[RantauNet] Uni Singkirkan Lima Pria Dalam Pemilihan Wali Nagari

2002-05-30 Terurut Topik ENIF

Media Indonesia, 25/5/2002 17:27 WIB

Uni Singkirkan Lima Pria Dalam Pemilihan Wali Nagari


PAGI-PAGI dia sudah naik motor bebek, bergegas menuju kantor, dengan lebih
dulu menyempatkan diri masuk ke lorong-lorong kampung untuk melihat sekilas
kondisi keluarga-keluarga yang sebagian besar masih tinggal di rumah-rumah
sangat sederhana.

Ia hafal benar nama-nama siapa saja yang berpapasan dengannya, termasuk
anak-anak dan para remaja putri di kampung itu.

Ny Mulia Elfina belum setahun menjadi Wali Nagari Koto Baru Simalanggang,
Kecamatan Payakumbuh, Sumatera Barat, tapi kesenangannya masuk keluar
kampung sebenarnya sudah dilakukannya sejak masih gadis.

Lulusan IKIP Padang jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga pada 1987 ini yang
memang kelahiran Payakumbuh bukanlah sosok yang asing bagi penduduk desa
penghasil kerajinan sulaman dan bordiran ini, terlebih lagi bagi kaum ibu
dan anak gadis.

Mulia Elfina yang akrab dipanggil Uni itu sering bertandang dari rumah ke
rumah, sambil berjualan alat-alat keperluan rumah tangga, juga mengajarkan
cara menyulam. Ia pun memberi order bagi penduduk

di daerah penghasil palawija ini justru pada saat dia masih gadis.

Setiap hari saya punya pergaulan dengan tetangga, ungkap Mulia Elfina,
yang lahir 10 Maret 1961 di Payakumbuh. Itu sebabnya, ketika ada pemilihan
wali nagari pada 2001, nama Mulia termasuk dalam barisan calon yang terdiri
dari lima laki-laki dan satu perempuan, karena salah satu persyaratannya
adalah 'anak nagari yang bersih dari masalah'.

Mulia sudah dikenal akrab oleh penduduk jauh sebelum Koto Baru Simalanggang
ini berubah menjadi nagari dengan adanya Perda Sumatera Barat No9/2000
tentang Pemerintahan Nagari karena provinsi ini tidak lagi menerapkan sistem
pemerintahan desa.

Sejak remaja, Mulia aktif dalam pengajian di surau, ikut membantu
keluarga-keluarga yang punya masalah, misalnya dengan mengajak anak gadis
menyulam kain, bahkan ikut ke sawah dan beternak ayam dan itik.

Sebelum menikah dengan Indra Satradi, teman sekampung dan sekuliah di IKIP
Padang, Mulia sudah bergaul akrab dengan masyarakat bahkan sudah punya 40
'anak buah' yang membantunya membuat kerajinan sulaman setiap mereka pulang
sekolah.

Dengan demikian para remaja di daerah itu secara tidak langsung bisa
mandiri. Dia pun juga tidak ragu-ragu berwiraswasta, seperti membuka usaha
gilingan padi sehingga mau tidak mau banyak petani yang harus berurusan
dengannya.

Mulia sebenarnya tidaklah berwiraswasta secara penuh, karena ia dengan mudah
memberi kelonggaran bagi petani yang minta keringanan bayaran upah gilingan.
Tentu saja sikapnya itu membuat dirinya semakin menjadi sosok yang
diharapkan masyarakat.

Begitu juga dengan para orang tua lainnya yang melihat anak-anaknya sudah
mampu beli buku atau keperluannya sendiri hanya dengan hasil sulaman, mereka
pun semakin merasa kagum dan bangga dengan kehadiran Mulia.

Selain itu, Mulia juga adalah guru bagi anak-anak di kampung itu, karena
wanita yang berkulit putih bersih ini sampai sekarang masih menjadi guru di
SLTP Negeri 9 Payakumbuh.

Inilah agaknya awal yang menentukan bagi kehidupan Mulia. Ketika dia membaca
sebuah surat permohonan dari masyarakat yang dimulai dengan kalimat, Mohon
kesediaan Saudari untuk menjadi Wali Nagari, maka Mulia pun hanya mampu
menundukkan kepala, karena rasa haru terhadap balasan yang diterima dari
kesenangannya bertandang ke rumah-rumah penduduk semasa dia masih remaja.

