[ppiindia] Overdosis Orientasi Kekuasaan Politik!

2009-03-24 Terurut Topik Sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009032123462616

  Minggu, 22 Maret 2009
 
 
Overdosis Orientasi Kekuasaan Politik! 

   
  H. Bambang Eka Wijaya

  KENAPA anak-anak dilarang ikut kampanye pemilu? tanya cucu. Apa karena 
politik itu kotor dan jahat, hingga seperti penyakit, berbahaya bila sifat 
politik yang seperti itu menulari anak-anak?

  Asumsi politik begitu yang mendasari larangan anak-anak ikut kampanye! 
sambut kakek. Dan karena politik diasumsikan demikian, sehingga kemungkinan 
kacau saat kampanye jadi hal layak dikhawatirkan, anak-anak bisa berbahaya 
kalau berada di tengah situasi yang rawan kacau itu!

  Kalau politik itu kotor, jahat, dan rawan kacau, sehingga harus 
dijauhkan dari anak-anak, kenapa dijadikan sarana pengelolaan negara? kejar 
cucu. Pohon busuk kan sukar diharap berbuah baik?

  Sebenarnya yang dijauhkan dari anak-anak itu sisi buruknya! jawab 
kakek. Sedang politik yang diacu sebagai sarana mengelola negara adalah sisi 
baiknya, politik yang dijalankan dengan etika dan moral! Sayangnya, batasan 
sisi buruk dan baiknya sangat tipis, bahkan dengan formalisme yang buruk bisa 
diselubungi hingga terkesan seolah-olah baik! Jadi, karena sekalipun terkesan 
baik tapi sebenarnya buruk, anak-anak dijaga tak boleh terkontaminasi!

  Kenapa politik yang berdasar etika dan moral itu mudah berubah jadi 
kotor dan jahat? kejar cucu.

  Itu hanya terjadi pada parpol yang orientasinya pada kekuasaan 
overdosis! tegas kakek. Overdosis itu bisa membuat parpol menghalalkan segala 
cara dalam meraih kekuasaan! Gejala itu tak terjadi jika orientasi parpol pada 
kekuasaan proporsional, sehingga selalu mengutamakan etika dan moral dalam 
berpolitik!

  Kalau begitu bukankah seharusnya anak-anak sejak dini justru harus 
menjalani enkulturasi politik yang beretika dan bermoral, agar terjadi proses 
internalisasi nilai-nilai etika dan moral politik tersebut dalam diri setiap 
anak bangsa, sehingga ketika tiba saatnya bersosialisasi dengan nilai-nilai 
tersebut, bisa memosisikan diri dan berperan secara tepat dengan sistem nilai 
yang ideal tersebut! Sebaliknya jika sejak kecil tidak pernah menjalani 
enkulturasi dan internalisasi nilai-nilai tersebut, saat waktunya tiba harus 
bersosialisasi dalam kehidupan politik, mereka cuma seperti segerombolan 
serigala liar yang siap saling memangsa di antara sesamanya!

  Masalahnya karena realitas kehidupan politik kita terlanjur seperti yang 
sebaliknya itu, maka kaum pedagog mengkhawatirkan kontaminasinya pada anak-anak 
kalau terlibat dalam kegiatan politik! tegas kakek. Tapi hal itu memang 
membuat enkulturasi dan internalisasi politik beretika dan bermoral itu menjadi 
lemah prosesnya, dengan akibat, kehidupan politik saling memangsa bisa larut ke 
masa depan!
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[ppiindia] Overdosis

2005-07-05 Terurut Topik Ambon
REPUBLIKA

Selasa, 05 Juli 2005

Overdosis 

Oleh : Ahmad Syafii Maarif 


Istilah overdosis biasanya dikaitkan dengan pemakaian obat yang berlebihan, 
sehingga bisa menyebabkan kematian atau bahkan memperparah penyakit. Istilah 
itu saya peroleh dari seorang staf khusus wapres dalam hubungannya dengan 
tuntutan kejaksaan terhadap direksi PLN yang baru-baru ini menerima bonus dari 
BUMN itu. 

