[ppiindia] Hadiri Bedah Buku TASAWUF ACEH nanti sore di Aceh Institute
Hadiri Bedah Buku TASAWUF ACEH KARYA SEHAT IHSAN SADIQIN 'DASAR-DASAR SUFISME NUSANTARA’ Jum’at, 20 Maret 2009 di Balee Seumike Aceh Institute Jl Sultan Iskandar Muda No. SK III/12 Punge Blang Cut, Banda Aceh, pukul 16.45-18.30. Pembedah: Prof. Misri A. Muchsin. Acara terbuka untuk umum. TOR : http://id.acehinstitute.org/index.php?option=com_content&view=article&id=453:bedah-buku-tasawuf-aceh-karya-sehat-ihsan-sadiqin-tasawuf-aceh-dasar-dasar-sufisme-nusantara&catid=29:agenda http://www.acehinstitute.org [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Tokoh OPM Kembali ke Indonesia
Refleksi : Saya kira Youwe bukan pendiri OPM, karena beliau berangkat ke negeri Belanda sebelum OPM dibentuk. Sebelum berangkat ke negeri Belanda beliau menjadi anggota "Nieuw Guinea Raad". Cendrawasih Pos 20 Maret 2009 Tokoh OPM Kembali ke Indonesia *Akan ke Papua, Hari ini Bertemu Menko Kesra JAKARTA-Lebih dari empat puluh tahun bermukim di Belanda, tokoh kemerdekaan Papua Nicholas Jouwe, akhirnya menginjakkan kembali kakinya di Indonesia. Jouwe mendarat di Bandara Soekarno Hatta Rabu (18/3), didampingi anaknya, Alexander Jouwe dan Nancy Leilani Jouwe. Duta Besar RI untuk Belanda Junus Effendi Habibie mengatakan, kepulangan salah satu tokoh pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu, untuk melihat perkembangan yang ada di Indonesia, khususnya tanah Papua. "Dia (Jouwe) satu-satunya founding fathers (OPM) yang masih hidup. Dia datang ke Indonesia sebagai tamu keluarga," kata J.E. Effendi di kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, kemarin (19/3). Dikatakannya, saat bertemu dengan Jouwe di Den Haag, dia mengatakan bahwa ingin melihat Papua tidak sebagai tetangga, namun menjadi saudara. "Saya juga menyampaikan maaf jika dulu kurang baik, tapi sekarang sudah berubah," kata pria yang akrab juga disapa Fany Habibie itu. Dalam pertemuan 24 Februari lalu yang berlangsung sekitar lima jam itu, ungkap Fany, dirinya saling berbalas pantun dengan Jouwe untuk menyampaikan maksud. Mereka juga tidak menggunakan bahasa Inggris, namun menggunakan bahasa daerah Ambon. Misalnya saat keduanya mulai melakukan pembicaraan, Jouwe mengatakan Angin timur gelombang barat, Kapal angkasa warna merpati, Bapak di timur beta di barat, Apakah rasanya di dalam hati. Fanny pun lantas menjawab, Potong di kuku rasa di daging, Alih rasa beta rasa, Katong semua bersaudara, Satu sama lain. Hingga di akhir pembicaraan, Jouwe melontarkan pantun yang menunjukkan keinginannya ke Indonesia. Ayam putih mari kurantai, Kasih makan ampas kelapa, Budi bapak dubes sudah sampai, Beta mau balas dengan apa. "Beliau mengatakan, Pak Dubes, saya mau ke Indonesia, mau Papua diperhatikan dan kalau perlu saya mau jadi penasehat Bapak Presiden khusus Papua," kata Fany menirukan pernyataan Jouwe. Namun dubes yang pernah meraih Ambassador of the Year 2008 itu menolak jika keberhasilan mengajak Jouwe tersebut karena diplomasi pantun. "Saya tidak mau katakan itu. Semua ikut kerja keras dan fakta sekarang (Jouwe) ada di sini (Indonesia)," kata Fany. Sebelum pertemuan lima jam antara Fany dan Jouwe, utusan dari Menko Kesra sempat berupaya menemui Jouwe, namun tidak berhasil. Dia menegaskan, tidak ada pembicaraan politik. Staf Khusus Menko Kesra Rizal Mallarangeng mengatakan, kepulangan Jouwe bisa berdampak positif pada penguatan otonomi khusus dalam pembangunan Provinsi Papua. "Beliau orang yang paling senior dan dihormati," katanya. Rencananya, hari ini Jouwe akan bertemu dengan Menko Kesra Aburizal Bakrie. "Kepada beliau, kami sampaikan mari bangun Papua bersama-sama," imbuhnya. Nicholas Jouwe dikenal sebagai salah satu pencetus gerakan OPM dan bendera Bintang Kejora. Sebagai salah satu tokoh nasionalis Papua Barat, dia cukup keras menentang perebutan kekuasaan Indonesia dengan kolonial Belanda atas Papua Barat yang berakhir tahun 1969. Jouwe sendiri telah berkewarganegaraan Belanda. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Nuh Kritik Politisi yang Eksploitasi Kemiskinan
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=25885 20 Maret 2009 10:08:41 Nuh Kritik Politisi yang Eksploitasi Kemiskinan JAKARTA- Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh mengaku prihatin dengan ulah para politisi yang menjadikan kemiskinan sebagai komoditas politik. Bahkan, tidak sedikit yang menjadikan kemiskinan sebagai sandera politik. Menurut Nuh, perilaku tersebut terlihat dari iklan-iklan politik yang dimuat di sejumlah media cetak maupun elektronika. "Memang bukan parpol atau capres yang memasang. Tapi, lembaga yang seolah-olah independen, namun sebenarnya kaki tangan parpol atau capres tertentu," katanya di kantornya kemarin. Nuh mencontohkan iklan setengah halaman di sejumlah media massa yang mengangkat kegagalan pemerintah mencapai target penurunan tingkat kemiskinan. Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono?Jusuf Kalla (SBY-JK) memang memiliki target menjadikan angka kemiskinan 8,2 persen. Namun, pada 2008 baru tercapai 15,4 persen. Dan, diprediksi pada 2009 akan turun lagi menjadi 13,5 persen. Mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu menjelaskan, komoditas politik yang dimaksud adalah para tokoh itu menggunakan isu kemiskinan semata-mata untuk kepentingan meraih kekuasaan. Namun, kata Nuh, mereka sebenarnya tidak pernah berbuat apa-apa untuk ikut mengentaskan kemiskinan. Nuh juga menyesalkan adanya politikus yang menjadikan kemiskinan sebagai sandera politik. Salah satu contoh paling nyata, kata Nuh, adalah disetujuinya penyaluran bantuan langsung tunai (BLT) oleh DPR hanya untuk dua bulan. Seandainya BLT disetujui untuk setahun, tentu angka kemiskinan angka bergerak turun. "Kemiskinan dijadikan sandera. Kesannya malah mereka ingin mempertahankan jangan sampai kemiskinan berkurang. Dengan demikian, ada celah untuk memvonis pemerintah gagal mengatasi kemiskinan," papar Nuh. Fenomena politik semacam itu, kata Nuh, memang tidak bsa dicegah dan tidak bisa dilarang. Hanya, Nuh mengimbau para politisi agar menggunakan rasionalitas dalam menilai pemerintah. "Jangan dinilai sepotong-sepotong. Nilailah secara keseluruhan," papar Nuh. Menurut Nuh, kepedulian para tokoh terhadap angka kemiskinan hendaknya diwujudkan dengan langkah nyata ikut membantu pemerintah mempercepat pengentasan kemiskinan. "Bukan menjadikannya komoditas dan sandera politik. Kalau mau membantu rakyat miskin, jangan menunggu jadi anggota DPR dulu atau jadi presiden dulu," katanya. Nuh mengakui, pemerintah belum bisa memenuhi target menurunkan angka kemiskinan hingga 8,2 persen. Namun, usaha keras pemerintah telah menurunkan angka kemiskinan dari tahun ke tahun. Saat awal pemerintahan SBY-JK, angka kemiskinan 16,7 persen. Sempat naik 17,6 persen, saat BBM naik pada 2006. Tahun lalu turun lagi menjadi 15,4 persen. "Banyak faktor yang berperan. Mulai masalah harga BBM hingga dampak resesi yang episentrumnya berada di Amerika Serikat dan negara maju lain," kata Nuh. "Salah satu imbasnya adalah terjadinya PHK. Tapi pemerintah terus mengatasi," sambungnya.(tom/kum/agm) [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Ex-spy calls on US to pressure China over human rights
http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,25214623-2703,00.html Ex-spy calls on US to pressure China over human rights March 20, 2009 Article from: Agence France-Presse A MAN who said he was a Chinese spy has appealed to the US to pressure Beijing, charging it was running a vast intelligence operation at home and abroad to suppress dissent. Li Fengzhi in Washington yesterday. Picture: AFP Li Fengzhi visited the US Congress to talk to politicians and appeal for asylum. His supporters said it was the first time a Chinese intelligence officer had defected. A visibly nervous Li told a news conference that he served for years inside China for the Ministry of State Security but had grown "furious" that his job entailed spying on dissidents, spiritual groups and aggrieved poor people. "China's government not only uses lies and violence to suppress people seeking basic human rights, but also does all it can to hide the truth from the international community," he said. Li said that despite China's rapid economic growth, "a government that disrespects and suppresses its people cannot be stable". "When the West engages with China, if it only focuses on temporary economic and political benefits but keeps silent on human rights issues, it is tantamount to reciting from the book of the communist party's tyranny," he said. Li, a bespectacled man in his early 40s, gave few details about his own past, saying he feared for family members in China. His supporters said he slept for only one hour the night before his news conference. China's Ministry for State Security operated a worldwide network to steal secrets from foreign countries, Li said, adding the agency also keep a close watch on Chinese citizens overseas. The communist party "uses huge expenditure of funds to suppress ordinary citizens and even extend their dark hands overseas," he said. Li said he defected "several" years ago to the US but did not speak publicly until this month. He renounced his membership in the communist party as part of a drive led by supporters of the Falun Gong, a movement combining meditation and Buddhist-inspired teachings that China banned as an "evil cult" in 1999. One of China's highest profile defectors - Chen Yonglin, a diplomat in Sydney who sought asylum in 2005 - has said Beijing had more than 1,000 agents in Australia alone who kidnapped some Chinese and repatriated them for political reasons. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] The Noruz holiday is for enjoyment, not a cause of concern
