[ppiindia] [Flashback] Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit

2005-08-14 Terurut Topik Muhkito Afiff
Buat mengingatkan saja kejadian beberapa bulan yang lalu...

http://www.gusdur.net/indonesia/index.php?
option=com_contenttask=viewid=2275Itemid=60

Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit  

Jakarta, gusdur.net
Menteri Agama Maftuh Basyuni tidak main-main membenahi departemen yang 
dipimpinnya. Pembenahan internal seperti, pembenahan haji, peniadaan 
fasilitas pejabat berhaji gratis, perampingan jumlah petugas, 
pembabatan percaloan pemondokan dan pemberantasan KKN, sudah 
dijalankannya. Kemungkinan besar pembersihan itu juga akan dilebarkan 
hingga ke luar departemennya. 

Keseriusan ini ditunjukkan dalam pernyataan Maftuh yang berharap para 
penikmat Dana Abadi Umat (DAU), seperti Majelis Ulama Indonesia dan 
Sekjennya Din Syamsuddin juga diaudit. 

Pernyataan mantan Sekretaris Negara era Gus Dur ini terkait dengan 
sikap Sekjen MUI Din Syamsuddin yang meminta DAU untuk pesta pembukaan 
Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-4. 

Pada waktu itu, Sekum MUI Din Syamsuddin menyesalkan ketidakpedulian 
Depag terhadap penyelenggaraan KUII ke-4. Hal ini dapat dilihat dengan 
tidak adanya bantuan dana dari Depag terhadap penyelenggaraan acara 
tersebut. 

Tetapi kalau sampai Depag tidak memberikan perhatian pada urusan 
ummat hanya satu kata yang bisa saya sebut: Kenaifan! sesal Din Senin 
(18/4) seperti dikutip masjidistiqlal.com. 

Pernyataan Din itu membuat Departemen Agama geram. Bahkan Sekjen Depag 
Faisal Ismail dalam siaran persnya menilai Din mendiskreditkan Menteri 
Agama. 

Menurut Maftuh, Depag menolak mengeluarkan DAU untuk acara itu karena 
dana itu adalah amanat yang harus dipelihara dengan baik. Dan yang 
lebih berhak menggunakan dana tersebut adalah urusan haji. Dana itu 
bukan untuk semua kegiatan. Apalagi cuma pembukaan kongres, kata 
Maftuh seperti dikutip Gatra (14/5/ 2005). 

Diungkapkannya, saat itu Din meminta bantuan pembukaan KUII Rp 350 
juta, rencananya di JCC dan mengerahkan 4000 orang. 

Orang sebanyak itu untuk apa kalau bukan kampanye. Di Istiqlal kan 
gak bayar. Listrik dan segala macam itu kami yang membayar, kata 
Maftuh. 

Maftuh menyatakan Din boleh saja marah karena permintaannya tidak 
dipenuhi. Tapi, kalau diucapkan terbuka oleh pemimpin kayak Din 
begitu, ndak pantes itu. Ndak punya moral, tegas Maftuh. 

Karena itu, Maftuh menilai pernyataan Din itu hanya untuk 
mendiskreditkan dirinya. Bahwa dia (Din –red) menilai saya naif, itu 
hak dia. Tapi kalau dibilang bahwa Depag tidak membantu sepeserpun, 
pantas kalau keuangan MUI harus diaudit. Kekayaan Din juga perlu 
diaudit. Kantor MUI kami yang membiayai paling tidak listrik dan 
telepon. Itu apa?

Klik juga:
http://www.gusdur.net/downloadfolder/2005-06-21%20-%20gatra-upload-bp.
jpg




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h1ir8m5/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124011975/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998;1.2
 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: KADAR KEMERDEKAAN BANGSA???

2005-08-14 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma
Catatan laluta:
 
Refleksi diri seorang kawan menyatakan: Karena itu saya cuma mau tau kadar 
kemerdekaan bangsaku setelah 60 tahun merdeka dari penjajahan asing.(kutipan, 
subject KADAR KEMERDEKAAN??? oleh gustaf dupe). Untuk itu saya kirimkan juga 
sebuah ungkapan refleksi diri Heri Latief...
 
La Luta Continua!
 
Date: Fri, 12 Aug 2005 07:38:55 -0700 (PDT) 
From:  heri latief [EMAIL PROTECTED]  
Subject: Re: [1708] Notulensi Sarasehan (tanggapan hl) 
 
di kbri kita masih melihat/merasa bahwa aura dari rejim orba masih mengisi 
ruangan hampa, dan ide yang lainnya dianggap meresahkan kekuasaan. lalu kita 
yang katanya memiliki pemikiran bebas ini rupanya di TEST, dicoba, apakah 
pengabdian kita kepada kaum miskin tertindas itu hanya basa-basi doang?
 
siapa itu yang ngaku-ngaku bangsa indonesia?
apa penindasan di tanah airnya cuma jadi cerita?!
 
sejarah, ini soal sejarah maypren, bukan sekedar cerita. ada sesuatu yang 
sengaja dipoles, dalam bentuk yang aneh bin ajaib, misalnya: sejarah jutaan 
orang mati dan hilang, lalu kemana perginya para algojo?
 
Gelapnya Sejarah Orang Gelap
 
maap, saya orang gelap!
saya bukan maling atau copet
saya cuma tak punya ijin tinggal doang
mau kerja apa saja asal halal dong
 
maap, jangan lupa status saya
saya bukan seperti apa yang kalian bayangkan
saya tau mana yang beracun dan apa khasiatnya madu
dunia kita sudah dibagi dalam aturan terang dan gelap
saya tau itu, teman saya juga tau, gelap itu misteri
kegelapan malam bukan sekedar gelapnya hitam
 
lantas kalian pikir saya sukarela menggelapkan diri?
gelap_grup aslinya tak ada yang berniat nyilem melulu
saya adalah orang gelap produk dari dunia terang
saya tak perlu belas kasihan dari sistim yang korup
saya hanya mau bilang dunia gelap bisa lebih terang
 
salam, heri latief
 
--
From: Gustaf Dupe [EMAIL PROTECTED] 
Subject: KADAR KEMERDEKAAN BANGSA??? 
Date: Sat, 13 Aug 2005 19:05:45 +0700 

  60 TAHUN MERDEKA - KADAR KEMERDEKAAN BANGSA???
 
Saudara2 sebangsa yang bermukim di Nederland mengadakan serasehan 60 TAHUN 
MERDEKA di Kedubes RI di Den Haag tanggal 6 Agustus yang lalu. Kelompok Kerja 
Pelayanan Penjara (Pokja PLP PGI) mengadakan ibadah syukur 60 tahun merdeka 
mulai di penjara anak wanita di Tangerang tanggal 11 Agustus kemarin dulu dan 
akan diadakan di penjara2 lain pada hari2 ini. Dan tanggal 9 September yang 
akan datang Pokja PLP PGI akan mengadakan Refleksi 60 Tahun Merdeka dengan tema 
seperti tersebut di atas - mempertanyakan kadar kemerdekaan bangsa setelah 60 
tahun merdeka dari penjajahan asing atau kolonialisme klasik.
 
Itu berarti anak2 bangsa besar yang majemuk ini, dimanapun mereka berada, di 
pembuangan, di penjara, di alam bebas yang terpenjara, semuanya mencintai 
negerinya, bangsanya, tanahairnya, rakyatnya, kemerdekaannya. Keterbuangan di 
negeri orang, keterpenjaraan di balik terali besi maupun di alam bebas yang 
terpenjara ternyata tidak mampu menghambat dan memutuskan kecintaan dan 
kerinduannya terhadap negeri, tanahair, bangsa dan rakyatnya.
 
Namun saya tidak paham apakah para penguasa negeri ini, baik yang di 
pemerintahan pada semua aras maupun yang di parlemen dan lembaga yudikatif pada 
semua aras serta para panglima dan komandan militer juga mencintai negeri, 
tanahair, bangsa dan rakyat yang bernama Indonesia ini. Demikian pula saya 
tidak paham apakah para pengusaha/perampok legal maupun ilegal juga mencintai 
negeri, tanahair, bangsa dan rakyat ini?
 
Ketidak-pahaman saya ini bukanlah kebodohan. Ya tidak paham saja. Karena itulah 
dalam memperingati 60 tahun merdeka ini saya pertanyakan kadar kemerdekaan 
rakyat dan bangsaku. Kadar kemerdekaan itu tentu diukur dari beberapa nilai 
atau aspek, seperti kesejahteraan hidup, kedamaian, keadilan, kebebasan 
kecerdasan, intelektualitas, kesetaraan, kesadaran bermasyarakat majemuk, 
kemandirian, mentalitas patriot. 
Kenapa HDI (human development index) Indonesia sangat rendah dibandingkan 
bangsa2 lain yang lebih belakangan merdeka? Dan sebailknya mengapa index 
korupsi Indonesia harus unggul dari bangsa2 lain?
 
Beberapa peristiwa dan kebijakan penguasa negeri ini di bulan Agustus 2005 ini 
makin meningkatkan ketidak-pahaman saya dan sekaligus menimbulkan keprihatinan 
yang mendalam terhadap bangsaku. Bulan Agustus adalah bulan proklamasi 
kemerdekan indonesia. Coba kita ikuti peristiwa2 atau kebijakan2 berikut ini:
 
* Ketika berlangsung sidang pengadilan class action dari para korban tragedi  
kemanusiaan 1965/66 di pengadilan negeri Jakarta Pusat hari Rabu 3 Agustus (dan 
juga 20 Juli) sekelompok orang dengan atribut agama Islam mengadakan demo 
dengan pengeras suara yang haibat di depan gedung pengadilan. Dengan penuh 
semangat dan berapi2 para orator mereka menuntut agar pengadilan menolak 
tuntutan class action tersebut dan menghujat PKI sebagai pemberontak 1948 dan 
1965, serta meneriakkan peringatan bahaya kebangkitan kembali PKI dan 
komunisme. Sebagian dari mereka bahkan masuk ke ruang sidang 

[ppiindia] Dengan Bluetooth, Muda-Mudi Arab Saudi 'Bebas' Pacaran

2005-08-14 Terurut Topik Muhkito Afiff
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0508/14/int5.htm

Internasional
Minggu, 14 Agustus 2005 : 13.25 WIB
Dengan Bluetooth, Muda-Mudi Arab Saudi 'Bebas' Pacaran 

Riyadh, CyberNews.  Pacaran antara pasangan muda-mudi di Arab Saudi 
adalah hal yang sangat ditabukan dan dilarang, termasuk di tempat-
tempat umum di mana pengelola biasanya memasang pembatas antara 
pengunjung pria dan wanita.

Seperti restoran, hampir semua tempat makan di Riyadh telah memasang 
pembatas untuk menghindari para tamu pria dan wanitanya saling 
berpandangan dan melakukan kontak langsung.

Biasanya dipasang tembok pembatas berbentuk bulat yang mengelilingi 
setiap meja makan di bagian tempat makan untuk keluarga, di mana
hanya terbuka bagi wanita yang sendiri atau wanita yang diantar oleh
kerabat dekat laki-lakinya. Sementara pengunjung pria ditempatkan di 
lantai dasar.

Tapi pembatasan itu memacu kreativitas para muda mudi Arab Saudi yang 
sudah ngebet ingin pacaran, dan tempat paling strategis untuk
ketemuan adalah di restoran.

Dengan teknologi canggih, mereka bisa menyiasati aturan ketat
tersebut. Mereka dengan aman dan nyaman saling bertukar nomor
telepon, foto dan bahkan ciuman. Tapi itu tak dilakukan mereka secara 
kontak langsung, melainkan via telepon seluler yang memanfaatkan 
teknologi yang bernama Bluetooth, yang kerap ada dalam fitur telepon 
seluler kelas atas.

Sekarang ini lebih menyenangkan datang ke restoran, kata Mona, 21, 
yang bersama dua teman wanitanya sedang giat-giatnya bertukar
informasi dengan pria pilihan mereka yang dikirimkan melalui 
Bluetooth.

Saya sudah memanfaatkan Bluetooth sejak pertama kali diperkenalkan 
tahun lalu. Kami selalu mencari hal baru untuk menyemarakkan hidup, 
kata Reem, 24, seorang wanita pengunjung restoran lainnya.

Biasanya para wanita di Arab Saudi tidak akan menyebutkan namanya 
secara lengkap ketika berbicara soal komunikasi dengan lawan
jenisnya. Pria dan wanita bukan muhrim yang tertangkap basah saling 
berbincang, berada dalam satu mobil atau saling berbagi makanan, akan 
ditangkap oleh polisi.

Namun dengan Bluetooth 'ketemuan' menjadi aman dan terkendali. Para 
pengguna ponsel hanya perlu mengaktifkan fungsi Bluetooth di ponsel 
mereka dan kemudian tekan tombol 'search' untuk melihat siapa lagi
yang memiliki fitur itu dalam jarak sekitar 9 meter. Bila lebih dari
9 meter, Bluetooth tidak dapat berfungsi.

Mereka kemudian bisa mendapatkan daftar ID names orang lain di area 
yang tercakup Bluetooth itu, yang kebanyakan dalam bahasa Arab, namun 
dengan julukan yang aneh-aneh seperti poster boy, gadis sensitif,
hati singa, pencuri hati, puteri kecil dan lain-lain. Dan ada juga 
yang menjurus vulgar seperti enak untuk disentuh dan Saudi gay 
club.

Setelah mendapatkan ID Names itu, pengguna ponsel tinggal klik nama 
yang diminatinya untuk melakukan komunikasi.

Fenomena tersebut mendapat perhatian luas di media massa lokal, 
khususnya setelah ada wanita yang mengambil gambar tamu perempuan
dalam sebuah pesta perkawinan melalui kamera ponsel, dan kemudian
foto itu disebarkan ke rekan mereka melalui Bluetooth.

Kejadian itu mengundang kepanikan di kalangan mereka yang takut foto 
ibu, adik atau kakak perempuan atau anak perempuan mereka dilihat
oleh pria lain. Sejumlah keluarga bahkan menyewa pengawal wanita
untuk menyita ponsel berkamera dari tamu di pesta-pesta perkawinan.

Tapi pemerintah Saudi sulit untuk melarang penggunaan teknologi 
tersebut. Tahun lalu Arab Saudi melarang penggunaan ponsel berkamera, 
tapi kemudian tak efektif karena hampir semua ponsel keluaran baru 
memiliki kamera.

Teknologi Bluetooth ini telah benar-benar mendobrak adat dan
kebiasaan di negara Muslim itu, di mana sebelumnya para muda-mudi
yang ingin berkenalan lebih dekat saling bertukar nomor telepon atau 
alamat dengan cara melemparkan nomor dan alamat itu melalui jendela 
mobil di jalan atau di pusat perbelanjaan.

Tapi dengan Bluetooth, laki-laki dan perempuan akan aman berpacaran
di mal, restoran bahkan di perempatan jalan, tanpa harus diburu 
polisi.

 miol/Cn08 )




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hni7p9r/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124013669/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998;1.2
 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg 

[ppiindia] Everybody is keen to get a hold of Arafat's treasures

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://english.pravda.ru/world/20/91/366/15979_Arafat.html


  Everybody is keen to get a hold of Arafat's treasures 
  08/13/2005 11:30 
  Rumors about Yasser Arafat's money still keep adventurers busy

  The Israeli police have recently detained a 50-year-old resident of the 
Arab village Abu Sanan. He is accused of using explosive devices in a cave of 
Mount Meron in the north of Israel. Rumor has it that the Chairman of 
Palestinian Authority had hidden some $50 million in that cave. 

  The unlucky treasure searcher made his explosive devices using automatic 
rifle ammunition. He apparently hoped to get deeper into the cave by blowing 
the devices. The local residents called the police when they heard the sound of 
explosion. The police busted a middle-aged man who was too busy to pay 
attention to anything else but his explosive business. The man was taken into 
custody of a police station in the town of Carmiel. 

  The detainee is still in a holding cell. The prosecutors are charging him 
with illegal use of the explosives. Meanwhile, a bomb disposal squad is taking 
apart the explosive devices in the cave. They might as well get lucky and find 
that Arafat's treasure, say some cops jokingly. 

  Last spring the French authorities launched an inquiry into Arafat's 
money following a series of bank transfers amounting to $7 million made to the 
account of his widow during 2002 to 2003. It was the last time the murky money 
was under scrutiny. Investigators failed to identify the source of funds. They 
suggested that the transfers could be part of a special fund for military 
purposes Mr. Arafat had been building up over the last few years. 

  According to U.S. and Israeli intelligence sources, the late Palestinian 
leader's fortune is estimated at $6 billion. Other sources say Mr. Arafat's 
riches are within a range from $365 million to $7 billion. The leaders of the 
Palestinian Authority began holding heated debates over the 'legacy' of the 
helmsman while Mr. Arafat was still alive. Several groups claimed their rights 
for the money. The Arafat family (wife and daughter) was on top of the list. 
Some leaders of the Palestinian Authority believed the money belonged to the 
state coffers. 
 

  Read the original in Russian: (Translated by: Guerman Grachev 


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h6cfekh/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124015523/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Just a slab of cold peace after 60 years

2005-08-14 Terurut Topik Ambon

Just a slab of cold peace after 60 years

By JING-DONG YUAN

MONTEREY, Calif. -- Sunday marks the 60th anniversary of the end of the Pacific 
War. In Asia, it is an especially critical milestone as China, South Korea and 
many Southeast Asian countries recall their struggle against the Japanese 
invasions, valuing peace all the more today. Time is supposed to heal wounds, 
but Asia's two great powers, China and Japan, still live in cold peace. 
The immediate postwar era set China and Japan on a course of hostility on 
opposite sides of the Cold War. The San Francisco Peace Treaty was concluded 
without the participation of the People's Republic of China, and Tokyo's 
recognition of the Chiang Kai-shek put Sino-Japanese relations in a deep 
freeze. 

The resumption of diplomatic relations between Tokyo and Beijing in September 
1972 marked the beginning of two decades of what both Chinese and Japanese 
analysts call the golden age of the bilateral relationship. Economic, social, 
and cultural contacts quickly expanded. Nurtured by the older generation of 
leaders such as Zhou Enlai, Deng Xiaoping, Kakuei Tanaka and Masayoshi Ohira, 
China and Japan strengthened their political alignment against the perceived 
Soviet threat and hegemonism. 

However, since the mid-1990s the bilateral relationship has been under 
increasing strains. History, territorial disputes, growing assertiveness and 
geopolitics seem destined to set Asia's two great powers on a collision course. 

History continues to haunt bilateral relations. China is particularly incensed 
by (1) Prime Minister Junichiro Koizumi's annual visit to Yasukuni Shrine, 
where 14 convicted Class-A war criminals were enshrined alongside 2.5 million 
dead Japanese soldiers; and (2) middle school textbooks that whitewash history 
and Japan's responsibilities in the Pacific War. 

Tokyo, on the other hand, is tired of making apologies and seeks to move beyond 
the period of Japanese militarism and aggression by presenting itself as a 
pacific and responsible member of the international community. 

Bilateral territorial disputes have in recent years intensified: Beijing and 
Tokyo both lay claims to exclusive economic zones in the East China Sea and 
accuse each other of illicit incursions as the two compete for and seek 
possession of energy resources. 

China and Japan are becoming increasingly assertive -- China because of its 
dynamic economic growth over the past two decades, increasing political 
influence in the region and continuing military modernization. Japan is 
prompted by its pursuit of becoming a normal country and gaining a permanent 
seat on the reformed U.N. Security Council. 

Mutual suspicions are as strong as they are palpable. Beijing is sensitive to 
Japanese constitutional reform and the Japanese Self-Defense Forces' expanding 
role and activities beyond its territories as a sign of re-militarization. 
Tokyo, meanwhile, is no longer coy about publicly stating its concerns about 
Chinese military modernization. 

Finally, there is China's concern with the U.S.-Japan security alliance and its 
impact on regional geopolitical landscape. Beijing was quite upset by last 
February's U.S.-Japan joint statement in which Tokyo, for the first time, 
explicitly referred to the peaceful resolution of issues concerning the Taiwan 
Strait and China's military transparency as among common strategic objectives 
it shares with Washington. For Beijing, this was unacceptable interference in 
China's internal affairs -- beyond the scope of a bilateral security pact whose 
original objective was the defense of Japan. 

Clearly, an estranged and, worse, a potentially adversary relationship between 
Asia's two great powers threatens the region's stability and is detrimental to 
the two countries' fundamental interests. An Asian Franco-German 
rapprochement would go a long way toward building the region's peace and 
prosperity. 

First, China and Japan must learn to live with each peacefully. Historically, 
the two have never been of equal status; now they have to adapt to and accept 
the other's rise. Accommodation rather than confrontation should be the basis 
of bilateral relationship in the years to come. 

Second, Beijing and Tokyo must develop mechanisms for regular high-level 
exchanges on issues of bilateral concerns. It is unfortunate that, since 
October 2001, there has been no summit meeting between the two governments. 
This only results in situations where public opinion and sentiments are allowed 
to prevent or dictate the terms of diplomatic dialogue. 

In addition, lack of dialogue also allows worse-case scenario assessments to 
influence policy formulation, further heightening mutual suspicions and leading 
to acrimony over issues such as the U.S.-Japan alliance, Taiwan, and Chinese 
military modernization. 

Third, the media can play an important role in either promoting or discouraging 
Sino-Japanese relations and, therefore, should make 

[ppiindia] How to Save the Planet

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.time.com/time/columnist/jaroff/article/0,9565,1093624,00.html


How to Save the Planet
An asteroid named Apophis may put us to the task 

 Posted Saturday, Aug. 13, 2005


For the vigilant and largely unsung astronomers who scan the skies for 
asteroids that could threaten the Earth, there is some good news and some bad 
news about 2004MN4. This was the initial designation for an asteroid that 
caused a flurry of alarm among scientists when it was discovered last December 
apparently heading for a frightening rendezvous with our planet on April 13, 
2029. 

Astronomers figured that there was a one in 50 chance that MN4 would actually 
strike the Earth. Such an impact by an asteroid estimated to be as large as 
1300 feet across could devastate a large region and perhaps, depending on where 
it hit, cause millions of casualties and untold billions in property damage. 

No wonder then that MN4 has been named Apophis, the Greek name for the Egyptian 
god of evil, destruction and darkness. But days after the initial discovery of 
the asteroid's trajectory, when astronomers found earlier, overlooked photos of 
the intruder in their archives and used them to refine estimates of its orbit, 
they were able to issue an all-clear. Apophis, it turns out, will come within 
as little as 15,000 miles from of Earth and will be visible to the naked eye in 
Europe and Africa on the evening of that April date, but will zoom safely past. 
Good news indeed. 

But there are still some reasons for concern. As it passes so close the 
asteroid, tugged by Earth's gravity, will change its orbital path. That could 
be very bad news. If the altered orbit results in Apophis passing through any 
of several keyholes, specific regions of space only about 2,000 feet across, 
the asteroid would then return periodically to dangerously close encounters 
with Earth. Passage through the keyhole that astronomers think most likely to 
be the asteroid's target in 2029, for example, would bring it back to the near 
vicinity of Earth every seven years, beginning in 2036, posing a serious threat 
each time. 

This news was grist for the mills of the B612 Foundation (named after the 
fictional asteroid home of The Little Prince, in Saint-Exupery's novel). The 
astronomers and scientists who founded B612 did so to alert Congress and the 
public to the menace of an asteroid strike and to lobby for a demonstration 
mission by 2015 that could show the feasibility of a controlled deflection of 
an object threatening to strike the Earth. 

In a letter sent last month to NASA Administrator Michael Griffin, former 
astronaut Rusty Schweickart, B612's chairman, called attention to the Apophis 
dilemma. He urged that a radio transponder, similar to those on commercial 
airliners, be landed on the asteroid so that astronomers might track its orbit 
precisely to determine if it will pass through a keyhole, and he requested that 
NASA quickly estimate the time required for both landing the transponder and a 
subsequent deflection mission that could alter the asteroid's orbit. 

Why the rush? The Apophis deflection, should it become necessary, must take 
place before the 2029 close approach. Earlier than that, just a simple nudge, 
accomplished, say, by firing a heavy object at the asteroid, could change its 
course enough to miss the crucial but small keyhole. Any time after that 
approach, should Apophis pass through the keyhole, we could be in trouble. NASA 
scientist David Morrison explains: After 2029, the deflection would have to be 
vigorous enough to miss not just a tiny keyhole but the much larger target of 
the Earth itself. And such a deflection is far beyond present technology for an 
asteroid this large. 

Given that deadline, some 24 years from now, there's seemingly plenty of time 
to take action. But Schweikart, who admits he is not expert in mission 
planning, speculates that a transponder mission, from initial planning to 
implantation might take, say, eight years. And he thinks that a following 
deflection attempt, if it proves necessary, could require as long as 15 years 
to implement. That's cutting it a little close, and, says Schweikart, all the 
more reason that NASA quickly calculate some realistic mission times. It may 
turn out, he says, that we have to begin planning those missions right now. 

 Email the Columnist


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h7887sn/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124016361/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat 

[ppiindia] Melihat Wajah Barat dan 'Copy-paste' nya

2005-08-14 Terurut Topik Leo Imanov
Bismi-lLahi-rrahmani-rRahiem, wa-lhamdu li-lLahi rabb-il'alamien, Allahumma 
shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa ashhabihi ajma'in 
'amma ba'd ba'd assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH

dapet kiriman nech, bagi2 dech.

Melihat Wajah Barat dan 'Copy-paste' nya
Oleh : Erros Jafar mailto:[EMAIL PROTECTED]

Wajah asli peradaban Barat merupakan ramuan dari unsur-unsur Yunani Kuno, 
Kristen, dan tradisi paganisme Eropa. Meski Barat telah sekular-liberal, 
sentimen keagamaan Kristen terus mewarnai.

Ada buku menarik yang perlu anda baca minggu-minggu ini. Buku itu berjudul, 
Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi 
Liberalisme-Sekularisme, karya saudara Adian Husaini. Setidaknya, ini adalah 
buku penting yang bisa anda jadikan pegangan untuk melihat wajah asli Barat 
beserta 'copy-paste' nya sekarang ini.

Sebagaimana bisa disimak dalam buku ini, peradaban Barat sejatinya merupakan 
ramuan dari unsur-unsur Yunani Kuno, Kristen, dan tradisi paganisme Eropa. 

Meskipun Barat telah menjadi sekular-liberal, namun sentimen-sentimen keagamaan 
Kristen terus mewarnai kehidupan mereka. Jika dalam masa kolonialisme klasik 
mereka mengusung jargon Gold, Gospel, dan Glory, maka di era modern, dalam 
beberapa hal, semboyan itu tidak berubah. 

Jika dianalisis secara mendalam, serbuan AS terhadap Irak tahun 2003 dan 
dukungannya yang terus-menerus terhadap Israel, juga tidak terlepas dari unsur 
Gold, Gospel, dan Glory.

Meskipun berbeda dalam banyak hal, unsur-unsur Barat sekular-liberal kadang 
bisa bertemu dengan kepentingan misi Kristen, atau sentimen Kristen.

Di masa klasik dulu, seorang misonaris legendaris Henry Martyn, menyatakan, 
Saya datang menemui umat Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, 
tidak dengan pasukan tapi dengan akal sehat, tidak dengan kebencian tapi dengan 
cinta. Ia berpendapat, bahwa Perang Salib telah gagal.  

Karena itu, untuk menaklukkan dunia Islam, dia mengajukan resep: gunakan 
kata, logika, dan cinta. Bukan kekuatan senjata atau kekerasan. Misionaris 
lainnya, Raymond Lull, juga menyatakan hal senada, Kulihat banyak ksatria 
pergi ke Tanah Suci di seberang lautan; dan kupikir mereka akan merebutnya 
dengan kekuatan senjata; tapi akhirnya semua hancur sebelum mereka mendapatkan 
apa yang tadinya ingin mereka rebut.

Menurut Eugene Stock, mantan sekretaris editor di Church Missionary Society, 
tidak ada figur yang lebih heroik dalam sejarah Kristen dibandingkan Raymond 
Lull. Lull, kata Stock, adalah misionaris pertama bahkan terhebat bagi kaum 
Mohammedans. 

Itulah resep Lull, Islam tidak dapat ditaklukkan dengan darah dan air mata, 
tetapi dengan cinta kasih dan doa. 

Bagi para misionaris Kristen ini, mengkristenkan kaum Muslim adalah satu 
keharusan. Jika tidak, maka dunia pun akan diislamkan. Dalam laporan tentang 
Centenary Conference on the Protestant Missions of the World di London tahun 
1888, tercatat ucapan Dr. George F. Post, Kita harus menghadapi Pan-Islamisme 
dengan Pan-Evangelisme. Ini pertarungan hidup dan mati. 

Selanjutnya, dia berpidato: ..kita harus masuk ke Arabia; kita harus masuk ke 
Sudan; kita harus masuk ke Asia Tengah; dan kita harus meng-Kristenkan 
orang-orang ini atau mereka akan berbaris melewati gurun-gurun pasir mereka, 
dan mereka akan mereka akan menyapu seperti api yang melahap ke-Kristenan kita 
dan menghancurkannya. 

Ringkasnya, misionaris ini menyatakan: Kristenkan orang Islam, atau mereka akan 
mengganyang Kristen!

Kekuatan kata yang dipadu dengan kasih seperti yang diungkapkan Henry 
Martyn perlu mendapat catatan serius. Konon, orang Jawa - sebagaimana huruf 
Jawa -- akan mati jika dipangku. 

Jika seseorang dibantu, dibiayai, diberi perhatian yang besar (kasih), maka 
hatinya akan luluh. Pendapatnya bisa goyah. Bisa, tapi tidak selalu. 

Simaklah kasus Ahmad Wahib dan Nurcholish Madjid, bagaimana pemikiran dan 
keyakinan mereka berubah. Simaklah, sebagaimana dipaparkan dalam buku ini, 
bagaimana kekuatan ide freedom dan liberalisme mampu menggulung sebuah 
imperium besar bernama Turki Utsmani. 

Ketika kaum Muslim tidak lagi memahami Islam dengan baik, tidak meyakini Islam, 
dan menderita penyakit mental minder terhadap peradaban Barat, maka yang 
terjadi kemudian adalah upaya imitasi terhadap apa saja yang dikaguminya. 
Abdullah Cevdet, seorang tokoh Gerakan Turki Muda menyatakan, Yang ada hanya 
satu peradaban, dan itu adalah peradaban Eropa.

Karena itu, kita harus meminjam peradaban Barat, baik bunga mawarnya mau pun 
durinya sekaligus. 

Sekularisme dan liberalisme di Barat telah memukau banyak umat manusia. Gerakan 
pembebasan (Liberation movement) di berbagai dunia mendapat inspirasi kuat dari 
dua peristiwa besar, yaitu Revolusi Perancis dan kemerdekaan AS. A New 
Encyclopedia of Freemasonry (1996), mencatat bahwa George Washington, Thomas 
Jefferson, John Hancock, Benjamin Franklin adalah para aktivis Free Masonry. 

Begitu juga tokoh gerakan pembebasan Amerika Latin Simon 

[ppiindia] Last Crusade by Barbara Victor

2005-08-14 Terurut Topik Leo Imanov
Bismi-lLahi-rrahmani-rRahiem, wa-lhamdu li-lLahi rabb-il'alamien,
Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa
ashhabihi ajma'in 

'amma ba'd ba'd assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH

resensi buku nech:


Last Crusade by Barbara Victor
Religion and the Politics of Misdirection
Last Crusade
Author: Barbara Victor
ISBN: 1841199559
Publisher: Constable and Robinson
Year Published: 2005
Extent: 312pp
Casing: B-format paperback
Status: Available
Our Price: £8.99


There are 80 million born again Christians of voting age in the United
States, including George W. Bush. Jesus Christ is a personal friend of
every one of them. 
They know that Jesus wants them to vote Republican. Since the election
of Ronald Reagan in 1980, the Evangelical Christians have constituted
one of the most powerful interest groups in the USA. 
Their money and their energy have helped to drive a socially
conservative agenda to the centre of American national life. 
They wield veto power over the Republican party's presidential
candidates and decide the outcome of elections across vast areas of the
political landscape. And they have begun to play an important role in
America's foreign policy. Despite a history of robust anti-Semitism,
they have built a powerful alliance with the Israeli right. 
From financial aid to Jewish settlements in the Occupied Territories to
the religious rhetoric of the War on Terror, Evangelical leaders are
blithely creating a world fit for Apocalypse. 
Their brand of Christianity is the fastest-growing social movement in
the slums of Africa and Latin America. 


