[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau

2007-06-08 Terurut Topik Arnoldison


 Didalam psikologi diketahuisuatu batasan usia dimana seseorang
 disebut telah 'menjadi' sehingga setelah batas usia kepribadian
 telah terbentuk.

 Terbentuknya kepribadian itu merupakan hasil dari interaksi akal dan
 qalbnya terhadap lingkungan yang ia terima, baik dalam keluarga dan
 lingkungan sekitar rumah, sekolah, dan proses internalisasi nilai
 lainnya seperti bacaan, pergaulan dll.
 Yang selanjutnya akan mempengaruhi proses tingkah laku dan cara
 berpikir.
 
 Perihal batasan umur ada sebuah hadist Nabi yang mengatakan

 'Barang  siapa  umurnya  sudah  melebihi empat puluh tahun sedang
 kebaikannya  tidak  lebih  banyak dari kejelekannya, hendaklah ia
 mempersiapkan keberangkatannya ke neraka.''

 Hadist ini lebih merupakan peringatan bahwa seseorang haruslah
 waspada terhadap umur yang dimilikinya, namun bisa berarti juga ukuran
 kedewasaan seseorang.

 Pengaruh kehidupan masa kecil sehingga tumbuh menjadi remaja
 sangat mempengaruhui kehidupan seseorang pada waktu dewasanya.

 Kalau  kita  ambil  contoh  orang  besar  terdahulu yang lahir di
 minang  dan  yang  terjun  kedalam pentas nasional, mereka memang
 dibesarkan didaerah minang tapi juga mereka bersekolah di sekolah
 belanda,  dan  walaupun  ada  juga  yang bersekolah lokal pikiran
 pikiran   mereka  tercerahkan  dengan  semangat  pergerakan  yang
 berkembang  pada  saat  itu, telah memperoleh pengetahuan tentang
 keadaan situasi dunia pada saat itu.

 Jadi sebetulnya sebelum  merantau ke Jawa, wawasan mereka
 juga telah jauh diluar selingkar nagari.

 Menurut   saya  pemahaman  selingkar  nagari  tidaklah  membatasi
 masyarakat  minangkabau  menjadi perhatian dan pemikirannya hanya
 selingkar  nagari, tetapi pernyataan tersebut lebih bermakna pada
 penerapan  dan  keberadaan administratif adat yang boleh dan bisa
 diberlakukan.   Tetapi   hal  yang  berhubungan  pandangan  hidup
 (weltanschauung)  yang  melekat pada individu setiap orang minang
 tentu saja akan dibawa kemana ia pergi.
 
 Sehingga bisa saja dalam sepak terjangnya tidak lagi berdasarkan
 kepentingan nagari tapi sudah meluas menjadi kepentingan
 nasional.

 Ketika  kita bicara keminangan bukanlah sekedar cermin dari suatu
 bentuk   protective   atas   suatu  komunitas  yang  kita  berada
 didalamnya  yang cenderung menutup diri, sebaliknya sebagai suatu
 bentuk kontribusi kita sebagai orang minang terhadap dunia luar.

 Kalaulah kita berpikir lebih expansif lagi maka kita bisa katakan
 masalah  keminangan  bukanlah  hanya  karena tentang keterlibatan
 orang  minang  didalamnya, keterlibatan nasib nagari minang, tapi
 jauh  lebih  dari  itu  bahwa hal-hal yang menyangkut nilai-nilai
 yanglebihuniversalyang   termakna   dalam   filosofis
 keminangkabauan itu sendiri.

 Ketika  seorang  minang menjadi pejabat disuatu daerah, pengusaha
 disuatu  tempat,  mahasiswa diperguruan tinggi di daerah lain dia
 tidak  merasa  perlu  harus  merasa  menghilangkan identitas diri
 sebagai orang minang untuk bisa berkiprah ditempatnya.

 Wassalam

 Arnoldison


 
Wednesday, June 6, 2007, 2:17:14 AM, you wrote:

bi Saya   selalu   merasa  tidak  bisa  memahami  suatu  logika  yang
bi mempertanyakan seseorang menjadi besar /kecil apakah karena Minang
bi atau justru karena meninggalkan Minang.

