[...@ntau-net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

2009-12-04 Terurut Topik sjamsir_sjarif

MakNgah pakai Ransel, spesial untuak pandukuang bayi, mambawo Samudera wakatu 
bayi kuliliang Indonesia tahun 1991. Amakno, Urang Jawa, iyo pakai kain panjang 
tu manggendong Samudera.
--MakNgah

--- In rantau...@yahoogroups.com, jupardi...@... wrote:

 Tergelitik saya membaca komen atau pendapat Uni Dewi di bagian ini
 
 kalau saya termasuk wanita yang  kurang suka melihat  suami menggendong  
 anak dijalan pakai kain
 
 Nah itu salah satu terjemahan bebas dari jawaban saya saya memang nggak bisa 
 menggendong anak dengan kain panjang ala orang jawa takut terkilir dan jatuh 
 si anak
 
 Dan Istri saya pasti akan marah (terbaca ; malu) serta berkata
 
 Manga lo uda manggendong anak dihalaman bantuak itu, karajo nan indak2 sajo 
 mah, masuak kadalam capek
 
 Jadi memang kurang lazim rasanya lelaki minang yang punya istri orang minang 
 menggendong dan mengayun2  anak dengan kain panjang dan menggendong anak 
 berjam-jam di halaman dansebuah kegiatan yang rutin setiap hari kalau di 
 minang atau dilihat tetangga yang orang minang juga memang kurang enak
 
 Kalau dilihat oleh orang jawa mungkin datar2 aja, 
 
 Tapi nan jaleh nan namo si buah hati lelaki minang tantu taragak lo 
 manimang-nimang anaknyo ado waktu, kapan dan moment nan tapek dek lelaki 
 minang ko bilo bamanjo2 jo anak dan istri bisa memaklumi 
 
 Wass-Jepe
 Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
 Teruuusss...!
 
 -Original Message-
 From: Dewi Mutiara iara_a2...@...
 Date: Thu, 3 Dec 2009 21:32:51 
 To: rantaunet@googlegroups.com
 Subject: [...@ntau-net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
 
 Saudaraku yang baik ,di Rantau  Net.
 Membaca judul KEKUASAAN WANITA MINANG = MENJAJAH PRIA.  rasanya Aneh dan 
 Lucu.Karena yang banyak saya lihat dan saya ketahui, Wanita minang itu 
 berbuat dan bertindak berdasarkan ajaran Islam . Suami tetap merupakan Imam  
 bagi keluarganya , masalah peranan suami  seperti yang ditulis Renny pada 
 poin 1, 2 ,3 tergantung kesepakatan dalam rumah tangga, kalau saya termasuk 
 wanita yang  kurang suka melihat  suami menggendong  anak dijalan pakai kain 
 atau menyuapkan anak makan sambil jalan , lakukanlah didalam rumah , dengan 
 melakukan  pekerjaan wanita dalam rumah tangga ,bukan berarti  mereka dijajah 
 atau takut istri, melainkan karena sayangg banget sama bini.Kita di 
 Minang memang mempunyai sistim Matriarkhat , dan itu sangat baik sekali, 
 tergambar  dari perlindungan kepada kaum wanita ,supaya tidak tersia-sia 
 hidupnya , Maaf  karena PRIA ,umumnya mempunyai sifat poligami , tergantung  
 pada pengendaliannya, maka hak waris jatuh kepada
  perempuan.Kalau Wanita Minang itu Perkasa ,sebagai IBU saya percaya , dikala 
  dia  menjadi pegawai , atau berdagang diluar rumah Dia sudah menyiapkan 
 keperluan  keluarganya mulai dari makan sampai kebersihan dalam rumah ,hal 
 ini akan berlanjut terus turun temurun , karena itu sudah dicontohkan 
 sebelumnya oleh IBU2 kita.Kalau ada segelintir Ibu2 wanita  yang berkuasa  
 dirumahnya, saya rasa bukan hanya di Minangkabau  dan itu sudah karakter  
 pribadi dari perempuan itu sendiri.
 Apa yang dilakukan  Bung  di Rumah  untuk keluarga itu sudah sangat 
 baik.BERBAHAGIALAH  MENJADI WANITA MINANG.
 Wassalam 
 Dewi Mutiara,suku Sikumbang.
 