Leo Imanov 

Abdu-lLah
AllahsSlave









___ 
Yahoo! Messenger - NEW crystal clear PC to PC calling worldwide with voicemail 
http://uk.messenger.yahoo.com




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h0jsmbs/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124016721/A=2896112/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [ppiindia] [Flashback] Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit

2005-08-14 Terurut Topik trúlÿsøúl
sepertinya 'corong' gus dur yah.., hihihihiih..

Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED] wrote:Buat mengingatkan saja kejadian 
beberapa bulan yang lalu...

http://www.gusdur.net/indonesia/index.php?
option=com_contenttask=viewid=2275Itemid=60

Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit 

Jakarta, gusdur.net
Menteri Agama Maftuh Basyuni tidak main-main membenahi departemen yang 
dipimpinnya. Pembenahan internal seperti, pembenahan haji, peniadaan 
fasilitas pejabat berhaji gratis, perampingan jumlah petugas, 
pembabatan percaloan pemondokan dan pemberantasan KKN, sudah 
dijalankannya. Kemungkinan besar pembersihan itu juga akan dilebarkan 
hingga ke luar departemennya. 

Keseriusan ini ditunjukkan dalam pernyataan Maftuh yang berharap para 
penikmat Dana Abadi Umat (DAU), seperti Majelis Ulama Indonesia dan 
Sekjennya Din Syamsuddin juga diaudit. 

Pernyataan mantan Sekretaris Negara era Gus Dur ini terkait dengan 
sikap Sekjen MUI Din Syamsuddin yang meminta DAU untuk pesta pembukaan 
Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-4. 

Pada waktu itu, Sekum MUI Din Syamsuddin menyesalkan ketidakpedulian 
Depag terhadap penyelenggaraan KUII ke-4. Hal ini dapat dilihat dengan 
tidak adanya bantuan dana dari Depag terhadap penyelenggaraan acara 
tersebut. 

Tetapi kalau sampai Depag tidak memberikan perhatian pada urusan 
ummat hanya satu kata yang bisa saya sebut: Kenaifan! sesal Din Senin 
(18/4) seperti dikutip masjidistiqlal.com. 

Pernyataan Din itu membuat Departemen Agama geram. Bahkan Sekjen Depag 
Faisal Ismail dalam siaran persnya menilai Din mendiskreditkan Menteri 
Agama. 

Menurut Maftuh, Depag menolak mengeluarkan DAU untuk acara itu karena 
dana itu adalah amanat yang harus dipelihara dengan baik. Dan yang 
lebih berhak menggunakan dana tersebut adalah urusan haji. Dana itu 
bukan untuk semua kegiatan. Apalagi cuma pembukaan kongres, kata 
Maftuh seperti dikutip Gatra (14/5/ 2005). 

Diungkapkannya, saat itu Din meminta bantuan pembukaan KUII Rp 350 
juta, rencananya di JCC dan mengerahkan 4000 orang. 

Orang sebanyak itu untuk apa kalau bukan kampanye. Di Istiqlal kan 
gak bayar. Listrik dan segala macam itu kami yang membayar, kata 
Maftuh. 

Maftuh menyatakan Din boleh saja marah karena permintaannya tidak 
dipenuhi. Tapi, kalau diucapkan terbuka oleh pemimpin kayak Din 
begitu, ndak pantes itu. Ndak punya moral, tegas Maftuh. 

Karena itu, Maftuh menilai pernyataan Din itu hanya untuk 
mendiskreditkan dirinya. Bahwa dia (Din –red) menilai saya naif, itu 
hak dia. Tapi kalau dibilang bahwa Depag tidak membantu sepeserpun, 
pantas kalau keuangan MUI harus diaudit. Kekayaan Din juga perlu 
diaudit. Kantor MUI kami yang membiayai paling tidak listrik dan 
telepon. Itu apa?

Klik juga:
http://www.gusdur.net/downloadfolder/2005-06-21%20-%20gatra-upload-bp.
jpg





***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links








__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h92nl4s/M=362329.6886307.7839373.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124017106/A=2894324/R=0/SIG=11hia266k/*http://www.youthnoise.com/page.php?page_id=1998;1.2
 million kids a year are victims of human trafficking. Stop slavery/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:

[ppiindia] U.S. Reports Five More Deaths

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.nytimes.com/2005/08/14/international/middleeast/14attacks-wire.html

U.S. Reports Five More Deaths

By REUTERS
Published: August 14, 2005
BAGHDAD, Aug 14 (Reuters) - Five U.S. soldiers have been killed and five 
wounded in roadside bomb attacks in little over 24 hours, the U.S. military 
said on Sunday. 

Three soldiers were killed and another wounded when their patrol struck a 
roadside device near Tuz, some 180 km (110 miles) north of Baghdad, late on 
Friday, the military said in a statement. It gave no further details. 

In western Iraq, on the main road leading to the border with Jordan, one U.S. 
soldier was killed and three wounded when their combat patrol hit a roadside 
bomb early on Sunday. 

In Baghdad, a fifth soldier died when his vehicle hit a device in the west of 
the city on Saturday, the military said. A second soldier was wounded in that 
attack. 

Roadside bombs, which the military calls improvised explosive devices, are the 
worst killer of U.S. troops in Iraq, responsible for more than a third of total 
deaths. 

They are made up of small and sometimes large amounts of explosive, packed with 
artillery rounds, buried in the side of the road and detonated as U.S. military 
vehicles pass. Sometimes they are disguised in dead animals, plastic bags or 
tin cans. 

U.S. commanders have acknowledged insurgents have been designing more effective 
bombs, killing entire crews of armoured vehicles with increasing frequency. 

In one incident last week, 14 Americans in one vehicle were killed by a 
landmine, the deadliest attack of its kind in the entire conflict in Iraq since 
the U.S.-led invasion in March 2003 to topple Saddam Hussein. 

A U.S. general said on Friday IED attacks on his convoys had doubled in a year 
and U.S. forces had increased the amount of armour on vehicles. 

A total of 1,850 U.S. troops have been killed in Iraq since the March 2003 
invasion. 

While large-scale suicide car bombings of Iraqi targets are the mark of al 
Qaeda-linked militants, IEDs are mainly the work of Iraqi nationalist and Sunni 
Arab guerrillas, U.S. military intelligence analysts say. 


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hocjm5q/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124017167/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Moscow launches its own CNNski

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://news.independent.co.uk/europe/article305726.ece

Moscow launches its own CNNski 
By Andrew Osborn in Moscow 
Published: 14 August 2005 
Russia is to launch a 24-hour English-language TV news channel in the mould of 
CNN to be beamed throughout Europe, the US and parts of Asia via satellite and 
cable. 

This may sound far-fetched but the project is already well advanced and the 
channel, to be called Russia Today, is expected to go on air before the end of 
the year. It will offer a mixture of international news from a Russian 
perspective as well as domestic Russian news. With 500 staff, including 200 
journalists, it will have overseas bureaux in London and Washington.

In a deliberate attempt to parry suggestions that it will be some stodgy 
Soviet-style propaganda outfit, its director-general is a bubbly 26-year-old 
called Margarita Simonyan.

Under her leadership, Russia Today has already been busy recruiting foreign 
journalists. Government-financed, it will draw heavily on the state-controlled 
RIA Novosti news agency for much of its content.

It makes no secret of the fact that it wants to act as an antidote to 
foreigners' often gloomy take on Russian current affairs. President Putin told 
loyalists recently that he was fed up watching foreign TV reports about his 
country.

I often watch foreign TV and almost everywhere they are saying the same thing 
[about Russia], he said. 

Russia is to launch a 24-hour English-language TV news channel in the mould of 
CNN to be beamed throughout Europe, the US and parts of Asia via satellite and 
cable. 

This may sound far-fetched but the project is already well advanced and the 
channel, to be called Russia Today, is expected to go on air before the end of 
the year. It will offer a mixture of international news from a Russian 
perspective as well as domestic Russian news. With 500 staff, including 200 
journalists, it will have overseas bureaux in London and Washington.

In a deliberate attempt to parry suggestions that it will be some stodgy 
Soviet-style propaganda outfit, its director-general is a bubbly 26-year-old 
called Margarita Simonyan.

Under her leadership, Russia Today has already been busy recruiting foreign 
journalists. Government-financed, it will draw heavily on the state-controlled 
RIA Novosti news agency for much of its content.

It makes no secret of the fact that it wants to act as an antidote to 
foreigners' often gloomy take on Russian current affairs. President Putin told 
loyalists recently that he was fed up watching foreign TV reports about his 
country.

I often watch foreign TV and almost everywhere they are saying the same thing 
[about Russia], he said. 


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12huvp3sf/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124017592/A=2896112/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
Give the gift of life to a sick child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Britain's Muslims Take Tough Line on Militants

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
Britain's Muslims Take Tough Line on Militants
http://www.nytimes.com/2005/08/11/international/europe/11muslim.html?fta=y

  a.. Sign In to E-Mail This 
  b.. Printer-Friendly 
  c.. Reprints 
By HASSAN M. FATTAH
Published: August 11, 2005
DEWSBURY, England - The 100 or so Muslim community leaders who gathered 
recently at the Taleem Community Center in this northern town no doubt knew 
Shahid Malik - one of the country's four Muslim members of Parliament - would 
take a strong line.

Skip to next paragraph 
Enlarge This Image
 
Michael Kamber for The New York Times
Shahid Malik, the lone British-born Muslim in Parliament, tells Muslims in 
Britain, The extremism in our community is now our problem. 

Just days after the July 7 bombings in London, the police identified Mohammad 
Sidique Khan, a Dewsbury resident and the son-in-law of a prominent community 
leader, as one of the bombers. The three others came from just up the hill in 
Leeds. 

Within hours, top security officials and the press bore down on this largely 
middle-class community. Right-wing groups that have led anti-immigrant 
campaigns in Dewsbury seemed ready to go on the offensive. 

Mr. Malik, who represents Dewsbury in Parliament and is the only British-born 
Muslim in Parliament, had come to tell Muslims at mosques and community centers 
here of the harsh new reality they faced.

The extremism in our community, he told the Taleem audience, is now our 
problem. 

After the July 7 bombings and the attempts two weeks later, Muslim leaders in 
Britain are taking a harshly critical position against long-entrenched militant 
Islamists. 

Many leaders want the police to deal with the agitators and pamphleteers, who 
were kicked out of mosques long ago but who nonetheless have legal rights to 
continue to spread their views. 

Even after plainclothes officers killed an innocent Brazilian man, Jean Charles 
de Menezes, many Muslim groups reiterated support for the shoot to kill 
policy for suspected terrorists. Some leaders, like Mr. Malik, are calling on 
Muslims to root out the militants in their midst. 

For Mr. Malik, who had taken office only 10 weeks earlier, the bombings posed a 
momentous challenge. As a rising star in the Labor Party, his need to juggle 
the needs of the Muslim residents with the broader needs of his district has 
become even more urgent and dramatic. 

As he makes his rounds in Parliament, on Downing Street and in Dewsbury, Mr. 
Malik is honing the image of a modern leader for the Muslim population, someone 
who looks and feels every bit English, is keenly tied to Muslim roots, but will 
no longer tolerate those with militant views speaking for Muslims. 

To some, Mr. Malik is the great hope of a misunderstood community; to others he 
is a politician seeking the spotlight. He has been criticized for holding 
British Muslims responsible for the attacks, when for years they have 
maintained that killing any civilian is murder. 

Osama Saeed, spokesman for the Muslim Association of Britain, writing in The 
Guardian recently, objected to Mr. Malik's position as a tacit admission of 
negligence.

Mr. Malik says, though, that he hopes his tough stance will encourage others to 
speak out. 

You saw me deviate 100 percent from the norm, saying it is not enough to 
condemn - you must confront, he said. People criticized me for it, but most 
people ended up standing with me.

In some ways, Mr. Malik has sought to fashion himself as a fresh face for 
Britain's Muslims. He understands the frustrations of young men torn between 
their parents' traditions and expectations and their own desire for acceptance 
in a culture that is so dramatically different. 

I've had the anger that everybody is talking about, he said one night as he 
raced to meet neighborhood leaders about plans for protests by right-wing 
parties in the area. Anger may have its place, but you need to develop ways of 
using anger in a democratic society, and prevent it from turning to violence.

The needs of Muslim youth are often neglected, he says, and efforts need to be 
redoubled to keep them part of the community, especially in universities where 
many are first exposed to Islamic groups and politics.

Mr. Malik is the second-eldest son of Pakistani immigrants who settled in the 
northern town of Burnley. Both parents served as Burnley's mayor. 

Mr. Malik rose to prominence during June 2001 race riots in Burnley. As he 
worked to calm the crowds - South Asian youths who had confronted the police 
over demonstrations by the anti-immigrant British National Party - Mr. Malik 
was beaten by the police and arrested. Images of his bleeding face were 
broadcast on national television.

He has since climbed the ranks of the Labor Party, taking roles in the 
Neighborhood Renewal Unit in the Office of the Deputy Prime Minister and the 
Community Cohesion Unit in the Home Office, and as the only British appointee 
to the Equality Commission for Northern Ireland. 

He's 

[ppiindia] Menyambut Hari Kemerdekaan R.I. ke -60: Karya Puisi A. Kohar Ibrahim Seberkas Baris Puitis Bagi Dewi Anggraini

2005-08-14 Terurut Topik Mira Wijaya Kusuma
Catatan Laluta: 
Karya Puisi A. Kohar Ibrahim Seberkas Baris Puitis Bagi Dewi Anggraini, 
kuambil dari website depokmetro.com dengan menyajikan khusus KOLOM BUNG KOHAR. 
Untuk itu, dalam rangka menyambut 60 tahun Republik Indonesia, kukirimkan dua 
buah karya puisi Bung Kohar berjudul  Memasuki Masa Baru  Kisah Kisah Berlalu
 
La Luta Continua!
 
Sumber: http://kolom.depokmetro.com/v2/view.php?kat_id=1rubrik_id=23id=3810
 
KOLOM BUNG KOHAR 
 
Update : 2005-08-08 16:34:18

Seberkas Baris Puitis Bagi Dewi Anggraini
oleh A. Kohar Ibrahim
 
Memasuki Masa Baru
 
memasuki masa baru semangat kian teguh mengukuh
akhirnya aku jumpai dikau impianku sejak masa dulu 
setia menyertaiku bagai cita cita pengelana buana
 
kerling matamu bening sebening hati nurani
pengisi malam hening selagi aku menyendiri 
suaramu merdu merayu selagi aku merindu
pikiranmu cerah menerangi cakrawala megah
 
ah, apa lagi yang mesti aku tagih
jika kau telah serah-pasrah kan seutuh hati
seperti aku juga begitu dalam memadu
gelombang samudera asmara loka?
 
memasuki masa baru semangat kian kuat teguh
kerna keyakinan akan penunaian ibadah indah
berkiprah mengisi makna kebenaran kehidupan cinta
 
ujung ujung penghubung telah satu bersambung
semula jauh lalu dekat menyentuh erat merapat
seperti sumber air hadir mengalir menghilir
di muara berpadu menggelombang ke samudera raya
 
ah, apa lagi yang mesti aku tagih
jika kau telah serah-pasrah kan seutuh hati
seperti aku juga begitu mesra memadu asmara
gairah mengukir indahnya persemaian kita?
 
dewi anggraini, apakah kau senyum mesra 
ataukah kau berlinang air mata bahagia
irama lagu merdu hanya serupa 
demi mahardika buah cinta kasih kita
 
(akhir tahun 02)
 
*
 
Kisah Kisah Berlalu
 
kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu
manusia manusia berlaga bagai pentas sandiwara
yang berpura pura yang bersungguh sungguh
yang berdosa dosa yang berjasa jasa
yang nista senantiasa nista
sekalipun dibungkus dusta sejuta
 
perhatikan, simak saksama penggila budaya dusta
perhatikan, simak saksama pencandu kekuasaan dunia
perhatikan, simak saksama prilaku kaum kepala batu
perhatikan, simak saksama sebegitu mereka tak tahu malu
sekalipun berdiploma bertitel berposisi tinggi tinggi
namun betapa rendah hinanya akhlak sang pendurhaka itu
 
perhatikan, simak saksama semua hal ehwal fenomena
buaya darat srigala berbulu domba keliar di sekitar istana
rakusnya kesetanan tak beda gurita raksasa dasar samudera
sedang raja di raja bersimaharajalela meski berperan pelayan
kerakusan setan siluman maha penguasa adikuasa jagat raya
merajah kekayaan seantero alam masyarakat manusia
 
perhatikan, simak saksama semua hal ehwal kisah faktual
orang orang tinggi berdasi namun garong penyamun korupsi
tiada yang dipikirkannya kecuali berlimpah harta kekayaan dunia
tiada yang dipedulikannya kecuali memberlakukan hukum rimba
tiada yang ditakutinya kecuali kehilangan kekayaan dan kekuasaan
tiada yang dihinadinakannya kecuali kehidupan bangsa manusia
 
kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu
manusia manusia berprilaku tak mau tahu menahu
tak tahu malu tak pula peduli pada etika budi pekerti manusiawi
perompak perampok terus lancung bersitegar akbar menjalar
penghina umat manusia berjubah pembela hak azasi manusia
segala cara disyah-absyahkannya demi kepentingan golongan
 
perhatikan, raja raja perang berbintang juga yang tanpa bintang
perhatikan, pengusaha penguasa nista seia sekawanan binatang
perhatikan, kaum elit elitis politika demonstrasi sesumbar demokrasi
perhatikan, kaum pendakwah berjubah bersimbol suci murni
perhatikan, simak saksama prilaku kaum pendurhaka durjana
perhatikan, simak saksama kenyataan dampak buruk perbuatannya
 
kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu
bukti bukti perbuatan berlainan dengan segala bunyi janji kajian suci
segala pamer pamor hanya propaganda dusta nista belaka 
pengakuan penggiring puluhan juta manusia bagai kawanan domba
sungguh tak tahu malu berlaga pemimpin padahal benalu belaka
penunggang angka niskala mayoritas ke tepi jurang naas
 
kisah kisah berlalu mau tak mau bersama sang waktu
kisah kisah zaman ini kerap kali terulang ulang kembali
kisah kisah komedi selang seling drama tragedi
orang orang sebangsa manusia seperti binatang juga
bersandiwara peradaban kebiadaban dalam perbuatan
sepertinya kawanan perompak perampok itu tiada pernah kapok
 
kisah kisah harini dan hari nanti, wahai dewi anggraini
kita perhatikan, simak saksama, ungkap dan hayati secara hakiki
biar segalanya keluar hadir mengalir menghilir hingga muara
biar segalanya menggelombang irama aneka nuansa warna warni
biar segalanya menjadi bahan kajian indah tiada taranya: kebenaran
bagi kedalaman kejauhan keluasan kecerahan cakrawala
 
(menjelang tahun baru 2003) 
 

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 

[ppiindia] Perempuan di Otak Lelaki

2005-08-14 Terurut Topik Leo Imanov
Bismi-lLahi-rrahmani-rRahiem, wa-lhamdu li-lLahi rabb-il'alamien,
Allahumma shalli wa sallim 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa
ashhabihi ajma'in 
'amma ba'd ba'd assalamu 'alaikum wa rahmatu-lLahi wa barakatuH

dapet kiriman nech, bagi2 dech

emabdalah [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Perempuan di Otak Lelaki

 Kamu tau kenapa saya suka wanita itu pakai jilbab?
Jawabannya sederhana, karena mata saya susah diajak kompromi. Bisa
dibayangkan bagaimana saya harus mengontrol mata saya ini mulai dari
keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi. Dan kamu tau? Di
kampus tempat saya seharian disana, kemana arah mata memandang selalu
saja membuat mata saya terbelalak. Hanya dua arah yang bisa membuat
saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah.

 Melihat kedepan ada perempuan berlenggok dengan seutas Tank Top,
noleh ke kiri pemandangan Pinggul terbuka, menghindar kekanan ada
sajian Celana ketat plus You Can See, balik ke belakang dihadang oleh
Dada menantang! Astaghfirullah... kemana lagi mata ini harus
memandang? 

 Kalau saya berbicara nafsu, ow jelas sekali saya suka.
Kurang merangsang itu mah! Tapi sayang, saya tak ingin hidup ini
dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang
membuat saya tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek
pemuas mata. 
Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona,  kalau dipandang bikin
sejuk di mata. Bukan paras yang membikin mata panas, membuat iman lepas
ditarik oleh pikiran ngeres dan hatipun menjadi keras. 

 Andai wanita itu mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki
ketika melihat mereka berpakaian seksi, saya yakin mereka tak mau
tampil seperti itu lagi.  Kecuali bagi mereka yang memang punya niat
untuk menarik lelaki untuk memakai aset berharga yang mereka punya.

 Istilah seksi kalau boleh saya definisikan berdasar kata dasarnya
adalah penuh daya tarik seks. Kalau ada wanita yang dibilang seksi oleh
para lelaki, janganlah berbangga hati dulu. Sebagai seorang manusia
yang punya fitrah dihormati dan dihargai semestinya anda malu, karena
penampilan seksi itu sudah membuat mata lelaki menelanjangi anda,
membayangkan anda adalah objek syahwat dalam alam pikirannya. Berharap
anda melakukan lebih seksi, lebih... dan lebih lagi. Dan  anda tau apa
kesimpulan yang ada dalam benak sang  lelaki? Yaitunya: anda bisa
diajak untuk begini dan  begitu alias gampangan!

 Mau tidak mau, sengaja ataupun tidak anda sudah membuat diri anda
tidak dihargai dan dihormati oleh penampilan anda sendiri yang anda
sajikan pada mata lelaki. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada diri
anda, apa itu dengan kata-kata yang nyeleneh, pelecehan seksual atau
mungkin sampai pada perkosaan. Siapa yang semestinya disalahkan? Saya
yakin anda menjawabnya lelaki bukan? Oh betapa tersiksanya menjadi
seorang lelaki dijaman sekarang ini.

 Kalau boleh saya ibaratkan, tak ada pembeli kalau tidak ada yang jual.
Simpel saja, orang pasti akan beli kalau ada yang nawarin. Apalagi
barang bagus itu gratis, wah pasti semua orang akan berebut untuk
menerima. Nah apa bedanya dengan anda menawarkan penampilan seksi anda
pada khalayak ramai, saya yakin siapa yang melihat ingin mencicipinya.

Begitulah seharian tadi saya harus menahan penyiksaan pada mata ini.
Bukan pada hari ini saja, rata-rata setiap harinya. Saya ingin protes,
tapi mau protes ke mana? Apakah saya harus menikmatinya...? tapi saya
sungguh takut dengan Zat yang memberi mata ini. Bagaimana nanti saya
mempertanggungjawabkan nanti? sungguh dilema yang berkepanjangan dalam
hidup saya.

Allah Taala telah berfirman: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,
Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang
demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman
Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.
(QS. An-Nuur : 30-31).

Jadi tak salah bukan kalau saya sering berdiam di ruangan kecil ini,
duduk di depan komputer menyerap sekian juta elektron yang terpancar
dari monitor, saya hanya ingin menahan pandangan mata ini. Biarlah mata
saya ini rusak oleh radiasi monitor, daripada saya tak bisa pertanggung
jawabkan nantinya. Jadi tak salah juga bukan? kalau saya paling malas
diajak ke mall, jjs, kafe, dan semacam tempat yang selalu menyajikan
keseksian.

Saya yakin, banyak laki-laki yang punya dilema seperti saya ini.
Mungkin ada yang menikmati, tetapi sebagian besar ada yang takut dan
bingung harus berbuat apa. Bagi anda para wanita apakah akan selalu
bahkan semakin menyiksa kami sampai kami tak mampu lagi memikirkan mana
yang baik dan mana yang buruk. Kemudian terpaksa mengambil kesimpulan
menikmati pemadangan yang anda tayangkan?

So, berjilbablah ... karena itu sungguh nyaman, tentram, anggun,
cantik, mempersona dan tentunya sejuk dimata.
 


Leo Imanov 

Abdu-lLah
AllahsSlave







___ 
To help you stay safe and 

[ppiindia] More Than 500 Indonesian Maids Await Repatriation

2005-08-14 Terurut Topik Leo Imanov
More Than 500 Indonesian Maids Await Repatriation

M. Ghazanfar Ali Khan, Arab News
 

RIYADH, — More than 500 Indonesian maids are currently stranded in
Saudi Arabia awaiting repatriation. This includes about 300 housemaids,
serving prison terms in jails across the Kingdom. Jakarta is currently
studying measures aimed at protecting the interests of Indonesians
working abroad.

“Some maids were arrested and sent to jail for serious offences like
theft, forgery and murder, but a large number of them were booked for
minor crimes,” said M. Sukiarto, labor attache at the Indonesian
Embassy, yesterday. Sukiarto could not say when they will be released
from the prison.

“There are over 200 maids stranded in safe houses alone in Riyadh and
Jeddah awaiting deportation.” He said that the Indonesian diplomatic
missions had set up two temporary boarding facilities called “safe
houses” where runaway maids or female workers facing problems, are
housed. The maids are repatriated back to Jakarta when their cases are
settled with the sponsors and a formal clearance from Saudi government
agencies is obtained.

In many cases in the past, Sukiarto said that the embassy sought the
intervention of the Saudi officials to settle the problems or resolve
legal complexities.

“A large number of our women workers, mainly those serving prison terms
inside the jails and reformatory centers of the Kingdom, are granted
royal clemency by the Custodian of the Two Holy Mosques King Fahd every
year, enabling them to reunite with their families back home,” said the
embassy official.

He said that the Indonesian Embassy received between 10 to 15
complaints a day about mistreatment, non-payment of salaries and sexual
harassment. More than 853 Indonesians complained of mistreatment by
their employers in Saudi Arabia last year alone. Nearly a quarter said
they had not been paid. Others complained of torture or maltreatment.

Unscrupulous private employers, recruitment agents and sponsors are
often blamed for such labor exploitation. There are nearly 600,000
Indonesian women workers in Saudi Arabia.

The embassy together with a few private organizations, is also working
to set up task force in nine Saudi cities to look after the female workers.


Leo Imanov 

Abdu-lLah
AllahsSlave







___ 
How much free photo storage do you get? Store your holiday 
snaps for FREE with Yahoo! Photos http://uk.photos.yahoo.com





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h3ur7lg/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124020454/A=2894350/R=0/SIG=10tj5mr8v/*http://www.globalgiving.com;Make
 a difference. Find and fund world-changing projects at GlobalGiving/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Human-buttons

2005-08-14 Terurut Topik trúlÿsøúl
sy dikirimi artikel dibawah ini, menarik juga untuk dicari tau kebenarannya, 
mungkin ada pihak yg berkompeten dapat memberi tanggapan??
 
salam
tr.-
 
This message is about Human beings, Democracy, UNHCR, Refugees, The Iraqis, 
Islam, Kurds, Human rights, Respect, Money, Donations, Angelina Jolie, 
Pavarotti, Giorgio Armani, Donors, Peace, History, Campaigns and about you if 
you care about these words.

Hi there,

I am SAM, an Iraqi refugee living in Lebanon at the moment; I have spent the 
last 10 years of my life as a refugee registered with the UNHCR in Beirut. The 
last 4 years, I have spent as an activist for peace and human rights 
(especially refugees and asylum seekers) on the Internet; I'm also books author 
and ebooks publisher. I have launched many campaigns to improve our situation 
as refugees in Lebanon and hopefully bring more understanding to our problems 
worldwide. I helped make many changes and improvements at the UNHCR office in 
Beirut; I used the Internet as the field for my activities (you can read more 
about that in my free ebook 'MY CAMPAIGNS'). All my ebooks are free and could 
be download from my sites.

This is my newest campaign, it's about the illegal and humiliating actions of 
the UNHCR, who using photos of refugees as banners and human-buttons to collect 
money. This is an abuse of the dignity and humanity of the refugees and must 
stop immediately and a clear public apology present by The United Nations High 
Commissioner for Refugees. My friends, I am talking about the pictures you can 
see here: 
http://www.freewebs.com/unhcr

Where you can read the rest of this message as web page.

For more info about UNHCR and life of refugees you can read my free ebooks. I 
invite you as fellow humans and members of the world community to support my 
campaign by reading my article on my site and see the human-buttons. The 
campaign is to support and improve the UNHCR http://www.unhcr.ch especially 
after the last scandals in the UN and UNHCR, just for example: 

The refugees allege that UNHCR staff is selling most of the food items they are 
supposed to be supplied.
They aren't supplying sufficient food to us because they sell most of the food 
items, they allege: http://allafrica.com/stories/200503140214.html
Here is another example: Burmese Refugees Withdraw Protest Against UNHCR  
http://www.mizzima.com/archives/news-in-2005/news-in-april/12-April05-22.htm
Together we will build better world.

You could reach me fast via this form: http://www.unhcr.us/email_me.htm and if 
you like to know more about me, you can google for my name 'osam altaee'. 

Thanks
THE TRUTH WARRIOR
http://www.koolpages.com/un1
http://www.unhcr.biz


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hhleqai/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124023790/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help
 tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[ppiindia] Keteladanan Presiden Baru IRAN

2005-08-14 Terurut Topik mansyur . alkatiri

DARI MILIS SEBELAH, sangat menarik dan mengharukan. SBY perlu belajar
darinya.

Wrote:
Dari rekan yg berada di Iran, Dina Sulaeman, ada cerita menarik ttg
presiden baru Iran, Ahmadinejad ;

--

Kuantar Kau ke Meja Kerja

Meskipun saya sudah hampir enam tahun tinggal di Iran, baru
sekarang-sekarang ini saya memperhatikan serius kondisi perpolitikan Iran.
Sekarang, ada peristiwa unik lagi yang saya saksikan di televisi: upacara
tanfiz (di Tehran Times, diartikan dengan 'installation ceremony'...saya
langsung tertawa membacanya, apalagi, disambung celetukan teman sekantor
saya: lho, berarti Khatami di-delete? Suami nambahin: bukan,
di-uninstall!).

Upacara tanfiz adalah pembacaan surat pengesahan atas hasil pemilu
kepresidenan dari Pemimpin Tertinggi Revolusi Iran (Rahbar, saat ini
dijabat oleh Ayatullah Khamenei). Surat itu dibacakan oleh Khatami.
Artinya, jika hasil pilihan rakyat ternyata tidak sesuai dengan
kemaslahatan negara, bisa saja Rahbar tidak memberikan pengesahan, dan
dilakukan pemilu ulang. Hak 'veto' ini dimaksudkan untuk mencegah
seseorang yang tidak layak untuk naik jadi presiden (dalam demokrasi
liberal, bisa saja kan ada orang yang tidak layak, misalnya preman atau
mafia ekonomi, tapi dengan kekuatan uang dan pengaruhnya, dia
berhasil memenangkan pemilu...contohnya aja di Indonesia, ada preman yang
bisa jadi anggota MPR).

Nah, yang unik di sini...siapa yang duduk di samping Khatami dan
Ahmadinejad? Rafsanjani! So, dua orang yang bersaing dalam pemilu putaran
kedua itu, sama-sama duduk di acara itu (jadi inget Megawati, yang nonton
acara pelantikan SBY lewat televisi pun ogah). Oya, dulu, sepekan setelah
pemilu, Rafsanjani yang kalah pemilu, tetap melaksanakan tugas sebagai
khatib Jumat dan menyerukan rakyat untuk bersatu mendukung presiden baru.

Yang lebih unik lagi setelah acara itu, Khatami menggandeng tangan (bener2
digandeng loh!) Ahmadinejad, menuju kantor kepresidenan. Jadi, si mantan
presiden menghantarkan presiden baru langsung ke meja kerjanya!

Saat menonton adegan tersebut di TV, suami berkomentar nakal,
Mah...liat tuh sepatunya! Apa pasal? Beberapa waktu lalu, sekitar 2-3
hari setelah menang pemilu, Ahmadinejad disorot televisi sedang melakukan
kunjungan ke suatu tempat. Nah, si kameramen nakal, sengaja meng-close up
sepatu si bapak, yang ternyata warnanya coklat dan lusuh. Saya waktu itu
tidak melihat, hanya diceritakan suami. Jadi, sekarang saya pelototin
bener-bener tuh, layar televisi. Sekilas memang terlihat, sepatunya
Khatami hitam mengkilat dan sepatunya Ahmadinejad...still that old brown
shoes!

