[R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Ada yang mau berkomentar? Salam, ANB http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/12/23/nh0yp6-irfan-hamka-buya-ucapkan-selamat-natal REPUBLIKA.CO.ID http://republika.co.id/, JAKARTA -- Putra mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka membantah ayahnya melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristiani. Irfan mengatakan, dalam fatwa yang dikeluarkan Buya pada 1981, isinya bukan pelarangan mengucapkan selamat Natal atau mengharamkannya. Tapi, kata dia, yang diharamkan Buya adalah mengikuti ibadah Natal. Dia menjelaskan, maksud ayahnya tersebut, umat Islam dilarang mengikuti ibadah umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau apapun yang termasuk ibadah pada hari Natal. Dia mengisahkan, ayahnya dulu juga pernah mengucapkan selamat Natal bagi penganut Kristen. Dulu saat tinggal di Kebayoran Baru, ungkap dia, ada dua orang tetangga yang merupakan Kristiani. Nama kedua orang itu adalah Ong Liong Sikh dan Reneker. Saat ayahnya merayakan Idul Fitri, keduanya memberikan ucapan selamat kepada Buya. Begitu pun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata Irfan saat menirukan ucapan ayahnya kepada*Republika*, Selasa (23/12). Ulama penulis novel *Tenggelamnya Kapal van der Wijck* tersebut mengegaskan, dalam kata 'Natal kalian' untuk membatasi akidah. Pasalnya, dalam Alquran dijelaskan 'Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku'. Bahkan, lanjut Irfan, Buya juga pernah meminta istrinya untuk memberikan rendang kepada tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat malam Natal, melainkan tahun baru masehi. Irfan menegaskan tidak masalah mengucapkan selamat Natal, asalkan disertakan kata kalian atau bagi kaum Kristiano. Sebab, kata tersebut yang membedakan antara aqidah masing-masing agama. Dia juga meminta umat Islam untuk tidak mengucapkan selamat kepada umat Kristen sebelum umat tersebut merayakan ibadahnya. Karena, menurut Irfan, kata selamat diucapkan setelah peristiwa itu terjadi. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup RantauNet dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
Re: [R@ntau-Net] DIM: Antara Peluang Hukum Model Korelasi-Kausalitas
Sanak Donar, saya setuju, urang awak nampaknya memang indak se-religieus nan kito kiro doh. Banyak bukti faktual yang menunjukkan hal itu.Lk, 78, Jkt. Mungkin baik kalau diadakan semacam survai mengenai masalah ini, semacam yang telah diadakan leh dua peneliti The George Washington University beberapa tahun yang lalu. Wassalam, Saafroedin Bahar Dr.Saafroedin Bahar Male, 78 yrs, Jakarta 2014-12-23 12:38 GMT+07:00 Donard Games donardga...@gmail.com: Waalaikumsalam wr wb Uda ANB dan Palanta RN, Ambo melihat poin2 yg disampaikan Uda ANB patut ditelaah lebih lanjut. Ambo bukan ahli statistik atau ahli metode penelitian, tapi apa yg dipertanyakan uda ANB sudah pada tahap filosofi alias PhD. Iyo PR baru utk kito basamo [?]. Memang penelitian ilmu sosial di ranah Minang rada mandek karena pendekatan masih takotak2. Sekadar menambahkan, dalam hal ini saya pikir, kita bisa menambahkan variabel bebas religiousity karena faktor ABSSBK sebagai pendorong utama. Jadi tambahan hipotesis: - Semakin relijius urang Minang semakin meningkat keinginan membentuk DIM - Semakin relijius urang Minang maka makin efektif penerapan ABS SBK Tugas kita merumuskan apa bentuk kriteria penerapan ABSSBK yg efektif. Dengan demikian nantinya bisa terjawab apakah memang DIM diinginkan atau DIM atau tanpa DIM, ABS-SBK sebenarnya bisa berjalan. Dulu pernah saya sampaikan penelitian Sari (2014) menemukan bahwa urang Minang tidak serelijius yang kita mungkin bayangkan. Yang bana2 Islami maksudnya. Salam, Donard 2014-12-22 1:39 GMT+08:00 Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org: Assalamu'alaikum Wr. Wb. dunsanak Palanta RN n.a.h. Setelah membaca sejumlah pendapat tentang wacana pembentukan Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) sebagai pengganti Sumatra Barat yang dikenal sekarang, seluruh pendapat yang ingin DIM segera terbentuk sebagai baju baru orang Minang adalah berdasarkan argumentasi adanya koridor hukum yang disediakan Pasal 18 B UUD 1945 yang memungkinkan untuk itu. (Meski tafsir atas pasal ini juga ternyata tidak seragam, bahkan yang datang dari Ranah sendiri seperti disebutkan Yulfian Azrial S.E, Kepala BKKP, Balai Kajian Konsultansi, dan Pemberdayaan, Nagari Adat Alam Minangkabau, dalam link wawancara yang diposting sanak Ibnu. Yang ingin membaca lengkap bisa di sini: http://yulfianazrialcyber.blogspot.com/2014/11/mewujudkan-daerah-istimewa-minangkabau.html?m=1 ). Tetapi anggaplah semua pendapat dari Ranah itu seragam (semua ingin DIM), apakah penisbatan terhadap satu pasal itu sudah merupakan *master key* yang akan membuka semua rahasia masa depan Minang? Dan secara teoritis, semua masalah yang ada sekarang, minimal di atas kertas, bisa diatasi tersebab asumsi dengan berlakunya DIM maka penerapan ABS SBK akan lebih mudah? Harus diingat, bahkan oleh mereka yang paling DIM adalah obat mujarab bagi Minang masa depan, bahwa yang sekarang diyakini baru sebatas asumsi. Ilmu pengetahuan, termasuk rumpun Social Sciences, tak akan bisa menerima argumen, Yang penting status DIM tercapai dulu, selebihnya lihat saja nanti. Itu yang namanya try and error. Iya kalau setelah dicoba, dan tujuan berhasil, seluruh proses selanjutnya berjalan baik. Alhamdulillah. Bagaimana kalau sebaliknya yang terjadi, semua prediksi optimistis sekarang ternyata tidak berjalan seperti yang direncanakan. Macet. Bukankah terlalu berat pengorbanan yang sudah dilakukan rakyat di Ranah? Ah, mana mungkin jika DIM tercapai penerapan ABS SBK malah macet? Mungkin begitu bantahan spontan yang akan muncul dari mereka yang sudah yakin. Sampai posisi ini, ada baiknya semua yang sudah yakin membaca ulang, dan membaca ulang, dan membaca ulang lagi sejarah terbentuknya Provinsi Banten yang melepaskan diri dari Provinsi Jawa Barat. Memang contoh kasus dan konteksnya tidak persis sama dengan wacana DIM, tetapi esensinya serupa bahwa rakyat Banten (ketika masih menjadi bagian Jawa Barat) merasa yakin dan optimistis bahwa mereka pasti akan lebih baik (dan lebih-lebih lainnya jika bisa mengatur diri sendiri seperti yang diinginkan). Tetapi sejarah Indonesia akan mencatat, bahwa sejarah Banten setelah menjadi dirinya sendiri justru tidak semakin baik. Yang kaya semakin kaya (dan terpusat pada klan yang berkuasa saja) sementara infrastruktur justru tak berkembang. Contoh ini, jika dikaji dengan tenang dan seksama, bisa jadi wake up call bagi orang Minang. Ah, itukan hanya di Banten saja. Belum tentu akan terjadi di Minang? Mungkin tanggapan seperti itu juga akan muncul. Ya, tentu saja. Selama faktor belum tentu dan kita lihat saja nanti masih mendominasi jawaban, semua akan menjadi belum tentu lebih buruk sebagaimana juga semua belum tentu lebih baik. Karena itu sudah saatnya kita menggunakan cara pandang kuantitatif yang disediakan ilmu pengetahuan, terutama ilmu statistika modern, untuk mengukur dan memprediksi faktor-faktor belum tentu tadi. *MODEL KORELASI-KAUSALITAS* Pertama yang harus menjadi
[R@ntau-Net] Qur an Tablet Syi'ah
Utk perhatian bersama -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup RantauNet dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
Re: [R@ntau-Net] Qur an Tablet Syi'ah
Ustadz Zulharbi n.a.h, Link http://mizan.com/lovequrantab.html seperti diinformasikan, tak bisa dibuka. Apa isinya? 1. Bisakah diberikan contoh bagian yang disebut ajaran Syi'ah dari Qur'an tab terbitan Mizan? 2. Bagaimana memastikan pesan itu memang berasal dari Ust. Ihsan Tanjung sementara di bawah pesan tidak tertulis nama pengirim yang bisa diverifikasi? Salam, ANB Pada 24 Desember 2014 05.31, Zulharbi Salim zulsa...@gmail.com menulis: Utk perhatian bersama -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup RantauNet di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup RantauNet dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Lihat penjelasan komprehensive mengenai subject issue. Watch Habib Rizieq Syihab - Hukum Natal Berdasarkan Bibel, Literatur Kristiani, Astronomi,Al Qur'anHadits on YouTube - https://www.youtube.com/watch?v=HoMbGc9Jivofeature=youtube_gdata_player On Dec 23, 2014 11:27 PM, Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org wrote: Ada yang mau berkomentar? Salam, ANB http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/12/23/nh0yp6-irfan-hamka-buya-ucapkan-selamat-natal REPUBLIKA.CO.ID http://republika.co.id/, JAKARTA -- Putra mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka membantah ayahnya melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristiani. Irfan mengatakan, dalam fatwa yang dikeluarkan Buya pada 1981, isinya bukan pelarangan mengucapkan selamat Natal atau mengharamkannya. Tapi, kata dia, yang diharamkan Buya adalah mengikuti ibadah Natal. Dia menjelaskan, maksud ayahnya tersebut, umat Islam dilarang mengikuti ibadah umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau apapun yang termasuk ibadah pada hari Natal. Dia mengisahkan, ayahnya dulu juga pernah mengucapkan selamat Natal bagi penganut Kristen. Dulu saat tinggal di Kebayoran Baru, ungkap dia, ada dua orang tetangga yang merupakan Kristiani. Nama kedua orang itu adalah Ong Liong Sikh dan Reneker. Saat ayahnya merayakan Idul Fitri, keduanya memberikan ucapan selamat kepada Buya. Begitu pun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata Irfan saat menirukan ucapan ayahnya kepada*Republika*, Selasa (23/12). Ulama penulis novel *Tenggelamnya Kapal van der Wijck* tersebut mengegaskan, dalam kata 'Natal kalian' untuk membatasi akidah. Pasalnya, dalam Alquran dijelaskan 'Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku'. Bahkan, lanjut Irfan, Buya juga pernah meminta istrinya untuk memberikan rendang kepada tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat malam Natal, melainkan tahun baru masehi. Irfan menegaskan tidak masalah mengucapkan selamat Natal, asalkan disertakan kata kalian atau bagi kaum Kristiano. Sebab, kata tersebut yang membedakan antara aqidah masing-masing agama. Dia juga meminta umat Islam untuk tidak mengucapkan selamat kepada umat Kristen sebelum umat tersebut merayakan ibadahnya. Karena, menurut Irfan, kata selamat diucapkan setelah peristiwa itu terjadi. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup RantauNet di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup RantauNet dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Buya Gusrizal Gazahar https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1/posts/10202955874049856?fref=nf Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama Ini (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk Membolehkan Ucapan Selamat Natal) Seorang yang dipanggil Buya berasal dari Ranah ini, tertawa mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan selamat natal bagi kaum muslimin. Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya, tertawa, mencemooh dan melontarkan cap picik kepada orang yang berbeda dengannya. Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam syari'at Islam. Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam tubuh umat Islam. Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan bukan itu yang kami maksud, anda tidak mengerti dengan istilah tsb dan mereka akan mulai membawa kita ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya. Bersilat lidah melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan selamat natal, mereka tak segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy, Musthafa al-Zarqa dan lainnya. Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa demokrasi itu bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam. Ulama besar akan kecil bila berbicara tak sesuai selera. Begitu lah sikap para cendikiawan yang berpayung liberalisme dan pluralisme tsb. Seharusnya umat ini sudah menyadari bahwa mereka bukanlah orang-orang yang menghormati ulama yang mereka sebutkan itu dan mereka bukan pula orang-orang yang mau berhujjah sebenarnya dengan landasan ajaran Islam. Mereka tak lebih adalah orang-orang yang tunduk kepada realita walupun menyimpang dari kebenaran yang diturunkan oleh Allah swt. Mungkin akan ada pula berkomentar ketika membaca tulisan ini, itu tendensius. Mungkin akan ada yang muncul dengan pernyataan seperti orang bijak, saatnya berbicara kita bukan berbicara kami dan mereka karena itu akan memperlebar jurang perbedaan. Saya hanya akan menanggapinya dengan bila hilang keberanian untuk berbeda dalam hak dan bathil maka hilanglah pegangan dalam kehidupan dan jadilah orang hanyut dan lenyap dalam pusaran kehidupan itu. Sekarang memang zamannya seseorang harus berani menyatakan perbedaan walupun akan dituduh aneh bahkan dungu oleh mereka yang merasa pintar. Tak perlu berselindung di balik nama besar Al-Qaradhawiy dan lainnya ! Tak perlu pula segan untuk mengatakan tidak setuju dengan pernyataan al-Qaradhawiy dan lainnya ! Bukankah itu sikap kritis yang tuan-tuan ajarkan wahai kaum pluralis ???!!! Kalau pandangan yang merujuk kepada para imam-imam madzhab saja tuan-tuan cemoohkan dengan istilah berfikir fiqh orientik, kenapa pernyataan Yusuf al-Qaradhawiy dan al-Zarqa menjadi azimat bagi tuan-tuan untuk mengatakan yang sesuai dengan selera tuan-tuan ? Kemana sikap kritis tuan-tuan selama ini ? Oh ya maaf, saya lupa bahwa tuan-tuan tak akan mau mengkritisinya atau mungkin tidak mampu karena bagi tuan-tuan, landasan kritik itu hanya realita dan kepentingan. Mana ada analisis ushul fiqh ?!! Ushul Fiqh kan kurungan berfikir yang membuat picik menurut pandangan tuan-tuan. Terserah tuan-tuan lah dalam menggunakan cercaan. Kami tetap akan mengurai simpul fatwa ulama tersebut dengan ilmu alat yang selama ini menjadi kerangka berfikir para ulama. Semoga tuan-tuan bisa merenungkannya ! Pendapat yang membolehkan ucapan selamat hari natal yang merupakan perayaan atas kelahiran Isa sebagai anak tuhan, biasanya dilandaskan kepada firman Allah swt ayat 8 surat al-Mumtahanah yang tidak melarang seorang muslim memperlakukan non muslim dengan baik selama mereka tidak memerangi kaum muslimin. {لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ} [الممتحنة : 8] Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (QS. al-Mumtahanah 60:8) Penafsiran yang digunakan untuk menguatkan
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Mak Darwin n.a.h. Maksud ambo dengan pertanyaan Ada yang mau komentar adalah menyangkut penjelasan H. Irfan Hamka tentang perkataan ayahandanya itu. Tersebab di palanta ko banyak yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya? Wassalam, ANB Pada 24 Desember 2014 07.08, Darwin Chalidi dchal...@gmail.com menulis: Lihat penjelasan komprehensive mengenai subject issue. Watch Habib Rizieq Syihab - Hukum Natal Berdasarkan Bibel, Literatur Kristiani, Astronomi,Al Qur'anHadits on YouTube - https://www.youtube.com/watch?v=HoMbGc9Jivofeature=youtube_gdata_player On Dec 23, 2014 11:27 PM, Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org wrote: Ada yang mau berkomentar? Salam, ANB http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/12/23/nh0yp6-irfan-hamka-buya-ucapkan-selamat-natal REPUBLIKA.CO.ID http://republika.co.id/, JAKARTA -- Putra mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka membantah ayahnya melarang mengucapkan selamat hari Natal kepada kaum Kristiani. Irfan mengatakan, dalam fatwa yang dikeluarkan Buya pada 1981, isinya bukan pelarangan mengucapkan selamat Natal atau mengharamkannya. Tapi, kata dia, yang diharamkan Buya adalah mengikuti ibadah Natal. Dia menjelaskan, maksud ayahnya tersebut, umat Islam dilarang mengikuti ibadah umat yang merayakan Natal, seperti menyanyi di gereja, membakar lilin atau apapun yang termasuk ibadah pada hari Natal. Dia mengisahkan, ayahnya dulu juga pernah mengucapkan selamat Natal bagi penganut Kristen. Dulu saat tinggal di Kebayoran Baru, ungkap dia, ada dua orang tetangga yang merupakan Kristiani. Nama kedua orang itu adalah Ong Liong Sikh dan Reneker. Saat ayahnya merayakan Idul Fitri, keduanya memberikan ucapan selamat kepada Buya. Begitu pun sebaliknya Buya juga mengucapkan selamat kepada kedua tetangganya tersebut. “Selamat, telah merayakan Natal kalian,” kata Irfan saat menirukan ucapan ayahnya kepada*Republika*, Selasa (23/12). Ulama penulis novel *Tenggelamnya Kapal van der Wijck* tersebut mengegaskan, dalam kata 'Natal kalian' untuk membatasi akidah. Pasalnya, dalam Alquran dijelaskan 'Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku'. Bahkan, lanjut Irfan, Buya juga pernah meminta istrinya untuk memberikan rendang kepada tetangganya. Tapi, rendang tersebut diberikan bukan saat malam Natal, melainkan tahun baru masehi. Irfan menegaskan tidak masalah mengucapkan selamat Natal, asalkan disertakan kata kalian atau bagi kaum Kristiano. Sebab, kata tersebut yang membedakan antara aqidah masing-masing agama. Dia juga meminta umat Islam untuk tidak mengucapkan selamat kepada umat Kristen sebelum umat tersebut merayakan ibadahnya. Karena, menurut Irfan, kata selamat diucapkan setelah peristiwa itu terjadi. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup RantauNet di Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup RantauNet di Google Grup. Untuk berhenti
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Buya Gusrizal Gazahar https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1?fref=nf December 18 at 12:28am https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1/posts/10202921919201006 · Edited https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1/posts/10202921919201006# · Ayat Itu Menjatuhkan Tuan-tuan Bukan Menegakkan (Dalil kelompok Pluralisme Membolehkan Ucapan Selamat Natal, Adalah Hujjah Salah Pasang Atau Salah Samek) Bila kaum pluralis berhujjah dengan ayat Al-Qur'an untuk membela fatwa bolehnya mengucapkan selamat natal atau selamat hari raya peribadatan agama apapun yang dirayakan oleh kaum kafir, kita akan menemukan ayat 33 surat Maryam adalah andalan mereka. {وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا} [مريم : 33] Dan salam semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali (QS. maryam 19:33) Seolah-olah dengan satu ayat itu, menurut mereka selesailah perkara dan gugurkah pandangan para ulama yang tidak hanya berhujjah dengan satu dalil. Anehnya lagi dalam menggunakan ayat itu sebagai hujjah, mereka terlihat sekali tidak jujur secara ilmiah dan sangat jelaskan memaksakan maksud ayat agar sesuai dengan selera mereka. Mungkin ini lah bukti nyata dari firman Allah swt: {وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ} [آل عمران : 78] Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui. (QS. Ali 'Imran 3:78) Dan dikuatkan lagi oleh sabda Rasul saw: عن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار (رواه النسائي و ابن حبان) Dari Ibnu 'Abbas ra, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda: siapa yang berbicara tentang Al-Qur'an dengan nalarnya (semata) maka tempatilah kedudukanya dari api neraka. (HR. al-Nasa'iy dan Ibnu Hibban) Bagaimana tidak ?! Cobalah perhatikan bagaimana mereka mencabut ayat ayat itu dan