[...@ntau-net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
MakNgah pakai Ransel, spesial untuak pandukuang bayi, mambawo Samudera wakatu bayi kuliliang Indonesia tahun 1991. Amakno, Urang Jawa, iyo pakai kain panjang tu manggendong Samudera. --MakNgah --- In rantau...@yahoogroups.com, jupardi...@... wrote: > > Tergelitik saya membaca komen atau pendapat Uni Dewi di bagian ini > > "kalau saya termasuk wanita yang kurang suka melihat suami menggendong > anak dijalan pakai kain" > > Nah itu salah satu terjemahan bebas dari jawaban saya "saya memang nggak bisa > menggendong anak dengan kain panjang ala orang jawa takut terkilir dan jatuh > si anak" > > Dan Istri saya pasti akan marah (terbaca ; malu) serta berkata > > "Manga lo uda manggendong anak dihalaman bantuak itu, karajo nan indak2 sajo > mah, masuak kadalam capek" > > Jadi memang kurang lazim rasanya lelaki minang yang punya istri orang minang > menggendong dan mengayun2 anak dengan kain panjang dan menggendong anak > berjam-jam di halaman dansebuah kegiatan yang rutin setiap hari kalau di > minang atau dilihat tetangga yang orang minang juga memang kurang enak > > Kalau dilihat oleh orang jawa mungkin datar2 aja, > > Tapi nan jaleh nan namo si buah hati lelaki minang tantu taragak lo > manimang-nimang anaknyo ado waktu, kapan dan moment nan tapek dek lelaki > minang ko bilo bamanjo2 jo anak dan istri bisa memaklumi > > Wass-Jepe > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung > Teruuusss...! > > -Original Message- > From: Dewi Mutiara > Date: Thu, 3 Dec 2009 21:32:51 > To: > Subject: [...@ntau-net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria > > Saudaraku yang baik ,di Rantau Net. > Membaca judul KEKUASAAN WANITA MINANG = MENJAJAH PRIA. rasanya Aneh dan > Lucu.Karena yang banyak saya lihat dan saya ketahui, Wanita minang itu > berbuat dan bertindak berdasarkan ajaran Islam . Suami tetap merupakan Imam > bagi keluarganya , masalah peranan suami seperti yang ditulis Renny pada > poin 1, 2 ,3 tergantung kesepakatan dalam rumah tangga, kalau saya termasuk > wanita yang kurang suka melihat suami menggendong anak dijalan pakai kain > atau menyuapkan anak makan sambil jalan , lakukanlah didalam rumah , dengan > melakukan pekerjaan wanita dalam rumah tangga ,bukan berarti mereka dijajah > atau takut istri, melainkan karena sayangg banget sama bini.Kita di > Minang memang mempunyai sistim Matriarkhat , dan itu sangat baik sekali, > tergambar dari perlindungan kepada kaum wanita ,supaya tidak tersia-sia > hidupnya , Maaf karena PRIA ,umumnya mempunyai sifat poligami ,< tergantung > pada pengendaliannya>, maka hak waris jatuh kepada > perempuan.Kalau Wanita Minang itu Perkasa ,sebagai IBU saya percaya , dikala > dia menjadi pegawai , atau berdagang diluar rumah Dia sudah menyiapkan > keperluan keluarganya mulai dari makan sampai kebersihan dalam rumah ,hal > ini akan berlanjut terus turun temurun , karena itu sudah dicontohkan > sebelumnya oleh IBU2 kita.Kalau ada segelintir Ibu2 yang berkuasa > dirumahnya, saya rasa bukan hanya di Minangkabau dan itu sudah karakter > pribadi dari perempuan itu sendiri. > Apa yang dilakukan Bung di Rumah untuk keluarga itu sudah sangat > baik.BERBAHAGIALAH MENJADI WANITA MINANG. > Wassalam > Dewi Mutiara,suku Sikumbang. > > --- On Thu, 12/3/09, jupardi...@... wrote: > > From: jupardi...@... > Subject: [...