)-liberalisme dan (neo)-kapitalisme yang dinilai kontraproduktif terhadap nation and character building bangsa Indonesia, kini justru ditelan mentah-mentah. Sapi perah Anehnya, dan juga menjadi paradoks bagi bangsa kita, ide-ide itu dikemas dalam kultur politik yang sentralistik. Semangat mengelola negara berbasis prinsip-prinsip demokrasi seperti politik desentralisasi dan otonomi daerah menjadi semu, artifisial. Akibatnya, rakyat Indonesia yang ada di luar pusat kekuasaan (di luar Jakarta) kehilangan sense of belongingness dan sense of res- ponsiveness terhadap negaranya. Mereka merasa dirinya tidak lebih dari sapi perah bagi kepentingan pemerintah pusat. Kekayaan alam ada di depan mata rakyat di daerah, tapi bukan punya mereka. Proyek besar nasional ada di daerah mereka, tapi tidak membawa perubahan pada kehidupan keseharian mereka. Oleh gaya manajemen pemerintahan yang berlaku, rakyat dibuat tidak berdaya menyaksikan pengisapan milik mereka. Inilah yang menjadi penyebab utama munculnya masalah Aceh, Riau, maupun Papua. Tuntutan mereka sebenarnya bukan soal merdeka, lepas dari NKRI. Namun karena respons pemerintah tetap tidak mengubah gaya manajemen pemerintahan yang berlaku, mereka pun berteriak kencang soal pelepasan diri ini. Repotnya, pemerintah membacanya sebagai ketidaksetiaan rakyat di daerah terhadap negara, bahkan terhadap pemerintah. Satu indikasi bahwa pemerintah selama ini menjawab pertanyaan yang salah. Pertanyaannya adalah apakah pemerintah menemukan gaya manajemen pemerintahan yang tepat untuk mengelola negara Indonesia yang plural ini? Gaya manajemen yang mampu menumbuhkan sense of belongingness dan sense of responsiveness sebagai dasar nation and character building? Dasar untuk itu ada, yakni berubahnya konsep government (pemerintah) menjadi governance (kepemerintahan). Salah satu ciri pentingnya adalah membawa proses pembuatan keputusan ke tingkat yang paling dekat dan paling relevan dengan persoalan (Pratikno, 2004) hingga keputusan diambil dengan melibatkan pihak yang terkena kebijakan yang diambil (Mas'oed, 2001). Menyebar departemen Dalam kaitan ini, setelah ide federalisme diharamkan, maka ide menyebar departemen ke seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan lokus masalah yang diurus merupakan pemecahan masalah yang selama 60 tahun kita cari. Misalnya, Departemen Pertambangan dan Energi direlokasi ke Timika (Papua), Departemen Kehutanan direlokasi ke Samarinda (Kaltim), Departemen Kelautan ke Ambon, Departemen Agama ke Aceh, Departemen Pendidikan Nasional ke Yogya, Departemen Pariwisata ke Bali, Departemen Perdagangan ke Padang (Sumbar), dan sebagainya. Mari kita simak. Bila dana APBD senilai X di Papua mampu membawa pertumbuhan ekonomi sebesar 2% per tahun, sementara dana Departemen Pertambangan dan Energi juga senilai X, maka ada daya dukung finansial untuk mengharapkan pertumbuhan ekonomi di Papua naik menjadi 4%. Demikian pula berlaku untuk daerah-daerah lainnya. Selain roda perekonomian yang makin menggeliat, mobilitas sosial juga akan meningkat pula. Arus manusia yang keluar-masuk satu provinsi pun akan meningkat tajam. Dampak
[ppiindia] Menuntut Tanggung Jawab Negara atas Pendidikan
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1188929.htm Menuntut Tanggung Jawab Negara atas Pendidikan Anita Lie PASAL 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) menyatakan, Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Janji pemerintah ini dikukuhkan lagi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan DPR 11 Juni 2003, ditandatangani Presiden 8 Juli 2003. DALAM Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) antara lain disebutkan: Pertama, setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (Pasal 5 Ayat (1)). Kedua, setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 Ayat (1)). Ketiga, pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi (Pasal 11 Ayat (1)). Keempat, pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun (Pasal 11 Ayat (2)). Janji pemerintah ini sudah sesuai dengan Konvensi Internasional Bidang Pendidikan yang dilaksanakan di Dakkar, Senegal, Afrika, 2000. Konvensi menyebutkan, semua negara diwajibkan memberikan pendidikan dasar yang bermutu secara gratis kepada semua warga negaranya. Selanjutnya, dalam masa kampanye legislatif dan calon presiden (capres), pendidikan menjadi komoditas yang ditonjolkan. Semua capres menjanjikan pembenahan sektor pendidikan. Yang belum jelas, komitmen menyentuh akar permasalahan dalam bidang pendidikan dan skenario mengatasi berbagai permasalahan itu. Permasalahan Mengacu Pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) dan (2), UU SPN No 20/2003, dan kesepakatan dalam Konvensi Internasional Bidang Pendidikan di Dakkar tahun 2000, masyarakat bisa mempunyai persepsi, pendidikan dasar akan gratis (baca, misalnya, Kompas, 31/8/2003). Padahal kenyataannya, siswa masih dikenai berbagai pungutan, baik di sekolah swasta maupun sekolah negeri. Bahkan ditengarai, Komite Sekolah yang semestinya berfungsi sebagai lembaga pengontrol sekolah malah memberikan justifikasi bagi berbagai pungutan yang diadakan sekolah (Kompas, 2/8/2004). Pemberian subsidi biaya oleh pemerintah tidak serta-merta menggratiskan pendidikan bagi warga. Di Jawa Timur, misalnya, pemerintah provinsi dan kabupaten memberi subsidi sebesar Rp 15.000 untuk SD-MI (sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah) dan Rp 20.000 untuk SLTP-MTs (madrasah tsanawiyah). Ini berarti di sekolah-sekolah yang membiayai penyelenggaraan pendidikan lebih dari Rp 15.000 dan Rp. 20.000 per siswa, ada kemungkinan besar orangtua atau wali murid harus menanggung kekurangan biaya. Padahal, ada banyak sekolah (baik negeri maupun swasta) yang menganggarkan unit cost di atas Rp. 15.000 dan Rp. 20.000. Program pemberian subsidi biaya minimal pendidikan dasar bisa menimbulkan dua macam kekecewaan. Pertama, sebagian masyarakat yang sudah terlanjur berharap pada pendidikan gratis untuk anak berusia 7 sampai dengan 15 tahun akan kecewa karena ternyata orangtua atau wali murid masih harus membayar iuran pendidikan. Sekali lagi, mereka akan beranggapan, yang dilaksanakan hanya penggantian istilah dan permainan kata-kata (SPP- Sumbangan Pembinaan Pendidikan-ditiadakan, juga iuran BP3-Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan-tidak diberlakukan. Namun, ternyata tetap masih ada biaya yang harus dikeluarkan). Kedua, orangtua (terutama dari kalangan miskin) makin tercekik dengan berbagai biaya tambahan mulai dari seragam, buku pelajaran, darma wisata, dan sebagainya. Dalam lingkaran setan kemiskinan pendidikan siswa-lah yang menjadi korban pada tataran yang paling menderita. Dalam proyek pengadaan buku pelajaran, seragam, dan sebagainya, guru (dan juga kepala sekolah) mengambil keuntungan dengan dalih kesejahteraan guru yang amat memprihatinkan. Jika siswa tidak mampu membayar berbagai biaya tambahan itu, terancamlah kesinambungan pendidikannya. Pembiayaan pendidikan yang tanggung-tanggung oleh pemerintah akan menimbulkan (atau makin mengukuhkan) kesenjangan di masyarakat. Kesenjangan sekolah kaya-miskin Minimnya tanggung jawab dan peran pemerintah dalam bidang pendidikan makin mengukuhkan segregasi siswa berdasarkan status sosio-ekonomi. Siswa-siswi dari keluarga miskin yang mendapat subsidi pemerintah tidak akan mampu menanggung kekurangan biaya sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi di sekolah-sekolah yang minimalis (baca: miskin), di mana biaya operasional per anak tidak (jauh) melebihi unit cost yang sudah ditetapkan. Sementara itu, siswa-siswi dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan sarana dan prasarana memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini mendapat iuran pendidikan memadai dari siswa,
[ppiindia] Biaya Pendidikan di Indonesia
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190238.htm Biaya Pendidikan di Indonesia * Perbandingan pada Zaman Kolonial Belanda dan NKRI Nakoela Soenarta BIAYA pendidikan akademis tidak pernah murah. Yang membuat biaya pendidikan terlihat tinggi karena dibandingkan dengan penghasilan rata-rata rakyat Indonesia. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah kolonial sebenarnya tidak berniat mendirikan universitas. Mereka mendirikan hogeschool agar lulusan dapat membantu mission mereka menjajah rakyat Indonesia dengan mudah karena dapat memanfaatkan tenaga inlanders untuk diangkat sebagai pembantu utamanya. Meski demikian, pemerintah kolonial akhirnya membuat sekolah juga. Pada mulanya, pemerintah kolonial mendirikan sekolah Nederlands Indische Artsen School di Surabaya. Lalu, didirikan School tot Opleiding voor Indische Artsen di Batavia. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta didirikan Algemene Middelbare School (AMS), Middelbare Opleiding School voor Indlandse Amstenaren di Magelang, Middelbare Opleiding School voor Inlandse Bestuur Ambtenaren di Bandung, Middelbare Landbouw School di Bogor dan Ungaran. Juga Veeartsen School di Bogor. Sekolah-sekolah itu adalah setara dengan jenjang sekolah menengah. Setelah itu, pemerintah kolonial baru mendirikan Rechts Hogeschool (RH) dan Geneeskundige Hogeschool di Jakarta. Di Bandung, pemerintah kolonial mendirikan Technische Hogeschool (TH). Kebanyakan dosen TH adalah orang Belanda. Pada zaman kolonial (kalau tidak salah ingat), hanya ada seorang pribumi yang menjadi guru besar, yaitu Prof Husein Djajadiningrat, yang kemudian menjabat Direktur Departement Van Onderwijs en Eredienst, disusul kemudian oleh Prof Dr Mr Supomo yang mengajar di RH. Sementara universitasnya baru didirikan setelah Perang Dunia II usai dan pemerintah kolonial mau menjajah kembali Indonesia. BAGI kaum inlanders atau pribumi, mereka agak sulit untuk masuk ke sekolah-sekolah tinggi itu. Bahkan, ketika almarhum Prof Roosseno lulus TH, jumlah lulusan yang bukan orang Belanda hanya tiga orang, yaitu Roosseno dan dua orang lagi vreemde oosterling alias keturunan Tionghoa. Bila demikian, lantas berapa orang yang lulus bersama almarhum Ir Soekarno (presiden pertama RI) dan Ir Putuhena? Di zaman pendudukan Jepang, pernah dicari 100 orang insinyur yang dibutuhkan. Padahal saat itu belum ada 90 orang insinyur lulusan TH Bandung. Biaya kuliah untuk satu tahun di salah