[ppiindia] Kelangkaan dan Penyelundupan BBM

2005-09-21 Terurut Topik Sandy Dwiyono
21.09.2005

Kelangkaan dan Penyelundupan BBM

Presiden Yudhoyono mengakunya terkejut dengan data
kerugian negara sebesar 8,8 triliun rupiah akibat
penyelundupan bahan bakar minyak.

Kerugian negara dalam setahun mencapai hampir 9
triliun rupiah. Jumlah sebesar itu pasti bisa
dimanfaatkan untuk membangun dan membantu orang-orang
miskin. Orang boleh merasa prihatin mengetahui
kenyataan yang diungkapkan sendiri oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, apalagi bila tahu praktik
curang dan kriminal itu berlangsung dari hulu sampai
hilir. Bagaimana praktik penyelundupan dan kecurangan
lain seperti pengoplosan atau mencampur satu jenis
bahan bakar minyak dengan jenis lain yang dilakukan
kalangan industri dan usaha-usaha kecil? 

Penyeludupan atau Bantuan Pasokan

Seorang yang melakukannya menolak disebut penimbun,
spekulan apalagi penyelundup. Ia meminta namanya sebut
saja, sebagai Dharmawan.
 
Dharmawan: Apa sebetulnya definisi penyelundupan itu?
Penyelundupan itu apabila dilakukan oleh seseorang di
luar perairan Indonesia. Itu dulu yang mau saya
perbaiki. Jadi, misalnya kayak saya membantu
distribusi itu bukan melakukan penyelundupan. Dalam
bahasa saya, saya justru membantu distribusi
Pertamina. Ini saya perumpamaan saja, di beberapa
daerah ada kelangkaan, semisal di Bangka, di
Kalimantan Selatan, saya bisa memasok ke sana. Nah,
apakah itu penyelundupan. Masih di perairan Indonesia,
gitu lho.
 
Dharmawan memang mengaku melakukan kesalahan. Tetapi,
ia anggap bukan kesalahan melawan hukum.
 
Dharmawan: Menurut saya itu legal. Bahwa saya
melakukan kesalahan, itu iya. Tapi, tidak kesalahan
dalam bentuk yang serius. Kesalahan saya cuma
kesalahan administrasi bahwa saya tak punya ijin untuk
menumpuk atau mendistribusikan minyak. Itu khan
kesalahan administratif.
 
Dharmawan sudah cukup lama memasarkan bahan bakar
minyak. Ia mengaku, menjadi pemain besar terbilang
baru tiga tahun lebih. Pasarnya lebih banyak ke
kawasan Indonesia timur.
 
Dharmawan: Untuk wilayah Indonesia timur itu,
kebutuhan minyak 20 ribu kiloliter per bulan. Dari 20
ribu kiloliter, taruh orang kayak saya ini berapa sih
mampunya? Paling 500 kiloliter. Itu artinya cuma
berapa persen?
 
Penyeludupan Oleh Nelayan

Tetapi, bila solar yang ia lempar ke Indonesia timur
itu habis semua, perkiraan ia bisa meraih sebesar 1
miliar rupiah. Itu pun sudah dengan harga solar yang
lebih murah dari ketentuan pemerintah untuk harga jual
solar bagi industri.
 
Menurut General Manager Pertaminan Unit Pemasaran
wilayah Kalimantan, Iqbal Hasan, praktik curang itu
menjual solar subsidi kepada industri dilakukan bukan
saja oleh pemain besar, tapi juga para nelayan.
 
Iqbal Hasan: Penyalahgunaan di tengah laut. Khususnya
banyak penyalahgunaan solar di tengah laut. Baik itu
dilakukan yang di tingkat besar seperti yang
dioperasikan polisi beberapa waktu di Batam. Namun,
juga yang terjadi pihak nelayan pun melakukan hal-hal
yang demikian. Seperti di Cilacap, Jawa Tengah, dimana
petugas kami sekarang juga berada di tahanan polisi,
itu yang melakukan adalah koperasi nelayan. Kumpulan
dari 500 nelayan. Ini memang fenomena, karena
disparitasnya terlalu tinggi, di laut itu orang
semuanya bukannya cari ikan tapi lebih untung jualan
solar.
 
Mulya, tinggal di kawasan nelayan Jakarta Utara. Dari
pesisir itu, ia mengetahui juga praktik jual-beli
solar di laut oleh nelayan seperti diungkap oleh
Iqbal. Kata Mulya, kalau mau dirunut ke belakang,
sejak masa krisis ekonomi tujuh tahun lalu jual-beli
itu sudah berlangsung.
 