Kembali ke adegan Khatami mengantar Ahmadinejad ke ruang kerja
kepresidenan. Mereka bercakap-cakap sebentar sambil senyum-senyum, setelah
itu, gantian Ahmadinejad mengantarkan Khatami ke mobilnya, saling
berpelukan, dan dadah-dadahan. Padahal, beberapa bulan sebelumnya, kedua
pihak sempat terlibat polemik panas. Gara-garanya, Khatami terjebak macet
ketika menuju Universitas Teheran untuk menerima gelar DRHC dan mengkritik
walikota Tehran (yang saat itu dipegang Ahmadinejad). Ahmadinejad
membalas, Wah, kok baru sekarang
Presiden sadar bahwa masalah utama di Tehran adalah kemacetan? Memang
orang-orang yang tinggal di Saadat Abad (kawasan elit Tehran) tidak akan
paham kesulitan rakyat! Polemik terus berlanjut, sampai akhirnya, kalau
tidak salah, Khatami meralat kritikannya tersebut.

Kini, di manakah Presiden baru Iran tinggal? Tetap di rumahnya yang jelek
(dinding luarnya masih bata, belum ditembok) di kawasan Tehran timur
(kawasan Tehran utara, tempat tinggal Khatami adalah kawasan elit dan
mahal, Tehran barat, tempat kami tinggal, rada lumayanlah, Tehran timur,
lebih murah lagi, dan Tehran selatan, paling murah). Petugas keamanan
akhirnya terpaksa membuat posko keamanan di ujung jalan, mendata semua
tetangga termasuk sanak famili mereka, sehingga
orang-orang yang keluar masuk jalan kecil itu bisa dimonitor.

Terakhir, mau tahu apa isi press release pertama DR. Ahmadinejad? Semua
pihak dihimbau untuk tidak memasang iklan ucapan selamat di koran-koran
dan semua kantor DILARANG MEMASANG FOTO PRESIDEN!







 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hcst51a/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124041050/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Give
 underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to 
life by funding a specific classroom project  
/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***

[ppiindia] Pengalaman korban peristiwa 65 adalah guru besar bangsa

2005-08-14 Terurut Topik Umar Said

Ajakan renungan  A. Umar Said

(Tulisan berikut di bawah ini juga disajikan dalam website
 http://perso.club-internet.fr/kontak)


PENGALAMAN KORBAN PERISTIWA 65

 ADALAH GURU BESAR BANGSA







Ketika kita memperingati “40 tahun peristiwa 65” apa sajakah yang perlu kita
kenang kembali atau kita tarik sebagai pelajaran penting bagi bangsa kita
dewasa ini dan juga untuk anak-cucu kita di kemudian hari ? Boleh dikatakan,
semuanya! Semua soal yang berkaitan dengan peristiwa 65 adalah penting.
Karena itu,  masalah peristiwa 65 adalah rumit, dan bersegi banyak. Dalam
persoalan besar yang sangat bersejarah bagi bangsa dan Republik Indonesia
ini ada aspek PKI, ada aspek Bung Karno, aspek TNI-AD, aspek Suharto, aspek
golongan Islam, aspek CIA. Di dalamnya terdapat juga faktor sejarah, faktor
politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dan semuanya itu ada
sangkut-pautnya  - secara langsung atau tidak langsung -  dengan banyak
persoalan dalamnegeri dan internasional pada waktu itu.



Mengingat begitu besar dampak peristiwa 65 untuk kehidupan bangsa kita, maka
sebaiknya (atau sepatutnya ) makin banyak orang bisa menulis tentang itu
semua. Sehingga berbagai masalah peristiwa 65 bisa dilihat secara
betul-betul jernih dan juga secara menyeluruh. Karena, seperti kita saksikan
sendiri masing-masing selama ini, banyak sekali soal yang berkaitan dengan
peristiwa 65 telah diputarbalikkan, direkayasa, dipalsukan, dibohongkan,
disulap dan “divermaak” oleh Orde Baru. Dan dalam jangka waktu yang lama
sekali pula, yaitu lebih dari 32 tahun !!! Jadi, tidak tanggung-tanggung.



Dalam tulisan yang kali ini titik berat diletakkan pada ajakan kepada semua
untuk merenungkan bersama masalah penganiayaan dan penyiksaan  yang
dilakukan oleh para pembangun rejim militer Orde Baru. Karena, penganiayaan
biadab dan penyiksaan sadis adalah salah satu di antara banyak “senjata
ampuh” yang dipakai oleh Orde Baru dalam melumpuhkan kekuasaan Bung Karno
dan dalam memukul PKI beserta pendukung-pendukungnya.  Penganiayaan dan
penyiksaan (yang dilakukan dalam berbagai bentuk)  adalah suatu cara rejim
militer Orde Baru untuk kemudian melakukan terror permanen di seluruh
negeri, guna memperkokoh cengkeraman kekuatan militernya. Dalam arti
tertentu, bisalah kiranya disimpulkan bahwa penganiayaan dan terror adalah
satu dan senyawa dengan Orde Baru.





PUNCAK KEBIADABAN DALAM SEJARAH BANGSA



Barangkali, penganiayaan dan penyiksaan oleh kesatuan-kesatuan TNI-AD (dan
kalangan kecil dari golongan Islam) terhadap anggota, simpatisan  dan
kader-kader PKI dan pendukung Bung Karno, merupakan puncak kebiadaban yang
pernah dibikin oleh segolongan kecil bangsa kita.terhadap sesama
warganegara. Dan, mungkin juga, puncak kebiadaban yang mengerikan ini adalah
satu-satunya yang muncul dalam sejarah bangsa Indonesia. Mudah-mudahan,
Insya Allah!



Kalau mengingat betapa hebatnya penganiayaan atau sadisnya penyiksaan
terhadap begitu banyak orang yang ditangkap dan diinterogasi oleh aparat
militer maka kita bisa bertanya-tanya apakah bangsa kita ini masih pantas
dinamakan bangsa yang beradab? Apakah kita bisa membanggakan diri sebagai
bangsa yang majoritasnya pemeluk agama?



Selama 32 tahun pemerintahan rejim militer Suharto dkk orang tidak bisa dan
juga tidak berani buka suara tentang kebiadaban, kebuasan, dan kebengisan
yang terjadi dalam tahun-tahun pertama ketika Suharto dkk menyerobot
kekuasaan dari tangan Bung Karno. Sebab, berani buka suara waktu itu berarti
pasti menghadapi penangkapan dan penganiayaan.



Baru setelah Suharto dengan Orde Barunya dipaksa turun dari kekuasaan dalam
tahun 1998, sedikit demi sedikit muncullah beraneka ragam cerita dan
kesaksian tentang betapa hebatnya penganiayaan dan penyiksaan terhadap para
korban. Sebagian kecil sekali dari cerita dan kesaksian ini sudah mulai
diketahui oleh publik melalui, antara lain :  wawancara, artikel atau
tulisan dalam majalah, memoire dalam bentuk buku.



Mengingat banyaknya kasus penganiayaan dan hebatnya penyiksaan, dan
mengingat juga besarnya  jumlah orang yang telah menderita perlakuan yang
tidak berperikemanusiaan ini, maka kiranya kita semua perlu mendorong
sebanyak mungkin orang untuk terus menulis tentang itu semua lebih banyak
lagi. Menulis (atau menceritakan) tentang kebiadaban penganiayaan dan
penyiksaan yang telah dilakukan oleh sebagian golongan militer (dan sebagian
kecil golongan Islam pada waktu itu) merupakan tugas penting generasi bangsa
kita dewasa ini. Sebab, kalau tugas penting ini tidak dikerjakan sekarang,
maka saksi-saksi hidupnya akan makin berkurang atau banyak pelaku-pelaku
sejarahnya yang sudah keburu meninggal dunia.





BESARNYA DAN LUASNYA PENGANIAYAAN



Sekadar untuk menyegarkan kembali ingatan kita bersama, pada akhir tahun
1965, dan dalam tahun-tahun 1966 dan 1967, hampir seluruh pemimpin dan kader
PKI dari berbagai tingkat (propinsi, kabupaten, kota besar dan kota madya,
kecamatan, bahkan kelurahan) di 

Re: [ppiindia] Human-buttons

2005-08-14 Terurut Topik ANDREAS MIHARDJA
Ini cari duit dan mungkin suatu organisasi yg membantu betul2. Bisa cari duit 
untuk diri sendiri atau untuk terror. Ini cara mereka 
Andreas

trúlÿsøúl [EMAIL PROTECTED] wrote:
sy dikirimi artikel dibawah ini, menarik juga untuk dicari tau kebenarannya, 
mungkin ada pihak yg berkompeten dapat memberi tanggapan??

salam
tr.-

This message is about Human beings, Democracy, UNHCR, Refugees, The Iraqis, 
Islam, Kurds, Human rights, Respect, Money, Donations, Angelina Jolie, 
Pavarotti, Giorgio Armani, Donors, Peace, History, Campaigns and about you if 
you care about these words.

Hi there,

I am SAM, an Iraqi refugee living in Lebanon at the moment; I have spent the 
last 10 years of my life as a refugee registered with the UNHCR in Beirut. The 
last 4 years, I have spent as an activist for peace and human rights 
(especially refugees and asylum seekers) on the Internet; I'm also books author 
and ebooks publisher. I have launched many campaigns to improve our situation 
as refugees in Lebanon and hopefully bring more understanding to our problems 
worldwide. I helped make many changes and improvements at the UNHCR office in 
Beirut; I used the Internet as the field for my activities (you can read more 
about that in my free ebook 'MY CAMPAIGNS'). All my ebooks are free and could 
be download from my sites.

This is my newest campaign, it's about the illegal and humiliating actions of 
the UNHCR, who using photos of refugees as banners and human-buttons to collect 
money. This is an abuse of the dignity and humanity of the refugees and must 
stop immediately and a clear public apology present by The United Nations High 
Commissioner for Refugees. My friends, I am talking about the pictures you can 
see here: 
http://www.freewebs.com/unhcr

Where you can read the rest of this message as web page.

For more info about UNHCR and life of refugees you can read my free ebooks. I 
invite you as fellow humans and members of the world community to support my 
campaign by reading my article on my site and see the human-buttons. The 
campaign is to support and improve the UNHCR http://www.unhcr.ch especially 
after the last scandals in the UN and UNHCR, just for example: 

The refugees allege that UNHCR staff is selling most of the food items they are 
supposed to be supplied.
They aren't supplying sufficient food to us because they sell most of the food 
items, they allege: http://allafrica.com/stories/200503140214.html
Here is another example: Burmese Refugees Withdraw Protest Against UNHCR  
http://www.mizzima.com/archives/news-in-2005/news-in-april/12-April05-22.htm
Together we will build better world.

You could reach me fast via this form: http://www.unhcr.us/email_me.htm and if 
you like to know more about me, you can google for my name 'osam altaee'. 

Thanks
THE TRUTH WARRIOR
http://www.koolpages.com/un1
http://www.unhcr.biz


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS 
Indonesian languages Indonesian language learn Cultural diversity Indonesian 

-
YAHOO! GROUPS LINKS 


Visit your group ppiindia on the web.
  
To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
  
Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. 


-




[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12htl59kn/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124041849/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help
 Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***

[ppiindia] Penawaran; Program Penyembuhan Ketergantungan Narkoba dengan Menggunakan Prana, Konseling Ramal Tarot

2005-08-14 Terurut Topik Vincent Liong
Penawaran; Program Penyembuhan Ketergantungan Narkoba
dengan Menggunakan Prana, Konseling  Ramal Tarot 

=
Iklan layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh; 
Paguyuban Vincent Liong  APMI (Asosiasi Praktisi
Metafisika di Internet)
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/messages

Untuk berdiskusi tentang tema ini silahkan bergabung
sebelumnya:
http://groups.yahoo.com/group/vincentliong/join 
kirim email anda ke: [EMAIL PROTECTED] 

Nama Praktisi Spesialis Penyembuhan Ketergantungan
Narkoba:
“ Drs. Leonardo Rimba,MBA “

::7x24 Hours Costumer Service Representative Vincent
Liong::
Vincent Liong's Mobile: (62)813-1679-5160
Leonardo Rimba's Mobile: (62)818-183-615
PhoneFax: (62)21-5482193,5348567,5348546
Address: Jl. Ametis IV blok:G no:22 Permata Hijau,
Jakarta Selatan 12210 –Indonesia
=




Penyembuhan Psikis dengan Tenaga Prana
--

Penyembuhan psikis adalah usaha untuk mengembalikan
keseimbangan mental dan emosional seseorang sehingga
dapat kembali menjalani kehidupannya dengan normal dan
nyaman. Banyak manusia modern yang mengalami
ketidak-seimbangan mental dan emosional sehingga; dari
luar tampak biasa-biasa saja, tetapi sebenarnya
jiwanya mengalami kegoncangan tertentu sehingga tidak
dapat menjalani hal yang seharusnya dilakukannya. Bisa
karena trauma, bisa karena tekanan lingkungan
pergaulan, pekerjaan, keluarga; bisa juga karena cara
berpikirnya sendiri yang tidak realitis. Jadi,
seseorang yang meminta penyembuhan psikis bukanlah
orang yang sakit jiwa, tetapi orang yang merasa
jiwanya sakit. Kesakitan itu bisa berlangsung
bertahun-tahun tanpa ada upaya pemecahannya.

Tenaga prana adalah nama generik untuk energi vital
atau energi kehidupan. Kadangkala, prana disebut juga
sebagai vitalitas. Vitalitas ini terdapat di alam
semesta, termasuk di dalam tubuh manusia. Vitalitas
memberikan kesehatan kepada tubuh fisik maupun tubuh
mental dan emosional sehingga seseorang bisa menjalani
kehidupannya dengan seimbang. Ada sebagian orang yang
menyebut prana atau vitalitas dengan istilah chi,
reiki, atau energi kundalini. Pada prinsipnya, semua
istilah itu merujuk kepada fenomena yang sama, yaitu
energi alam semesta yang bisa memberikan keseimbangan
fisik, mental, dan emosional kepada manusia.



Penyembuhan dari Narkoba


Bukan hal yang rahasia lagi bahwa penyalah-gunaan
narkotika dan obat-obatan berbahaya telah merasuk
sedemikian dalamnya di masyarakat perkotaan Indonesia,
terutama di Jakarta, Bali, Surabaya, Bandung, dan
kota-kota besar lainnya. Sebagai seorang penyembuh
spiritual (spiritual healer), konsern saya yang
terutama bukanlah masalah bagaimana pemerintah
memberantas peredaran narkoba, tetapi bagaimana
mencapai sebanyak mungkin korban pemakai narkoba dan
membantu penyembuhannya.

Pemberantasan narkoba adalah masalah politik, tetapi
penyembuhan dari ketergantungan atas narkoba adalah
masalah kemanusiaan. Situasinya sudah sedemikian akut
sehingga tidak ada gunanya lagi untuk saling
menyalahkan pada saat korban penderita yang
terperangkap oleh narkoba sudah sedemikian banyak.

Selama ini saya melakukan konseling dan penyembuhan
pribadi secara satu persatu (one-on-one basis)
terhadap para professional muda di Jakarta; dan saya
pikir, sudah saatnya untuk menawarkan penyembuhan dari
ketergantungan dari narkoba ini terhadap masyarakat
umum juga. Terapi yang saya gunakan mengandalkan
berbagai macam teknik untuk membantu pasien menemukan
solusi atas permasalahan yang dihadapinya sehingga
narkoba, yang sebenarnya adalah pelarian semu dari
masalah pribadi yang tidak kunjung terpecahkan, tidak
lagi menjadi suatu kecanduan.



Program Penyembuhan Lima Minggu
---

Untuk menjalani program penyembuhan dari
ketergantungan atas narkoba (terutama
shabu-shabu/amphetamin, putauw, dan mariyuana/ganja)
ini, ada 6 (enam) kali pertemuan yang saya lakukan
secara satu persatu (one-on-one basis) untuk tiap
pasien selama 5 (lima) minggu berturut-turut. Tiap
kali pertemuan akan berlangsung antara 1 (satu) s/d 2
(dua) jam, tergantung dari seberapa parah
ketergantungan pasien atas narkoba. Target dari
healing session tiap minggu itu adalah untuk membekali
pasien agar bisa bertahan untuk tidak menggunakan
narkoba selama satu minggu sampai healing session
berikutnya. Jadi, healing session di minggu pertama
akan membekali pasien sampai healing session di minggu
kedua. Healing session di minggu kedua akan membekali
pasien sampai healing session di minggu ketiga; dan
seterusnya sampai minggu kelima. Setelah enam kali
pertemuan (akhir minggu kelima) terapi penyembuhan
akan selesai. Pada saat itu pasien telah akan mampu
untuk berdiri sendiri karena masalah yang selama ini
menyeretnya untuk terjerat pada ketergantungan atas
narkoba telah terlihat jalan keluarnya, atau bahkan
mungkin telah terselesaikan.

Teknik penyembuhan 

[ppiindia] Re: [Flashback] Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit

2005-08-14 Terurut Topik The saint
Katanya MUI juga dapet dana DAU sebesar 6 milyar, makanya ada isu 
untuk menutupi hal itu mereka buat fatwa-fatwa 
kontroversial..Takut diaudit kali hehehehehe.

--- In ppiindia@yahoogroups.com, trúlÿsøúl [EMAIL PROTECTED] wrote:
 sepertinya 'corong' gus dur yah.., hihihihiih..
 
 Muhkito Afiff [EMAIL PROTECTED] wrote:Buat mengingatkan saja 
kejadian beberapa bulan yang lalu...
 
 http://www.gusdur.net/indonesia/index.php?
 option=com_contenttask=viewid=2275Itemid=60
 
 Menteri Agama Minta MUI dan Din Syamsuddin Diaudit 
 
 Jakarta, gusdur.net
 Menteri Agama Maftuh Basyuni tidak main-main membenahi departemen 
yang 
 dipimpinnya. Pembenahan internal seperti, pembenahan haji, 
peniadaan 
 fasilitas pejabat berhaji gratis, perampingan jumlah petugas, 
 pembabatan percaloan pemondokan dan pemberantasan KKN, sudah 
 dijalankannya. Kemungkinan besar pembersihan itu juga akan 
dilebarkan 
 hingga ke luar departemennya. 
 
 Keseriusan ini ditunjukkan dalam pernyataan Maftuh yang berharap 
para 
 penikmat Dana Abadi Umat (DAU), seperti Majelis Ulama Indonesia 
dan 
 Sekjennya Din Syamsuddin juga diaudit. 
 
 Pernyataan mantan Sekretaris Negara era Gus Dur ini terkait dengan 
 sikap Sekjen MUI Din Syamsuddin yang meminta DAU untuk pesta 
pembukaan 
 Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-4. 
 
 Pada waktu itu, Sekum MUI Din Syamsuddin menyesalkan 
ketidakpedulian 
 Depag terhadap penyelenggaraan KUII ke-4. Hal ini dapat dilihat 
dengan 
 tidak adanya bantuan dana dari Depag terhadap penyelenggaraan 
acara 
 tersebut. 
 
 Tetapi kalau sampai Depag tidak memberikan perhatian pada urusan 
 ummat hanya satu kata yang bisa saya sebut: Kenaifan! sesal Din 
Senin 
 (18/4) seperti dikutip masjidistiqlal.com. 
 
 Pernyataan Din itu membuat Departemen Agama geram. Bahkan Sekjen 
Depag 
 Faisal Ismail dalam siaran persnya menilai Din mendiskreditkan 
Menteri 
 Agama. 
 
 Menurut Maftuh, Depag menolak mengeluarkan DAU untuk acara itu 
karena 
 dana itu adalah amanat yang harus dipelihara dengan baik. Dan yang 
 lebih berhak menggunakan dana tersebut adalah urusan haji. Dana 
itu 
 bukan untuk semua kegiatan. Apalagi cuma pembukaan kongres, kata 
 Maftuh seperti dikutip Gatra (14/5/ 2005). 
 
 Diungkapkannya, saat itu Din meminta bantuan pembukaan KUII Rp 350 
 juta, rencananya di JCC dan mengerahkan 4000 orang. 
 
 Orang sebanyak itu untuk apa kalau bukan kampanye. Di Istiqlal 
kan 
 gak bayar. Listrik dan segala macam itu kami yang membayar, kata 
 Maftuh. 
 
 Maftuh menyatakan Din boleh saja marah karena permintaannya tidak 
 dipenuhi. Tapi, kalau diucapkan terbuka oleh pemimpin kayak Din 
 begitu, ndak pantes itu. Ndak punya moral, tegas Maftuh. 
 
 Karena itu, Maftuh menilai pernyataan Din itu hanya untuk 
 mendiskreditkan dirinya. Bahwa dia (Din –red) menilai saya naif, 
itu 
 hak dia. Tapi kalau dibilang bahwa Depag tidak membantu 
sepeserpun, 
 pantas kalau keuangan MUI harus diaudit. Kekayaan Din juga perlu 
 diaudit. Kantor MUI kami yang membiayai paling tidak listrik dan 
 telepon. Itu apa?
 
 Klik juga:
 http://www.gusdur.net/downloadfolder/2005-06-21%20-%20gatra-upload-
bp.
 jpg
 
 
 
 
 
 
*
**
 Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju 
Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. 
http://www.ppi-india.org
 
*
**
 
_
_
 Mohon Perhatian:
 
 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg 
otokritik)
 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan 
dikomentari.
 3. Reading only, http://dear.to/ppi 
 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
 
 
 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
 http://mail.yahoo.com 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hmk4ks5/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124043874/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take
 a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who 
cares about public education/a!/font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon 

[ppiindia] MUI Fatwa negates freedom of religion

2005-08-14 Terurut Topik The saint
Wah sudah jadi isu internasional nih, sudah masuk ke Jakarta Post



Opinion August 12, 2005  

MUI fatwa negates freedom of religion, human rights

Ridarson Galingging, Jakarta

The right to freedom of thought, conscience, and religion — the 
foundations of a pluralistic and democratic society — is unprotected 
in Indonesia. Just for having an interpretation of Islam that 
diverges from the fatwas (edicts) of the powerful Indonesian Ulema 
Council, an individual or group faces a high probability of criminal 
investigation or even of being violently attacked by vigilantes.

Two recent events demonstrate that legal protections for freedom of 
religion are non-existent in Indonesia.

The first was the violent attack on the Indonesian Ahmadiyah 
Congregation (JAI) by the so-called Indonesian Muslim Solidarity 
(IMS) group for allegedly adhering to heretical Islamic teachings. 
The second was the police investigation into Muhammad Yusman Roy for 
conducting Islamic ritual prayers (shalat) in two languages, Arabic 
and Indonesian.

There are several legal explanations for this frightening situation.

At the broadest level, Indonesia's constitutional guarantees of 
religious freedom are vague. Article 28 (e) of the amended 1945 
Constitution and article 22 of the Human Rights Law No. 39/1999 both 
touch upon freedom of religion, but provide no strong protections.

They do not guarantee the freedom of religion as stipulated in 
article 18 of the International Covenant on Civil and Political 
Rights (ICCPR) and Human Rights Committee jurisprudence.

They also do not define what it means to have freedom of religion, 
what the limitations are, and what the government's obligations are 
to ensure that the constitutional provisions will be respected and 
can be adjudicated in a court of law.

More narrowly, the Indonesian Criminal Code (KUHP) contains laws 
that are also vague and that conflict with religious freedoms, 
particularly the right to hold a differing interpretation of a 
religion.

Article 156 (a) of the KUHP imposes maximum 5 years in jail 
for disgracing a religion. The problem is that disgracing a 
religion has been interpreted to include having a differing view or 
interpretation of a religious question. This law not only conflicts 
with supposed protections in the Constitution and 1999 Human Rights 
Law, but it also severely restricts the rights of freedom of 
thought, conscience, and religion as stipulated in article 18 of the 
International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR).

Article 18 is intended to bar coercion that would impair the right 
to have or adopt a religion or belief, including the use of threat 
of physical force or penal sanctions to compel believers or non-
believers to adhere to their religious beliefs and congregations, to 
recant their religion or belief or to convert.

Article 156 (a) of the KUHP was applied by the police in Malang to 
investigate Muhammad Yusman Roy. In their investigation, the police 
referred to the MUI fatwa, which stated that it is against Islamic 
teachings and thus forbidden to use the Indonesian language when 
performing shalat prayers.

For Roy, this was a matter of interpretation within Islam. For the 
clerics in the MUI, it was a matter of disgracing the religion. 
International human rights standards, which provide clear guarantees 
of religious freedom and interpretation, strongly favor Roy's 
position, while vague and contradictory Indonesian laws create 
confusion and leave the matter to the discretion of the police.

A fatwa from the MUI declaring Ahmadiyah teachings to be against the 
Koran and thus forbidden was used by the IMS to justify a violent 
attack on Ahmadiyah. Not only is it inappropriate for groups to use 
coercion and take the law into their own hands, but it is the 
responsibility of the police to protect basic religious freedoms.

Bogor police did not arrest any of the attackers. The authorities 
there rather ordered a halt to Ahmadiyah's activities.

The Attorney General, Abdul Rachman Saleh, threatened to use his 
broad powers to ban organizations, teachings and books considered to 
be disruptive to public order, against Ahmadiyah.

The government recognized Ahmadiyah as a legal entity in 1953. But 
the Ministry of Religious Affairs issued a circular to its regional 
offices labeling Ahmadiyah teachings as heresy because it recognizes 
its founder, Mirza Ghulam Ahmad, as a prophet.

Ahamadiyah denied all the allegations and stated that its teachings 
were not heresy.

Banning Ahmadiyah, with an estimated 500,000 followers, would be in 
clear violation of article 18 of the ICCPR. The government could be 
adjudicated at the Indonesian Administrative Court (PTUN) for 
imposing such a ban.

The weakness of the 1945 Constitution and the Human Rights Law, the 
existence of Article 156 (a) of the KUHP, the limited mandate of the 
Human Rights Court that has no power to adjudicate human rights 
cases outside crimes of 

[ppiindia] Fatwa MUI: Mengancam Kebebasan di Tengah Kebebasan

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www2.rnw.nl/rnw/id/news/gemawarta/#4541874


Fatwa MUI: Mengancam Kebebasan di Tengah Kebebasan


Intro: Majelis Ulama Indonesia, 28 Juli lalu, mengeluarkan 11 fatwa yang 
merupakan hasil rekomendasi Kongres. Fatwa itu antara lain berisi desakan 
kepada pemerintah untuk membubarkan ajaran Ahmadiyah yang dianggap sesat. 
Menyatakan haram hukumnya bagi umat muslim mengikuti ajaran liberalisme, 
sekularisme dan pluralisme. Mengharamkan doa bersama yang dipimpin pemeluk 
agama lain, dan melarang pernikahan beda agama. Fatwa itu belakangan menjadi 
kontroversi. Selain dianggap mengancam toleransi beragama dan demokrasi, fatwa 
itu juga dianggap memprovokasi terjadinya sejumlah kekerasan yang 
mengatasnamakan agama. Tim liputan 68h melaporkan untuk Radio Nederland di 
Hilversum.

Jum'at 29 Juli 2005. Suasana tegang terasa di antara pemeluk ajaran Ahmadiyah. 
Sejumlah umat yang bersiap untuk sholat Jum'at di mesjid milik Ahmadiyah di 
Petojo Jakarta Pusat, terpaksa membatalkan niat mereka. Pintu pagar mesjid, 
siang itu disegel aparat keamanan dan Musyawarah Pimpinan Daerah. Alasannya, 
untuk menjaga ketertiban umum. 

Di Kuningan, Ciamis, dan Bogor Jawa Barat, sejumlah mesjid, musholla dan kantor 
milik Ahmadiyah juga dipaksa tutup dengan alasan sama. Sementara di Padang 
Sumatera Barat, sejumlah ulama dan ormas Islam memberi ultimatum sepekan kepada 
jemaat Ahmadiyah, untuk segera membubarkan diri.

Inilah rangkaian represi terhadap sekitar 200 ribu jemaat Ahmadiyah di 
Indonesia, pasca keluarnya fatwa MUI. 

Fatwa MUI MUI memutuskan untuk menegaskan kembali keputusan fatwa MUI dalam 
Munas II tahun 1980 yang menetapkan bahwa aliran Ahmadiyah di luar Islam, sesat 
dan menyesatkan. Serta orang Islam yang mengikutinya adalah murtad atau keluar 
dari Islam. Pemerintah berkewajiban untuk melarang penyebaran faham Ahmadiyah 
di seluruh Indonesia dan membekukan organisasi serta menutup semua tempat 
kegiatannya. 

Fatwa ini meluncur di tengah situasi panas, setelah Front Pembela Islam FPI dan 
Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam LPPI menyerang kongres Ahmadiyah 
Qodiyan yang berlangsung di Kampus Mobarok, Parung Bogor. 

Suasana penyerangan dan orasi FPI: Allahu akbar, FPI menang. Jangan sampai ada 
satupun Ahmadiyah dibolehkan hidup di Indonesia dan seterusnya.

Beberapa hari kemudian, 72 orang pengikut jemaat Ahmadiyah di desa Pamulihan, 
Kecamatan Cisurupan, Garut, Jawa Barat dipaksa keluar dari keyakinan mereka. Di 
bawah todongan senjata tajam jawara yang dikerahkan kepala desa, mereka dipaksa 
menandatangi pernyataan keluar dari Ahmadiyah. 

Teror atas kebebasan dimulai.

Sehari setelah fatwa keluar, di kantor Pengurus Besar Nahdatul Ulama Jakarta, 
bekas presiden yang juga tokoh NU, Abdurahman Wahid menggelar konferensi pers. 
Bersama sejumlah cendekiawan muslim, seperti Dawam Rahardjo, Syafi'i Anwar, 
Ullil Abshar Abdallah serta para tokoh lintas agama lain, mereka membentuk 
Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan. Dalam jumpa pers, Gus Dur 
menyarankan umat Islam untuk mengabaikan saja fatwa MUI.

Gus Dur: Karena itu kalau MUI mau menetapkan ini itu terserah. Itu kan urusan 
intern umat. Dipercaya orang atau tidak ya kita lihat saja nanti. Di Indonesia 
itu yang bisa bilang benar atau tidak benar, hanyalah Mahkamah Agung.

Aliansi untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan menilai, fatwa MUI mengancam 
kebebasan masyarakat untuk menganut agama dan keyakinan. Padahal, hak itu 
sebetulnya dijamin konstitusi. Mereka cemas. Fatwa MUI dikhawatirkan akan 
memprovokasi kekerasan terhadap kelompok yang dianggap sesat. Untuk mencegah 
kekerasan, Aliansi mendesak MUI mencabut fatwa, atau mengeluarkan fatwa baru, 
yang mengharamkan kekerasan atas nama agama. Namun permintaan itu ditolak. MUI 
berkeras, tak ada masalah dengan 11 fatwa mereka. 

Pro kontra atas fatwa MUI terus berlanjut. Diskusi yang digelar Radio 68h di 
Jakarta, diwarnai saling tuding dan teriakan kedua kubu yang berseberangan. 
Fauzan al Anshari dari Majelis Mujahidin Indonesia menyatakan MMI siap beradu 
argumentasi bahkan jihad untuk membela fatwa MUI. Mereka juga tidak bersedia 
bertanggungjawab, kalau sampai terjadi kekerasan terhadap kelompok Ahmadiyah, 
liberal, sekuler, dan pluralis yang dinyatakan haram oleh fatwa tersebut. 

Fauzan Al Ansyari: Kekerasan itu muncul karena kekecewaan masyarakat atas 
tersumbatnya mekanisme hukum yang selama ini diharapkan mampu dijalankan 
aparat. Proses hukum mandek, macet, oleh sebab itu main hakim sendiri akan 
terjadi. Itu terjadi karena tersumbatnya mekanisme hukum. 

Pada akhir diskusi, situasi makin memanas. Cendekiawan muslim Dawam Rahardjo 
sempat saling tunjuk dan melontarkan kata-kata terhadap ketua MUI Amidhan. 
Diskusi terpaksa dihentikan, karena situasi terus memanas. 

Malam harinya, kelompok yang menolak fatwa MUI berkumpul di Ciganjur, merayakan 
ulang tahun Gus Dur. Acaranya antara lain doa bersama antar pemeluk umat 
beragama, sebagai simbol penolakan fatwa MUI, yang 

[ppiindia] Pilkada Depok dan orang Dayak

2005-08-14 Terurut Topik Aman FatHa
Sepintas anda membaca judul tulisan ini mungkin anda akan bertanya, apa 
hubungannya? Kalau kita sedang membicarakan jalannya pilkadal Depok yang 
terbatas pada wilayah tersebut, memang tidak ada hubungannya sama sekali. 
Begitu juga, ketika pilkadal yang berlangsung di Depok berakhir dengan sengketa 
dan sekarang sedang berada dalam proses penyelesaian lanjutan. Sebelumnya KPUD 
Depok telah menetapkan pasangan Nur Mahmudi - Yuyun yang diusung oleh PKS 
sebagai pemenang. Kemudian pasangan Badrul Kamal - Syihabudin yang diusung 
Golkar dan PKB mengajukan gugatan dan PT Jabar memutuskan pasangan tersebut 
terakhir sebagai pemenang.

