[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau
Didalam psikologi diketahuisuatu batasan usia dimana seseorang disebut telah 'menjadi' sehingga setelah batas usia kepribadian telah terbentuk. Terbentuknya kepribadian itu merupakan hasil dari interaksi akal dan qalbnya terhadap lingkungan yang ia terima, baik dalam keluarga dan lingkungan sekitar rumah, sekolah, dan proses internalisasi nilai lainnya seperti bacaan, pergaulan dll. Yang selanjutnya akan mempengaruhi proses tingkah laku dan cara berpikir. Perihal batasan umur ada sebuah hadist Nabi yang mengatakan 'Barang siapa umurnya sudah melebihi empat puluh tahun sedang kebaikannya tidak lebih banyak dari kejelekannya, hendaklah ia mempersiapkan keberangkatannya ke neraka.'' Hadist ini lebih merupakan peringatan bahwa seseorang haruslah waspada terhadap umur yang dimilikinya, namun bisa berarti juga ukuran kedewasaan seseorang. Pengaruh kehidupan masa kecil sehingga tumbuh menjadi remaja sangat mempengaruhui kehidupan seseorang pada waktu dewasanya. Kalau kita ambil contoh orang besar terdahulu yang lahir di minang dan yang terjun kedalam pentas nasional, mereka memang dibesarkan didaerah minang tapi juga mereka bersekolah di sekolah belanda, dan walaupun ada juga yang bersekolah lokal pikiran pikiran mereka tercerahkan dengan semangat pergerakan yang berkembang pada saat itu, telah memperoleh pengetahuan tentang keadaan situasi dunia pada saat itu. Jadi sebetulnya sebelum merantau ke Jawa, wawasan mereka juga telah jauh diluar selingkar nagari. Menurut saya pemahaman selingkar nagari tidaklah membatasi masyarakat minangkabau menjadi perhatian dan pemikirannya hanya selingkar nagari, tetapi pernyataan tersebut lebih bermakna pada penerapan dan keberadaan administratif adat yang boleh dan bisa diberlakukan. Tetapi hal yang berhubungan pandangan hidup (weltanschauung) yang melekat pada individu setiap orang minang tentu saja akan dibawa kemana ia pergi. Sehingga bisa saja dalam sepak terjangnya tidak lagi berdasarkan kepentingan nagari tapi sudah meluas menjadi kepentingan nasional. Ketika kita bicara keminangan bukanlah sekedar cermin dari suatu bentuk protective atas suatu komunitas yang kita berada didalamnya yang cenderung menutup diri, sebaliknya sebagai suatu bentuk kontribusi kita sebagai orang minang terhadap dunia luar. Kalaulah kita berpikir lebih expansif lagi maka kita bisa katakan masalah keminangan bukanlah hanya karena tentang keterlibatan orang minang didalamnya, keterlibatan nasib nagari minang, tapi jauh lebih dari itu bahwa hal-hal yang menyangkut nilai-nilai yanglebihuniversalyang termakna dalam filosofis keminangkabauan itu sendiri. Ketika seorang minang menjadi pejabat disuatu daerah, pengusaha disuatu tempat, mahasiswa diperguruan tinggi di daerah lain dia tidak merasa perlu harus merasa menghilangkan identitas diri sebagai orang minang untuk bisa berkiprah ditempatnya. Wassalam Arnoldison Wednesday, June 6, 2007, 2:17:14 AM, you wrote: bi Saya selalu merasa tidak bisa memahami suatu logika yang bi mempertanyakan seseorang menjadi besar /kecil apakah karena Minang bi atau justru karena meninggalkan Minang. --delete --~--~-~--~~~---~--~~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi keanggitaan dan Webmail Mailing List, lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda sebagai Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=idcd=USservice=groups2. -~--~~~~--~~--~--~---
[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau
Saya bersetuju bahwa lingkungan awal menghadapi masa muda sesaorang akan membekas dan berkesan mencetak keperibadian nya. Pengalaman berhidup dan pendidikan semasa mudanya membekali premis masa dewasanya. Bak kata peribahasa Melayu melentuk buluh biar dari rebung. Dan kita tidak dapat menafikan juga perimeter dan gaya daya intelektual sesaorang dibentuk kukuh dengan ianya mengasah aqalnya semasa muda dan dewasanya. Dalam mengasah daya keilmuannya, worlview yang menjadi premis lingkungan nya pasti membantu mengasah potensi keilmuan sasaorang. Cara dia bergaul dengan worldview yang dia di hidupkan itu akan pasti menjadi template keilmuan dan keintelektualannya dimasa berikutnya. Kalaulah worldview nya Islam dan keMinangan maka template intelektualannya ialah keIslaman dan keminanganan. Dia tidak akan menjadi keBuddhaan dan kecinaan, misalnya. Persoalan nya ialah pembekalan daya intelektualnya samaada berbentuk dan berwajah universalistik/ kesejagatan atau tidak. Berwajah dan bersikap kesejagatan ini penting. Kewajahan ini dibentuk oleh dasar dan filsafah pendidekan yang dia diasuh dan dididek. Untuk memungkinkan sebanyak jumlah anggota sesuatu masyarakat itu berwajah dan bersikap universalistik ini, sistem pendidekan didalam masyarakat itu mestilah mempunyai asas worldview segajat. Apakah ini yang telah dilalui oleh sistem pendidekan yang menghasilkan keMinangkabauan yang telah mencitak jiwa kesegajatan dalam peribadi peribadi nasional aalal Minang? Kemungkinannya ada. Satu ketika dahulu daerah Minang telah menjadi powerhouse nya Indonesia semasa dan sesudah perjuangan menuntuk kemerdekaan Indonesia. Mengapa daerah Minang bersedia dan mampu menjadi powerhousenya pergerakan menuntut kemerdekaan ini? Besar kemungkinan ini ialah relavansinya kesegajatan dasar dan filsafah pendidekan keMinangan yang sedang berlansung di Nagari ketika itu. Islamic worldview prepares Muslim to be a universal being. If he or she is not, then other factors deny him or her this universalism. Arnoldison [EMAIL PROTECTED] wrote: - Choose the right car based on your needs. Check out Yahoo! Autos new Car Finder tool. --~--~-~--~~~---~--~~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi keanggitaan dan Webmail Mailing List, lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda sebagai Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=idcd=USservice=groups2. -~--~~~~--~~--~--~---
[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau
para dunsanak Yang paling praktis dan masihmungkin adalah Kampanye pada urang Minang Mulai dari lingkungan keluarga sendiri seperti antara lain Dirumah menggunokan Bahaso Minang Mula dengan mengenai sanak karik baik sasuku dan lain lain Sakali sakali pulang basamo Iko alah suatu permulaan Chaidir N Latief - Original Message From: jamaludin mohyiddin [EMAIL PROTECTED] To: RantauNet@googlegroups.com Sent: Friday, June 8, 2007 5:39:23 PM Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau Saya bersetuju bahwa lingkungan awal menghadapi masa muda sesaorang akan membekas dan berkesan mencetak keperibadian nya. Pengalaman berhidup dan pendidikan semasa mudanya membekali premis masa dewasanya. Bak kata peribahasa Melayu melentuk buluh biar dari rebung. Dan kita tidak dapat menafikan juga perimeter dan gaya daya intelektual sesaorang dibentuk kukuh dengan ianya mengasah aqalnya semasa muda dan dewasanya. Dalam mengasah daya keilmuannya, worlview yang menjadi premis lingkungan nya pasti membantu mengasah potensi keilmuan sasaorang. Cara dia bergaul dengan worldview yang dia di hidupkan itu akan pasti menjadi template keilmuan dan keintelektualannya dimasa berikutnya. Kalaulah worldview nya Islam dan keMinangan maka template intelektualannya ialah keIslaman dan keminanganan. Dia tidak akan menjadi keBuddhaan dan kecinaan, misalnya. Persoalan nya ialah pembekalan daya intelektualnya samaada berbentuk dan berwajah universalistik/ kesejagatan atau tidak. Berwajah dan bersikap kesejagatan ini penting. Kewajahan ini dibentuk oleh dasar dan filsafah pendidekan yang dia diasuh dan dididek. Untuk memungkinkan