[ppiindia] Re: Pengamat Asing tentang Soeharto

2005-06-13 Terurut Topik king_of_tort
Dalam menilai Soeharto, saya pikir subyektifitas harus ditaruh 
diurutan belakang, kita harus  lebih melihat realita yg ada dan telah 
terjadi. 

Kita tidak bisa melihat hal ini dari aspek hukum semata, tapi aspek 
politis yg musti kita dahulukan. Mencari keadilan dan mendifinisikan 
kebenaran dalam hukum akan relative mudah (meski tidak gampang juga) 
tapi mencari keadilan dan kebenaran dalam politik adalah hal yg yang 
bastrak dan sangat 'tidak mungkin'.

Sementara, dosa2 dan jasa2 Soeharto erat kaitannya dgn sepak terjang 
politik beliau, kalkulasi disini akan sangat rentan dgn kepentingan 
pihak2 yg mengevaluasinya (subyektif), meski benar adanya sepak 
terjang Soeharto dalam politik telah banyak melakukan pelanggaran 
hukum, tapi tetap saja alasan utama (pelanggaran hukum tadi) adalah 
demi kepentingan politik beliau.

Manakala kita telah melegitimasi politik Soeharto (terbukti dgn 
kekuasaan yg mencapai 32 tahun), itu artinya kita 
telah 'melegitimasi' dosa2 pelanggaran hukum Soeharto juga. Dgn kata 
lain, dosa2 soeharto saat dia berpolitik yg telah dilegitimasi oleh 
rakyat lewat DPR/MPR sama artinya dgn dosa2 rakyat juga.

Adanya PETRUS itu dulu untuk siapa? apakah itu bukan bentuk 
pelanggran HAM juga? tapi kok rakyat malah mendukungnya? Pembersihan 
PKI dan ormas2nya itu untuk siapa? kok mayoritas rakyat juga 
mendukungnya? 

Politik dimana mana akan memerlukan cost, dan cost itulah yg 
dibutuhkan Soeharto demi politik beliau YG DILEGlTIMASI mayoritas 
rakyat.

Karena dari semula sudah jelas duduk perkaranya, yaitu masalah 
politik, maka untuk mengurai benang kusut itu juga harus dgn melalui 
jalan politis, yg mana itu artinya kita harus mengesampingkan aspek 
hukumnya, sebab bila aspek ini yg kita jadikan acuan untuk 
rekonsiliasi, maka konflik ini nggak akan pernah selesai, sebab 
seperti yg telah saya kemukakan diatas, dalam hukum musti JELAS 
antara salah dan benar, adil dan tidak adil, sementara, dalam politik 
hal itu TIDAK BERLAKU, yg ada adalah win win solution.

Sebab dasar utama politik adalah KEPENTINGAN, dimana yg namanya salah 
dan benar, adil dan tidak adil bukalah masalah prinsip disini, tapi 
itu tadi win win solution dan keiklasan menerima kepahitan dan 
sekaligus melupakan keindahan yg pernah dirasakan guna MEMBANGUN MASA 
DEPAN.

Selama masih ada dendam dan kebencian, maka rekonsiliasi nggak pernah 
akan ada, tidak sekarang tidak juga 1 dekade mendatang, sebab 
kehidupan manusia itu dinamis dan progresive, masalah hari lalu yg 
belum selesai sudah ditambah masalah hari ini dan kemudian diatmbah 
lagi masalah esok hari.

Start dari zero dan belajar melupakan dendam antar bangsa, lalu 
bersama2 membangun negeri ini, baru harapan hidup layak dimasa depan 
bisa kita miliki.

Salam
King
(jutaan rakyat yg pernah sakit hati sama soeharto mending urut dada 
dan iklaskan semua yg pernah terjadi, anggap itu sumbang sih buat ibu 
pertiwi, nothing to loose to forgive)


