[ekonomi-nasional] Re: [ppiindia] Bank Dunia: Kambing Hitam Kemiskinan
Nizami, bisa baca nggak sih? Kapan saya digaji WB dan IMF? Anda ini nggak punya ilmu dan info yang cukup tapi selalu sok menggurui dan selalu merasa benar sendiri di semua bidang: ekonomi, agama, pendidikan, dll... kecuali dibidang anda sendiri (ada gitu? apa bidang anda?). Dan dg pikiran cupet anda, anda selalu merasa paling suci dan menganggap siapapun yang berseberangan pendapat dg anda adalah salah dan hina. Seperti kata beberapa anggota milis ini: anda ini provokator yang suka mempermalukan diri sendiri. Sayangnya anda tidak pernah sadar. Parahnya lagi anda bawa2 stempel agama Islam. Lebih baik anda kerja dibidang anda yang baik saja deh.. Jadi pemimpin di kantor anda, dan bikin keputusan2 yang Islami. Atau bikin usaha sendiri dan bantu orang lain bekerja. Okeh? FYI, kalau anda lihat di struktur organisasi institusi besar, baik itu WB, IMF, ADB, JICA, AUSAID, dll... ada bbrp section yang kerjanya murni riset.. dan kalau anda ngerti bahasa Inggris coba donlot beberapa paper disana, anda akan tercengang2 membaca bahwa yang direkomendasikan itu sama sekali lain dari dugaan anda... Soal menghamba, insya Allah saya menghamba hanya pada Allah. Makanya yang saya tulis/lakukan/omongkan akan saya pertanggungjawabkan di hadapan Nya bukan dihadapan anda... sudah saya bilang, jangankan anggota milis, setan gundul pun saya hadapi kalau saya yakin saya tidak salah. dan jangankan setan gundul, provokator kampung pun saya akan hadapi juga :)) --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote: Wah pantas ya Mbak Fau sering membela agenda Bank Dunia dan IMF...:) Harapan saya sebaiknya kaum terdidik jangan menghamba kepada Bank Dunia atau IMF. Tapi lebih peduli pada rakyat Indonesia. Untuk apa jika kita kaya dari gaji Bank Dunia atau IMF sementara rakyat Indonesia justru banyak yang melarat akibat kebijakan keliru yang dipaksakan Bank Dunia dan IMF ke negara Indonesia. Ini butuh kepedulian dan nurani. Bukan sekedar materialisme belaka. --- IrwanK juga [EMAIL PROTECTED] wrote: Quote: Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. Kalau Bank Dunia tidak didengarkan, Mbak Fau dan para rekan/senior-nya bakal gak kerja donk? :-) Wassalam, Irwan.K On 11/27/06, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya lihat Bank Dunia pintar sekali memutar-balikkan fakta. Bank Dunia menuduh melonjaknya penduduk miskin sebesar 3,1 juta orang karena naiknya harga beras. Oleh karena itu harga beras harus diturunkan dan impor beras harus dijalankan. Padahal bukan rahasia lagi bahwa Bank Dunia baru-baru ini mendikte pemerintah Indonesia lewat kaki tangannya yang menjabat di kementrian ekonomi dan Bappenas untuk menaikan harga BBM hingga 120% yang mengakibatkan melonjaknya seluruh harga barang (bukan cuma beras!). Itulah faktor kemiskinan di Indonesia yang utama! Tentu saja saran Bank Dunia untuk menurunkan harga beras dan impor beras ini akan memiskinkan para petani kita. Padahal sekitar 50% penduduk Indonesia (sekitar 100 juta) masih bergantung pada pertanian. Saran Bank Dunia ini jika diikuti tidak hanya mengurangi kemiskinan sebesar 3,1 juta, tapi menambah kemiskinan sebesar 100 juta! Saran Bank Dunia akan menguntungkan para petani AS yang hingga kini disubsidi besar2an oleh pemerintah AS untuk melakukan ekspor ke Indonesia. Saat ini Indonesia mengimpor kedelai 3 trilyun lebih dari AS. Indonesia juga mengimpor 1,2 juta ton beras per tahunnya (sekitar rp 3 trilyun per tahun). Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/25/Fokus/3119397.htm Kambing Hitam Kemiskinan Oleh Sri Hartati Samhadi Kenaikan harga beras yang dituding Bank Dunia sebagai penyebab melonjaknya jumlah penduduk miskin hingga 3,1 juta orang menjadi 39,05 juta orang selama periode Februari 2005-Maret 2006 seolah menempatkan pemerintah pada dua pilihan, mengorbankan petani atau konsumen beras. Dalam kasus-kasus sebelumnya, pemerintah selalu berpikir jangka pendek, mengorbankan petani dengan cara membuka keran impor untuk menekan harga. Alasan yang diungkapkan, untuk membela kepentingan masyarakat yang lebih besar. Dalam hal ini, konsumen neto beras, yang sekitar dua pertiga petani juga ada di dalamnya. [Non-text portions of this message have been removed] === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://www.media-islam.or.id Cheap talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. http://voice.yahoo.com
[ekonomi-nasional] Re: [ppiindia] Bank Dunia: Kambing Hitam Kemiskinan
Lepas dari itu, WB dan IMF adala sebuah badan hukum, yang beranggautakan negara negara, termasuk RI, dan banyak negara negara Muslim lainnya. WB dan IMF bukan milik satu prang atau satu negara, modalnya juga modal patungan. Kalau tak suka WQB atau IMF yah OK OK saja, tapi tak perlu mengumpat umpat. Austria juga anggauta keduanya, tapi tak pernah merasa dirugikan tu? Kadang kadang juga Austria berhutang pada mereka untuk proyek proyek raksasa dimana dibutuhkan banyak dana murah. Tapi lalu yakembalikan angsuran secara teratur. Tak mau membayar ya OK tak usaih pinjam, seperti Malaysia wakti financial crisis. Gitu aja kok repot. Betul lho mas Nizami, jangan suka provokasi, malah hancur citra sendiri... lalu agama ikut ikut keseret... sedih kan? Salam Danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, fauziah swasono [EMAIL PROTECTED] wrote: Nizami, bisa baca nggak sih? Kapan saya digaji WB dan IMF? Anda ini nggak punya ilmu dan info yang cukup tapi selalu sok menggurui dan selalu merasa benar sendiri di semua bidang: ekonomi, agama, pendidikan, dll... kecuali dibidang anda sendiri (ada gitu? apa bidang anda?). Dan dg pikiran cupet anda, anda selalu merasa paling suci dan menganggap siapapun yang berseberangan pendapat dg anda adalah salah dan hina. Seperti kata beberapa anggota milis ini: anda ini provokator yang suka mempermalukan diri sendiri. Sayangnya anda tidak pernah sadar. Parahnya lagi anda bawa2 stempel agama Islam. Lebih baik anda kerja dibidang anda yang baik saja deh.. Jadi pemimpin di kantor anda, dan bikin keputusan2 yang Islami. Atau bikin usaha sendiri dan bantu orang lain bekerja. Okeh? FYI, kalau anda lihat di struktur organisasi institusi besar, baik itu WB, IMF, ADB, JICA, AUSAID, dll... ada bbrp section yang kerjanya murni riset.. dan kalau anda ngerti bahasa Inggris coba donlot beberapa paper disana, anda akan tercengang2 membaca bahwa yang direkomendasikan itu sama sekali lain dari dugaan anda... Soal menghamba, insya Allah saya menghamba hanya pada Allah. Makanya yang saya tulis/lakukan/omongkan akan saya pertanggungjawabkan di hadapan Nya bukan dihadapan anda... sudah saya bilang, jangankan anggota milis, setan gundul pun