Mulya: Di jaman-jaman agak kesulitan perekonomian
kita, di tahun 1998-1999, saya sudah informasikan
beberapa nelayan kita di Cilincing dan Kalibaru
(Jakarta Utara) memodifikasi perahunya dalam rangka
menampung BBM dengan melapisi bagian dalam perahunya
dengan fiber yang berfungsi sebagai tangki. 
 
Yang dikejar memang selisih harga solar yang keliwat
tinggi antaran solar subsidi untuk tranportasi dan non
subsidi untuk industri. Ketika harga solar industri
naik dari dua ribu empat ratus rupiah menjadi lima
ribu empat ratus per Agustus silam, aksi penyelundupan
marak. Bukan itu saja, di pasar langsung terjadi
kelangkaaan minyak tanah karena kebutuhan mencampur
dengan solar supaya harga terjangkau.
 
Pasokan Pertamina

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Poernomo
Yusgiantoro mengakui perbedaan harga yang tajam memicu
praktik penyelundupan dan pengoplosan.
 
Poernomo Yusgiantoro: Suara dari GM (General Manager)
(mengusulkan), untuk menghindari pengoplosan, mestinya
perbedaan harga minyak solar dan minyak tanah tidak
lebih besar dari 500 rupiah per liter. Itu pengalaman
mereka di lapangan. Mereka ini puya jam terbang yang
cukup lama, dan mereka mengusulkan minyak tanah dan
minyak solar perbedaannya jangan lebih dari 500 rupiah
per liter. Kalau itu terjadi, pasti terjadi
pengoplosan. Yang kedua, untuk menghindari
penyelundupan, selisih harga keekonomian ­harga pasar,
harga internasional­ dengan harga riil BBM itu tidak
boleh jauh berbeda. Karena bila jauh berbeda, itu juga

[ppiindia] Kelangkaan dan Penyelundupan BBM

2005-09-21 Terurut Topik Sandy Dwiyono
21.09.2005

Kelangkaan dan Penyelundupan BBM

Presiden Yudhoyono mengakunya terkejut dengan data
kerugian negara sebesar 8,8 triliun rupiah akibat
penyelundupan bahan bakar minyak.

Kerugian negara dalam setahun mencapai hampir 9
triliun rupiah. Jumlah sebesar itu pasti bisa
dimanfaatkan untuk membangun dan membantu orang-orang
miskin. Orang boleh merasa prihatin mengetahui
kenyataan yang diungkapkan sendiri oleh Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, apalagi bila tahu praktik
curang dan kriminal itu berlangsung dari hulu sampai
hilir. Bagaimana praktik penyelundupan dan kecurangan
lain seperti pengoplosan atau mencampur satu jenis
bahan bakar minyak dengan jenis lain yang dilakukan
kalangan industri dan usaha-usaha kecil? 

Penyeludupan atau Bantuan Pasokan

Seorang yang melakukannya menolak disebut penimbun,
spekulan apalagi penyelundup. Ia meminta namanya sebut
saja, sebagai Dharmawan.
 
Dharmawan: Apa sebetulnya definisi penyelundupan itu?
Penyelundupan itu apabila dilakukan oleh seseorang di
luar perairan Indonesia. Itu dulu yang mau saya
perbaiki. Jadi, misalnya kayak saya membantu
distribusi itu bukan melakukan penyelundupan. Dalam
bahasa saya, saya justru membantu distribusi
Pertamina. Ini saya perumpamaan saja, di beberapa
daerah ada kelangkaan, semisal di Bangka, di
Kalimantan Selatan, saya bisa memasok ke sana. Nah,
apakah itu penyelundupan. Masih di perairan Indonesia,
gitu lho.
 
Dharmawan memang mengaku melakukan kesalahan. Tetapi,
ia anggap bukan kesalahan melawan hukum.
 
Dharmawan: Menurut saya itu legal. Bahwa saya
melakukan kesalahan, itu iya. Tapi, tidak kesalahan
dalam bentuk yang serius. Kesalahan saya cuma
kesalahan administrasi bahwa saya tak punya ijin untuk
menumpuk atau mendistribusikan minyak. Itu khan
kesalahan administratif.
 
Dharmawan sudah cukup lama memasarkan bahan bakar
minyak. Ia mengaku, menjadi pemain besar terbilang
baru tiga tahun lebih. Pasarnya lebih banyak ke
kawasan Indonesia timur.
 
Dharmawan: Untuk wilayah Indonesia timur itu,
kebutuhan minyak 20 ribu kiloliter per bulan. Dari 20
ribu kiloliter, taruh orang kayak saya ini berapa sih
mampunya? Paling 500 kiloliter. Itu artinya cuma
berapa persen?
 
Penyeludupan Oleh Nelayan

Tetapi, bila solar yang ia lempar ke Indonesia timur
itu habis semua, perkiraan ia bisa meraih sebesar 1
miliar rupiah. Itu pun sudah dengan harga solar yang
lebih murah dari ketentuan pemerintah untuk harga jual
solar bagi industri.
 