Refleksi : Di Iran paling tidak ada 3 perayaan tahun baru, yaitu 1 Muharam, 1 Januari dan Naruz yang dirayakan pada tgl. 18 Maret. Naruz adalah yang teramai dirayakan, perayaan ini juga sebagai penyambutan datangnya musim bunga ( Spring ). Selain di Iran, Naruz juga dirayakan di Turki dan Irak oleh masyarakat Kurd http://www.tehrantimes.com/index_View.asp?code=191261 Wednesday, March 18, 2009 The Noruz holiday is for enjoyment, not a cause of concern By Samaneh Nazerian The arrival of the Noruz (Iranian New Year) holidays is always accompanied with increased travel, which may lead to more car crashes and consequent terrible injuries and deaths on roads across the country. Nowadays, traffic accidents have become common on Iran's roads and highways. There are many of us who have lost a close family member, relatives, friends, or acquaintances in such tragedies. This situation is lamentable, and deep reflection is necessary to solve the problem. Globally, road accidents kill 1.2 million people and injure millions more, and developing countries account for 85 percent of this figure, according to the World Health Organization. And in Iran, pedestrians and passengers, as opposed to drivers, are the worst hit, with children making up 22 percent of those killed. Traffic accidents are the second leading cause of death in the Islamic Republic of Iran. The loss of a single life in a road accident causes irreparable damage to the family. It creates great financial, social, economic, and emotional problems for the family members of the lost one. In order to reduce the death toll, we must ascertain the underlying causes behind traffic accidents. Human error, inadequate roadways in disrepair, and vehicle malfunctions are the three main causes of most car accidents. But driver error, such as reckless driving, exceeding speed limits, flouting traffic regulations, and driving while intoxicated, is the most common cause of car crashes. Serious efforts should be made to improve safety on the road. We should always be extremely safety conscious when driving. The special traffic regulations enforced by the police on the roads and the highways during the Noruz holidays, such as lowering speed limits and increasing speed restriction systems such as surveillance cameras, the formulation of better driving tests to test drivers' behavior and determine if they have substance abuse problems, and the increase in penalties for traffic violations are some of the important measures that have been taken to reduce the traffic fatality rate. We should never consider ourselves to be good drivers. We are always in grave peril. Almost every driver who has been involved in an accident believes that he or she was not responsible. We should also avoid using cell phones and listening to music while driving. Hard rock in particular may encourage the driver to step on the acceleration pedal, thus creating a potentially dangerous situation. Speeding increases the risk of a crash, and its severity if one occurs. Always bear in mind that it's "better late than never". Careful design and maintenance of roadways -- well-designed intersections, road surfaces, visibility, and traffic control devices -- can significantly reduce road accidents, so the government should take steps in this direction. Wearing a seat belt also reduces the risk of death by about two thirds, so don't forget to buckle up. A large number of accidents could be avoided by stricter enforcement of traffic regulations. Let's obey the rules and observe others' rights for our own sake. Let's make every effort to increase road safety to reduce the number of accidents and create a secure future for ourselves and future generations. Let's enjoy the holidays and not become a cause of concern for our family members, friends, relatives, and colleagues [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau
http://www.salihara.org/main.php?type=detail&module=news&menu=child&parent_id=5&id=34&item_id=619 Kuliah Representasi Bali dalam Ikonografi Barat oleh Jean Couteau Jean Couteau seorang budayawan dan penulis asal Prancis yang lebih dari 24 tahun mendalami seni budaya Bali akan memberikan kuliah di Serambi Salihara Sabtu 21 Maret 2009 pukul 16.00 WIB. Jean Couteau akan mengulas salah satu topik dari rangkaian kuliah tentang “Stereotipe dalam Seni” yaitu “Orang Bali dalam Kanvas Pelukis Barat”. Judul ceramah yang akan dipresentasikan oleh Jean Couteau adalah “Representasi Indonesia dan Bali dalam Ikonografi Barat”. Dalam makalah tersebut akan diulas bagaimana suatu korpus gambar―yaitu lukisan yang dibuat para seniman Barat pada masa penjajahan—mencerminkan representasi-representasi sosial yang umum hadir pada waktu itu di kalangan orang Eropa/Belanda tentang Indonesia. Dengan lain kata, korpus gambar, dilihat dari sudut isi tematisnya, dianggap mengandung suatu “ideologi”, nyata maupun terselubung, sadar maupun tidak sadar, yang merefleksikan situasi sosio-politik yang berlaku pada waktu yang bersangkutan. Jean Couteau akan mengulas gambar-gambar yang dibuat oleh orang Eropa dari abad ke-17 hingga gambar-gambar yang dilukis oleh Spies, Claire Holt, Colin Mac Phee, Margaret Mead, Gregory Bateson, Bonnet, Le Mayeur, Blanco, dan lain-lain tentang Indonesia khususnya orang Bali. Acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Silakan konfirmasi terlebih dahulu dengan mengirim pesan pendek ke Asty di 0817-999-5057. Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] IKUTAN NYUMBANG UTK LAPAS ANAK YUK!
Assalamu'alaikum wrwb Sahabat-sahabat SK di mana saja berada, bagaimana kabarnya? Semoga Allah senantiasa melindungi dan menyertai langkah sahabat-sahabat dalam beraktifitas dan menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk mempererat tali silaturahim di antara keluarga besar SK dan sekaligus membagi sebagian dari kelebihan rezeki yang telah dilimpahkan Allah pada kita, SK kembali mengadakan kegiatann offline yang pertama di tahun 2009, yaitu bakti sosial di Lapas Anak tangerang dengan mengusung tema "Let's Build Up Your Dreams!" yang insya Allah akan diadakan pada: Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009 Waktu : Pukul 10.00 - 16.00 WIB Tempat : Lapas Anak Pria Tangerang Jl. Raya Daan Mogot No. 29C Tangerang, Banten Susunan acara: 10.00 - 10.05: Pembukaan oleh MC (Nina) 10.05 - 10.10: Tilawah oleh Dikdik, saritilawah oleh Yayan 10.10 - 10.20: Sambutan dari SK Founder, Bapak Sinang Bulawan 10.20 - 10.25: Sambutan dari Kepala Lapas Anak Tangerang, Bapak Haru Tamtomo 10.25 - 10.30: Sambutan dari Ketua Pelaksana, Wiwiek 10.30 - 10.40: Ice breaking - games tebak lagu yang dipandu oleh MC. Judul lagu-lagu yang akan ditebak akan diberikan panitia pada hari H pada kru band lapas anak. Disediakan hadiah bagi 3 orang pemenang 10.40 - 12.45: Training motivasi "Let's Build Up Your Dreams!" oleh Pak Teha/Kang Hadian (back up Mas Adjie) 12.45 - 13.30: Apel siang bagi andikpas & ishoma bagi keluarga besar SK 13.00 - 13.40: Ishoma yang diselingi oleh penampilan dari grup Punk Muslim selama 1/2 jam dan dilanjutkan dengan request lagu dari andikpas 13.40 - 15.00: Pelatihan Menulis oleh Arul Khan, moderator RW Dodo 15.00 - 15.30: Penyerahan hadiah kepada pemenang lomba Amazing Moms oleh Deppenpus Penyerahan simbolis donasi buku kepada Lapas diwakili oleh Pak Sinang & Kang Dani kepada Kepala Lapas Pengumuman pemenang lomba internal andikpas untuk 3 orang 15.30 - 15.45: Penutup oleh MC Dan seperti kegiatan-kegiatan sosial SK lainnya, kami membuka dan menerima donasi dari sahabat-sahabat SK berupa uang atau barang. Donasi berupa uang dapat ditransfer ke rekening bendahara umum SK atau ke rekening ketua pelaksana kegiatan sbb: Retnadi Nur'aini No. rek. 0108061745BNI atau Retnadi Nur'aini No. rek. 2407002570Bank Syariah Mandiri (BSM) atau Wiwiek Sulistyowati No rek: 2241423494 BCA Mohon mengirimkan konfirmasi pada Mbak Retno di 081210698852 setelah melakukan transfer. Untuk pemberian donasi berupa barang, dapat menghubungi Kang Dani (085694771764) , Kang Galih (087877328607) , atau Mbak Wiwiek (08128747415) . Donasi diterima panitia paling lambat Rabu, 25 Maret 2009. Sedikit bagi kita, namun banyak artinya bagi anak-anak penghuni Lapas. Semoga Allah membalas semua kebaikan teman-teman dengan rahmat dan kebaikan yang berlimpah. Amin. Terima kasih banyak. SalamBPH Komunitas Sekolah-kehidupan. comDani ArdiansyahLia OctaviaRetnadi Nur'aini cc Bapak Sinang Bulawan - Pendiri http://sekolahkehid upan.multiply. comwww.sekolah- kehidupan. com New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] IKUTAN NYUMBANG UTK LAPAS ANAK YUK!