saya hadapi kalau saya yakin saya tidak salah. dan jangankan setan gundul, provokator kampung pun saya akan hadapi juga :)) --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami nizaminz@ wrote: Wah pantas ya Mbak Fau sering membela agenda Bank Dunia dan IMF...:) Harapan saya sebaiknya kaum terdidik jangan menghamba kepada Bank Dunia atau IMF. Tapi lebih peduli pada rakyat Indonesia. Untuk apa jika kita kaya dari gaji Bank Dunia atau IMF sementara rakyat Indonesia justru banyak yang melarat akibat kebijakan keliru yang dipaksakan Bank Dunia dan IMF ke negara Indonesia. Ini butuh kepedulian dan nurani. Bukan sekedar materialisme belaka. --- IrwanK juga irwank@ wrote: Quote: Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. Kalau Bank Dunia tidak didengarkan, Mbak Fau dan para rekan/senior-nya bakal gak kerja donk? :-) Wassalam, Irwan.K On 11/27/06, A Nizami nizaminz@ wrote: Saya lihat Bank Dunia pintar sekali memutar-balikkan fakta. Bank Dunia menuduh melonjaknya penduduk miskin sebesar 3,1 juta orang karena naiknya harga beras. Oleh karena itu harga beras harus diturunkan dan impor beras harus dijalankan. Padahal bukan rahasia lagi bahwa Bank Dunia baru-baru ini mendikte pemerintah Indonesia lewat kaki tangannya yang menjabat di kementrian ekonomi dan Bappenas untuk menaikan harga BBM hingga 120% yang mengakibatkan melonjaknya seluruh harga barang (bukan cuma beras!). Itulah faktor kemiskinan di Indonesia yang utama! Tentu saja saran Bank Dunia untuk menurunkan harga beras dan impor beras ini akan memiskinkan para petani kita. Padahal sekitar 50% penduduk Indonesia (sekitar 100 juta) masih bergantung pada pertanian. Saran Bank Dunia ini jika diikuti tidak hanya mengurangi kemiskinan sebesar 3,1 juta, tapi menambah kemiskinan sebesar 100 juta! Saran Bank Dunia akan menguntungkan para petani AS yang hingga kini disubsidi besar2an oleh pemerintah AS untuk melakukan ekspor ke Indonesia. Saat ini Indonesia mengimpor kedelai 3 trilyun lebih dari AS. Indonesia juga mengimpor 1,2 juta ton beras per tahunnya (sekitar rp 3 trilyun per tahun). Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/25/Fokus/3119397.htm Kambing Hitam Kemiskinan Oleh Sri Hartati Samhadi Kenaikan harga beras yang dituding Bank Dunia sebagai penyebab melonjaknya jumlah penduduk miskin hingga 3,1 juta orang menjadi 39,05 juta orang selama periode Februari 2005-Maret 2006 seolah menempatkan pemerintah
Re: [ppiindia] Bank Dunia: Kambing Hitam Kemiskinan
--- A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote: [...] Padahal bukan rahasia lagi bahwa Bank Dunia baru-baru ini mendikte pemerintah Indonesia lewat kaki tangannya yang menjabat di kementrian ekonomi dan Bappenas untuk menaikan harga BBM hingga 120% yang mengakibatkan melonjaknya seluruh harga barang (bukan cuma beras!). Itulah faktor kemiskinan di Indonesia yang utama! [...] Oke lah, analisis yang cukup tajam. Cuman pertanyaan kemudian adalah bagaimana usaha secara riil (bukan wacana lagi) agar pemerintah dapat secara sadar mau melepaskan diri dari ketergantungan tersebut. Saya pikir sudah saatnya wacana diwujudkan dalam konteks yang riil. Silent on the Middle
[ppiindia] Bank Dunia: Kambing Hitam Kemiskinan