@ntau-net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria > To: rantaunet@googlegroups.com > Date: Thursday, December 3, 2009, 1:59 PM > > Ndak ciek do tanyo Reni tigo mah > > Bia lah ambo jawek pertanyaan reni ko sebagai lelaki minang nan ba istri > urang minang juo > > No 1 > > Yo ndak pernah ambo mancuci itu do, karano lah dislasaikan dan dibereskan dek > urang rumah sakik jiko ambo menterjemahkan kontan2 pertanyaan Reni, tapi kok > ado dibaliak itu nan tersirat tantu lai mambantu istri ambo habis melahirkan > dek kondisi masih lamah dan paniang lalek samisal mamapah jalan ka toilet, > manyuokan nasi, maagiah minum, manuka popok anak tangah malam, pai babalanjo > samba, mamasak nasi di rice cooker, mamasangkan apo tu jamu sa set nan > balulurkan ka paruik jo kaniang tu..ya itulah lah > > No 2 > > Lai juo tapi sakali-sakali sajo dek bakarajo diakhir pakan atau sore malam > hari manyuokan anak makan sabalun inyo pandai makan sorang nan acok yo > istrinyo, kalau manggendong jo kain ala urang jawa tu yo ndak bisa ambo do > takuik takilia atau talapeh anak dalam pangkuan, nan familiar ambo yo > manggendong anak jo tas ransel nan banyak dijua ditoko perlengkapan bayi nan > badannyo marapek ka badang awak, jadi sambia bajalan2 ka mol yo bantuak itu > lah atau sekedar basangai2 jo matoari pagi diakhir pakan dan jalan2 sore > > No 3 > > Ambolah tabiaso makan jiko bahidangan bantuak pesta tu ala perancis, tapi kok > tempe jo karupuak tu makan ala kadar, jadi nan ala kadar ko lah biaso ambo di > hutan katiko mandah, dirumah ambo ndak rewel do jo samba buruak c
[...@ntau-net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
Renny. Kalau buliah ambo manjawab saketek. Kalau membicarakan adat ini sebaiknya ditentukan kurun waktunya, dan tidak dicampur adukan satu sama lian. Sebagaimana diketahui, adat adalah kebisaan yang dianut oleh sekelompok masyarakan, dan diakui bahwa aturan itu berlaku diantara mereka demi kepentingan hidup bersama. Sudah barang tentu adat yang akan dipakai adalah mengalami perobahan sesuai kebutuhan masyarakat yang memakainya. Demikan juga diadat Minangkabau (tolong jangan dipisah penulisannya ya, sebab artinya bisa berubah menjadi si minang adalah kabau), ada istilah sakali aia gadang sakali tapian barubah. Buya Hamka juga mengemukakan, tidak ada yang tidak berobah, yang abadi hanya adalah perobahan itu sendiri. Kembali kekurun waktu, dalam adat Minang asli, alias saisuak (walau ada juga yang memberlakukan/mempertahan saat sekarang), rang sumando adalah abu diateh tunggua, kalau ado angin inyo bisa tabang. Ini mengisyaratkan bahwa bapak adalah datang dan memang menompang dirumah istri (keluarga istri). Karena dia datang juga hanya membawa badan dan pakaiannya saja. Kemudian bila terjadi perceraian, maka sisuami ya pergi badan dan pakaiannya saja, sumua harta dan juga anak harus ditinggal untuk membesarkan anak. Dengan demikian si wanita terjaga. Kalau dikampungku sekarang, pulau jawa terutama, bila terjadi perceraian maka siwanita diusir begitu saja, sehingga banyak yang salah jalan jadinya. Semua ada kelebihan dan kekurangannya. Yang diatas adalah adat zaman behaula, dimana mamak adalah beperan besar dalam mengurus kemenakannya, sebab harta kan dibawah pengawasan mamak dan pemanfaatannya adalah ditangan saudara perempuan si mamak ini, atau dengan kata lain adalah siibu yang bertugas mengurus anak2nya, terutama bila terjadi perceraian. Walai ini adat lama dan sudah mulai ditinggalkan saat ini, tapi masih banyak yang ingin mempertahankannya dan sehingga yang adat itu seolah barang antic yang tersimpan diloteng Rumah, yang jarang digunakan. Malah sudah tidak mau digunakan lagi. Kalau berbicara untuk saat ini, maka di ranah Miangkabau sekalipun, sudah berubah kekaluarga batih, seprti yang Renny lihat juga di Jakarta ini, Amcol di