Hati nuraninya berbisik, kalau mau ikut pemilihan, maka hanya satu alasan
kuatnya yakni untuk mengangkat keadilan agar orang-orang miskin di
kampungnya punya rasa percaya diri.

Setelah melalui dua kali voting ia mendapat 17 suara dan tepat pada 17
September 2001 ia dilantik menjadi pejabat sementara Wali Nagari Koto Baru
Simalanggang, daerah yang sebenarnya tergolong miskin.

Nagari yang mempunyai tiga jorong atau desa ini mempunyai penduduk sekitar
6.500 jiwa, dan 300 KK di antaranya tergolong miskin.

Sejak dilantik sebagai Wali Nagari, rumahnya yang besar dan terbuka luas itu
semakin sering didatangi penduduk yang mengadukan masalahnya mulai dari
urusan keluarga, harta warisan sampai perceraian.

Saya tidak mau penduduk ragu-ragu kalau mau ketemu saya. Mereka boleh
datang kapan saja kalau ada masalah, kata Mulia yang jam mengajarnya di
SLTP 9 hanya delapan jam karena kepala sekolah rupanya mengerti akan
kesibukannya sebagai pemimpin nagari.


Tidak mudah

Memang banyak masalah yang dihadapinya sebagai Wali Nagari. Dia sudah banyak
mengenal negeri ini sejak masih kanak-kanak, meski tidak mudah untuk
mengatasinya. Daerah ini sudah 30 tahun lebih mengenal sistem pemerintahan
desa dengan seperangkat peraturan yang cukup kaku, karena itu Mutia Elfiana
harus pandai-pandai mengembalikan berbagai fungsi adat yang sudah hilang.

Dia berusaha menjadi penengah kalau ada sengketa-sengketa keluarga atau
masalah warisan, dan mengupayakan agar pihak-pihak yang bertikai itu jangan
sampai berurusan dengan pihak yang berwajib sehingga tidak perlu

[RantauNet] Fw: Obat kanker (fwd)

2002-04-24 Terurut Topik ENIF

Pak Yan Taufik,
iko ado informasinyo. mudah-mudahan bermanfaat dan madapek petunjuk Allah
swt,

Enif

From: Rudy Cia [EMAIL PROTECTED]
Subject: Obat kanker (fwd)
Date: Tue, 23 May 2000 17:26:43 GMT

Subject: Obat Kanker

Satu Lagi, Tanaman Ajaib Penyembuh Kanker (1) Keladi Tikus, ditemukan di
Pekalongan Satu lagi tanaman ajaib ditemukan di Indonesia. Namanya keladi
tikus.
Ia terbukti bisa membunuh berbagai jenis sel kanker dalam waktu
relatif singkat. Di Malaysia, tanaman ini sudah dikembangkan oleh seorang
profesor ahli kanker dan telah berhasil membantu ribuan pasien di seluruh
dunia.
Dilly Wibowo, SURABAYA

Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat
memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman keladi
tikus (Typhonium Flagelliforme/Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang
dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai
penyakit berat lain.

Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 sentimeter ini
hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung.
Tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa, kata Drs. Patoppoi
Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia.

Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris K.H.
Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains
Malaysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan
kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari
Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan
berbagai negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan,
Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut. Sebelum menjalani
kemoterapi,dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena
kemoterapi akan mengakiban kerontokan rambut, selain kerusakan kulitdan
hilangnya nafsu makan, jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati
kanker.
Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh
tersebut, ujar Patoppoi yang juga ahli biologi.Ketika sedang berada di
sebuah toko obat di Malaysia, secara tidak sengaja dia melihat dan membaca
buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live
karangan
Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996. Setelah saya baca
sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan
buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke
Indonesia, kenang Patoppoi sambil tersenyum.

Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut.
Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,familinya di
Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, mereka menemukan
tanaman itu di sana. Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan
mempelajarinya
lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran
tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan
bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. Dr Teo mengatakan agar
tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat, lanjut Patoppoi.
(bersambung)

Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku tersebut
untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya, Boni
Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman tersebut.
Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman
tersebut tumbuh liar di pinggir sungai, kata Boni yang mendampingi ayahnya
saat itu.

Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi
mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya
berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. Bahkan nafsu
makan ibu saya pun kembali normal, lanjut Boni. Setelah tiga bulan meminum
obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. Hasil
pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di
Jakarta, kata Patoppoi.

Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang
diberikan pada isterinya. Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah
memberikan dosis kemoterapi kepada kami, lanjut Patoppoi. Setelah
diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung
pengobatan tersebut dan menyarankan agar mengembangkannya.

Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak

[RantauNet] Fw: Berita Al-Zaitun Indramayu

2002-04-10 Terurut Topik ENIF

Assalamualaikum ww
Sato ciek..mamak2 bundo2 dunsanak kasadonyo.
Iko ado tambahan kaba untuak bahan diskusi, mudah2an ado manpaaik nyo

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, April 10, 2002 8:56 AM
Subject: Fwd: Berita Al-Zaitun Indramayu
Ada info yang patut dicermati   semoga bermanfaat.

--- In [EMAIL PROTECTED], Afdal Zikri Mawardi, Ak [EMAIL PROTECTED]
wrote:

Orang Tua Korban NII KW-9 Desak Pemerintah Usut Ponpes Al-Zaitun
Reporter: MMI Ahyani

detikcom - Bandung, Forum Masyarakat Korban (FMK) Komandemen Wilayah
(KW) 9 Negara Islam Indonesia (NII) meminta aparat keamanan untuk
menyelidiki lebih lanjut dugaan penyalahgunaan pendidikan di Pondok
Pesantren Ma'had Al-Zaitun untuk mengkader dan merekrut anggota baru.

Anggota FMK KW-9 yang terdiri dari sejumlah orangtua yang
merasa kehilangan anak setelah mengikuti kegiatan-kegiatan di
pesantren itu juga mendesak pemerintah untuk mengusut dugaan makar
gerakan NII itu.

Desakan para orangtua itu disampaikan sejumlah perwakilan FMK KW-9
yang mendatangi Komisi E DPRD I Jabar di Bandung, Kamis (22/11/2001).
Dalam pengaduan yang berlangsung sampai sore itu, delegasi FMK KW-9
dipimpin ketuanya Krisman Soleh. Mereka diterima Wakil Ketua DPRD I
Jabar H Koerdi Moekri, Ketua Komisi E KH Rochyat Noor dan sejumlah
anggota dewan lainnya.

Menurut Krisman, mereka selaku orangtua merasa sangat dirugikan
dengan kegiatan NII KW-9. Anak-anak mereka yang semula patuh dan
soleh, tiba-tiba berubah membangkang dan tidak mau lagi melakukan
syariat agama. Usut punya usut dan selidik punya selidik, mereka
melakukan itu setelah mengalami di-baiat (diambil sumpah).

Anak saya yang dahulu rajin salat 5 waktu, sekarang tidak lagi
melakukan ibadahnya. Katanya, kalau sudah melakukan salat akimuddin
seperti yang diajarkan di Ponpes Al-Zaitun itu, salat 5 kali sehari
menjadi tidak wajib lagi, tambah Lukman, salah seorang delegasi
lainnya.

Karenanya, mereka mendesak dewan agar meminta keterangan lebih lanjut
mereka yang diindikasikan terlibat dalam gerakan NII KW-9 maupun
pimpinan Ponpes Al-Zaitun itu.

Kami berharap, dewan dan aparat keamanan bisa memanggil segera Toto
Abdus Salam Panji Gumilang Syech AS beserta segenap pengurus lainnya.
Akan lebih baik, kalau kami juga diberi kesempatan berdialog
langsung secara terbuka dengan mereka, kata Krisman lagi.

Lebih lanjut, mereka menegaskan bahwa hendaknya pemerintah tidak
terbuai dengan kemajuan dan kemegahan fisik pondok pesantren yang
melejit secara fenomenal di Indramayu itu.

Justru hal itulah yang harus diselidiki dan menjadikan tanda tanya.
Ada apa sebenarnya. Orang luar mungkin tidak akan bisa merasakan apa
yang kami alami, 'kehilangan' anak kami yang sudah susah payah kami
didik sejak kecil agar taat beribadah maupun taat syariat agama,
tegas Krisman lagi.