Sampai pada proses ini, pada dasarnya juga tidak ada hubungannya sama sekali 
dengan komunitas dayak atau apapun yang berkaitan tentang dayak. Seperti yang 
kita lihat akhir-akhir ini, keputusan PT Jabar mengundang protes dan aksi dari 
kelompok pendukung Nur Mahmudi - Yuyun. Semua itu mereka lakukan dalam berbagai 
bentuk, baik berupa istighatsah dan turun ke jalan-jalan, atau melalui jalur 
hukum sebagaimana yang sudah diatur dalam perundang-undangan. Pihak lain di 
luar Depok sama sekali tidak terlibat dengan persoalan ini karena bagaimanapun 
juga pilkadal wilayah pada dasarnya adalah persoalan di wilayah tersebut. 
Meskipun ada pihak dari luar wilayah tersebut, paling besar yang bisa dilakukan 
hanyalah dukungan moril dan keprihatinan. Atau, dukungan personal karena 
kapasitas pendukung tersebut.

Persoalan pilkadal Depok dan Dayak baru muncul belakangan ketika massa PKS 
sedang melakukan demo yang memrotes keputusan PT Jabar. Seperti yang 
diberitakan oleh Harian Seputar Indonesia (SINDO) Minggu tanggal 8 Agustus 
2005, rombongan PKS di Depok membawa poster yang bertuliskan Pak Badrul, anda 
pantasnya jadi Walikota Sawangan dan orang Dayak.

Tulisan poster ini telah mengundang reaksi keras dari berbagai komunitas dayak. 
Apa maksud dibalik poster tersebut? Pertanyaan di atas juga kita ajukan kepada 
siapa saja, terlebih lagi kepada DPP PKS dan massanya, Apa hubungannya 
pilkadal Depok dengan Sawangan dan orang Dayak? Sekiranya masing-masing orang 
berpikir sehat, jawabannya akan sama; secara langsung tidak ada hubungannya 
sama sekali. Tapi bisakah mereka berpikir sehat untuk menjawab, apa maksudnya 
isi dari poster tersebut?

Beberapa kawan-kawan dari berbagai komunitas seperti Walhi Kal-Teng, Betang 
Borneo, Institut Dayakologi, Lembaga Dayak Panarung, Study Dayak 21, dan bahkan 
semua orang dayak terperanjat melihat poster tersebut. Pekerjaan-pekerjaan 
mereka yang sedang sibuk membela hak-hak rakyat, tanah-tanah yang dirampas, 
hutan yang semakin hari semakin hancur, sungai-sungai yang tercemar, gelar 
palsu yang meraja lela, perampasan hak dan pembodohan lainnya, sekarang 
bertambah denyut yang menyentak martabat dan harga diri. Sekarang perjuangan 
mereka seperti dihadang stigma negatif yang terus berlanjut dari masa ke masa, 
dan uniknya lagi kali ini terkait dengan konflik perebutan kekuasaan.

Mungkin bisa saja anda memberikan pembelaan bahwa semua itu tidak disengaja. 
Atau barangkali anda berkelit bahwa kalimat yang terpampang dalam poster 
tersebut sama sekali bukan bermaksud menghina dan merendahkan. Atau 
alasan-alasan lainnya. Namun setiap jiwa dayak yang melihat kalimat itu dalam 
konteknya yang bermaksud merendahkan Badrul Kamal, secara langsung atau tidak 
langsung telah melakukan penghinaan, perendahan martabat, dan pelecehan 
terhadap dayak. Silahkan anda baca dan camkan kalimat itu sekali lagi, Pak 
Badrul, anda pantasnya jadi Walikota Sawangan dan orang Dayak.

Seperti yang juga dikirimkan oleh Rekan Ben Abel, [Kawan2 mengerti tidak, apa 
yang dimaksud dengan kata sawangan? Dari pengalaman berkunjung-kunjung dan 
bergaul-gaul dengan orang di tanah Jawa,aku mendapatkan pengertiannya sebagai 
semak belukar yang tidak ada artinya atau kata orang Dayak London 
Wasteland]. Dan meskipun tanpa kata Sawangan sendiri, menyarankan kepantasan 
kepada Badrul Kamal untuk menjadi Walikota orang Dayak dalam bentuk protes 
terhadap oknum tersebut, kalimat itu sungguh menikam orang Dayak.

Kalimat tersebut seperti dalam pemahaman rekan Ronny Teguh--seorang Dosen 
Unpar--yang ia ungkapkan, [dayak = bodoh, dayak = dungu, dayak = tak mampu, 
dayak = kafir. Itu terjemahan bebas dari cara saya membaca poster tersebut yang 
di pampang untuk menghujat calon walikota depok.]

Masih untung dan tentu saja saya bersyukur, semua kawan-kawan dayak dan 
komunitas-komunitas dayak lainnya baik yang berada di darat atau alam maya 
tetap berpikir sehat dan sekuat tenaga mengendalikan emosinya dengan sikap 
untuk tetap tegar dan berjiwa besar seperti yang biasa mereka lakukan setiap 
kali menghadapi persoalan. Tapi jangan anggap persoalan ini selesai begitu saja 
sehingga stigmasisasi ini seperti tidak pernah selesai sejak jaman dahulu dan 
akan terus berlanjut.

Karena itu, selain sebagai informasi juga merupakan tuntutan kepada semua pihak 
terkait, secara lebih khusus lagi kepada DPP 

[ppiindia] Bashir's prison sentence to be reduced

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.taipeitimes.com/News/world/archives/2005/08/14/2003267696

Bashir's prison sentence to be reduced

BIRTHDAY PRESENT: The cleric is one of thousands of prisoners who will benefit 
from the tradition of cutting jail terms on independence day and other holidays 

AP , JAKARTA 
Sunday, Aug 14, 2005,Page 5 
A militant cleric jailed for his role in the 2002 Bali bombings will be among 
53,000 inmates receiving sentence reductions to mark Indonesia's independence 
day, authorities and media reports said yesterday. 

The youngest son of former dictator Suharto, Hutomo Tommy Mandala Putra, is 
also expected to have his sentence for assassinating a judge reduced when 
Indonesia celebrates its 60th birthday on Wednesday, Minister of Justice and 
Human Rights Hamid Awaluddin was cited by the Jakarta Post as saying. 

The 43-year-old former playboy earlier this year had his 15-year sentence 
reduced by five years on appeal. 

But Abu Bakar Bashir -- the alleged spiritual head of the al-Qaida-linked 
terror group Jemaah Islamiyah -- would be the most controversial inmate to 
benefit from a reduction. He was convicted in March of conspiracy in the Bali 
bombings that killed 202 people, many of them Australian tourists. The Supreme 
Court rejected his appeal earlier this month. 

Others convicted in the Bali blasts will also receive reductions in their 
prison terms, Hamid told the newspaper, without indicating how many. 

Convicts with a record of good behavior can get up to 10-months remission, 
said Mayun Mataram of the Ministry of Justice and Human Rights in Bali. 

Mataram said 19 of the 24 Bali bombers jailed will get sentence reductions. 

It is an Indonesian tradition to cut jail terms on holidays for some of the 
country's 105,000 inmates who exhibit good behavior, with only those sentenced 
to death or life in prison excluded. 

Authorities are expected to announce the length of the reductions on Wednesday, 
but on average terms are cut by a few months. 

Attorney Wirawan Adnan, who represented many of the Bali bombers including 
Bashir, said his clients deserve a break just like any other well-behaved 
inmate. 

This is quite common. This happens all over the world if you have been a good 
boy and don't cause trouble, Adnan said. 

We're talking about human rights, and everyone should be treated the same 
whether you are a murderer [or] rapist, he said. 

But Peter Hughes, a survivor who suffered serious burns in the Bali attacks, 
said the bombers should serve out their entire terms. 

We don't like it but there is not much we can do about, said Hughes of Perth, 
Australia. This is not justice. These guys are criminals and murders should be 
given heavy penalties without a reprieve. 

Bashir was sentenced in March to 30 months in jail for conspiracy in the Bali 
bombings that killed 202 people, many of them Australian tourists. 

Bashir insisted he was innocent and that his conviction was part of a US-led 
campaign to silence him. Prosecutors, who had demanded an eight year sentence 
and could have asked for death, were angry about the light sentence. 

Both sides appealed. But a Supreme Court earlier this month rejected the 
appeals and upheld the 30-month jail term. 

The US and its close ally Australia want Bashir to stay behind bars for as long 
as possible. The Australian Embassy in Jakarta had no comment yesterday about 
the sentence reduction. 

Jemaah Islamiyah is suspected in several other deadly attacks, including the 
2003 JW Marriott hotel bombing in Jakarta that killed 12 people, and the 
Australian Embassy bombing in September last year that killed 11.


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hkvgnfe/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124052904/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help
 tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an 

[ppiindia] Indonesia to cut sentences of Bashir, Bali bombers

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://jang.com.pk/thenews/aug2005-daily/14-08-2005/world/w5.htm

Important Notice: Jang Group of Newspapers web site can be accessed
only by using http://www.jang.com.pk and http://www.jang-group.com

Indonesia to cut sentences of Bashir, Bali bombers

JAKARTA: Militant Muslim cleric Abu Bakar Bashir, who is serving a 30-month 
jail term for his role in instigating the Bali bombings, will have his sentence 
cut as prisoners across Indonesia are granted leniency to mark Independence 
Day, local media reported Saturday.

Justice Minister Hamid Awaluddin said Bashir and some of the 24 other people 
jailed for their roles the 2002 Bali attacks would receive sentence remissions 
in conjunction with Wednesday's Independence Day celebrations, according to the 
Jakarta Post.

A Jakarta court in March sentenced Bashir to 30 months in jail for taking part 
in a conspiracy that led to the Bali bombings, which killed 202 people. The 
Australian government, which lost 88 citizens in the blasts, has expressed 
disappointment at Bashir's 30-month jail term and said it wanted a longer 
sentence.

Indonesia's Supreme Court this month rejected Bashir's final appeal to overturn 
his sentence. Tommy Suharto, the youngest son of former dictator Suharto who is 
serving a 10-year jail sentence for killing a judge, is also eligible for 
leniency, the Post said. He has regularly received sentence reductions.

In June the Supreme Court overturned his 15-year jail sentence for the murder 
and sentenced him instead to 10 years. Some 53,000 prisoners across Indonesia 
will have their sentences cut by up to seven months as the country celebrates 
its 60th anniversary, the state Antara news agency said.

The office of the justice ministry in Bali has proposed remissions for 19 of 24 
Bali bombers languishing in Kerobokan prison in the resort island, Antara 
quoted ministry official Mayun Mataram as saying.

Three Bali bombers on death row and the two others jailed for life are not 
eligible, he said.


[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hdr39g1/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124053369/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Final Agreement/MoU (RI-GAM)

2005-08-14 Terurut Topik Ambon

Ämne: «PPDi» Final Agreement/MoU (RI-GAM) has been distributed
Datum: den 14 augusti 2005 21:02


Exclusive News Flash: Final Text of Aceh Agreement   Tapol   Aug 14, 2005 03:26 
PDT  
[Note: Joyo Exclusive: This is the first time that the
text of the Final Agreement/MOU has been distributed. Joyo
has been asked by a highly reliable source to disseminate.]

Final Text

17 July 2005

Confidential, Not To Be Distributed

Memorandum of Understanding

between the Government of the Republic of Indonesia
and the Free Aceh Movement

The Government of Indonesia (GoI) and the Free Aceh
Movement (GAM) confirm their commitment to a peaceful,
comprehensive and sustainable solution to the conflict
in Aceh with dignity for all.

The parties commit themselves to creating conditions
within which the government of the Acehnese people can
be manifested through a fair and democratic process
within the unitary state and constitution of the
Republic of Indonesia.

The parties are deeply convinced that only the
peaceful settlement of the conflict will enable the
rebuilding of Aceh after the tsunami disaster on 26
December 2004 to progress and succeed.

The parties to the conflict commit themselves to
building mutual confidence and trust.

This Memorandum of Understanding (MoU) details the
agreement and the principles that will guide the
transformation process.

To this end the GoI and GAM have agreed on the
following:

1 Governing of Aceh

1.1 Law on the Governing of Aceh

1.1.1 A new Law on the Governing of Aceh will be
promulgated and will enter into force as soon as
possible and not later than 31 March 2006.

1.1.2 The new Law on the Governing of Aceh will be
based on the following principles:

a) Aceh will exercise authority within all
sectors of public affairs, which will be
administered in conjunction with its civil and
judicial administration, except in the fields of
foreign affairs, external defence, national security,
monetary and fiscal matters, justice and freedom of
religion, the policies of which belong to the
Government of the Republic of Indonesia in conformity
with the Constitution.

b) International agreements entered into by
the Government of Indonesia which relate to matters of
special interest to Aceh will be entered into in
consultation with and with the consent of the
legislature of Aceh.

c) Decisions with regard to Aceh by the legislature of
the Republic of Indonesia will be taken in
consultation with and with the consent of the
legislature of Aceh.

d) Administrative measures undertaken by the
Government of Indonesia with regard to Aceh will be
implemented in consultation with and with the consent
of the head of the Aceh administration.

1.1.3 The name of Aceh and the titles of senior
elected officials will be determined by the
legislature of Aceh after the next elections.

1.1.4 The borders of Aceh correspond to the borders as
of 1 July 1956.

1.1.5 Aceh has the right to use regional symbols
including a flag, a crest and a hymn.

1.1.6 Kanun Aceh will be re-established for Aceh
respecting the historical traditions and customs of
the people of Aceh and reflecting contemporary legal
requirements of Aceh.

1.1.7 The institution of Wali Nanggroe with all its
ceremonial attributes and entitlements will be
established.

1.2   Political participation

1.2.1 As soon as possible and not later than one year
from the signing of the MoU, GoI agrees to and will
facilitate the establishment of Aceh-based political
parties that meet national criteria. Understanding the
aspirations of Acehnese people for local political
parties, GoI will create, within one year or at the
latest 18 months from the signing of this MoU, the
political and legal conditions for the establishment
of local political parties in Aceh in consultation
with Parliament. The timely implementation  of
this MoU will contribute positively to this end.

1.2.2 Upon the signature of the MoU, the people of
Aceh will have the right to nominate candidates for
the positions of all elected officials to contest the
elections in Aceh in April 2006 and thereafter.

1.2.3 Free and fair local elections will be organized
under the new Law on the Governing of Aceh to elect
the head of the Aceh administrtion and other elected
officials in April 2006 as well as the legislature of
Aceh in 2009.

1.2.4 Until 2009 the legislature of Aceh will not be
entitled to enact any laws without the consent of the
head of the Aceh administration.

1.2.5 All Acehnese residents will be issued new
conventional identity cards prior to the elections of
April 2006.

1.2.6 Full participation of all Acehnese people in
local and national elections will be guaranteed in
accordance with the Constitution of the Republic of
Indonesia.

1.2.7 Outside monitors will be invited to monitor the
elections in Aceh. Local elections may be undertaken
with outside technical assistance.

1.2.8 There will be full transparency in campaign
funds.

1.3   Economy

1.3.1 Aceh has the right to raise funds 

[ppiindia] John Stone: The case for assimilation

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.theaustralian.news.com.au/common/story_page/0,5744,16258914%255E7583,00.html



John Stone: The case for assimilation
August 15, 2005 
SINCE London's July 7 bombings, the federal Government has been under pressure 
to address Australia's rapidly growing Muslim problem.

But it clearly still wants to avoid the real issues: the need to abandon 
outright our official multiculturalism policies and the need to sharply reduce, 
to the point of virtually halting, further inflow of people whose culture 
(Islam) is such that there can be no realistic hope of them ever integrating 
into Australian society. 

Recently on this page (July 22), I proposed six measures to begin addressing 
those issues. Even as that went to press, further London bomb attacks were 
attempted. A retired senior ASIO officer (backed by the Federal Police 
Commissioner) now says ASIO knows of about 60 Muslims resident here who have 
received training in terrorist activities such as bomb-making. 

Before I am accused of stirring up race hatred, the multiculturalism industry's 
invariable response when it lacks reasoned arguments, consider some figures. 

On July 22 I mentioned roughly 330,000 Muslims in Australia today. That was 
based on the 282,000 self-declared Muslims in the 2001 census (81,000 more than 
in 1996). But the census religious affiliation question is optional; 1,835,000 
people did not answer it in 2001. So 330,000 clearly understates the reality. 

 
 
  
  
 
 


A YouGov poll among Britain's Muslims immediately after the July 7 bombings 
(London's The Daily Telegraph, July 23) found 6 per cent believed them fully 
justified. A further 24 per cent, while not condoning the bombings, expressed 
sympathy with the feelings and motives of their perpetrators. Some 32 per cent 
believe Western society is decadent and immoral and Muslims should seek to 
bring it to an end. 

If we (complacently) assume that Britain's Muslim problem is three times as bad 
as ours, then only 2 per cent of our Muslims would find London-type bombings 
here fully justified. Even on that understated 330,000 figure, that means 6600 
murder-approving Australian Muslims. Likewise, another 8 per cent (26,400) will 
feel sympathy with the feelings and motives of those who, one day, will commit 
such atrocities here. On the same assumptions, more than 10 per cent (35,200) 
believe that Muslims should seek to bring our society to an end. 

How do our multiculturalism apologists ignore such figuring? Even if they feel 
their own, typically comfortable lives aren't in much danger, don't they care 
about other Australians (for example, those using public transport) likely to 
be killed or maimed when calamity strikes? Don't they have children, or 
grandchildren, who will live in an increasingly Muslim-influenced Australia? 

Here then are some more measures to help deal with the problem. First, cut back 
hard on giving welfare benefits to immigrants (genuine refugees excepted). The 
most powerful inducement to Muslim (and other) immigration into Britain has 
been the sheer munificence, for those involved, of social security benefits 
they receive. Anyway, why should Australian taxpayers foot such bills for those 
who, having chosen to live among us, then batten upon us? 

Second, debar funds from any country that denies genuine religious freedom 
coming to Australian religious institutions. Saudi Arabia, whose oil moneys 
have funded fundamentalist Islamic mosques, schools and media outlets 
throughout the world, is the obvious example. 

Third, the Australian Defence Force should be ordered to put more resources 
(and be given the necessary extra funding) into sealing our wide-open back door 
across Torres Strait from Papua New Guinea (the route taken, incidentally, by 
Peter Qasim seven years ago). 

Fourth, government spokespeople, federal and tate, must stop bowing to 
political correctness and start calling ethnically based crime by its real 
name. The Sydney Morning Herald editorialists tut-tutting about such 
truth-telling should read their own Natasha Wallace's chilling report (SMH, 
July 22) on the horrific series of 2002 Ashfield gang rapes by four brothers of 
Pakistani origin. 

Fifth, state governments (whose jurisdiction it is) should follow the Italian 
Government's recent lead and forbid the public wearing of identity-concealing 
garments such as the burka or the chador, which not only exclude Muslim women 
from society but can also cover bomb belts. If that were to deter Muslims from 
coming here, or induce some existing Muslim residents to go home, both results 
could be borne with equanimity. 

Finally, make the 2006 census religious affiliation question compulsory. 

In short, we must fundamentally rethink our immigration policies and our 
official policies of multiculturalism (that is, non-assimilation). Our future 
immigration policy should focus on whether those concerned are capable of 
assimilating into 

[ppiindia] Dari Warung Global Interaktif Bali Post

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/8/15/b1.htm


Dari Warung Global Interaktif Bali Post
Jangan Sunat Dana Pendidikan biar tak Mahal

Pendidikan murah, walau banyak bantuan yang sudah dikucurkan untuk membantu 
meringankan beban dana yang dikeluarkan. Tentu hal ini menimbulkan banyak 
harapan dan juga pertanyaan kepada pengelola sekolah, baik kepala sekolah 
maupun komite sekolah. Sebuah indikasi muncul berupa ketidakpercayaan 
masyarakat tentang penyaluran dana bantuan pendidikan. Apakah bantuan tersebut 
nantinya akan langsung dapat diterima oleh yang berhak? Akankah dana pendidikan 
tidak disunat? Orangtua murid tentu tidak mengharapkan seperti itu. Asalkan 
pendidikan yang didapatkan oleh murid ini disesuaikan dengan apa yang dibayar, 
membayar mahal sesungguhnya bukan masalah. Tetapi terkadang kita membayar namun 
mutu yang kita dapatkan jauh dari harapan. Yang sering dirasakan orangtua 
murid, pihak sekolah hanya berorientasi pada uang, namun kurang memperhatikan 
kualitas. Pemerintah dan masyarakat mestinya ikut memperhatikan dan mengontrol 
dunia pendidikan, jangan biarkan mahal. Demikian antara lain opini kawan Global 
dalam acara Warung Global Radio Global FM Bali 96,5 Kinijani, Sabtu (13/8) 
lalu. Acara ini juga dipancarluaskan oleh Radio Genta Swara Sakti Bali dan 
Radio Singaraja FM. Berikut rangkuman selengkapnya.

-

Nyoman Ledang di Denpasar menyatakan bahwa indikator yang disampaikan oleh 
Gubernur Bali adalah salah satu yang mencerminkan bahwa kepala sekolah-kepala 
sekola dan Dinas Pendidikan masih belum bisa dipercaya dalam pengelolaan dana 
bantuan tersebut, sering nyantol di jalan sehingga tidak sampai di anak didik. 
Oleh karena itu, masyarakat dari seluruh lini yang berkait erat dengan 
pendidikan tentu harus lebih banyak menampakkan kejujuran. Jadi apa yang 
digulirkan oleh Gubernur merupakan satu syarat bahwa pengetatan dana pendidikan 
yang dikelurkan sebanyak Rp 62 milyar harus dilaksanakan, digunakan sesuai 
dengan kebutuhan dan sampai pada anak didik dalam proses belajar mengajar di 
sekolah. Demikian juga kesejahteraan guru, pembangunan gedung-gedung sekolah 
harus sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan.

Sementara itu, Jujur di Sanglah mengatakan bahwa semua jadi tukang sunat. Kalau 
kita dari pertama yang namanya duit sudah wanti-wanti berarti pengelola itu 
tidak percaya. Kalau sampai kita menyebut jangan disunat berarti indikasinya 
kita curiga kepada orang yang mendapatkan dana itu. Ini kalau kita rasakan dari 
bahasa yang diungkapkan. Kalau akan terjadi hal seperti itu, artinya 
pengelolaan-pengelolaan dana untuk masyarakat umum sudah tidak kita percayakan 
kepada putra-putra bangsa seperti pendidikan ini. Kalau dikaitkan dengan 
kesejahteraan selama kita hidup dan disertai perubahan zaman, sebesar apa pun 
kekayaan yang ada tidak akan tercukupkan. Sebagai orangtua murid dirinya tidak 
mengharapkan seperti itu asalkan pendidikan yang didapatkan oleh murid ini 
disesuaikan dengan apa yang kita bayar. Kadang-kadang kita membayar tetapi mutu 
yang kita dapatkan jauh dari harapan masyarakat. Yang sering kita rasakan, 
mereka hanya berorientasi pada uang. Inilah penyesalan-penyesalan sebagai 
orangtua. Kalau ada seperti ini, mendapatkan subsidi dari pemerintah alangkah 
baiknya dijadikan barang dan barang-barang itu memang dibutuhkan oleh siswa itu 
sendiri, karena kalau berupa uang akan dicarikan celah-celah untuk dialokasikan 
pada hal-hal yang tidak penting. 

Kak Nges di Denpasar mengungkapkan bahwa di beberapa SD dan SMP di Payangan 
guru dan anggota komite belum mengadakan rapat untuk membahas dana BOS. Di 
Kabupaten Gianyar masing-masing sekolah masih memberlakukan dana komite 
masing-masing, ada yang Rp 3.000, ada yang Rp 4.000 per bulan untuk anak SD, 
dan untuk SMP ada yang Rp 30.000 per bulan. Tetapi idealnya sekolah itu 
membutuhkan dana Rp 57.500, sementara dana bOS untuk SMP sebesar Rp 27.500. 
Mereka juga bersyukur ada dana dari pemerintah sehingga meringankan beban 
siswa. Di Klungkung untuk SD dan SMP gratis, sementara di salah satu SMK swasta 
mereka masih memberlakukan SPP. SMP Negeri di Badung khususnya Kecamatan Mengwi 
SMP 4 Mengwi pihak sekolah dan komite akan melakukan rapat, sementara SMP 1 
Mengwi ada peningkatan dari Rp 25.000 menjadi Rp 50.000. Kak Nges mengaku 
sempat kaget, karena alasan sekolah menuju sekolah standar nasional, dan itu 
sudah disepakati oleh orangtua murid dan kita tahu rata-rata/90% orangtua murid 
mampu. Dia merasa dana BOS ini sangat berarti bagi anak-anak yang tidak mampu, 
tetapi tiap sekolah mempunyai metode masing-masing. Terkait dana-dana bantuan 
pendidikan ini pula diharapkan peran serta masyarakat untuk mengawasi 
perjalanan uang tersebut.

Lintang di Gianyar menyarankan, semestinya pemerintah ikut campur, ikut 
memperhatikan dunia pendidikan, jangan biarkan mahal. Lintang yang guru SMA ini 
mengharapkan adanya peranan antara masyarakat dan pemerintah bersama-sama 

[ppiindia] Pengalaman korban peristiwa 65 adalah guru besar bangsa

2005-08-14 Terurut Topik Umar Said

Ajakan renungan  A. Umar Said

(Tulisan berikut di bawah ini juga disajikan dalam website
 http://perso.club-internet.fr/kontak)


PENGALAMAN KORBAN PERISTIWA 65

 ADALAH GURU BESAR BANGSA







Ketika kita memperingati “40 tahun peristiwa 65” apa sajakah yang perlu kita
kenang kembali atau kita tarik sebagai pelajaran penting bagi bangsa kita
dewasa ini dan juga untuk anak-cucu kita di kemudian hari ? Boleh dikatakan,
semuanya! Semua soal yang berkaitan dengan peristiwa 65 adalah penting.
Karena itu,  masalah peristiwa 65 adalah rumit, dan bersegi banyak. Dalam
persoalan besar yang sangat bersejarah bagi bangsa dan Republik Indonesia
ini ada aspek PKI, ada aspek Bung Karno, aspek TNI-AD, aspek Suharto, aspek
golongan Islam, aspek CIA. Di dalamnya terdapat juga faktor sejarah, faktor
politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dan semuanya itu ada
sangkut-pautnya  - secara langsung atau tidak langsung -  dengan banyak
persoalan dalamnegeri dan internasional pada waktu itu.



Mengingat begitu besar dampak peristiwa 65 untuk kehidupan bangsa kita, maka
sebaiknya (atau sepatutnya ) makin banyak orang bisa menulis tentang itu
semua. Sehingga berbagai masalah peristiwa 65 bisa dilihat secara
betul-betul jernih dan juga secara menyeluruh. Karena, seperti kita saksikan
sendiri masing-masing selama ini, banyak sekali soal yang berkaitan dengan
peristiwa 65 telah diputarbalikkan, direkayasa, dipalsukan, dibohongkan,
disulap dan “divermaak” oleh Orde Baru. Dan dalam jangka waktu yang lama
sekali pula, yaitu lebih dari 32 tahun !!! Jadi, tidak tanggung-tanggung.



Dalam tulisan yang kali ini titik berat diletakkan pada ajakan kepada semua
untuk merenungkan bersama masalah penganiayaan dan penyiksaan  yang
dilakukan oleh para pembangun rejim militer Orde Baru. Karena, penganiayaan
biadab dan penyiksaan sadis adalah salah satu di antara banyak “senjata
ampuh” yang dipakai oleh Orde Baru dalam melumpuhkan kekuasaan Bung Karno
dan dalam memukul PKI beserta pendukung-pendukungnya.  Penganiayaan dan
penyiksaan (yang dilakukan dalam berbagai bentuk)  adalah suatu cara rejim
militer Orde Baru untuk kemudian melakukan terror permanen di seluruh
negeri, guna memperkokoh cengkeraman kekuatan militernya. Dalam arti
tertentu, bisalah kiranya disimpulkan bahwa penganiayaan dan terror adalah
satu dan senyawa dengan Orde Baru.





PUNCAK KEBIADABAN DALAM SEJARAH BANGSA



Barangkali, penganiayaan dan penyiksaan oleh kesatuan-kesatuan TNI-AD (dan
kalangan kecil dari golongan Islam) terhadap anggota, simpatisan  dan
kader-kader PKI dan pendukung Bung Karno, merupakan puncak kebiadaban yang
pernah dibikin oleh segolongan kecil bangsa kita.terhadap sesama
warganegara. Dan, mungkin juga, puncak kebiadaban yang mengerikan ini adalah
satu-satunya yang muncul dalam sejarah bangsa Indonesia. Mudah-mudahan,
Insya Allah!



Kalau mengingat betapa hebatnya penganiayaan atau sadisnya penyiksaan
terhadap begitu banyak orang yang ditangkap dan diinterogasi oleh aparat
militer maka kita bisa bertanya-tanya apakah bangsa kita ini masih pantas
dinamakan bangsa yang beradab? Apakah kita bisa membanggakan diri sebagai
bangsa yang majoritasnya pemeluk agama?



Selama 32 tahun pemerintahan rejim militer Suharto dkk orang tidak bisa dan
juga tidak berani buka suara tentang kebiadaban, kebuasan, dan kebengisan
yang terjadi dalam tahun-tahun pertama ketika Suharto dkk menyerobot
kekuasaan dari tangan Bung Karno. Sebab, berani buka suara waktu itu berarti
pasti menghadapi penangkapan dan penganiayaan.



Baru setelah Suharto dengan Orde Barunya dipaksa turun dari kekuasaan dalam
tahun 1998, sedikit demi sedikit muncullah beraneka ragam cerita dan
kesaksian tentang betapa hebatnya penganiayaan dan penyiksaan terhadap para
korban. Sebagian kecil sekali dari cerita dan kesaksian ini sudah mulai
diketahui oleh publik melalui, antara lain :  wawancara, artikel atau
tulisan dalam majalah, memoire dalam bentuk buku.



Mengingat banyaknya kasus penganiayaan dan hebatnya penyiksaan, dan
mengingat juga besarnya  jumlah orang yang telah menderita perlakuan yang
tidak berperikemanusiaan ini, maka kiranya kita semua perlu mendorong
sebanyak mungkin orang untuk terus menulis tentang itu semua lebih banyak
lagi. Menulis (atau menceritakan) tentang kebiadaban penganiayaan dan
penyiksaan yang telah dilakukan oleh sebagian golongan militer (dan sebagian
kecil golongan Islam pada waktu itu) merupakan tugas penting generasi bangsa
kita dewasa ini. Sebab, kalau tugas penting ini tidak dikerjakan sekarang,
maka saksi-saksi hidupnya akan makin berkurang atau banyak pelaku-pelaku
sejarahnya yang sudah keburu meninggal dunia.





BESARNYA DAN LUASNYA PENGANIAYAAN



Sekadar untuk menyegarkan kembali ingatan kita bersama, pada akhir tahun
1965, dan dalam tahun-tahun 1966 dan 1967, hampir seluruh pemimpin dan kader
PKI dari berbagai tingkat (propinsi, kabupaten, kota besar dan kota madya,
kecamatan, bahkan kelurahan) di 

[ppiindia] Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
HARIAN KOMENTAR
15 August 2005 


Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan  


Aliansi Gerakan AntiPemurtadan (AGAP) Kota Cimahi bersama beberapa Organisasi 
Massa (Ormas) Islam dan masyarakat, Minggu (14/08) kemarin meminta agar 13 
rumah ibadah di Perumahan Permata Cimahi dihentikan seluruh aktivitasnya. 
Alasan mereka, kegiatan ibadah umat Kristen itu tidak mempunyai izin. 

Ketua AGAP M Mu'min SE mengatakan, permintaan peng-hentian tersebut dilakukan 
me-lalui cara persuasif dengan mendatangi para pendeta ge-reja. Para pendeta 
gereja ter-sebut diminta untuk me-nandatangani surat pernya-taan penghentian 
kegiatan ser-ta akan mengembalikan fungsi bangunan sebagaimana mes-tinya, 
katanya di Masjid Zam-rud Permata Cimahi. 