--- In ppiindia@yahoogroups.com, Robertus Budiarto 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mr. King of Tort,
>  
> Betul bahwa realitas memang begitu, masih ada jutaan yg menganggap 
Suharto sbg pahlawan. Tetapi bukankah kita juga mesti fair pada 
jutaan rakyat yg lain yang menderita dan mendendam pada Suharto?
>  
> Kalau fair hanya pada jutaan pihak lain, bukankah itu tidak fair 
namanya?!!
>  
> Opini Dr. Asvi Marwan Adam tampaknya perlu dipertimbangkan. Topik 
Suharto sampai sekarang masih kontroversial, karena memang Cendana 
Connection masih terlalu powerful.
>  
> Betul sekali bahwa banyak penjilat-penjilat Suharto, yg sekarang 
berlagak reformis. Tapi dengan kenyataan ini jangan sampai kita 
membutakan realitas yg lain bahwa jutaan yg lain benar-benar 
mengalami penderitaan.
>  
> Rekonsiliasi sesungguhnya mungkin masih memerlukan 1 dekade lagi, 
mungkin...
>  
> Saya pribadi beropini bahwa Suharto lebih banyak kesalahan daripada 
jasanya. Ini dapat kita lihat dengan mudah jika kita menengok 
Malaysia, ya mulai membangun lebih lambat dari Indonesia, bahkan 
dikatakan Petronas saja dulunya belajar dari Pertamina, tapi sekarang 
Indonesia cuman jadi supplier tenaga kasar bagi Malaysia. ...  Maaf 
buat saya mengatakan Suharto berjasa...  , merupakan pengingkaran 
akal waras yang sangat mencolok mata... 
>  
> Salam
> Bobby B
> 
> 
> king_of_tort <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Bangsa Indonesia harus membuka matanya dan berani menerima realita, 
> betapapun, kita nggak akan mungkin bisa set back dan mencoba 
> membenahi segala sesuatunya dari situ.
> 
> Soeharto telah 'menulis' sejarahnya bersama sejarah Indonesia itu 
> sekaligus, bukan saja dgn tinta darah, tapi juga dgn tinta emas.
> 
> Buku Robert Erward Elson itu saya kira sangat patut untuk kita 
> jadikan acuan guna rekonsiliasi nasional. Para oportunis yg dulu 
> menjilat Soeharto dan sekarang mau mengadili Soeharto itulah justru 
> pengkhianat2 bangsa dan pengkhianat nurani.
> 
> Moga buku itu segera dipasarkan di Indonesia dan bisa di 'konsumsi' 
> oleh semua lapisan m

Re: [ppiindia] Re: Pengamat Asing tentang Soeharto

2005-06-12 Terurut Topik Robertus Budiarto
Lah yo maklum toh Mbak / Ibu.
 
musim pancaroba kan selalu lebih gak enak daripada musim hujan utawa panas, 
banyak yang masuk angin.
 
Setelah puluhan taun hidup dalam sistem campuran 3K 
(Komunis-Kapitalis-Kerajaan) apa yah langsung bisa sistem demokrasi, sistem 
rule of law,    
 
Dulu daku kebetulan pernah di negeri seberang, negeri bule, waktu lewat di 
antara teman-teman yg lagi ngobrol aku kok ya iso nunduk-nunduk   lah tapi 
mulut omong excuse me... 
Itulah . keadaan pancaroba memang semua masih kacau
 
Dan sangat manusiawi kalau manusia mau keluar dari kekacauan.. tapi ya 
mudah-mudahan yah jangan kembali ke jaman Anarki Sistematis Orba lagi.. 
 
Salam
Bobby B
 


"Ida Z.A" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
maaf sdikit nimbrung Mas/Pak...

kalau kita duduk2 di tempat umum mungkin kita sering mendengar ocehan 
sebagian besar masyarakat yang ternyata masih memuji masa 
pemerintahan soeharto. yg kudenger mereka bilang begini, "jaman 
soeharto dulu gak kayak gini. dulu memang ada korupsi tapi paling 
cuma di satu titik aja artinya tidak melebar seperti jaman reformasi 
seperti skrg ini. kalau bisa diputar lagi, kondisi kita kembali aja 
ke jaman soeharto."

dlm hatiku, weleh uedaaan nih orangkupikir nih org kagak tahu 
kalo orang yg menderita jaman soeharto, mungkin, lebih byk dari 
sekarang. gak taulah...aku ora ngerti.