menjadikan huruf waw pada kata وَالسَّلَامُ tidak bermakna padahal ia merupakan huruf 'athaf yang begitu penting dikala memahami munasabah (keharmonisan atau kesesuaian) antara ayat dengan ayat sebelumnya. (Lihat i'rab waw ini dalam kitab al-Tibyan fi i'rab al-Qur'an karya Abu al-Baqa' al-'Akbariy). Mungkin mereka menganggap itu hanya huruf permulaan yang tidak ada hubungannya dengan ayat sebelumnya. Dari titik awal itu saja, sudah ketahuan penipuan mereka terhadap umat. Mereka putuskan hubungan antara ayat 33 surat Maryam itu dengan ayat-ayat sebelumnya khususnya ayat 30 s/d 32 : {قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا} [مريم : 30] ( 30 ) Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, {وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا} [مريم : 31] ( 31 ) dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; {وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا} [مريم : 32] ( 32 ) dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan mereka malah sengaja melupakan ayat yang senada dengan itu dalam surat yang sama (Surat Maryam) yaitu ayat 15 : {وَسَلَامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا} [مريم : 15] ( 15 ) Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. Pekerjaan seperti inilah yang dinamakan pengkhianatan ilmiah ! Padahal ilmu munasabat yang mengkaji tentang keharmonisan antara ayat dengan ayat bahkan surat dengan surat, merupakan pembahasan dasar dalam ilmu tafsir. Sehingga sangat mengherankan bila profesor tafsir bisa melupakan hal ini. Mungkin mereka yang mengaku penganut faham galauisme atau relatifisme, akan mengatakan bahwa itu kan relatif bukanlah kepastian. Sayangnya pernyataan seperti itu akan berhadapan dengan dinding kokoh yang terdiri dari tafsir-tafsir ulama terkemuka nan jauh di atas kaliber mereka seperti yang dikatakan oleh al-Qadhi al-Baidhawiy dalam tafsir beliau Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta'wil berikut ini: وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا كما هو على يحيى والتعريف للعهد والأظهر أنه للجنس والتعريض باللعن على أعدائه، فإنه لما جعل جنس السلام على نفسه عرض بأن ضده عليهم كقوله تعالى: وَالسَّلامُ عَلى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدى فإنه تعريض بأن العذاب على من كذب وتولى Dan kesejahteraan semoga
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Kanda Aslim n.a.h. Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan pertanyaan Ada yang mau komentar adalah menyangkut penjelasan H. Irfan Hamka tentang perkataan ayahandanya itu. Tersebab di palanta ko banyak yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya? Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan pertanyaan general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal. Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti: A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan itu. B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan. C. Tidak tahu. Terima kasih Wassalam, ANB Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI as...@rantaunet.org menulis: Buya Gusrizal Gazahar https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1/posts/10202955874049856?fref=nf Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama Ini (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk Membolehkan Ucapan Selamat Natal) Seorang yang dipanggil Buya berasal dari Ranah ini, tertawa mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan selamat natal bagi kaum muslimin. Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya, tertawa, mencemooh dan melontarkan cap picik kepada orang yang berbeda dengannya. Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam syari'at Islam. Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam tubuh umat Islam. Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan bukan itu yang kami maksud, anda tidak mengerti dengan istilah tsb dan mereka akan mulai membawa kita ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya. Bersilat lidah melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan selamat natal, mereka tak segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy, Musthafa al-Zarqa dan lainnya. Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa demokrasi itu bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam. Ulama besar akan kecil bila berbicara tak sesuai selera. Begitu lah sikap para cendikiawan yang berpayung liberalisme dan pluralisme tsb. Seharusnya umat ini sudah menyadari bahwa mereka bukanlah orang-orang yang menghormati ulama yang mereka sebutkan itu dan mereka bukan pula orang-orang yang mau berhujjah sebenarnya dengan landasan ajaran Islam. Mereka tak lebih adalah orang-orang yang tunduk kepada realita walupun menyimpang dari kebenaran yang diturunkan oleh Allah swt. Mungkin akan ada pula berkomentar ketika membaca tulisan ini, itu tendensius. Mungkin akan ada yang muncul dengan pernyataan seperti orang bijak, saatnya berbicara kita bukan berbicara kami dan mereka karena itu akan memperlebar jurang perbedaan. Saya hanya akan menanggapinya dengan bila hilang keberanian untuk berbeda dalam hak dan bathil maka hilanglah pegangan dalam kehidupan dan jadilah orang hanyut dan lenyap dalam pusaran kehidupan itu. Sekarang memang zamannya seseorang harus berani menyatakan perbedaan walupun akan dituduh aneh bahkan dungu oleh mereka yang merasa pintar. Tak perlu berselindung di balik nama besar Al-Qaradhawiy dan lainnya ! Tak perlu pula segan untuk mengatakan tidak setuju dengan pernyataan al-Qaradhawiy dan lainnya ! Bukankah itu sikap kritis yang tuan-tuan ajarkan wahai kaum pluralis ???!!! Kalau pandangan yang merujuk kepada para imam-imam madzhab saja tuan-tuan cemoohkan dengan istilah berfikir fiqh orientik, kenapa pernyataan Yusuf al-Qaradhawiy dan al-Zarqa menjadi azimat bagi tuan-tuan untuk mengatakan yang sesuai dengan selera tuan-tuan ? Kemana sikap kritis tuan-tuan selama ini ? Oh ya maaf, saya lupa bahwa tuan-tuan tak akan mau mengkritisinya atau mungkin tidak mampu karena bagi tuan-tuan, landasan kritik itu hanya realita dan kepentingan. Mana ada analisis ushul fiqh ?!! Ushul Fiqh kan kurungan berfikir yang membuat picik menurut pandangan tuan-tuan. Terserah tuan-tuan lah dalam menggunakan cercaan. Kami tetap akan mengurai simpul fatwa ulama tersebut
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
jo topik --Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal + pertanyaan --Ada yang mau berkomentar? iyo ndak tabayang dek Ambo, kalau jawaban nan diinginkan adolah: A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan itu. B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan. C. Tidak tahu. Sanak Akmal: mohon maaf, ateh kabodohan Ambo dalam babaso Indonesia. 2014-12-24 7:58 GMT+07:00 Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org: Kanda Aslim n.a.h. Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan pertanyaan Ada yang mau komentar adalah menyangkut penjelasan H. Irfan Hamka tentang perkataan ayahandanya itu. Tersebab di palanta ko banyak yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya? Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan pertanyaan general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal. Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti: A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan itu. B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan. C. Tidak tahu. Terima kasih Wassalam, ANB Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI as...@rantaunet.org menulis: Buya Gusrizal Gazahar https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1/posts/10202955874049856?fref=nf Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama Ini (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk Membolehkan Ucapan Selamat Natal) Seorang yang dipanggil Buya berasal dari Ranah ini, tertawa mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan selamat natal bagi kaum muslimin. Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya, tertawa, mencemooh dan melontarkan cap picik kepada orang yang berbeda dengannya. Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam syari'at Islam. Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam tubuh umat Islam. Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan bukan itu yang kami maksud, anda tidak mengerti dengan istilah tsb dan mereka akan mulai membawa kita ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya. Bersilat lidah melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan selamat natal, mereka tak segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy, Musthafa al-Zarqa dan lainnya. Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa demokrasi itu bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam. Ulama besar akan kecil bila berbicara tak sesuai selera. Begitu lah sikap para cendikiawan yang berpayung liberalisme dan pluralisme tsb. Seharusnya umat ini sudah menyadari bahwa mereka bukanlah orang-orang yang menghormati ulama yang mereka sebutkan itu dan mereka bukan pula orang-orang yang mau berhujjah sebenarnya dengan landasan ajaran Islam. Mereka tak lebih adalah orang-orang yang tunduk kepada realita walupun menyimpang dari kebenaran yang diturunkan oleh Allah swt. Mungkin akan ada pula berkomentar ketika membaca tulisan ini, itu tendensius. Mungkin akan ada yang muncul dengan pernyataan seperti orang bijak, saatnya berbicara kita bukan berbicara kami dan mereka karena itu akan memperlebar jurang perbedaan. Saya hanya akan menanggapinya dengan bila hilang keberanian untuk berbeda dalam hak dan bathil maka hilanglah pegangan dalam kehidupan dan jadilah orang hanyut dan lenyap dalam pusaran kehidupan itu. Sekarang memang zamannya seseorang harus berani menyatakan perbedaan walupun akan dituduh aneh bahkan dungu oleh mereka yang merasa pintar. Tak perlu berselindung di balik nama besar Al-Qaradhawiy dan lainnya ! Tak perlu pula segan untuk mengatakan tidak setuju dengan pernyataan al-Qaradhawiy dan lainnya ! Bukankah itu sikap kritis yang tuan-tuan ajarkan wahai kaum pluralis ???!!! Kalau pandangan yang merujuk kepada para imam-imam madzhab saja tuan-tuan cemoohkan dengan istilah berfikir fiqh orientik, kenapa pernyataan Yusuf al-Qaradhawiy dan al-Zarqa menjadi azimat bagi tuan-tuan untuk mengatakan
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Kanda Aslim, tabayun/verifikasi itu perlu, hatta yang mengucapkan adalah putra Buya Hamka. Ambo bisa menelpon langsung Pak Irfan Hamka, dan pasti dia akan berkata bahwa kutipan di Republika itu benar. Jadi harus ditelusuri dari jalur lain (second opinion). Karena waktu Buya wafat (1981) ambo masih anak ingusan, sementara para senior Palanta RN ada yang menjadi jamaah di Al Azhar bahkan ada yang kenal dekat secara pribadi dengan Buya, barangkali ada yang bisa memeriksa ulang benar tidaknya pernyataan Pak Irfan Hamka itu. Jadi ketika ambo menulis pendek Ada yang mau komentar, karena berada di bawah thread subyek Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal ambo merasa arah pertanyaan ambo sudah jelas menyangkut hal itu. Tetapi karena sudah ada dua tanggapan (dari Mak Darwin Chalidi dan kanda Aslim) yang menyorongkan penjelasan boleh tidaknya mengucapkan selamat natal dari dua sumber berbeda yang tak berkaitan dengan konteks perkataan Pak Irfan Hamka, tampaknya ambo yang kurang jelas menjabarkan pertanyaan. Sehingga kini ambo ulangi dengan (semoga) lebih jelas: Apakah ada di antara dunsanak Palanta RN yang bisa memastikan benar tidaknya ucapan Irfan Hamka tentang sikap Buya Hamka mengucapkan selamat natal bagi tetangganya itu? Wassalam, ANB Pada 24 Desember 2014 08.07, Aslim Nurhasan ST SATI as...@rantaunet.org menulis: jo topik --Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal + pertanyaan --Ada yang mau berkomentar? iyo ndak tabayang dek Ambo, kalau jawaban nan diinginkan adolah: A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan itu. B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan. C. Tidak tahu. Sanak Akmal: mohon maaf, ateh kabodohan Ambo dalam babaso Indonesia. 2014-12-24 7:58 GMT+07:00 Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org: Kanda Aslim n.a.h. Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan pertanyaan Ada yang mau komentar adalah menyangkut penjelasan H. Irfan Hamka tentang perkataan ayahandanya itu. Tersebab di palanta ko banyak yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya? Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan pertanyaan general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal. Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti: A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan itu. B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan. C. Tidak tahu. Terima kasih Wassalam, ANB Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI as...@rantaunet.org menulis: Buya Gusrizal Gazahar https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1/posts/10202955874049856?fref=nf Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama Ini (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk Membolehkan Ucapan Selamat Natal) Seorang yang dipanggil Buya berasal dari Ranah ini, tertawa mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan selamat natal bagi kaum muslimin. Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya, tertawa, mencemooh dan melontarkan cap picik kepada orang yang berbeda dengannya. Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam syari'at Islam. Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam tubuh umat Islam. Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan bukan itu yang kami maksud, anda tidak mengerti dengan istilah tsb dan mereka akan mulai membawa kita ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya. Bersilat lidah melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan selamat natal, mereka tak segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy, Musthafa al-Zarqa dan lainnya. Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa demokrasi itu bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam. Ulama besar akan kecil bila berbicara tak sesuai selera. Begitu lah sikap para cendikiawan yang berpayung liberalisme dan pluralisme tsb. Seharusnya umat ini sudah menyadari bahwa mereka bukanlah
Re: [R@ntau-Net] Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal
Tarimokasi baiiriang Salam Ta'zim, Sanak Akmal. On 24 Dec 2014 08:20, Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org wrote: Kanda Aslim, tabayun/verifikasi itu perlu, hatta yang mengucapkan adalah putra Buya Hamka. Ambo bisa menelpon langsung Pak Irfan Hamka, dan pasti dia akan berkata bahwa kutipan di Republika itu benar. Jadi harus ditelusuri dari jalur lain (second opinion). Karena waktu Buya wafat (1981) ambo masih anak ingusan, sementara para senior Palanta RN ada yang menjadi jamaah di Al Azhar bahkan ada yang kenal dekat secara pribadi dengan Buya, barangkali ada yang bisa memeriksa ulang benar tidaknya pernyataan Pak Irfan Hamka itu. Jadi ketika ambo menulis pendek Ada yang mau komentar, karena berada di bawah thread subyek Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal ambo merasa arah pertanyaan ambo sudah jelas menyangkut hal itu. Tetapi karena sudah ada dua tanggapan (dari Mak Darwin Chalidi dan kanda Aslim) yang menyorongkan penjelasan boleh tidaknya mengucapkan selamat natal dari dua sumber berbeda yang tak berkaitan dengan konteks perkataan Pak Irfan Hamka, tampaknya ambo yang kurang jelas menjabarkan pertanyaan. Sehingga kini ambo ulangi dengan (semoga) lebih jelas: Apakah ada di antara dunsanak Palanta RN yang bisa memastikan benar tidaknya ucapan Irfan Hamka tentang sikap Buya Hamka mengucapkan selamat natal bagi tetangganya itu? Wassalam, ANB Pada 24 Desember 2014 08.07, Aslim Nurhasan ST SATI as...@rantaunet.org menulis: jo topik --Irfan Hamka: Buya Ucapkan Selamat Natal + pertanyaan --Ada yang mau berkomentar? iyo ndak tabayang dek Ambo, kalau jawaban nan diinginkan adolah: A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan itu. B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan. C. Tidak tahu. Sanak Akmal: mohon maaf, ateh kabodohan Ambo dalam babaso Indonesia. 2014-12-24 7:58 GMT+07:00 Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org: Kanda Aslim n.a.h. Sama seperti jawaban ambo untuk Mak Darwin Chalidi, maksud ambo dengan pertanyaan Ada yang mau komentar adalah menyangkut penjelasan H. Irfan Hamka tentang perkataan ayahandanya itu. Tersebab di palanta ko banyak yang masa mudanya mengaji di Masjid Al Azhar bahkan kenal pribadi dengan Buya Hamka, apakah pernah mendengar cerita ini sebelumnya? Ini pertanyaan partikular (tentang pernyataan Irfan Hamka) bukan pertanyaan general tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal. Ambo berterima kasih bila yang muncul tanggapan partikular juga, seperti: A. Tidak, Irfan Hamka salah mengenai itu. Buya Hamka tidak pernah melakukan itu. B. Benar, Buya Hamka pernah melakukan yang dikatakan Irfan. C. Tidak tahu. Terima kasih Wassalam, ANB Pada 24 Desember 2014 07.43, Aslim Nurhasan ST SATI as...@rantaunet.org menulis: Buya Gusrizal Gazahar https://www.facebook.com/buyagusrizal.gazahar.1/posts/10202955874049856?fref=nf Bila Sesuai Dengan Selera, Hilanglah Sikap Kritis Yang Dituhankan Selama Ini (Wahai Kaum Muslimin, Jangan Latah dan Jangan Akali Dalil Untuk Membolehkan Ucapan Selamat Natal) Seorang yang dipanggil Buya berasal dari Ranah ini, tertawa mendengarkan ada yang mengharamkan ucapan selamat natal bagi kaum muslimin. Saya juga tersenyum membacanya, karena memang itu yang bisa dilakukannya, tertawa, mencemooh dan melontarkan cap picik kepada orang yang berbeda dengannya. Karena tak ada bahan baginya untuk menganalisa kajian fiqh apalagi tafsir. Setiap persoalan agama, hanya dipandang dari sudut sosial dan politik yang berlandaskan kepada penyerahan diri kepada realita walaupun menyimpang. Itu lah yang mereka sebut realistis Tak usah heran ! Bagi mereka, konsistensi dalam bersikap tidak akan ditemui. Yang mereka miliki hanya ilmu bersilat lidah yang tak pernah terhambat sedikitpun walaupun mencederai persoalan yang prinsip dalam syari'at Islam. Lihatlah ! Bagaimana mereka menyorakkan pemisahan politik dan kekuasaan dengan agama tapi mereka pergunakan kekuasaan itu untuk menancapkan kuku berbisa pluralisme, liberalisme, relatifisme dan isme-isme lainnya ke dalam tubuh umat Islam. Kalau dibantah, mereka akan mengelak dengan bukan itu yang kami maksud, anda tidak mengerti dengan istilah tsb dan mereka akan mulai membawa kita ke area perdebatan ilmiah ala mereka seolah-olah kita ini buta tidak bisa melihat apa yang mereka lakukan dalam realita sebenarnya. Bersilat lidah melakukan pembenaran terhadap selera mereka, terus terlihat dengan jelas. Untuk membolehkan ucapan selamat natal, mereka tak segan berlindung di balik nama besar al-Qaradhawiy, Wahbah al-Zuhailiy, Musthafa al-Zarqa dan lainnya. Menggelikan sekali sikap mereka ini. Sikap kritis mereka jadi tumpul bila pernyataan ulama itu sesuai dengan selera mereka namun mereka akan berapi-api membantah bila ulama-ulama itu berfatwa demokrasi itu bercanggah dengan syura yang dijelaskan oleh Islam. Ulama besar akan kecil bila berbicara tak sesuai selera.