Ia mengatakan, ke-13 gereja tersebut tidak mempunyai su-rat izin yang jelas. 
Mereka meng-gunakan tempat tinggalnya un-tuk dijadikan pusat kegiatan agama 
seperti kebaktian, seko-lah minggu dan kegiatan lain-nya yang aktivitasnya sama 
de-ngan gereja, katanya. 
Kegiatan yang kami lakukan bersama teman-teman Forum Pembela Islam (FPI), 
Barisan AntiPemurtadan dan Korps Pe-muda Daulah Islamiyah dan warga masyarakat 
sekitar bu-kanlah untuk menghalangi ke-giatan ibadah umat non-Mus-lim, 
katanya. 

Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa yang merupakan Surat 
Keputusan Bersama (SKB) dari Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota 
yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat dialihfungsikan menjadi 
tempat kegiatan ibadah. 

Sejak pukul 09:00 WIB kema-rin, ratusan massa dan warga masyarakat telah 
mendatangi empat gereja yaitu yang berada di RW 14, RW 05, RW 12 dan RW 5, 
termasuk sebuah klinik pengobatan Anugerah. Mereka membagi menjadi tiga 
kelom-pok utusan, masing-masing menjelaskan maksud keda-tangan, negosiator dan 
penan-datanganan. Kelompok perta-ma bertugas untuk menjelaskan maksud 
kedatangannya ke setiap gereja. Setelah itu, kelom-pok negosiator bertugas 
untuk melakukan negosiasi dengan pendeta untuk menandatangani surat pernyataan 
dan untuk se-lanjutnya penandatanganan su-rat pernyataan. Aksi yang dila-kukan 
ratusan massa tersebut berlangsung aman. Tidak ada tindakan anarkis yang 
terjadi diantara kedua belah pihak. 

Massa yang memakai atribut masing-masing Ormas tersebut didampingi oleh tokoh 
masya-rakat dan pihak kepolisian. 

Menurut Ketua RW 14 Agus Sucipto, bersama dengan pihak kepolisian, tokoh 
masyarakat serta AGAP telah mendatangi satu persatu pendeta gereja. Kami 
bersyukur karena me-reka bersedia menandatangani surat pernyataan akan 
meng-hentikan kegiatan, katanya. 

Agus juga mengatakan, ke-giatan beberapa gereja tersebut diantaranya sudah 
berlangsung selama lebih dari 10 tahun.
 
Upaya yang telah dilakukan oleh warga masyarakat melalui Ketua RT dan RW 
adalah de-ngan mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan hal ini te-tapi 
ternyata himbauan-himbau-an kami tidak diindahkan, katanya. 

Saya sebagai Ketua RW telah melaporkan hal ini ke pihak ke-polisian dan 
kecamatan. Dan sudah semestinya Walikota Ci-mahi juga sudah mengetahui-nya, 
tambahnya. Menurut Ke-tua RT 06 RW 14 Yanto, satu hal yang paling mengganggu 
adalah banyaknya mobil yang parkir di sekitar gereja yang tentu saja 
menghalangi rumah tinggal lain-nya. Tetapi, lanjut Yanto, hal tersebut sudah 
dipenuhi oleh pemilik gereja tersebut dengan memindahkan lahan parkirnya ke 
tempat lain. 
Tetapi sayang, taman yang merupakan fasilitas umum ma-lah diratakan menjadi 
lahan parkir. Sehingga hal ini menjadi tambahan masalah, katanya. 

Ketika sekitar pukul 14:00 WIB massa mendatangi rumah yang dijadikan gereja 
milik Pen-deta Gunawan Immanuel, dan ia tidak bersedia ditemui. Te-tapi menurut 
sebuah sumber, Gunawan telah bersedia menan-datangani surat pernyataan untuk 
menghentikan aktivitas gerejanya. Gereja yang telah didatangi oleh AGAP adalah 
gereja milik Pendeta M Sibarani, Pendeta Henokh Herminutoyo, Pendeta Theo dan 
Pendeta Gunawan Immanuel.(ant/*) 

   
© Copyright 2003 Komentar Group. All rights reserved. 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hmbt3lt/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124065828/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take
 a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who 
cares about public education/a!/font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung 

[ppiindia] Ada Krisis dan Ada Krisis

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/utama/1979013.htm

 

ANALISIS EKONOMI 

Ada Krisis dan Ada Krisis


Oleh: Hadi Soesastro

Cepat atau lambat pemerintah harus membuat keputusan menaikkan harga bahan 
bakar minyak. Apabila kebijakan itu dilakukan tanpa dialog intensif dengan 
masyarakat, pemerintah akan menghadapi banyak tentangan.

Masyarakat sudah menjadi manja sehingga sulit mengambil kembali subsidi yang 
sudah diberikan karena telanjur dianggap sebagai hak mereka, kendati tak 
disangkal bahwa masyarakat berpendapatan rendah akan merasakan beban tambahan 
yang semakin memberatkan mereka. Selain itu, seruan Presiden Susilo Bambang 
Yudhoyono yang dinilai tidak memihak rakyat tentunya akan didengungkan lagi.

Sangat mungkin Presiden Yudhoyono menjadi semakin ragu-ragu mengambil tindakan 
yang diperlukan untuk menepis datangnya krisis ekonomi baru. Keadaan ini 
sebenarnya menunjukkan bahwa kini kita sudah berada dalam suatu krisis. 
Krisis ini adalah krisis penadbiran (governance) dan berkaitan dengan 
ketidakberdayaan pemerintah mengambil kebijakan yang rasional karena disandera 
oleh kekeliruan yang berlarut-larut.

Berkaitan dengan itu, harus ada kebijakan rasional yang sedikitnya mempunyai 
beberapa komponen.

Komponen pertama, kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diterapkan 
telah menjadi sumber penyakit. Gagasan dasar BBM harus disediakan dengan harga 
semurah mungkin sebenarnya tidak keliru. Pengertian ini harus diterjemahkan 
sebagai upaya untuk selalu meningkatkan efisiensi dalam penyediaannya.

Namun, sejak lama ada keraguan dalam masyarakat tentang efisiensi Pertamina. 
Selain itu, minyak tanah yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat 
berpendapatan rendah juga dikonsumsi kalangan lain yang punya sumber alternatif 
(LPG dan listrik). Hal ini disebabkan sulitnya menerapkan harga minyak tanah 
yang berbeda untuk konsumen yang berbeda. Padahal, harga minyak tanah untuk 
rumah tangga selama bertahun-tahun ditetapkan jauh di bawah biaya produksinya.

Harga beberapa jenis BBM lain, seperti minyak solar, minyak diesel, dan minyak 
bakar, ikut terdistorsi. Penyebabnya, minyak tanah mudah dipakai sebagai 
pengganti minyak solar. Selama bertahun-tahun jenis BBM ini disubsidi bukan 
karena alasan sosial atau ekonomi, tetapi karena alasan teknis. Maksud subsidi 
pun sudah jauh melenceng.

Komponen kedua, prinsip dan cara penyesuaian harga BBM. Karena penyediaan BBM 
di dalam negeri telanjur menjadi masalah politis, maka kebijakan penetapan 
harga BBM tidak bisa diserahkan kepada pasar, seperti di Filipina atau 
Thailand. Padahal, sebagai negara pengimpor minyak, Filipina dan Thailand 
posisinya lebih rawan daripada Indonesia.

Penyesuaian harga BBM yang mencerminkan keadaan pasar merupakan kebijakan yang 
rasional. Kebijakan ini menjamin kelangsungan penyediaannya. Di Indonesia 
konsumen tidak pernah dididik untuk menghargai nilai BBM. Bahkan masyarakat 
dininabobokan dengan mitos Indonesia mempunyai sumber alam, termasuk minyak, 
yang berlimpah-limpah. Harga BBM di dalam negeri tidak boleh disandingkan 
dengan harga di pasar internasional.

Bahkan ada kepercayaan pasar BBM di dalam negeri layak diinsulasi dari pasar 
internasional. Akibat dari kepercayaan ini, penyesuaian harga BBM dalam 
praktiknya ditentukan oleh kemampuan (atau, lebih tepat, ketidakmampuan) 
keuangan pemerintah untuk membiayai subsidi BBM. Kemampuan itu bisa berubah 
mendadak sehingga penyesuaian harga BBM sering kali menimbulkan gejolak (shock) 
secara ekonomis dan psikologis.

Masyarakat semakin tidak dibuat mengerti mengapa harga harus mengalami 
perubahan. Penyesuaian harga BBM pun mudah menjadi sasaran sandera politik oleh 
berbagai pihak. Apabila kemampuan keuangan negara menurun, tetapi pemerintah 
tidak mempunyai keberanian politik untuk mengurangi subsidi, yang terjadi 
adalah realokasi dalam pengeluaran pemerintah. Subsidi yang dikeluarkan dari 
anggaran pemerintah relatif lebih banyak dinikmati mereka yang tak berhak 
menerima.

Realokasi pengeluaran anggaran diambil dari berbagai program pemerintah yang 
sebenarnya lebih banyak dinikmati penduduk berpendapatan rendah (pendidikan dan 
kesehatan). Kebijakan subsidi BBM untuk membantu penduduk berpendapatan rendah 
ternyata menimbulkan ketimpangan yang semakin besar.

Komponen ketiga, cara membantu penduduk berpenghasilan rendah. Subsidi kepada 
penduduk berpendapatan rendah adalah kebijakan yang absah. Kebijakan yang 
rasional adalah memberikan subsidi langsung kepada mereka yang membutuhkan. 
Kebijakan ini bukan kompensasi. Sebab, subsidi diberikan bukan untuk 
mengganti kerugian karena harga BBM dinaikkan, tetapi sebagai bantuan bagi 
kelompok penduduk tertentu.

Rumusan ini tak boleh rancu. Jika memang ada kesepakatan nasional membantu 
penduduk miskin, perlu kejelasan tentang siapa yang dianggap miskin dan di mana 
mereka. Pemerintah sudah diberi waktu sejak tahun 1998 untuk menetapkan, 
melakukan pendataan, dan menciptakan mekanisme yang tangguh 

[ppiindia] Perjanjian Damai di Mata Para Prajurit

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/utama/1978960.htm

 

  Perjanjian Damai di Mata Para Prajurit 

  Oleh: Ahmad Arif dan Prasetyo Eko



  Ketika para petinggi Indonesia-Gerakan Aceh Merdeka bersiap-siap 
menandatangani kesepahaman tentang Aceh Damai di Helsinki, Finlandia, para 
serdadu kedua pihak di Nanggroe Aceh Darussalam menanti dengan harap-harap 
cemas.

  Tertutupnya materi naskah kesepahaman itu membuat mereka, terutama 
kalangan TNI/Polri, lebih berdebar lagi.

  Kami hanya bisa berharap ksepahaman itu benar-benar bisa mewujudkan 
perdamaian di Aceh. Apa pun isinya, Aceh tetap harus menjadi bagian dari NKRI 
(Negara Kesatuan Republik Indonesia-Red). Bertahun-tahun kami berperang untuk 
menjaga hal itu, kata seorang anggota marinir yang ditemui sedang duduk-duduk 
di pos penjagaan Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara, Minggu (14/8).

  Namun, di dalam hati kecilnya, lelaki berpangkat prajurit satu yang 
pernah bertugas selama 12 bulan semasa darurat militer itu mengaku masih belum 
yakin kedamaian benar-benar akan terwujud di Aceh.

  Waswas dan curiga pastilah masih kami rasakan. Akan tetapi kami hanya 
wayang, harus taat perintah. Disuruh menembak, akan kami lakukan. Dilarang 
menembak, juga akan kami lakukan, walaupun mungkin dengan berat hati, katanya 
menuturkan.

  Seorang temannya menambahkan, Kami dikirim ke Aceh dengan tujuan melawan 
(pemberontakan-Red) GAM. Rasanya aneh sekarang kalau kami tidak boleh menembak 
mereka. Apalagi katanya senjata GAM baru akan diserahkan mulai 15 September 
2005, artinya selama sebulan mereka bisa berhadap-hadapan dengan kami di kota 
dengan kondisi sama-sama memegang senjata. Apa bisa? katanya.

  Para prajurit yang terbiasa bertempur di lapangan itu resah karena tidak 
boleh berpatroli lebih dari 750 meter dari pos masing-masing. Artinya, mereka 
tidak diperbolehkan bereaksi saat melihat sosok yang selama ini mereka kejar 
asalkan jaraknya lebih dari 750 meter dari pos terkait. Semoga kali ini benar- 
benar damai sehingga kalaupun kami pulang bisa dengan tenang dan tak lagi 
dipanggil kemari, katanya.

  Kebingungan seperti itu jelas terasa di kalangan para prajurit. Naskah 
kesepahaman Aceh Damai yang rencananya ditandatangani hari Senin (15 Agustus 
2005) ini memang masih misteri dan menimbulkan tanda tanya bagi mereka. Hanya 
para petinggi yang terlibat dalam pembuatan naskah itu saja yang tahu isinya.

  Bukan hanya para prajurit, bahkan Kepala Kepolisian Daerah NAD Inspektur 
Jenderal Bahrumsyah dan Komandan Satuan Tugas Informasi Komando Operasi 
Pemulihan Keamanan Aceh Letkol Erie Soetiko juga mengaku hanya bisa menunggu 
hingga kesepahaman itu ditandatangani. Kami percaya para petinggi negara ini 
akan melakukan yang terbaik untuk RI. Kami memang bertanya-tanya soal isi 
perjanjian itu, tapi kami hanya bisa menunggu, kata Erie.

  Bahrumsyah mengatakan, implementasi penandatanganan naskah kesepahaman 
itu memang mencuatkan banyak tanda tanya, terutama mengenai mekanisme 
perlucutan senjata para anggota GAM. Saya benar-benar tidak tahu bagaimana 
proses penyerahan senjata itu. Semua itu ditangani Aceh Monitoring Mission 
(AMM) tanpa melibatkan kami. Kami hanya bisa berharap, perjanjian kali ini 
berhasil. Tetapi, kami juga menyiapkan rencana terburuk, dan jika perjanjian 
damai ini dikhianati kami akan panggil lagi TNI dan mungkin akan lebih dahsyat 
dibandingkan dengan darurat militer yang lalu, katanya.

  Kegamangan juga terasa di pihak GAM. Juru bicara GAM Wilayah Pase Tengku 
Jamaika hingga hari terakhir menjelang penandatanganan naskah damai masih juga 
ragu dengan implementasinya di lapangan. Berkali-kali dia mengabarkan kepada 
rekan-rekan media bahwa mereka masih gamang turun gunung dan berhadapan dengan 
TNI/Polri. Kami masih diburu terus. TNI masih berpatroli lebih dari 750 meter 
dari pos, kata Jamaika.

  Kian memanas

  Di hari-hari terakhir menjelang penandatanganan kesepahaman tersebut, 
suasana kian memanas dan desing peluru masih juga terdengar. Sabtu lalu sekitar 
pukul 21.00, kembali terdengar rentetan tembakan di Desa Meunasah Pantai, 
Kecamatan Baktiya Barat, Aceh Utara. Meski tidak sampai menimbulkan korban, 
tapi warga masih dicekam ketakutan. Gimana tidak takut, peluru itu tidak punya 
mata. Kami hanya bisa tiarap di lantai bersama anak- anak, ujar seorang warga 
setempat.

  Sehari sebelumnya, Jumat sekitar pukul 08.20, Kopral Dua Ignatius Arbeni 
dari Brigade Infanteri I Marinir Satgas Muara terluka parah dibacok di Pasar 
Peusong, Lhok Seumawe. Pelaku pembacokan pun tewas ditembak rekan korban.

  Ketua Front Perlawanan Separatis GAM (FPSG) Sofian Ali di Bireuen 
mengatakan, menjelang penandatangan kesepahaman tentang Aceh Damai masih 
terjadi penculikan terhadap beberapa anggotanya. Menurut dia, dalam satu bulan 
terakhir sembilan anggotanya hilang diculik.

  Sofian juga bertanya-tanya, kenapa naskah damai itu disembunyikan dari 

[ppiindia] Arti 15 Agustus bagi Aceh dan Papua

2005-08-14 Terurut Topik Ambon


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/opini/1976658.htm

 

  Arti 15 Agustus bagi Aceh dan Papua 

  Oleh: Dupito D Simamora



  Pada hari ini, 15 Agustus 2005, di Helsinki, Pemerintah Indonesia dan 
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menandatangani nota kesepahaman untuk mengakhiri 
konflik berkepanjangan di Serambi Mekkah itu.

  Empat puluh tiga tahun lalu, tepatnya 15 Agustus 1962, Indonesia 
menandatangani kesepakatan dengan Belanda mengenai penyelesaian isu Papua yang 
disebut sebagai New York Agreement (NYA) atau Kesepakatan New York.

  Saat kita membicarakan GAM di Helsinki, masalah Papua mendapatkan liputan 
luas. Pemicunya, lolosnya RUU Kongres AS 2601 di tahap pertama, yang memuat 
kewajiban Menlu AS melapor pada Kongres mengenai efektivitas Otonomi Khusus 
Papua dan keabsahan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969. Kesamaan tanggal 
antara MoU Helsinki dan NYA barangkali sebuah kebetulan saja.

  RUU 2601 dan Papua

  Peran AS tak dapat dipungkiri sangat besar dalam pencapaian NYA dengan 
menekan dan bahkan mengancam Belanda agar berunding serius dengan RI. Duta 
Besar AS Ellsworth Bunker, ditunjuk oleh Penjabat Sekjen PBB U Thant saat itu 
untuk mewakilinya dalam perundingan tersebut. Meski Bunker mewakili U Thant, ia 
juga mewakili posisi dan pandangan AS atas perdebatan RI dan Belanda.

  Adalah suatu pengingkaran sejarah apabila pemerintah AS, kini dan di masa 
datang, lari dari komitmennya atas Papua. Dukungan penuh Presiden AS George W 
Bush lebih merupakan penegasan kembali komitmen AS.

  Kebetulan penulis bersama anggota Kongres Eni Faleomavaega pernah hadir 
di seminar dekolonisasi PBB di Havana tahun 2001. Kehadiran dia di seminar 
tersebut sehubungan dengan posisi Samoa Amerika, daerah asalnya, hingga kini 
tercatat sebagai salah satu dari 16 wilayah yang belum berpemerintahan sendiri 
di PBB.

  Bukannya menawarkan pemecahan masalah Samoa Barat, Eni langsung menyerang 
kebijakan Indonesia di Papua dan menghimbau peninjauan Pepera. Menanggapi hal 
tersebut, disampaikan bahwa seminar tersebut diselenggarakan untuk membahas 
penyelesaian 16 wilayah yang belum berpemerintahan sendiri. Isu lain tidak 
relevan untuk dibahas dalam forum ini.

  Dapat dicatat bahwa pemikiran Faleomavaega, termasuk pengajuan RUU 2601, 
konsisten dengan sikapnya memperjuangkan kepentingan Pasifik Selatan di AS. 
Upaya seperti ini perlu di-counter agar tidak menimbulkan persepsi dan 
keputusan yang keliru pula.

  Internasionalisasi?

  Masalah Aceh seperti Papua 'dicoba' diselesaikan dengan melibatkan pihak 
luar. Papua melibatkan Pemerintah AS dan PBB sementara Aceh melalui Crisis 
Management Inititiative (CMI) pimpinan Marti Ahtisaari dan sebelumnya melalui 
Henry Dunant Center (HDC). Kalau pelibatan itu disebut sebagai 
internasionalisasi tidak sepenuhnya tepat. Selama Indonesia tetap memegang 
kendali terhadap hasil akhir implementasinya tidak perlu ada kekhawatiran yang 
berlebihan. Keterlibatan internasional hanya sebagai fasilitator dan monitoring 
implementasinya. Tidak ada hidden agenda yang dapat menjadi bom waktu di 
kemudian hari.

  Kesepakatan New York menyelesaikan masalah antara penjajah (Belanda) dan 
terjajah (Indonesia) di mana Papua sebagai bagian yang tak terpisahkan. 
Sementara MoU Helsinki tidak dapat disebut sebagai perjanjian internasional. 
GAM bukan subyek hukum internasional, terlebih dengan pengakuan eksplisit wakil 
GAM bahwa MoU tersebut ditandatangani dalam kerangka NKRI.

  Kesepakatan New York dan MoU Helsinki harus bersifat final - bukan 
sasaran antara. Namun demikian, the devil is in the details, dapat memicu 
permasalahan di masa depan, maka harus diantisipasi sedemikian rupa agar tidak 
dimanfaatkan untuk tujuan lain. Kesepakatan New York misalnya bukan hanya 
kerangka akan tetapi merupakan penyelesaian akhir dari permasalahan bilateral, 
sementara the details termasuk Pepera berada dalam jiwa dan semangat untuk 
mengembalikan Papua ke pangkuan ibu pertiwi.

  Sebagai isu 'internasional' atau lebih tepat isu bilateral, masalah Papua 
telah selesai dengan ditandatanganinya dan dilaksanakannya Kesepakatan New York 
(1962 dan 1969). Indonesia telah melaporkan hasil pelaksanaan kepada Sekretaris 
Jenderal PBB dan hasil tersebut telah diterima oleh Majelis Umum PBB 2504 (XV) 
tahun 1969. Penerimaan itu menyimpulkan PBB telah melakukan peranan sebagai 
mediator antara Belanda dan Indonesia.

  Belanda juga menyetujui implementasi kesepakatan itu lewat pernyataan 
Menlu Belanda JM Luns di sidang Majelis Umum 13 November 1969. .the 
Netherlands Government is prepared to recognize and to abide by the outcome of 
the act of self-determination as stipulated in the paragraph 2 of article XXI 
of the 1962 Agreement. Luns menambahkan bahwa Pemerintah Belanda . does not 
consider the method adopted by the Indonesian Government to be, in itself, 
contrary to the provisions of the Agreement, which left 

[ppiindia] Indonesia Bangsa Maritim, Riwayatmu Kini

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
Refleksi: Riwayatmu kini hanya 'tjerita tempo doeloe'


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/opini/1976751.htm

 
Indonesia Bangsa Maritim, Riwayatmu Kini 
Oleh: DJOKO SUMARYONO



Beberapa hari lagi bangsa Indonesia akan memperingati Hari Ulang Tahun Ke-60 
Kemerdekaan RI, yakni 17 Agustus 2005.

Sebagaimana menyambut bulan Agustus pada tahun-tahun sebelumnya, segenap insan 
Indonesia mulai dari tingkat RT sampai dengan tingkat nasional merayakan hari 
ulang tahun kemerdekaan itu dengan berbagai cara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mencoba membuka wacana kita semua untuk 
merenungkan dan mengkaji kembali, apakah selama kita merdeka ini kita telah 
mensyukuri karunia nikmat Tuhan Yang Maha Esa berupa alam Nusantara dengan 
keunggulan geografis yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa maritim.

Sudahkah kita bertanggung jawab kepada Sang Maha Pencipta untuk mengisi 
kemerdekaan itu dengan mengelola kekayaan geografis itu secara konstruktif? 
Sudahkah kita membuat suatu rencana strategis untuk membangun potensi wilayah 
maritim kita ini, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang 
sebagai landasan bagi segenap komponen bangsa di setiap periode untuk 
memanfaatkan keunggulan geografis yang kita miliki tersebut. Sudahkah kita 
memelihara karunia itu melalui pembangunan yang berorientasi maritim?

Sampai saat ini rasanya perhatian kita terhadap jati diri kita sebagai bangsa 
maritim terabaikan. Hal itu dapat dilihat pada belum terkelolanya sistem 
transportasi antarpulau secara memadai.

Kisah tragis musibah tenggelamnya KM Digoel di perairan Merauke yang menelan 
korban sekitar 200 penumpang telah membangkitkan kita dari tidur lama di atas 
biduk yang tidak kita sadari ternyata sudah lama terdampar di gunung. Banyak 
pelajaran yang mestinya kita petik dari musibah ini yang menunjukkan betapa 
kurangnya perhatian kita pada sekelompok anak bangsa yang mengalami musibah di 
laut. Sejak hari pertama kejadian sampai hari kelima, pertolongan yang 
dilakukan oleh perangkat daerah di bawah kendali Pejabat Bupati beserta Kepala 
Polres dan Komandan Lanal Merauke, berjalan seadanya karena keterbatasan sarana 
yang dimiliki.

Dengan jumlah korban mencapai 200 orang, tidakkah lebih bijaksana kalau 
pertolongan diberikan dalam skala yang lebih besar. Bahkan, jika perlu 
ditetapkan sebagai urusan SAR Nasional, atau paling tidak atensi yang diberikan 
bisa lebih profesional dan proporsional. Seyogianya, tanggung jawab SAR tidak 
diserahkan kepada daerah semata, yang kemampuannya sangat terbatas, tetapi 
perlu melibatkan berbagai komponen yang memiliki kemampuan penyelamatan di laut.

Kenyataannya, sampai hari kesepuluh tidak ada bantuan atau pelibatan unsur 
pelayaran nasional, baik kapal niaga, kapal penumpang modern yang kita beli 
dari Jerman yang jumlahnya cukup banyak melayari wilayah Timur, maupun 
kapal-kapal Penjaga Laut dan Perairan, serta Perhubungan Laut. Bahkan 
ironisnya, komponen yang memiliki semboyan Justru di Laut Kita Jaya pun tidak 
menampilkan pelibatan yang maksimal (hanya 1 KRI jenis Frosch, yaitu KRI 
Sangkulirang yang hadir dan membawa peralatan penyelam). Padahal rakyat tahu 
bahwa kita punya kapal salvage, kapal rumah sakit, dan kapal tunda samudra.

Jadi, wajarlah bila rakyat bertanya di mana dan untuk apa kita memiliki sea 
power kalau dalam masa damai saja tidak terpanggil untuk menolong sesamanya 
yang sedang mendapat musibah di laut? Padahal, di antara sesama pelaut di dunia 
ada ikatan kesetiakawanan yang sangat terkenal dengan semboyan seamen 
brotherhood, seperti dicontohkan oleh Nakhoda MV Tampa saat menolong imigran 
ilegal yang kapalnya terapung-apung di perairan Selatan Pulau Jawa, serta 
kesediaan Angkatan Laut Inggris untuk menolong awak kapal selam mini Rusia 
(Priz As-28) yang terperangkap jaring ikan di dasar laut Samudra Pasifik. 
Jawabannya, mungkin karena kita semua sudah terlalu lama meninggalkan apa yang 
pernah menjadi kebanggaan nenek moyang kita sebagai bangsa pelaut.


Oleh karena itu, agar generasi penerus tidak mengulangi kesalahan kita selama 
ini, perlu dilakukan upaya untuk membangkitkan kembali semangat bahari 
sebagaimana dahulu pernah dimiliki para pendahulu kita.

Budaya maritim

Memasuki perjalanan 60 tahun Proklamasi Kemerdekaan, harus jujur kita akui 
bahwa budaya maritim yang pernah kita miliki berabad-abad lalu telah lama kita 
tinggalkan. Ada beberapa faktor dan indikator yang dapat menjelaskan mengapa 
kita kehilangan budaya maritim.

Pertama, budaya maritim bangsa Indonesia mengalami kemunduran pada abad ke-18 
ketika kolonialis Belanda mulai membatasi akses masyarakat Indonesia saat itu 
untuk berhubungan dengan laut, seperti larangan berdagang dengan pihak selain 
Belanda. Padahal, suatu peradaban muncul dan berkembang pada awalnya dari 
wilayah pantai, di mana penduduk yang bersangkutan memiliki kesempatan untuk 
berinteraksi dengan pendatang asing. Akibatnya, budaya maritim menjadi luntur. 
Sayangnya, kita tidak 

[ppiindia] MUI dan Fatwa Antidemokrasi

2005-08-14 Terurut Topik Muhkito Afiff
Tempo, Edisi. 25/XXXIV/15 - 21 Agustus 2005
Kolom
MUI dan Fatwa Antidemokrasi

Ahmad Sahal

Deputi Direktur Freedom Institute mahasiswa teori politik New York
University


Pada permukaannya, fatwa MUI yang mengharamkan liberalisme,
sekularisme, dan pluralisme terkesan bertarget sempit: membidik
Jaringan Islam Liberal (JIL) dan kelompok Islam lain yang sejenis.
Tapi pada lapisan dasarnya, fatwa tersebut sesungguhnya menghantam
sesuatu yang jauh melampaui JIL, yakni demokrasi konstitusional yang
sedang dirintis di negeri ini. Demokrasi menjadi terancam oleh fatwa
itu karena tiga soal yang diharamkan MUI sesungguhnya merupakan
pilar utama demokrasi. Kalau demokrasi sudah divonis sebagai barang
haram, maka kalangan Islam yang menerima dan memperjuangkan
demokrasi adalah para pendosa.


Ironisnya, dasar keputusan MUI, menurut Profesor Dawam Rahardjo,
bukanlah kesalahpahaman, melainkan ketidakpahaman. MUI seenaknya
sendiri mendefinisikan liberalisme, pluralisme, dan sekularisme
untuk kemudian mengharamkannya. Tampaknya, bukan ilmu dan bacaan
yang menjadi sandarannya, melainkan prasangka. Padahal, kalau MUI
mau membaca, mereka akan tahu penjumlahan dari liberalisme dan
sekularisme adalah demokrasi.


Sejarah liberalisme adalah sejarah kebebasan individu modern dan
pembebasannya dari absolutisme kekuasaan. Sejak akhir abad ke-17,
seiring dengan semakin kokohnya perdagangan dan pencerahan di tanah
Eropa, muncul kesadaran di kalangan masyarakat Barat akan pentingnya
kebebasan individu. Mereka merasa letih dengan perang agama dan
sumpek dengan despotisme ancient regime.


Mereka kemudian merancang suatu tatanan baru berdasarkan
rasionalitas, yang melindungi kebebasan, mengakhiri perang agama
dan mencegah bercokolnya kembali absolutisme. Untuk itu, kedaulatan
mesti bersumber pada rakyat; pluralisme dan toleransi mesti dijaga;
serta kekuasaan mesti dibatasi dan dikontrol. Inilah inti dari
liberalisme. Dalam bahasa John Locke, filsuf liberal Inggris abad ke-
17, liberalisme merupakan pengejawantahan tiga inti modernitas,
yakni rasionalitas, kebebasan, dan persamaan.


Liberalisme adalah mekanisme pengaturan kehidupan publik yang
mendasarkan diri pada kontrak. Karena itu, ia bersandar pada aturan
yang disepakati bersama. Dengan demikian, ia niscaya berwatak
sekuler karena dasar legitimasinya bukanlah kitab suci agama
tertentu, melainkan rasionalitas kolektif. Tujuannya agar kekuasaan
bisa dikontrol dan dikoreksi, juga agar absolutisme yang menyulut
perang agama tidak terulang lagi.


Tatanan liberal juga merayakan pluralisme dan toleransi dengan
asumsi bahwa keragaman pandangan dan adu pendapat justru
memungkinkan masyarakat untuk mengorek-si kesalahannya sendiri dan
berkembang maju. Suara minoritas mendapat hak hidup yang sama dengan
pendapat mayoritas. Di sini politik bukan ajang pertarungan
antara kawan dan musuh yang gampang menyulut kerelaan untuk mati
demi membela satu keyakinan. Politik dalam arti liberal adalah ajang
bagi kompromi dan negosiasi. Kombinasi dari liberalisme,
sekularisme, dan pluralisme inilah yang kemudian terlembagakan dalam
sistem demokrasi konstitusional. Yang khas dari sistem ini, ia tidak
berpretensi untuk menjadi sistem yang sempurna dan berlaku abadi.
Demokrasi justru bertolak dari ketidaksempurnaan dan kesementaraan
sehingga selalu ada peluang untuk koreksi dan perbaikan di kemudian
hari. Inilah yang membedakannya dengan Islamisme yang mengklaim
bersifat lengkap, sempurna, dan berlaku abadi karena bersandar pada
hukum Tuhan.


Bagaimana umat Islam menanggapi demokrasi sekuler? Bagaimana mereka
bersikap terhadap rasionalitas, kebebasan, dan persamaan yang
disebut Locke merupakan esensi modernitas? Kita tahu, sejumlah
kalangan Islam dengan serta-merta menolak tatanan sekuler dan
menggantinya dengan syariah.


Sementara itu, kalangan Islam lain menerima demokrasi sekuler dengan
berdasarkan tafsir liberal atas Islam, yang melihat Islam lebih
sebagai substansi ketimbang bentuk. Merekalah yang tergabung dalam
JIL, dengan Ulil Abshar Abdalla sebagai lokomotifnya. Bagi JIL,
demokrasi sekuler bukan saja tak bertentangan dengan Islam,
melainkan justru merupakan pilihan terbaik untuk menerjemahkan Islam
dalam konteks kemodernan dan keindonesiaan. Demokrasi sekuler
diyakini lebih mampu mewujudkan maqahid al-syari'ah, cita-cita
syariah seperti keadilan dan persamaan.