 --delete




--~--~-~--~~~---~--~~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi keanggitaan dan Webmail Mailing List, lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda sebagai Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=idcd=USservice=groups2.
-~--~~~~--~~--~--~---



[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau

2007-06-08 Terurut Topik jamaludin mohyiddin
Saya bersetuju bahwa lingkungan awal menghadapi masa muda sesaorang akan 
membekas dan berkesan mencetak keperibadian nya. Pengalaman berhidup dan 
pendidikan semasa mudanya membekali premis masa dewasanya. Bak kata peribahasa 
Melayu melentuk buluh biar dari rebung. Dan kita tidak dapat menafikan  juga 
perimeter dan gaya daya intelektual sesaorang dibentuk kukuh dengan ianya 
mengasah aqalnya semasa muda dan dewasanya. Dalam mengasah daya keilmuannya, 
worlview yang menjadi premis lingkungan nya pasti membantu mengasah potensi 
keilmuan sasaorang.

Cara dia bergaul dengan worldview yang dia di hidupkan itu akan pasti menjadi 
template keilmuan dan keintelektualannya dimasa berikutnya. Kalaulah worldview 
nya Islam dan keMinangan maka template intelektualannya ialah keIslaman dan 
keminanganan. Dia tidak akan menjadi keBuddhaan dan kecinaan, misalnya. 
Persoalan nya ialah pembekalan daya intelektualnya samaada berbentuk dan 
berwajah universalistik/ kesejagatan atau tidak. Berwajah dan bersikap 
kesejagatan ini penting. Kewajahan ini dibentuk oleh dasar dan filsafah 
pendidekan yang dia diasuh dan dididek. Untuk memungkinkan sebanyak jumlah 
anggota sesuatu masyarakat itu berwajah dan bersikap universalistik ini, sistem 
pendidekan  didalam masyarakat itu mestilah mempunyai asas worldview segajat. 

Apakah ini yang telah dilalui oleh sistem pendidekan yang menghasilkan 
keMinangkabauan yang telah mencitak jiwa kesegajatan dalam peribadi peribadi 
nasional aalal Minang? Kemungkinannya ada. Satu ketika dahulu daerah Minang 
telah menjadi powerhouse nya Indonesia semasa dan sesudah perjuangan menuntuk 
kemerdekaan Indonesia. Mengapa daerah Minang bersedia dan mampu menjadi 
powerhousenya pergerakan menuntut kemerdekaan ini? Besar kemungkinan ini ialah 
relavansinya kesegajatan dasar dan filsafah pendidekan keMinangan yang sedang 
berlansung di Nagari ketika itu. 

Islamic worldview prepares Muslim to be a universal being. If he or she is not, 
then other factors deny him or her this universalism. 


Arnoldison [EMAIL PROTECTED] wrote: 


  
   
-
Choose the right car based on your needs.  Check out Yahoo! Autos new Car 
Finder tool.
--~--~-~--~~~---~--~~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi keanggitaan dan Webmail Mailing List, lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda sebagai Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=idcd=USservice=groups2.
-~--~~~~--~~--~--~---



[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau

2007-06-08 Terurut Topik chaidir latief
para dunsanak

Yang paling praktis dan masihmungkin adalah Kampanye pada urang Minang Mulai 
dari lingkungan keluarga sendiri seperti antara lain Dirumah menggunokan Bahaso 
Minang Mula dengan mengenai sanak karik baik sasuku dan lain lain Sakali sakali 
pulang basamo 
Iko alah suatu permulaan
Chaidir N Latief


- Original Message 
From: jamaludin mohyiddin [EMAIL PROTECTED]
To: RantauNet@googlegroups.com
Sent: Friday, June 8, 2007 5:39:23 PM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau

Saya bersetuju bahwa lingkungan awal menghadapi masa muda sesaorang akan 
membekas dan berkesan mencetak keperibadian nya. Pengalaman berhidup dan 
pendidikan semasa mudanya membekali premis masa dewasanya. Bak kata peribahasa 
Melayu melentuk buluh biar dari rebung. Dan kita tidak dapat menafikan  juga 
perimeter dan gaya daya intelektual sesaorang dibentuk kukuh dengan ianya 
mengasah aqalnya semasa muda dan dewasanya. Dalam mengasah daya keilmuannya, 
worlview yang menjadi premis lingkungan nya pasti membantu mengasah potensi 
keilmuan sasaorang.

Cara dia bergaul dengan worldview yang dia di hidupkan itu akan pasti menjadi 
template keilmuan dan keintelektualannya dimasa berikutnya. Kalaulah worldview 
nya Islam dan keMinangan maka template intelektualannya ialah keIslaman dan 
keminanganan. Dia tidak akan menjadi keBuddhaan dan kecinaan, misalnya. 
Persoalan nya ialah pembekalan daya intelektualnya samaada berbentuk dan 
berwajah universalistik/ kesejagatan atau tidak. Berwajah dan bersikap 
kesejagatan ini penting. Kewajahan ini dibentuk oleh dasar dan filsafah 
pendidekan yang dia diasuh dan dididek. Untuk memungkinkan sebanyak jumlah 
anggota sesuatu masyarakat itu berwajah dan bersikap universalistik ini, sistem 
pendidekan  didalam masyarakat itu mestilah mempunyai asas worldview segajat. 