satu sekolah tinggi itu besarnya fl (gulden) 300. Saat itu, harga satu kilogram (kg) beras sama dengan 0,025 gulden. Maka, besar uang kuliah sama dengan 12.000 kg beras. Bila ukuran dan perbandingan itu diterapkan sebagai biaya kuliah di universitas sekarang, sedangkan harga beras sekarang rata-rata Rp 3.000 per kg, maka untuk kuliah di universitas biayanya sebesar Rp 36 juta per mahasiswa per tahun. Biaya di MULO, setingkat sekolah lanjutan tingkat pertama, adalah sebesar 5,60 gulden per siswa per bulan, setara dengan 224 kg beras. Bila dihitung dengan harga beras sekarang, akan menjadi Rp 672.000 per siswa per bulan. Maka, saat itu banyak rekan sekolah saya masuk ke Ambachtschool atau Technische School, karena biayanya agak murah sedikit. Berbekal keterampilan yang diperoleh di Ambachtschool atau Technische School, siswa bisa langsung bekerja setelah lulus. Meski biaya sekolah mahal, bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu secara ekonomis, tetapi mempunyai bakat dan nilai rapor bagus, kepala sekolah dapat mengajukan pembebasan biaya uang sekolah ke Departement O E. Biasanya, bila pengajuan pembebasan biaya diajukan oleh Direktur MULO atau AMS, Departemen O E akan mengabulkan, bahkan amat mungkin siswa bersangkutan juga diberi beasiswa untuk hidup. Dari pengalaman pribadi, orangtua saya berhenghasilan 100 gulden sebulan. Dengan penghasilan itu, hampir mustahil orangtua saya bisa mengirimkan keempat anaknya menikmati pendidikan tinggi. Meski demikian, dengan kerja keras, saya dan semua adik saya dapat menikmati pendidikan tinggi. Bahkan, saya dan beberapa ratus teman pada tahun awal kemerdekaan, ketika Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih miskin, dapat menikmati beasiswa. PADA tahun 1950, NKRI baru saja menyelesaikan perang kemerdekaan melawan penjajah Belanda. Toh Pemerintah NKRI yang masih miskin mampu memprogramkan pendidikan bagi kader bangsanya. Ratusan pemuda Indonesia dibiayai Pemerintah NKRI untuk meneruskan pendidikannya di perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Dewasa ini NKRI sudah begitu kaya, mengapa beasiswa bagi para kader bangsa tidak lancar? Padahal NKRI ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan penghasilan rakyatnya amat rendah. Kepada mereka yang rajin dan cerdas, sudah seharusnya pemerintah memberikan beasiswa karena pendidikan akademis memang mahal. Seyogianya industri atau instansi pemerintah menyerahkan tugas penelitiannya kepada universitas sehingga biaya penelitian
[ppiindia] Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190244.htm Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan Djauzak Ahmad BAGI bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa atau yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya, mereka mau mengurangi kualitas perumahan, pakaian, bahkan makanan, demi melaksanakan pendidikan anak-anaknya. SEHARUSNYA negara juga demikian. Apabila suatu negara ingin cepat maju dan berhasil dalam pembangunan, prioritas pembangunan negara itu adalah pendidikan. Jika perlu, sektor-sektor yang tidak penting ditunda dulu dan dana dipusatkan pada pembangunan pendidikan. NEGERI ini telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Apabila perlu, pendidikan dasar enam tahun seharusnya dapat diberikan pelayanan secara gratis karena dalam pendidikan dasar enam tahun atau sekolah dasar kebutuhan mendasar bagi warga negara mulai diberikan. Di sekolah dasar inilah anak bangsa diberikan tiga kemampuan dasar, yaitu baca, tulis, dan hitung, serta dasar berbagai pengetahuan lain. Setiap wajib belajar pasti akan dimulai dari jenjang yang terendah, yaitu sekolah dasar. Seperti diketahui, sebagian besar keadaan sosial ekonomi masyarakat kita tergolong tidak mampu. Dengan kata lain, mereka masih dililit predikat miskin. Mulai Inpres Nomor 10 Tahun 1971 tentang Pembangunan Sekolah Dasar dan inpres- inpres selanjutnya, negeri ini telah berusaha memberikan pendidikan murah untuk anak bangsanya. Puluhan ribu gedung sekolah dasar telah dibangun dan puluhan ribu guru sekolah dasar diangkat agar pemerataan kesempatan belajar untuk jenjang sekolah dasar dapat dilaksanakan dengan murah, dari kota sampai ke desa-desa. Semua warga negara, kaya atau miskin, diberi kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan dasar enam tahun yang biayanya dapat dijangkau golongan miskin. Kejadian itu dapat dinikmati dalam jangka waktu cukup lama, yaitu sejak dicetuskannya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun tahun 1984. Sayang, gema wajib belajar itu makin hari makin melemah karena komitmen bangsa ini pada wajib belajar tidak seperti saat dicanangkan. Jika selama ini kita melihat pendidikan tinggi itu mahal, sekolah menengah juga mahal, SMP juga mahal, sekarang kita saksikan memasuki sekolah dasar pun sudah mahal. Kini kita melihat, hampir semua jenjang sekolah negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena yang berbicara tidak lagi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru besarnya biaya masuk untuk sekolah dasar. Jika untuk masuk sekolah dasar ditentukan oleh umur, maka seorang anak yang sudah berumur tujuh tahun atau lebih wajib diterima sebagai murid sekolah dasar. Ini adalah ketentuan yang tidak boleh ditawar karena ketentuan untuk masuk sekolah dasar adalah berdasarkan umur. Agaknya pelaksanaan wajib belajar negeri ini adalah slogan yang selalu didengung-dengungkan. Padahal, dalam kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Maka terjadilah hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila semua pihak, terutama guru dan kepala-kepala sekolah, menghayati tujuan wajib belajar itu. Bagi masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah. Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang ironis. Sebab, pada negara yang hampir 60 tahun usianya ini, banyak anak bangsanya akan menjadi buta huruf karena dililit kemiskinan dan negeri ini akan terpuruk karena kualitas sumber daya manusianya tidak mampu bersaing dengan negara -negara yang lain. PENULIS sengaja memfokuskan tulisan ini pada kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar enam tahun karena bagi warga negara sekurang-kurangnya harus memiliki kemampuan setingkat sekolah dasar, dengan harapan akan memperoleh pendidikan lanjutan. Dengan memiliki dan dibekali kemampuan dasar itu, seorang warga negara akan memiliki harga diri, dapat menambah wawasan melalui kemampuan baca, sehingga ia menjadi warga negara yang tidak picik, mampu menerima pembaruan, dan meningkatkan kemampuannya. Apabila praktik-praktik pungutan yang diadakan sekolah- sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyaklah deretan anak- anak yang tidak bersekolah karena tidak mampu. Dan hanya anak-anak orang kaya saja yang akan
[ppiindia] Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190244.htm Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan Djauzak Ahmad BAGI bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa atau yang terkecil adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya, mereka mau mengurangi kualitas perumahan, pakaian, bahkan makanan, demi melaksanakan pendidikan anak-anaknya. SEHARUSNYA negara juga demikian. Apabila suatu negara ingin cepat maju dan berhasil dalam pembangunan, prioritas pembangunan negara itu adalah pendidikan. Jika perlu, sektor-sektor yang tidak penting ditunda dulu dan dana dipusatkan pada pembangunan pendidikan. NEGERI ini telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Apabila perlu, pendidikan dasar enam tahun seharusnya dapat diberikan pelayanan secara gratis karena dalam pendidikan dasar enam tahun atau sekolah dasar kebutuhan mendasar bagi warga negara mulai diberikan. Di sekolah dasar inilah anak bangsa diberikan tiga kemampuan dasar, yaitu baca, tulis, dan hitung, serta dasar berbagai pengetahuan lain. Setiap wajib belajar pasti akan dimulai dari jenjang yang terendah, yaitu sekolah dasar. Seperti diketahui, sebagian besar keadaan sosial ekonomi masyarakat kita tergolong tidak mampu. Dengan kata lain, mereka masih dililit predikat miskin. Mulai Inpres Nomor 10 Tahun 1971 tentang Pembangunan Sekolah Dasar dan inpres- inpres selanjutnya, negeri ini telah berusaha memberikan pendidikan murah untuk anak bangsanya. Puluhan ribu gedung sekolah dasar telah dibangun dan puluhan ribu guru sekolah dasar diangkat agar pemerataan kesempatan belajar untuk jenjang sekolah dasar dapat dilaksanakan dengan murah, dari kota sampai ke desa-desa. Semua warga negara, kaya atau miskin, diberi kesempatan yang sama untuk menikmati pendidikan dasar enam tahun yang biayanya dapat dijangkau golongan miskin. Kejadian itu dapat dinikmati dalam jangka waktu cukup lama, yaitu sejak dicetuskannya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun tahun 1984. Sayang, gema wajib belajar itu makin hari makin melemah karena komitmen bangsa ini pada wajib belajar tidak seperti saat dicanangkan. Jika selama ini kita melihat pendidikan tinggi itu mahal, sekolah menengah juga mahal, SMP juga mahal, sekarang kita saksikan memasuki sekolah dasar pun sudah mahal. Kini kita melihat, hampir semua jenjang sekolah negeri sudah menjadi lembaga komersialisasi karena yang berbicara tidak lagi persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru besarnya biaya masuk untuk sekolah dasar. Jika untuk masuk sekolah dasar ditentukan oleh umur, maka seorang anak yang sudah berumur tujuh tahun atau lebih wajib diterima sebagai murid sekolah dasar. Ini adalah ketentuan yang tidak boleh ditawar karena ketentuan untuk masuk sekolah dasar adalah berdasarkan umur. Agaknya pelaksanaan wajib belajar negeri ini adalah slogan yang selalu didengung-dengungkan. Padahal, dalam kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar dihalang-halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar mahal sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Maka terjadilah hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila semua pihak, terutama guru dan kepala-kepala sekolah, menghayati tujuan wajib belajar itu. Bagi masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah. Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang ironis. Sebab, pada negara yang hampir 60 tahun usianya ini, banyak anak bangsanya akan menjadi buta huruf karena dililit kemiskinan dan negeri ini akan terpuruk karena kualitas sumber daya manusianya tidak mampu bersaing dengan negara -negara yang lain. PENULIS sengaja memfokuskan tulisan ini pada kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar enam tahun karena bagi warga negara sekurang-kurangnya harus memiliki kemampuan setingkat sekolah dasar, dengan harapan akan memperoleh pendidikan lanjutan. Dengan memiliki dan dibekali kemampuan dasar itu, seorang warga negara akan memiliki harga diri, dapat menambah wawasan melalui kemampuan baca, sehingga ia menjadi warga negara yang tidak picik, mampu menerima pembaruan, dan meningkatkan kemampuannya. Apabila praktik-praktik pungutan yang diadakan sekolah- sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyaklah deretan anak- anak yang tidak bersekolah karena tidak mampu. Dan hanya anak-anak orang kaya saja yang akan
[ppiindia] Nasib Sekolah Swasta Bergelut dengan Kemiskinan
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190358.htm Nasib Sekolah Swasta Bergelut dengan Kemiskinan Yayasan Terpaksa Menjual Sekolah KARENA ketiadaan biaya dan kemiskinan, kami terpaksa menjual sekolah. Ada dua sekolah yang terpaksa kami jual agar bisa membiayai sekolah-sekolah kami yang lain. Peristiwa itu sungguh menyakitkan, tetapi apa boleh buat, kami terpaksa melakukan agar sekolah yang lain tetap bisa survive, ungkap Romo B Hudiono Pr, Pimpinan Yayasan Karmel, pekan lalu di Malang. KETERANGAN Romo Hudi, begitu ia akrab disapa, benar-benar akan membelalakkan mata siapa pun yang mendengarkan. Bagaimana mungkin sekolah terpaksa dijual karena yayasan menghadapi persoalan atau kendala uang. Padahal Yayasan Karmel ini sudah malang melintang di dunia pendidikan, melayani masyarakat miskin pedesaan di kawasan Malang ke timur hingga Banyuwangi sejak tahun 1926. Yayasan Karmel, yang semula bernama Carmelistichting, didirikan oleh Misi Pastor- pastor Karmelit di Jawa, dengan Akta Notaris No 31 tanggal 27 Januari 1926 oleh notaris Maxmilian Albert Endond Andela. Sejak awal, yayasan bergerak di bidang sosial, termasuk bidang pengajaran atau pendidikan. Dan, karena perjalanan waktu serta perkembangan zaman, Yayasan Karmel yang semula milik pastor-pastor Karmelit di Jawa dihibahkan menjadi milik Keuskupan Malang. Mempertimbangkan anggaran dasar yang ada tidak lagi sesuai dengan situasi, maka pada tahun 1982 diadakan perubahan anggaran dasar dengan Akta Notaris No 265 tertanggal 23 Desember 1982. Sejak itu, anggaran dasar mengalami beberapa kali penyesuaian, yaitu No 288 tanggal 18 Maret 1985; No 58 tanggal 5 Juni 1987; No 203 tanggal 26 September 1998; dan No 17 tanggal 02 November 1999 dari notaris Eko Handoko Wijaya SH. Sebagaimana tujuan awal Yayasan Karmel yang bergerak di bidang sosial, termasuk pendidikan, kami juga ingin berperan dalam rangka ikut mencerdaskan bangsa. Tentu saja wilayah layanan kami sesuai dengan layanan Keuskupan Malang, meliputi wilayah pembantu gubernur Malang, pembantu gubernur Besuki, dan pembantu gubernur Madura, terdiri dari 19 daerah tingkat II, baik di Kotamadya Malang, hingga Kabupaten Banyuwangi, Bangkalan, bahkan Sumenep, ujar Romo L Heru Susanto Pr, Vicaris Episcopalis Keuskupan Malang yang juga Direktur Utama Penerbit dan Percetakan Dioma. KEMISKINAN yang dialami masyarakat juga memberi dampak yang lain. Selain memaksa menjual sekolah, kemiskinan juga mengakibatkan yayasan menutup sejumlah sekolah. Dari 100 sekolah lebih sejak awal berdirinya yayasan, kini yang masih bisa berjalan tinggal 61 unit sekolah. Bahkan selama 20 tahun terakhir, ada 15 atau 16 unit sekolah terpaksa kami tutup. Boleh dikata, sejak awal berdiri hingga sekarang, kami sudah menutup sekitar 30 persen hingga 35 persen dari sekitar 100 lebih sekolah yang pernah dikelola oleh Yayasan Karmel. Ini memang kenyataan yang pahit dan menyakitkan, tetapi kami terpaksa melakukan karena berbagai macam sebab, ujar Romo Hudi. Berbagai sebab itu antara lain ketiadaan dana, baik untuk membayar gaji guru maupun memelihara gedung sekolah. Apalagi 95 persen guru yang mengajar di sekolah-sekolah itu adalah guru yayasan. Sebab lain, keberhasilan keluarga berencana sehingga jumlah murid yang ada di sejumlah daerah menjadi kian sedikit. Bagaimanapun juga, ketiadaan dana akan berpengaruh dan memaksa kami berhadapan dengan kesulitan menyediakan sarana yang memadai. Dampak lanjutan ketiadaan sarana membuat kualitas sejumlah sekolah kami turun, dan ini ikut menurunkan citra. Bahkan, ada sekolah yang kalau mau diselamatkan harus disubsidi paling tidak sekitar Rp 200 juta per bulan. Uang dari mana? tanya Romo Hudi. Untuk mengatasinya, pihak Yayasan Karmel mencoba menawarkan sekolah-sekolah itu kepada kelompok suster atau bruder untuk mengelolanya. Hasilnya lumayan, ada sejumlah tarekat atau kongregasi (kumpulan para suster atau bruder) yang mau menanganinya serta memberdayakan paroki-paroki dalam lingkup Keuskupan Agung Malang. Bisa dipahami, betapa masalah dana menjadi kendala utama karena kebanyakan sekolah yang dikelola Yayasan Karmel berada di pedesaan, terutama di kawasan Malang selatan, Banyuwangi selatan, yang secara ekonomis memang termasuk kelompok minus. Dari 61 unit sekolah yang ada, 53 di antaranya termasuk daerah minus dan amat minus. Atas usaha dan kerja keras, tahun ini diupayakan agar jumlah sekolah yang bisa mandiri bisa mencapai 15 buah. KEPUTUSAN untuk menutup sejumlah sekolah yang ada di bawah naungan Yayasan Karmel bukannya melalui pertimbangan matang. Suatu keputusan untuk menutup sekolah justru ditentang oleh masyarakat setempat. Ada lurah, kiai, pegawai negeri, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat. Mereka meminta agar penutupan sebuah sekolah di Malang selatan itu ditinjau kembali. Masyarakat tidak rela kalau sekolah itu ditutup. Alasannya, banyak tokoh masyarakat sudah dilahirkan dari sekolah ini. Wakil dari masyarakat ini
[ppiindia] Pluralisme Keagamaan dan Sikap Humanis
MEDIA INDONESIA Senin, 15 Agustus 2005 Pluralisme Keagamaan dan Sikap Humanis Budhy Munawar-Rachman, Direktur 'Project on Pluralism, Center for Spirituality and Leadership' (CSL) PLURALISME adalah sebuah pemikiran. Dan seperti setiap pemikiran, pasti selalu ada pro dan kontra, apalagi sebuah pemikiran filosofis, atau teologis. Memberi tempat pada kebebasan berpikir adalah fondasi peradaban. Karena itu, fatwa MUI mengharamkan sebuah pemikiran, ini suatu hal yang aneh, dari kelaziman sebuah fatwa yang menyangkut sebuah masalah hukum konkret. Mengharamkan sebuah pemikiran, yang pada dasarnya bersifat abstrak dan argumentatif, adalah sebuah tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Apalagi mengharamkan pemikiran tentang pluralisme, yang merupakan fondasi demokrasi dan terwujudnya civil society (masyarakat madani), jelas tidak masuk akal, bahkan melanggar sunnatullah (hukum-hukum kehidupan sosial) yang ditegaskan oleh Alquran. Pluralisme sebagai wacana etika politik modern, memang sesuatu yang baru, dan merupakan kesadaran yang berkembang secara global baru pada abad ke-20 lalu. Sebagai isu pemikiran keagamaan, pluralisme lebih baru lagi. Sebagai contoh institusional dan global, baru sejak Konsili Vatikan II (1963-1965), masalah pluralisme mendapat pengakuan dalam lingkungan Katolik di seluruh dunia (selanjutnya juga di banyak denominasi Kristen-Protestan). Dalam Islam, wacana pluralisme juga sudah berkembang, sejalan dengan pemikiran global pluralisme keagamaan dan demokrasi. Tokoh-tokoh kontemporer seperti Mahmoud Ayoub, Seyyed Hossein Nasr, Abul Kalam Azad, Fazlur Rahman, Mohammed Arkoun, M Talbi, termasuk generasi baru seperti Abdullahi Ahmed An-Naim, Fatima Mernissi, Amina Wadud, Riffat Hassan, Farid Eshack, Khaled M Abou el-Fadl, dan banyak lagi, sudah mengadvokasikan pentingnya pluralisme. Di Indonesia tokoh-tokoh seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, M Syafii Maarif, Djohan Effendi, M Dawam Rahardjo, dan belakangan KH Hasyim Muzadi, sangat aktif bekerja mempromosikan pluralisme. Belum termasuk generasi baru pemikir muslim Indonesia yang sekarang juga gigih memperjuangkan pluralisme. Mereka tidak pernah mengharamkannya, justru menekankan pandangan Islam yang penuh Rahmat Tuhan untuk semesta (rahmatan lil `alamin), dengan menegaskan kearifan pluralisme. Dan mereka menyadari sungguh-sungguh, agama Islam muncul sebagai agama yang mengakui keberadaan agama lain. Dalam sebuah kutipan dalam entri Ahlul Kitab Concise Encyclopedia of Islam, Cyril Glassé, mengemukakan ...the fact that one Revelation should name others as authentic is an extraordinary event in the history of religions (Kenyataan bahwa sebuah wahyu [Islam] menyebut wahyu-wahyu yang lain sebagai absah adalah kejadian luar biasa dalam sejarah agama-agama). Jadi pengakuan adanya kebenaran, keselamatan, bahkan kesamaan agama-agama, sudah dianut banyak kalangan Islam, jauh sebelum masalah pluralisme menjadi wacana kontemporer. Dan yang menarik seorang ahli agama-agama, seperti Cyril Glassé, yang bukan-muslim, mengakui hal tersebut secara terus terang. Sekadar contoh beberapa tokoh nonmuslim lain, Bernard Lewis, Kenneth Cragg, Marshall Hodgson, dan seorang teolog Jerman yang ahli Islam di Indonesia Olaf Schumann juga menegaskan mengenai pluralisme sebagai kenyataan teologis dan historis dalam Islam. Jadi pluralisme sebenarnya adalah bagian integral dari keagamaan Islam. Bahkan dalam Alquran, ada ayat yang mirip, yaitu QS 2:62 dan QS 5:69 yang menegaskan bahwa mereka yang beriman (kepada Alquran), orang Yahudi, Nasrani, dan Sabiin, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan melakukan kebaikan, pahala mereka di sisi Allah, dan mereka tidak perlu khawatir serta tidak perlu sedih. Muhammad Asad, penafsir Alquran yang mendapatkan pengakuan internasional, dengan buku tafsirnya The Message of the Qur'an (Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980), menyebutkan, di antara semua agama, Islamlah yang pertama (sudah sejak agama ini ada) menetapkan bahwa keselamatan itu tergantung hanya pada tiga hal (saja), yaitu beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian serta berbuat baik. Pandangan Muhammad Asad ini merupakan suatu nilai universal yang tidak terkungkung oleh pengelompokan, atau pandangan sektarian, yang hanya menganggap bahwa agama sendirilah yang paling benar, seperti tertera dalam penjelasan fatwa MUI. Karena itu, penegasan fatwa MUI bahwa tidak semua agama itu sama, bertentangan dengan Alquran yang menegaskan, seperti dijelaskan A Yusuf Ali, dalam Tafsir Alquran-nya, ketika mengomentari makna al-islam. Posisi seorang muslim sudah jelas. Ia tidak mengaku mempunyai agama yang khusus untuk dirinya sendiri. Islam bukan sebuah sekte atau sebuah agama etnis. Dalam pandangan Islam, semua agama adalah satu (sama), karena kebenaran adalah satu (sama). Ia adalah agama yang diajarkan oleh semua nabi terdahulu. Ia adalah kebenaran yang diajarkan oleh semua kitab suci yang diwahyukan. Dalam