Menurut General Manager Pertaminan Unit Pemasaran
wilayah Kalimantan, Iqbal Hasan, praktik curang itu
menjual solar subsidi kepada industri dilakukan bukan
saja oleh pemain besar, tapi juga para nelayan.
 
Iqbal Hasan: Penyalahgunaan di tengah laut. Khususnya
banyak penyalahgunaan solar di tengah laut. Baik itu
dilakukan yang di tingkat besar seperti yang
dioperasikan polisi beberapa waktu di Batam. Namun,
juga yang terjadi pihak nelayan pun melakukan hal-hal
yang demikian. Seperti di Cilacap, Jawa Tengah, dimana
petugas kami sekarang juga berada di tahanan polisi,
itu yang melakukan adalah koperasi nelayan. Kumpulan
dari 500 nelayan. Ini memang fenomena, karena
disparitasnya terlalu tinggi, di laut itu orang
semuanya bukannya cari ikan tapi lebih untung jualan
solar.
 
Mulya, tinggal di kawasan nelayan Jakarta Utara. Dari
pesisir itu, ia mengetahui juga praktik jual-beli
solar di laut oleh nelayan seperti diungkap oleh
Iqbal. Kata Mulya, kalau mau dirunut ke belakang,
sejak masa krisis ekonomi tujuh tahun lalu jual-beli
itu sudah berlangsung.
 
Mulya: Di jaman-jaman agak kesulitan perekonomian
kita, di tahun 1998-1999, saya sudah informasikan
beberapa nelayan kita di Cilincing dan Kalibaru
(Jakarta Utara) memodifikasi perahunya dalam rangka
menampung BBM dengan melapisi bagian dalam perahunya
dengan fiber yang berfungsi sebagai tangki. 
 
Yang dikejar memang selisih harga solar yang keliwat
tinggi antaran solar subsidi untuk tranportasi dan non
subsidi untuk industri. Ketika harga solar industri
naik dari dua ribu empat ratus rupiah menjadi lima
ribu empat ratus per Agustus silam, aksi penyelundupan
marak. Bukan itu saja, di pasar langsung terjadi
kelangkaaan minyak tanah karena kebutuhan mencampur
dengan solar supaya harga terjangkau.
 
Pasokan Pertamina

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Poernomo
Yusgiantoro mengakui perbedaan harga yang tajam memicu
praktik penyelundupan dan pengoplosan.
 
Poernomo Yusgiantoro: Suara dari GM (General Manager)
(mengusulkan), untuk menghindari pengoplosan, mestinya
perbedaan harga minyak solar dan minyak tanah tidak
lebih besar dari 500 rupiah per liter. Itu pengalaman
mereka di lapangan. Mereka ini puya jam terbang yang
cukup lama, dan mereka mengusulkan minyak tanah dan
minyak solar perbedaannya jangan lebih dari 500 rupiah
per liter. Kalau itu terjadi, pasti terjadi
pengoplosan. Yang kedua, untuk menghindari
penyelundupan, selisih harga keekonomian ­harga pasar,
harga internasional­ dengan harga riil BBM itu tidak
boleh jauh berbeda. Karena bila jauh berbeda, itu juga

[ppiindia] Kelangkaan dan Penyelundupan BBM

2005-07-05 Terurut Topik Ambon
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/6/o2.htm


Penyelundupan BBM jelas merupakan penghinaan terhadap  negara yang saat ini 
dengan tertatih-tatih mengeluarkan Rp 9,3 trilyun untuk melancarkan subsidi BBM 
kepada masyarakat. Jumlah Rp 9,3 trilyun tentunya diambil dari kas APBN kita, 
sehingga menjadi pukulan telak bagi APBN Indonesia. Oleh karena itu, Pertamina 
harus berusaha keras untuk mengembalikan stok BBM masyarakat hingga tiga minggu 
ke depan sehingga rakyat merasa aman akan kebutuhan BBM. Penyelundupan BBM 
ibarat dengan terang-terangan hendak membunuh warga masyarakat yang sekarang 
tengah kesusahan akibat kelangkaan BBM.



Kelangkaan dan Penyelundupan BBM
Oleh Sutimin 

KELANGKAAN bahan bakar minyak (BBM) masih terus melanda sejumlah daerah di 
Tanah Air. Di beberapa daerah, pemandangan antrean panjang masyarakat yang 
mencari premium maupun minyak tanah menjadi sebuah realitas hari-hari 
belakangan ini. Hal ini disebabkan PT Pertamina (Persero) tengah memperketat 
pasokan BBM yang dijual di SPBU di beberapa kota besar di Tanah Air. Pasalnya, 
tingkat konsumsi BBM, terutama jenis premium, telah melebihi kuota yang 
ditetapkan APBN. 