Assalamu'alaikum wrwb Sahabat-sahabat SK di mana saja berada, bagaimana kabarnya? Semoga Allah senantiasa melindungi dan menyertai langkah sahabat-sahabat dalam beraktifitas dan menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk mempererat tali silaturahim di antara keluarga besar SK dan sekaligus membagi sebagian dari kelebihan rezeki yang telah dilimpahkan Allah pada kita, SK kembali mengadakan kegiatann offline yang pertama di tahun 2009, yaitu bakti sosial di Lapas Anak tangerang dengan mengusung tema "Let's Build Up Your Dreams!" yang insya Allah akan diadakan pada: Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009 Waktu : Pukul 10.00 - 16.00 WIB Tempat : Lapas Anak Pria Tangerang Jl. Raya Daan Mogot No. 29C Tangerang, Banten Susunan acara: 10.00 - 10.05: Pembukaan oleh MC (Nina) 10.05 - 10.10: Tilawah oleh Dikdik, saritilawah oleh Yayan 10.10 - 10.20: Sambutan dari SK Founder, Bapak Sinang Bulawan 10.20 - 10.25: Sambutan dari Kepala Lapas Anak Tangerang, Bapak Haru Tamtomo 10.25 - 10.30: Sambutan dari Ketua Pelaksana, Wiwiek 10.30 - 10.40: Ice breaking - games tebak lagu yang dipandu oleh MC. Judul lagu-lagu yang akan ditebak akan diberikan panitia pada hari H pada kru band lapas anak. Disediakan hadiah bagi 3 orang pemenang 10.40 - 12.45: Training motivasi "Let's Build Up Your Dreams!" oleh Pak Teha/Kang Hadian (back up Mas Adjie) 12.45 - 13.30: Apel siang bagi andikpas & ishoma bagi keluarga besar SK 13.00 - 13.40: Ishoma yang diselingi oleh penampilan dari grup Punk Muslim selama 1/2 jam dan dilanjutkan dengan request lagu dari andikpas 13.40 - 15.00: Pelatihan Menulis oleh Arul Khan, moderator RW Dodo 15.00 - 15.30: Penyerahan hadiah kepada pemenang lomba Amazing Moms oleh Deppenpus Penyerahan simbolis donasi buku kepada Lapas diwakili oleh Pak Sinang & Kang Dani kepada Kepala Lapas Pengumuman pemenang lomba internal andikpas untuk 3 orang 15.30 - 15.45: Penutup oleh MC Dan seperti kegiatan-kegiatan sosial SK lainnya, kami membuka dan menerima donasi dari sahabat-sahabat SK berupa uang atau barang. Donasi berupa uang dapat ditransfer ke rekening bendahara umum SK atau ke rekening ketua pelaksana kegiatan sbb: Retnadi Nur'aini No. rek. 0108061745BNI atau Retnadi Nur'aini No. rek. 2407002570Bank Syariah Mandiri (BSM) atau Wiwiek Sulistyowati No rek: 2241423494 BCA Mohon mengirimkan konfirmasi pada Mbak Retno di 081210698852 setelah melakukan transfer. Untuk pemberian donasi berupa barang, dapat menghubungi Kang Dani (085694771764) , Kang Galih (087877328607) , atau Mbak Wiwiek (08128747415) . Donasi diterima panitia paling lambat Rabu, 25 Maret 2009. Sedikit bagi kita, namun banyak artinya bagi anak-anak penghuni Lapas. Semoga Allah membalas semua kebaikan teman-teman dengan rahmat dan kebaikan yang berlimpah. Amin. Terima kasih banyak. SalamBPH Komunitas Sekolah-kehidupan. comDani ArdiansyahLia OctaviaRetnadi Nur'aini cc Bapak Sinang Bulawan - Pendiri http://sekolahkehid upan.multiply. comwww.sekolah- kehidupan. com New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Buku Sintong dan Pelajaran Mandela
Buku Sintong dan Pelajaran Mandela Endang Suryadinata, peminat sejarah Indonesia-Belanda, alumnus Erasmus Universiteit Rotterdam Publik kita hari-hari ini tengah menikmati kontroversi yang mencuat dari buku baru Letjen (Purn.) Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Buku itu membuat suhu politik negeri ini kian panas menjelang Pemilu 2009. Seperti diketahui, dalam otobiografinya itu Sintong banyak membeberkan beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia di masa silam, seperti kasus Santa Cruz di Dili, Timor Timur, penculikan aktivis pada 1997- 1998, dan tragedi Mei, yang semuanya melibatkan TNI sebagai institusi. Tentang kasus penghilangan paksa, misalnya, buku Sintong mengungkapkan posisi mantan Komandan Jenderal Kopassus Letjen (Purn.) Prabowo Subianto dan keterlibatan Tim Mawar. Respons pun bermunculan. Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya yakin bahwa sejumlah pihak bertujuan melancarkan kampanye negatif atas calon presiden usungan Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto. Sebaliknya, meski belum membaca buku setebal 520 halaman itu, Presiden SBY langsung memberikan apresiasi. Menurut SBY, pasti Sintong punya data akurat, apalagi Sintong termasuk saksi sejarah atas sebagian besar peristiwa masa silam yang telah ditulisnya (Jawa Pos, 16 Maret 2009). Lepas dari keuntungan politik yang entah menguntungkan siapa, dari polemik buku Sintong kita sebenarnya bisa membaca bahwa masih banyak peristiwa masa lalu, seperti tragedi Mei 1998, yang ternyata belum kita tuntaskan dalam bentuk rekonsiliasi yang final seperti telah dilakukan Afrika Selatan. Kita terus membiarkan persoalan pelanggaran hak asasi masa lalu menggantung dalam dendam tanpa penuntasan. Yang memprihatinkan, di balik dendam dan derita yang dialami para korban pelanggaran HAM, justru ada politikus yang bisa mengeruk keuntungan politik demi popularitas dirinya. Buntutnya, di pucuk pimpinan atau elite pemimpin bangsa, dendam juga kian menyebar. Ironisnya, banyak orang langsung lebih berfokus pada Prabowo sebagai korban buku Sintong, bukan memikirkan derita para korban pelanggaran masa silam, seperti tragedi Mei 1998, yang disebutkan dalam buku Sintong. Tak mengherankan, dendam kian memecah-belah manusia-manusia di negeri ini, dari tampuk pemimpin tertinggi negeri ini hingga rakyat jelata. Generasi baru yang tak tahu apa-apa tentang peristiwa masa lalu, seperti 1965 atau 1998, kini ikut-ikutan mewarisi dan mencoba melestarikan dendam, apalagi bila mereka menjadi pendukung partai politik yang berbeda. Untuk itulah negeri ini butuh kekuatan besar untuk menyelesaikan segala dendam kesumat dari masa silam. Seharusnya generasi saat ini tidak bisa dipecah-belah lagi. Kita semua seharusnya menjadi kekuatan yang menjadi inspirasi untuk mengakhiri segala bentuk dendam lewat rekonsiliasi. Kalau kita membuka kembali sastra-sastra klasik warisan para leluhur kita, sebenarnya tak ada yang mengajarkan dendam. Dalam kitab Wanaparwa, yang pertama kali penulis baca di perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde), yang merupakan pusat dokumentasi terbesar di dunia (www.kitlv.knaw.nl), ada sebuah dialog menarik antara Drupadi, istri Yudhistira, dan sang suami, setelah Pandawa kalah judi oleh Kurawa dan harus dibuang di hutan selama 12 tahun. Merasa jengkel dengan kelicikan dan kecurangan para Kurawa, Drupadi memprovokasi Yudhistira: "Tuanku seorang kesatria atau bukan? Apakah kesatria harus memaafkan musuh?" Anehnya, Yudhistira memberi jawaban amat menyentuh, yang layak untuk kita refleksikan: "Kebencian adalah kesia-siaan. Apa jadinya kalau hinaan dibalas hinaan dan kebencian dengan kebencian. Memaafkan adalah pengorbanan. Memaafkan adalah adat-istiadat kita. Memaafkan adalah kebenaran dan penebusan dosa. Jangan membujukku untuk tidak memaafkan. Karena memaafkan adalah kebijakan orang arif dan wujud nyata dari kemenangan atas kebencian." Berbagai karut-marut bangsa ini sebenarnya bisa dicari akarnya pada dendam yang masih kuat bercokol dalam hati, dari level elite hingga rakyat jelata. Membebaskan bangsa ini dari dendam masa silam adalah tugas yang mendesak untuk kita selesaikan. Jadi kita seharusnya bisa menjadi kekuatan untuk pembebasan, termasuk pembebasan dari dendam. Dengan demikian, kita akan bisa melihat masyarakat yang mau belajar saling memaafkan. Nelson Mandela, sosok sukses yang bisa mengakhiri dendam di negaranya (Afrika Selatan), sering menyampaikan pesan agar siapa pun mau menjadi kekuatan penyembuh bagi masyarakat yang terluka akibat dendam masa silam. Seperti kita tahu, Mandela adalah korban kebiadaban sistem apartheid, tetapi dia akhirnya dikenal sebagai sosok pemenang karena berani mengasihi dan mengampuni rezim yang pernah menindasnya. Bayangkan, dia sudah dipenjara selama 27 tahun dari 1963 sampai 1990. Dalam bukunya, Long Walk to Freedom, Mandela menulis: "Aku ingin Afrika Selatan melihat bahwa aku mencint