--- In ppiindia@yahoogroups.com, Robertus Budiarto 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mr. King of Tort,
>  
> Betul bahwa realitas memang begitu, masih ada jutaan yg menganggap 
Suharto sbg pahlawan. Tetapi bukankah kita juga mesti fair pada 
jutaan rakyat yg lain yang menderita dan mendendam pada Suharto?
>  
> Kalau fair hanya pada jutaan pihak lain, bukankah itu tidak fair 
namanya?!!
>  
> Opini Dr. Asvi Marwan Adam tampaknya perlu dipertimbangkan. Topik 
Suharto sampai sekarang masih kontroversial, karena memang Cendana 
Connection masih terlalu powerful.
>  
> Betul sekali bahwa banyak penjilat-penjilat Suharto, yg sekarang 
berlagak reformis. Tapi dengan kenyataan ini jangan sampai kita 
membutakan realitas yg lain bahwa jutaan yg lain benar-benar 
mengalami penderitaan.
>  
> Rekonsiliasi sesungguhnya mungkin masih memerlukan 1 dekade lagi, 
mungkin...
>  
> Saya pribadi beropini bahwa Suharto lebih banyak kesalahan daripada 
jasanya. Ini dapat kita lihat dengan mudah jika kita menengok 
Malaysia, ya mulai membangun lebih lambat dari Indonesia, bahkan 
dikatakan Petronas saja dulunya belajar dari Pertamina, tapi sekarang 
Indonesia cuman jadi supplier tenaga kasar bagi Malaysia. ...  Maaf 
buat saya mengatakan Suharto berjasa...  , merupakan pengingkaran 
akal waras yang sangat mencolok mata... 
>  
> Salam
> Bobby B
> 


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



***
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***
__
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[ppiindia] Re: Pengamat Asing tentang Soeharto

2005-06-12 Terurut Topik Ida Z.A
maaf sdikit nimbrung Mas/Pak...

kalau kita duduk2 di tempat umum mungkin kita sering mendengar ocehan 
sebagian besar masyarakat yang ternyata masih memuji masa 
pemerintahan soeharto. yg kudenger mereka bilang begini, "jaman 
soeharto dulu gak kayak gini. dulu memang ada korupsi tapi paling 
cuma di satu titik aja artinya tidak melebar seperti jaman reformasi 
seperti skrg ini. kalau bisa diputar lagi, kondisi kita kembali aja 
ke jaman soeharto."

dlm hatiku, weleh uedaaan nih orangkupikir nih org kagak tahu 
kalo orang yg menderita jaman soeharto, mungkin, lebih byk dari 
sekarang. gak taulah...aku ora ngerti.