sebanyak jumlah anggota sesuatu masyarakat itu berwajah dan bersikap universalistik ini, sistem pendidekan didalam masyarakat itu mestilah mempunyai asas worldview segajat. Apakah ini yang telah dilalui oleh sistem pendidekan yang menghasilkan keMinangkabauan yang telah mencitak jiwa kesegajatan dalam peribadi peribadi nasional aalal Minang? Kemungkinannya ada. Satu ketika dahulu daerah Minang telah menjadi powerhouse nya Indonesia semasa dan sesudah perjuangan menuntuk kemerdekaan Indonesia. Mengapa daerah Minang bersedia dan mampu menjadi powerhousenya pergerakan menuntut kemerdekaan ini? Besar kemungkinan ini ialah relavansinya kesegajatan dasar dan filsafah pendidekan keMinangan yang sedang berlansung di Nagari ketika itu. Islamic worldview prepares Muslim to be a universal being. If he or she is not, then other factors deny him or her this universalism. Arnoldison [EMAIL PROTECTED] wrote: Choose the right car based on your needs. Check out Yahoo! Autos new Car Finder tool. Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing. http://new.toolbar.yahoo.com/toolbar/features/mail/index.php --~--~-~--~~~---~--~~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi keanggitaan dan Webmail Mailing List, lihat di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda sebagai Google Account di: https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=idcd=USservice=groups2. -~--~~~~--~~--~--~---
[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau
Assalamualaikum w.w. Sanak Arnoldison, Saya setuju dengan pendapat Sanak ini. Pertanyaan tentang posisi 'keminangan' dari Hatta, Syahrir cs itu juga yang saya kedepankan kepada para mahasiswa Minang dalam ceramah di kampus UI Depok beberapa waktu yang lalu. Inti pertanyaannya: apakah beliau-beliau tampil karena mereka 'minang' atau justru karena beliau-beliau 'meninggalkan minang'? Kita memang harus mengkaji kembali secara mendasar tentang pendekatan yang kita gunakan terhadap Minangkabau selama ini. Mau tidak mau, secara lambat laun akan terlihat adanya beberapa jenis pendekatan, yang perlu kita kristalisasikan lebih lanjut. Menurut orientasinya, ada yang berorientasi ke masa depan, dan ada yang berorientasi ke masa lampau. Menurut basis kultuiral, ada yang berdasar genealogis dan ada yang berbasis budaya. Dan sebagainya. Kalau bisa, diadakan kerja sama sesama Minang untuk mencapai efek sinergi sebesar-besarmya.. Kalau tidak bisa, ya, ber-'fastabiqul khairaat' saja, berlomba dalam mencari kebaikan.. Wassalam, Saafroedin Bahar - Original Message From: Arnoldison [EMAIL PROTECTED] To: Ronal Chandra RantauNet@googlegroups.com Sent: Thursday, June 7, 2007 1:35:53 AM Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Perspektif politik orang minang dalam pilgub DKI Masalah tranformasi adat kepada para pemuda berkaitan erat dengan sejauh mana relevansi adat dengan kehidupan sekarang. Walaupun bukan penelitian ilmiah, kalau ukuran keminangan itu diukur secara geneologis maka sebetulnya banyak orang-orang minang memiliki prestasi-prestasi, banyak para pemuda-pemudi (minang) yang mencetak prestasi tanpa teridentitas sebagai orang minang, padahal mereka-mereka itu keturunan dari orang-orang minang asli. Masalahnya apakah mereka masih termasuk sebagai bagian dari output budaya minang ? Karena mereka itu orang minang yang tidak memakai budaya minang. Oleh karena itu ketika kita menginginkan revitalisasi adat (budaya minang) maka yang dihadapkan adalah kontekstualisasi zaman itu sendiri. Kalaulah dari segi filosofinya maka adat minang kaya dengan makna yang universal, misalkan alam takambang menjadi guru, filosofi ini tampaknya lebih terpakai kepada bangsa Amerika, Jepang, Jerman, yang bergiat dalam bidang peneltian,riset, dll walaupun mereka itu tidak mengenal adat minang. Sejauah manakah masalah keminangan itu diukur atau point of view bahwa itu merupakan masalah keminangan? Dengan pertanyaan dan jawaban berikut mungkin kita bisa melihat sejauh mana orang minang concern terhadap suatu persoalan Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan banjir di Jakarta ? Jawab : Karena ada warga minang yang ikut kebanjiran. Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan gempa di Jogja? Jawab : Karena ada warga minang yang rumahnya ikut roboh akibat gempa. Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan kasus IPDN ? Jawab : Karena ternyata salah satu dosennya(Inu) orang minang Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan gempa di Sumbar ? Jawab : Jelas dong, karena tanah airnya Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan Palestina ? Jawab : ... Dari tanya jawab itu maka bisa diambil benang merah bagaiamana orag minang melihat suatu persoalan ? Menjadi pertanyaan apakah tokoh semacam Moh Hatta, Agus Salim, Natsir, Syahrir dll, mereka menjadi berperan dalam pentas nasional karena output budaya minang ? Atau jangan-jangan mereka berhasil karena telah keluar dari koridor budaya minang. Atau kita mengklaim mereka itu masih orang minang hanya berdasar pada faktor geneologis saja. Wassalam Arnoldison Tuesday, June 5, 2007, 8:06:09 PM, you wrote: RC Wa'alaikum Salam Ayah Saaf, Da Hendara dan Arnoldison. RC Postingan da Hendra ini salah satu favorite saya dan jarang sekali saya lewatkan walaupun diwaktu yang sedikit karena netralitas postingannya yang membuat saya selalu ingin membacanya :-) RC Mungkin sudah waktunya kita orang awak merenung, meredam semua emosi dan menganalisa kembali kehadirannya sehingga kita mampu melihat sebesar apa kita sebenarnya. RC Dulu ketika sterling seagrave menulis buku tentang lord of the rim dan menceritakan bagaimana para pendekar taipan mengusai dunia terutama asia saya langsung berpikir pasti ada yang salah dengan RC orang awak. RC Saya termenung kenapa cina bisa menghasilkan hua kiau tapi kenapa kita gak bisa menghasilkan Minang Kiau ? dan dalam bukunya tersebut pun tertulis uranga awak punya kemampuan lebih besar dari RC etnis lain untuk menandingi kekuatan cina kiau ? RC Saya pikir sudah waktunya kembali menganalisa kekuatan urang awak, tidak dengan lagi pendekatan merasa besar dan dominan tapi dengan cara menyatukan semua potensi yang dimiliki untuk menjadi satu RC kesatuan yang kokoh. RC Saya melihat ada yang salah dalam pola pengkaderan generasi Minang yang tumbuh. Itu artinya emang ada yang perlu diluruskan dalam sistem sosial masyarakat Minang dikampung. Sehingga kader yang RC dihasilkan kader yang mampu bersaing dan
[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau
Saya selalu merasa tidak bisa memahami suatu logika yang mempertanyakan seseorang menjadi besar /kecil apakah karena Minang atau justru karena meninggalkan Minang. Saya benar benar tidak bisa mengikuti alur berfikir seperti itu karena dalam pemahaman saya apabila seseorang itu lahir, tumbuh dan besar di Ranah Minang kemudian Hidup dengan budaya, adat dan norma agama di Minangkabau maka Nilai-nilai keminangan itu telah merasuk dan melekat kedalam pemikiran dan perilaku yang membentuk pribadi tersebut. Ketika adat/budaya/kebiasaan itu telah mengurat mengakar dalam setiap generasi tersebut sehingga membentuk jiwa, maka apatah caranya kita bisa meninggalkan Minang? Ibarat bayang bayang yang selalu mengikuti tubuh maka begitu pulalah setiap nilai dan norma yang tertanam diwaktu kita lahir hingga dewasa tidak bisa dipisahkan dari entitas kehidupan kita saat ini. Lalau dengan begitu apakah kita bisa mengklaim bahwa setiap generasi minang yang kemudian besar/kecil adalah mutlak karena keminangannya ? tidak juga..ketika manusia Minang tersebut telah