Menurut JIL, terlalu terpaku pada bentuk justru bisa mengabaikan
substansi. Inilah yang terjadi pada rezim yang menerapkan Islamisme
seperti Arab Saudi dan Iran. Atas nama syariah, kedua rezim tersebut
mengekang kebebasan warganya, mengebiri hak-hak perempuan dan
minoritas, dan memberangus oposisi dan kritik terhadap pemerintah.
Bukankah ini praktek nyata dari totalitarianisme?


Lagi pula, anggapan bahwa tatanan sekuler merugikan Islam
sesungguhnya terbantah dengan fenomena Partai Keadilan Sejahtera
(PKS). Partai yang berasas Islamisme ini mendapat tempat dan tumbuh
subur dalam sistem demokrasi sekuler. Yang lebih fenomenal adalah
apa 

[ppiindia] Menata Ulang Republik Indonesia

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
Refleksi:  Profesor!  Anda mungkin lupa pakai kaca mata untuk dapat melihat 
dengan jelas bahwa pada usia 60 tahun, Indonesia bukan hanya masih berkutat 
dengan masalah yang sama, tetapi lebih buruk. Aparatur kekuasan dari pusat 
sampai di sumsum pelosok-pelosok negeri berada dalam tangan kaum lintah darah. 
Rakyat dininabobokan dengan irama jampi-jampi MUI cs untuk hanya melihat 
alternatif  babu dan jonggos di negeri orang sebagai jalan mengatasi kemiskinan 
keluarga, sementara hasil kekakayaan alam milik pusaka disulap entah kemana. 
Bagunlah sobatku, bebaskanlah dirimu dari pembiusan kebodohan dan pemelaratan 
serta ketidakadilan abadi!


http://www.kompas.com/kompas-cetak/0508/15/opini/1975695.htm

 
Menata Ulang Republik Indonesia 

Oleh: RISWANDHA IMAWAN



Di usianya yang ke-60 tahun, Republik Indonesia masih berkutat dengan masalah 
yang sama, yakni kesenjangan kemakmuran dan disintegrasi. Karena itu, mungkin 
kini saatnya kita bertanya: Apakah realitas ini diakibatkan oleh upaya kita 
menjawab pertanyaan yang salah? Sebab sesuai akioma metodologis, bila kita 
menjawab pertanyaan yang salah, maka sebaik apa pun jawaban yang diberikan 
pasti salah juga.

There is never underdeveloped country, there is always undermanaged country. 
Tidak ada negara terbelakang, yang ada adalah negara yang tidak dikelola dengan 
baik. Keyakinan masyarakat Amerika Latin yang sering dikutip oleh Peter Drucker 
ini layak menjadi titik awal perenungan kita saat ini.

Memang seperti diungkapkan oleh Bung Karno, nation and character building 
merupakan proses tanpa akhir. Kita selamanya dalam proses menjadi. Masalahnya, 
proses ini acapkali lepas dari rel yang ditetapkan para founding fathers karena 
bangsa Indonesia makin menjauh dari nilai-nilai asli jati dirinya dalam 
dinamika kehidupan sosial-politiknya. Ide (neo)-liberalisme dan 
(neo)-kapitalisme yang dinilai kontraproduktif terhadap nation and character 
building bangsa Indonesia, kini justru ditelan mentah-mentah.

Sapi perah

Anehnya, dan juga menjadi paradoks bagi bangsa kita, ide-ide itu dikemas dalam 
kultur politik yang sentralistik. Semangat mengelola negara berbasis 
prinsip-prinsip demokrasi seperti politik desentralisasi dan otonomi daerah 
menjadi semu, artifisial. Akibatnya, rakyat Indonesia yang ada di luar pusat 
kekuasaan (di luar Jakarta) kehilangan sense of belongingness dan sense of res- 
ponsiveness terhadap negaranya. Mereka merasa dirinya tidak lebih dari sapi 
perah bagi kepentingan pemerintah pusat.

Kekayaan alam ada di depan mata rakyat di daerah, tapi bukan punya mereka. 
Proyek besar nasional ada di daerah mereka, tapi tidak membawa perubahan pada 
kehidupan keseharian mereka. Oleh gaya manajemen pemerintahan yang berlaku, 
rakyat dibuat tidak berdaya menyaksikan pengisapan milik mereka. Inilah yang 
menjadi penyebab utama munculnya masalah Aceh, Riau, maupun Papua.

Tuntutan mereka sebenarnya bukan soal merdeka, lepas dari NKRI. Namun karena 
respons pemerintah tetap tidak mengubah gaya manajemen pemerintahan yang 
berlaku, mereka pun berteriak kencang soal pelepasan diri ini. Repotnya, 
pemerintah membacanya sebagai ketidaksetiaan rakyat di daerah terhadap negara, 
bahkan terhadap pemerintah. Satu indikasi bahwa pemerintah selama ini menjawab 
pertanyaan yang salah.

Pertanyaannya adalah apakah pemerintah menemukan gaya manajemen pemerintahan 
yang tepat untuk mengelola negara Indonesia yang plural ini? Gaya manajemen 
yang mampu menumbuhkan sense of belongingness dan sense of responsiveness 
sebagai dasar nation and character building?

Dasar untuk itu ada, yakni berubahnya konsep government (pemerintah) menjadi 
governance (kepemerintahan). Salah satu ciri pentingnya adalah membawa proses 
pembuatan keputusan ke tingkat yang paling dekat dan paling relevan dengan 
persoalan (Pratikno, 2004) hingga keputusan diambil dengan melibatkan pihak 
yang terkena kebijakan yang diambil (Mas'oed, 2001).

Menyebar departemen

Dalam kaitan ini, setelah ide federalisme diharamkan, maka ide menyebar 
departemen ke seluruh wilayah Indonesia sesuai dengan lokus masalah yang diurus 
merupakan pemecahan masalah yang selama 60 tahun kita cari.

Misalnya, Departemen Pertambangan dan Energi direlokasi ke Timika (Papua), 
Departemen Kehutanan direlokasi ke Samarinda (Kaltim), Departemen Kelautan ke 
Ambon, Departemen Agama ke Aceh, Departemen Pendidikan Nasional ke Yogya, 
Departemen Pariwisata ke Bali, Departemen Perdagangan ke Padang (Sumbar), dan 
sebagainya.

Mari kita simak. Bila dana APBD senilai X di Papua mampu membawa pertumbuhan 
ekonomi sebesar 2% per tahun, sementara dana Departemen Pertambangan dan Energi 
juga senilai X, maka ada daya dukung finansial untuk mengharapkan pertumbuhan 
ekonomi di Papua naik menjadi 4%. Demikian pula berlaku untuk daerah-daerah 
lainnya.

Selain roda perekonomian yang makin menggeliat, mobilitas sosial juga akan 
meningkat pula. Arus manusia yang keluar-masuk satu provinsi pun akan meningkat 
tajam. Dampak 

[ppiindia] Menuntut Tanggung Jawab Negara atas Pendidikan

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1188929.htm


  
Menuntut Tanggung Jawab Negara atas Pendidikan 

Anita Lie 

PASAL 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) menyatakan, Setiap warga negara berhak 
mendapat pendidikan, dan Ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti 
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Janji pemerintah ini 
dikukuhkan lagi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang disahkan 
DPR 11 Juni 2003, ditandatangani Presiden 8 Juli 2003.

DALAM Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) antara lain disebutkan: 
Pertama, setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh 
pendidikan yang bermutu (Pasal 5 Ayat (1)). Kedua, setiap warga negara yang 
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar 
(Pasal 6 Ayat (1)). Ketiga, pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan 
layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu 
bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi (Pasal 11 Ayat (1)). Keempat, 
pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin tersedianya anggaran guna 
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai 
dengan lima belas tahun (Pasal 11 Ayat (2)).

Janji pemerintah ini sudah sesuai dengan Konvensi Internasional Bidang 
Pendidikan yang dilaksanakan di Dakkar, Senegal, Afrika, 2000. Konvensi 
menyebutkan, semua negara diwajibkan memberikan pendidikan dasar yang bermutu 
secara gratis kepada semua warga negaranya. Selanjutnya, dalam masa kampanye 
legislatif dan calon presiden (capres), pendidikan menjadi komoditas yang 
ditonjolkan. Semua capres menjanjikan pembenahan sektor pendidikan. Yang belum 
jelas, komitmen menyentuh akar permasalahan dalam bidang pendidikan dan 
skenario mengatasi berbagai permasalahan itu.

Permasalahan

Mengacu Pasal 31 Amandemen UUD 1945 Ayat (1) dan (2), UU SPN No 20/2003, dan 
kesepakatan dalam Konvensi Internasional Bidang Pendidikan di Dakkar tahun 
2000, masyarakat bisa mempunyai persepsi, pendidikan dasar akan gratis (baca, 
misalnya, Kompas, 31/8/2003).

Padahal kenyataannya, siswa masih dikenai berbagai pungutan, baik di sekolah 
swasta maupun sekolah negeri. Bahkan ditengarai, Komite Sekolah yang semestinya 
berfungsi sebagai lembaga pengontrol sekolah malah memberikan justifikasi bagi 
berbagai pungutan yang diadakan sekolah (Kompas, 2/8/2004). Pemberian subsidi 
biaya oleh pemerintah tidak serta-merta menggratiskan pendidikan bagi warga. Di 
Jawa Timur, misalnya, pemerintah provinsi dan kabupaten memberi subsidi sebesar 
Rp 15.000 untuk SD-MI (sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah) dan Rp 20.000 
untuk SLTP-MTs (madrasah tsanawiyah). Ini berarti di sekolah-sekolah yang 
membiayai penyelenggaraan pendidikan lebih dari Rp 15.000 dan Rp. 20.000 per 
siswa, ada kemungkinan besar orangtua atau wali murid harus menanggung 
kekurangan biaya. Padahal, ada banyak sekolah (baik negeri maupun swasta) yang 
menganggarkan unit cost di atas Rp. 15.000 dan Rp. 20.000.

Program pemberian subsidi biaya minimal pendidikan dasar bisa menimbulkan dua 
macam kekecewaan. Pertama, sebagian masyarakat yang sudah terlanjur berharap 
pada pendidikan gratis untuk anak berusia 7 sampai dengan 15 tahun akan kecewa 
karena ternyata orangtua atau wali murid masih harus membayar iuran pendidikan. 
Sekali lagi, mereka akan beranggapan, yang dilaksanakan hanya penggantian 
istilah dan permainan kata-kata (SPP- Sumbangan Pembinaan 
Pendidikan-ditiadakan, juga iuran BP3-Badan Pembantu Penyelenggara 
Pendidikan-tidak diberlakukan. Namun, ternyata tetap masih ada biaya yang harus 
dikeluarkan).

Kedua, orangtua (terutama dari kalangan miskin) makin tercekik dengan berbagai 
biaya tambahan mulai dari seragam, buku pelajaran, darma wisata, dan 
sebagainya. Dalam lingkaran setan kemiskinan pendidikan siswa-lah yang menjadi 
korban pada tataran yang paling menderita. Dalam proyek pengadaan buku 
pelajaran, seragam, dan sebagainya, guru (dan juga kepala sekolah) mengambil 
keuntungan dengan dalih kesejahteraan guru yang amat memprihatinkan. Jika siswa 
tidak mampu membayar berbagai biaya tambahan itu, terancamlah kesinambungan 
pendidikannya.

Pembiayaan pendidikan yang tanggung-tanggung oleh pemerintah akan menimbulkan 
(atau makin mengukuhkan) kesenjangan di masyarakat.

Kesenjangan sekolah kaya-miskin

Minimnya tanggung jawab dan peran pemerintah dalam bidang pendidikan makin 
mengukuhkan segregasi siswa berdasarkan status sosio-ekonomi. Siswa-siswi dari 
keluarga miskin yang mendapat subsidi pemerintah tidak akan mampu menanggung 
kekurangan biaya sehingga mereka akan terpaksa mencari dan terkonsentrasi di 
sekolah-sekolah yang minimalis (baca: miskin), di mana biaya operasional per 
anak tidak (jauh) melebihi unit cost yang sudah ditetapkan. Sementara itu, 
siswa-siswi dari kelas menengah dan atas bebas memilih sekolah dengan sarana 
dan prasarana memadai. Selanjutnya, karena sekolah-sekolah ini mendapat iuran 
pendidikan memadai dari siswa, 

[ppiindia] Biaya Pendidikan di Indonesia

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190238.htm

 
Biaya Pendidikan di Indonesia 
* Perbandingan pada Zaman Kolonial Belanda dan NKRI



Nakoela Soenarta


BIAYA pendidikan akademis tidak pernah murah. Yang membuat biaya pendidikan 
terlihat tinggi karena dibandingkan dengan penghasilan rata-rata rakyat 
Indonesia.

Di zaman kolonial Belanda, pemerintah kolonial sebenarnya tidak berniat 
mendirikan universitas. Mereka mendirikan hogeschool agar lulusan dapat 
membantu mission mereka menjajah rakyat Indonesia dengan mudah karena dapat 
memanfaatkan tenaga inlanders untuk diangkat sebagai pembantu utamanya.

Meski demikian, pemerintah kolonial akhirnya membuat sekolah juga. Pada 
mulanya, pemerintah kolonial mendirikan sekolah Nederlands Indische Artsen 
School di Surabaya. Lalu, didirikan School tot Opleiding voor Indische Artsen 
di Batavia. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta 
didirikan Algemene Middelbare School (AMS), Middelbare Opleiding School voor 
Indlandse Amstenaren di Magelang, Middelbare Opleiding School voor Inlandse 
Bestuur Ambtenaren di Bandung, Middelbare Landbouw School di Bogor dan Ungaran. 
Juga Veeartsen School di Bogor.

Sekolah-sekolah itu adalah setara dengan jenjang sekolah menengah. Setelah itu, 
pemerintah kolonial baru mendirikan Rechts Hogeschool (RH) dan Geneeskundige 
Hogeschool di Jakarta. Di Bandung, pemerintah kolonial mendirikan Technische 
Hogeschool (TH). Kebanyakan dosen TH adalah orang Belanda.

Pada zaman kolonial (kalau tidak salah ingat), hanya ada seorang pribumi yang 
menjadi guru besar, yaitu Prof Husein Djajadiningrat, yang kemudian menjabat 
Direktur Departement Van Onderwijs en Eredienst, disusul kemudian oleh Prof Dr 
Mr Supomo yang mengajar di RH. Sementara universitasnya baru didirikan setelah 
Perang Dunia II usai dan pemerintah kolonial mau menjajah kembali Indonesia.

BAGI kaum inlanders atau pribumi, mereka agak sulit untuk masuk ke 
sekolah-sekolah tinggi itu. Bahkan, ketika almarhum Prof Roosseno lulus TH, 
jumlah lulusan yang bukan orang Belanda hanya tiga orang, yaitu Roosseno dan 
dua orang lagi vreemde oosterling alias keturunan Tionghoa. Bila demikian, 
lantas berapa orang yang lulus bersama almarhum Ir Soekarno (presiden pertama 
RI) dan Ir Putuhena? Di zaman pendudukan Jepang, pernah dicari 100 orang 
insinyur yang dibutuhkan. Padahal saat itu belum ada 90 orang insinyur lulusan 
TH Bandung.

Biaya kuliah untuk satu tahun di salah satu sekolah tinggi itu besarnya fl 
(gulden) 300. Saat itu, harga satu kilogram (kg) beras sama dengan 0,025 
gulden. Maka, besar uang kuliah sama dengan 12.000 kg beras. Bila ukuran dan 
perbandingan itu diterapkan sebagai biaya kuliah di universitas sekarang, 
sedangkan harga beras sekarang rata-rata Rp 3.000 per kg, maka untuk kuliah di 
universitas biayanya sebesar Rp 36 juta per mahasiswa per tahun.

Biaya di MULO, setingkat sekolah lanjutan tingkat pertama, adalah sebesar 5,60 
gulden per siswa per bulan, setara dengan 224 kg beras. Bila dihitung dengan 
harga beras sekarang, akan menjadi Rp 672.000 per siswa per bulan. Maka, saat 
itu banyak rekan sekolah saya masuk ke Ambachtschool atau Technische School, 
karena biayanya agak murah sedikit. Berbekal keterampilan yang diperoleh di 
Ambachtschool atau Technische School, siswa bisa langsung bekerja setelah lulus.

Meski biaya sekolah mahal, bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu 
secara ekonomis, tetapi mempunyai bakat dan nilai rapor bagus, kepala sekolah 
dapat mengajukan pembebasan biaya uang sekolah ke Departement O  E. Biasanya, 
bila pengajuan pembebasan biaya diajukan oleh Direktur MULO atau AMS, 
Departemen O  E akan mengabulkan, bahkan amat mungkin siswa bersangkutan juga 
diberi beasiswa untuk hidup.

Dari pengalaman pribadi, orangtua saya berhenghasilan 100 gulden sebulan. 
Dengan penghasilan itu, hampir mustahil orangtua saya bisa mengirimkan keempat 
anaknya menikmati pendidikan tinggi. Meski demikian, dengan kerja keras, saya 
dan semua adik saya dapat menikmati pendidikan tinggi. Bahkan, saya dan 
beberapa ratus teman pada tahun awal kemerdekaan, ketika Negara Kesatuan 
Republik Indonesia (NKRI) masih miskin, dapat menikmati beasiswa.

PADA tahun 1950, NKRI baru saja menyelesaikan perang kemerdekaan melawan 
penjajah Belanda. Toh Pemerintah NKRI yang masih miskin mampu memprogramkan 
pendidikan bagi kader bangsanya. Ratusan pemuda Indonesia dibiayai Pemerintah 
NKRI untuk meneruskan pendidikannya di perguruan tinggi, baik di dalam negeri 
maupun di luar negeri. Dewasa ini NKRI sudah begitu kaya, mengapa beasiswa bagi 
para kader bangsa tidak lancar? Padahal NKRI ingin mencerdaskan kehidupan 
bangsa, sedangkan penghasilan rakyatnya amat rendah. Kepada mereka yang rajin 
dan cerdas, sudah seharusnya pemerintah memberikan beasiswa karena pendidikan 
akademis memang mahal.

Seyogianya industri atau instansi pemerintah menyerahkan tugas penelitiannya 
kepada universitas sehingga biaya penelitian 

[ppiindia] Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190244.htm

 
Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan 

Djauzak Ahmad 



BAGI bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan 
kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa atau yang terkecil 
adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya, mereka mau 
mengurangi kualitas perumahan, pakaian, bahkan makanan, demi melaksanakan 
pendidikan anak-anaknya.

SEHARUSNYA negara juga demikian. Apabila suatu negara ingin cepat maju dan 
berhasil dalam pembangunan, prioritas pembangunan negara itu adalah pendidikan. 
Jika perlu, sektor-sektor yang tidak penting ditunda dulu dan dana dipusatkan 
pada pembangunan pendidikan.

NEGERI ini telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan 
Dasar 6 Tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 
Tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan 
kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau 
oleh kemampuan masyarakat banyak. Apabila perlu, pendidikan dasar enam tahun 
seharusnya dapat diberikan pelayanan secara gratis karena dalam pendidikan 
dasar enam tahun atau sekolah dasar kebutuhan mendasar bagi warga negara mulai 
diberikan. Di sekolah dasar inilah anak bangsa diberikan tiga kemampuan dasar, 
yaitu baca, tulis, dan hitung, serta dasar berbagai pengetahuan lain. Setiap 
wajib belajar pasti akan dimulai dari jenjang yang terendah, yaitu sekolah 
dasar.

Seperti diketahui, sebagian besar keadaan sosial ekonomi masyarakat kita 
tergolong tidak mampu. Dengan kata lain, mereka masih dililit predikat miskin. 
Mulai Inpres Nomor 10 Tahun 1971 tentang Pembangunan Sekolah Dasar dan inpres- 
inpres selanjutnya, negeri ini telah berusaha memberikan pendidikan murah untuk 
anak bangsanya. Puluhan ribu gedung sekolah dasar telah dibangun dan puluhan 
ribu guru sekolah dasar diangkat agar pemerataan kesempatan belajar untuk 
jenjang sekolah dasar dapat dilaksanakan dengan murah, dari kota sampai ke 
desa-desa. Semua warga negara, kaya atau miskin, diberi kesempatan yang sama 
untuk menikmati pendidikan dasar enam tahun yang biayanya dapat dijangkau 
golongan miskin.

Kejadian itu dapat dinikmati dalam jangka waktu cukup lama, yaitu sejak 
dicetuskannya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun tahun 1984. Sayang, gema 
wajib belajar itu makin hari makin melemah karena komitmen bangsa ini pada 
wajib belajar tidak seperti saat dicanangkan. Jika selama ini kita melihat 
pendidikan tinggi itu mahal, sekolah menengah juga mahal, SMP juga mahal, 
sekarang kita saksikan memasuki sekolah dasar pun sudah mahal.

Kini kita melihat, hampir semua jenjang sekolah negeri sudah menjadi lembaga 
komersialisasi karena yang berbicara tidak lagi persyaratan-persyaratan yang 
ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru besarnya biaya masuk untuk sekolah 
dasar. Jika untuk masuk sekolah dasar ditentukan oleh umur, maka seorang anak 
yang sudah berumur tujuh tahun atau lebih wajib diterima sebagai murid sekolah 
dasar. Ini adalah ketentuan yang tidak boleh ditawar karena ketentuan untuk 
masuk sekolah dasar adalah berdasarkan umur.

Agaknya pelaksanaan wajib belajar negeri ini adalah slogan yang selalu 
didengung-dengungkan. Padahal, dalam kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar 
dihalang-halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar 
mahal sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Maka 
terjadilah hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila semua pihak, 
terutama guru dan kepala-kepala sekolah, menghayati tujuan wajib belajar itu. 
Bagi masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di 
sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah.

Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu 
membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh 
kesempatan memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang ironis. Sebab, pada 
negara yang hampir 60 tahun usianya ini, banyak anak bangsanya akan menjadi 
buta huruf karena dililit kemiskinan dan negeri ini akan terpuruk karena 
kualitas sumber daya manusianya tidak mampu bersaing dengan negara -negara yang 
lain.

PENULIS sengaja memfokuskan tulisan ini pada kesempatan untuk memperoleh 
pendidikan dasar enam tahun karena bagi warga negara sekurang-kurangnya harus 
memiliki kemampuan setingkat sekolah dasar, dengan harapan akan memperoleh 
pendidikan lanjutan. Dengan memiliki dan dibekali kemampuan dasar itu, seorang 
warga negara akan memiliki harga diri, dapat menambah wawasan melalui kemampuan 
baca, sehingga ia menjadi warga negara yang tidak picik, mampu menerima 
pembaruan, dan meningkatkan kemampuannya.

Apabila praktik-praktik pungutan yang diadakan sekolah- sekolah dibiarkan dan 
tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyaklah deretan anak- anak yang tidak 
bersekolah karena tidak mampu. Dan hanya anak-anak orang kaya saja yang akan 

[ppiindia] Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190244.htm

  
Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan 

Djauzak Ahmad 



BAGI bangsa yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Sama dengan 
kebutuhan perumahan, sandang, dan pangan. Bahkan, ada bangsa atau yang terkecil 
adalah keluarga, pendidikan merupakan kebutuhan utama. Artinya, mereka mau 
mengurangi kualitas perumahan, pakaian, bahkan makanan, demi melaksanakan 
pendidikan anak-anaknya.

SEHARUSNYA negara juga demikian. Apabila suatu negara ingin cepat maju dan 
berhasil dalam pembangunan, prioritas pembangunan negara itu adalah pendidikan. 
Jika perlu, sektor-sektor yang tidak penting ditunda dulu dan dana dipusatkan 
pada pembangunan pendidikan.

NEGERI ini telah lebih dari 20 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan 
Dasar 6 Tahun dan telah 10 tahun melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 
Tahun. Maksud dan tujuan pelaksanaan wajib belajar adalah memberikan pelayanan 
kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau 
oleh kemampuan masyarakat banyak. Apabila perlu, pendidikan dasar enam tahun 
seharusnya dapat diberikan pelayanan secara gratis karena dalam pendidikan 
dasar enam tahun atau sekolah dasar kebutuhan mendasar bagi warga negara mulai 
diberikan. Di sekolah dasar inilah anak bangsa diberikan tiga kemampuan dasar, 
yaitu baca, tulis, dan hitung, serta dasar berbagai pengetahuan lain. Setiap 
wajib belajar pasti akan dimulai dari jenjang yang terendah, yaitu sekolah 
dasar.

Seperti diketahui, sebagian besar keadaan sosial ekonomi masyarakat kita 
tergolong tidak mampu. Dengan kata lain, mereka masih dililit predikat miskin. 
Mulai Inpres Nomor 10 Tahun 1971 tentang Pembangunan Sekolah Dasar dan inpres- 
inpres selanjutnya, negeri ini telah berusaha memberikan pendidikan murah untuk 
anak bangsanya. Puluhan ribu gedung sekolah dasar telah dibangun dan puluhan 
ribu guru sekolah dasar diangkat agar pemerataan kesempatan belajar untuk 
jenjang sekolah dasar dapat dilaksanakan dengan murah, dari kota sampai ke 
desa-desa. Semua warga negara, kaya atau miskin, diberi kesempatan yang sama 
untuk menikmati pendidikan dasar enam tahun yang biayanya dapat dijangkau 
golongan miskin.

Kejadian itu dapat dinikmati dalam jangka waktu cukup lama, yaitu sejak 
dicetuskannya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 6 Tahun tahun 1984. Sayang, gema 
wajib belajar itu makin hari makin melemah karena komitmen bangsa ini pada 
wajib belajar tidak seperti saat dicanangkan. Jika selama ini kita melihat 
pendidikan tinggi itu mahal, sekolah menengah juga mahal, SMP juga mahal, 
sekarang kita saksikan memasuki sekolah dasar pun sudah mahal.

Kini kita melihat, hampir semua jenjang sekolah negeri sudah menjadi lembaga 
komersialisasi karena yang berbicara tidak lagi persyaratan-persyaratan yang 
ditentukan oleh kurikuler, tetapi justru besarnya biaya masuk untuk sekolah 
dasar. Jika untuk masuk sekolah dasar ditentukan oleh umur, maka seorang anak 
yang sudah berumur tujuh tahun atau lebih wajib diterima sebagai murid sekolah 
dasar. Ini adalah ketentuan yang tidak boleh ditawar karena ketentuan untuk 
masuk sekolah dasar adalah berdasarkan umur.

Agaknya pelaksanaan wajib belajar negeri ini adalah slogan yang selalu 
didengung-dengungkan. Padahal, dalam kenyataannya, pelaksanaan wajib belajar 
dihalang-halangi, karena untuk masuk sekolah dasar pun kini harus membayar 
mahal sehingga masyarakat miskin tidak mungkin dapat membayarnya. Maka 
terjadilah hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi apabila semua pihak, 
terutama guru dan kepala-kepala sekolah, menghayati tujuan wajib belajar itu. 
Bagi masyarakat dan orangtua yang kaya, anaknya akan dapat bersekolah di 
sekolah negeri, sedangkan yang miskin akan gagal dan tidak bersekolah.

Untuk masuk ke sekolah swasta, masyarakat miskin tidak mungkin mampu 
membayarnya. Akibatnya, banyak anak bangsa yang tidak akan memperoleh 
kesempatan memperoleh pendidikan. Sungguh satu hal yang ironis. Sebab, pada 
negara yang hampir 60 tahun usianya ini, banyak anak bangsanya akan menjadi 
buta huruf karena dililit kemiskinan dan negeri ini akan terpuruk karena 
kualitas sumber daya manusianya tidak mampu bersaing dengan negara -negara yang 
lain.

PENULIS sengaja memfokuskan tulisan ini pada kesempatan untuk memperoleh 
pendidikan dasar enam tahun karena bagi warga negara sekurang-kurangnya harus 
memiliki kemampuan setingkat sekolah dasar, dengan harapan akan memperoleh 
pendidikan lanjutan. Dengan memiliki dan dibekali kemampuan dasar itu, seorang 
warga negara akan memiliki harga diri, dapat menambah wawasan melalui kemampuan 
baca, sehingga ia menjadi warga negara yang tidak picik, mampu menerima 
pembaruan, dan meningkatkan kemampuannya.

Apabila praktik-praktik pungutan yang diadakan sekolah- sekolah dibiarkan dan 
tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyaklah deretan anak- anak yang tidak 
bersekolah karena tidak mampu. Dan hanya anak-anak orang kaya saja yang akan 

[ppiindia] Nasib Sekolah Swasta Bergelut dengan Kemiskinan

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/05/pddkn/1190358.htm

 
Nasib Sekolah Swasta Bergelut dengan Kemiskinan
Yayasan Terpaksa Menjual Sekolah 




KARENA ketiadaan biaya dan kemiskinan, kami terpaksa menjual sekolah. Ada dua 
sekolah yang terpaksa kami jual agar bisa membiayai sekolah-sekolah kami yang 
lain. Peristiwa itu sungguh menyakitkan, tetapi apa boleh buat, kami terpaksa 
melakukan agar sekolah yang lain tetap bisa survive, ungkap Romo B Hudiono Pr, 
Pimpinan Yayasan Karmel, pekan lalu di Malang.

KETERANGAN Romo Hudi, begitu ia akrab disapa, benar-benar akan membelalakkan 
mata siapa pun yang mendengarkan. Bagaimana mungkin sekolah terpaksa dijual 
karena yayasan menghadapi persoalan atau kendala uang. Padahal Yayasan Karmel 
ini sudah malang melintang di dunia pendidikan, melayani masyarakat miskin 
pedesaan di kawasan Malang ke timur hingga Banyuwangi sejak tahun 1926. Yayasan 
Karmel, yang semula bernama Carmelistichting, didirikan oleh Misi Pastor- 
pastor Karmelit di Jawa, dengan Akta Notaris No 31 tanggal 27 Januari 1926 oleh 
notaris Maxmilian Albert Endond Andela. Sejak awal, yayasan bergerak di bidang 
sosial, termasuk bidang pengajaran atau pendidikan. Dan, karena perjalanan 
waktu serta perkembangan zaman, Yayasan Karmel yang semula milik pastor-pastor 
Karmelit di Jawa dihibahkan menjadi milik Keuskupan Malang.

Mempertimbangkan anggaran dasar yang ada tidak lagi sesuai dengan situasi, maka 
pada tahun 1982 diadakan perubahan anggaran dasar dengan Akta Notaris No 265 
tertanggal 23 Desember 1982. Sejak itu, anggaran dasar mengalami beberapa kali 
penyesuaian, yaitu No 288 tanggal 18 Maret 1985; No 58 tanggal 5 Juni 1987; No 
203 tanggal 26 September 1998; dan No 17 tanggal 02 November 1999 dari notaris 
Eko Handoko Wijaya SH.

Sebagaimana tujuan awal Yayasan Karmel yang bergerak di bidang sosial, 
termasuk pendidikan, kami juga ingin berperan dalam rangka ikut mencerdaskan 
bangsa. Tentu saja wilayah layanan kami sesuai dengan layanan Keuskupan Malang, 
meliputi wilayah pembantu gubernur Malang, pembantu gubernur Besuki, dan 
pembantu gubernur Madura, terdiri dari 19 daerah tingkat II, baik di Kotamadya 
Malang, hingga Kabupaten Banyuwangi, Bangkalan, bahkan Sumenep, ujar Romo L 
Heru Susanto Pr, Vicaris Episcopalis Keuskupan Malang yang juga Direktur Utama 
Penerbit dan Percetakan Dioma.

KEMISKINAN yang dialami masyarakat juga memberi dampak yang lain. Selain 
memaksa menjual sekolah, kemiskinan juga mengakibatkan yayasan menutup sejumlah 
sekolah. Dari 100 sekolah lebih sejak awal berdirinya yayasan, kini yang masih 
bisa berjalan tinggal 61 unit sekolah.

Bahkan selama 20 tahun terakhir, ada 15 atau 16 unit sekolah terpaksa kami 
tutup. Boleh dikata, sejak awal berdiri hingga sekarang, kami sudah menutup 
sekitar 30 persen hingga 35 persen dari sekitar 100 lebih sekolah yang pernah 
dikelola oleh Yayasan Karmel. Ini memang kenyataan yang pahit dan menyakitkan, 
tetapi kami terpaksa melakukan karena berbagai macam sebab, ujar Romo Hudi.