--- In ppiindia@yahoogroups.com, Robertus Budiarto 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Mr. King of Tort,
>  
> Betul bahwa realitas memang begitu, masih ada jutaan yg menganggap 
Suharto sbg pahlawan. Tetapi bukankah kita juga mesti fair pada 
jutaan rakyat yg lain yang menderita dan mendendam pada Suharto?
>  
> Kalau fair hanya pada jutaan pihak lain, bukankah itu tidak fair 
namanya?!!
>  
> Opini Dr. Asvi Marwan Adam tampaknya perlu dipertimbangkan. Topik 
Suharto sampai sekarang masih kontroversial, karena memang Cendana 
Connection masih terlalu powerful.
>  
> Betul sekali bahwa banyak penjilat-penjilat Suharto, yg sekarang 
berlagak reformis. Tapi dengan kenyataan ini jangan sampai kita 
membutakan realitas yg lain bahwa jutaan yg lain benar-benar 
mengalami penderitaan.
>  
> Rekonsiliasi sesungguhnya mungkin masih memerlukan 1 dekade lagi, 
mungkin...
>  
> Saya pribadi beropini bahwa Suharto lebih banyak kesalahan daripada 
jasanya. Ini dapat kita lihat dengan mudah jika kita menengok 
Malaysia, ya mulai membangun lebih lambat dari Indonesia, bahkan 
dikatakan Petronas saja dulunya belajar dari Pertamina, tapi sekarang 
Indonesia cuman jadi supplier tenaga kasar bagi Malaysia. ...  Maaf 
buat saya mengatakan Suharto berjasa...  , merupakan pengingkaran 
akal waras yang sangat mencolok mata... 
>  
> Salam
> Bobby B
> 
> 
> king_of_tort <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Bangsa Indonesia harus membuka matanya dan berani menerima realita, 
> betapapun, kita nggak akan mungkin bisa set back dan mencoba 
> membenahi segala sesuatunya dari situ.
> 
> Soeharto telah 'menulis' sejarahnya bersama sejarah Indonesia itu 
> sekaligus, bukan saja dgn tinta darah, tapi juga dgn tinta emas.
> 
> Buku Robert Erward Elson itu saya kira sangat patut untuk kita 
> jadikan acuan guna rekonsiliasi nasional. Para oportunis yg dulu 
> menjilat Soeharto dan sekarang mau mengadili Soeharto itulah justru 
> pengkhianat2 bangsa dan pengkhianat nurani.
> 
> Moga buku itu segera dipasarkan di Indonesia dan bisa di 'konsumsi' 
> oleh semua lapisan masyarakat, biar dendam dan kebencian yg selama 
> ini masih di genggam bangsa ini (sebagian) dan ingin melampiaskan 
> kesumatnya itu bisa merenungkan kembali komitmennya. Tanpa adanya 
> iktikad baik dari SELURUH bangsa Indonesia untuk melupakan segala 
> kejahatan2 kemanusiaan Soeharto, maka kondisi bangsa ini nggak akan 
> pernah berhenti dari terror dan civil war yg terus menjadi trend.
> 
> Betapapun, masih ada jutaan rakyat Indonesia yg masih mencintai 
> Soeharto dan menganggap Beliau adalah Pahlawan bangsa, realita itu 
> tidak bisa di abaikan begitu saja, karena sangat mungkin kekuatan 
> inilah yg mendominasi kekuatan rakyat.
> 
> Chico 
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/10/opini/1803054.htm
> > 
> >  
> > Pengamat Asing tentang Soeharto 
> > 
> > Oleh Asvi Warman Adam
> > 
> > 
> > 
> > TANGGAL 8 Juni 2005 Soeharto merayakan ulang tahun ke-84. Meski 
> dikatakan sakit, ia masih tampak sehat. Ia juga sempat melayat 
ketika 
> salah seorang menterinya pada masa Orde Baru, Radius Prawiro, 
> meninggal beberapa waktu lalu.
> > 
> > Di tengah tuntutan untuk mengadili dan memaafkan Soeharto, 
mungkin 
> timbul pertanyaan, bagaimana perannya dalam sejarah Indonesia.
> > 
> > Setelah Soeharto berhenti menjadi presiden tahun 1998, arus 
sejarah 
> cenderung menanggalkan atribut kebesaran yang telah dilekatkan dan 
> disandangnya selama puluhan tahun. Kehebatannya yang telah 
difilmkan 
> dan ditulis dalam buku pelajaran sejarah di sekolah kini 
> dipertanyakan. Bahkan, ia pun dikaitkan dengan G30S, sebagai orang 
> yang paling diuntungkan dalam proses kudeta merangkak terhadap 
> Presiden Soekarno.
> > 
> > Sebab itu, ada baiknya menyimak pandangan pengamat asing tentang 
> Soeharto. Tahun 2001 terbit buku tentang biografi Soeharto yang 
> ditulis oleh seorang akademisi Australia. Bagaimana tanggapan 
> pengamat lain di berbagai negara tentang buku itu? Dari perdebatan 
> ini barangkali kita dapat menyimpulkan sesuatu.
> > 
> > Tokoh penting Asia?
> > 
> > Buku Robert Edward Elson, Soeharto, Political Biography, 
> diterbitkan oleh Cambridge UP, Oktober 2001. Elson yang kini 
menjadi 
> profesor di Griffith University, Brisbane, sebelumnya menulis 
> disertasi Javanese peasant and the colo

Re: [ppiindia] Re: Pengamat Asing tentang Soeharto

2005-06-12 Terurut Topik Robertus Budiarto
Mr. King of Tort,
 
Betul bahwa realitas memang begitu, masih ada jutaan yg menganggap Suharto sbg 
pahlawan. Tetapi bukankah kita juga mesti fair pada jutaan rakyat yg lain yang 
menderita dan mendendam pada Suharto?
 
Kalau fair hanya pada jutaan pihak lain, bukankah itu tidak fair namanya?!!
 
Opini Dr. Asvi Marwan Adam tampaknya perlu dipertimbangkan. Topik Suharto 
sampai sekarang masih kontroversial, karena memang Cendana Connection masih 
terlalu powerful.
 
Betul sekali bahwa banyak penjilat-penjilat Suharto, yg sekarang berlagak 
reformis. Tapi dengan kenyataan ini jangan sampai kita membutakan realitas yg 
lain bahwa jutaan yg lain benar-benar mengalami penderitaan.
 
Rekonsiliasi sesungguhnya mungkin masih memerlukan 1 dekade lagi, mungkin...
 
