Tapi para penganut paham kaku diatas tak bisa pula disalahkan seratus persen.
yang dikembangkan oleh Ibn Khaldun, Al-Kindi, Ibn Rush, Ibn Sina, Ibn Farabi
dll. sudah tamat!!
yang salah satunya adalah mengerangkeng wanita dengan fitrahnya. Kita masih
asyik memaki bahwa saudara kita yang tak sejalah tafsirnya dengan kita sebagai
kafir, tergoda rayuan setan! Kita masih nyaman kalau bisa mempersempit bahwa
ilmu dari semua ilmu pengetahuan hanya ilmu agama. Entah kapan semua ini akan
berakhir? Entahlah! Saya hanya dapat gelisah!
Salam,
Evi
Wa'alaikum salam.w.w.
Banyak tulisan Gamut nih, cuma beberapa yang saya garis bawahi termasuk
kegelisahan yang Gamut isyaratkan.
Yang pertama soal paham kaku dan tidak kaku. Siapa saja berhak mengatakan
itu kaku atau tidak kaku. Akan tetapi yang penting adalah inti dari masalah.
Yang dikemukakan pada tulisan sebelumnya hanyalah paduan dari banyak
pendapat para ulama dari dulu sampai sekarang ditambah dengan hasil tela'ahan
sendiri dari Al-Qur'an dan hadist. Kalau tulisan itu dapat membawa manfaat
dan kemaslahatan bagi ummat dan kemudian mencoba menggiring ummat dari kete-
ledoran yang mendekatkan mereka ke jurang neraka, kemudian dapat pula memberikan
suluh atau penerangan yang dapat membawa ummat memahami jiwa agamanya,
silahkan katakan itu tafsiran kaku. Tapi bila kemudian tulisan itu berlawanan
dengan tulisan yang tidak kaku, lalu memberikan toleransi seluas-luasnya dan
kemudian memasukkan pemahaman yang sudah terimbas dan terbias oleh imperialisme
serta devide et impera, yang akan menggiring ummat terjauh dari agama mereka dan
membiarkan Setan bekerja menungganginya, silahkan katakan apa saja. Semuanya
harus dikembalikan kepada iman di dada. Yang penting diingat salah satu
kriteria iman adalah "Ikut Allah dan ikut rasul". Dan juga bila kemudian ada
yang mempunyai tafsiran dalam bentuk lain (sebagaimana yang disebutkan sanak
Riri), lalu dapat bertoleransi sangat luas, selama tidak bertentangan dengan apa
yang diturunkan Allah dan diajarkan oleh Rasulnya, silahkan pakai. Yang penting
diingat, bila sudah memberikan kebebasan tanpa batas untuk wanita, sudah
jelas-jelas bertentangan dengan hukum yang dapat dibaca secara harfiah
dari Allah swt. dalam Al-Qur'an.
Yang kedua, kalau nama-nama Ibn Khaldun, Al-Kindi, Ibn Rush, Ibn Sina, Al-
Farabi disebut, orang-orang ini justru masih berpegang teguh kepada ajaran
"Ikut Allah dan ikut Rasul", sebab mereka adalah orang yang hafidz Al-Qur'an
sebagaiman Ibn Sina hafidz Al-Qur'an pada umur 20 tahun. Mustahil mereka
memberi tafsir yang keluar dari yang disebut paham kaku tadi, dan mustahil
pula apa yang mereka fatwakan akan sejalan dengan paham yang sudah terimbas
imperialism dan capitalism tersebut, kalau tak percaya baca sejarah. Ingat
apa yang dikatakan Ibn Sina pada bujangnya (pembantunya),
"Engkau memuji aku seolah-olah aku lebih daripada Muhammad rasulullah dan
Ali Karamalluwajah, tapi engkau minta bertayamum karena mengatakan hari
dingin, tak engkau pedulikan bagaimana takutnya orang yang memanjat menara
kepada Allah swt. dikala dingin kemudian memanggil orang untuk shalat subuh
dengan azannya". Dari yang sedikit ini saja sudah tergambar dibenak kita
bagaimana ketaqwaan mereka kepada Allah yang membawa Islam ke puncak kejayaan.
Apakah mungkin fatwa mereka sejalan dengan paham yang terimbas barat tersebut ?.
Yang ketiga, tak sejalan tafsirnya bukan berarti seseorang itu kafir.
Yang kafir adalah tidak percaya kepada apa yang telah disampaikan para rasul,
yang berarti tidak percaya kepada apa yang telah diturunkan kepada Rasulullah,
dan berarti tidak mempercayai Sang pencipta yang menurunkannya. Silahkan ber-
interpretasi selama tidak keluar dari garisan yang sudah diturunkan oleh Allah
kepada Rasulnya.
Yang keempat, kalau mengatakan tulisan tersebut mengkerangkeng wanita dengan
fitrahnya, silahkan jangan dihiraukan. Tapi bila Allah swt. yang sudah membuat
agama ini menjadi agama fitrah dikatakan demikian. Saya tak tahu harus berkata
apa. Saya hanya menyarankan, sebelum seorang wanita mu'min terikat dalam tali
perkawinan dengan seorang lelaki, adalah lebih baik baginya memahami agama Islam
ini dengan benar.
Yang kelima, ilmu dari ilmu pengetahuan adalah ilmu agama, saya tak berkata
demikian, karena seseorang tak akan mendapati bagaimana integral dan differen-
sial di dalam Al Qur'an, seseorang tak akan mendapati deret Taylor atau
transformasi Fourier di situ. Tapi kalau dikatakan ilmu agama adalah kunci
dari semua ilmu yang ada, saya boleh setuju. Sebab kalau tidak, sebagaimana
yang dikatakan Einstein dia akan buta. Dari pengalaman saya di bangku sekolah
sampai sejuah ini, ilmu pengetahuan belum dapat memberi informasi yang terang
mengenai kehidupan yang kedua yang sangat panjang. Hanya Agama yang saya anut
yang mampu memberikan informasi yang detail dan akurat. Dan yang dapat
membuktikannya bukan demonstration (kecuali soal al-Qur'an mengatakan semua yang
berjiwa