Apakah ini yang telah dilalui oleh sistem pendidekan yang menghasilkan 
keMinangkabauan yang telah mencitak jiwa kesegajatan dalam peribadi peribadi 
nasional aalal Minang? Kemungkinannya ada. Satu ketika dahulu daerah Minang 
telah menjadi powerhouse nya Indonesia semasa dan sesudah perjuangan menuntuk 
kemerdekaan Indonesia. Mengapa daerah Minang bersedia dan mampu menjadi 
powerhousenya pergerakan menuntut kemerdekaan ini? Besar kemungkinan ini ialah 
relavansinya kesegajatan dasar dan filsafah pendidekan keMinangan yang sedang 
berlansung di Nagari ketika itu. 

Islamic worldview prepares Muslim to be a universal being. If he or she is not, 
then other factors deny him or her this universalism.


Arnoldison [EMAIL PROTECTED] wrote:







Choose the right car based on your needs. Check out Yahoo! Autos new Car Finder 
tool.


   

Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing.
http://new.toolbar.yahoo.com/toolbar/features/mail/index.php
--~--~-~--~~~---~--~~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi keanggitaan dan Webmail Mailing List, lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
Dengan terlebih dahulu mendaftarkan email anda sebagai Google Account di:
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=idcd=USservice=groups2.
-~--~~~~--~~--~--~---



[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau

2007-06-06 Terurut Topik Dr.Saafroedin BAHAR
Assalamualaikum w.w. Sanak Arnoldison,

Saya setuju dengan pendapat Sanak ini. Pertanyaan tentang posisi 'keminangan' 
dari Hatta, Syahrir cs itu juga yang saya kedepankan kepada para mahasiswa 
Minang dalam ceramah di kampus  UI Depok beberapa waktu yang lalu. Inti 
pertanyaannya: apakah beliau-beliau tampil  karena mereka 'minang' atau justru 
karena beliau-beliau  'meninggalkan minang'? 

Kita memang harus mengkaji kembali secara mendasar tentang pendekatan yang kita 
gunakan terhadap Minangkabau selama ini. Mau tidak mau, secara lambat laun akan 
terlihat adanya beberapa jenis pendekatan, yang perlu kita kristalisasikan 
lebih lanjut.  Menurut orientasinya, ada yang berorientasi ke masa depan, dan 
ada yang berorientasi ke masa lampau. Menurut basis kultuiral, ada yang 
berdasar genealogis dan ada yang berbasis budaya. Dan sebagainya.

Kalau bisa, diadakan kerja sama sesama Minang untuk mencapai efek sinergi 
sebesar-besarmya.. Kalau tidak bisa, ya, ber-'fastabiqul khairaat' saja, 
berlomba dalam mencari kebaikan..

Wassalam,
Saafroedin Bahar

- Original Message 
From: Arnoldison [EMAIL PROTECTED]
To: Ronal Chandra RantauNet@googlegroups.com
Sent: Thursday, June 7, 2007 1:35:53 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Perspektif politik orang minang dalam pilgub DKI

Masalah tranformasi adat kepada para pemuda berkaitan erat dengan sejauh mana 
relevansi adat dengan kehidupan sekarang.

Walaupun bukan penelitian ilmiah, kalau ukuran keminangan itu diukur secara 
geneologis maka sebetulnya banyak orang-orang minang memiliki 
prestasi-prestasi, banyak para pemuda-pemudi (minang)  yang mencetak prestasi 
tanpa teridentitas sebagai orang minang, padahal mereka-mereka itu
keturunan dari orang-orang minang asli.

Masalahnya apakah mereka masih termasuk sebagai bagian dari output budaya 
minang ? Karena mereka itu orang minang yang tidak memakai budaya minang.

Oleh karena itu ketika kita menginginkan revitalisasi adat (budaya
minang) maka yang dihadapkan adalah kontekstualisasi  zaman itu sendiri.

Kalaulah dari segi filosofinya maka adat minang kaya dengan makna yang
universal, misalkan alam takambang menjadi guru,  filosofi ini
tampaknya lebih terpakai kepada bangsa  Amerika, Jepang, Jerman,
yang bergiat dalam bidang peneltian,riset, dll  walaupun mereka itu tidak
mengenal adat minang.

Sejauah manakah masalah keminangan itu diukur atau point of view bahwa
itu merupakan masalah keminangan?
Dengan pertanyaan dan jawaban berikut mungkin kita bisa melihat sejauh
mana orang minang concern terhadap suatu persoalan

Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan banjir di Jakarta ? 
Jawab : Karena ada warga minang yang ikut kebanjiran.

Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan gempa di Jogja? 
Jawab : Karena ada warga minang yang rumahnya ikut roboh akibat
gempa.

Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan kasus IPDN ? 
Jawab : Karena ternyata salah satu dosennya(Inu)  orang minang

Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan gempa di Sumbar ? 
Jawab : Jelas dong, karena tanah airnya

Tanya : Apa hubungannya orang minang dengan Palestina ?
Jawab : ... 

Dari  tanya  jawab  itu maka bisa diambil benang merah bagaiamana orag
minang melihat suatu persoalan ?

Menjadi pertanyaan apakah tokoh semacam Moh Hatta, Agus Salim, Natsir,
Syahrir  dll,  mereka  menjadi  berperan  dalam pentas nasional karena
output budaya minang ? Atau jangan-jangan mereka berhasil karena telah
keluar  dari  koridor  budaya  minang.  Atau kita mengklaim mereka itu
masih orang minang hanya berdasar pada faktor geneologis saja.

Wassalam

Arnoldison


Tuesday, June 5, 2007, 8:06:09 PM, you wrote:

RC Wa'alaikum Salam Ayah Saaf, Da Hendara dan Arnoldison.

RC Postingan da Hendra ini salah satu favorite saya dan jarang sekali saya 
lewatkan walaupun diwaktu yang sedikit karena netralitas postingannya yang 
membuat saya selalu ingin membacanya :-)

RC Mungkin sudah waktunya kita orang awak merenung, meredam semua emosi dan 
menganalisa kembali kehadirannya sehingga kita mampu melihat sebesar apa kita 
sebenarnya.

RC Dulu ketika sterling seagrave menulis buku tentang lord of the rim dan 
menceritakan bagaimana para pendekar taipan mengusai dunia terutama asia saya 
langsung berpikir pasti ada yang salah dengan
RC orang awak.

RC Saya termenung kenapa cina bisa menghasilkan hua kiau tapi kenapa kita gak 
bisa menghasilkan Minang Kiau ? dan dalam bukunya tersebut pun tertulis uranga 
awak punya kemampuan lebih besar dari
RC etnis lain untuk menandingi kekuatan cina kiau ?

RC Saya pikir sudah waktunya kembali menganalisa kekuatan urang awak, tidak 
dengan lagi pendekatan merasa besar dan dominan tapi dengan cara menyatukan 
semua potensi yang dimiliki untuk menjadi satu
RC kesatuan yang kokoh.

RC Saya melihat ada yang salah dalam pola pengkaderan generasi Minang yang 
tumbuh. Itu artinya emang ada yang perlu diluruskan dalam sistem sosial 
masyarakat Minang dikampung. Sehingga kader yang
RC dihasilkan kader yang mampu bersaing dan 

[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau

2007-06-06 Terurut Topik benni inayatullah
  Saya selalu merasa tidak bisa memahami suatu logika yang mempertanyakan 
seseorang menjadi besar /kecil apakah karena Minang atau justru karena 
meninggalkan Minang.


  Saya benar benar tidak bisa mengikuti alur berfikir seperti itu karena dalam 
pemahaman saya apabila seseorang itu lahir, tumbuh dan besar di Ranah Minang 
kemudian Hidup dengan budaya, adat dan norma agama di Minangkabau maka 
Nilai-nilai keminangan itu telah merasuk dan melekat kedalam pemikiran dan 
perilaku yang membentuk pribadi tersebut.


  Ketika adat/budaya/kebiasaan itu telah mengurat mengakar dalam setiap 
generasi tersebut sehingga membentuk jiwa, maka apatah caranya kita bisa 
meninggalkan Minang? Ibarat bayang bayang yang selalu mengikuti tubuh maka 
begitu pulalah setiap nilai dan norma yang tertanam diwaktu kita lahir hingga 
dewasa tidak bisa dipisahkan dari entitas kehidupan kita saat ini.


  Lalau dengan begitu apakah kita bisa mengklaim bahwa setiap generasi minang 
yang kemudian besar/kecil  adalah mutlak karena keminangannya ?  tidak 
juga..ketika manusia Minang tersebut telah meninggalkan nagari dan pergi 
merantau (ke jakarta misalnya) maka secara normatif dan geografis dia telah 
meninggalkan Minang. Manusia minang tersebut telah beralih menjadi manusia baru 
seperti pesan pepatah, dima bumi dipijak disinan langik dijunjuang . dia telah 
beralih dari adat dan budaya Minang ke budaya betawi serta budaya lain yang 
secara normatif berlaku ditempat baru tersebut serta menyerap nilai-nilai baru 
yang berlaku dilingkungan itu.