[ppiindia] Membiarkan Berbeda
MEDIA INDONESIA Senin, 15 Agustus 2005 Membiarkan Berbeda Mahmudi, peneliti Himpunan untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (HP2M) Jakarta POLEMIK fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) kini telah menjadi kontroversi berkepanjangan yang menyita ruas-ruas halaman media massa, baik media cetak maupun elektronik di Tanah Air. Persoalannya, kelompok atau komunitas keberagamaan seperti MUI di satu sisi, Jemaah Ahmadiyah pada sisi yang lain dan Jaringan Islam Liberal (JIL) maupun komunitas-komunitas keberagamaan lainnya, baik yang menentang maupun mendukung fatwa MUI, tetap bersikukuh pada pendapatnya masing-masing. Ini terasa menyulitkan bagi kelompok moderat lainnya untuk mencari dan mempertemukan polemik pemikiran yang kini kontroversial itu. Lebih dari itu, setiap komunitas yang berseteru kini terlihat merasa memiliki otoritas lebih untuk menentukan apakah sebuah komunitas keberagamaan lain benar atau salah, sesat atau tidak sesat, dan seterusnya. Dalam konteks inilah, komunitas keberagamaan yang ada telah terjebak dalam 'arogansi teologis' sehingga selalu merasa benar dan paling benar daripada komunitas lainnya. Klaim kebenaran (claim of truth) seperti ini, tidak sesuai dengan fitrah kemanusiaan dan ketuhanan itu sendiri. Seperti ungkapan bijak yang pernah ditegaskan filosof Muslim Ibnu Arabi, siapa yang mengetahui Tuhan dan tidak berpaling dari pengakuan itu, maka sesungguhnya ia tidak mengetahui apa-apa karena yang mengetahui Tuhan hanyalah Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pandangan saya, tidak ada satu komunitas keberagamaan pun di dunia ini yang lebih berhak melakukan klaim kebenaran (claim of truth). Kebenaran sejati hanyalah Tuhan itu sendiri, sedangkan manusia hanya mencari titik simpul kebenaran. Oleh karena itu, yang ditemukan manusia belum tentu sebuah kebenaran absolut. Dalam perspektif pemikiran ini, menyikapi perbedaan pandangan mengenai polemik dan kontroversial fatwa MUI, baik oleh MUI sendiri maupun Jemaah Ahmadiyah atau Komunitas JIL, sebaiknya kita membiarkan semua itu berbeda. Membiarkan berbeda adalah sikap kesatria umat beragama dan itulah pluralisme sejati. Perbedaan sebagai rahmat Bukankah perbedaan pemahaman, penafsiran, atau interpretasi tentang substansi pemikiran agama dan keagamaan adalah rahmat Tuhan yang mesti dinilai sebagai sesuatu yang wajar dan alami (natural). Dalam arti kata, dengan adanya perbedaan cara pandang itu, bisa tercipta suatu dinamika pemikiran sehingga merangsang untuk mengkaji substansi doktrin teologis agama secara lebih mendalam. Dengan demikian, agama dengan berbagai instrumen ajarannya diyakini mampu memberi ketenteraman bagi setiap manusia yang meyakini dan mengamalkan, sehingga bisa menghadirkan manusia sebagai makhluk Tuhan yang penuh damai dan kasih sayang di muka bumi. Sedangkan pertentangan yang disertai dengan kekerasan sejatinya adalah dosa. Namun demikian, pemahaman seperti ini tampak kian suram di negeri ini seiring dengan lahirnya komunitas keberagamaan yang acap kali mengklaim dirinya paling benar, sedangkan komunitas lainnya salah, harus dihukum dan diadili. Dalam hemat saya, perilaku sosial umat beragama seperti ini disebabkan sempitnya pemahaman, bahkan ketidakmampuan seseorang dalam menerjemahkan doktrin teologis agamanya secara fundamental, substantif, dan komprehensif. Implikasinya, seseorang bisa terjebak dalam kesalehan simbolik, egois, dan individualistis. Padahal Islam sangat menuntut terciptanya kesalehan sosial, paling tidak keduanya bisa berjalan seimbang. Artinya, internalisasi doktrin teologis bisa seirama dengan perilaku sosialnya, Islam menuntut terciptanya kehidupan damai dan harmonis. Ada contoh baik dari kampus IAIN yang kini menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat. Dahulu, komunitas keberagamaan antara pengikut Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mempersoalkan menyimpang (bid'ah) tidaknya salat tarawih 11 atau 23 rakaat. Menurut informasi yang berkembang dalam diskursus pemikiran Islam di Ciputat, konon yang mendamaikan adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurut Gus Dur, bertengkar dalam Islam hukumnya haram sedangkan salat tarawih adalah sunah. Gus Dur berpendapat, daripada bertengkar, sebaiknya tidak usah salat tarawih. Pemikiran inilah kemudian melahirkan toleransi antara kedua komunitas keberagamaan ini. Uniknya, kedua komunitas (NU dan Muhammadiyah) ini tetap menjalankan ibadah salat tarawih dalam satu masjid. Sebelas rakaat pertama dilakukan dengan imam paham Muhammadiyah baru diteruskan hingga dua puluh tiga rakaat dengan imam NU. Membiarkan berbeda seperti di kampus UIN ini masih terus berjalan hingga saat ini. Pemahaman seperti ini mengisyaratkan, realitas kehidupan di dunia ini tidak ada yang benar-benar satu (unity), tetapi selalu terdapat dimensi perbedaan (diferent). Oleh karena itu, agar misi agama untuk menciptakan perdamaian tercapai, para pemeluk agama-agama, termasuk sekte atau
[ppiindia] Memburu Kekayaan dengan Mengorbankan Nasionalisme
http://www.suaramerdeka.com/harian/0508/15/nas02.htm Refleksi 60 Tahun Indonesia Merdeka Memburu Kekayaan dengan Mengorbankan Nasionalisme Siswono Yudohusodo - Darmanto Jatman - Tjahjo Kumolo SM/dok MENCARI nasionalisme di era Indonesia 2005 adalah sama sulitnya dengan memburu jarum jatuh ke tumpukan jerami. Perlahan tapi pasti, rasa bangga pada negara dan bangsa yang bernama Indonesia, sudah luntur dikikis oleh waktu. Tak cuma kepada generasi yang lahir di era MTV, krisis nasionalisme juga dialami oleh generasi yang lebih dulu lahir. Ya, begitulah gambaran yang disampaikan oleh budayawan Darmanto Jatman, saat diminta memberikan refleksi 60 tahun Indonesia. Dalam istilah Darmanto, tidak mudah mencari nasionalisme di zaman ngangsa-ngangsa drajat, semat, lan kramat seperti sekarang. Orang Indonesia, kini lebih suka memburu kehormatan, kekayaan, dan kepangkatan daripada menyiram dan memupuk nasionalisme di dadanya. Nasionalisme sudah menjadi benda abstrak yang sulit ditemukan. Kalau pengarusutamaan orientasi kebendaan itu semakin tidak terkendali, ya payah tenan. Bisa-bisa, rasa cinta dan bangga dengan nation-state (negara bangsa-Red) bernama Indonesia itu akan hilang, ujar Darmanto. Apa alasannya? Darmanto memaparkan, orang Indonesia sekarang -tak tua tak muda, apa pun suku dan agamanya-sudah mulai lupa pada semangat persatuan yang pernah dimonumenkan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Saat ini yang justru subur menjadi belantara adalah semangat mau menang sendiri dan merasa diri paling benar. Pada saat yang sama, mereka juga menganggap orang di luar pihaknya sebagai representasi kesalahan. Mestinya, ujar Darmanto, perlu ditumbuhkan kembali semangat untuk menyatukan diri. Berkaca pada generasi 1928, mereka bisa menyatukan diri pada satu semangat untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan : Indonesia. Meleburkan sektarianisme dalam Jong Java, Jong Betawi, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, dan semacamnya. Padahal waktu itu, Indonesiane wae durung ana. Kenapa mereka bisa bersatu? Ada pengalaman sejarah bahwa perjuangan tak akan memberi hasil optimal kalau dilakukan sendiri-sendiri. Kesadaran semacam itu yang kini sudah mulai hilang, imbuh Darmanto. Ritual Di era yang semakin mengglobal, kata Darmanto, amat tidak menguntungkan kalau perbedaan antarsuku, antaragama, atau antaraliran dibesar-besarkan. Hal itu bersifat kontraproduktif terhadap pencapaian cita-cita bersama. Justru sebaliknya, perlu dibangun upaya-upaya peningkatan produktivitas kerja. Darmanto memprihatinkan lunturnya nasionalisme sebagai akibat pelaksanaan ritual kebangsaan yang tidak menyentuh hingga ke hati. Nasionalisme, kata dia, merupakan manifestasi nilai mistis-kosmis yang harus dilakukan dengan mengikutsertakan ruh kebangsaan. Tanpa hal itu, segala macam bentuk upacara yang dilakukan hanya akan menjadi ritual kosong tanpa makna. Ritual menjelang 17-an, semacam lek-lekan, acapkali dilakukan sekadarnya tanpa dipahami substansi yang menyertainya, tutur Darmanto. Hal senada juga disampaikan oleh Rektor Unnes, Dr HAT Soegito SH MM, yang menilai bahwa peringatan 60 tahun Indonesia merdeka memiliki nilai sangat strategis dalam upaya mengangkat jatidiri dan karakter bangsa. Tapi sayang, memasuki 60 tahun kemerdekaan, bangsa Indonesia justru mengalami berbagai cobaan. Ancaman disitegrasi bangsa, reformasi yang kebablasan, dan pemaksaan kehendak dari sekelompok orang yang mengikis semangat nasionalisme, urai HAT Soegito. Sebagai upaya mempertebal patriotisme dan nasiolisme, AT Soegito mengajak seluruh komponen masyarakat untuk mengingat kembali peristiwa 17 Agustus 1945 sebagai wahana retrospeksi diri. Ketua Paguyuban Pertempuran Lima Hari di Semarang, Soediyono (81), menyayangkan melunturnya semangat nasionalisme di kalangan kawula muda sekarang ini. Sebagai salah seorang pelaku sejarah, Soediyono berpandangan bahwa para pemuda negara Indonesia saat ini mengalami kemunduran. Terjadinya demoralisasi, kerusuhan, dan perpecahan sesama anak bangsa merupakan bukti adanya penurunan semangat kebersamaan. Tak ingin melihat kekoyakan menjadi lebih besar, Soediyono bersama segenap komponen Dewan Harian Daerah (DHD) 45, Pepabri, Veteran, dan PWRI bernisiatif untuk merapatkan barisan guna memberikan penanaman jiwa dan semangat patriotisme kepada beberapa generasi muda. Bentuknya berupa sosialisasi dan pertemuan dengan para pemuda lewat RT, RW, dan Kelurahan hingga ke beberapa organisasi kepemudaan, ungkap Soediyono. Dengan demikian, diharapkan mereka bisa meneruskan cita-cita para pejuang yang telah berhasil mempersatukan persada Indonesia. Menurut Soediyono, era sekarang ini dirasa berat. Pasalnya, tak hanya melawan nafsu keserakahan, penindasan sesama, dan bentrok antarkepentingan, tapi juga memerangi kebodohan dan kemiskinan. Sebagai satu-satunya polisi istimewa yang masih hidup sewaktu pertempuran lima hari di