[ppiindia] Siapa Yang Janji dan Siapa Yang Jatuh Cinta
Siapa Yang Janji dan Siapa Yang Jatuh Cinta Oleh Irza Sukmana * TULISAN Djoko Susilo (Jawa Pos, 9 Maret 2009) mengenai cinta Indonesia yang bertepuk sebelah tangan terhadap dunia Arab dan Islam telah menjadi polemik di Syiar Montreal, milis masyarakat dan pelajar muslim di Montreal, Provinsi Quebec, Kanada. Opini tersebut menarik untuk ditanggapi bukan hanya karena Djoko adalah salah seorang anggota dewan dari partai yang basis massa Islam, tetapi juga karena beberapa pernyataannya bisa memberikan interpretasi ganda bagi pembaca. Antara Arab dan Islam Kita tidak bisa memungkiri bahwa sejak jatuhnya khilafah islamiah terakhir di Turki Utsmani pada 1924, atas rancangan Zionis yang pada saat itu sangat kuat mengakar di dataran Eropa, praktis Barat telah mengambil alih arah politik negara-negara Arab. Hal tersebut bahkan dimulai sejak tokoh-tokoh di dataran Barat Saudi menyatakan melepaskan diri dari kekhalifahan Turki dan memilih untuk mendirikan sistem kerajaan, yang tidak sesuai sunah Rasul dan merupakan salah satu bid'ah di dalam Islam. Kemudian diikuti rancangan sistematis untuk menyekulerkan Turki yang dikomandoi ''Bapak Modernisasi" mereka, Mustafa Kemal. Kalau kita melihat sejarah sekulerisasi di Turki, tentu kita tidak akan percaya bahwa kekhalifahan Islam terakhir berjaya di negeri yang pernah melarang azan didengungkan dengan bahasa Arab atau bahkan Alquran sempat dirancang akan dicetak dalam bahasa Turki. Hasilnya adalah banyak kaum muda Turki sekarang yang berpenampilan dan berperilaku layaknya anak-anak muda lain di negara-negara western. Sejarah kemudian mencatat bahwa Barat juga berperan besar dalam mendukung Letkol Gamal Abdel Nasser menumbangkan Raja Faruk I pada 1952 dan mengganti konstitusi Mesir dari kerajaan menjadi republik. Dengan demikian, pada saat dia menjadi presiden mulai 1954-1970, terjadi berbagai penindasan dan pengukungan terhadap aktivis ikhwan, bahkan hingga kini masih diberlakukan undang-undang pelarangan liqoat (majelis Islam dalam kelompok-kelompok kecil) di Mesir. Mengamati kentalnya peran serta Barat di tanah Arab, kita tidak bisa menyamakan Arab dan sikapnya dengan Islam dan prinsipnya. Contoh, Djoko Susilo mengatakan bahwa bangsa Indonesia (lebih tepatnya umat Islam di Indonesia) yang berdemo di Jakarta terhadap serangan brutal Israel ke Gaza beberapa bulan lalu dan ketika terjadi perang antara Israel lawan Hizbullah menunjukkan dukungan terhadap Arab. Hal tersebut merupakan penilaian salah karena demo-demo yang dilakukan umat muslim di Indonesia terhadap berbagai perilaku brutal Zionis Israel tidak dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan terhadap bangsa Arab, tetapi merupakan bentuk solidaritas kita sebagai umat muslim terhadap saudara kita yang lain. Sebagaimana juga demo-demo solidaritas yang pernah diberikan untuk muslim di Ambon, Afghanistan, Chechnya, dan belahan bumi lain. Bukan hanya itu, seharusnya kita malu karena ternyata demo anti-Israel juga terjadi di semua belahan dunia. Dan, yang mengutuk serangan brutal Israel bukan hanya kalangan umat muslim, tetapi juga Katolik, Kristen Protestan, Buddha, Hindu dan bahkan dari kaum Yahudi, seperti pernah terjadi di Montreal, Kanada. Kalaupun pada saat Djoko Susilo berada di Dubai dan ternyata suasananya tenang-tenang saja, ya tentu saja konteksnya berbeda. Sebab, Dubai saat ini sudah menjadi pusat industrialisasi uang bagi Uni Emirat Arab, bahkan kemewahan dan kemegahan Dubai tidak dapat disandingkan dengan Singapura sekalipun. Jadi jelas, Arab saat ini tidak bisa dipersepsikan sama dan sebangun dengan Islam. Perekonomian Indonesia, Arab, dan Islam Permasalahan mengenai keberpihakan investor Arab terhadap Indonesia, menurut saya, harus diletakkan pada masalah yang lain, di luar konteks silaturahmi umat. Karena pada praktik di lapangan, para miliuner Arab, sebagaimana investor lain, senantiasa menghitung untung rugi bisnis sebelum menginvestasikan dananya. Jadi, hal itu tidak berkaitan sama sekali dengan aksi demo-demo umat muslim kita terhadap Palestina dan Hizbullah. Kalau Djoko Susilo mengatakan janji investasi Arab hanya omong kosong, padahal kita sudah telanjur sangat cinta pada Arab sehingga bisa dibilang cinta kita bertepuk sebelah tangan, ya harus dilihat kembali, siapa yang janji dan siapa yang jatuh cinta. Secara objektif, kita juga harus melihat ke dalam, bagaimana mungkin investor asing akan percaya untuk investasi di Indonesia kalau korupsi masih merajalela (termasuk di kalangan anggota dewan), harga-harga tidak stabil, dan daya beli masyarakat sangat lemah. Coba bayangkan, ketika harga BBM di Indonesia berkisar di angka Rp 5.000 per liter, di Kanada harganya sekitar 87.4 cent Canadian Dollar (CAD) atau sekitar Rp 8.200. Padahal, upah minimum buruh rata-rata di Indonesia berada di kisaran Rp 750 ribu per bulan, sedangkan di Kanada sekitar 2.500 CAD atau hampir Rp 25 juta per bulan! Dalam hal pariwisata, juga tidak bisa di
[ppiindia] 'Iran defector tipped off U.S. on Syrian nuclear ambitions'
http://www.haaretz.com/hasen/spages/1072478.html Last update - 20:21 19/03/2009 'Iran defector tipped off U.S. on Syrian nuclear ambitions' By The Associated Press Tags: Iran, Syria, Israel News A top-ranked Iranian defector told the United States that Iran was financing North Korean moves to make Syria into a nuclear weapons power, leading to the Israeli air strike that allegedly destroyed a secret reactor, a report said Thursday. The article in the Swiss daily Neue Zuercher Zeitung goes into detail about an Iranian connection and fills in gaps about Israel's September 6, 2007, raid that knocked out Syria's nearly completed al-Kabir reactor in the country's eastern desert. Ali Reza Asghari, a retired general in Iran's elite Revolutionary Guards and a former deputy defense minister, changed sides in February 2007 and provided considerable information to the West on Iran's own nuclear program, said the article, written by Hans Ruehle, former chief of the planning staff of the German Defense Ministry. The biggest surprise, however, was his assertion that Iran was financing a secret nuclear project of Syria and North Korea, he said. No one in the American intelligence scene had heard anything of it. And the Israelis who were immediately informed also were completely unaware. Ruehle, who did not identify the sources of his information, publishes and comments on security and nuclear proliferation in different European newspapers and broadcasts and has held prominent roles in German and NATO institutions. U.S. intelligence had detected North Korean ship deliveries of construction supplies to Syria that started in 2002, and American satellites spotted the construction as early as 2003, but regarded the work as nothing unusual, in part because the Syrians had banned radio and telephones from the site and handled communications solely by messengers - medieval but effective, Ruehle said. Intensive investigation followed by U.S. and Israeli intelligence services until Israel sent a 12-man commando unit in two helicopters to the site in August 2007 to take photographs and soil samples, he said. "The analysis was conclusive that it was a North Korean-type reactor, a gas graphite model," Ruehle said. Other sources have suggested that the reactor might have been large enough to make about one nuclear weapon's worth of plutonium a year. Just before the Israeli commando raid, a North Korean ship was intercepted en route to Syria with nuclear fuel rods, underscoring the need for fast action, he said. On the morning of September 6, 2007, seven Israeli F-15 fighter bombers took off to the north. They flew along the Mediterranean coast, brushed past Turkey and pressed on into Syria. Fifty kilometers (30 miles) from their target they fired 22 rockets at the three identified objects inside the