 --- On Thu, 12/3/09, jupardi...@... jupardi...@... wrote:
 
 From: jupardi...@... jupardi...@...
 Subject: [...@ntau-net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria
 To: rantaunet@googlegroups.com
 Date: Thursday, December 3, 2009, 1:59 PM
 
 Ndak ciek do tanyo Reni tigo mah
 
 Bia lah ambo jawek pertanyaan reni ko sebagai lelaki minang nan ba istri 
 urang minang juo
 
 No 1
 
 Yo ndak pernah ambo mancuci itu do, karano lah dislasaikan dan dibereskan dek 
 urang rumah sakik jiko ambo menterjemahkan kontan2 pertanyaan Reni, tapi kok 
 ado dibaliak itu nan tersirat tantu lai mambantu istri ambo habis melahirkan 
 dek kondisi masih lamah dan paniang lalek samisal mamapah jalan ka toilet, 
 manyuokan nasi, maagiah minum, manuka popok anak tangah malam, pai babalanjo 
 samba, mamasak nasi di rice cooker, mamasangkan apo tu jamu sa set nan 
 balulurkan ka paruik jo kaniang tu..ya itulah lah 
 
 No 2
 
 Lai juo tapi sakali-sakali sajo dek bakarajo diakhir pakan atau sore malam 
 hari manyuokan anak makan sabalun inyo pandai makan sorang nan acok yo 
 istrinyo, kalau manggendong jo kain ala urang jawa tu yo ndak bisa ambo do 
 takuik takilia atau talapeh anak dalam pangkuan, nan familiar ambo yo 
 manggendong anak jo tas ransel nan banyak dijua ditoko perlengkapan bayi nan 
 badannyo marapek ka badang awak, jadi sambia bajalan2 ka mol yo bantuak itu 
 lah atau sekedar basangai2 jo matoari pagi diakhir pakan dan jalan2 sore
 
 No 3
 
 Ambolah tabiaso makan jiko bahidangan bantuak pesta tu ala perancis, tapi kok 
 tempe jo karupuak tu makan ala kadar, jadi nan ala kadar ko lah biaso ambo di 
 hutan katiko mandah, dirumah ambo ndak rewel do jo samba buruak cubadak 
 baangek2 bana ndak baa 

[...@ntau-net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

2009-12-03 Terurut Topik Darul M
Renny.

 

Kalau buliah ambo manjawab saketek.

Kalau membicarakan adat ini sebaiknya ditentukan kurun waktunya, dan tidak 
dicampur adukan satu sama lian. 

 

Sebagaimana diketahui, adat adalah kebisaan yang dianut oleh sekelompok 
masyarakan, dan diakui bahwa aturan itu berlaku diantara mereka demi 
kepentingan hidup bersama. Sudah barang tentu adat yang akan dipakai adalah 
mengalami perobahan sesuai kebutuhan masyarakat yang memakainya.

 

Demikan juga diadat Minangkabau (tolong jangan dipisah penulisannya ya, sebab 
artinya bisa berubah menjadi si minang adalah kabau), ada istilah sakali aia 
gadang sakali tapian barubah. Buya Hamka juga mengemukakan, tidak ada yang 
tidak berobah, yang abadi hanya adalah perobahan itu sendiri.

 

Kembali kekurun waktu, dalam adat Minang asli, alias saisuak (walau ada juga 
yang memberlakukan/mempertahan saat sekarang), rang sumando adalah abu diateh 
tunggua, kalau ado angin inyo bisa tabang. Ini mengisyaratkan bahwa bapak 
adalah datang dan memang menompang dirumah istri (keluarga istri). Karena dia 
datang juga hanya membawa badan dan pakaiannya saja. Kemudian bila terjadi 
perceraian, maka sisuami ya pergi badan dan pakaiannya saja, sumua harta dan 
juga anak harus ditinggal untuk membesarkan anak. Dengan demikian si wanita 
terjaga. Kalau dikampungku sekarang, pulau jawa terutama, bila terjadi 
perceraian maka siwanita diusir begitu saja, sehingga banyak yang salah jalan 
jadinya. Semua ada kelebihan dan kekurangannya.

 

Yang diatas adalah adat zaman behaula, dimana mamak adalah beperan besar dalam 
mengurus kemenakannya, sebab harta kan dibawah pengawasan mamak dan 
pemanfaatannya adalah ditangan saudara perempuan si mamak ini, atau dengan kata 
lain adalah siibu yang bertugas mengurus anak2nya, terutama bila terjadi 
perceraian.

 

Walai ini adat lama dan sudah mulai ditinggalkan saat ini, tapi masih banyak 
yang ingin mempertahankannya dan sehingga yang adat itu seolah barang antic 
yang tersimpan diloteng Rumah, yang jarang digunakan. Malah sudah tidak mau 
digunakan lagi.