[ppiindia] Romo Magnis: Sebagian Besar Agama Menerima Pluralisme
Hanya untuk mengingatkan saja, dan meluruskan beberapa artikel yang menyebutkan Franz Magnis-Suseno menolak pluralisme. *** Franz Magnis-Suseno: Sebagian Besar Agama Menerima Pluralisme 23/12/2001 Pluralisme agama adalah sebuah kenyataan sejarah yang ditarik berdasarkan situasi nyata manusia di muka bumi ini. Agama sudah betul- betul menyadari bahwa ada beragam agama di muka bumi ini. Meskipun ada pergeseran atau perpindahan agama, tetapi skalanya sangat kecil terutama pada agama-agama besar. Terhadap kenyataan ini, agama harus mengambil sikap, dalam mengambil sikap itu muncul fakta yang menarik bahwa sebetulnya kebanyakan agama sudah mengakui pluralisme, barangkali tidak dalam praktik, tapi masih dalam ajaran normatif. Bagi Romo Franz Magnis-Suseno, dialog antaragama merupakan keharusan dan harus terus-menerus diupayakan. Karena hanya dengan cara inilah, kerukunan antarpemeluk agama bisa diwujudkan. Romo yang masih menjadi Ketua Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta ini mengakui bahwa konflik-konflik antaragama merupakan sesuatu yang nyata, tapi sebagian besar, sesungguhnya bukan berasal dari ajaran-ajaran agama. Romo--yang masih juga aktif mengajar dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh agama lain ini-- mengatakan bahwa ada berbagai faktor, dari masalah ekonomi hingga kesenjangan sosial, yang memicu konflik-konflik yang kemudian mengatasnamakan agama itu. Pada dasarnya, semua agama menerima pluralitas, karena kenyataan faktual yang tak dapat dibantah. Berikut ini adalah kutipan wawancara Romo Magnis dengan Herman Heizer dari Kajian Islam Utan Kayu (KIUK). Bagaimana pandangan Anda tentang pluralisme agama? Pluralisme agama adalah sebuah kenyataan sejarah yang ditarik berdasarkan situasi nyata manusia di muka bumi ini. Agama sudah betul- betul menyadari bahwa ada beragam agama di muka bumi ini. Meskipun ada pergeseran atau perpindahan agama, tetapi skalanya sangat kecil terutama pada agama-agama besar. Terhadap kenyataan ini, agama harus mengambil sikap, dalam mengambil sikap itu muncul fakta yang menarik bahwa sebetulnya kebanyakan agama sudah mengakui pluralisme, barangkali tidak dalam praktik, tapi masih dalam ajaran normatif. Para pendiri agama kelihatan tidak memaksa pengikutnya. Kalaupun ada panggilan dalam agama uatuk melakukan missi atau dakwah, tidak dimaksudkan dengan cara agresif, tapi dengan cara memberikan kesaksian dengan tidak bermaksud mengajak orang lain secara paksa. Secara teologis mungkin relevan apa yang dikatakan Alquran bahwa segala sesuatu di dunia ini dikehendaki Allah. Bagi Allah tentu gampang mempersatukan kita dalam satu agama, tapi Dia tidak melakukannya. Bagaimana sebaiknya kita menyikapi ide-ide pluralisme? Saya kira ada dua hal. Pertama dan yang paling penting bahwa umat beragama harus betul-betul bersedia hidup bersama dengan damai. Supaya mereka dapat mengembangkan toleransi positif. Umat agama lain tidak hanya dibiarkan tapi dihargai untuk dapat hidup sesuai dengan ajaran agamanya. Secara tradisional sebenarnya itu sudah ada, tapi sering tertutupi oleh gejolak transformasi sosial dan pengaruh kepentingan politik. Kedua, kita membedakan antara pluralisme dengan kebenaran agama. Maksud saya menerima secara positif dan hormat kepada agama lain bukan berarti harus mengatakan bahwa semua agama sama. Sikap pluralis adalah kita mampu hidup dengan umat beragama yang berbeda dengan kita. Pluralisme juga memerlukan sikap menerima umat yang berbeda. Memang ada persamaan tapi juga ada perbedaan. Tapi bukankah semua agama itu pada dasarnya sama dan hanya berbeda pada ritual atau syariah-nya saja? Menurut saya kesamaan itu adalah keterbukaan kodrati manusia atau apa yag kita sebut dengan fitrah. Dalam lubuk hati, orang mengkui adanya Tuhan, dan itu dijawab dalam agamanya masing-masing yang berbeda itu. Tapi di lain pihak, ada agama wahyu mengklaim bahwa perbedaan itu lebih dari sekadar ritus. Para penganut Yahudi bisa saja menghormati Kristen dan Islam atau menghormati al-Masih. Tapi Yesus bagi mereka paling-paling seorang nabi, begitu juga Muhamad, paling-paling seorang nabi. Alquran dan Perjanjian Baru bagi mereka hanya buku revisi. Orang-orang Kristen mengakui kitab suci agama Yahudi juga sebagai kitab suci Kristen. Lalu Muhammad dan Alquran dihormati sebagai tokoh religius, tetapi seakan-akan sudah tertutup seperti Yahudi terhadap Kristen. Bagi Islam, Yesus adalah salah satu nabi seperti Muhammad dan Muhammad sebagai Nabi terakhir. Menurut saya, pluralisme agama mengaharapkan bahwa kita menerima perbedaan itu tanpa menjadi sakit hati dan heran. Apakah kekerasan yang sering mengatasnamakan agama disebabkan oleh ajaran-ajaran agama sendiri? Kalau kita membaca kitab suci jelas di perjanjian baru tidak ditemukan alasan orang Kristen boleh tidak toleran terhadap pemeluk agama lain. Dalam sejarah Kristen banyak sekali sikap yang tidak toleran, tapi itu sebenarnya sudah di lingkungan orang-orang Yahudi, dan bukan
[ppiindia] Occupation helped put Indonesia on the path to independence
http://www.iht.com/articles/2005/08/14/news/vj-jakarta.php Occupation helped put Indonesia on the path to independence By Donald Greenlees International Herald Tribune MONDAY, AUGUST 15, 2005 JAKARTA When the war ended, Hideo Fujiyama had to choose where his true loyalties lay. He decided not to return to Japan, but to stay in Indonesia, a country he barely knew. His decision to desert the Japanese Army was motivated by a mix of reasons, both practical and sentimental. He had been accidentally left behind when his unit shifted base. But he was also resentful at the way he had been treated in the wartime army, had an ill-defined sense that he could have a better life in the tropics and was inspired by Indonesia's burgeoning nationalist movement. Witnessing a stirring call for independence by Sukarno, the nationalist leader who later became Indonesia's first president, at a mass rally in Jakarta on Sept. 19, 1945, was a turning point. He was so energetic and impressive, said Fujiyama, at the time a sergeant in an aircraft maintenance unit. I was so moved by Sukarno's speech. Fujiyama joined the rapidly forming Indonesian nationalist military forces. He was one of about 1,000 Japanese troops in Indonesia to desert and stay behind to fight for the country's independence from the returning Dutch colonial power. Only 11 of those veterans are alive today and still living in Indonesia. The eldest is 96; the youngest 78. Fujiyama, 83, lives with his Indonesian Muslim wife on the northern edge of Jakarta, in Tandjung Priok, a port-side neighborhood. Still energetic and eager to tell his story, Fujiyama describes his days of service in the Indonesian forces as the proudest time of his life. He was twice wounded in combat fighting alongside Indonesians. Asked whether he would have been happier to serve Japan or Indonesia, he shot back, Indonesia, of course. He added, laughing, I didn't fight much for the Japanese. The vital role of Japanese veterans in the postwar independence struggle is a largely overlooked chapter of Indonesia's recent history. The Japanese deserters provided tactical leadership, weapons and training to the ramshackle Indonesian forces. Although there was a modest contribution to the ultimate victory over the Dutch in 1949, it illustrated the varied and complex part played by Japan in Indonesia's attainment of independence and development as a nation. Unlike in other countries in East Asia, Japan's occupation of Indonesia - which took place from 1942 to 1945 - elicits ambivalent responses from local people today. There is none of the bitter hostility that has erupted in China's or Korea's relations with Japan - perhaps because of the benefit of geographic distance. The Japanese conquest in 1942, which caused the Dutch to flee, undoubtedly hastened Indonesian independence. Later, Japanese development aid and investment was a major contributor to Indonesia's industrialization and remarkable economic growth. The legacy of Japanese wartime rule is still present in ways both great and small: Indonesia's 1945 Constitution was written by committees of nationalists brought together by the Japanese, and a nationwide system of neighborhood chiefs and committees was implemented during the Japanese occupation. Yet, Indonesia also suffered during the occupation, if not to the same degree as China or Korea. There is no accurate record of the number of women forced into sex slavery - to be so-called comfort women - but it is thought to be in the thousands. Historians estimate that there were at least 200,000 forced laborers, or Romusha, more than half of whom died. Periodic uprisings were brutally suppressed. Salim Said, a military analyst at the Center for National Strategic Studies in Jakarta, captures the current feeling of ambivalence when he describes the occupation as a blessing in disguise. From the time of their arrival, the officers of the Japanese administration embarked on a program of social mobilization with the aim of garnering support for the war effort. They organized political advisory councils, self-defense militias, and religious, youth and women's groups. And they adopted the nationalist term for the Dutch East Indies - Indonesia. The Japanese could not use the machine that they created, Said said. When we proclaimed our independence it was easy to get support from the mass of the public because they were already mobilized by Japan. But the Japanese occupation also influenced Indonesia in less fortunate ways. Some historians believe the authors of the 1945 Constitution were influenced by the Japanese political model when they created a powerful presidency and hence the opportunity for authoritarian rule. It was not until 2003 that the Constitution was
[ppiindia] MOTIVATION IBUNDA, KENAPA ENGKAU MENANGIS?