Saya lihat Bank Dunia pintar sekali memutar-balikkan fakta. Bank Dunia menuduh melonjaknya penduduk miskin sebesar 3,1 juta orang karena naiknya harga beras. Oleh karena itu harga beras harus diturunkan dan impor beras harus dijalankan. Padahal bukan rahasia lagi bahwa Bank Dunia baru-baru ini mendikte pemerintah Indonesia lewat kaki tangannya yang menjabat di kementrian ekonomi dan Bappenas untuk menaikan harga BBM hingga 120% yang mengakibatkan melonjaknya seluruh harga barang (bukan cuma beras!). Itulah faktor kemiskinan di Indonesia yang utama! Tentu saja saran Bank Dunia untuk menurunkan harga beras dan impor beras ini akan memiskinkan para petani kita. Padahal sekitar 50% penduduk Indonesia (sekitar 100 juta) masih bergantung pada pertanian. Saran Bank Dunia ini jika diikuti tidak hanya mengurangi kemiskinan sebesar 3,1 juta, tapi menambah kemiskinan sebesar 100 juta! Saran Bank Dunia akan menguntungkan para petani AS yang hingga kini disubsidi besar2an oleh pemerintah AS untuk melakukan ekspor ke Indonesia. Saat ini Indonesia mengimpor kedelai 3 trilyun lebih dari AS. Indonesia juga mengimpor 1,2 juta ton beras per tahunnya (sekitar rp 3 trilyun per tahun). Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/25/Fokus/3119397.htm Kambing Hitam Kemiskinan Oleh Sri Hartati Samhadi Kenaikan harga beras yang dituding Bank Dunia sebagai penyebab melonjaknya jumlah penduduk miskin hingga 3,1 juta orang menjadi 39,05 juta orang selama periode Februari 2005-Maret 2006 seolah menempatkan pemerintah pada dua pilihan, mengorbankan petani atau konsumen beras. Dalam kasus-kasus sebelumnya, pemerintah selalu berpikir jangka pendek, mengorbankan petani dengan cara membuka keran impor untuk menekan harga. Alasan yang diungkapkan, untuk membela kepentingan masyarakat yang lebih besar. Dalam hal ini, konsumen neto beras, yang sekitar dua pertiga petani juga ada di dalamnya. Jalan pintas ditempuh tanpa pemerintah berusaha menyelesaikan pekerjaan rumahnya, yakni mengatasi akar masalah yang menjadi penghambat upaya peningkatan produksi beras atau menurunnya gairah petani menanam padi, sehingga terjadi defisit beras di dalam negeri. Atau, bagaimana bisa menekan angka kehilangan panen yang saat ini masih sekitar 25-30 persen sehingga jika itu bisa dikurangi, Indonesia tak perlu impor beras. Kenaikan harga beras menjadi kambing hitam kegagalan pemerintah dalam menekan kemiskinan struktural, baik di pedesaan maupun perkotaan. Hasil penelitian Bank Dunia yang menyebut harga beras sebagai pemicu kemiskinan sebenarnya bukan hal baru. Bukan baru kali ini Bank Dunia menuding harga beras sebagai penyebab meningkatnya kemiskinan di Indonesia. Mark Baird saat menjabat Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Maret 2001, pernah menyatakan perlu ada kebijakan harga beras yang menyeimbangkan kebutuhan konsumen dan petani miskin. Menurut dia, tidak ada upaya yang lebih penting untuk bisa menekan angka kemiskinan selain menjamin tersedianya beras pada harga murah. Lembaga ini juga menyatakan keberatan terhadap usulan Tim Pengkajian Kebijakan Perberasan Nasional tentang pembatasan impor. Pada Juni 2003, Bank Dunia, lewat Direktur Regional Bert Hofman, kembali mengkritik pelarangan sementara impor. Argumennya masih sama, larangan impor akan mengakibatkan naiknya harga sehingga rakyat miskin semakin tak mampu membeli beras. Sikap Bank Dunia dipertegas lagi Januari 2004 melalui pernyataan ekonom Neil McCulloch, bahwa rakyat miskin akan disejahterakan