Pemberian bonus ini adalah sebagai hasil RUPS dengan persetujuan Menneg BUMN. 
Mengapa mereka masih harus diburu, jika bonus itu tidak terkait dengan korupsi? 
Apakah cara ini tidak berlebihan? Inilah soalnya. Dari seorang teman KPTPK saya 
mendapat informasi bahwa itu terjadi karena pihak serikat pekerja PLN tidak 
menyetujui bonus itu karena perusahaan telah mengalami kerugian yang cukup 
besar. Dikatakan bahwa yang memicu masalah ini adalah persaingan politik 
internal dalam tubuh PLN, tentu dalam upaya mempengaruhi penetapan direksi yang 
akan datang. Beberapa pihak mengontak saya agar turut mendudukkan masalah ini 
secara proporsional, sesuatu yang sebenarnya bukan urusan saya.

Sebagai orang yang belum tentu paham betul masalahnya, saya paling-paling hanya 
bisa menghubungi pihak-pihak tertentu agar tidak terjadi tindakan overdosis 
dalam menyikapi perkara bonus ini, jika memang semuanya telah berjalan menurut 
aturan dan prosedur yang umum dalam sebuah perusahaan. Jika ternyata memang 
menyimpang, maka adalah tugas kepolisian dan kejaksaan untuk meneliti dan 
menindaknya. 

Saya telah mengontak pihak-pihak yang saya anggap patut mengetahui dan 
memperhatikan masalah ini. Di antara jawaban yang saya terima adalah 
keterkejutan mereka mengapa cara semacam itu harus terjadi. Bahwa korupsi dan 
penyimpangan harus ditindak tegas, sudah merupakan tekad dan kebijakan 
Presiden, sekalipun kabarnya anggota kabinet yang lain belum tentu semuanya 
serius untuk siap bertempur melawan korupsi. Apalagi kalau sudah menyangkut 
megakejahatan, seperti persoalan BLBI dengan 650 triliun rupiah, belum 
tersentuh secara berarti. Ini adalah kebijakan Orde Baru menjelang kejatuhannya 
yang telah membuat keputusan untuk menanggung utang swasta dengan agunan yang 
nilainya lebih kecil dibandingkan dengan uang negara yang menjaminnya. Maka, 
berpesta poralah pemilik perusahaan yang bangkrut, tetapi mereka menerima bonus 
negara dalam jumlah yang jauh melebihi nilai aset mereka. 

Akibatnya, sekalipun perusahaan bangkrut, pengusahanya tetap jaya. Maka, apa 
yang disebut capital flight (pelarian modal) ke luar negeri sesungguhnya juga 
berkaitan dengan kebijakan yang hampir membangkrutkan keuangan negara ini.

Sebenarnya tindakan proaktif aparat hukum dalam upaya memerangi penyelewengan 
dalam bentuk apa pun wajib didukung oleh semua pihak, agar negara ini tidak 
terus mengalami kebocoran, asal semuanya itu dilakukan secara proporsional. 
Sama sekali tidak terkait dengan kepentingan kekuasaan, apakah itu dalam 
birokrasi pemerintahan ataupun dalam BUMN. Sudah menjadi rahasia umum selama 
ini, hanya sedikit BUMN yang bebas dari penyelewengan. Inilah sebuah negeri 
yang tidak pandai belajar dari bangsa lain, sekalipun studi perbandingan telah 
sering dilakukan.

Kita kembali kepada persoalan bonus PLN. Kita berharap agar segala sesuatu 
dalam persoalan ini tidak melibatkan unsur politik kepentingan siapa pun, 
apakah itu direksi ataupun serikat pekerja. Sekiranya jumlah bonus itu dinilai 
terlalu tinggi dalam kondisi perusahaan yang tidak sehat, maka masalah ini saja 
yang dipersoalkan secara moral, tidak dikaitkan dengan unsur pidana korupsi, 
jika memang fakta hukumnya tidak ditemukan. 

Sekali nama seseorang diumumkan sebagai tersangka di atas fakta yang belum 
tentu mendukung, maka citra diri mereka akan babak belur. Upaya pemulihan nama 
baik mereka dalam suasana lingkungan yang serba rentan kecurigaan, sarat dengan 
sikap saling tidak percaya (mutual distrust), akan menjadi tidak mudah, 
sementara keluarga yang bersangkutan akan menanggung beban psikologis yang 
berat di tengah masyarakat tempat tinggal mereka. 

Kesimpulannya: Kita wajib mendukung upaya penegakan hukum secara adil dan 
tegas, tapi jangan overdosis. 