IBUNDA, KENAPA ENGKAU MENANGIS? Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. Ibu, mengapa Ibu menangis?. Ibunya menjawab, Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak. Aku tak mengerti kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat. Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas? Sang ayah menjawab, Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis. Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis? Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur. Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu. Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa. Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya. Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak? Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi. Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan. Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga. v Apakah Anda menginginkan lebih banyak gagasan unik, tips hebat ataupun inspirasi luar biasa lainnya yang dikirimkan secara gratis kepada Anda ? Jika Anda suka, Andapun dapat terlibat diskusi menarik dengan Para Bintang. Caranya mudah, KLIK saja http://groups.yahoo.com/group/TamanBintang/, SEKARANG !!! v __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hrt3tcp/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124075655/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project /a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Re: Romo Magnis: Sebagian Besar Agama Menerima Pluralisme
Tambahan mengenai pendapat Romo Magnis mengenai Pluralisme: Wawancara Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno: Banyak Jalan Menuju Keselamatan http://islamlib.com/id/index.php?page=articleid=299 . Berbicara masalah keselamatan, kita melihat di semua agama ada kecenderungan mengklaim keselamatan hanya ada padanya (claim of salvation). Bagaimana melihat pandangan bahwa semua agama mengklaim agama kita adalah jalan keselamatan? Menurut saya, perbedaan yang ada di antara agama-agama tidak boleh dibedakan menjadi seakan-akan keselamatan itu eksklusif. Jadi keselamatan dalam pandangan orang Kristen yang dibawa Yesus itu keselamatan buat semua, bukan hanya untuk orang Kristen. Intinya semua orang bisa selamat. Untuk semua orang yang berusaha untuk memberikan suatu kebaikan dalam hati mereka dan tidak berusaha untuk menutup diri. Jadi keselamatan tidak boleh eksklusif, dibatasi hanya bagi orang Kristen. Bagi saya, sikap ekslusif itu salah sekali. Bagaimana membedakan jalan keselamatan yang ditawarkan satu agama dengan agama lainnya? Orang yang beriman, --misalnya saya beriman sebagai orang Kristiani-- tentu saja merasa yakin bahwa iman saya benar. Kalau tidak, tentu saja, saya tidak bisa disebut beriman. Ini mengandaikan bahwa orang beriman pada agama manapun kebanyakan begitu. Hal itu tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa semua agama lain itu salah. Agama lain itu adalah jalan-jalan lain yang sebenarnya juga membimbing pemeluknya menuju Tuhan. Jadi, saya tidak akan memberikan suatu penilaian tentang agama lain hanya karena saya happy di dalam agama saya sendiri. Kesimpulannya, banyak jalan menuju keselamatan. Atau banyak jalan menuju Tuhan. Apa begitu? Ya, dalam kenyataan memang begitu. Saya yakin betul adanya banyak jalan menuju keselamatan. Dan itu juga ajaran Katolik. Dalam Konsili Vatikan ditegaskan bahwa orang dari semua jalan, asal mau hidup dengan baik, akan bisa menerima keselamatan Allah [] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h078k36/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124075687/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education/a!/font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Government rejects MUI's demand to ban Ahmadiyah
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20050811.A06 Government rejects MUI's demand to ban Ahmadiyah National News - August 11, 2005 Muninggar Sri Saraswati, The Jakarta Post, Jakarta The government will not ban the teachings of the Indonesian Ahmadiyah Congregation (JAI) nor dissolve the group, but will let the government-sanctioned Indonesia Ulema Council (MUI) decide whether it will file such a request with the court, a senior minister says. Coordinating Minister for People's Welfare Alwi Shihab said on Wednesday that the government continued to acknowledge a government decree issued in 1980, which allows Ahmadiyah followers to implement the teachings among themselves, but bans them from disseminating them. The government has decided to let the judiciary have the final say on this issue, he said after attending a ceremony at the State Palace. According to Alwi, the government arrived at its stance during a recent ministerial meeting on political affairs. Thousands of people attacked last month the JAI campus in Parung, Bogor, West Java. The attackers, from a group calling itself the Indonesian Muslim Solidarity group, have publicly admitted that they were motivated by a controversial fatwa issued in 1980 by the MUI, which banned the group as it does not recognize Muhammad as the last prophet. The MUI recently upheld the edict during a national meeting in Jakarta, asking the government to ban the teachings of Ahmadiyah and the group. Several Muslim leaders, including those from Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama (NU), the country's two largest Muslim organizations, have condemned the attack. They said faith differences should not be resolved with violence. Some have even criticized the MUI for issuing such a controversial edict, which is not legally binding. Acts of intimidation and aggression against religious groups or individuals by other devotees have been increasing in number over the past few years. Experts have called on the government to act swiftly to protect the people's right to freely follow their religion. Some have suggested the government also acknowledge other religions and beliefs outside the existing five recognized by the state under the Constitution. But Alwi said that the government would allow the MUI to seek the court's ruling if it wanted to ban Ahmadiyah. Ahmadiyah was established in Pakistan in the 19th century by Mirza Gulam Ahmad. Its followers believe that he was a prophet who came after the Prophet Muhammad. Ahmadiyah is little known in Indonesia. It did not take root in the country until the 1980s. There are an estimated 200,000 followers in the country. Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h1umcbc/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124082048/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] MUI dan Fatwa Antidemokrasi (sulit untuk tidak setuju)
Sebuah catatan yang sangat menarik dan cerdas dari polemik yang berkepanjangan soal fatwa MUI. Prinsip memiliki kebenaran mutlak dan menganggap yang lain sesat rasanya banyak dianut oleh anggota milis ini. Bukan begitu, ibu Lina dan teman-teman sepahamnya? Hehehehe Kalau fatwa MUI dijadikan patokan, maka penolakan Prof Syafi'i Ma'arif dan Hasyim Muzadi terhadap penerapan syariah adalah suatu dosa. Lebih jauh, orang Islam yang memilih Partai Demokrat, Golkar, PDIP, PKB, dan PAN bisa dikategorikan sebagai pendosa karena mereka memilih partai nasionalis yang sekuler. Begitu juga kalangan Islam yang aktif memperjuangkan demokrasi dan pluralisme. Dengan demikian, fatwa MUI ini akan mengancam fondasi dasar bagi proses demokratisasi, sesuatu yang dicita-citakan oleh reformasi. Jangan dikira musuh reformasi hanya terbatas pada otoritarianisme Orde Baru dan korupsi. Reformasi juga bisa terancam oleh absolutisme, suatu sikap yang disebut oleh Cak Nur sebagai thoghut (tiran), yang merasa memiliki kebenaran mutlak dan menganggap yang lain sesat. Fatwa MUI dengan jelas menunjukkan karakter itu. Start your day with Yahoo! - make it your home page http://www.yahoo.com/r/hs Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hv7m67v/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124082672/A=2896129/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today/a!/font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] Keteladanan Presiden LAMA dan Baru IRAN
ustad mansyur apa kabar...? yang perlu belajar kayaknya si mbak deh boro-boro mengantar ke meja kerja, datang ke acara pelantikan presiden baru saja ogah duh, kalau kata tesy srimulat, malu aku punya bekas presiden seperti itu iran, bersama kuba, india dan cina, memang negara-negara yang punya martabat tinggi seandainya tak diembargo amerika dan aset-asetnya tak dibekukan sehingga bisa digunakan untuk modal pembangunan, tentu iran sudah bisa menyaingi israel di timur tengah salam, At 10:36 PM 8/14/05 +0700, you wrote: DARI MILIS SEBELAH, sangat menarik dan mengharukan. SBY perlu belajar darinya. Wrote: Dari rekan yg berada di Iran, Dina Sulaeman, ada cerita menarik ttg presiden baru Iran, Ahmadinejad ; Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hg4jsto/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124084046/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: Ant: [ppiindia] Belajar Menghargai Perbedaan