Kibar complex. "The Syrians were completely surprised. By the time their air defense systems were ready, the Israeli planes were well out of range. The mission was successful, the reactor destroyed," Ruehle said. "Israel estimates that Iran had paid North Korea between $1 billion and $2 billion for the project," Ruehle said. Israel has refused from the beginning to comment on, confirm or deny the strike, but after a delay of several months Washington presented intelligence purporting to show the target was a reactor being built with North Korean help. Iranian officials were not available for comment because of a national holiday. In general, Iran has been silent about the Syrian facility bombed by Israel. Syrian officials could not be reached for comment. But Syria has denied the facility was a nuclear plant, saying it was an unused military building. It has also denied any nuclear cooperation with North Korea or Iran. The International Atomic Energy Agency earlier this year said United Nations inspectors had found processed uranium traces in samples taken from the site. Syria has suggested the traces came from Israeli ordnance used to hit the site, but the IAEA said the composition of the uranium made that unlikely. Israel has denied it was the source of the uranium. Syria has told diplomats that it built a missile facility over the ruins of the site. [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] The Israel Lobby Gets Its Man—And Tips Its Hand
Freeman’s Fight The Israel Lobby Gets Its Man—And Tips Its Hand. By Philip Weiss March 19, 2009 "The American Conservative" -- -Charles Freeman Jr.’s withdrawal of his acceptance of a high-level intelligence position in the Obama administration was a national-security drama more riveting than an episode of “24.” The moral was clear: even a president who owes his job to a progressive movement in American politics could not support a longtime public servant who had made the mistake of criticizing Israel. Fierce advocates of the Jewish state, notably Sens. Chuck Schumer and Joe Lieberman and Reps. Eric Cantor and Steve Israel, played important roles in Freeman’s exit, while present and former officials of the American Israel Public Affairs Committee flitted in and out of the wings. The message to all office-seekers is obvious. “They want to kill the chicken to scare the monkeys. They want other people to be intimidated,” Freeman told The American Conservative just before he withdrew his name to be chairman of the National Intelligence Council. He went on, “If the administration does not stick with me, then it’s destroying the argument that the Israel lobby is only a mythic entity and does not control the public space. … It will show the world that it is not able to exercise independent thinking on these issues.” If there was encouraging news in the administration’s collapse, there it was. When Director of National Intelligence Dennis Blair announced Freeman’s withdrawal late on the afternoon of March 10, the matter was on center stage, in plain sight of what Freeman calls “the American political class.” Three hours later, Freeman issued a statement directly accusing the Israel lobby of “doing widening damage to the national security of the United States.” He wrote that its tactics “plumb the depths of dishonor and indecency and include character assassination, selective misquotation, the willful distortion of the record, the fabrication of falsehoods, and an utter disregard for the truth.” He continued: I believe that the inability of the American public to discuss, or the government to consider, any option for U.S. policies in the Middle East opposed by the ruling faction in Israeli politics has allowed that faction to adopt and sustain policies that ultimately threaten the existence of the state of Israel. It is not permitted for anyone in the United States to say so. Freeman’s ability to say so to a wide audience was electrifying and unique. His charge was soon mentioned in the chief boroughs of liberal opinion, National Public Radio, the Washington Post, and the New York Times. Time’s Joe Klein called his exit “an assassination,” and The Atlantic’s Andrew Sullivan said it was a “scalping.” Unlike countless other incidents in which American policy on the Middle East has been compromised behind closed doors, this time the Israel lobby was seen fleeing the scene of the crime. The drama began on Feb. 19, when the Foreign Policy blog reported that Blair, a retired Navy admiral, was planning to name Freeman to chair the National Intelligence Council, which sorts out the reports of the many intelligence agencies and presents them to the White House. In 2007, one of its assessments, concluding that Iran had halted its nuclear-weapons program following the invasion of Iraq, chilled the neoconservative drive to attack Iran. “No one has ever made the case that it’s a primary policy-making role,” says William Quandt, the longtime expert on the Middle East. Freeman is hardly a cipher. An outspoken and formidable thinker firmly in the realist camp, he spent four decades in the State Department marked by his poise in the presence of heads of state. In 1972, at age 29, having mastered Mandarin, he was saving Richard Nixon, whom he regarded as “totally lacking in personal grace, with no sense of the proper distance to keep in human relations,” from embarrassment with Zhou En-Lai on the famous trip to China. Twenty years later, as an Arabic speaker, he was interpreting George H.W. Bush—a fellow Yaleman and blueblood who fixed his name forever as “Chas”—to King Fahd as ambassador to Saudi Arabia during the Gulf War. Freeman is a throwback. He celebrates his Puritan roots and the idea of wide historical reading for its own sake. He is also completely dedicated. He lost his third son in India because of poor medical treatment. He lost a 30-year marriage in Saudi Arabia during the long hours of the Gulf War. “Frankly I was hoping to see him become a secretary of state,” says Edward Kane, a former CIA official who heads the Cosmos Club’s program on foreign affairs. Freeman’s position on the Middle East made such ambitions pointless. In fact, he had resisted being sent to the region in the 1980s because of the “totalitarian” character of debate over American policies there—the lobby’s “virtual hammerlock on American foreign policy,” as he told an
[ppiindia] From the burqa to the catwalk
http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/KC19Df04.html Mar 19, 2009 >From the burqa to the catwalk By Farangis Najibullah One young woman is sporting jeans, a long-sleeved woolen jacket and running shoes. Another is clad in a colorful Afghan national costume - a loose-fitting outfit with wide trousers and a long scarf. Both amble gracefully down a carpeted catwalk before a panel of prickly judges. Welcome to Afghan Model, a televised show that is part beauty pageant, part fashion show. It is broadcast in 10 central provinces on the private television station Emrooz (Today), and sponsored by private companies and businessmen. "We want our Afghan youth to get familiar with traditions and events that exist in the rest of the world," said Emrooz program director Fahim Kohdamani. "We also want to help promote and preserve Afghan national costumes that have been part of our culture for centuries if even some are now being forgotten. At the same time, we want to introduce new, modern designs. Most of all, we want to give an opportunity to young Afghans to be seen as good-looking and decent people in the world." After Afghan Model's first round last month, 80 contestants advanced to the next stage set for Norouz, the Afghan New Year, on March 22. The show will conclude in the summer with finalists competing for two top prizes, including trips to Asian and European countries. An act of courage When Emrooz first announced its plans for the program, the station hoped to attract a