Berbagai sebab itu antara lain ketiadaan dana, baik untuk membayar gaji guru 
maupun memelihara gedung sekolah. Apalagi 95 persen guru yang mengajar di 
sekolah-sekolah itu adalah guru yayasan. Sebab lain, keberhasilan keluarga 
berencana sehingga jumlah murid yang ada di sejumlah daerah menjadi kian 
sedikit.

Bagaimanapun juga, ketiadaan dana akan berpengaruh dan memaksa kami berhadapan 
dengan kesulitan menyediakan sarana yang memadai. Dampak lanjutan ketiadaan 
sarana membuat kualitas sejumlah sekolah kami turun, dan ini ikut menurunkan 
citra. Bahkan, ada sekolah yang kalau mau diselamatkan harus disubsidi paling 
tidak sekitar Rp 200 juta per bulan. Uang dari mana? tanya Romo Hudi.

Untuk mengatasinya, pihak Yayasan Karmel mencoba menawarkan sekolah-sekolah 
itu kepada kelompok suster atau bruder untuk mengelolanya. Hasilnya lumayan, 
ada sejumlah tarekat atau kongregasi (kumpulan para suster atau bruder) yang 
mau menanganinya serta memberdayakan paroki-paroki dalam lingkup Keuskupan 
Agung Malang.

Bisa dipahami, betapa masalah dana menjadi kendala utama karena kebanyakan 
sekolah yang dikelola Yayasan Karmel berada di pedesaan, terutama di kawasan 
Malang selatan, Banyuwangi selatan, yang secara ekonomis memang termasuk 
kelompok minus. Dari 61 unit sekolah yang ada, 53 di antaranya termasuk daerah 
minus dan amat minus. Atas usaha dan kerja keras, tahun ini diupayakan agar 
jumlah sekolah yang bisa mandiri bisa mencapai 15 buah.

KEPUTUSAN untuk menutup sejumlah sekolah yang ada di bawah naungan Yayasan 
Karmel bukannya melalui pertimbangan matang. Suatu keputusan untuk menutup 
sekolah justru ditentang oleh masyarakat setempat. Ada lurah, kiai, pegawai 
negeri, guru, dan tokoh-tokoh masyarakat. Mereka meminta agar penutupan sebuah 
sekolah di Malang selatan itu ditinjau kembali.

Masyarakat tidak rela kalau sekolah itu ditutup. Alasannya, banyak tokoh 
masyarakat sudah dilahirkan dari sekolah ini. Wakil dari masyarakat ini 

[ppiindia] Pluralisme Keagamaan dan Sikap Humanis

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
MEDIA INDONESIA
Senin, 15 Agustus 2005


Pluralisme Keagamaan dan Sikap Humanis
Budhy Munawar-Rachman, Direktur 'Project on Pluralism, Center for Spirituality 
and Leadership' (CSL)


PLURALISME adalah sebuah pemikiran. Dan seperti setiap pemikiran, pasti selalu 
ada pro dan kontra, apalagi sebuah pemikiran filosofis, atau teologis. Memberi 
tempat pada kebebasan berpikir adalah fondasi peradaban. Karena itu, fatwa MUI 
mengharamkan sebuah pemikiran, ini suatu hal yang aneh, dari kelaziman sebuah 
fatwa yang menyangkut sebuah masalah hukum konkret. Mengharamkan sebuah 
pemikiran, yang pada dasarnya bersifat abstrak dan argumentatif, adalah sebuah 
tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Apalagi mengharamkan pemikiran 
tentang pluralisme, yang merupakan fondasi demokrasi dan terwujudnya civil 
society (masyarakat madani), jelas tidak masuk akal, bahkan melanggar 
sunnatullah (hukum-hukum kehidupan sosial) yang ditegaskan oleh Alquran.

Pluralisme sebagai wacana etika politik modern, memang sesuatu yang baru, dan 
merupakan kesadaran yang berkembang secara global baru pada abad ke-20 lalu. 
Sebagai isu pemikiran keagamaan, pluralisme lebih baru lagi. Sebagai contoh 
institusional dan global, baru sejak Konsili Vatikan II (1963-1965), masalah 
pluralisme mendapat pengakuan dalam lingkungan Katolik di seluruh dunia 
(selanjutnya juga di banyak denominasi Kristen-Protestan).

Dalam Islam, wacana pluralisme juga sudah berkembang, sejalan dengan pemikiran 
global pluralisme keagamaan dan demokrasi. Tokoh-tokoh kontemporer seperti 
Mahmoud Ayoub, Seyyed Hossein Nasr, Abul Kalam Azad, Fazlur Rahman, Mohammed 
Arkoun, M Talbi, termasuk generasi baru seperti Abdullahi Ahmed An-Naim, Fatima 
Mernissi, Amina Wadud, Riffat Hassan, Farid Eshack, Khaled M Abou el-Fadl, dan 
banyak lagi, sudah mengadvokasikan pentingnya pluralisme. Di Indonesia 
tokoh-tokoh seperti Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, M Syafii Maarif, 
Djohan Effendi, M Dawam Rahardjo, dan belakangan KH Hasyim Muzadi, sangat aktif 
bekerja mempromosikan pluralisme. Belum termasuk generasi baru pemikir muslim 
Indonesia yang sekarang juga gigih memperjuangkan pluralisme. Mereka tidak 
pernah mengharamkannya, justru menekankan pandangan Islam yang penuh Rahmat 
Tuhan untuk semesta (rahmatan lil `alamin), dengan menegaskan kearifan 
pluralisme. Dan mereka menyadari sungguh-sungguh, agama Islam muncul sebagai 
agama yang mengakui keberadaan agama lain. Dalam sebuah kutipan dalam entri 
Ahlul Kitab Concise Encyclopedia of Islam, Cyril Glassé, mengemukakan ...the 
fact that one Revelation should name others as authentic is an extraordinary 
event in the history of religions (Kenyataan bahwa sebuah wahyu [Islam] 
menyebut wahyu-wahyu yang lain sebagai absah adalah kejadian luar biasa dalam 
sejarah agama-agama).

Jadi pengakuan adanya kebenaran, keselamatan, bahkan kesamaan agama-agama, 
sudah dianut banyak kalangan Islam, jauh sebelum masalah pluralisme menjadi 
wacana kontemporer. Dan yang menarik seorang ahli agama-agama, seperti Cyril 
Glassé, yang bukan-muslim, mengakui hal tersebut secara terus terang. Sekadar 
contoh beberapa tokoh nonmuslim lain, Bernard Lewis, Kenneth Cragg, Marshall 
Hodgson, dan seorang teolog Jerman yang ahli Islam di Indonesia Olaf Schumann 
juga menegaskan mengenai pluralisme sebagai kenyataan teologis dan historis 
dalam Islam.

Jadi pluralisme sebenarnya adalah bagian integral dari keagamaan Islam. Bahkan 
dalam Alquran, ada ayat yang mirip, yaitu QS 2:62 dan QS 5:69 yang menegaskan 
bahwa mereka yang beriman (kepada Alquran), orang Yahudi, Nasrani, dan Sabiin, 
yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan melakukan kebaikan, pahala 
mereka di sisi Allah, dan mereka tidak perlu khawatir serta tidak perlu sedih. 
Muhammad Asad, penafsir Alquran yang mendapatkan pengakuan internasional, 
dengan buku tafsirnya The Message of the Qur'an (Gibraltar: Dar al-Andalus, 
1980), menyebutkan, di antara semua agama, Islamlah yang pertama (sudah sejak 
agama ini ada) menetapkan bahwa keselamatan itu tergantung hanya pada tiga hal 
(saja), yaitu beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian serta berbuat baik. 
Pandangan Muhammad Asad ini merupakan suatu nilai universal yang tidak 
terkungkung oleh pengelompokan, atau pandangan sektarian, yang hanya menganggap 
bahwa agama sendirilah yang paling benar, seperti tertera dalam penjelasan 
fatwa MUI.

Karena itu, penegasan fatwa MUI bahwa tidak semua agama itu sama, bertentangan 
dengan Alquran yang menegaskan, seperti dijelaskan A Yusuf Ali, dalam Tafsir 
Alquran-nya, ketika mengomentari makna al-islam. Posisi seorang muslim sudah 
jelas. Ia tidak mengaku mempunyai agama yang khusus untuk dirinya sendiri. 
Islam bukan sebuah sekte atau sebuah agama etnis.

Dalam pandangan Islam, semua agama adalah satu (sama), karena kebenaran adalah 
satu (sama). Ia adalah agama yang diajarkan oleh semua nabi terdahulu. Ia 
adalah kebenaran yang diajarkan oleh semua kitab suci yang diwahyukan. Dalam 

[ppiindia] Membiarkan Berbeda

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
MEDIA INDONESIA
Senin, 15 Agustus 2005



Membiarkan Berbeda
Mahmudi, peneliti Himpunan untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (HP2M) 
Jakarta


POLEMIK fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) kini telah menjadi kontroversi 
berkepanjangan yang menyita ruas-ruas halaman media massa, baik media cetak 
maupun elektronik di Tanah Air. Persoalannya, kelompok atau komunitas 
keberagamaan seperti MUI di satu sisi, Jemaah Ahmadiyah pada sisi yang lain dan 
Jaringan Islam Liberal (JIL) maupun komunitas-komunitas keberagamaan lainnya, 
baik yang menentang maupun mendukung fatwa MUI, tetap bersikukuh pada 
pendapatnya masing-masing. Ini terasa menyulitkan bagi kelompok moderat lainnya 
untuk mencari dan mempertemukan polemik pemikiran yang kini kontroversial itu.

Lebih dari itu, setiap komunitas yang berseteru kini terlihat merasa memiliki 
otoritas lebih untuk menentukan apakah sebuah komunitas keberagamaan lain benar 
atau salah, sesat atau tidak sesat, dan seterusnya. Dalam konteks inilah, 
komunitas keberagamaan yang ada telah terjebak dalam 'arogansi teologis' 
sehingga selalu merasa benar dan paling benar daripada komunitas lainnya. Klaim 
kebenaran (claim of truth) seperti ini, tidak sesuai dengan fitrah kemanusiaan 
dan ketuhanan itu sendiri. Seperti ungkapan bijak yang pernah ditegaskan 
filosof Muslim Ibnu Arabi, siapa yang mengetahui Tuhan dan tidak berpaling dari 
pengakuan itu, maka sesungguhnya ia tidak mengetahui apa-apa karena yang 
mengetahui Tuhan hanyalah Tuhan itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam pandangan saya, tidak ada satu komunitas keberagamaan 
pun di dunia ini yang lebih berhak melakukan klaim kebenaran (claim of truth). 
Kebenaran sejati hanyalah Tuhan itu sendiri, sedangkan manusia hanya mencari 
titik simpul kebenaran. Oleh karena itu, yang ditemukan manusia belum tentu 
sebuah kebenaran absolut. Dalam perspektif pemikiran ini, menyikapi perbedaan 
pandangan mengenai polemik dan kontroversial fatwa MUI, baik oleh MUI sendiri 
maupun Jemaah Ahmadiyah atau Komunitas JIL, sebaiknya kita membiarkan semua itu 
berbeda. Membiarkan berbeda adalah sikap kesatria umat beragama dan itulah 
pluralisme sejati.

Perbedaan sebagai rahmat
Bukankah perbedaan pemahaman, penafsiran, atau interpretasi tentang substansi 
pemikiran agama dan keagamaan adalah rahmat Tuhan yang mesti dinilai sebagai 
sesuatu yang wajar dan alami (natural). Dalam arti kata, dengan adanya 
perbedaan cara pandang itu, bisa tercipta suatu dinamika pemikiran sehingga 
merangsang untuk mengkaji substansi doktrin teologis agama secara lebih 
mendalam.

Dengan demikian, agama dengan berbagai instrumen ajarannya diyakini mampu 
memberi ketenteraman bagi setiap manusia yang meyakini dan mengamalkan, 
sehingga bisa menghadirkan manusia sebagai makhluk Tuhan yang penuh damai dan 
kasih sayang di muka bumi. Sedangkan pertentangan yang disertai dengan 
kekerasan sejatinya adalah dosa.

Namun demikian, pemahaman seperti ini tampak kian suram di negeri ini seiring 
dengan lahirnya komunitas keberagamaan yang acap kali mengklaim dirinya paling 
benar, sedangkan komunitas lainnya salah, harus dihukum dan diadili. Dalam 
hemat saya, perilaku sosial umat beragama seperti ini disebabkan sempitnya 
pemahaman, bahkan ketidakmampuan seseorang dalam menerjemahkan doktrin teologis 
agamanya secara fundamental, substantif, dan komprehensif. Implikasinya, 
seseorang bisa terjebak dalam kesalehan simbolik, egois, dan individualistis. 
Padahal Islam sangat menuntut terciptanya kesalehan sosial, paling tidak 
keduanya bisa berjalan seimbang. Artinya, internalisasi doktrin teologis bisa 
seirama dengan perilaku sosialnya, Islam menuntut terciptanya kehidupan damai 
dan harmonis.

Ada contoh baik dari kampus IAIN yang kini menjadi Universitas Islam Negeri 
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat. Dahulu, komunitas keberagamaan 
antara pengikut Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah mempersoalkan menyimpang 
(bid'ah) tidaknya salat tarawih 11 atau 23 rakaat. Menurut informasi yang 
berkembang dalam diskursus pemikiran Islam di Ciputat, konon yang mendamaikan 
adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurut Gus Dur, bertengkar dalam Islam 
hukumnya haram sedangkan salat tarawih adalah sunah. Gus Dur berpendapat, 
daripada bertengkar, sebaiknya tidak usah salat tarawih. Pemikiran inilah 
kemudian melahirkan toleransi antara kedua komunitas keberagamaan ini. Uniknya, 
kedua komunitas (NU dan Muhammadiyah) ini tetap menjalankan ibadah salat 
tarawih dalam satu masjid. Sebelas rakaat pertama dilakukan dengan imam paham 
Muhammadiyah baru diteruskan hingga dua puluh tiga rakaat dengan imam NU. 
Membiarkan berbeda seperti di kampus UIN ini masih terus berjalan hingga saat 
ini.

Pemahaman seperti ini mengisyaratkan, realitas kehidupan di dunia ini tidak ada 
yang benar-benar satu (unity), tetapi selalu terdapat dimensi perbedaan 
(diferent). Oleh karena itu, agar misi agama untuk menciptakan perdamaian 
tercapai, para pemeluk agama-agama, termasuk sekte atau 

[ppiindia] Memburu Kekayaan dengan Mengorbankan Nasionalisme

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.suaramerdeka.com/harian/0508/15/nas02.htm

Refleksi 60 Tahun Indonesia Merdeka
Memburu Kekayaan dengan Mengorbankan Nasionalisme
   
  Siswono Yudohusodo - Darmanto Jatman -  Tjahjo Kumolo SM/dok   
 



MENCARI nasionalisme di era Indonesia 2005 adalah sama sulitnya dengan memburu 
jarum jatuh ke tumpukan jerami. Perlahan tapi pasti, rasa bangga pada negara 
dan bangsa yang bernama Indonesia, sudah luntur dikikis oleh waktu. Tak cuma 
kepada generasi yang lahir di era MTV, krisis nasionalisme juga dialami oleh 
generasi yang lebih dulu lahir. 

Ya, begitulah gambaran yang disampaikan oleh budayawan Darmanto Jatman, saat 
diminta memberikan refleksi 60 tahun Indonesia. Dalam istilah Darmanto, tidak 
mudah mencari nasionalisme di zaman ngangsa-ngangsa drajat, semat, lan kramat 
seperti sekarang. Orang Indonesia, kini lebih suka memburu kehormatan, 
kekayaan, dan kepangkatan daripada menyiram dan memupuk nasionalisme di 
dadanya. Nasionalisme sudah menjadi benda abstrak yang sulit ditemukan.

Kalau pengarusutamaan orientasi kebendaan itu semakin tidak terkendali, ya 
payah tenan. Bisa-bisa, rasa cinta dan bangga dengan nation-state (negara 
bangsa-Red) bernama Indonesia itu akan hilang, ujar Darmanto.

Apa alasannya? Darmanto memaparkan, orang Indonesia sekarang -tak tua tak muda, 
apa pun suku dan agamanya-sudah mulai lupa pada semangat persatuan yang pernah 
dimonumenkan pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Saat ini yang justru subur 
menjadi belantara adalah semangat mau menang sendiri dan merasa diri paling 
benar. Pada saat yang sama, mereka juga menganggap orang di luar pihaknya 
sebagai representasi kesalahan. 

Mestinya, ujar Darmanto, perlu ditumbuhkan kembali semangat untuk menyatukan 
diri. Berkaca pada generasi 1928, mereka bisa menyatukan diri pada satu 
semangat untuk bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung tinggi bahasa 
persatuan : Indonesia. Meleburkan sektarianisme dalam Jong Java, Jong Betawi, 
Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, dan semacamnya.

Padahal waktu itu, Indonesiane wae durung ana. Kenapa mereka bisa bersatu? Ada 
pengalaman sejarah bahwa perjuangan tak akan memberi hasil optimal kalau 
dilakukan sendiri-sendiri. Kesadaran semacam itu yang kini sudah mulai hilang, 
imbuh Darmanto. 

Ritual

Di era yang semakin mengglobal, kata Darmanto, amat tidak menguntungkan kalau 
perbedaan antarsuku, antaragama, atau antaraliran dibesar-besarkan. Hal itu 
bersifat kontraproduktif terhadap pencapaian cita-cita bersama. Justru 
sebaliknya, perlu dibangun upaya-upaya peningkatan produktivitas kerja.

Darmanto memprihatinkan lunturnya nasionalisme sebagai akibat pelaksanaan 
ritual kebangsaan yang tidak menyentuh hingga ke hati. Nasionalisme, kata dia, 
merupakan manifestasi nilai mistis-kosmis yang harus dilakukan dengan 
mengikutsertakan ruh kebangsaan. Tanpa hal itu, segala macam bentuk upacara 
yang dilakukan hanya akan menjadi ritual kosong tanpa makna. Ritual menjelang 
17-an, semacam lek-lekan, acapkali dilakukan sekadarnya tanpa dipahami 
substansi yang menyertainya, tutur Darmanto.

Hal senada juga disampaikan oleh Rektor Unnes, Dr HAT Soegito SH MM, yang 
menilai bahwa peringatan 60 tahun Indonesia merdeka memiliki nilai sangat 
strategis dalam upaya mengangkat jatidiri dan karakter bangsa. Tapi sayang, 
memasuki 60 tahun kemerdekaan, bangsa Indonesia justru mengalami berbagai 
cobaan.

Ancaman disitegrasi bangsa, reformasi yang kebablasan, dan pemaksaan kehendak 
dari sekelompok orang yang mengikis semangat nasionalisme, urai HAT Soegito.

Sebagai upaya mempertebal patriotisme dan nasiolisme, AT Soegito mengajak 
seluruh komponen masyarakat untuk mengingat kembali peristiwa 17 Agustus 1945 
sebagai wahana retrospeksi diri.

Ketua Paguyuban Pertempuran Lima Hari di Semarang, Soediyono (81), menyayangkan 
melunturnya semangat nasionalisme di kalangan kawula muda sekarang ini. Sebagai 
salah seorang pelaku sejarah, Soediyono berpandangan bahwa para pemuda negara 
Indonesia saat ini mengalami kemunduran. Terjadinya demoralisasi, kerusuhan, 
dan perpecahan sesama anak bangsa merupakan bukti adanya penurunan semangat 
kebersamaan.

Tak ingin melihat kekoyakan menjadi lebih besar, Soediyono bersama segenap 
komponen Dewan Harian Daerah (DHD) 45, Pepabri, Veteran, dan PWRI bernisiatif 
untuk merapatkan barisan guna memberikan penanaman jiwa dan semangat 
patriotisme kepada beberapa generasi muda. 

Bentuknya berupa sosialisasi dan pertemuan dengan para pemuda lewat RT, RW, 
dan Kelurahan hingga ke beberapa organisasi kepemudaan, ungkap Soediyono.

Dengan demikian, diharapkan mereka bisa meneruskan cita-cita para pejuang yang 
telah berhasil mempersatukan persada Indonesia. Menurut Soediyono, era sekarang 
ini dirasa berat. Pasalnya, tak hanya melawan nafsu keserakahan, penindasan 
sesama, dan bentrok antarkepentingan, tapi juga memerangi kebodohan dan 
kemiskinan. Sebagai satu-satunya polisi istimewa yang masih hidup sewaktu 
pertempuran lima hari di 

[ppiindia] Romo Magnis: Sebagian Besar Agama Menerima Pluralisme

2005-08-14 Terurut Topik Muhkito Afiff
Hanya untuk mengingatkan saja, dan meluruskan beberapa artikel yang 
menyebutkan Franz Magnis-Suseno menolak pluralisme.

***

Franz Magnis-Suseno:
Sebagian Besar Agama Menerima Pluralisme
23/12/2001

Pluralisme agama adalah sebuah kenyataan sejarah yang ditarik 
berdasarkan situasi nyata manusia di muka bumi ini. Agama sudah betul-
betul menyadari bahwa ada beragam agama di muka bumi ini. Meskipun
ada pergeseran atau perpindahan agama, tetapi skalanya sangat kecil 
terutama pada agama-agama besar. Terhadap kenyataan ini, agama harus 
mengambil sikap, dalam mengambil sikap itu muncul fakta yang menarik 
bahwa sebetulnya kebanyakan agama sudah mengakui pluralisme, 
barangkali tidak dalam praktik, tapi masih dalam ajaran normatif.

Bagi Romo Franz Magnis-Suseno, dialog antaragama merupakan keharusan 
dan harus terus-menerus diupayakan. Karena hanya dengan cara inilah, 
kerukunan antarpemeluk agama bisa diwujudkan. Romo yang masih menjadi 
Ketua Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara Jakarta ini mengakui 
bahwa konflik-konflik antaragama merupakan sesuatu yang nyata, tapi 
sebagian besar, sesungguhnya bukan berasal dari ajaran-ajaran agama. 
Romo--yang masih juga aktif mengajar dan berdiskusi dengan
tokoh-tokoh agama lain ini-- mengatakan bahwa ada berbagai faktor,
dari masalah ekonomi hingga kesenjangan sosial, yang memicu
konflik-konflik yang kemudian mengatasnamakan agama itu. Pada 
dasarnya, semua agama menerima pluralitas, karena kenyataan faktual 
yang tak dapat dibantah. 

Berikut ini adalah kutipan wawancara Romo Magnis dengan Herman Heizer 
dari Kajian Islam Utan Kayu (KIUK).

Bagaimana pandangan Anda tentang pluralisme agama?

Pluralisme agama adalah sebuah kenyataan sejarah yang ditarik 
berdasarkan situasi nyata manusia di muka bumi ini. Agama sudah betul-
betul menyadari bahwa ada beragam agama di muka bumi ini. Meskipun
ada pergeseran atau perpindahan agama, tetapi skalanya sangat kecil 
terutama pada agama-agama besar. Terhadap kenyataan ini, agama harus 
mengambil sikap, dalam mengambil sikap itu muncul fakta yang menarik 
bahwa sebetulnya kebanyakan agama sudah mengakui pluralisme, 
barangkali tidak dalam praktik, tapi masih dalam ajaran normatif.

Para pendiri agama kelihatan tidak memaksa pengikutnya. Kalaupun ada 
panggilan dalam agama uatuk melakukan missi atau dakwah, tidak 
dimaksudkan dengan cara agresif, tapi dengan cara memberikan
kesaksian dengan tidak bermaksud mengajak orang lain secara paksa. 
Secara teologis mungkin relevan apa yang dikatakan Alquran bahwa 
segala sesuatu di dunia ini dikehendaki Allah. Bagi Allah tentu 
gampang mempersatukan kita dalam satu agama, tapi Dia tidak 
melakukannya.

Bagaimana sebaiknya kita menyikapi ide-ide pluralisme?

Saya kira ada dua hal. Pertama dan yang paling penting bahwa umat 
beragama harus betul-betul bersedia hidup bersama dengan damai.
Supaya mereka dapat mengembangkan toleransi positif. Umat agama lain 
tidak hanya dibiarkan tapi dihargai untuk dapat hidup sesuai dengan 
ajaran agamanya. Secara tradisional sebenarnya itu sudah ada, tapi 
sering tertutupi oleh gejolak transformasi sosial dan pengaruh 
kepentingan politik. Kedua, kita membedakan antara pluralisme dengan 
kebenaran agama. Maksud saya menerima secara positif dan hormat
kepada agama lain bukan berarti harus mengatakan bahwa semua agama 
sama. Sikap pluralis adalah kita mampu hidup dengan umat beragama
yang berbeda dengan kita. Pluralisme juga memerlukan sikap menerima 
umat yang berbeda. Memang ada persamaan tapi juga ada perbedaan.

Tapi bukankah semua agama itu pada dasarnya sama dan hanya berbeda 
pada ritual atau syariah-nya saja?

Menurut saya kesamaan itu adalah keterbukaan kodrati manusia atau apa 
yag kita sebut dengan fitrah. Dalam lubuk hati, orang mengkui adanya 
Tuhan, dan itu dijawab dalam agamanya masing-masing yang berbeda itu. 
Tapi di lain pihak, ada agama wahyu mengklaim bahwa perbedaan itu 
lebih dari sekadar ritus.

Para penganut Yahudi bisa saja menghormati Kristen dan Islam atau 
menghormati al-Masih. Tapi Yesus bagi mereka paling-paling seorang 
nabi, begitu juga Muhamad, paling-paling seorang nabi. Alquran dan 
Perjanjian Baru bagi mereka hanya buku revisi. Orang-orang Kristen 
mengakui kitab suci agama Yahudi juga sebagai kitab suci Kristen.

Lalu Muhammad dan Alquran dihormati sebagai tokoh religius, tetapi 
seakan-akan sudah tertutup seperti Yahudi terhadap Kristen. Bagi 
Islam, Yesus adalah salah satu nabi seperti Muhammad dan Muhammad 
sebagai Nabi terakhir. Menurut saya, pluralisme agama mengaharapkan 
bahwa kita menerima perbedaan itu tanpa menjadi sakit hati dan heran.

Apakah kekerasan yang sering mengatasnamakan agama disebabkan oleh 
ajaran-ajaran agama sendiri?

Kalau kita membaca kitab suci jelas di perjanjian baru tidak
ditemukan alasan orang Kristen boleh tidak toleran terhadap pemeluk 
agama lain. Dalam sejarah Kristen banyak sekali sikap yang tidak 
toleran, tapi itu sebenarnya sudah di lingkungan orang-orang Yahudi, 
dan bukan 

[ppiindia] Occupation helped put Indonesia on the path to independence

2005-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.iht.com/articles/2005/08/14/news/vj-jakarta.php


  Occupation helped put Indonesia on the path to independence  

  By Donald Greenlees International Herald Tribune

  MONDAY, AUGUST 15, 2005
 


 
  JAKARTA When the war ended, Hideo Fujiyama had to choose where his true 
loyalties lay. He decided not to return to Japan, but to stay in Indonesia, a 
country he barely knew. 

  His decision to desert the Japanese Army was motivated by a mix of 
reasons, both practical and sentimental. He had been accidentally left behind 
when his unit shifted base. But he was also resentful at the way he had been 
treated in the wartime army, had an ill-defined sense that he could have a 
better life in the tropics and was inspired by Indonesia's burgeoning 
nationalist movement. 

  Witnessing a stirring call for independence by Sukarno, the nationalist 
leader who later became Indonesia's first president, at a mass rally in Jakarta 
on Sept. 19, 1945, was a turning point. 

  He was so energetic and impressive, said Fujiyama, at the time a 
sergeant in an aircraft maintenance unit. I was so moved by Sukarno's speech. 

  Fujiyama joined the rapidly forming Indonesian nationalist military 
forces. He was one of about 1,000 Japanese troops in Indonesia to desert and 
stay behind to fight for the country's independence from the returning Dutch 
colonial power. Only 11 of those veterans are alive today and still living in 
Indonesia. The eldest is 96; the youngest 78. 

  Fujiyama, 83, lives with his Indonesian Muslim wife on the northern edge 
of Jakarta, in Tandjung Priok, a port-side neighborhood. 

  Still energetic and eager to tell his story, Fujiyama describes his days 
of service in the Indonesian forces as the proudest time of his life. He was 
twice wounded in combat fighting alongside Indonesians. 

  Asked whether he would have been happier to serve Japan or Indonesia, he 
shot back, Indonesia, of course. He added, laughing, I didn't fight much for 
the Japanese. 

  The vital role of Japanese veterans in the postwar independence struggle 
is a largely overlooked chapter of Indonesia's recent history. The Japanese 
deserters provided tactical leadership, weapons and training to the ramshackle 
Indonesian forces. Although there was a modest contribution to the ultimate 
victory over the Dutch in 1949, it illustrated the varied and complex part 
played by Japan in Indonesia's attainment of independence and development as a 
nation. 

  Unlike in other countries in East Asia, Japan's occupation of Indonesia - 
which took place from 1942 to 1945 - elicits ambivalent responses from local 
people today. There is none of the bitter hostility that has erupted in China's 
or Korea's relations with Japan - perhaps because of the benefit of geographic 
distance. 

  The Japanese conquest in 1942, which caused the Dutch to flee, 
undoubtedly hastened Indonesian independence. Later, Japanese development aid 
and investment was a major contributor to Indonesia's industrialization and 
remarkable economic growth. 

  The legacy of Japanese wartime rule is still present in ways both great 
and small: Indonesia's 1945 Constitution was written by committees of 
nationalists brought together by the Japanese, and a nationwide system of 
neighborhood chiefs and committees was implemented during the Japanese 
occupation. 

  Yet, Indonesia also suffered during the occupation, if not to the same 
degree as China or Korea. There is no accurate record of the number of women 
forced into sex slavery - to be so-called comfort women - but it is thought to 
be in the thousands. Historians estimate that there were at least 200,000 
forced laborers, or Romusha, more than half of whom died. Periodic uprisings 
were brutally suppressed. 

  Salim Said, a military analyst at the Center for National Strategic 
Studies in Jakarta, captures the current feeling of ambivalence when he 
describes the occupation as a blessing in disguise. 

  From the time of their arrival, the officers of the Japanese 
administration embarked on a program of social mobilization with the aim of 
garnering support for the war effort. They organized political advisory 
councils, self-defense militias, and religious, youth and women's groups. And 
they adopted the nationalist term for the Dutch East Indies - Indonesia. 

  The Japanese could not use the machine that they created, Said said. 
When we proclaimed our independence it was easy to get support from the mass 
of the public because they were already mobilized by Japan. 

  But the Japanese occupation also influenced Indonesia in less fortunate 
ways. 

  Some historians believe the authors of the 1945 Constitution were 
influenced by the Japanese political model when they created a powerful 
presidency and hence the opportunity for authoritarian rule. 

  It was not until 2003 that the Constitution was 

[ppiindia] MOTIVATION IBUNDA, KENAPA ENGKAU MENANGIS?

2005-08-14 Terurut Topik Taman Bintang

IBUNDA, KENAPA ENGKAU MENANGIS?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. Ibu, 
mengapa Ibu menangis?. Ibunya menjawab, Sebab, Ibu adalah seorang wanita, 
Nak. Aku tak mengerti kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan 
memeluknya erat. Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. Ayah, mengapa Ibu menangis? 
Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas? Sang ayah menjawab, Semua 
wanita memang menangis tanpa ada alasan. Hanya itu jawaban yang bisa diberikan 
ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap 
bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. Ya Allah, mengapa 
wanita mudah sekali menangis? Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, Saat Kuciptakan 
wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu 
menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup 
nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari 
rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari 
anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, 
saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau 
sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua 
anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang 
anak-anaknya itu melukai
perasaannya, melukai hatinya.

Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk 
menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap 
dengan lembut
olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, 
dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi 
setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian 
dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. 
Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang 
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan 
saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah 
yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. 
Hanya inilah kelemahan
yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata 
kehidupan.

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di 
kakinyalah kita menemukan surga.

v

Apakah Anda menginginkan lebih banyak gagasan unik, tips hebat ataupun 
inspirasi luar biasa lainnya yang dikirimkan secara gratis kepada Anda ? Jika 
Anda suka, Andapun dapat terlibat diskusi menarik dengan Para Bintang.

Caranya mudah, KLIK saja http://groups.yahoo.com/group/TamanBintang/, SEKARANG 
!!!

v











__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hrt3tcp/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124075655/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Give
 underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to 
life by funding a specific classroom project  
/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Re: Romo Magnis: Sebagian Besar Agama Menerima Pluralisme

2005-08-14 Terurut Topik Muhkito Afiff
Tambahan mengenai pendapat Romo Magnis mengenai Pluralisme:

Wawancara
Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno:
Banyak Jalan Menuju Keselamatan

http://islamlib.com/id/index.php?page=articleid=299

.
Berbicara masalah keselamatan, kita melihat di semua agama ada 
kecenderungan mengklaim keselamatan hanya ada padanya (claim of 
salvation). Bagaimana melihat pandangan bahwa semua agama mengklaim 
agama kita adalah jalan keselamatan?

