Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?
Bapak2 Senior yang budiman, Begitu mencemaskankah keberadaan RS Siloam ini nanti? Seolah - olah keberadaan RS Siloam akan bisa mengkristenkan 1000 orang setiap tahun. Kalau dulu dikasih contoh keberadaan RS Baptis mengkristenkan 25 orang. RS Siloam bisa lbh hebat lagi (khayal sang pujangga). RS Yos Sudarso yg ditopang dana Vatikan sdh memurtadkan berapa orang??? Nggak ada yg tahu, krn memang tdk ada yg dimurtadkan oleh RS ini, walaupun di setiap ruangan rawat inap ada tergantung patung salib. Jadi ada phobia yg berlebihan dari para penolak LG. Saya lebih mencemaskan Al Qaedah, karena ribuan anak muda bisa menjadi martir bunuh diri dgn ajaran terorisme-nya, seperti bom2 di Irak yg membunuh kaum Sunni dan Syiah. Saya lebih mencemaskan lagi ribuan anak muda Minang tertular HIV Aids dan penggemar2 narkoba. Karena kalau sdh terjangkit atau terperosok, apapun agama yg mereka anut sdh tidak ada artinya. Dan orang2 tua cuma bisa memberi nasehat tobat... tobat nasuha. Jadi biarkan Pemda yang mengurus pemberian izin atau tidak. Konskuensi masa depan masyarakat yg beragama lebih ditentukan oleh masing2 individu menyangkut aqidah iman yg ingin mereka anut. Kita bukan tinggal di Afganistan. Tapi ini negara multi etnis dan segala multi. Sampai sekarang pun ABS-SBK yg kita banggakan tidak punya panduan kitab pedoman. Hanya mouth to mouth. Sedang agama punya panduan kitab2. Saya tidak tahu sampai sekarang DO and DON'T ABS-SBK. Buku mana yg harus saya baca utk tahu itu. Terlalu banyak kerancuan justufikasi terhadap pro dan kontra LG ini. Salam. Pada 2013 12 13 14:21, Maturidi Donsan maturid...@gmail.com menulis: Pak Saaf dan sanak dipalanta n.a.h Bukan balum ado pak Saaf, tapi mungkin sadang bibapikia, sabalah. Kalau menengok dari jejaknya, masuknya kristenisasi ke Sumbar/Minangkabau ialah pada saat Minangkabau lemah, lemah sebelum kemerdekaan oleh penjajahan, lemah selama mengalami peristiwa politik ditanah air seperti PRRI dan orde baru dan karena kelengahan. Sebelum keluar UUD 45 yang diamandemenn memang pagar Minangkabau utuk dimasuki apa saja sangat lemah, setelah amandemen, keluar Pasal 28 I maka UU sudah memagar Minangkabau untuk hidup sesuai dengan identitas dan budayanya. Pemeliaharaan dan penggunaan pagar ini tentu terserah ke masyarakat minangkabau sendiri baik yang di ranah atau dirantau. Kusus untuk masyarakat Minangkabau baik yang tinggal diranah maupun dirantau , meskipun secara fisik kedua golongan terpisah namun emosional dan silaturahmi matrilineal tidak dapat memisahkan mereka, kedua golongan ini erat-terikat merasa memiliki minangkabau. Karena hubungan matrilineal yang kuat - mengikat masyarakat minangkabau maka tak ada garis pemisah antara mereka yang diranah dan dirantau keduanya akan tetap bahu membahu memelihara dan menggunakan pagar yang telah diberikan UU diatas. Pada saat rantau karena kesibukan mungkin belum sempat konsentrasi kemasalah pagar ini maka ranah akan manggua canang agar rantau ikut bergerak terhadap apa yang telah diprakarsai ranah, begitupun sebaliknya. Interaksi inilah yang terjadi sekarang antara ranah dan rantau. Adanya deklarasi ABS SBK dan ide mendorong berdirinya FTTS yang mungkin bisa sebagai wadah untuk menampung berbagai masalah demi kemajuan minangkabau termasuk sebagai jembatan antara ranah dan rantau. Berdirinya forum ini apapun bentuk dan namanya adalah suatu keniscayaan. Mudah-mudahan forum ini bisa menjadi thiks- tank-nya masyarakat minang sehingga ABS SBK mudah dan lancar disosialisasikan. Dengan mudah dan lacarnya ABS SBK tersosialisasi kemasyarakati mudah-mudahan pagar yang telah diberikan UU untuk memagar dan memelihara identitas serta budaya Minangkabau dapat diperkuat dan dapat digunakan secara efektif, termasuk membendung kritenisasi dan budaya-budaya lain yang sekarang ini secara gencar mengedor-gedor pintu masuk ke ranah minang. Hutang para cendekiawan baik yang ada diranah maupun di rantau adalah merealisasikan thiks- tank ini segera agar ada wadah resmi untuk menampung pemikiran ranah dan rantau untuk memperkuat pagar dan kemajuan minang kedepan. Wass, Maturidi (L-75) Asal Talang Solok Kutianyia Duri Riau. Pada 13 Desember 2013 13.01, Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org menulis: Ha ha ha. Alun ado nan mancatuih thread ambo lai. Indak baa doh. Anggap sekedar info sajo, he he. SB,77, Jkt. Sent from my iPad On 13 Des 2013, at 03.23, Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org wrote: Para sanak sekalian, secara pribadi saya bersimpati kepada aksi demo utk menolak proyek Lippo Group di Padang, yang diduga merupakan bagian dari program kristenisasi di Sumatera Barat. Walau baru dugaan, namun kasus serupa sudah pernah terjadi sekitar tahun 1968, sewaktu Dr Owen dari RS Baptis di Bukittinggi membaptis 25 urang awak di Danau Singkarak, yang menyebabkan diusirnya RS Baptis itu ke luar Sumatera Barat. Saya memahami
Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?