couple hundred contestants. Instead, more than 2,000 aspiring models between the ages of 18 and 32, many of them men, rushed to sign up. Some of the young women come from Afghanistan's volatile and deeply conservative southern provinces, including Kandahar. In such areas, merely going to school wearing only a headscarf - rather than a body-length burqa - takes enormous courage. Even in comparatively modern Kabul, her hometown, it wasn't easy to persuade relatives that "there is nothing wrong with being a model," said Wazhma, an 18-year-old student. "Some people among my relatives and others are bothered by this," Wazhma said. "They don't want an Afghan girl to participate in such events. But it is a completely new initiative in Afghanistan, so my parents allowed me to take part in it." A fellow contestant, Hamed, said he wants to use the show as an opportunity to launch his career as a professional model. "After the Taliban were deposed in Kabul, we got a satellite dish," said Hamed, a 19-year-old college graduate. "I frequently watch fashion programs on TV and always wonder why there are not any Afghan models in international shows. Now I have a chance to become one myself." All music and entertainment were banned under the Taliban, who used to publicly hang television sets confiscated from people's homes. Overcoming prejudices Afghan Model isn't anything like regular fashion shows. No professional fashion designer is involved, nor is there a particular design or concept behind the show. Contestants wear whatever they think looks good, whether the style is Western or Afghan. And the judges are as inexperienced as the models. They select winners on the basis of their looks and physique as well as their outfits. Emrooz executives hope Afghan Model will boost their channel's popularity, although many Afghans have harshly criticized the program as an immoral competition that corrupts young people. Aspiring model Hamed said most Afghans still do not accept the idea of young men and women showing off their bodies and clothes. "It involves a lot of hassles as many people are close-minded. And because it's the very first such show, it has naturally provoked a lot of reactions," said Hamed. But Hamed is not worried about what people think. He is just enjoys being a model - and even getting recognized in the streets of Kabul. >From there to a Milan catwalk is a giant leap, but that's his dream. Copyright (c) 2007, RFE/RL Inc. Reprinted with the permission of Radio Free Europe/Radio Liberty, 1201 Connecticut Ave NW, Washington DC 20036 (To view the original article, click here.) [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] (unknown)
REKENING KHUSUS KAMPANYE PARTAI, BUKAN REKENING PRIBADI Seorang wartawan media ibukota yang sering mengajukan pertanyaan kepada saya kali ini bertanya “apa pendapat anda sewaktu KPUD Binjai dan Panwaslu Binjai mengancam coret partai yang ternyata diketahui menyerahkan rekening pribadi, bukan rekening khusus kampanye partai?" Saya katakan, benar kata anda bahwa ketentuan itu adalah kemauan undang-undang. Pernahkah orang mencoba menelaah ruh dari ketentuan itu? Tidak lain untuk akuntabilitas parpol dalam hal anggaran kampanye politik. Mungkin juga untuk mengontrol agar jangan ada sumber-sumber yang tak perlu, misalnya dari luar negeri atau badan-badan yang dikhawatirkan akan mengekang dengan prasyarat-prasyarat politik yang menyulitkan Indonesia kelak. Banyak partai tidak mendapat penjelasan secukupnya terhadap ketentuan ini.Jadi, tidak usah terlalu dihebohkan, apalagi sampai mengancam coret sebagai peserta. Itu murni kesalahan administratif, tanpa motif lain. Berilah peringatan, tagih dengan memberi limit waktu. Selesai. Toh kita semua tahu tak ada yang jujur memberi laporan keuangan kampanyenya kelak. Lihatlah indikasi awal, bahkan ada partai yang cuma mengajukan dana kampanye Rp 100.000,-. Secara substatif sesuai ruh UU, ini juga salah. Tetapi saya lebih memahaminya sebagai sebuah teguran yang amat cerdas. KPU dan Panwas harusnya mengerti masalah mana yang dijadikan prioritas kerja. Analoginya kira-kira begini : Jika pakai baju dan celana saja belum, jangan persoalkan soal jenis dan warna dasi yang harus dikenakan. Ada-ada saja. New Email addresses available on Yahoo! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] (unknown)
SERUAN SUKSESI BERMARTABAT ‘nBASIS (Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya) ‘nBASIS JARE-SMART (Jaringan Relawan untuk Suksesi Bermartabat) Untuk Para Negarawan dan Pihak-Pihak Yang Masih Perduli Dengan Pemulihan Martabat Bangsa Perkuatan rakyat itu wajib kita lakukan untuk melumpuhkan para perencana dan pelaku kriminalisasi demokrasi. Sepanjang sejarah demokrasi di Indonesia kita telah saksikan banyaknya peyimpangan dari nilai dan peradaban, nilai demokrasi maupun hukum. Bukan hanya hak-hak rakyat dirampas secara licik dan kasar dengan tak mengikutkan sebagiannya menjadi pemilih. Pembodohan atau lebih tepat disebut penghinaan terhadap rakyat juga terjadi dengan modus politik uang yang missal dan sistematis.; dan yang paling menggusarkan hati rakyat ialah bahwa di daerah tertentu rakyat sebetulnya sudah memberi pilihan politiknya kepada partai dan atau figur tertentu.Tetapi yang pada akhirnya dikukuhkan sebagai pemenang adalah partai dan atau kandidat lain. Itulah sebabnya perkuatan rakyat itu amat penting kita lakukan.Karena rakyatlah yang akan menentukan masa depan republik ini paling tidak untuk 5 tahun ke depan. Rakyat yang kuatlah yang sanggup menyatakan penolakan atau bahkan melakukan perlawanan terhadap semua rencana jahat yang ingin memaksakan diri menjadi penguasa dengan melakukan kriminalisasi demokrasi. Kriminalisasi demokrasi itu sendiri hanya akan dilakukan oleh para penjahat yang berpura-pura tampil sebagai penolong yang penuh kepedulian yang boleh disebut sebagai SI BOLIS NA BURJU (iblis berpura-pura orang baik). Ia gentayangan dalam institusi dan proses poliik di negeri ini. Rakyat wajib melawannya. Medan, 18 Maret 2009 ‘nBASIS (Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya) ‘nBASIS JARE-SMART (Jaringan Relawan untuk SUksesi Bermartabat) New Email names for you! Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Insiden Bendera Partai Aceh
http://gatra.com:80/artikel.php?id=124108 Atribut Partai Politik Insiden Bendera Partai Aceh Kurang pekerjaan atau ada motif lain? Au, ah! Yang jelas, tindakan Komandan Rayon Militer (Danramil) satu ini terbilang nyeleneh: melakukan penertiban atribut partai politik (parpol). Hal itu lazimnya dilakukan panitia pengawas pemilihan umum dan petugas satuan polisi pamong praja. Apa boleh buat, ia harus menanggung risiko dicopot dari jabatannya. Danramil apes itu, Letnan Dua Infanteri Erwin Y.S., bertugas di Koramil 17/Simpang Keuramat, Aceh Utara. Senin malam pekan lalu, ia memerintahkan anak buahnya mencopoti ratusan bendera dan atribut Partai Aceh di pusat kota kecamatan. Sejumlah kader partai itu mencoba memprotes, tapi tak berdaya menghadapi lima prajurit bersenjata dan bersikap garang tersebut. Ketua Partai Aceh Simpang Keuramat, M. Dahlan Ishak alias Maklan, yang ikut memprotes, malah mendapat ancaman menakutkan. "Saya diancam akan ditembak," tutur Maklan. Ia pun tak berkutik. Dalam tempo singkat, segala bendera dan umbul-umbul partai yang mayoritas anggotanya mantan anggota GAM (Gerakan Aceh Merdeka) itu tuntas dicopoti. Maklan menuturkan pula, kelima prajurit tersebut, ditambah seorang prajurit yang bergabung belakangan, meneruskan aksinya di kawasan dekat pasar. Maklan segera ke lokasi dan mengambil gambar menggunakan telepon selulernya. "Ini bisa menjadi bukti bahwa bendera itu TNI yang turunkan," kata Maklan dalam keterangan persnya. Tak ada yang salah pada atribut Partai Aceh itu. Lokasi pemasangannya sudah benar, tidak menyalahi aturan. Satu-satunya "kesalahan"-nya, pada hari Senin itu ada laporan hilangnya bendera Partai Demokrat dan Partai