Saya pribadi beropini bahwa Suharto lebih banyak kesalahan daripada jasanya. 
Ini dapat kita lihat dengan mudah jika kita menengok Malaysia, ya mulai 
membangun lebih lambat dari Indonesia, bahkan dikatakan Petronas saja dulunya 
belajar dari Pertamina, tapi sekarang Indonesia cuman jadi supplier tenaga 
kasar bagi Malaysia. ...  Maaf buat saya mengatakan Suharto berjasa...  , 
merupakan pengingkaran akal waras yang sangat mencolok mata... 
 
Salam
Bobby B


king_of_tort <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Bangsa Indonesia harus membuka matanya dan berani menerima realita, 
betapapun, kita nggak akan mungkin bisa set back dan mencoba 
membenahi segala sesuatunya dari situ.

Soeharto telah 'menulis' sejarahnya bersama sejarah Indonesia itu 
sekaligus, bukan saja dgn tinta darah, tapi juga dgn tinta emas.

Buku Robert Erward Elson itu saya kira sangat patut untuk kita 
jadikan acuan guna rekonsiliasi nasional. Para oportunis yg dulu 
menjilat Soeharto dan sekarang mau mengadili Soeharto itulah justru 
pengkhianat2 bangsa dan pengkhianat nurani.

Moga buku itu segera dipasarkan di Indonesia dan bisa di 'konsumsi' 
oleh semua lapisan masyarakat, biar dendam dan kebencian yg selama 
ini masih di genggam bangsa ini (sebagian) dan ingin melampiaskan 
kesumatnya itu bisa merenungkan kembali komitmennya. Tanpa adanya 
iktikad baik dari SELURUH bangsa Indonesia untuk melupakan segala 
kejahatan2 kemanusiaan Soeharto, maka kondisi bangsa ini nggak akan 
pernah berhenti dari terror dan civil war yg terus menjadi trend.

Betapapun, masih ada jutaan rakyat Indonesia yg masih mencintai 
Soeharto dan menganggap Beliau adalah Pahlawan bangsa, realita itu 
tidak bisa di abaikan begitu saja, karena sangat mungkin kekuatan 
inilah yg mendominasi kekuatan rakyat.

Chico 

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/10/opini/1803054.htm
> 
>  
> Pengamat Asing tentang Soeharto 
> 
> Oleh Asvi Warman Adam
> 
> 
> 
> TANGGAL 8 Juni 2005 Soeharto merayakan ulang tahun ke-84. Meski 
dikatakan sakit, ia masih tampak sehat. Ia juga sempat melayat ketika 
salah seorang menterinya pada masa Orde Baru, Radius Prawiro, 
meninggal beberapa waktu lalu.
> 
> Di tengah tuntutan untuk mengadili dan memaafkan Soeharto, mungkin 
timbul pertanyaan, bagaimana perannya dalam sejarah Indonesia.
> 
> Setelah Soeharto berhenti menjadi presiden tahun 1998, arus sejarah 
cenderung menanggalkan atribut kebesaran yang telah dilekatkan dan 
disandangnya selama puluhan tahun. Kehebatannya yang telah difilmkan 
dan ditulis dalam buku pelajaran sejarah di sekolah kini 
dipertanyakan. Bahkan, ia pun dikaitkan dengan G30S, sebagai orang 
yang paling diuntungkan dalam proses kudeta merangkak terhadap 
Presiden Soekarno.
> 
> Sebab itu, ada baiknya menyimak pandangan pengamat asing tentang 
Soeharto. Tahun 2001 terbit buku tentang biografi Soeharto yang 
ditulis oleh seorang akademisi Australia. Bagaimana tanggapan 
pengamat lain di berbagai negara tentang buku itu? Dari perdebatan 
ini barangkali kita dapat menyimpulkan sesuatu.
> 
> Tokoh penting Asia?
> 
> Buku Robert Edward Elson, Soeharto, Political Biography, 
diterbitkan oleh Cambridge UP, Oktober 2001. Elson yang kini menjadi 
profesor di Griffith University, Brisbane, sebelumnya menulis 
disertasi Javanese peasant and the colonial sugar history: impact and 
change in an east Java residency, 1830-1940 (Oxford UP, 1984). Tahun 
1997 ia menerbitkan buku The end of the peasantry in Southeast Asia: 
a social and economic history of peasant livehood, 1800-1900 
(Maxmillan). Entah mengapa ia tertarik kepada Presiden Soeharto, 
barangkali karena Soeharto anak petani dan bergaya petani ketika 
berkuasa.
> 
> Menurut Elson, Indonesia agaknya ingin melupakan Soeharto, karya-
karyanya, dan menganggap Orde Baru sebagai penyimpangan dalam 
perkembangan sejarah negeri ini. Sikap ini dapat dipahami, tetapi 
dianggap Elson "dangkal".
> 
> Padahal, "Soeharto merupakan tokoh amat penting selama abad ke-20 
di Asia", tulis Elson. "Secara bertahap, serba hati-hati dan 
terencana, ia telah membangun Indonesia yang sama sekali baru". Pada 
bab terakhir dikatakan, Indonesia baru yang diciptakan melalui tahap-
tahap 