[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:

Re: [ppiindia] Overdosis Agama -- cinta yg sederhana

2005-03-24 Terurut Topik khairuddin siregar

bung mario !!!
check and balance sangat penting, jangan keterlaluan dan jangan pula 
kekurangan, yang paling enak juga dimana-mana pas sesuai selera. sesuatu yang 
berlebihan memang sangat tidak diperbolehkan dan juga sebaliknya, dalam hidup 
dan kehidupan ini agama hanya sebagai tuntutan bagaimana menjalankan hidup 
tentram, damai, sejahtera. selain itu juga bahwa hidup kita tidak untuk agama 
aja. bukankah demikian bung. Mari kelompok netter tersayang kita memikirkan 
jalan keluar bangsa kita dari keterpurukan di segala bidang kecuali korupsi, 
karena bangsa kita memang sudah menjadi nomor satu dalam bidang ini. saya cukup 
kecewa dengan pilihan sby namun saya juga tidak punya pilihan lain, sebagai 
bangsa yang bertanggung jawab saya harus memilih, yaitu presiden sby. harapan 
saya semoga tidak hilang dengan berlalunya waktu. Semoga, para pemimpin lebih 
mau sedikit memikirkan kelompok termarjinalisasi dan kelompok rendah dan semoga 
tidak membuat macam-macam peraturan yang ujungnya juga mengangkangi ham. 

Mario Gagho [EMAIL PROTECTED] wrote:

sepakat. overdosis dalam beragama tidak diperlukan.
apapun yg terlalu memang tidak baik. sebagaimana dalam
urusan cinta, overdosis agama juga membuat kita too
possessive. sikap posesif berakibat kurang sehat tidak
saja bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain. dan
membuat nalar logika kurang jalan.

spt yg dikatakan novriantoni di bawah quran secara
gamblang menyatakan agar kita tidak overdosis atau
overpossessive. overpossessive sebenarnya timbul dari
rasa cinta. tapi cinta yg overdosis juga berakibat
akan menyengsarakan bagi dirinya dan bagi yg
dicintainya. dalam konteks agama, ia akan menciptakan
militansi yg akan sangat membahayakan lingkungan
sekitar: hal yg sangat dilarang agama manapun. 

fungsi agama adalah menciptakan rasa damai di kalbu
pemeluknya. rasa damai itu diharapkan dapat menular
dalam lingkungan sekitar yg beraneka ragam. bila itu
tidak terjadi, maka ada yg salah dalam implementasi
cinta kita.

diskusi agama di milis ini saya lihat (dan sepakat dg
bung ambon yg telah memposting tulisan novriantoni
ini) sedang mengarah ke overdosis cinta agama. semoga
rekan2 yg terlibat dalam diskusi tsb. ada
political-will untuk self-restraint dan berpindah
topik yg lebih urgen: bbm, kemakmuran bangsa, peduli
pada good governance, pendidikan, dll. jgn beri
kesempatan pada kalangan yg skeptik agama (agnostik)
untuk semakin yakin pada adagium bahwa 'agama itu
adalah candu'.


salam damai dan cinta yg sederhana,

--- Ambon wrote:

 http://islamlib.com/id/index.php?page=articleid=773
 
 Editorial
 Overdosis Agama
 Oleh Novriantoni
 07/03/2005

 Mungkin karena efek-efek destruktif seperti itulah,
 jebakan overdosis agama sudah sejak lama
 diwanta-wanti agama sendiri. Di Islam, Qur'an dan
 Hadis sudah sejak dini mengingatkan untuk tidak
 keterlaluan dalam beragama. Ayat lâ taghlû fî
 dînikum, lebih kurang dapat diartikan sebagai
 larangan overdosis dalam beragama. [Novriantoni].


Mario Gagho
Political Science,
Agra University, India
-
A WINNER works harder than a loser and has more time. 
A LOSER is always too busy to do what is necessary.



__ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
http://smallbusiness.yahoo.com/resources/ 



***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links









-
  Yahoo! Messenger - Communicate instantly...Ping your friends today! 
Download Messenger Now

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. 