Re: [R@ntau-Net] DIM: Antara Peluang Hukum Model Korelasi-Kausalitas
Dinda Donard, jika tidak merepotkan boleh diposting ulang hasil penelitian Sari (2014) itu? Terima kasih. Wass, ANB Pada 23 Desember 2014 12.38, Donard Games donardga...@gmail.com menulis: Waalaikumsalam wr wb Uda ANB dan Palanta RN, Ambo melihat poin2 yg disampaikan Uda ANB patut ditelaah lebih lanjut. Ambo bukan ahli statistik atau ahli metode penelitian, tapi apa yg dipertanyakan uda ANB sudah pada tahap filosofi alias PhD. Iyo PR baru utk kito basamo [?]. Memang penelitian ilmu sosial di ranah Minang rada mandek karena pendekatan masih takotak2. Sekadar menambahkan, dalam hal ini saya pikir, kita bisa menambahkan variabel bebas religiousity karena faktor ABSSBK sebagai pendorong utama. Jadi tambahan hipotesis: - Semakin relijius urang Minang semakin meningkat keinginan membentuk DIM - Semakin relijius urang Minang maka makin efektif penerapan ABS SBK Tugas kita merumuskan apa bentuk kriteria penerapan ABSSBK yg efektif. Dengan demikian nantinya bisa terjawab apakah memang DIM diinginkan atau DIM atau tanpa DIM, ABS-SBK sebenarnya bisa berjalan. Dulu pernah saya sampaikan penelitian Sari (2014) menemukan bahwa urang Minang tidak serelijius yang kita mungkin bayangkan. Yang bana2 Islami maksudnya. Salam, Donard 2014-12-22 1:39 GMT+08:00 Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org: Assalamu'alaikum Wr. Wb. dunsanak Palanta RN n.a.h. Setelah membaca sejumlah pendapat tentang wacana pembentukan Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) sebagai pengganti Sumatra Barat yang dikenal sekarang, seluruh pendapat yang ingin DIM segera terbentuk sebagai baju baru orang Minang adalah berdasarkan argumentasi adanya koridor hukum yang disediakan Pasal 18 B UUD 1945 yang memungkinkan untuk itu. (Meski tafsir atas pasal ini juga ternyata tidak seragam, bahkan yang datang dari Ranah sendiri seperti disebutkan Yulfian Azrial S.E, Kepala BKKP, Balai Kajian Konsultansi, dan Pemberdayaan, Nagari Adat Alam Minangkabau, dalam link wawancara yang diposting sanak Ibnu. Yang ingin membaca lengkap bisa di sini: http://yulfianazrialcyber.blogspot.com/2014/11/mewujudkan-daerah-istimewa-minangkabau.html?m=1 ). Tetapi anggaplah semua pendapat dari Ranah itu seragam (semua ingin DIM), apakah penisbatan terhadap satu pasal itu sudah merupakan *master key* yang akan membuka semua rahasia masa depan Minang? Dan secara teoritis, semua masalah yang ada sekarang, minimal di atas kertas, bisa diatasi tersebab asumsi dengan berlakunya DIM maka penerapan ABS SBK akan lebih mudah? Harus diingat, bahkan oleh mereka yang paling DIM adalah obat mujarab bagi Minang masa depan, bahwa yang sekarang diyakini baru sebatas asumsi. Ilmu pengetahuan, termasuk rumpun Social Sciences, tak akan bisa menerima argumen, Yang penting status DIM tercapai dulu, selebihnya lihat saja nanti. Itu yang namanya try and error. Iya kalau setelah dicoba, dan tujuan berhasil, seluruh proses selanjutnya berjalan baik. Alhamdulillah. Bagaimana kalau sebaliknya yang terjadi, semua prediksi optimistis sekarang ternyata tidak berjalan seperti yang direncanakan. Macet. Bukankah terlalu berat pengorbanan yang sudah dilakukan rakyat di Ranah? Ah, mana mungkin jika DIM tercapai penerapan ABS SBK malah macet? Mungkin begitu bantahan spontan yang akan muncul dari mereka yang sudah yakin. Sampai posisi ini, ada baiknya semua yang sudah yakin membaca ulang, dan membaca ulang, dan membaca ulang lagi sejarah terbentuknya Provinsi Banten yang melepaskan diri dari Provinsi Jawa Barat. Memang contoh kasus dan konteksnya tidak persis sama dengan wacana DIM, tetapi esensinya serupa bahwa rakyat Banten (ketika masih menjadi bagian Jawa Barat) merasa yakin dan optimistis bahwa mereka pasti akan lebih baik (dan lebih-lebih lainnya jika bisa mengatur diri sendiri seperti yang diinginkan). Tetapi sejarah Indonesia akan mencatat, bahwa sejarah Banten setelah menjadi dirinya sendiri justru tidak semakin baik. Yang kaya semakin kaya (dan terpusat pada klan yang berkuasa saja) sementara infrastruktur justru tak berkembang. Contoh ini, jika dikaji dengan tenang dan seksama, bisa jadi wake up call bagi orang Minang. Ah, itukan hanya di Banten saja. Belum tentu akan terjadi di Minang? Mungkin tanggapan seperti itu juga akan muncul. Ya, tentu saja. Selama faktor belum tentu dan kita lihat saja nanti masih mendominasi jawaban, semua akan menjadi belum tentu lebih buruk sebagaimana juga semua belum tentu lebih baik. Karena itu sudah saatnya kita menggunakan cara pandang kuantitatif yang disediakan ilmu pengetahuan, terutama ilmu statistika modern, untuk mengukur dan memprediksi faktor-faktor belum tentu tadi. *MODEL KORELASI-KAUSALITAS* Pertama yang harus menjadi kesepakatan bersama adalah bahwa seluruh pemangku kepentingan Minang sesungguhnya ingin ABS SBK berjalan optimal dan bisa mengatasi pelbagai masalah sosial yang kini berjangkit di Ranah. Jangan sampai ada individu-(individu) yang merasa bahwa dirinya (atau
Re: [R@ntau-Net] Qur an Tablet Syi'ah
Dd ZSA dan sanak dipalanta n.a.h. 2015 keatas usaha melumpuhkan umat islam itu akan semakin gencar. Terlepas dari benar tidaknya posting ZSA mengenai Qur’an Tablet yang berisi pesanan syiah itu, maka kita umat islam berhati-hatilah. Bagi non muslim yang menguasai dunia ini perjuangan utamanya adalah :Islam harus lumpuh*”.* Didalam negeri sendiri karena mungkin ada ideology lain yang juga gigih berjuang untuk menguasai negeri ini, bagi mereka mungkin asalkan islam ini lumpuh, negara ini terjual ke Adi kuasa non muslim tak masalah, pokoknya islam kalau tidak akan enyah, lumpuh di NKRI ini. Multi –Usaha untuk melumpuhkan islam ini sudah kita rasakan. Pagar umat islam dari gangguan semuanya itu hanyalah shalat. *“Dirikan shalat”* Masing-masing kita umat islam yang punya kewajiban mendidik anak untuk menegakan shalat, lakukanlah, mulailah dari usia 7 tahun, sesuai dengan perintah nabi besar Muhammad saw. Makin dini, mungkin makin baik, mulai dari balita, usia ini anak sangat suka meniru/mengikut orang tua. Didikan shalat 5 waktu memang harus ditunggui seperti menanak nasi. Teorionya tidak tingi-tinggi. Setiap waktu shalat orang tua harus menunggui/mengikuti / membimbing balitanya dan atau yang umur 7 tahundalam: Pertama : Cara beruduk Kedua: Diajak terus shalat berjamaah, biarkan shalat UNYIL saja dulu,, agar biasa. Masalah timbul mungkin bagaimana kalau orang tua karir atau petani yang berada dari pagi disawa/ladang hanya pulang setelah hampir magrib. Pesankan kepada nenek atau baby sitter / pembantu ynag ada dirumah agar dibimbing setiap waktu shalat. Ketiga: Jadwalkan menghidupkan TV/ hiburan Pada saat di mesjid mulai mengaji mendekati azan, TV dimatikan TITIK Sekarang gencar sekali acara TV SETIAP WAKTU /24 jam memberikan hiburan yang disenangi anak balita dan usia 7-15 tahun. Kalau orang tua lemah /tidak tegas mengatur tontonan TV, anak-anak sulit untuk shalat, pas azan berbunyi, siaran TV yang disenangi anak-anak masih tersedia. Makanya orang tua /nenek/pembantu/babay sitter harus tegas, mulai terdengar pengajian mendekati azan, TV HARUS MATI. Dengan tegaknya shalat ini dari kecil bagi semua umat islam, insyaallah, semua perintah/anjuran dari Allah swt dan nabi besar Muahmmad saw akan mudah dipatuhi /diikuti dan umat islam terpelihara dari semua yang akan merusak aqidah dan akhlak umat islam. Non muslim yang menguasai dunia ini paham betul, kalau shalat ini tegak disetiap keluarga muslim, muslim