[ppiindia] Re: Pengamat Asing tentang Soeharto

2005-06-10 Terurut Topik king_of_tort
Bangsa Indonesia harus membuka matanya dan berani menerima realita, 
betapapun, kita nggak akan mungkin bisa set back dan mencoba 
membenahi segala sesuatunya dari situ.

Soeharto telah 'menulis' sejarahnya bersama sejarah Indonesia itu 
sekaligus, bukan saja dgn tinta darah, tapi juga dgn tinta emas.

Buku Robert Erward Elson itu saya kira sangat patut untuk kita 
jadikan acuan guna rekonsiliasi nasional. Para oportunis yg dulu 
menjilat Soeharto dan sekarang mau mengadili Soeharto itulah justru 
pengkhianat2 bangsa dan pengkhianat nurani.

Moga buku itu segera dipasarkan di Indonesia dan bisa di 'konsumsi' 
oleh semua lapisan masyarakat, biar dendam dan kebencian yg selama 
ini masih di genggam bangsa ini (sebagian) dan ingin melampiaskan 
kesumatnya itu bisa merenungkan kembali komitmennya. Tanpa adanya 
iktikad baik dari SELURUH bangsa Indonesia untuk melupakan segala 
kejahatan2 kemanusiaan Soeharto, maka kondisi bangsa ini nggak akan 
pernah berhenti dari terror dan civil war yg terus menjadi trend.

Betapapun, masih ada jutaan rakyat Indonesia yg masih mencintai 
Soeharto dan menganggap Beliau adalah Pahlawan bangsa, realita itu 
tidak bisa di abaikan begitu saja, karena sangat mungkin kekuatan 
inilah yg mendominasi kekuatan rakyat.