 

Kalau berbicara untuk saat ini, maka di ranah Miangkabau sekalipun, sudah 
berubah kekaluarga batih, seprti yang Renny lihat juga di Jakarta ini, Amcol di 
Jakarta bukan? Renny kan selalu tulis Ancol dengan bangga.

 

Saya yang sudah berumur setengah abad lebih ini, dari dulu sudah dididik 
sebagai keluarga batih oleh kedua orang tua saya, apa lagi sekarang. Bapa saya 
dengan lantang menyatakan, bahwa kalau membuat Rumah maka harus ditanah yang 
dibeli, jangan ditanah kaum, banayak sengketanya dan bisa berlarut-larut. 
Mungkin ayah saya takut seperti abu diateh tunggua kali yo.

 

Sekarang, keluarga di ranah Minangkabau sudah mengelola keluarga batih 
tersebut. Dan peran mamak Cuma sebagai pembimbing kemenakan, tidak lagi 
pemngkunya. Istilah adatnya: anak dipangku kabanakan dibimbiang, rang kampuang 
dipatenggangkan.

 

Jadi kelihatan adat Minangkabau dewasa ini sudah ambivalen, nan jkalau bisa 
disalasaikan dek pak Saaf (nan selalu gregetan) dalam “Kongres Adat Miangkabau” 
di bulan Mei/Juni 2010 nanti. InsyaAllah ado hasiano. Iko bahan nan paliang 
utamo yo pak Saaf. Tolong catat yo sanak Ephi Lintau.

 

Keluarag batih yang nyata diranah kini, sama seperti yang diadatkan ditanah 
Betawiko, bapak bertanggungjawab penuh terhadap anaknya, walau sianak diberi 
suku menurut ibunya. Maka pak Saaf mempromosikan “Basuku ka Ibu, banasab ka 
ayah”. Mako disiko jadilah namo ambo: Darul Makmur gala St. Parapatiah suku 
Sikumbang bin Abdullah bin Sikek van Canduang. Panjang kan?

 

Salam

Darul M St. Parapatiah

Sebelah Ancol (Cempaka Mas)

 

 

From: rantaunet@googlegroups.com [mailto:rantau...@googlegroups.com] On Behalf 
Of Reni Sisri Yanti
Sent: Friday, December 04, 2009 9:55 AM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [...@ntau-net] Re: Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

 

pagi uni firdha

mau tanyo ciek,duo,tigo

jadi kalo ada perceraian , laki2 tsb tidak bertanggung jawab pada anaknya? 
walau sudah ada perjanjian setelah perceraian ? bukan ada hukumnya apabila 
tyidak menjalani perjanjian itu? atau karna tidak mau memperpanjang masalah 
maka didiamkan saja? 

 

terima kasih sebelumnya uni

 

renny,ancol

www.renisy.blogspot.com

 


--~--~-~--~~~---~--~~
.
Posting yg berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan ditempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan disini  kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur  Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat 

[...@ntau-net] Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

2009-12-02 Terurut Topik Nofiardi
Kekuasaan Wanita Minang = Menjajah Pria

oleh: Desni Intan Suri

 

Dunia Perempuan | Rabu, 02/12/2009 22:21 WIB


Suatu kali aku dan suami berkenalan dengan seorang pria yang bukan dari
daerah Sumbar. Dalam pembicaraan kami yang menceritakan daerah
masing-masing ia memberikan pendapat dan kesannya terhadap wanita minang
kabau. Kesan dan pendapatnya itu membuatku terkaget-kaget. 

Gimana mas rasanya punya istri orang minang? kata si pria ini pada
suamiku. Suamiku sempat bingung menjawabnya, tapi dijawabnya juga 
yaa..rasanya ya ..rasa punya istri... kata suamiku sambil tertawa. 

Bukan, maksud saya beristrikan wanita minang gimana rasanya? Katanya
ngotot. Akupun tergoda untuk menimpalinya  maksudnya rasa apanya nih
pak..jelaskanlah.. kataku. Dia tersenyum dan tetap mengarahkan
pandangannya kesuami ku :  setahu saya wanita minang itu sangat dominan
dalam rumah tangga...bahkan kesannya seperti kaum pria dijajah saja.
Adat minang kabau saja sudah menampakkan hal itu. Tak heran watak
wanitanya menjadi berkuasa seperti itu. Saya merasa adat minang kesannya
seperti membuang anak laki-laki. Coba saja lihat, secara rohaniah yang
memiliki rumah adalah wanita ,kaum pria hanya menumpang. Kalau sudah
menjadi suami ,kedudukannyapun lemah sebagai seorang bapak dari anaknya,
yang memutuskan kehidupan anaknya terutama dalam masalah perkawinan
justru adik laki-laki istrinya.Masyarakat minang itu juga menganut
sistim matriakat yang mana kekuasaan terletak ditangan Ibu atau
wanita.hm...ini benar-benar bikin wanita diatas angin. Dalam keluarga
saya ada dua orang yang sempat beristrikan orang minang ,dua-duanya
berakhir dengan perceraian dengan didahului pertengkaran demi
pertengkaran. Istri-istri mereka sangat dominan bahkan terkesan tidak
menghargai suami. . 