sulit tergoyahkan, makanya untuk meruntuhkan islam itu harus dengan meruntuhkan shalatnya terlebih dulu. Untuk itu shalat ini harus dijauhkan dari umat muslim dengan 1001 cara. Shalat ini adalah fondasi sekaligus memperkuat aqidah. Kalau fondasinya ini sudah tak ada dimana aqidah atau keimanan akan berdiri. Karena shalat ini erat sekali hubungannya dengan aqidah, maka sudah ada juga oknum ulama/tokoh dinegeri ini yang secara tidak sadar mungkin sudah dipengaruh non muslim, sampai-sampai beliau berkat diforum resmi: Kekurangan umat islam sekarang ini ialah memulai pengajaran islam itu dari aqidah, seharusnya darti akhlak. Jadi ajaran islam di Indonesia ini mungkin akan dibawa ke islam kejawen. Kalau islam kejawen, shalat ya nomor sekianlah. Sekarang otokritik bagi kita umat islam. Islam ini belum kuat tegaknya pada sebagian umat islam karena shalat itu belum tegak pada sebagian umat islam. Maaf sebagan onum dai juga ada kelemahan dalam menegakkan shalat ini dalam keluarganya. Ada juga anak-anak oknum dai yang mabuk-mabukan dan mungkin tak mengerjakan shalat. Akibatnya oknum dai ini terganggu untuk menyampaikan ayat alqur’an dan hadis sahih yang berhubungan dengan perintah mendirikan shalat diantaranya: 1. Q.A. 132,S.20 : TAHA وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ (١٣٢) Dan suruh olehmu akan ahlimu(keluargamu) mengerjakan shalat dan… (Pedoman Shalat : Prof.DR.TM. HASBI ASH-SHIDDIEQY-1982, BULAN BINTANG JAKARTA halaman – 50) 2. Fiqhus Sunna 1:171 Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat apabila … (Pedoman Shalat : Prof.DR.TM. HASBI ASH-SHIDDIEQY-1982, BULAN BINTANG JAKARTA halaman – 69) Para dai yang anaknya bermasalah dengan shalat sulit untuk menyampaikan ayat dan hadis sejenis diatas karena akan menjadi bumerang baginya. Baik ayat maupun hadis diatas adalah perintah. Pengertian saya, maaf, pengertian saya, kewajiban mendidik/ menyuruh/membimbing anak dan keluarga untuk mendirikan shalat ini adalah kewajiban orang tua. Periode umur 7 tahun sampai akhir balig, anak itu baik kadang-kadang atau tidak sama sekali disuruh/dididik/dibimbing mendirikan shalat, selama itu pula orang tua berdosa. Dosa ini kalau terkumpul selama 6-7 tahun (dari umur 7 tahun sampai 13-14 -balig) mungkin juga jadi dosa besar akhirnya orang tua terima azab. Karena ini dilalkukan oleh banyak/berjamaah oleh umat islam , maka azabnya juga untuk berjamaah, negara kena azab.
Re: [R@ntau-Net] DIM: Antara Peluang Hukum Model Korelasi-Kausalitas
Uda ANB, Berikut ambo kirimkan lagi tulisan nan dulu pernah tayang di Palanta RN dan Padang Ekspres. Ado disingguang saketek tentang penelitian Sari. Penelitian *nya menggunakan items dari Allport. Skor orang Minang 2.98 dari skala 1 sd 5. Artinya meskipun masih intrinsik, tapi sudah di tengah2. Makin menuju 5 makin ekstrinsik yg berarti agama dipandang agak penting tapi ritual2nya kurang penting-lebih kurang untuk status sosial. * *Pandapek ambo, masih dibutuhkan pengukuran yang jelas mengenai relijiusiti, tapi Allport salah satu nan terkenal. Paling tidak lah ado pertanda tentang posisi relijiusiti urang Minang saat ini. * *Kejayaan Islam dari Minang? * Pengalaman saya mengikuti Simposium Muafakat Minang di Port Dickson, April 2014, mengingatkan saya kembali pada cita-cita ideal hubungan Islam dan Minangkabau. Islam dianggap jawaban sempurna untuk semua permasalahan dan orang Minang memiliki segenap apa yang dibutuhkan untuk menjadi bagian terdepan dalam membangun peradaban baru yang lebih Islami. Muchtar Naim menyebutnya “Dunia Melayu Dunia Islam”. Mungkinkah itu terjadi? Pertanyaan yang lebih tepat adalah sejauh mana situasi saat ini memberi kepercayaan diri bahwa cita-cita demikian akan tercapai? Suatu penelitian penting tentang keberagamaan atau lebih tepatnya keIslam-an dari Dessy Kurnia Sari (2014) menjadi sangat penting untuk dikaji lebih lanjut. Dalam penelitiannya, berdasarkan survei 400 responden orang Minang ditemukan bahwa saat ini bahwa saat ini orang Minang dalam beragama berada pada level moderat. Artinya, mereka memandang agama cukup penting, tapi tidak sangat penting dibandingkan dengan beberapa hal lain dalam kehidupan. Tentu penelitian ini tidak berlaku secara umum karena jumlah responden dan lain-lain, tapi paling tidak ini memberikan suatu gambaran bagi kita. Orang Minang tetap beridentitas Islam, tetapi, misalnya, mereka tidak segan-segan memilih sesuau atau mengambil keputusan bukan dari kaca mata Islam. Ketaatan menjalankan ritual seperti shalat tetap terjaga, tapi tidak sangat kuat memengaruhi keputusan terutama dalam bermuamalah. Dalam contoh ekstremnya, orang bbisa tidak segan-segan lagi menyuap dan korupsi meskipun mereka tetap shalat dan berhaji. Penelitian saya (2014) juga memberikan pesan yang kuat bahwa ada kecenderungan orang Minang saat ini untuk lebih mengedepankan karakter individualis yang berujung pada kehilangan kepercayaan terhadap orang lain. Ini menjadi sangat penting, misalnya, dalam dunia yang membutuhkan kepercayaan dan kepastian seperti dalam dunia bisnis. Orang Minang selama ini dikenal sebagai suku bangsa perantau yang menjadikan bisnis atau dagang sebagai bagian dari identitas dirinya. Dengan modal seadanya, perantau membutuhkan modal sosial yang kuat untuk dapat bertahan. Kekurangan kepercayaan pada orang lain adalah cermin kekurangpercayaan pada nilai-nilai kejujuran dan keteguhan memegang amanah. Bukankah ini yang menjadi identitas Nabi Besar Muhammad SAW-*al-amin*? *Lalu Apa?* Taufik Abdullah pernah memberitahu saya bahwa justru di era reformasi ini orang Minang mengalami kemunduran. Di saat semua orang bebas berekspresi dan di lain pihak saat ini terbentuk raja-raja kecil karena otonomi daerah yang kebablasan, orang Minang sepertinya cenderung jalan di tempat. Pada suatu masa, ranah Minang adalah pusat pendidikan di tanah air. Saat ini, kita boleh ragu bahwa anak-anak kita terbiasa berlaku curang dalam ujian. Belum lagi kejahatan-kejahatan yang menimbulkan rasa tidak aman sekaligus pertanda merosotnya akhlak dan martabat orang Minang. Lalu, apa yang mesti dilakukan? Penelitian Sari (2014) yang telah saya sampaikan sebelumnya, sebenarnya telah memberi petunjuk yang nyata. Untuk mendekati mereka yang moderat, pendekatan yang dilakukan semestinya berbeda. Ada hal yang selama in terlalu lama kita biarkan tanpa ada perlawanan yang berarti. Ini tentang penerimaan konsep adat basandi sara’ dan sara’ basandi kitabullah dalam tataran simbolik. Ia ibarat mantra yang sering diulang-ulang dan justru kehilangan makna karena kealpaan dalam menerapkan nilai-nilai luhur kitabullah dalam tataran praktis. Sudah saatnya kita tidak lagi menjawab semua persoalan dengan retorika; dan di saat bersamaan mengabaikan inti penyelesaian masalah yang sebenarnya. Kampanye untuk pelaksanaan ibadah ritual seperti shalat,puasa, dan mengaji Alqur’an harus tetap jalan. Namun itu hanya efektif bila dilakukanbersamaan dan selaras dengan pengamalan nilai-nilai Islam yang mewajibkan pemerangan kemiskinan, peningkatan layanan dan publik, adanya rasa aman dalam masyarakat, dan sikap tanpa mendua anti korupsi. Pesan tulisan ini senada dengan riset yang dilakukan Rehman dan Askari (2010) yang menelaah tentang “seberapa Islami sebenarnya negara-negara Islam (mayoritas penduduknya Islam)? Berdasarkan indeks yang mereka ciptakan, Indonesia berada di peringkat 138 dari 208 negara. Kita kurang Islami disbanding Malaysia (38), Kuwait (48), Bahrain (64),