Chico 

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/10/opini/1803054.htm
> 
>  
> Pengamat Asing tentang Soeharto 
> 
> Oleh Asvi Warman Adam
> 
> 
> 
> TANGGAL 8 Juni 2005 Soeharto merayakan ulang tahun ke-84. Meski 
dikatakan sakit, ia masih tampak sehat. Ia juga sempat melayat ketika 
salah seorang menterinya pada masa Orde Baru, Radius Prawiro, 
meninggal beberapa waktu lalu.
> 
> Di tengah tuntutan untuk mengadili dan memaafkan Soeharto, mungkin 
timbul pertanyaan, bagaimana perannya dalam sejarah Indonesia.
> 
> Setelah Soeharto berhenti menjadi presiden tahun 1998, arus sejarah 
cenderung menanggalkan atribut kebesaran yang telah dilekatkan dan 
disandangnya selama puluhan tahun. Kehebatannya yang telah difilmkan 
dan ditulis dalam buku pelajaran sejarah di sekolah kini 
dipertanyakan. Bahkan, ia pun dikaitkan dengan G30S, sebagai orang 
yang paling diuntungkan dalam proses kudeta merangkak terhadap 
Presiden Soekarno.
> 
> Sebab itu, ada baiknya menyimak pandangan pengamat asing tentang 
Soeharto. Tahun 2001 terbit buku tentang biografi Soeharto yang 
ditulis oleh seorang akademisi Australia. Bagaimana tanggapan 
pengamat lain di berbagai negara tentang buku itu? Dari perdebatan 
ini barangkali kita dapat menyimpulkan sesuatu.
> 
> Tokoh penting Asia?
> 
> Buku Robert Edward Elson, Soeharto, Political Biography, 
diterbitkan oleh Cambridge UP, Oktober 2001. Elson yang kini menjadi 
profesor di Griffith University, Brisbane, sebelumnya menulis 
disertasi Javanese peasant and the colonial sugar history: impact and 
change in an east Java residency, 1830-1940 (Oxford UP, 1984). Tahun 
1997 ia menerbitkan buku The end of the peasantry in Southeast Asia: 
a social and economic history of peasant livehood, 1800-1900 
(Maxmillan). Entah mengapa ia tertarik kepada Presiden Soeharto, 
barangkali karena Soeharto anak petani dan bergaya petani ketika 
berkuasa.
> 
> Menurut Elson, Indonesia agaknya ingin melupakan Soeharto, karya-
karyanya, dan menganggap Orde Baru sebagai penyimpangan dalam 
perkembangan sejarah negeri ini. Sikap ini dapat dipahami, tetapi 
dianggap Elson "dangkal".
> 
> Padahal, "Soeharto merupakan tokoh amat penting selama abad ke-20 
di Asia", tulis Elson. "Secara bertahap, serba hati-hati dan 
terencana, ia telah membangun Indonesia yang sama sekali baru". Pada 
bab terakhir dikatakan, Indonesia baru yang diciptakan melalui tahap-
tahap pembangunan berencana telah melahirkan kekuatan baru yang 
menginginkan "reformasi total".
> 
> Bab pertama sampai bab lima buku ini berupa kronologi pengalaman 
Soeharto dari masa kecil, menjadi tentara semasa revolusi, komandan 
militer di Jawa Tengah, tugas penting tahun 1960-1965, percobaan 
kudeta. Bab 6 sampai dengan bab 11 membahas usaha meraih kekuasaan 
(1965-1968), legitimasi dan konsolidasi (1968-1973), berbagai masalah 
Orde Baru (1973-1980), ekonomi, politik, dan pembangunan (1980-1988), 
puncak kejayaan (1988-1993), kemerosotan (1993-1998).
> 
> Mengenai peristiwa 3 Juli 1946 (Soeharto membocorkan ke Istana 
rencana "kudeta" Mayor Jenderal Sudarsono dan kawan-kawan) 
disimpulkan, itu merupakan kualitas Soeharto yang menjadi karakternya 
di kemudian hari, yaitu caution, coolness, calculated decisiveness 
when the time was right.
> 
> Namun, dari sisi lain bukankah kejadian itu dapat dianggap 
pengkhianatan terhadap atasannya sendiri (Mayor Jenderal Sudarsono) 
atau tujuan menghalalkan segala cara.
> 
> 
> Penilaian yang berlawanan
> 
> Puji-pujian datang dari Australia dan Selandia Baru. John Monfries 
(Australian Book Review, Maret 2002) mengatakan karya Elson 
berkualitas tinggi. Menurut Monfries, Soeharto menjalankan dua jenis 
ekonomi s

[ppiindia] Re: Pengamat Asing tentang Soeharto

2005-06-10 Terurut Topik king_of_tort
Bangsa Indonesia harus membuka matanya dan berani menerima realita, 
betapapun, kita nggak akan mungkin bisa set back dan mencoba 
membenahi segala sesuatunya dari situ.

Soeharto telah 'menulis' sejarahnya bersama sejarah Indonesia itu 
sekaligus, bukan saja dgn tinta darah, tapi juga dgn tinta emas.

Buku Robert Erward Elson itu saya kira sangat patut untuk kita 
jadikan acuan guna rekonsiliasi nasional. Para oportunis yg dulu 
menjilat Soeharto dan sekarang mau mengadili Soeharto itulah justru 
pengkhianat2 bangsa dan pengkhianat nurani.

Moga buku itu segera dipasarkan di Indonesia dan bisa di 'konsumsi' 
oleh semua lapisan masyarakat, biar dendam dan kebencian yg selama 
ini masih di genggam bangsa ini (sebagian) dan ingin melampiaskan 
kesumatnya itu bisa merenungkan kembali komitmennya. Tanpa adanya 
iktikad baik dari SELURUH bangsa Indonesia untuk melupakan segala 
kejahatan2 kemanusiaan Soeharto, maka kondisi bangsa ini nggak akan 
pernah berhenti dari terror dan civil war yg terus menjadi trend.

Betapapun, masih ada jutaan rakyat Indonesia yg masih mencintai 
Soeharto dan menganggap Beliau adalah Pahlawan bangsa, realita itu 
tidak bisa di abaikan begitu saja, karena sangat mungkin kekuatan 
inilah yg mendominasi kekuatan rakyat.