Aku segera ingat dengan teman karibku Nirita yang baru saja dua hari
yang lalu curhat datang kerumah. Nirita adalah teman kecilku sejak
disekolah dasar. Garis nasib kemudian berbeda jauh diantara kami. Aku
sekarang berstatus Ibu rumah tangga yang berwiraswasta, sedangkan ia
adalah seorang Manager Public Relation dan marketing di sebuah hotel
berbintang. Ia meminta saranku ketika ia merasa harus mengakhiri
kehidupan perkawinanya dengan Syaiful yang dulunya juga adalah teman
satu perguruan tinggi denganku. Dia lamban sekali ..aku bosan
mendorongnya terus,dia maunya mengembangkan dunia tulis menulisnya
padahal diakan sarjana tehnik mesin..apalah yang akan dapat dari dunia
tulis menulis..aku udah susah-susah cariin kerjaan bergengsi buat dia
..eh dicuekin..maunya dia apa? Hasil tulis menulisnya cuma cukup beli
korek kuping..tak lebih..!. 

Aku juga ingat dengan Lulu anak bibiku. Sampai umurnya mencapai 53 tahun
saat ini, tak ada minatnya sedikitpun untuk berumah tangga. Sekarang ia
bekerja disebuah stasiun televisi swasta di Australia. Ketika kami semua
mencoba-coba menyodorkan 'calon padanya, semua dijawabnya dengan
kata-kata  Ngga level...!. Sampai saat ini, ia masih merasa bahwa
levelnya adalah lebih tinggi dari pria manapun yang diperkenalkan
padanya. Akhirnya kami menyerah dan membiarkan ia memilih kehidupannya
sendiri. 

Dirumah aku termenung-menung sendiri memikirkan kalimat-kalimat
dakwaan dari pria kenalan baru kami tadi sewaktu diperhelatan kenalan
suamiku. Kuhubung-hubungkan semua ini. Kucoba pula mengoreksi diriku
sendiri, apakah aku bersikap seperti yang ia sebutkan itu kepada suamiku
sendiri?. Pikiranku itu terbaca oleh suamiku. Ia tersenyum-senyum
menggodaku .  Tersinggung ni yeee... dibilang penjajah... katanya
tergelak-gelak.  Tidak juga...cuma mencoba koreksi diri saja... kataku
kalem mencoba menutupi perasaanku sebenarnya.. Suamiku manggut-manggut
sambil menepuk-nepuk punggungku tenang...tenang..aku ngga merasa
dijajah kok Katanya memperlebar senyumnya . 

Esok paginya ketika aku sedang menyiapkan sarapan pagi keluarga, aku
didatangi Ranti tetangga baru kami. Ia baru dua bulan menngontrak rumah
sebelah kiri rumah kami. Ia seorang wanita minang berasal dari Padang
panjang. Begitu dia tahu aku juga orang minang, hampir tiap hari dia
main kerumah kami. Katanya ia bekerja disebuah perusahaan muliti
nasional . Waktu baru berkenalan kami sempat heran ,katanya dia sudah
mempunyai suami dan tiga orang anak, tapi kok dirumah itu yang keliatan
hanya dia saja. Baru kemudian kami paham setelah ia menceritakan
kehidupan rumah tangganya kepadaku. ' Suamiku pengangguran tingkat
tinggi..sudah masuk tahun kelima sekarang..ada teman yang nawarin kerja
padaku dijakarta ini,gajinya cukup besar..yaa daripada anak-anakku ngga
makan aku terima pekerjaan itu..., di Padang udah susah cari kerja
sementara anak-anakkan perlu makan dan biaya sekolah..sekarang dia yang
ngurusin anak-anak aku kerja..,harus ada salah satu kami bertindak kalau
mau bangkit...ya kan Des?aku akan mencari peluang kerja buat dia disini
, baru setelah itu memungkin bagi kami untuk kumpul lagi...katanya
waktu itu. 

Aku memandang kepergian Ranti dari balik jendela dapur. Ia hanya datang
untuk