Golkar, masing-masing 20 dan 10 lembar. Belum jelas, siapa yang bikin ulah. Nah, menurut Komandan Kodim 0103/Aceh Utara, Letnan Kolonel Infanteri Yusep Sudradjat, didampingi Pasi Intel Letnan Satu Aris, ada kesepakatan semua elemen masyarakat Simpang Keuramat, bila ada satu bendera parpol hilang di lokasi pemasangan, berarti bendera parpol lainnya juga harus dibersihkan. Agak lucu sih, sebetulnya. Aris menjelaskan, pihak musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) telah menyelipkan komitmen itu dalam sosialiasi pemilu, 17-25 Februari lalu, ke seluruh desa. Secara umum, materi sosialisasi menyangkut demokrasi berpolitik, jangan ada teror, intimidasi, perusakan atau penghilangan alat peraga masing-masing parpol. "Namun, bila salah satu bendera partai hilang, semua komponen masyarakat berjanji dan konsekuen untuk menertibkan atau membersihkan seluruh bendera parpol di wilayah tersebut," Aris menerangkan. Maka, pada malam itu juga, menyusul laporan hilangnya bendera Partai Demokrat dan Partai Golkar, dilakukanlah penertiban. Menurut Yusep Sudradjat, pada malam itu muspika memanggil seluruh ketua parpol beserta ketua PPK (panitia pemilihan kecamatan) untuk membahas penertiban dimaksud. "Seluruh ketua parpol di Simpang Keuramat hadir, kecuali dari Partai Aceh," ujar Yusep. Ia menyesalkan Danramil Erwin yang memerintahkan anak buahnya melakukan penertiban tanpa berkoordinasi dengan unsur muspika lainnya. Berita tentang pencopotan atribut parpol oleh anggota TNI itu menjadi santapan media massa. Masyarakat menuding TNI arogan dan tak netral. Yusep Sudradjat segera bertindak tegas. Dua hari berselang, Rabu pekan lalu, ia menggelar pengadilan kilat di aula Makodim Aceh Utara. Terdakwanya adalah Erwin dan enam anak buahnya. Erwin dinyatakan terbukti bersalah mengeluarkan perintah melakukan penertiban bendera partai di beberapa lokasi di Kecamatan Simpang Keuramat tanpa berkoordinasi dengan unsur muspika lainnya. Erwin dan anak buahnya mendapat hukuman teguran keras dan dimutasikan ke Makodim Aceh Utara. Erwin tak memegang jabatan. Yusep mengatakan, penjatuhan sanksi termasuk mencopot Erwin dari jabatannya itu adalah bukti bahwa TNI netral menghadapi Pemilu 2009. Kepada wartawan, Erwin membantah disebut melanggar hukum. Landasannya, ya itu tadi, kesepakatan elemen masyarakat menyangkut penertiban bendera parpol. Anehnya, Camat Simpang Keuramat, Ilyas, mengaku sama sekali tidak mengerti tentang kesepakatan dimaksud. "Saya tidak tahu kesepakatan itu," katanya. Markas Besar TNI dalam siaran persnya menyatakan, meski sudah ada kesepakatan (antara elemen masyarakat, muspika, dan PPK Simpang Keuramat), penurunan bendera atau atribut parpol oleh dan atas inisiatif Danramil 17/Simpang Keuramat itu tetap tidak dibenarkan. Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Umum Aceh Utara, Syamsul Bahri, sepakat dengan sikap Mabes TNI. "TNI tidak berhak menurunkan bendera parpol karena menyalahi aturan pemilu. Satuan polisi pamong praja yang berwenang (menurunkan)," kata Syamsul. Mengenai kesepakatan dimaksud, Syamsul menyatakan tidak tahu. "Itu tidak ada aturan dalam Undang-Undang Pemilu," ia menegaskan. Pembersihan atribut parpol di beberapa wilayah Simpang Keuramat itu --kebetulan atau tidak, atribut Partai Aceh yang paling banyak
[ppiindia] Nicolaas Jouwe, Pemimpin Papua Bertemu SBY
http://www.ranesi.nl/arsipaktua/indonesia060905/kabar_papua051117/jouwe_pemimpin_papua20090316 Radio Nederland Wereldomroep 16-03-2009 Nicolaas Jouwe, Pemimpin Papua Bertemu SBY Rabu besok, pemimpin Papua Nicolaas Jouwe, 85 tahun, yang bertempat tinggal di Belanda akan mengunjungi Indonesia dan rencananya bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia akan didampingi dua anaknya, Nancy dan Nico Jouwe. Kunjungan ke Indonesia dilakukan atas undangan SBY sendiri. Siapa sebenarnya Nicolaas Jouwe dan apa isi agenda pembicaraan? Rangkuman wawancara Radio Nederland dengan Nancy, putri Nicolaas Jouwe. Sumber : Stichting Papua Cultureel Erfgoed Nicolaas Jouwe adalah salah satu pelopor pengembangan kepemimpinan Papua dan kesadaran nasional rakyat Papua. Ia juga terpilih sebagai salah satu anggota Dewan Nieuw Guinea, lembaga parlementer pertama Papua yang didirikan tahun 1961. Bersama beberapa pemimpin Papua lain, di antaranya Marcus Kaisiepo, Nicolaas berperan penting dalam proses pembentukan lembaga parlementer itu. Juga setelah jelas Belanda harus mengembalikan tanah jajahannya kepada Indonesia dan Papua diberi hak otonomi, Nicolaas memainkan peranan penting. Nicolaas Jouwe juga perancang bendera Papua, Bintang Kejora yang sampai sekarang masih dikibarkan. Dengan demikian bisa dikatakan, tokoh ini menjadi semacam lambang nasionalisme Papua dan hak menentukan nasib sendiri. Peran Nicolaas Jouwe Nicolaas adalah satu-satunya generasi tua pemimpin Papua yang masih hidup. Melihat latar belakangnya itu, ia diharapkan bisa memainkan peranan penghubung. Rombongan delegasi Papua di Belanda tiba Rabu besok di Indonesia. Tidak lama kemudian mereka dijadwalkan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada kesempatan itu juga dibuat janji tentang pertemuan selanjutnya. Kira-kira apa isi agenda pembicaraan? Butir pembicaraan belum ditetapkan. Tapi menurut Nancy, ayahnya pasti ingin membahas masa depan Papua dan apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki masa depan itu. Setelah diberlakukannya otonomi khusus tahun 2001, penerapan undang undang otonomi khusus di Papua tidak berjalan lancar. Sejak itu, bagi warga Papua, hak menentukan nasib sendiri tetap menjadi butir agenda penting. Diperkirakan, Nicolaas Jouwe juga akan menyampaikan pesan itu dalam pertemuan dengan SBY, melalui dialog tapi juga dengan musyawarah dengan para pemimpin Papua di Papua sendiri. Apakah pertemuan dengan Presiden RI juga mendapat restu dari kelompok yang menginginkan kemerdekaan Papua? "Kami memang tidak tahu apakah ia mendapat restu. Persiapan kunjungan ke Indonesia tidak diumumkan kepada mereka, terkait pekanya misi ini" ujar Nancy. Sekarang, setelah pertemuan dengan SBY sudah umum diketahui, orang mulai mempertanyakan manfaat dari kunjungan ini. Nancy Jouwe menambahkan, ia sudah mendapat restu dari sejumlah tokoh Papua di Belanda mengenai pertemuan dengan Presiden RI. Namun ia juga tahu pasti ada orang-orang yang tidak begitu menyukainya. Kata Kunci: indonesia, kunjungan, nicolaas jouwe, papua, sby Reaksi: Don Flassy, 19-03-2009 - PAPUA-INDONESIA Sangat disadari bahwa suatu masa mengambang pasti ada akhirnya dan sesudah itu ada masa mengambang yang berikutnya, inilah sinergi sibernetik papua-melanesia yang melingkar karena kultur kita bukan piramidal dan tidak pula sibernetik kelayakan seperti di barat. Cuma sayangnya terlalu lama kesempatan begitu sehingga banyak masalah dan kejadian merugikan terjadi di papua tetapi rotasi itu tetap merajut jaman. Belanda menjajah Indonesia akhirnya juga meninggalkan Indonesia, Israel berjuang 2000 tahun dan punya negara namun masih terus berjuang, Indonesia menuju 15 atau 17 negara sebagaimana diramalkan mulai 2010 SAMPAI 2015 adalah rotasi itu. Namun kalau Jouwe jadi penghianat, tidak mungkin itu. Belau itu founding father nation Papua. Semua musti sadar itu, ada mission pasti tu. Tuhan memberkati Papua dan bangsa dunia yang berkenan bagi-Nya. Amin Nama [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Fw:Tragedi Pendidikan di Malang
