Jujur Kepadamamak/ Bundo, Kenapa
Tidak?
Jujur kepadaanak, kenapa tidak? Ungkapan ini agaknya cocok
ditujukan pada orang tua yang selama ini selalu merasa diri mereka paling
benardi hadapan anak. Sekalipun mereka mungkin salah, dan anak berada di
pihak yang benar. Perasaan gengsi jika mengaku bersalah di hadapan anak,
adakalanya membuat orangtua malu berlaku jujur pada anak.
Tentu saja sikap otoriter seperti
itu sangat tidak dibenarkan. Sebab, otoritarianisme bukanlah budaya yang
baik jika diterapkan dimana pun, apalagi tumbuh dan berkembang dalam
keluarga kita. Anak, betapapun mungkin kita anggap nakal, tetapi
sesungguhnya dia tidak bermaksud berbuat nakal. Jika ia sedang bermain hatta
sampai merusak barang yang kita sayangi secara tidak sengaja misalnya,
tindakan mereka bukan untuk main-main yang tanpa tujuan. Bermain untuk
anak usia tertentu, adalah sesuatu yang serius dan keharusan.
Rosulullah SAW bersabda; "Hobi,
permainan dan kelincahan gerak seorang anak pada waktu kecil, akan
mempertajam pemikirannya ketika dewasa." (HR At-Tirmidzi).
Imam Al-Ghazali menjelaskan dalam
Ihya 'Ulumuddin juz V bab MengobatiPenyakit Hati, "Hendaknya anak kecil
diberi kesempatan bermain. Melarangnya bermain dan menyibukkannya dengan
belajar terus akan mematikan hatinya, mengurangi kecerdasannya, dan
membuatnya jemu terhadap hidup, sehingga ia akan sering mencari alasan untuk
membebaskan diri dari keadaan sumpek itu."
Jika anak melakukan tindakan yang
perlu diluruskan, orangtua bisa melakukannya dengan memberikan tindakan
alternatif lain yang baik. Misalnya anak berteriak-teriak di waktu malam,
ibu dapat mengatakan, "Hanif, main sama Umi yuk! Ini lho, Umi punya gambar
bagus. Kita warnai yuk sama-sama!"
Tentu saja memarahi anak yang
rewel atau susah disuruh berhenti tatkala bermain-main, dengan mengeluarkan
umpatan atau bahkan sampai menyakitinya, bukanlah tindakan yang bijak. "Ayo
diam, nanti ada setan lho", kalimat yang biasanya kerap digunakan para ibu
untuk mendiamkan anaknya yang menangis tengah malam, adalah tindakan yang
sangat keliru. Dengan begitu anak, secara tidak langsung diajarkan untuk
takut kepada setan.
Sebaiknya, orangtua menghindari
kata-kata yang bersifat larangan. Sebab anak sulit menentukan alternatif
tindakan, ketika ia tidak boleh berteriak-teriak misalnya. Boleh jadi dengan
cara otoriter, kita bisa mendiamkan anak, tapi kemudian anak mungkin akan
memukul-mukul benda yang lain. "Kamu bisa diam apa enggak sih?! Awas kalau
tidak Bapak gebuk kamu!"
"Tadi kan Bapak kan cuma melarang
Hanif berteriak, mukul-mukul kaleng boleh kan?" mungkin begitu jawaban anak.
"Eh..., kamu ngelawan ya!" dan
'plak' tangan kita pun melayang ke paha atau pantat anak.
Jelas, jika seperti itu tindakan
yang kita ambil, adalah keliru besar. Anak tentu heran, sebab jalan
pikirannya sangat sederhana. Ia pasti tak akan sanggup membaca alam pikiran
kita. Karena anak merasa, bahwa apa yang dilakukannya bukan dimaksudkan
untuk melawan orangtua, apalagi bermaksud kurang ajar kepada kita.
Tindakan tangan besi yang kita
timpakan pada anak, jelas bukan hanya tidak dimengerti anak. Tapi anak akan
merasa sedih dan tertekan jiwanya. Pukulan yang kita lakukan terhadap anak,
pasti akan berbekas dan sulit dihilangkan dalam waktu lama. Jika saja
kondisi kejiwaan anak seperti itu kita tidak sadari, tentu saja berbahaya
bagi perkembangan kejiwaan dan kreatifitas anak.
Betapapun sederhananya, anak
mempunyai argumen-argumen atas setiap tindakannya. Ia pasti punya alasan
kenapa dia berbuat "nakal", sesuai dengan jalan pikirannya yang sederhana.
Jalan pikirannya inilah yang seyogyanya tidak dipaksakan harus mengikuti
frame pemikiran kita.
Umpatan dan tindakan main tangan
besi pada anak jelas suatukekeliruan dan kesalahan. Kita tidak usah malu
meminta ma'af pada anak, jika memang kita kelepasan mulut atau tangan,
sehingga keluar umpatan dan pukulan. Sebab minta ma'af atas kekeliruan kita
pada anak bukan suatu yang aib dan menjatuhkan martabat kita di
hadapananak. Percayalah dengan jujur mengakui kesalahan kita, kewibawaan
kita tidak akan dilecehkan anak. Bahkan anak akan lebih hormat pada kita
dan insya Allah menjadikannya lebih penurut. Wallahu a'lam. (sulthoni)
Sumber : http://www.eramuslim.com
-Original Message-From:
[EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]On
Behalf Of SBNSent: 30 Juli 2003 22:15To:
[EMAIL PROTECTED]Subject: Re: [RantauNet.Com] Jikalah
akhirnya (Anak dipangku kamanakan dibimbiang??)
Assalamu'alaikum wr.wb.
Indak tabu doh Nofen, mungkin agak kasa, tapi
kalau alah
manyangkuik soal kajujuran apa boleh buat. Kok
kadianggap
kurang aluih silahkan, dek karano ciek itu arato
nan tingga
lai. Kok kadigadaikan juo ateh namo macam-macam,
ambo
iyo kaindak sato doh.