Sanak Zorion, pak Maturidi, pak Saaf dan para sanak sa palanta yth Terlihat sangat cerdik strategi JTR/LG dengan membangun RS Siloam dulu, karena akan sulit ditolak. Banyak orang Minang selama ini yg berobat ke Singapura, Malaka, Penang, dll. Dengan akan berdirinya RS yg berkelas biaya berobat akan sangat dihemat. Juga akan tersedia lapangan kerja bagi banyak orang, ini sangat dibutuhkan oleh kota Padang/Sumbar dg tingkat pengangguran yg tinggi. Isu kristenisasi sudah dibantah oleh JTR sendiri, walau nama Siloam itu berasal dari Injil, tapi teman2 di Palembang menyampaikan bhw fasilitas LG yg sudah dibangun telah digunakan utk perayaan natal besar2an. Beberapa teman telah mencek RS Siloam di Jakarta dan menyatakan kekaguman mereka. Walikota/pemda dan DPRD kota Padang menyetujuinya, walau ada yg menduga mereka dapat gratifikasi. Jadi pembangunan RS Siloam, walau banyak yg menentang, karena sudah disetujui yg berkuasa dan juga banyak pendukung/calon penggunanya kelihatannya akan berjalan lancar. Yang selama ini agak terabaikan adalah sebetulnya yg akan dibangun adalah sebuah superblok berisi mall, rumah sakit Siloam, sekolah Pelita Harapan, dan hotel di kawasan pusat kota Khatib Sulaiman (peruntukan lahan sebelumnya sbg pusat pemerintahan/perkantoran). Perlu dikaji/dianalisa dampak lingkungannya, baik fisik, ekonomi, maupun sosial dan budaya. Secara keseluruhan superblok sebesar itu berpotensi menjadi pusat kota baru di Padang. Pusat2 lama di Pasar Raya/Pasar Jawa dan Kampung Cino bisa jadi akan sepi pengunjung seperti Pasar Batipuh yg dulunya pusat komersial kota Padang. Dr Eko Alvarez, dari UBH menyatakan bhw superblok itu dengan 4 lantai basemen utk parkir berpotensi menimbulkan kemacetan di jalan Khatib Sulaiman dan jalan2 sekitarnya. Mall yg full AC dengan banyak toko retail, restoran, cafe, bioskop dll akan menjadi tempat berkumpul warga kota mulai dari anak2 sampai lansia karena nyaman dan serba ada. Dengan demikian superblok itu berpotensi mengubah gaya hidup (lifestyle) masyarakat kota Padang, terutama anak2 muda dan keluarga muda, menjadi konsumtif, mejeng2 dll. Jadi, jangan hanya fokus ke RS Siloam.tapi fokus ke superblok itu yg berskala raksasa utk kota Padang yg penduduknya hanya lk 800 ribu jiwa. Paradigma perencanaan kota yg berkelanjutan (sustainable) adalah sebuah kota sebaiknya terdiri atas beberapa bagian dengan pusat2nya sendiri, sehingga pembangunan lingkungan merata. Jadi yg dibutuhkan kota Padang bukan sebuah superblok, tapi beberapa blok yg tersebar di beberapa bagian kota sbg sub-pusat kota, sementara pusat perdagangan tetap di Pasar Raya dan sekitarnya. Superblok itu dibangun berdasarkan sebuah visi, bayangan masa depan yg akan diwujudkan. Kita mencoba membaca visi Lippo Group yg bagi mereka sangat bagus, tapi bagi kita berpotensi negatif thd budaya masyarakat kota Padang. Yang dapat terjadi adalah sekularisasi generasi muda kota Padang, meninggalkan masjid, lebih suka berkumpul/bersosialisasi di mall superblok itu. Keberadaan superblok itu juga dapat berpotensi negatif, kehilangan pembeli/pelanggan bagi toko2 dan restoran2 di pusat2 perbelanjaan yg sudah ada dan sekarang ramai dikunjungi banyak orang. Ada kekuatiran bhw LG memberi jatah kepada orang2 di eksekutiflegislatif utk memiliki atau menyewa retail2 di mall itu dg harga diskon. Lalu dia bisa menyewakan kembali atau menjualnya kepada pedagang dg harga yg sama dg harga LG. Ini semacam