> Kamis, 19 Maret 2009 ] > Tragedi Pendidikan di Malang > > SUNGGUH, ini merupakan tragedi. Sangat tidak pantas dan > sulit dipercaya bila hal tersebut bisa terjadi. Hanya > gara-gara perselisihan antara pihak rekanan dan pemda dalam > soal tender pembuatan bangku, sejumlah perajin mebel menarik > bangku di beberapa sekolah saat anak didik mengikuti > pelajaran. Mereka membiarkan anak-anak menangis dan > melanjutkan pelajaran sembari duduk di lantai. > > Namun, itulah kenyataan yang terjadi di Kabupaten Malang > beberapa hari ini. Sejumlah perajin bangku marah. Sebab, > setelah menyelesaikan pekerjaan, mereka tidak dibayar oleh > rekanan mereka. Para rekanan tersebut tidak membayar para > perajin karena mereka pun tidak dibayar oleh pihak pemberi > proyek. Yakni, Pemda Malang. > > Pemda tidak mau membayar rekanan karena pengerjaan bangku > dinilai tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. > Disebutkan, di antara 33 rekanan (masing-masing rekanan > mendapat alokasi delapan sekolah) yang terlibat pembuatan > bangku, hanya lima yang memenuhi spesifikasi (Jawa Pos, > 18/03/2009, halaman 13). > > Kalau hanya mengacu pada alasan masing-masing pihak yang > bersengketa, kita bisa dengan mudah memahami persaoalan > tersebut. Bisa dimaklumi kalau para perajin marah dan > akhirnya mengambil barang mereka dari sekolah. Sebab, mereka > tidak mendapatkan upah dari hasil pekerjaannya. Mereka tentu > tidak mau rugi. > > Sementara itu, alasan Pemda Malang yang tidak mau membayar > juga bisa dipahami. Sebab, hasil pekerjaan tidak memenuhi > spesifikasi yang ditentukan. Mereka tidak ingin muncul > persoalan di kemudian hari dan menyeret sejumlah pejabat ke > bilik penjara gara-gara dituduh korupsi. > > Hanya, yang layak dipertanyakan, pantas, bijak, dan > beradabkah bila penarikan tersebut dilakukan ketika > anak-anak sekolah sedang belajar? Sungguh, itu sangat tidak > pantas, tidak beradab, dan sama sekali tidak bijaksana. > > Dari peristiwa tersebut, tampak sekali kalau pihak-pihak > yang terlibat (pemda-rekanan-pengrajin) tidak memedulikan > perasaan para siswa. Mereka hanya memikirkan diri sendiri. > Mereka hanya berpikir soal untung rugi, persoalan orang > dewasa yang masih sangat sulit dipahami oleh anak-anak usia > sekolah dasar. > > Jika ketiga pihak masih memiliki perasaan dan tanggung > jawab sebagai orang dewasa, mestinya mereka bisa mencari > jalan keluar yang lebih pantas dan lebih beradab. Misalnya, > boleh saja itu ditarik, tapi janganlah penarikan tersebut > dilakukan ketika anak-anak sedang sekolah dan duduk di atas > bangku itu. > > Agar solusi tersebut tercapai, harusnya pihak pemda, pihak > diknas setempat, atau siapalah berani berdiri di depan untuk > mengambil prakarsa. Bukan malah membiarkan. > > Sungguh sangat tidak pantas dan tidak bertanggung jawab > bila sampai Bupati Kabupaten Malang Sujud Pribadi menyatakan > bahwa pihaknya mempersilakan bila para pengrajin ingin > mengambil bangku-bangku mereka. > > Seharusnya, sebagai orang nomor satu di Kabupaten Malang, > Sujud bisa memasang badan untuk melindungi perasaan para > siswa. Dia seharusnya berani berkorban. Misalnya, memberikan > sedikit uang kompensasi kepada perajin agar menunda > pengambilan bangku dalam beberapa hari. Paling tidak, > mengambilnya pada sore atau malam ketika anak-anak tidak > berada di kelas. Sayang itu tidak dilakukan. Padahal, di > situlah jiwa kepemimpinan seseorang akan terlihat! (*) > > http://jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=58130 > --~--~-~--~~~---~--~~ >
[ppiindia] Dewan Pers ttg praktik jurnalisme yang tidak etis
From: Dewan Pers Subject: surat terbuka dewan pers Date: Wednesday, March 18, 2009, 6:24 PM Yth. Redaksi media massa di Indonesia terlampir kami sampaikan surat terbuka dewan pers. semoga saudara berkenan ikut menyebarluaskannya. terima kasih dewan pers Surat Terbuka Dewan Pers Kepada Pemerintah Daerah di Seluruh Indonesia Dewan Pers akhir-akhir ini kembali menerima sejumlah pengaduan dan keluhan dari berbagai pihak mengenai penyalahgunaan profesi wartawan. Mereka yang mengaku wartawan itu melakukan tindakan yang tidak sejalan dengan etika jurnalistik seperti memeras, memaksa, atau mengancam narasumber. Berdasar pengaduan dan keluhan tersebut, Dewan Pers ingin mengingatkan kembali Pernyataan Dewan Pers Nomor: I/P-DP/III/2008 tentang Praktek Jurnalistik yang Tidak Etis, yang dikeluarkan pada 5 Maret 2008. (terlampir) Dengan memedomani Pernyataan Dewan Pers itu diharapkan masyarakat, terutama pemerintah daerah di seluruh Indonesia , dapat membantu memerangi praktek-praktek jurnalistik tidak etis itu demi penegakan kemerdekaan pers. Demikian agar menjadi perhatian semua pihak. Jakarta, 17 Maret 2009 Dewan Pers, Drs. Sabam Leo Batubara Wakil Ketua Pernyataan Dewan Pers Nomor: 1/P- DP/III/2008 tentang Praktek Jurnalistik yang Tidak Etis Dewan Pers beberapa bulan belakangan ini menerima sejumlah pengaduan, pemberitahuan, dan permohonan perlindungan terkait dengan praktik-praktik jurnalisme yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip etika. Terdapat pengaduan yang mempertanyakan cara-cara etis dalam melakukan wawancara, media secara sepihak mengklaim adanya informasi manipulasi yang perlu dikonfirmasi, yang berujung pada upaya pemerasan. Contoh pengaduan lainnya menyangkut nama “penerbitan pers” yang menimbulkan kesalahpahaman (misalnya, penamaan tabloid KPK, yang tidak ada kaitannya dengan Komisi Pemberantasan Korupsi; nama penerbitan Buser yang mengesankan sebagai satuan tugas kepolisian). Praktek pelanggaran etika jurnalistik tersebut memanfaatkan kemerdekaan pers dengan menyalahgunakan prinsip-prinsip kemerdekaan pers untuk keuntungan atau kepentingan individu. Dengan menyalahgunakan kartu pers, organisasi wartawan, atau institusi pers, sejumlah individu mengidentifikasi diri sebagai “wartawan” sebagai sarana mencari keuntungan secara kurang etis. Contoh tersebut merupakan sebagian dari persoalan yang muncul dari praktek penyalahgunaan institusi pers dan profesi wartawan. Dengan semakin maraknya kasus-kasus penyalahgunaan tersebut, Dewan Pers pada kesempatan ini merasa perlu menegaskan kembali prinsip-prinsip etika jurnalistik, untuk diketahui dan menjadi pegangan masyarakat ketika berhadapan dengan wartawan atau pers: 1. Wartawan wajib menegakkan prinsip-prinsip etika, seperti yang tercantum dalam Kode Etik Jurnalistik (KEJ), yang telah disepakati oleh organisasi-organisasi wartawan. Wartawan tidak menggunakan cara-cara pemaksaan dan klaim sepihak terhadap informasi yang ingin dikonfirmasikan kepada narasumber. 2. Wartawan tidak boleh menerima suap (amplop) dari narasumber dalam mencari informasi, oleh karena itu masyarakat/narasumber tidak perlu menyuap wartawan. Kode Etik Jurnalistik dengan jelas menyatakan wartawan Indonesia selalu menjaga kehormatan profesi dengan tidak menerima imbalan dalam bentuk apa pun dari sumber berita. Dengan tidak menyuap, masyarakat turut membantu upaya menegakkan etika dan upaya memberantas praktek penyalahgunaan profesi wartawan. 3. Masyarakat berhak menanyakan identitas wartawan dan mencek kebenaran status media tempatnya bekerja. Masyarakat berhak menolak melayani wartawan yang menyalahgunakan profesinya dalam melakukan kegiatan jurnalistik. 4. Dewan Pers mengimbau agar komunitas wartawan dan pers bahu-membahu bersama masyarakat untuk memerangi praktik penyalahgunaan profesi wartawan dan melaporkan pada kepolisian. Jakarta, 5 Maret 2008 Dewan Pers Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A. Ketua [Non-text portions of this message have been removed]
[ppiindia] Kepasrahan Diri
Kepasrahan Diri By: agussyafii Berteman dengan orang yang mudah tertawa buat saya warna langit menjadi cerah dan terlihat indah. Sama ketika saya berteman Pak Haji ini selain mudah tertawa, murah senyum namun juga hidupnya yang mudah seolah tanpa beban dan masalah. Saya pernah tanyakan padanya bagaimana sedemikian indahnya hidup yang dijalaninya, apa resepnya. "Kepasrahan diri dalam menjalani hidup. membuat hidup kita menjadi mudah dan indah. Betulkan mas..?" Katanya dengan mata berbinar-binar menandakan semangat hidup penuh kebahagiaan. -- alhamdulillah, terima kasih ya Alloh atas semua karuniaMu dihari ini, dengan penuh kebahagiaan ijinkan saya memanjatkan doa untuk teman2 semua, semoga senantiasa sehat selalu dan dilimpahkn rizki yang barokah. amin ya robbal alamin.. Wassalam, agussyafii -- Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. [Non-text portions of this message have been removed]