Harus diakui berkat Cheng Ho, pernah tercipta harmoni di tengah masyarakat Jawa saat itu. Saat itu terjadi akulturasi antara nilai-nilai China, Jawa, dan Islam secara harmonis. Bukti-bukti harmoni itu hingga kini bisa dilihat di kelenteng-kelenteng di pantura Jawa, termasuk di Masjid Demak yang terkenal itu. **H...dimanakah tersisa toleransi itu kini? Dimana kemajemukan alias pluralisme malah dikutuk? DH tenang saja pak, toleransi dan harmoni insya Allah akan tetap lestari di bumi pertiwi dibawah ini contohnya salam, Tadinya Bukan Orang Lain Fatwa sesat dikeluarkan MUI untuk Jemaat Ahmadiyah. Di daerah mereka hidup rukun bersama komunitas agama lain. ***- DALAM sepekan terakhir ini Abdul Muhaimin, 48 tahun, sering uring-uringan. Apalagi jika pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat di Kotagede, Yogyakarta, itu dimintai pendapatnya tentang fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Kiai Nahdlatul Ulama ini juga tidak berbahagia diingatkan soal aksi penyerbuan ke kampus Al-Mubarok di Parung, Bogor, pertengahan Juli lalu. Saya sangat kecewa, katanya. Islam kok melakukan kekerasan. Bagi Muhaimin, Jemaat Ahmadiyah itu seperti keluarganya sendiri. Mereka sering berkunjung ke pondoknya, terkadang ikut makan, tidur, dan salat berjemaah dengan warga pondok lainnya. Sebaliknya, Muhaimin juga sering mampir ke kantor mereka di Kotabaru, Yogyakarta. Mereka itu bukan orang lain bagi saya, keluarga dan penghuni pondok, katanya. Tamu Muhaimin itu umumnya mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Mereka membantu Muhaimin mencetak majalah Suluh, terbitan Forum Persaudaraan Umat Beriman. Para mahasiswa itu juga ikut menyiapkan kemah bersama umat beragama yang digelar di Desa Turgo, Kecamatan Pakem, Sleman, akhir Juli lalu. Acara yang digelar di lereng Gunung Merapi itu dihadiri seluruh komunitas keagamaan, NU, Muhammadiyah, Hindu, Buddha, Kristen, Katolik, dan aliran kepercayaan. Di Madiun, Jawa Timur, Masjid Biturrohman di kawasan Ngrowo, Taman, selalu penuh setiap Sabtu malam. Sebenarnya pengajian rutin selepas salat isya itu merupakan agenda JAI, tapi berubah menjadi acara rutin lingkungan. Pesertanya juga bukan sebatas pengikut Ahmadiyah. Sejak didirikan pada 1973, masjid ini memang untuk masjid umum, bukan untuk orang Ahmadiyah saja, kata Ahmad Sumani, pendiri JAI di Madiun. Selain untuk pengajian, sehari-hari masjid itu juga ramai dengan anak-anak dan remaja yang ikut kursus baca Al-Quran. Pesertanya umum. Juga para warga yang berobat alternatif homoe pahly. Selain bayar seikhlasnya, pengobatan ini dilakukan dengan ramuan tumbuhan yang disertai doa. Peminatnya banyak. Di lereng Gunung Lawu, begitu azan dikumandangkan dari pengeras suara Masjid Mubarak, warga Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, berduyun-duyun datang untuk salat. Salat Jumat juga digelar berjemaah dengan warga sekitar. Padahal bangunan masjid dua lantai yang didirikan pada 1987 itu juga digunakan sebagai kantor JAI. Sehari-hari masjid itu tak pernah sepi. Seminggu tiga kali digelar pengajian dan arisan ibu-ibu. Setiap hari, selepas zuhur, anak-anak desa ramai belajar membaca Al-Quran. Tiga bulan sekali digelar acara donor darah dan pengobatan massal--pesertanya dari berbagai kalangan. Tak ada masalah dengan komunitas agama lain. Azis Suyatno, Ketua JAI Tawangmangu, adalah ketua RT setempat. Nasir Sumardi, eks Ketua Cabang JAI Tawangmangu, juga ketua seksi kerohanian desa. Sebagai pamong desa, mereka tak jarang harus tampil memimpin doa dalam berbagai acara, termasuk acara keagamaan. Tak ada yang ribut, fatwa MUI tak berpengaruh sampai di sini, kata Sulisyani, Ketua Fatayat NU Karanganyar. MUI Kabupaten Karanganyar sendiri memilih bersikap adem-ayem ketimbang meneruskan fatwa dari Jakarta. Lebih baik kami dekati daripada dibubarkan, ujar Badaruddin, Ketua MUI Karanganyar. Selain karena pengikut JAI hanya 209 orang, mereka menganggap lebih baik memelihara silaturahmi agar tak terjadi konflik antarumat beragama. Harmoni seperti itu pula yang kini sebenarnya diharapkan warga JAI di Surabaya. Apalagi, sebelum fatwa MUI keluar, warga JAI Surabaya cukup akrab dengan MUI Jawa Timur dan ormas Islam lainnya. Para mubalig JAI Wilayah Jawa Timur, seperti Basuki Ahmad, rajin sowan ke pondok besar di Jawa Timur seperti Pondok Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Pondok Lirboyo Kediri, Pondok Gontor Ponorogo, dan Anugayah, Gulukguluk, Sumenep. Sayang, keinginan itu cuma mimpi. Begitu papan nama kantor itu diturunkan polisi pekan lalu, harmoni itu kini tinggal kenangan. Widiarsi Agustina, Syaiful Amin (Yogyakarta), Imron Rosyid (Solo), Rochman Taufiq (Madiun), Sunudyantoro (Surabaya) (Majalah TEMPO, 8 Agustus 2005) [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a
[ppiindia] Pejuang wanita itu telah meninggalkan kita
Kemarin, Minggu tanggal 14 Agustus 2005, Ny. Suwarni Salyo, S.H. telah meninggal dunia dalam usia 84 tahun. Terakhir dia masih aktif dalam kepengurusan Ikatan Sarjana Wanita Indonesia dan sekalipun usianya sudah uzur, dia aktif dalam kegiatan kesetaraan jender bersama Ny. Saparinah Sadli. Jenazahnya dimakamkan di Blitar, sesuai dengan amanat beliau kepada sanak keluarga. Semasa gadis belia yang cantik, dia bergerilya bersama TP (tentara pelajar atau TRIP). Sejak muda dia memang cantas (tepat bicara) dan menggunakan kemampuan Bahasa Belanda yang prima kalau ditangkap Belanda : kalau yang menangkap dia kopral Knil, yang biasanya kulit sawo matang atau hitam, dia berkacak pinggang minta dipertemukan dengan opsirnya (pasti Belanda totok) dan selalu setelah berbicara rileks dia dilepaskan. Dia kemudian bersuamikan juru terbang Kapten Muljono. Perkawinan pertama ini berlangsung tidak begitu lama, karena penerbang legendaris ini, yang mampu menerbangkan pesawat cureng Jepang hanya dengan membaca manual saja, jatuh nyungsep ke rumah Pak Haji di Surabaya dalam upaya yang gagal untuk memecahkan rekor terbang vertikal setelah menukik 50 meter dari atas tanah dengan pesawat Mustang P-51. Adalah adiknya, Suwardi (lulusan Delft yang kemudian menjadi satu diantara dua orang Indonesia pertama yang menjadi sarjana ahli teknik nuklir), yang meyakinkan Suwarni untuk tidak tenggelam dalam kesedihan ditinggalkan suami tercinta. Lalu dia menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan menjadi Pemimpin Umum koran Surabaya Pos. Tidak pernah absen dari perjuangan, di Jakarta dia memimpin KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia) dan menikah dengan Ir. R.M. Salyo. Sayang wanita yang yakin bahwa orang Indonesia seharusnya mengidentifikasikan diri sebagai orang Indonesia dulu baru identifikasi sebagai penganut agama tertentu kemudian, ini belum sempat melihat semaraknya peringatan HUT ke-60 proklamasi. Salam, RM Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hgg048p/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124085322/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research Hospital/a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [ppiindia] Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan
Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa yang merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat dialihfungsikan menjadi tempat kegiatan ibadah. === Just curious, Kalo pengajian, pake izin ga y??? Atau kalo bangun langgar yang speaker-nya teriak2 pake izin ga sama warga non muslim?? (atau izin sebagian warga muslim yang juga nggak suka polusi udara) Ya, ya, negara ini memang punya yang mayoritas. Dan jarang juga kegiatan agama islam yang diadakan di rumah, soalnya ngebangun langgar ga sesulit ngebangun gereja atau rumah ibadah lainnya. Tiap pengkolan juga ada... Hidup kelompok mayoritas!!! --- Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote: HARIAN KOMENTAR 15 August 2005 Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan Aliansi Gerakan AntiPemurtadan (AGAP) Kota Cimahi bersama beberapa Organisasi Massa (Ormas) Islam dan masyarakat, Minggu (14/08) kemarin meminta agar 13 rumah ibadah di Perumahan Permata Cimahi dihentikan seluruh aktivitasnya. Alasan mereka, kegiatan ibadah umat Kristen itu tidak mempunyai izin. Ketua AGAP M Mu'min SE mengatakan, permintaan peng-hentian tersebut dilakukan me-lalui cara persuasif dengan mendatangi para pendeta ge-reja. Para pendeta gereja ter-sebut diminta untuk me-nandatangani surat pernya-taan penghentian kegiatan ser-ta akan mengembalikan fungsi bangunan sebagaimana mes-tinya, katanya di Masjid Zam-rud Permata Cimahi. Ia mengatakan, ke-13 gereja tersebut tidak mempunyai su-rat izin yang jelas. Mereka meng-gunakan tempat tinggalnya un-tuk dijadikan pusat kegiatan agama seperti kebaktian, seko-lah minggu dan kegiatan lain-nya yang aktivitasnya sama de-ngan gereja, katanya. Kegiatan yang kami lakukan bersama teman-teman Forum Pembela Islam (FPI), Barisan AntiPemurtadan dan Korps Pe-muda Daulah Islamiyah dan warga masyarakat sekitar bu-kanlah untuk menghalangi ke-giatan ibadah umat non-Mus-lim, katanya. Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa yang merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat dialihfungsikan menjadi tempat kegiatan ibadah. Sejak pukul 09:00 WIB kema-rin, ratusan massa dan warga masyarakat telah mendatangi empat gereja yaitu yang berada di RW 14, RW 05, RW 12 dan RW 5, termasuk sebuah klinik pengobatan Anugerah. Mereka membagi menjadi tiga kelom-pok utusan, masing-masing menjelaskan maksud keda-tangan, negosiator dan penan-datanganan. Kelompok perta-ma bertugas untuk menjelaskan maksud kedatangannya ke setiap gereja. Setelah itu, kelom-pok negosiator bertugas untuk melakukan negosiasi dengan pendeta untuk menandatangani surat pernyataan dan untuk se-lanjutnya penandatanganan su-rat pernyataan. Aksi yang dila-kukan ratusan massa tersebut berlangsung aman. Tidak ada tindakan anarkis yang terjadi diantara kedua belah pihak. Massa yang memakai atribut masing-masing Ormas tersebut didampingi oleh tokoh masya-rakat dan pihak kepolisian. Menurut Ketua RW 14 Agus Sucipto, bersama dengan pihak kepolisian, tokoh masyarakat serta AGAP telah mendatangi satu persatu pendeta gereja. Kami bersyukur karena me-reka bersedia menandatangani surat pernyataan akan meng-hentikan kegiatan, katanya. Agus juga mengatakan, ke-giatan beberapa gereja tersebut diantaranya sudah berlangsung selama lebih dari 10 tahun. Upaya yang telah dilakukan oleh warga masyarakat melalui Ketua RT dan RW adalah de-ngan mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan hal ini te-tapi ternyata himbauan-himbau-an kami tidak diindahkan, katanya. Saya sebagai Ketua RW telah melaporkan hal ini ke pihak ke-polisian dan kecamatan. Dan sudah semestinya Walikota Ci-mahi juga sudah mengetahui-nya, tambahnya. Menurut Ke-tua RT 06 RW 14 Yanto, satu hal yang paling mengganggu adalah banyaknya mobil yang parkir di sekitar gereja yang tentu saja menghalangi rumah tinggal lain-nya. Tetapi, lanjut Yanto, hal tersebut sudah dipenuhi oleh pemilik gereja tersebut dengan memindahkan lahan parkirnya ke tempat lain. Tetapi sayang, taman yang merupakan fasilitas umum ma-lah diratakan menjadi lahan parkir. Sehingga hal ini menjadi tambahan masalah, katanya. Ketika sekitar pukul 14:00 WIB massa mendatangi rumah yang dijadikan gereja milik Pen-deta Gunawan Immanuel, dan ia tidak bersedia ditemui. Te-tapi menurut sebuah sumber, Gunawan telah bersedia menan-datangani surat pernyataan untuk menghentikan aktivitas gerejanya. Gereja yang telah didatangi oleh AGAP adalah gereja milik Pendeta M Sibarani, Pendeta Henokh Herminutoyo, Pendeta Theo dan Pendeta Gunawan Immanuel.