meninggalkan nagari dan pergi merantau (ke jakarta misalnya) maka secara normatif dan geografis dia telah meninggalkan Minang. Manusia minang tersebut telah beralih menjadi manusia baru seperti pesan pepatah, dima bumi dipijak disinan langik dijunjuang . dia telah beralih dari adat dan budaya Minang ke budaya betawi serta budaya lain yang secara normatif berlaku ditempat baru tersebut serta menyerap nilai-nilai baru yang berlaku dilingkungan itu. Lalu apakah dengan begitu keminangannya sirna ? rasanya tidak..karena nilai dan norma yang tertanam dibenak dan rasa yang didapat sejak kecil di Minangkabau tetap terpatri ibarat bayangan yang selalu mengikuti tubuh. Meskipun dia telah menjalankan budaya betawi namun sebuah bayangan tetap melekat sebagai identitas kultural bagi seorang anak manusia yang berada dalam sebuah bangunan peradaban yang terbentuk dari masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia... sepanjang pemahaman saya, upaya memilah sebuah keberhasilan/kegagalan karena minang atau bukan adalah hal yang tak masuk akal. Adalah Ibarat memisahkan tulang dengan daging..adakah yang bisa memperkirakan semisalnya M. Hatta tidak lahir di Minang melainkan lahir dan tumbuh besar di NTT kemudian akan menjadi sebesar Hatta sekarang ? adakah yang bisa menerawang sekiranya salah seorang pedagang kali lima yang menjual gelang-gelang kaki di blok M tidak dilahirkan di payakumbuh melainkan di bugis akan menjadi seorang pengusaha konstruksi terkenal ? setiap rasa dan nilai yang terpatri dalam jiwa serta setiap jengkal ilmu yang tertanam di benak kita adalah suatu kesatuan yang kita dapatkan dari lingkungan dan pengalaman hidup yang pada akhirnya membentuk pribadi kita. Tak bisa dipisah dan dipilah karena akan saling terkait dan menopang..kalau dipaksakan maka bangunan utuh kita sebagai manusia akan runtuh dan itulah pengkhianatan terbesar terhadap jiwa dan tubuh. - Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing. --~--~-~--~~~---~--~~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~--~~~~--~~--~--~---
[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau
From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of benni inayatullah Sent: Wednesday, June 06, 2007 4:17 PM To: RantauNet@googlegroups.com Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau Saya selalu merasa tidak bisa memahami suatu logika yang mempertanyakan seseorang menjadi besar /kecil apakah karena Minang atau justru karena meninggalkan Minang. Handaknyo kito selalu menyadari falsafah hidup urang Minang yang menyatakan kiblatnya pada ke-Islaman. Untuk itu kito harus kambali ka kepercayaan kito nan manyatokan : Allah indak ka marubah nasib seseorang kalau inyo indak bausaho untuk marubahnyo. Jadi urang Minang nan berlaku seperti diatas insyaallah inyo lai sukses. Jan dicaliak jumlah asset atau perkembangan karier sajo sabagai ukuran sukses. Sigi pulo ketenangan batin sarato manfaat yang bersangkutan bagi lingkungannya. Indak bisa disangsikan lagi pola merantau akan lebih memperkaya pola pikir seseorang untuk menuju kesuksesan. Tapi tidak sedikit mereka yang bertahan dengan spesialisasi tertentu dikampung juga menimba sukses. Awak jan selalu bernostalgia dengan kesuksesan pendahulu kita, apo lai sampai ba karuak-arang untuak menegakkan kemauan kita. Tapi lihat juga kondisi dan peran kita dalam usaha improvement. Sarato apo warisan budaya yang bisa kita tinggalkan untuk keturunan kita . Sehingga ciri khas sebagai urang Minang itu tidak larut dimakan Zaman. Allah menjadi manusia itu bersuku-suku supaya mereka berinteraksi satu sama lain. Jadi indak ado hanyo akan ado ciek budaya dijaman global iko --~--~-~--~~~---~--~~ Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan email yang terdaftar di mailing list ini. -~--~~~~--~~--~--~---