[ppiindia] Overdosis Agama

2005-03-23 Terurut Topik Ambon

http://islamlib.com/id/index.php?page=articleid=773

Editorial
Overdosis Agama
Oleh Novriantoni
07/03/2005
Sebatas itu tidak jadi soal. Hanya saja, Fulan tidak mencukupkan versi 
kebenaran yang ia terima untuk dirinya sendiri, tapi berkali-kali menyalahkan 
pihak lain yang tidak sepaham dengannya secara sengit. Dalam fantasinya, hanya 
dia yang konsisten mengikut jejak para leluhur Islam yang saleh (salafush 
shâleh)-dan dengan begitu cukup dia saja yang punya tiket ke surga-sementara 
yang lain tidak.

 adalah lulusan perguruan tinggi negeri yang sempat menjadi karyawan sebuah 
kantor pemerintah. Beberapa bulan lalu, dia dipecat kantornya karena terlampau 
sering bertengkar (bukan berdiskusi) soal-soal agama dengan teman sesama 
kantor, bahkan beberapa kali adu jotos. Pemegang kebijakan di kantor melihat 
kelakuan Fulan sudah tidak dapat ditolerir, dan menganggapnya sudah tidak 
pantas dipertahankan lagi sebagai karyawan.
Usut punya usut, persoalan bermula ketika belakangan si Fulan aktif terlibat 
dalam kegiatan agama yang terlampau banyak menjejalkan klaim-klaim kepada 
jemaahnya. Fulan terlampau sering mendengar indoktrinasi klaim-klaim kebenaran 
agama yang tidak memberi peluang buat orang lain mendebatnya. Agama yang 
dikenal Fulan adalah agama yang penuh klaim, bukan agama yang menyapa akal 
sehatnya. 

Sebatas itu tidak jadi soal. Hanya saja, Fulan tidak mencukupkan versi 
kebenaran yang ia terima untuk dirinya sendiri, tapi berkali-kali menyalahkan 
pihak lain yang tidak sepaham dengannya secara sengit. Dalam fantasinya, hanya 
dia yang konsisten mengikut jejak para leluhur Islam yang saleh (salafush 
shâleh)-dan dengan begitu cukup dia saja yang punya tiket ke surga-sementara 
yang lain tidak. Itulah yang berulang-ulang dipersoalkan Fulan. 

Tidak hanya teman kantor yang merasa kejanggalan mental dan kejiwaan Fulan. 
Isterinya pun heran karena Fulan tak pernah menyesal kehilangan mata pencarian. 
Dia tetap kokoh, dan menafsirkan semua petaka itu sebagai konsekuensi jihad 
yang tak akan luput dari cobaan duniawi. Baginya itu bukan soal, sampai pun 
isteri dan anaknya harus ikut menanggung akibat. Isterinya mengeluh, karena 
perlakuan Fulan terhadap dirinya kini semakin otoriter, bahkan Fulan semakin 
ringan tangan. Tapi Fulan tak perduli; dia tetap berkelana membawa paham 
agamanya; makin jarang tinggal di rumah, apalagi memberi nafkah.

Sulit mencari istilah yang tepat untuk menjelaskan apa yang terjadi pada si 
Fulan. Penjelasan psikologi agama mungkin membantu. Agama bagi para psikolog, 
ada kalanya menjadi sumber penyakit mental, dogmatisme, prasangka rasial, dan 
tindakan kekerasan. Bahkan, agama yang dogmatis, ortodoks, dan taat (atau yang 
mungkin kita sebut sebagai kesalehan) berkorelasi sangat signifikan dengan 
gangguan emosional. Sebaliknya, orang yang sehat secara emosional, sebagaimana 
ditulis Jalaluddin Rakhmat dalam Psikologi Agama, selalu bersifat lunak, 
terbuka, toleran, dan bersedia berubah. Sedangkan orang yang sangat religius 
cenderung kaku, tertutup, tidak toleran, dan tidak mau berubah. 

Pendapat di atas tentu mewakili fase tertentu ketika para psikolog berpandangan 
sangat ekstrem dan negatif terhadap agama. Tapi pendapat itu mungkin relevan 
menjelaskan kondisi si Fulan. Pada masa-masa tertentu, kondisi seperti Fulan 
juga banyak dialami sebagian penganut agama apapun. 

Dengan meminjam istilah kedokteran, kita dapat mendiagnosis pengalaman si Fulan 
sebagai gejala overdosis agama. Itulah yang menyebabkan perubahan yang ekstrem 
pada cara pandang, sikap, dan perilaku beragamanya. Pada kasus Fulan, agama 
yang mestinya menjadi obat (syifa), justru meracuni karena dikonsumsi terlampau 
banyak, tanpa proses penalaran yang sehat. Gejala inilah yang menjadi salah 
satu agenda diskusi ulang tahun Jaringan Islam Liberal yang ke-4, Rabu lalu. 
Fenomena overdosis agama, tidak hanya dilihat dari sudut pandang dan pengalaman 
umat Islam, tapi juga dari sudut pandang dan pengalaman umat Kristen.