Chico 

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/10/opini/1803054.htm
> 
>  
> Pengamat Asing tentang Soeharto 
> 
> Oleh Asvi Warman Adam
> 
> 
> 
> TANGGAL 8 Juni 2005 Soeharto merayakan ulang tahun ke-84. Meski 
dikatakan sakit, ia masih tampak sehat. Ia juga sempat melayat ketika 
salah seorang menterinya pada masa Orde Baru, Radius Prawiro, 
meninggal beberapa waktu lalu.
> 
> Di tengah tuntutan untuk mengadili dan memaafkan Soeharto, mungkin 
timbul pertanyaan, bagaimana perannya dalam sejarah Indonesia.
> 
> Setelah Soeharto berhenti menjadi presiden tahun 1998, arus sejarah 
cenderung menanggalkan atribut kebesaran yang telah dilekatkan dan 
disandangnya selama puluhan tahun. Kehebatannya yang telah difilmkan 
dan ditulis dalam buku pelajaran sejarah di sekolah kini 
dipertanyakan. Bahkan, ia pun dikaitkan dengan G30S, sebagai orang 
yang paling diuntungkan dalam proses kudeta merangkak terhadap 
Presiden Soekarno.
> 
> Sebab itu, ada baiknya menyimak pandangan pengamat asing tentang 
Soeharto. Tahun 2001 terbit buku tentang biografi Soeharto yang 
ditulis oleh seorang akademisi Australia. Bagaimana tanggapan 
pengamat lain di berbagai negara tentang buku itu? Dari perdebatan 
ini barangkali kita dapat menyimpulkan sesuatu.
> 
> Tokoh penting Asia?
> 
> Buku Robert Edward Elson, Soeharto, Political Biography, 
diterbitkan oleh Cambridge UP, Oktober 2001. Elson yang kini menjadi 
profesor di Griffith University, Brisbane, sebelumnya menulis 
disertasi Javanese peasant and the colonial sugar history: impact and 
change in an east Java residency, 1830-1940 (Oxford UP, 1984). Tahun 
1997 ia menerbitkan buku The end of the peasantry in Southeast Asia: 
a social and economic history of peasant livehood, 1800-1900 
(Maxmillan). Entah mengapa ia tertarik kepada Presiden Soeharto, 
barangkali karena Soeharto anak petani dan bergaya petani ketika 
berkuasa.
> 
> Menurut Elson, Indonesia agaknya ingin melupakan Soeharto, karya-
karyanya, dan menganggap Orde Baru sebagai penyimpangan dalam 
perkembangan sejarah negeri ini. Sikap ini dapat dipahami, tetapi 
dianggap Elson "dangkal".
> 
> Padahal, "Soeharto merupakan tokoh amat penting selama abad ke-20 
di Asia", tulis Elson. "Secara bertahap, serba hati-hati dan 
terencana, ia telah membangun Indonesia yang sama sekali baru". Pada 
bab terakhir dikatakan, Indonesia baru yang diciptakan melalui tahap-
tahap pembangunan berencana telah melahirkan kekuatan baru yang 
menginginkan "reformasi total".
> 
> Bab pertama sampai bab lima buku ini berupa kronologi pengalaman 
Soeharto dari masa kecil, menjadi tentara semasa revolusi, komandan 
militer di Jawa Tengah, tugas penting tahun 1960-1965, percobaan 
kudeta. Bab 6 sampai dengan bab 11 membahas usaha meraih kekuasaan 
(1965-1968), legitimasi dan konsolidasi (1968-1973), berbagai masalah 
Orde Baru (1973-1980), ekonomi, politik, dan pembangunan (1980-1988), 
puncak kejayaan (1988-1993), kemerosotan (1993-1998).
> 
> Mengenai peristiwa 3 Juli 1946 (Soeharto membocorkan ke Istana 
rencana "kudeta" Mayor Jenderal Sudarsono dan kawan-kawan) 
disimpulkan, itu merupakan kualitas Soeharto yang menjadi karakternya 
di kemudian hari, yaitu caution, coolness, calculated decisiveness 
when the time was right.
> 
> Namun, dari sisi lain bukankah kejadian itu dapat dianggap 
pengkhianatan terhadap atasannya sendiri (Mayor Jenderal Sudarsono) 
atau tujuan menghalalkan segala cara.
> 
> 
> Penilaian yang berlawanan
> 
> Puji-pujian datang dari Australia dan Selandia Baru. John Monfries 
(Australian Book Review, Maret 2002) mengatakan karya Elson 
berkualitas tinggi. Menurut Monfries, Soeharto menjalankan dua jenis 
ekonomi s