Re: [R@ntau-Net] DIM: Antara Peluang Hukum Model Korelasi-Kausalitas
Iyo Pak Saaf. Banyak buktinyo. Sampai kini galigaman contohnya adalah kenyataan tidak banyak toilet di sekolah2 dan universitas2 di Sumatera Barat yg bisa dibilang memenuhi standar, padahal kito tahu bahwa bersuci itu pelajaran awal setahu ambo di ilmu fikih. Ambo memang berniat melakukan penelitian tentang keberagamaan orang Minang setelah salasai sakola ko. Ambo pikir studi relijiusiti harus lebih disempurnakan. Dulu penelitian yg disebut Pak Saaf menemukan negara2 Muslim justru paling tidak islami. Salah satu faktornya karena kito memang alun maju2 dari segi keamanan dan sejahteraan dimana para peneliti banyak melihat dari segi hasil akhir. Ambo ingat bahwa New Zealand, misalnya, dianggap Islami karena aman dan sejahtera. Di sisi lain negara ini melegalkan perkawinan sejenis. Mokasi ateh saran Pak Saaf makin manambah motivasi ambo. Semoga disegerakan penelitian ambo selanjutnya tentang keberagamaan urang Minang ini. Salam Donard G, 34 2014-12-24 1:05 GMT+08:00 Saafroedin Bahar drsaafroedin.ba...@gmail.com: Sanak Donar, saya setuju, urang awak nampaknya memang indak se-religieus nan kito kiro doh. Banyak bukti faktual yang menunjukkan hal itu.Lk, 78, Jkt. Mungkin baik kalau diadakan semacam survai mengenai masalah ini, semacam yang telah diadakan leh dua peneliti The George Washington University beberapa tahun yang lalu. Wassalam, Saafroedin Bahar Dr.Saafroedin Bahar Male, 78 yrs, Jakarta 2014-12-23 12:38 GMT+07:00 Donard Games donardga...@gmail.com: Waalaikumsalam wr wb Uda ANB dan Palanta RN, Ambo melihat poin2 yg disampaikan Uda ANB patut ditelaah lebih lanjut. Ambo bukan ahli statistik atau ahli metode penelitian, tapi apa yg dipertanyakan uda ANB sudah pada tahap filosofi alias PhD. Iyo PR baru utk kito basamo [?]. Memang penelitian ilmu sosial di ranah Minang rada mandek karena pendekatan masih takotak2. Sekadar menambahkan, dalam hal ini saya pikir, kita bisa menambahkan variabel bebas religiousity karena faktor ABSSBK sebagai pendorong utama. Jadi tambahan hipotesis: - Semakin relijius urang Minang semakin meningkat keinginan membentuk DIM - Semakin relijius urang Minang maka makin efektif penerapan ABS SBK Tugas kita merumuskan apa bentuk kriteria penerapan ABSSBK yg efektif. Dengan demikian nantinya bisa terjawab apakah memang DIM diinginkan atau DIM atau tanpa DIM, ABS-SBK sebenarnya bisa berjalan. Dulu pernah saya sampaikan penelitian Sari (2014) menemukan bahwa urang Minang tidak serelijius yang kita mungkin bayangkan. Yang bana2 Islami maksudnya. Salam, Donard 2014-12-22 1:39 GMT+08:00 Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org: Assalamu'alaikum Wr. Wb. dunsanak Palanta RN n.a.h. Setelah membaca sejumlah pendapat tentang wacana pembentukan Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) sebagai pengganti Sumatra Barat yang dikenal sekarang, seluruh pendapat yang ingin DIM segera terbentuk sebagai baju baru orang Minang adalah berdasarkan argumentasi adanya koridor hukum yang disediakan Pasal 18 B UUD 1945 yang memungkinkan untuk itu. (Meski tafsir atas pasal ini juga ternyata tidak seragam, bahkan yang datang dari Ranah sendiri seperti disebutkan Yulfian Azrial S.E, Kepala BKKP, Balai Kajian Konsultansi, dan Pemberdayaan, Nagari Adat Alam Minangkabau, dalam link wawancara yang diposting sanak Ibnu. Yang ingin membaca lengkap bisa di sini: http://yulfianazrialcyber.blogspot.com/2014/11/mewujudkan-daerah-istimewa-minangkabau.html?m=1 ). Tetapi anggaplah semua pendapat dari Ranah itu seragam (semua ingin DIM), apakah penisbatan terhadap satu pasal itu sudah merupakan *master key* yang akan membuka semua rahasia masa depan Minang? Dan secara teoritis, semua masalah yang ada sekarang, minimal di atas kertas, bisa diatasi tersebab asumsi dengan berlakunya DIM maka penerapan ABS SBK akan lebih mudah? Harus diingat, bahkan oleh mereka yang paling DIM adalah obat mujarab bagi Minang masa depan, bahwa yang sekarang diyakini baru sebatas asumsi. Ilmu pengetahuan, termasuk rumpun Social Sciences, tak akan bisa menerima argumen, Yang penting status DIM tercapai dulu, selebihnya lihat saja nanti. Itu yang namanya try and error. Iya kalau setelah dicoba, dan tujuan berhasil, seluruh proses selanjutnya berjalan baik. Alhamdulillah. Bagaimana kalau sebaliknya yang terjadi, semua prediksi optimistis sekarang ternyata tidak berjalan seperti yang direncanakan. Macet. Bukankah terlalu berat pengorbanan yang sudah dilakukan rakyat di Ranah? Ah, mana mungkin jika DIM tercapai penerapan ABS SBK malah macet? Mungkin begitu bantahan spontan yang akan muncul dari mereka yang sudah yakin. Sampai posisi ini, ada baiknya semua yang sudah yakin membaca ulang, dan membaca ulang, dan membaca ulang lagi sejarah terbentuknya Provinsi Banten yang melepaskan diri dari Provinsi Jawa Barat. Memang contoh kasus dan konteksnya tidak persis sama dengan wacana DIM, tetapi esensinya serupa bahwa rakyat Banten (ketika masih menjadi bagian Jawa Barat) merasa
Re: [R@ntau-Net] Qur an Tablet Syi'ah
Klarifikasi dari Programernyo... https://www.facebook.com/irfan.amalee? Miskinnya Tradisi Tabayun, Jangan Heran Kalau Kita Mudah dipecah belah. 16 Agustus 2013 pukul 9:43 https://www.facebook.com/notes/irfan-amalee-full/miskinnya-tradisi-tabayun-jangan-heran-kalau-kita-mudah-dipecah-belah/10151608589044422 https://www.facebook.com/notes/irfan-amalee-full/miskinnya-tradisi-tabayun-jangan-heran-kalau-kita-mudah-dipecah-belah/10151608589044422# Masih suasana Idul Fitri, yang katanya hari membersihkan hati. Hari pertama masuk kerja tiba-tiba SMS masuk berisi: (*) INFO Buat teman2 seakidah agar tidak salah beli Quran tablet . Karena Mizan saat ini mengeluarkan produk Qur'an Tablet namanya LOVE yang kemungkinan isinya ajaran2 Syiah Di produksi oleh Mizan dengan menggandeng TELKOMSEL Aplikasi Hadad Alwi itu berisi senandung pujian buat imam Syiah padahal judulnya Senandung... Bukan hanya dari seorang. Sejumlah teman, rekan kerja, saudara meneruskan SMS ini karena mengetahui bahwa saya adalah orang di balik lahirnya produk Love Quran Tab. Mereka mengkonfiramsi kebenaran SMS tersebut. SMS itu ternyata sudah tersebar, via facebook, twitter dan BBM. Setelah dilacak, salah satu sumber SMS itu adalah sebuah postingan di account facebook Status Nasehat yang memiliki hampir 7 ribu fans. Status tersebut diposting pada jam 6 pagi, dalam waktu kurang dari 8 jam sudah di-like oleh 378 orang dan dishare oleh 348 orang. Artinya hampir 90% orang yang membaca dan me-like, ikut menyebarkan status ini. Meskipun ini bukan yang pertama, tapi saya tetap dan selalu sedih melihat perilaku saudara seiman dan seislam dalam menerima dan mengolah informasi. Mari kita perhatikan isi informasi dalam status di atas. Di status itu sama sekali tidak memberikan informasi yang dituduhkan. Status itu hanya kalimat singkat, bahkan menyebut nama produknya saja tidak lengkap (hanya LOVE). Menyebut aplikasi hadad Alwi mengandung pujian bagi imam ... tanpa menyebutkan secara spesifik bagian mana yang mengandung indikasi sesuai tuduhan tsb. Mengenai dari mana informasi itu berasal, sudah jelas tak ada penjelasannya. Namun, hanya dengan info tak lengkap status itu, kurang dari delapan jam, 300an saudara Muslim melike dan menshare! Artinya 300 orang itu hanya membaca informasi singkat dalam hitungan menit mereka menyetujui inforamsi itu dan ikut menyebarkannya. Dan saya duga (semoga dugaan saya salah) tidak ada yang mencoba berfikir kritis, mengecek, mengonfirmasi