Jakarta bukan? Renny kan selalu tulis Ancol dengan bangga. Saya yang sudah berumur setengah abad lebih ini, dari dulu sudah dididik sebagai keluarga batih oleh kedua orang tua saya, apa lagi sekarang. Bapa saya dengan lantang menyatakan, bahwa kalau membuat Rumah maka harus ditanah yang dibeli, jangan ditanah kaum, banayak sengketanya dan bisa berlarut-larut. Mungkin ayah saya takut seperti abu diateh tunggua kali yo. Sekarang, keluarga di ranah Minangkabau sudah mengelola keluarga batih tersebut. Dan peran mamak Cuma sebagai pembimbing kemenakan, tidak lagi pemngkunya. Istilah adatnya: anak dipangku kabanakan dibimbiang, rang kampuang dipatenggangkan. Jadi kelihatan adat Minangkabau dewasa ini sudah ambivalen, nan jkalau bisa disalasaikan dek pak Saaf (nan selalu gregetan) dalam “Kongres Adat Miangkabau” di bulan Mei/Juni 2010 nanti. InsyaAllah ado hasiano. Iko bahan nan paliang utamo yo pak Saaf. Tolong catat yo sanak Ephi Lintau. Keluarag batih yang nyata diranah kini, sama seperti yang diadatkan ditanah Betawiko, bapak bertanggungjawab penuh terhadap anaknya, walau sianak diberi suku menurut ibunya. Maka pak Saaf mempromosikan “Basuku ka Ibu, banasab ka ayah”. Mako disiko jadilah namo ambo: Darul Makmur gala St. Parapatiah suku Sikumbang bin Abdullah bin Sikek van Canduang. Panjang kan? Salam Darul M St. Parapatiah Sebelah Ancol (Cempaka Mas) From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf Of Reni Sisri Yanti Sent: Friday, December 04, 2009 9:55 AM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: [...@ntau-net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria pagi uni firdha mau tanyo ciek,duo,tigo jadi kalo ada perceraian , laki2 tsb tidak bertanggung jawab pada anaknya? walau sudah ada perjanjian setelah perceraian ? bukan ada hukumnya apabila tyidak menjalani perjanjian itu? atau karna tidak mau memperpanjang masalah maka didiamkan saja? terima kasih sebelumnya uni renny,ancol www.renisy.blogspot.com --~--~-~--~~~---~--~~ . Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan disini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet - Tulis Nama, Umur & Lokasi pada setiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat
[...@ntau-net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria oleh: Desni Intan Suri Dunia Perempuan | Rabu, 02/12/2009 22:21 WIB Suatu kali aku dan suami berkenalan dengan seorang pria yang bukan dari daerah Sumbar. Dalam pembicaraan kami yang menceritakan daerah masing-masing ia memberikan pendapat dan kesannya terhadap wanita minang kabau. Kesan dan pendapatnya itu membuatku terkaget-kaget. "Gimana mas rasanya punya istri orang minang?" kata si pria ini pada suamiku. Suamiku sempat bingung menjawabnya, tapi dijawabnya juga " yaa..rasanya ya ..rasa punya istri..." kata suamiku sambil tertawa. "Bukan, maksud saya beristrikan wanita minang gimana rasanya? Katanya ngotot. Akupun tergoda untuk menimpalinya " maksudnya rasa apanya nih pak..jelaskanlah.." kataku. Dia tersenyum dan tetap mengarahkan pandangannya kesuami ku : " setahu saya wanita minang itu sangat dominan dalam rumah tangga...bahkan kesannya seperti kaum pria dijajah saja. Adat minang kabau saja sudah menampakkan hal itu. Tak heran watak wanitanya menjadi berkuasa seperti itu. Saya merasa adat minang kesannya seperti membuang anak laki-laki. Coba saja lihat, secara rohaniah yang memiliki rumah adalah wanita ,kaum pria hanya menumpang. Kalau sudah menjadi suami ,kedudukannyapun lemah sebagai seorang bapak dari anaknya, yang memutuskan kehidupan anaknya terutama dalam masalah perkawinan justru adik laki-laki