(ant/*) © Copyright 2003 Komentar Group. All rights reserved. [Non-text portions of this message have been removed] __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has
[ppiindia] Re: Keteladanan Presiden LAMA dan Baru IRAN
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto [EMAIL PROTECTED] wrote: iran, bersama kuba, india dan cina, memang negara-negara yang punya martabat tinggi seandainya tak diembargo amerika dan aset-asetnya tak dibekukan sehingga bisa digunakan untuk modal pembangunan, tentu iran sudah bisa menyaingi israel di timur tengah Ekonomi Israel sangat ditopang oleh US: Israel received US$2.16 billion in military aid from the US alone for 2004. They also receive around $2.58 billion in economic aid and $360 million in civilian aid. Belum dari policy: trade, jobs, dsb yang sangat pro Israel. Coba kalo dilepas semua, belum tentu GDP Israel bisa setinggi sekarang. (Ada tulisan yang membandingkan ekonomi Israel dan Irlandia, cukup menarik) Btw, Mas Nugroho, bisa minta no kontak via japri? Insya Allah nanti saya hub di jkt. salam, fau Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12haa73sr/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124089874/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Give underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to life by funding a specific classroom project /a./font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Re: Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Free Thinker [EMAIL PROTECTED] wrote: Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa yang merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat dialihfungsikan menjadi tempat kegiatan ibadah. === Just curious, Kalo pengajian, pake izin ga y??? Atau kalo bangun langgar yang speaker-nya teriak2 pake izin ga sama warga non muslim?? (atau izin sebagian warga muslim yang juga nggak suka polusi udara) Ya, ya, negara ini memang punya yang mayoritas. Dan jarang juga kegiatan agama islam yang diadakan di rumah, soalnya ngebangun langgar ga sesulit ngebangun gereja atau rumah ibadah lainnya. Tiap pengkolan juga ada... Hidup kelompok mayoritas!!! Kalem Mbak, di Perancis malah perempuan berjilbab dilarang pergi ke sekolah/institusi pemerintah. Minoritas memang sering dimarjinalkan. Bukan cuma soal agama (yg merupakan hak yang sangat azasi) tetapi juga kaum minor lainnya: suku pedalaman, anak2, wanita, petani. Saya pribadi melihat ada hal lebih besar yang harus dibicarakan bersama oleh bangsa kita dalam hal kebebasan ibadah ini. Supaya kita tidak terjebak menjadi seperti negara Perancis atau Cina. Dalam pendapat saya pribadi, menghentikan aktivitas ibadah tidaklah benar, apalagi cuma berkaitan soal izin administrasi. Mengapa tidak dibicarakan dan dicarikan solusinya bersama2 dg semangat toleransi? Pemerintah tampaknya tidak mau ambil resiko dg mengeluarkan SKB tsb. Tampaknya mesti ditinjau lagi. Juga supaya kita tidak buru2 mencap macam2 peristiwa yg berkaitan dg kegiatan agama tertentu sbg Kristenisasi atau Islamisasi. Apalagi dg mudahnya menarik generalisasi. salam, fau Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h8ilg2a/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124090614/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who cares about public education/a!/font ~- *** Berdikusi dg Santun Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *** __ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[ppiindia] Pusar ABG Indonesia
Diambil dari milis tetangga, kegusaran seorang wanita.. - PUSAR OH PUSAR Menjadi pengguna angkot di kota besar bukanlah sesuatu yang mudah, terutama bila anda laki-laki. Kenapa ? Jawabnya mudah. Ambillah contoh, sekarang dapat dengan mudah kita temui gadis-gadis cantik berpakaian ketat dan mini. Kaus ketat dan celana ¾ ala Jennifer Lopez yang berpinggang rendah seakan menjadi seragam. Ketika gadis-gadis itu membungkuk untuk turun dari angkot, tampaklah pemandangan yang buat saya mengerikan itu. Punggung yang terbuka ! Sebagian mereka ada yang merasa risih, kebingungan menarik- narik kausnya bagian belakang. Sebagian yang lain, cuek dan ikhlas saja membiarkan punggung yang terbuka itu menjadi tontonan orang-orang seangkot. Astaghfirullah saya jadi bisa merasakan betapa beratnya menjadi laki-laki di jaman sekarang. Suatu hari, saya berencana pergi ke suatu tempat. Karena angkot yang saya tumpangi masih kosong, saya harus sedikit bersabar menunggu angkot itu ngetem sampai penumpangnya penuh. Saya pilih duduk di bangku bagian belakang. Di depan, dekat sopir, duduk 2 orang gadis. Gadis yang duduk di tengah rupanya memakai kaus yang kekecilan dan celana dengan gaya lower is better yang benar-benar lower. Tak perlu membungkuk, cukup dalam posisi duduk biasa, gadis itu sudah memamerkan hampir 1/3 punggung dan sebagian panggulnya. Tak usahlah dibayangkan. Tak lama, datang temannya, seorang pria. Mereka lantas mengobrol bertiga. Saking semangatnya, gadis yang duduk di tengah sesekali mencondong-condongkan badannya. Seorang pria lain, calo angkot, tiba-tiba datang, mengajak bicara sopir yang sibuk memanggil-manggil penumpang. Perhatian sang calo segera tersita oleh punggung sang gadis yang terbuka. Segera saja ia menyikut sang sopir. Kepalanya bergerak-gerak ke arah samping seolah-olah hendak mengatakan, Tuh...liat tuh.. Pak sopir cuma menoleh sebentar lantas cuek. Sementara sang calo terus menatap dengan pandangan yang aahh.mengingatkan saya pada lagu Nicky Astria Mata Lelaki yang terkenal itu. Sang gadis yang menjadi pusat perhatian tampaknya sama sekali tak sadar apa yang telah terjadi. Sementara saya tak bisa berbuat apa-apa. Satu per satu penumpang naik. Angkot mulai penuh. Punggung bawah gadis itu masih menganga, mengisi ruang kosong antara kursi sopir dengan kursi penumpang di depan. Mas penumpang di depan saya mencuri-curi pandang ke arah point of view itu. Saya semakin bingung harus berbuat apa. Hari lain, masih di angkot juga, 2 orang gadis duduk di depan saya. Tentu saja, dengan pakaian seragam yang sama. Kaos ketat dan celana J.Lo. Sambil melihat pemandangan di luar angkot, telinga saya pasang baik- baik untuk mendengarkan obrolan mereka. Mula-mula cerita berkisar tentang teman-teman mereka, lantas tiba-tiba mereka mendiskusikan bagaimana cara keluar dari angkot tanpa memperlihatkan punggung mereka. Salah satunya mengaku menyesal karena tidak membawa jaket. Habis nggak nyangka sih kalo pulangnya bakalan naik angkot kata temannya. Ketika turun, mereka seperti orang kebingungan, berdesak-desakan antar mereka berdua saja. Yang di belakang sibuk menutupi punggung temannya sekaligus menutupi punggungnya sendiri. Pemandangan yang menggelikan sekaligus memprihatinkan. Masalah punggung, panggul, pusar, atau bagian tubuh perempuan yang lain yang erat kaitannya dengan baju mini, ketat, dan seksi ternyata bukan hanya monopoli penumpang angkot. Karena perempuan dengan baju-baju seperti itu ternyata dapat ditemui di mana saja. Termasuk di tempat-tempat yang (katanya) mengagungkan intelektualitas dan (seharusnya) dihormati seperti kampus. Sayang, di kampus tak ada larangan mengenakan baju-baju seperti itu. Kalau pun ada, gaungnya tak segencar larangan mengenakan sandal jepit di kelas. Baju-baju seragam sekolah anak SMP dan SMU di kota-kota besar pun semakin lama semakin jauh dari aturan yang sebenarnya. Roknya semakin pendek, bajunya semakin kecil dan ketat. Cocok untuk dikiaskan dengan peribahasa Ke atas tampak lutut, ke bawah tampak pusar. Soal pamer aurat ini bahkan sudah menjadi masalah nasional, saudara- saudara! Seorang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun sampai merasa perlu mengimbau untuk menertibkan persoalan ini : Saya meminta secara khusus agar gadis-gadis kita yang cantik-cantik, kaum perempuan dan wanita Indonesia yang berbudi luhur, dibebaskan dari mempertontonkan perut atau pusar yang dianggap biasa-biasa saja, kata Presiden ketika memperingati Hari Ibu, 22 Desember 2004 lalu di Istana Negara. Sebenarnya aneh rasanya jika negara demokrasi dengan banyak persoalan seperti Indonesia kita ini sampai harus turun tangan mengurusi soal pusar perempuan. Jika presiden sampai harus angkat bicara, artinya masalah ini memang sudah dianggap serius. Sebagai perempuan, kita seharusnya malu karena masalah pusar, punggung, atau bagian mana pun dari tubuh kita mestinya dan harus menjadi urusan kita sendiri. Tak perlu menunggu sampai Presiden