kebenaran berita tersebut. Pada postingan tersebut, saya memberikan komentar berikut ini: Salam semua, semoga Allah merahmati kita semua di suasana idul fitri ini. Perkenalkan saya Irfan Amalee. Saya (bersama programmer muda di Bandung) yang membuat LoveQuranTab. Kami membuat produk ini dengan Niat tulus membantu anak2 Islam Indonesia mempelajari quran, dengan pendekatan kreatif melalui games dan aplikasi. Begitu kaget Dan sedih melihat status ini Dan dilikes Oleh 300 Muslim lainnya Bahkan dishare lagi. LoveQuranTab sama sekali tidak mengandung unsur syiah. Saya Dan semua anggota tim tidak ada yang syiah (ayah sy persis, ibu sy NU, sy mesantren di muhammadiyah). Apakah di antara bapak dan ibu sekalian ada yg Sudah meneliti semua isi tab ini? Mohon infokan kepada saya bagian spesifik yang dianggap syiah. Bukankan kita sbg Muslim diwajibkan tabayyun (cek ricek) jika mendapat sebuah info? Tetapi hingga hari ini (setelah 16 jam saya buat comment tsb) tak ada jawaban. Kesimpulan sementara saya, baik yang membuat satus atau orang yang ikut menyebarkan informasi tersebut tak ada yang sudah meneliti LoveQuranTab. Saya sedih bukan karena khawatir orang tidak membeli produk ini. Sama sekali tidak. Rezeki Allah telah atur. (Bahkan karena kampanye negatif terhadap produk ini telah meningkatkan awareness publik terhadap produk ini dan membuat produk ini habis di sejumlah Hypermart dan Carefour) Saya sedih karena bbrp hal berikut: 1. Ternyata kita ini, umat Islam begitu mudah menerima mencerna dan menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya. Kita tidak memiliki kebiasaan mengkritisi sebuah informasi. Padahal sudah jelas, Allah mewanti wanti Idzaa jaa faasiqun binabain fatabayyanuu Jika datang sebuah informasi, maka konfirmasi dan recek. 2. Kita begitu bersemangat untuk menshare, menyebarkan sebuah berita yang sebetulnya mengandung informasi yang bisa memecah belah umat. Kurang dari 24 jam informasi sudah tersebar luas. Ironisnya informasi tersebut tersebar justru pada suasana idul fitri. 3. Kita masih belum punya tradisi mengapresiasi sebuah karya hasil kerja keras sesama muslim. Ketahuilah, LoveQuran Tab ini adalah feature tablet Quran Pertama di Indonesia, hasil karya anak-anak muda Muslim Indonesia. Selama enam bulan, siang malam saya bersama tim merancang 9 games dan aplikasi yagn kami bayangkan dapat membantu anak-anak muslim mempelajari Quran dengan lebih mengasyikkan. Inilah kerja nyata anak-anak muda yang tidak mau mengutuk keadaan, dengan mengatakan,
Re: [R@ntau-Net] Qur an Tablet Syi'ah
Sedih. Betapa prinsip tabayun hanya subur di bibir kaum muslimin, tanpa diterapkan sama sekali. Wassalam, ANB Rasulullah Saw bersabda: إن العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين فيها يزل بها في النار أبعد مما بين المشرق والمغرب *“Sungguh seorang hamba, berbicara dengan sepatah kata tanpa peduli dengan apa yang dia ucapkan, maka dia akan tergelincir ke dalam neraka lebih jauh dari apa-apa diantara timur dan barat.”* (HR. Bukhory Muslim dari Abu Hurairoh *r.a.)* كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ *“Cukup seorang lelaki dikatakan berdusta apabila dia menyampaikan setiap yang dia dengar.” *(HR Muslim dari Abu Hurairoh *r.a.*) Pada 24 Desember 2014 11.07, Aprinal Saldi saleroa...@gmail.com menulis: Klarifikasi dari Programernyo... https://www.facebook.com/irfan.amalee? Miskinnya Tradisi Tabayun, Jangan Heran Kalau Kita Mudah dipecah belah. 16 Agustus 2013 pukul 9:43 https://www.facebook.com/notes/irfan-amalee-full/miskinnya-tradisi-tabayun-jangan-heran-kalau-kita-mudah-dipecah-belah/10151608589044422 https://www.facebook.com/notes/irfan-amalee-full/miskinnya-tradisi-tabayun-jangan-heran-kalau-kita-mudah-dipecah-belah/10151608589044422# Masih suasana Idul Fitri, yang katanya hari membersihkan hati. Hari pertama masuk kerja tiba-tiba SMS masuk berisi: (*) INFO Buat teman2 seakidah agar tidak salah beli Quran tablet . Karena Mizan saat ini mengeluarkan produk Qur'an Tablet namanya LOVE yang kemungkinan isinya ajaran2 Syiah Di produksi oleh Mizan dengan menggandeng TELKOMSEL Aplikasi Hadad Alwi itu berisi senandung pujian buat imam Syiah padahal judulnya Senandung... Bukan hanya dari seorang. Sejumlah teman, rekan kerja, saudara meneruskan SMS ini karena mengetahui bahwa saya adalah orang di balik lahirnya produk Love Quran Tab. Mereka mengkonfiramsi kebenaran SMS tersebut. SMS itu ternyata sudah tersebar, via facebook, twitter dan BBM. Setelah dilacak, salah satu sumber SMS itu adalah sebuah postingan di account facebook Status Nasehat yang memiliki hampir 7 ribu fans. Status tersebut diposting pada jam 6 pagi, dalam waktu kurang dari 8 jam sudah di-like oleh 378 orang dan dishare oleh 348 orang. Artinya hampir 90% orang yang membaca dan me-like, ikut menyebarkan status ini. Meskipun ini bukan yang pertama, tapi saya tetap dan selalu sedih melihat perilaku saudara seiman dan seislam dalam menerima dan mengolah informasi. Mari kita perhatikan isi informasi dalam status di atas. Di status itu sama sekali tidak memberikan informasi yang dituduhkan. Status itu hanya kalimat singkat, bahkan menyebut nama produknya saja tidak lengkap (hanya LOVE). Menyebut aplikasi hadad Alwi mengandung pujian bagi imam ... tanpa menyebutkan secara spesifik bagian mana yang mengandung indikasi sesuai tuduhan tsb. Mengenai dari mana informasi itu berasal, sudah jelas tak ada penjelasannya. Namun, hanya dengan info tak lengkap status itu, kurang dari delapan jam, 300an saudara Muslim melike dan menshare! Artinya 300 orang itu hanya membaca informasi singkat dalam hitungan menit mereka menyetujui inforamsi itu dan ikut menyebarkannya. Dan saya duga (semoga dugaan saya salah) tidak ada yang mencoba berfikir kritis, mengecek, mengonfirmasi kebenaran berita tersebut. Pada postingan tersebut, saya memberikan komentar berikut ini: Salam semua, semoga Allah merahmati kita semua di suasana idul fitri ini. Perkenalkan saya Irfan Amalee. Saya (bersama programmer muda di Bandung) yang membuat LoveQuranTab. Kami membuat produk ini dengan Niat tulus membantu anak2 Islam Indonesia mempelajari quran, dengan pendekatan kreatif melalui games dan aplikasi. Begitu kaget Dan sedih melihat status ini Dan dilikes Oleh 300 Muslim lainnya Bahkan dishare lagi. LoveQuranTab sama sekali tidak mengandung unsur syiah. Saya Dan semua anggota tim tidak ada yang syiah (ayah sy persis, ibu sy NU, sy mesantren di muhammadiyah). Apakah di antara bapak dan ibu sekalian ada yg Sudah meneliti semua isi tab ini? Mohon infokan kepada saya bagian spesifik yang dianggap syiah. Bukankan kita sbg Muslim diwajibkan tabayyun (cek ricek) jika mendapat sebuah info? Tetapi hingga hari ini (setelah 16 jam saya buat comment tsb) tak ada jawaban. Kesimpulan sementara saya, baik yang membuat satus atau orang yang ikut menyebarkan informasi tersebut tak ada yang sudah meneliti LoveQuranTab. Saya sedih bukan karena khawatir orang tidak membeli produk ini. Sama sekali tidak. Rezeki Allah telah atur. (Bahkan karena kampanye negatif terhadap produk ini telah meningkatkan awareness publik terhadap produk ini dan membuat produk ini habis di sejumlah Hypermart dan Carefour) Saya sedih karena bbrp hal berikut: 1. Ternyata kita ini, umat Islam begitu mudah menerima mencerna dan menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya. Kita tidak memiliki kebiasaan mengkritisi sebuah informasi. Padahal sudah jelas, Allah mewanti wanti Idzaa jaa faasiqun binabain fatabayyanuu Jika