istrinya.Masyarakat minang itu juga menganut sistim matriakat yang mana kekuasaan terletak ditangan Ibu atau wanita.hm...ini benar-benar bikin wanita diatas angin. Dalam keluarga saya ada dua orang yang sempat beristrikan orang minang ,dua-duanya berakhir dengan perceraian dengan didahului pertengkaran demi pertengkaran. Istri-istri mereka sangat dominan bahkan terkesan tidak menghargai suami. ". Aku segera ingat dengan teman karibku Nirita yang baru saja dua hari yang lalu curhat datang kerumah. Nirita adalah teman kecilku sejak disekolah dasar. Garis nasib kemudian berbeda jauh diantara kami. Aku sekarang berstatus Ibu rumah tangga yang berwiraswasta, sedangkan ia adalah seorang Manager Public Relation dan marketing di sebuah hotel berbintang. Ia meminta saranku ketika ia merasa harus mengakhiri kehidupan perkawinanya dengan Syaiful yang dulunya juga adalah teman satu perguruan tinggi denganku. "Dia lamban sekali ..aku bosan mendorongnya terus,dia maunya mengembangkan dunia tulis menulisnya padahal diakan sarjana tehnik mesin..apalah yang akan dapat dari dunia tulis menulis..aku udah susah-susah cariin kerjaan bergengsi buat dia ..eh dicuekin..maunya dia apa? Hasil tulis menulisnya cuma cukup beli korek kuping..tak lebih..!". Aku juga ingat dengan Lulu anak bibiku. Sampai umurnya mencapai 53 tahun saat ini, tak ada minatnya sedikitpun untuk berumah tangga. Sekarang ia bekerja disebuah stasiun televisi swasta di Australia. Ketika kami semua mencoba-coba menyodorkan 'calon" padanya, semua dijawabnya dengan kata-kata " Ngga level...!". Sampai saat ini, ia masih merasa bahwa levelnya adalah lebih tinggi dari pria manapun yang diperkenalkan padanya. Akhirnya kami menyerah dan membiarkan ia memilih kehidupannya sendiri. Dirumah aku termenung-menung sendiri memikirkan kalimat-kalimat "dakwaan" dari pria kenalan baru kami tadi sewaktu diperhelatan kenalan suamiku. Kuhubung-hubungkan semua ini. Kucoba pula mengoreksi diriku sendiri, apakah aku bersikap seperti yang ia sebutkan itu kepada suamiku sendiri?. Pikiranku itu terbaca oleh suamiku. Ia tersenyum-senyum menggodaku . " Tersinggung ni yeee... dibilang penjajah... katanya tergelak-gelak. " Tidak juga...cuma mencoba koreksi diri saja..." kataku kalem mencoba menutupi perasaanku sebenarnya.. Suamiku manggut-manggut sambil menepuk-nepuk punggungku "tenang...tenang..aku ngga merasa dijajah kok" Katanya memperlebar senyumnya . Esok paginya ketika aku sedang menyiapkan sarapan pagi keluarga, aku didatangi Ranti tetangga baru kami. Ia baru dua bulan menngontrak rumah sebelah kiri rumah kami. Ia seorang wanita minang berasal dari Padang panjang. Begitu dia tahu aku juga orang minang, hampir tiap hari dia main kerumah kami. Katanya ia bekerja disebuah perusahaan muliti nasional . Waktu baru berkenalan kami sempat heran ,katanya dia sudah mempunyai suami dan tiga orang anak, tapi kok dirumah itu yang keliatan hanya dia saja. Baru kemudian kami paham setelah ia menceritakan kehidupan rumah tangganya kepadaku. ' Suamiku pengangguran tingkat tinggi..sudah masuk tahun kelima sekarang..ada teman yang nawarin kerja padaku dijakarta ini,gajinya cukup besar..yaa daripada anak-anakku ngga makan aku terima pekerjaan itu..., di Padang udah susah cari kerja sementara anak-anakkan perlu makan dan biaya sekolah..sekarang dia yang ngurusin anak-anak aku kerja..,harus ada salah satu kami bertindak kalau mau bangkit...ya kan Des?aku akan mencari peluang kerja buat dia disini , baru setelah itu memungkin bagi kami untuk kumpul lagi..."katanya waktu itu. Aku memandang kepergian Ranti dari balik jendela dapur. Ia hanya dat