Rupanya, overdosis agama tidak hanya gejala individual. Dia bisa juga menjadi 
sindrom yang mewabah secara sosial, bahkan bencana bagi dunia internasional. 
Kasus Zionisme Kristen yang dibahas Ioanes Rakhmat, salah seorang narasumber 
diskusi tersebut menguatkan anggapan ini. Gerakan Zionis Kristen, kata Rakhmat, 
telah mengalami overdosis keagamaan karena menjadikan agama sebagai politik dan 
ideologi untuk perang dan kebencian terhadap agama dan ras lain di dunia ini. 

Makanya, jangan heran kalau efek destruktif overdosis agama juga akan luar 
biasa. Lies Marcous, narasumber lain dalam diskusi tersebut, menegaskan bahwa 
overdosis agama-sebagaimana overdosis obat-obatan-juga dapat membuat sakaw, 
bahkan mematikan nurani korbannya. Overdosis agama juga punya dampak lain, 
seperti hilangnya kepekaan akan urgensi hidup berdampingan secara toleran, dan 
kentalnya penampilan agama sebagai pembeda identitas primordial.

Mungkin karena efek-efek destruktif seperti itulah, jebakan overdosis 

Re: [ppiindia] Overdosis Agama -- cinta yg sederhana

2005-03-23 Terurut Topik Mario Gagho

sepakat. overdosis dalam beragama tidak diperlukan.
apapun yg terlalu memang tidak baik. sebagaimana dalam
urusan cinta, overdosis agama juga membuat kita too
possessive. sikap posesif berakibat kurang sehat tidak
saja bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain. dan
membuat nalar logika kurang jalan.

spt yg dikatakan novriantoni di bawah quran secara
gamblang menyatakan agar kita tidak overdosis atau
overpossessive. overpossessive sebenarnya timbul dari
rasa cinta. tapi cinta yg overdosis juga berakibat
akan menyengsarakan bagi dirinya dan bagi yg
dicintainya. dalam konteks agama, ia akan menciptakan
militansi yg akan sangat membahayakan lingkungan
sekitar: hal yg sangat dilarang agama manapun. 

fungsi agama adalah menciptakan rasa damai di kalbu
pemeluknya. rasa damai itu diharapkan dapat menular
dalam lingkungan sekitar yg beraneka ragam. bila itu
tidak terjadi, maka ada yg salah dalam implementasi
cinta kita.

diskusi agama di milis ini saya lihat (dan sepakat dg
bung ambon yg telah memposting tulisan novriantoni
ini) sedang mengarah ke overdosis cinta agama. semoga
rekan2 yg terlibat dalam diskusi tsb. ada
political-will untuk self-restraint dan berpindah
topik yg lebih urgen: bbm, kemakmuran bangsa, peduli
pada good governance, pendidikan, dll. jgn beri
kesempatan pada kalangan yg skeptik agama (agnostik)
untuk semakin yakin pada adagium bahwa 'agama itu
adalah candu'.


salam damai dan cinta yg sederhana,

--- Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:

 http://islamlib.com/id/index.php?page=articleid=773
 
 Editorial
 Overdosis Agama
 Oleh Novriantoni
 07/03/2005

 Mungkin karena efek-efek destruktif seperti itulah,
 jebakan overdosis agama sudah sejak lama
 diwanta-wanti agama sendiri. Di Islam, Qur'an dan
 Hadis sudah sejak dini mengingatkan untuk tidak
 keterlaluan dalam beragama. Ayat lâ taghlû fî
 dînikum, lebih kurang dapat diartikan sebagai
 larangan overdosis dalam beragama. [Novriantoni].


Mario Gagho
Political Science,
Agra University, India
-
A WINNER works harder than a loser and has more time. 
A LOSER is always too busy to do what is necessary.



__ 
Do you Yahoo!? 
Yahoo! Small Business - Try our new resources site!
http://smallbusiness.yahoo.com/resources/ 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Take a look at donorschoose.org, an excellent charitable web site for
anyone who cares about public education!
http://us.click.yahoo.com/O.5XsA/8WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

***
Berdikusi dg Santun  Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality  Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/