Menurut saya, perbedaan yang ada di antara agama-agama tidak boleh 
dibedakan menjadi seakan-akan keselamatan itu eksklusif. Jadi 
keselamatan dalam pandangan orang Kristen yang dibawa Yesus itu 
keselamatan buat semua, bukan hanya untuk orang Kristen. Intinya
semua orang bisa selamat. Untuk semua orang yang berusaha untuk 
memberikan suatu kebaikan dalam hati mereka dan tidak berusaha untuk 
menutup diri. Jadi keselamatan tidak boleh eksklusif, dibatasi hanya 
bagi orang Kristen. Bagi saya, sikap ekslusif itu salah sekali. 

Bagaimana membedakan jalan keselamatan yang ditawarkan satu agama 
dengan agama lainnya?

Orang yang beriman, --misalnya saya beriman sebagai orang Kristiani-- 
tentu saja merasa yakin bahwa iman saya benar. Kalau tidak, tentu 
saja, saya tidak bisa disebut beriman. Ini mengandaikan bahwa orang 
beriman pada agama manapun kebanyakan begitu. Hal itu tidak berarti 
bahwa saya mengatakan bahwa semua agama lain itu salah. Agama lain
itu adalah jalan-jalan lain yang sebenarnya juga membimbing pemeluknya 
menuju Tuhan. Jadi, saya tidak akan memberikan suatu penilaian
tentang agama lain hanya karena saya happy di dalam agama saya 
sendiri. 

Kesimpulannya, banyak jalan menuju keselamatan. Atau banyak jalan 
menuju Tuhan. Apa begitu?

Ya, dalam kenyataan memang begitu. Saya yakin betul adanya banyak 
jalan menuju keselamatan. Dan itu juga ajaran Katolik. Dalam Konsili 
Vatikan ditegaskan bahwa orang dari semua jalan, asal mau hidup 
dengan baik, akan bisa menerima keselamatan Allah []






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h078k36/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124075687/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take
 a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who 
cares about public education/a!/font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Government rejects MUI's demand to ban Ahmadiyah

2005-08-14 Terurut Topik Muhkito Afiff
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20050811.A06

Government rejects MUI's demand to ban Ahmadiyah 

National News - August 11, 2005 

Muninggar Sri Saraswati, The Jakarta Post, Jakarta

The government will not ban the teachings of the Indonesian Ahmadiyah 
Congregation (JAI) nor dissolve the group, but will let the 
government-sanctioned Indonesia Ulema Council (MUI) decide whether it 
will file such a request with the court, a senior minister says.

Coordinating Minister for People's Welfare Alwi Shihab said on 
Wednesday that the government continued to acknowledge a government 
decree issued in 1980, which allows Ahmadiyah followers to implement 
the teachings among themselves, but bans them from disseminating them. 

The government has decided to let the judiciary have the final say on 
this issue, he said after attending a ceremony at the State Palace. 

According to Alwi, the government arrived at its stance during a 
recent ministerial meeting on political affairs. 

Thousands of people attacked last month the JAI campus in Parung, 
Bogor, West Java. 

The attackers, from a group calling itself the Indonesian Muslim 
Solidarity group, have publicly admitted that they were motivated by a 
controversial fatwa issued in 1980 by the MUI, which banned the group 
as it does not recognize Muhammad as the last prophet. 

The MUI recently upheld the edict during a national meeting in 
Jakarta, asking the government to ban the teachings of Ahmadiyah and 
the group. 

Several Muslim leaders, including those from Muhammadiyah and 
Nahdlatul Ulama (NU), the country's two largest Muslim organizations, 
have condemned the attack. They said faith differences should not be 
resolved with violence. Some have even criticized the MUI for issuing 
such a controversial edict, which is not legally binding. 

Acts of intimidation and aggression against religious groups or 
individuals by other devotees have been increasing in number over 
the past few years. 

Experts have called on the government to act swiftly to protect the 
people's right to freely follow their religion. Some have suggested 
the government also acknowledge other religions and beliefs outside 
the existing five recognized by the state under the Constitution. 

But Alwi said that the government would allow the MUI to seek the 
court's ruling if it wanted to ban Ahmadiyah. 

Ahmadiyah was established in Pakistan in the 19th century by Mirza 
Gulam Ahmad. Its followers believe that he was a prophet who came 
after the Prophet Muhammad. 

Ahmadiyah is little known in Indonesia. It did not take root in the 
country until the 1980s. There are an estimated 200,000 followers in 
the country.




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h1umcbc/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124082048/A=2894354/R=0/SIG=11qvf79s7/*http://http://www.globalgiving.com/cb/cidi/c_darfur.html;Help
 Sudanese refugees rebuild their lives through GlobalGiving/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [ppiindia] MUI dan Fatwa Antidemokrasi (sulit untuk tidak setuju)

2005-08-14 Terurut Topik Free Thinker
Sebuah catatan yang sangat menarik dan cerdas dari
polemik yang berkepanjangan soal fatwa MUI. Prinsip
memiliki kebenaran mutlak dan menganggap yang lain
sesat rasanya banyak dianut oleh anggota milis ini.
Bukan begitu, ibu Lina dan teman-teman sepahamnya?
Hehehehe






Kalau fatwa MUI dijadikan patokan, maka penolakan Prof
Syafi'i
Ma'arif dan Hasyim Muzadi terhadap penerapan syariah
adalah suatu
dosa. Lebih jauh, orang Islam yang memilih Partai
Demokrat, Golkar,
PDIP, PKB, dan PAN bisa dikategorikan sebagai pendosa
karena mereka
memilih partai nasionalis yang sekuler. Begitu juga
kalangan Islam
yang aktif memperjuangkan demokrasi dan pluralisme.


Dengan demikian, fatwa MUI ini akan mengancam fondasi
dasar bagi
proses demokratisasi, sesuatu yang dicita-citakan oleh
reformasi.
Jangan dikira musuh reformasi hanya terbatas pada
otoritarianisme
Orde Baru dan korupsi. Reformasi juga bisa terancam
oleh
absolutisme, suatu sikap yang disebut oleh Cak Nur
sebagai thoghut
(tiran), yang merasa memiliki kebenaran mutlak dan
menganggap yang
lain sesat. Fatwa MUI dengan jelas menunjukkan
karakter itu.






Start your day with Yahoo! - make it your home page 
http://www.yahoo.com/r/hs 
 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hv7m67v/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124082672/A=2896129/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;DonorsChoose.
 A simple way to provide underprivileged children resources often lacking in 
public schools. Fund a student project in NYC/NC today/a!/font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Keteladanan Presiden LAMA dan Baru IRAN

2005-08-14 Terurut Topik Nugroho Dewanto

ustad mansyur apa kabar...?

yang perlu belajar kayaknya si mbak deh boro-boro
mengantar ke meja kerja, datang ke acara pelantikan
presiden baru saja ogah duh, kalau kata tesy srimulat,
malu aku punya bekas presiden seperti itu

iran, bersama kuba, india dan cina, memang
negara-negara yang punya martabat tinggi seandainya
tak diembargo amerika dan aset-asetnya tak dibekukan
sehingga bisa digunakan untuk modal pembangunan,
tentu iran sudah bisa menyaingi israel di timur tengah

salam,



At 10:36 PM 8/14/05 +0700, you wrote:

DARI MILIS SEBELAH, sangat menarik dan mengharukan. SBY perlu belajar
darinya.

Wrote:
Dari rekan yg berada di Iran, Dina Sulaeman, ada cerita menarik ttg
presiden baru Iran, Ahmadinejad ;



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hg4jsto/M=362343.6886681.7839642.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124084046/A=2894352/R=0/SIG=11fdoufgv/*http://www.globalgiving.com/cb/cidi/tsun.html;Help
 tsunami villages rebuild at GlobalGiving. The real work starts now/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: Ant: [ppiindia] Belajar Menghargai Perbedaan

2005-08-14 Terurut Topik Nugroho Dewanto


Harus diakui berkat Cheng Ho, pernah tercipta harmoni di tengah masyarakat 
Jawa saat itu. Saat itu terjadi akulturasi antara nilai-nilai China, Jawa, 
dan Islam secara harmonis. Bukti-bukti harmoni itu hingga kini bisa 
dilihat di kelenteng-kelenteng di pantura Jawa, termasuk di Masjid Demak 
yang terkenal itu.



**H...dimanakah tersisa toleransi itu kini? Dimana kemajemukan 
alias pluralisme malah dikutuk?

DH


tenang saja pak, toleransi dan harmoni insya Allah akan tetap
lestari di bumi pertiwi dibawah ini contohnya

salam,



Tadinya Bukan Orang Lain

Fatwa sesat dikeluarkan MUI untuk Jemaat Ahmadiyah. Di daerah mereka hidup 
rukun bersama komunitas agama lain.

***-
DALAM sepekan terakhir ini Abdul Muhaimin, 48 tahun, sering uring-uringan. 
Apalagi jika pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ummahat di Kotagede, 
Yogyakarta, itu dimintai pendapatnya tentang fatwa Majelis Ulama Indonesia 
(MUI) mengenai Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI).
Kiai Nahdlatul Ulama ini juga tidak berbahagia diingatkan soal aksi 
penyerbuan ke kampus Al-Mubarok di Parung, Bogor, pertengahan Juli 
lalu.  Saya sangat kecewa, katanya. Islam kok melakukan kekerasan.
Bagi Muhaimin, Jemaat Ahmadiyah itu seperti keluarganya sendiri. Mereka 
sering berkunjung ke pondoknya, terkadang ikut makan, tidur, dan salat 
berjemaah dengan warga pondok lainnya.
Sebaliknya, Muhaimin juga sering mampir ke kantor mereka di Kotabaru, 
Yogyakarta. Mereka itu bukan orang lain bagi saya, keluarga dan penghuni 
pondok, katanya.
Tamu Muhaimin itu umumnya mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan 
Kalijaga, Yogyakarta. Mereka membantu Muhaimin mencetak majalah Suluh, 
terbitan Forum Persaudaraan Umat Beriman.
Para mahasiswa itu juga ikut menyiapkan kemah bersama umat beragama yang 
digelar di Desa Turgo, Kecamatan Pakem, Sleman, akhir Juli lalu. Acara yang 
digelar di lereng Gunung Merapi itu dihadiri seluruh komunitas keagamaan, 
NU, Muhammadiyah, Hindu, Buddha, Kristen, Katolik, dan aliran kepercayaan.
Di Madiun, Jawa Timur, Masjid Biturrohman di kawasan Ngrowo, Taman, selalu 
penuh setiap Sabtu malam. Sebenarnya pengajian rutin selepas salat isya itu 
merupakan agenda JAI, tapi berubah menjadi acara rutin lingkungan.
Pesertanya juga bukan sebatas pengikut Ahmadiyah. Sejak didirikan pada 
1973, masjid ini memang untuk masjid umum, bukan untuk orang Ahmadiyah 
saja, kata Ahmad Sumani, pendiri JAI di Madiun.
Selain untuk pengajian, sehari-hari masjid itu juga ramai dengan anak-anak 
dan remaja yang ikut kursus baca Al-Quran. Pesertanya umum. Juga para warga 
yang berobat alternatif homoe pahly. Selain bayar seikhlasnya, pengobatan 
ini dilakukan dengan ramuan tumbuhan yang disertai doa. Peminatnya banyak.
Di lereng Gunung Lawu, begitu azan dikumandangkan dari pengeras suara 
Masjid Mubarak, warga Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten 
Karanganyar, Jawa Tengah, berduyun-duyun datang untuk salat. Salat Jumat 
juga digelar berjemaah dengan warga sekitar. Padahal bangunan masjid dua 
lantai yang didirikan pada 1987 itu juga digunakan sebagai kantor JAI.
Sehari-hari masjid itu tak pernah sepi. Seminggu tiga kali digelar 
pengajian dan arisan ibu-ibu. Setiap hari, selepas zuhur, anak-anak desa 
ramai belajar membaca Al-Quran. Tiga bulan sekali digelar acara donor darah 
dan pengobatan massal--pesertanya dari berbagai kalangan.
Tak ada masalah dengan komunitas agama lain. Azis Suyatno, Ketua JAI 
Tawangmangu, adalah ketua RT setempat. Nasir Sumardi, eks Ketua Cabang JAI 
Tawangmangu, juga ketua seksi kerohanian desa.
Sebagai pamong desa, mereka tak jarang harus tampil memimpin doa dalam 
berbagai acara, termasuk acara keagamaan. Tak ada yang ribut, fatwa MUI 
tak berpengaruh sampai di sini, kata Sulisyani, Ketua Fatayat NU Karanganyar.
MUI Kabupaten Karanganyar sendiri memilih bersikap adem-ayem ketimbang 
meneruskan fatwa dari Jakarta. Lebih baik kami dekati daripada 
dibubarkan, ujar Badaruddin, Ketua MUI Karanganyar. Selain karena pengikut 
JAI hanya 209 orang, mereka menganggap lebih baik memelihara silaturahmi 
agar tak terjadi konflik antarumat beragama.
Harmoni seperti itu pula yang kini sebenarnya diharapkan warga JAI di 
Surabaya. Apalagi, sebelum fatwa MUI keluar, warga JAI Surabaya cukup akrab 
dengan MUI Jawa Timur dan ormas Islam lainnya.
Para mubalig JAI Wilayah Jawa Timur, seperti Basuki Ahmad, rajin sowan ke 
pondok besar di Jawa Timur seperti Pondok Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, 
Pondok Lirboyo Kediri, Pondok Gontor Ponorogo, dan Anugayah, Gulukguluk, 
Sumenep. Sayang, keinginan itu cuma mimpi. Begitu papan nama kantor itu 
diturunkan polisi pekan lalu, harmoni itu kini tinggal kenangan.

Widiarsi Agustina, Syaiful Amin (Yogyakarta), Imron Rosyid (Solo), Rochman 
Taufiq (Madiun), Sunudyantoro (Surabaya)

(Majalah TEMPO, 8 Agustus 2005)



[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 

[ppiindia] Pejuang wanita itu telah meninggalkan kita

2005-08-14 Terurut Topik rahardjo mustadjab
Kemarin, Minggu tanggal 14 Agustus 2005, Ny. Suwarni
Salyo, S.H. telah meninggal dunia dalam usia 84 tahun.
Terakhir dia masih aktif dalam kepengurusan Ikatan
Sarjana Wanita Indonesia dan sekalipun usianya sudah
uzur, dia aktif dalam kegiatan kesetaraan jender
bersama Ny. Saparinah Sadli.  Jenazahnya dimakamkan di
Blitar, sesuai dengan amanat beliau kepada sanak
keluarga.

Semasa gadis belia yang cantik, dia bergerilya bersama
TP (tentara pelajar atau TRIP).  Sejak muda dia memang
cantas (tepat bicara) dan menggunakan kemampuan Bahasa
Belanda yang prima kalau ditangkap Belanda :  kalau
yang menangkap dia kopral Knil, yang biasanya kulit
sawo matang atau hitam, dia berkacak pinggang minta
dipertemukan dengan opsirnya (pasti Belanda totok) dan
selalu setelah berbicara rileks dia dilepaskan. Dia
kemudian bersuamikan juru terbang Kapten Muljono. 
Perkawinan pertama ini berlangsung tidak begitu lama,
karena penerbang legendaris ini, yang mampu
menerbangkan pesawat cureng Jepang hanya dengan
membaca manual saja, jatuh nyungsep ke rumah Pak Haji
di Surabaya dalam upaya yang gagal untuk memecahkan
rekor terbang vertikal setelah menukik 50 meter dari
atas tanah dengan pesawat Mustang P-51.  Adalah
adiknya, Suwardi (lulusan Delft yang kemudian menjadi
satu diantara dua orang Indonesia pertama yang menjadi
sarjana ahli teknik nuklir), yang meyakinkan Suwarni
untuk tidak tenggelam dalam kesedihan ditinggalkan
suami tercinta.  Lalu dia menyelesaikan studi di
Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan menjadi
Pemimpin Umum koran Surabaya Pos.  Tidak pernah absen
dari perjuangan, di Jakarta dia memimpin KASI
(Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia) dan menikah dengan
Ir. R.M. Salyo.  Sayang wanita yang yakin bahwa orang
Indonesia seharusnya mengidentifikasikan diri sebagai
orang Indonesia dulu baru identifikasi sebagai
penganut agama tertentu kemudian, ini belum sempat
melihat semaraknya peringatan HUT ke-60 proklamasi.

Salam,
RM



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hgg048p/M=320369.6903865.7846595.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124085322/A=2896110/R=0/SIG=1107idj9u/*http://www.thanksandgiving.com
Help save the life of a child. Support St. Jude Children¿s Research 
Hospital/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [ppiindia] Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan

2005-08-14 Terurut Topik Free Thinker
Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa
yang merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari
Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota
yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat 
dialihfungsikan menjadi tempat kegiatan ibadah. 

===

Just curious, 
Kalo pengajian, pake izin ga y??? 
Atau kalo bangun langgar yang speaker-nya teriak2 pake
izin ga sama warga non muslim?? (atau izin sebagian
warga muslim yang juga nggak suka polusi udara)

Ya, ya, negara ini memang punya yang mayoritas. Dan
jarang juga kegiatan agama islam yang diadakan di
rumah, soalnya ngebangun langgar ga sesulit ngebangun
gereja atau rumah ibadah lainnya. Tiap pengkolan juga
ada...

Hidup kelompok mayoritas!!!




--- Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:

 HARIAN KOMENTAR
 15 August 2005 
 
 
 Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan  
 
 
 Aliansi Gerakan AntiPemurtadan (AGAP) Kota Cimahi
 bersama beberapa Organisasi Massa (Ormas) Islam dan
 masyarakat, Minggu (14/08) kemarin meminta agar 13
 rumah ibadah di Perumahan Permata Cimahi dihentikan
 seluruh aktivitasnya. Alasan mereka, kegiatan ibadah
 umat Kristen itu tidak mempunyai izin. 
 
 Ketua AGAP M Mu'min SE mengatakan, permintaan
 peng-hentian tersebut dilakukan me-lalui cara
 persuasif dengan mendatangi para pendeta ge-reja.
 Para pendeta gereja ter-sebut diminta untuk
 me-nandatangani surat pernya-taan penghentian
 kegiatan ser-ta akan mengembalikan fungsi bangunan
 sebagaimana mes-tinya, katanya di Masjid Zam-rud
 Permata Cimahi. 
 
 Ia mengatakan, ke-13 gereja tersebut tidak mempunyai
 su-rat izin yang jelas. Mereka meng-gunakan tempat
 tinggalnya un-tuk dijadikan pusat kegiatan agama
 seperti kebaktian, seko-lah minggu dan kegiatan
 lain-nya yang aktivitasnya sama de-ngan gereja,
 katanya. 
 Kegiatan yang kami lakukan bersama teman-teman
 Forum Pembela Islam (FPI), Barisan AntiPemurtadan
 dan Korps Pe-muda Daulah Islamiyah dan warga
 masyarakat sekitar bu-kanlah untuk menghalangi
 ke-giatan ibadah umat non-Mus-lim, katanya. 
 
 Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa
 yang merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari
 Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota
 yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat
 dialihfungsikan menjadi tempat kegiatan ibadah. 
 
 Sejak pukul 09:00 WIB kema-rin, ratusan massa dan
 warga masyarakat telah mendatangi empat gereja yaitu
 yang berada di RW 14, RW 05, RW 12 dan RW 5,
 termasuk sebuah klinik pengobatan Anugerah. Mereka
 membagi menjadi tiga kelom-pok utusan, masing-masing
 menjelaskan maksud keda-tangan, negosiator dan
 penan-datanganan. Kelompok perta-ma bertugas untuk
 menjelaskan maksud kedatangannya ke setiap gereja.
 Setelah itu, kelom-pok negosiator bertugas untuk
 melakukan negosiasi dengan pendeta untuk
 menandatangani surat pernyataan dan untuk
 se-lanjutnya penandatanganan su-rat pernyataan. Aksi
 yang dila-kukan ratusan massa tersebut berlangsung
 aman. Tidak ada tindakan anarkis yang terjadi
 diantara kedua belah pihak. 
 
 Massa yang memakai atribut masing-masing Ormas
 tersebut didampingi oleh tokoh masya-rakat dan pihak
 kepolisian. 
 
 Menurut Ketua RW 14 Agus Sucipto, bersama dengan
 pihak kepolisian, tokoh masyarakat serta AGAP telah
 mendatangi satu persatu pendeta gereja. Kami
 bersyukur karena me-reka bersedia menandatangani
 surat pernyataan akan meng-hentikan kegiatan,
 katanya. 
 
 Agus juga mengatakan, ke-giatan beberapa gereja
 tersebut diantaranya sudah berlangsung selama lebih
 dari 10 tahun.
  
 Upaya yang telah dilakukan oleh warga masyarakat
 melalui Ketua RT dan RW adalah de-ngan mengadakan
 pertemuan untuk mendiskusikan hal ini te-tapi
 ternyata himbauan-himbau-an kami tidak diindahkan,
 katanya. 
 
 Saya sebagai Ketua RW telah melaporkan hal ini ke
 pihak ke-polisian dan kecamatan. Dan sudah
 semestinya Walikota Ci-mahi juga sudah
 mengetahui-nya, tambahnya. Menurut Ke-tua RT 06 RW
 14 Yanto, satu hal yang paling mengganggu adalah
 banyaknya mobil yang parkir di sekitar gereja yang
 tentu saja menghalangi rumah tinggal lain-nya.
 Tetapi, lanjut Yanto, hal tersebut sudah dipenuhi
 oleh pemilik gereja tersebut dengan memindahkan
 lahan parkirnya ke tempat lain. 
 Tetapi sayang, taman yang merupakan fasilitas umum
 ma-lah diratakan menjadi lahan parkir. Sehingga hal
 ini menjadi tambahan masalah, katanya. 
 
 Ketika sekitar pukul 14:00 WIB massa mendatangi
 rumah yang dijadikan gereja milik Pen-deta Gunawan
 Immanuel, dan ia tidak bersedia ditemui. Te-tapi
 menurut sebuah sumber, Gunawan telah bersedia
 menan-datangani surat pernyataan untuk menghentikan
 aktivitas gerejanya. Gereja yang telah didatangi
 oleh AGAP adalah gereja milik Pendeta M Sibarani,
 Pendeta Henokh Herminutoyo, Pendeta Theo dan Pendeta
 Gunawan Immanuel.(ant/*) 
 

 © Copyright 2003 Komentar Group. All rights
 reserved. 
 
 [Non-text portions of this message have been
 removed]
 
 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has 

[ppiindia] Re: Keteladanan Presiden LAMA dan Baru IRAN

2005-08-14 Terurut Topik fauziah swasono
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 
 iran, bersama kuba, india dan cina, memang
 negara-negara yang punya martabat tinggi seandainya
 tak diembargo amerika dan aset-asetnya tak dibekukan
 sehingga bisa digunakan untuk modal pembangunan,
 tentu iran sudah bisa menyaingi israel di timur tengah
 

Ekonomi Israel sangat ditopang oleh US:

Israel received US$2.16 billion in military aid from the US alone for 
2004. They also receive around $2.58 billion in economic aid and $360 
million in civilian aid. 

Belum dari policy: trade, jobs, dsb yang sangat pro Israel. Coba kalo 
dilepas semua, belum tentu GDP Israel bisa setinggi sekarang. (Ada 
tulisan yang membandingkan ekonomi Israel dan Irlandia, cukup menarik)

Btw, Mas Nugroho, bisa minta no kontak via japri? Insya Allah nanti 
saya hub di jkt.

salam,
fau






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12haa73sr/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124089874/A=2896130/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Give
 underprivileged students the materials they need to learn. Bring education to 
life by funding a specific classroom project  
/a./font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Re: Aktivitas 13 Rumah Ibadah Dihentikan

2005-08-14 Terurut Topik fauziah swasono
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Free Thinker [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
 Tetapi, lanjutnya, AGAP ha-nya menindaklanjuti apa
 yang merupakan Surat Keputusan Bersama (SKB) dari
 Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama serta walikota
 yang menyata-kan bahwa tempat tinggal tidak dapat 
 dialihfungsikan menjadi tempat kegiatan ibadah. 
 
 ===
 
 Just curious, 
 Kalo pengajian, pake izin ga y??? 
 Atau kalo bangun langgar yang speaker-nya teriak2 pake
 izin ga sama warga non muslim?? (atau izin sebagian
 warga muslim yang juga nggak suka polusi udara)
 
 Ya, ya, negara ini memang punya yang mayoritas. Dan
 jarang juga kegiatan agama islam yang diadakan di
 rumah, soalnya ngebangun langgar ga sesulit ngebangun
 gereja atau rumah ibadah lainnya. Tiap pengkolan juga
 ada...
 
 Hidup kelompok mayoritas!!!
 
 
 
 

Kalem Mbak,
di Perancis malah perempuan berjilbab dilarang pergi ke 
sekolah/institusi pemerintah. Minoritas memang sering dimarjinalkan. 
Bukan cuma soal agama (yg merupakan hak yang sangat azasi) tetapi 
juga kaum minor lainnya: suku pedalaman, anak2, wanita, petani.

Saya pribadi melihat ada hal lebih besar yang harus dibicarakan 
bersama oleh bangsa kita dalam hal kebebasan ibadah ini. Supaya kita 
tidak terjebak menjadi seperti negara Perancis atau Cina. Dalam 
pendapat saya pribadi, menghentikan aktivitas ibadah tidaklah benar, 
apalagi cuma berkaitan soal izin administrasi. Mengapa tidak 
dibicarakan dan dicarikan solusinya bersama2 dg semangat toleransi?

Pemerintah tampaknya tidak mau ambil resiko dg mengeluarkan SKB tsb. 
Tampaknya mesti ditinjau lagi. Juga supaya kita tidak buru2 mencap 
macam2 peristiwa yg berkaitan dg kegiatan agama tertentu sbg 
Kristenisasi atau Islamisasi. Apalagi dg mudahnya menarik 
generalisasi.


salam,

fau

 




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12h8ilg2a/M=323294.6903899.7846637.3022212/D=groups/S=1705329729:TM/Y=YAHOO/EXP=1124090614/A=2896125/R=0/SIG=11llkm9tk/*http://www.donorschoose.org/index.php?lc=yahooemail;Take
 a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for anyone who 
cares about public education/a!/font
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Pusar ABG Indonesia

2005-08-14 Terurut Topik adejahja
 
Diambil dari milis tetangga, kegusaran seorang wanita..
-
 
PUSAR OH PUSAR

Menjadi pengguna angkot di kota besar bukanlah sesuatu
yang mudah, terutama bila anda laki-laki. 
Kenapa ? 
Jawabnya mudah. 
Ambillah contoh, sekarang dapat dengan mudah kita
temui gadis-gadis cantik berpakaian ketat dan mini.
Kaus ketat dan celana ¾ ala Jennifer Lopez yang
berpinggang rendah seakan menjadi seragam. Ketika
gadis-gadis itu membungkuk untuk turun dari angkot,
tampaklah pemandangan yang buat saya mengerikan itu.
Punggung yang terbuka ! 
Sebagian mereka ada yang merasa risih, kebingungan
menarik- narik kausnya bagian belakang. Sebagian yang
lain, cuek dan ikhlas saja membiarkan punggung yang
terbuka itu menjadi tontonan orang-orang seangkot.
Astaghfirullah saya jadi bisa merasakan betapa
beratnya menjadi laki-laki
di jaman sekarang.
Suatu hari, saya berencana pergi ke suatu tempat.
Karena angkot yang saya
tumpangi masih kosong, saya harus sedikit bersabar
menunggu angkot itu
ngetem sampai penumpangnya penuh. Saya pilih duduk di
bangku bagian
belakang. Di depan, dekat sopir, duduk 2 orang gadis.
Gadis yang duduk di
tengah rupanya memakai kaus yang kekecilan dan
celana dengan gaya lower is better yang benar-benar
lower. Tak perlu membungkuk, cukup dalam posisi
duduk biasa, gadis itu sudah memamerkan hampir 1/3
punggung dan sebagian panggulnya. Tak usahlah
dibayangkan. Tak lama, datang temannya, seorang pria.
Mereka lantas mengobrol bertiga. Saking semangatnya,
gadis yang duduk di tengah sesekali
mencondong-condongkan badannya.
Seorang pria lain, calo angkot, tiba-tiba datang,
mengajak bicara sopir yang
sibuk memanggil-manggil penumpang. Perhatian sang calo
segera tersita oleh punggung sang gadis yang terbuka.
Segera saja ia menyikut sang sopir.
Kepalanya bergerak-gerak ke arah samping seolah-olah
hendak mengatakan,
Tuh...liat tuh.. Pak sopir cuma menoleh sebentar
lantas cuek. Sementara
sang calo terus menatap dengan pandangan yang
aahh.mengingatkan saya
pada lagu Nicky Astria Mata Lelaki yang terkenal
itu.
Sang gadis yang menjadi pusat perhatian tampaknya sama
sekali tak sadar apa yang telah terjadi. Sementara
saya tak bisa berbuat apa-apa. Satu per satu penumpang
naik. Angkot mulai penuh. Punggung bawah gadis itu
masih menganga, mengisi ruang kosong antara kursi
sopir dengan kursi penumpang di depan. Mas penumpang
di depan saya mencuri-curi pandang ke arah point of
view itu. Saya semakin bingung harus berbuat apa.
Hari lain, masih di angkot juga, 2 orang gadis duduk
di depan saya. Tentu
saja, dengan pakaian seragam yang sama. Kaos ketat
dan celana J.Lo. Sambil melihat pemandangan di luar
angkot, telinga saya pasang baik- baik untuk
mendengarkan obrolan mereka. Mula-mula cerita berkisar
tentang teman-teman mereka, lantas tiba-tiba mereka
mendiskusikan bagaimana cara keluar dari angkot tanpa
memperlihatkan punggung mereka. Salah satunya mengaku
menyesal karena tidak membawa jaket. Habis nggak
nyangka sih kalo pulangnya bakalan naik angkot kata
temannya. Ketika turun, mereka seperti orang
kebingungan, berdesak-desakan antar mereka berdua
saja. Yang di belakang sibuk menutupi punggung
temannya sekaligus menutupi punggungnya sendiri.
Pemandangan yang menggelikan sekaligus memprihatinkan.
Masalah punggung, panggul, pusar, atau bagian tubuh
perempuan yang lain yang erat kaitannya dengan baju
mini, ketat, dan seksi ternyata bukan hanya
monopoli penumpang angkot. Karena perempuan dengan
baju-baju seperti itu ternyata dapat ditemui di mana
saja. Termasuk di tempat-tempat yang
(katanya) mengagungkan intelektualitas dan
(seharusnya) dihormati seperti
kampus. Sayang, di kampus tak ada larangan mengenakan
baju-baju seperti itu. Kalau pun ada, gaungnya tak
segencar larangan mengenakan sandal jepit di kelas.
Baju-baju seragam sekolah anak SMP dan SMU di
kota-kota besar pun semakin lama semakin jauh dari
aturan yang sebenarnya. Roknya semakin pendek, bajunya
semakin kecil dan ketat. Cocok untuk dikiaskan dengan
peribahasa Ke atas tampak lutut, ke bawah tampak
pusar.
Soal pamer aurat ini bahkan sudah menjadi masalah
nasional, saudara-
saudara! Seorang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun
sampai merasa perlu mengimbau untuk menertibkan
persoalan ini :  Saya meminta secara khusus agar
gadis-gadis kita yang cantik-cantik, kaum perempuan
dan wanita Indonesia yang berbudi luhur, dibebaskan
dari mempertontonkan perut atau pusar yang dianggap
biasa-biasa saja, kata Presiden ketika memperingati
Hari Ibu, 22 Desember 2004 lalu di Istana Negara.
Sebenarnya aneh rasanya jika negara demokrasi dengan
banyak persoalan
seperti Indonesia kita ini sampai harus turun tangan
mengurusi soal pusar
perempuan. Jika presiden sampai harus angkat bicara,
artinya masalah ini
memang sudah dianggap serius. Sebagai perempuan, kita
seharusnya malu karena masalah pusar, punggung, atau
bagian mana pun dari tubuh kita mestinya dan harus
menjadi urusan kita sendiri. Tak perlu menunggu sampai
Presiden