jika pemerintah menerapkan kebijakan perdagangan beras yang terbuka. Caranya, dengan menghapus bea masuk (BM) impor atau setidaknya BM ditetapkan rendah. Apa yang diungkapkan McCulloch itu pernah disampaikan sebelumnya oleh Dana Moneter Internasional (IMF) yang pada Maret 1999 juga menekan pemerintah untuk menurunkan BM impor beras maksimal 5 persen. Sudah sejak lama Bank Dunia, IMF, dan juga negara-negara maju pengusung faham neoliberalisme berusaha menciptakan opini betapa tingginya harga beras yang diakibatkan oleh rezim perdagangan yang tertutup, sangat tidak menguntungkan bagi perekonomian secara keseluruhan. Bank Dunia dan juga negara-negara maju seperti AS melihat, sejak krisis, harga beras di Indonesia jauh di atas harga dunia dan tingginya harga ini sangat tidak menguntungkan penduduk di bawah garis kemiskinan yang jumlahnya sangat besar. Tingginya harga beras, menurut mereka, juga tidak bisa dinikmati petani, karena petani tak memiliki akses ke teknologi untuk meningkatkan produktivitasnya. Pengamat pertanian, Bustanul Arifin, bisa mengendus adanya kepentingan AS sebagai eksportir pangan terhadap Indonesia sebagai importir pangan penting dunia sekarang ini. Meskipun perdagangan beras lebih banyak terjadi di antara sesama negara Asia (sehingga terkesan tak membawa kepentingan Barat), AS adalah eksportir beras keempat terbesar dunia (3,7 juta ton) setelah Thailand, India, dan Vietnam. Sebagai lembaga yang
Re: [ppiindia] Bank Dunia: Kambing Hitam Kemiskinan
Quote: Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. Kalau Bank Dunia tidak didengarkan, Mbak Fau dan para rekan/senior-nya bakal gak kerja donk? :-) Wassalam, Irwan.K On 11/27/06, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya lihat Bank Dunia pintar sekali memutar-balikkan fakta. Bank Dunia menuduh melonjaknya penduduk miskin sebesar 3,1 juta orang karena naiknya harga beras. Oleh karena itu harga beras harus diturunkan dan impor beras harus dijalankan. Padahal bukan rahasia lagi bahwa Bank Dunia baru-baru ini mendikte pemerintah Indonesia lewat kaki tangannya yang menjabat di kementrian ekonomi dan Bappenas untuk menaikan harga BBM hingga 120% yang mengakibatkan melonjaknya seluruh harga barang (bukan cuma beras!). Itulah faktor kemiskinan di Indonesia yang utama! Tentu saja saran Bank Dunia untuk menurunkan harga beras dan impor beras ini akan memiskinkan para petani kita. Padahal sekitar 50% penduduk Indonesia (sekitar 100 juta) masih bergantung pada pertanian. Saran Bank Dunia ini jika diikuti tidak hanya mengurangi kemiskinan sebesar 3,1 juta, tapi menambah kemiskinan sebesar 100 juta! Saran Bank Dunia akan menguntungkan para petani AS yang hingga kini disubsidi besar2an oleh pemerintah AS untuk melakukan ekspor ke Indonesia. Saat ini Indonesia mengimpor kedelai 3 trilyun lebih dari AS. Indonesia juga mengimpor 1,2 juta ton beras per tahunnya (sekitar rp 3 trilyun per tahun). Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/25/Fokus/3119397.htm Kambing Hitam Kemiskinan Oleh Sri Hartati Samhadi Kenaikan harga beras yang dituding Bank Dunia sebagai penyebab melonjaknya jumlah penduduk miskin hingga 3,1 juta orang menjadi 39,05 juta orang selama periode Februari 2005-Maret 2006 seolah menempatkan pemerintah pada dua pilihan, mengorbankan petani atau konsumen beras. Dalam kasus-kasus sebelumnya, pemerintah selalu berpikir jangka pendek, mengorbankan petani dengan cara membuka keran impor untuk menekan harga. Alasan yang diungkapkan, untuk membela kepentingan masyarakat yang lebih besar. Dalam hal ini, konsumen neto beras, yang sekitar dua pertiga petani juga ada di dalamnya. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [ekonomi-nasional] Re: [ppiindia] Bank Dunia: Kambing Hitam Kemiskinan