 
  Lalu apakah dengan begitu keminangannya sirna ? rasanya tidak..karena nilai 
dan norma yang tertanam dibenak dan rasa yang didapat sejak kecil di 
Minangkabau tetap terpatri ibarat bayangan yang selalu mengikuti tubuh. 
Meskipun dia telah menjalankan budaya betawi namun sebuah bayangan tetap 
melekat sebagai identitas kultural bagi seorang anak manusia yang berada dalam 
sebuah bangunan peradaban yang terbentuk dari masyarakat majemuk, masyarakat 
Indonesia...


  sepanjang pemahaman saya, upaya memilah sebuah keberhasilan/kegagalan  karena 
minang atau bukan adalah hal yang tak masuk akal. Adalah  Ibarat memisahkan 
tulang dengan daging..adakah yang bisa memperkirakan semisalnya M. Hatta tidak 
lahir di Minang melainkan lahir dan tumbuh besar di NTT kemudian akan menjadi 
sebesar Hatta sekarang ? adakah yang bisa menerawang sekiranya salah seorang 
pedagang kali lima yang menjual gelang-gelang kaki di blok M tidak dilahirkan 
di payakumbuh melainkan di bugis akan menjadi seorang pengusaha konstruksi 
terkenal ?


  setiap rasa dan nilai yang terpatri dalam jiwa serta setiap jengkal ilmu yang 
tertanam di benak kita adalah suatu kesatuan yang kita dapatkan dari lingkungan 
dan pengalaman hidup yang pada akhirnya membentuk pribadi kita. Tak bisa 
dipisah dan dipilah karena akan saling terkait dan menopang..kalau dipaksakan 
maka bangunan utuh kita sebagai manusia akan runtuh dan itulah pengkhianatan 
terbesar terhadap jiwa dan tubuh.
  
   
-
Get the Yahoo! toolbar and be alerted to new email wherever you're surfing. 
--~--~-~--~~~---~--~~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~--~~~~--~~--~--~---



[EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau

2007-06-06 Terurut Topik Rasyid, Taufiq (taufiqr)
 



From: RantauNet@googlegroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of benni inayatullah
Sent: Wednesday, June 06, 2007 4:17 PM
To: RantauNet@googlegroups.com
Subject: [EMAIL PROTECTED] Re: Berbagai pendekatan terhadap Minangkabau


Saya selalu merasa tidak bisa memahami suatu logika yang mempertanyakan
seseorang menjadi besar /kecil apakah karena Minang atau justru karena
meninggalkan Minang.




 

Handaknyo kito selalu menyadari  falsafah hidup urang Minang yang
menyatakan kiblatnya pada ke-Islaman. Untuk itu  kito harus  kambali ka
kepercayaan kito nan manyatokan   : Allah indak ka marubah nasib
seseorang kalau inyo indak bausaho untuk marubahnyo. 

Jadi urang Minang nan berlaku seperti diatas insyaallah inyo lai sukses.
Jan dicaliak jumlah asset atau perkembangan karier sajo sabagai ukuran
sukses. 

Sigi  pulo ketenangan batin sarato manfaat yang bersangkutan bagi
lingkungannya. 

Indak bisa disangsikan lagi pola merantau akan lebih memperkaya pola
pikir seseorang untuk menuju kesuksesan.  Tapi tidak sedikit mereka yang
bertahan dengan spesialisasi tertentu dikampung juga menimba sukses. 

Awak jan selalu bernostalgia dengan kesuksesan pendahulu kita, apo lai
sampai ba karuak-arang untuak menegakkan kemauan kita. Tapi lihat juga
kondisi  dan peran kita dalam usaha improvement. Sarato apo warisan
budaya yang bisa kita  tinggalkan untuk keturunan kita . 

Sehingga ciri khas sebagai urang Minang itu tidak larut dimakan Zaman. 
Allah menjadi manusia itu bersuku-suku supaya mereka berinteraksi satu
sama lain. 

Jadi indak ado hanyo akan ado ciek budaya dijaman global iko 


--~--~-~--~~~---~--~~
Berhenti (unsubscribe), kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]

Konfigurasi dan Webmail Mailing List: http://groups.google.com/group/RantauNet
Tapi harus mendaftar dulu di: https://www.google.com/accounts/NewAccount dengan 
email yang terdaftar di mailing list ini.
-~--~~~~--~~--~--~---