Dari tulisan tangan lafal baiat yang harus diucapkan kader mereka,
para orangtua itu berkesimpulan sebetulnya gerakan NII KW-9 sudah bisa
dikategorikan makar terhadap negara kesatuan Republik Indonesia.

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi E Rochyat Noor yang pada kesempatan
itu juga mengundang unsur Majelis Ulama Indonesia (MUI), kepolisian
dan Kodam, dan Departemen Agama meminta agar persoalan itu dibahas
secara jernih.

Saya kira aparat keamanan dan pemerintah sudah mengetahui hal itu
dan telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Kiranya, perlu
ada kejelasan lebih lanjut dalam waktu dekat, harapnya.(mmi/t)

Beri tanggapan | Baca tanggapan | Print artikel | Kirim ke teman



  From:  Tasno BKC1070 Taslim [EMAIL PROTECTED]
  Date:  Fri Sep 7, 2001  1:46 am
  Subject:  Tentang Pesantren Al-Zaytun Indramayu



  Assalaamu'alaikum,



  Mohon untuk di jadikan perhatian. Benar atau tidaknya
wallahu'alam bisshawab.



  Surat Pengaduan Korban Pesantren Al Zaytun-Indramayu :

  ===



  Kepada Yth.

  Bapak-Bapak yang Berwenang dan Berilmu
  Di Republik Indonesia

  Perihal: pengaduan keberadaan Al Zaytun

  Assalamu$B!G(Balaikum warahmatullahi wabarakatuh.



  Dengan hormat,


  Kami yang bertanda tangan dibawah ini
  Nama: Nung Fadhilah
  Alamat: Jl Sawo Kecik Blok DD No 8 Cikutra Bandung

  Adalah orang tua dan wali santri dari

  Nama: Raymond Fadhil
  Kelahiran: Bandung 18 April 1990
  Alamat : Jl Sawo Kecik Blok DD No 8 Cikutra Bandung
  Status: Santri Al Zaytun angkatan 2001

  Dengan ini mengadukan kepada pihak-pihak yang terkait:
PemerintahIndonesia, MUI, Kejaksaan Agung RI, Kepolisian RI, DEPAG, DPR-MPR
dan
ORMAS ISLAM, sehubungan dengan keberadaan pondok pesantren Al Zaytun yang
berada di Indramayu. Bahwa ternyata banyak aqidahnya yang menyimpang dari
ajaran Islam. Sehingga banyak pula masyarakat yang dirugikan dari segi
materi fisik dan moral spiritual.

  Bagi ummat yang berkeyakinan sama dengan jama$B!G(Bah Al Zaytun

Re: [RantauNet] Fw: [Nasional] Fw: Membela Tanah Pusaka

2002-04-10 Terurut Topik ENIF
Title: Re: [RantauNet] Fw: [Nasional] Fw: Membela Tanah Pusaka



Mungkin paralu kriteria nan disepakati untuk calon 
panghulu... indak sumbarang baangkek se..kalau paralu lewat "fit and proper 
test"

- Original Message - 
From: C Aswandi Asmar 

To: [EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, April 11, 2002 10:04 AM
Subject: Re: [RantauNet] Fw: [Nasional] Fw: Membela Tanah 
Pusaka
Semakin berkembang dunia ini, semakin sedikit orang-2 
mengertiakan adat istiadad di daerahnya..., (mungkinkah ini pengaruh akan 
ilmu pengetahuan...???)dahulu mamak (penghulu) ibarat beringin gadang di 
tangah lapang, tempat berteduh dllnya.(makanya yang jadi penghulu itu tau 
akan segalanya... berpendidikan) tapi sekarang tidak lagi.beringin gadang 
yang kita BANGGAKAN sejak dahulunya sudah jadi BERINGIN BONSAI. 
penghuluhanya sebagai cap saja sementara mereka kebanyakan tidak tau akan 
status yang mereka embanmungkin itulah awal dari kesemerautan. (gak 
taulah. ini hanya sebagai pendapat, saya juga kurangmendalami akan adat 
Minangkoon 4/10/02 12:52 PM, Titik at [EMAIL PROTECTED] 
wrote: