Re: [RantauNet.Com] Syaiful Nazar, dilupokan

2003-06-24 Terurut Topik ronal chandra
Assalamu'alaikum Wr...Wb

Duduak ambo tamanung membaco carito tentang syaiful nazar ko, Indak ado nan 
bisa dikecean do,
Benar sekali para sahabat mengatakan Dunia adalah cermin ke semuan karena 
semua yang digapai demi kepentingan dunia semuanya dapat hilang dan pergi 
waloupun sekuat apapun kita menahannya.

Satuhal yang harus kita sadari, Kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi 
esok hari karena sebagai manusia kita hanya diajarkan berdoa dan 
ber-ikhtiar, Semoga allah selalu membimbing kita semua untuk selalu ingat 
allah dalam keadaan seperti apapun, Amiin.

Wassalam
Ronal Chandra
Republika Online : http://www.republika.co.id





Senin, 23 Juni 2003

'Kita Menatap Masa Depan Saja'

KHAIRULJASMI



bening, mematut-matut dirinya. Dulu, Syaiful adalah kebanggaan

banyak orang. Kini, ia sendiri menjalani rutinitas

kesehariannya dengan gaji hanya Rp 250 ribu.

Hidup sendiri jauh dari anak --hanya ditemani sepeda butut, ia

lalui hari demi hari dengan tabah. Jika kita bertemu

dengannya, kita nyaris tak percaya bahwa ia adalah Syaiful

Nazar yang pernah mengharumkan nama Indonesia itu lewat semua

cabang senam.




---
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com).
Version: 6.0.489 / Virus Database: 288 - Release Date: 6/10/2003


[RantauNet.Com] Syaiful Nazar, dilupokan

2003-06-23 Terurut Topik FST-IAMS-Elect
Title: Republika Online : http://www








Republika Online :
http://www.republika.co.id





Senin, 23 Juni 2003


'Kita Menatap Masa Depan Saja'


KHAIRULJASMI 



 Nasib Syaiful Nazar (42 tahun), bagai becermin di kolam 

bening, mematut-matut dirinya.
Dulu, Syaiful adalah kebanggaan 

banyak orang. Kini, ia sendiri
menjalani rutinitas 

kesehariannya dengan gaji hanya Rp
250 ribu. 

Hidup sendiri jauh dari anak
--hanya ditemani sepeda butut, ia 

lalui hari demi hari dengan tabah.
Jika kita bertemu 

dengannya, kita nyaris tak percaya
bahwa ia adalah Syaiful 

Nazar yang pernah mengharumkan nama
Indonesia itu lewat semua 

cabang senam.



Pada 1970-an sampai 1980-an, ia
menyabet tak kurang dari 26 

medali di berbagai kolam renang di
dalam dan luar negeri. Ia 

meraih 18 medali emas, enam perak,
dan dua perunggu. Ia juga 

pernah menjadi bintang utama
sejumlah film laga.



Meski masih kuliah di IKIP Jakarta,
tapi sejak 1982 atas 

prestasinya, ia diangkat oleh
Gubernur Sumbar Azwar Anas 

sebagai pegawai negeri di Kantor
Perwakilan Pemda Sumbar di 

Jakarta dengan golongan II/A.

Karena main film, ia mulai tak
dihiraukan di cabang senam. 

Apalagi ketika punggungnya cedera
saat berlatih karena 

dikerjain daerah lain. 



Syaiful yang pandai menyanyi itu,
sesekali ikut menyanyi di 

bar, apalagi sebelumnya ia pernah
juara. Selain menyanyi, ia 

makin aktif di film. Sejak 1989 ia
menjadi pemain utama 

sejumlah film laga. Sebutlah
misalnya Pendekar Cabe Rawit, 

Misteri Lembah Naga, Siluman Clurit
Perak, dan Pendekar Tapak Suci. 



Untuk film lain ia menjadi peran
pembantu. Setidaknya ada enam 

film yang ia geluti untuk peran
pembantu tersebut. 



Suatu ketika, program filmnya
terbengkalai, sehingga ia nyambi 

bekerja menjadi petugas satuan
pengaman. Suatu malam terjadi 

bentrok dengan sejumlah orang. Ia
dikepung dengan 12 sepeda 

motor. Tapi ia selamat. Sejak itu,
ia mulai kapok. Balik ke Padang.



Di Padang ia pernah ikut organ
tunggal ke daerah-daerah guna 

mencari sesuap nasi. Tak memadai,
ia dikontrak pula sebagai 

pelatih senam oleh Semen Padang
selama hampir setahun.



Kemudian ia mencari informasi
tentang statusnya sebagai 

pegawai negeri sipil. Pada Februari
2002 ia mengetahui bahwa 

dirinya sudah dipecat sejak 1996.



Hidupnya kian tak jelas. Krisis
ekonomi telah membuat ia 

menjadi orang yang kehilangan
segalanya. Prestasi selangit, 

medali emas alangkah banyaknya.
Awak pemain film pula. Tapi 

uang tak ada di saku. 

Ketua KONI Sumbar Sjahrial,
kemudian mengetahui Syaiful Nazar 

sedang kesulitan. Maka lewat
lobinya dengan gubernur Sumbar, 

diangkatlah duda ini sebagai
pegawai honorer penjaga gudang 

KONI di Padang. Gajinya Rp 250
ribu/bulan.



Prestasi Syaiful Nazar lahir di
Painan, Pesisir Selatan, tak 

jauh dari kampungnya pada 31
Agustus 1961. Anak keenam dari 12 

orang bersaudara ini, sejak kecil
sudah berbakat olahraga. 

Minat akan olahraganya itu, seperti
menemukan jodoh, tatkala 

ia masuk SD Taman Siswa di Padang,
sebab di samping SD itu, 

ada Sekolah Guru Olahraga (SGO).
Ketika masuk SMP di kompleks 

yang sama, bakat olahraga Syaiful
kian terpupuk. Ia berminat 

akan senam. Apalagi, modalnya tidak
seberapa.



Setahun setelah tamat SMP, tepatnya
tahun 1977, Syaiful meraih 

satu emas, pada PON IX. Setahun
kemudian pada kejuaraan 

pelajar tingkat nasional, masih
untuk senam, ia meraih dua 

emas, dua perak dan satu perunggu
serta satu tropi Menteri P 

dan K Daoed Jusuf. Sejak itu,
namanya kian harum. Maka tak 

heran, ketika duduk di semester I
SMA 2 Padang, Syaiful 

dipanggil KONI pusat untuk
mengikuti pemusatan latihan di 

Pelatnas Jakarta. Ia diharapkan
bisa membela Indonesia untuk 

cabang senam di Sea Games. Ketika
Sea Games berlangsung tahun 

1979 di Jakarta, Syaiful menyabet
satu emas dan satu perak.



Tahun 1980, Syaiful ikut Kejurnas
senam antarklub di Bandung. 

Hasilnya, ia meraih tiga medali
emas dan satu tropi terbaik 

dari Pangdam Siliwangi. Tahun 1981
ia ikut pemusatan latihan 

ke Rumania untuk menyongsong
kejuaraan dunia universiade. Di 

even ini ia meraih peringkat 11
dari 124 peserta dari seluruh 

dunia. Ia merupakan utusan tunggal
Indonesia ke even tersebut. 

Pulang ke Indonesia, langsung ikut
Sea Games di Filipina. Di 

sana, ia meraih dua emas dan satu
perunggu. Tahun 1982, 

Syaiful ikut Asean Games di India.
Di sini ia meraih peringkat 

4 Asia dari 57 negara peserta.



Tahun 1983, Sea Games digelar di
Singapura, tapi karena 

'takut' dengan Syaiful Nazar,
Singapura membunuh cabang 

olahraga senam. Karena tidak
dipertandingkan, maka Pelantas 

tidak lagi memberi sangu kepada
Syaiful. Ketika itu, ia 

beralih ke dunia film secara tidak
sengaja. Di dunia yang satu 

ini, ia ditampung oleh PT Garuda
Film.



Meski sudah bermain film pada tahun
yang sama, Syaiful sempat 

pula mewakili Indonesia ke
Internasional Open di Bangkok. Di 

sini ia meraih 1 perunggu untuk
Asia Tenggara.



Di arena PON 1984, ia kembali
meraih tiga