Pemerintah boleh saja mengatakan demikian. Namun beberapa waktu lalu kondisi 
yang sangat ironis terjadi untuk yang ke sekian kalinya di negeri ini, ketika  
penyelundupan 528 ton BBM tertangkap di perairan Cilacap, Jawa Tengah. Kapal 
berbendera Taiwan yang ditangkap tersebut kini ditahan. Sedangkan tersangka 
utama yaitu pemilik kapal dari Bandung. Bukan hanya ratusan ton yang akan 
diselundupkan, tetapi rencananya mereka akan menyelundupkan ribuan ton sebelum 
akhirnya mereka tertangkap.

Penyelundupan merupakan masalah yang makin memprihatinkan di negeri ini. 
Kejahatan yang benar-benar menjijikkan ini menjadi bukti kekhawatiran sebagian 
masyarakat akan rawannya penimbunan dan penyelundupan BBM sebagai bagian dari 
skenario langkanya BBM. Hukuman yang berat harus segera ditimpakan kepada 
mereka. Bila perlu pertontonkan mereka di depan publik sebagai bagian dari 
pertanggungjawaban publik. Juga untuk menimbulkan efek jera bagi mereka, di 
samping  sebagai tindakan pencegahan bagi orang yang akan berbuat hal yang sama.

Kalau hanya sekadar krisis, orang dapat berhemat dan irit dalam pemanfaatan 
BBM. Hidup dengan BBM secukupnya dan memahami permasalahan yang dihadapi 
negara. Maka separah apa pun krisis, kita akan kuat menghadapinya.

Yang membuat kita tidak kuat adalah apabila ada orang-orang di antara kita yang 
tidak peduli dan tidak mau tahu terhadap kepentingan saudaranya sendiri. 
Orang-orang tersebut bukan lagi saudara, tetapi sudah menjadi musuh negara dan 
musuh bersama yang harus segera dibasmi dan diberantas tuntas. Sudah terlalu 
lama para pencoleng tersebut menganggap rendah kewibawaan hukum negara ini. 
Sehingga, sudah saatnya hukum ini merasa terhina dengan tingkah polah para 
penyelundup, yang mungkin percaya diri dengan uangnya untuk mempermainkan hukum 
negeri ini.

Penyelundup ribuan ton BBM ini tentulah bukan orang yang terdesak karena 
kemiskinan. Atau karena terkena penyakit busung lapar sebagaimana dialami oleh 
sebagian saudara-saudara kita. Mereka tentunya adalah orang dengan kemampuan 
uang yang cukup besar sehingga mampu menggerakkan sebuah pelanggaran dengan 
nilai nominal yang juga sangat besar. Orang-orang seperti ini jelas telah 
menghina rakyat yang saat ini sedang antre di mana-mana, hanya untuk 
mendapatkan sekian liter BBM guna menyalakan kompor di dapurnya, atau 
menggerakkan kendaraan untuk kelancaran aktivitas sehari-hari. Sebagian 
masyarakat kini sedang panik dan kebingungan jika sampai BBM habis di pasaran 
dan susah diperoleh. Kalaupun mereka menemukan BBM, itu pun harus menempuh 
jarak yang sangat jauh dan dengan harga yang mahal. Di Maluku, bahkan untuk 
mendapatkan beberapa liter minyak tanah, warga harus melabuhkannya lewat laut 
dengan risiko tumpah atau tenggelam di tengah laut.

Penyelundupan BBM jelas merupakan penghinaan terhadap  negara yang saat ini 
dengan tertatih-tatih mengeluarkan Rp 9,3 trilyun untuk melancarkan subsidi BBM 
kepada masyarakat. Jumlah Rp 9,3 trilyun tentunya diambil dari kas APBN kita, 
sehingga menjadi pukulan telak bagi APBN Indonesia. Oleh karena itu, Pertamina 
harus berusaha keras untuk mengembalikan stok BBM masyarakat hingga tiga minggu 
ke depan sehingga rakyat merasa aman akan kebutuhan BBM. Penyelundupan BBM 
ibarat dengan terang-terangan hendak membunuh warga masyarakat yang sekarang 
tengah kesusahan akibat kelangkaan BBM.



Faktor Kebijakan

Pelaku melakukan penyelundupan jelas bermotif mendapatkan keuntungan yang 
diperoleh dari selisih harga barang di dalam dan di luar negeri. Suatu 
komuditas yang karena alasan tertentu (misalnya pajak, bea masuk, larangan 
perdagangan, maupun alasan lainnya), memiliki perbedaan harga di dalam negeri 
dengan luar negeri sebesar tingkat yang signifikan (di atas 10-15 persen) sudah 
akan menciptakan insentif untuk terjadinya