Wah pantas ya Mbak Fau sering membela agenda Bank Dunia dan IMF...:) Harapan saya sebaiknya kaum terdidik jangan menghamba kepada Bank Dunia atau IMF. Tapi lebih peduli pada rakyat Indonesia. Untuk apa jika kita kaya dari gaji Bank Dunia atau IMF sementara rakyat Indonesia justru banyak yang melarat akibat kebijakan keliru yang dipaksakan Bank Dunia dan IMF ke negara Indonesia. Ini butuh kepedulian dan nurani. Bukan sekedar materialisme belaka. --- IrwanK juga [EMAIL PROTECTED] wrote: Quote: Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. Kalau Bank Dunia tidak didengarkan, Mbak Fau dan para rekan/senior-nya bakal gak kerja donk? :-) Wassalam, Irwan.K On 11/27/06, A Nizami [EMAIL PROTECTED] wrote: Saya lihat Bank Dunia pintar sekali memutar-balikkan fakta. Bank Dunia menuduh melonjaknya penduduk miskin sebesar 3,1 juta orang karena naiknya harga beras. Oleh karena itu harga beras harus diturunkan dan impor beras harus dijalankan. Padahal bukan rahasia lagi bahwa Bank Dunia baru-baru ini mendikte pemerintah Indonesia lewat kaki tangannya yang menjabat di kementrian ekonomi dan Bappenas untuk menaikan harga BBM hingga 120% yang mengakibatkan melonjaknya seluruh harga barang (bukan cuma beras!). Itulah faktor kemiskinan di Indonesia yang utama! Tentu saja saran Bank Dunia untuk menurunkan harga beras dan impor beras ini akan memiskinkan para petani kita. Padahal sekitar 50% penduduk Indonesia (sekitar 100 juta) masih bergantung pada pertanian. Saran Bank Dunia ini jika diikuti tidak hanya mengurangi kemiskinan sebesar 3,1 juta, tapi menambah kemiskinan sebesar 100 juta! Saran Bank Dunia akan menguntungkan para petani AS yang hingga kini disubsidi besar2an oleh pemerintah AS untuk melakukan ekspor ke Indonesia. Saat ini Indonesia mengimpor kedelai 3 trilyun lebih dari AS. Indonesia juga mengimpor 1,2 juta ton beras per tahunnya (sekitar rp 3 trilyun per tahun). Saran saya Bank Dunia tidak perlu didengarkan lagi. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/25/Fokus/3119397.htm Kambing Hitam Kemiskinan Oleh Sri Hartati Samhadi Kenaikan harga beras yang dituding Bank Dunia sebagai penyebab melonjaknya jumlah penduduk miskin hingga 3,1 juta orang menjadi 39,05 juta orang selama periode Februari 2005-Maret 2006 seolah menempatkan pemerintah pada dua pilihan, mengorbankan petani atau konsumen beras. Dalam kasus-kasus sebelumnya, pemerintah selalu berpikir jangka pendek, mengorbankan petani dengan cara membuka keran impor untuk menekan harga. Alasan yang diungkapkan, untuk membela kepentingan masyarakat yang lebih besar. Dalam hal ini, konsumen neto beras, yang sekitar dua pertiga petani juga ada di dalamnya. [Non-text portions of this message have been removed] === Ingin belajar Islam sesuai Al Qur'an dan Hadits? Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] http://www.media-islam.or.id Cheap talk? Check out Yahoo! Messenger's low PC-to-Phone call rates. http://voice.yahoo.com