gratifikasi terselubung. Kalau betul, ini mungkin alasan kenapa pemda dan dprd kota Padang sangat bersikukuh mendukung investasi superblok ini, bahkan mau mengubah peruntukan lahan. Tapi kemungkinan ini kalaupun terjadi akan susah diperiksa dan dibuktikan. LG juga bisa memberi harga diskon kpd pedagang2 Cina dan yg kristen. Tapi itu 'kan hak mereka Setelah Siloam berhasil dibangun diperkirakan akan lapang jalan bagi LG utk membangun sekolah2, mall, dan hotel. Begitulah kira2 bayangan yg mungkin akan terjadi dalam jangka waktu yg tidak terlalu dekat di kota Padang. Silahkan bapak2, ibu2, dan sanak2 merenungkannya, dan memikirkan bagaimana menyikapinya secara bersama. Wallahu'alam Salam Fashridjal M.Noor Sidin L65bdg Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: Zorion Anas zori...@gmail.com Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Fri, 13 Dec 2013 15:01:41 To: rantaunet@googlegroups.com Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ? Bapak2 Senior yang budiman, Begitu mencemaskankah keberadaan RS Siloam ini nanti? Seolah - olah keberadaan RS Siloam akan bisa mengkristenkan 1000 orang setiap tahun. Kalau dulu dikasih contoh keberadaan RS Baptis mengkristenkan 25 orang. RS Siloam bisa lbh hebat lagi (khayal sang pujangga). RS Yos Sudarso yg ditopang dana Vatikan sdh memurtadkan berapa orang??? Nggak ada yg tahu, krn memang
Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?
Sangat setuju dgn paparan/uraian dari P.Fashridjal. Terlihat sekali bahwa si Fauzhi ini tdk mempunyai tenaga ahli Tata kota/Planonologi yang Capable. Hanya pemikiran sesaat,jangan ada Super blok,sekarang saja Sdh macet Dikirim dari iPhone saya Pada 13 Des 2013, pukul 16:33, fashridjalmn...@gmail.com menulis: Sanak Zorion, pak Maturidi, pak Saaf dan para sanak sa palanta yth Terlihat sangat cerdik strategi JTR/LG dengan membangun RS Siloam dulu, karena akan sulit ditolak. Banyak orang Minang selama ini yg berobat ke Singapura, Malaka, Penang, dll. Dengan akan berdirinya RS yg berkelas biaya berobat akan sangat dihemat. Juga akan tersedia lapangan kerja bagi banyak orang, ini sangat dibutuhkan oleh kota Padang/Sumbar dg tingkat pengangguran yg tinggi. Isu kristenisasi sudah dibantah oleh JTR sendiri, walau nama Siloam itu berasal dari Injil, tapi teman2 di Palembang menyampaikan bhw fasilitas LG yg sudah dibangun telah digunakan utk perayaan natal besar2an. Beberapa teman telah mencek RS Siloam di Jakarta dan menyatakan kekaguman mereka. Walikota/pemda dan DPRD kota Padang menyetujuinya, walau ada yg menduga mereka dapat gratifikasi. Jadi pembangunan RS Siloam, walau banyak yg menentang, karena sudah disetujui yg berkuasa dan juga banyak pendukung/calon penggunanya kelihatannya akan berjalan lancar. Yang selama ini agak terabaikan adalah sebetulnya yg akan dibangun adalah sebuah superblok berisi mall, rumah sakit Siloam, sekolah Pelita Harapan, dan hotel di kawasan pusat kota Khatib Sulaiman (peruntukan lahan sebelumnya sbg pusat pemerintahan/perkantoran). Perlu dikaji/dianalisa dampak lingkungannya, baik fisik, ekonomi, maupun sosial dan budaya. Secara keseluruhan superblok sebesar itu berpotensi menjadi pusat kota baru di Padang. Pusat2 lama di Pasar Raya/Pasar Jawa dan Kampung Cino bisa jadi akan sepi pengunjung seperti Pasar Batipuh yg dulunya pusat komersial kota Padang. Dr Eko Alvarez, dari UBH menyatakan bhw superblok itu dengan 4 lantai basemen utk parkir berpotensi menimbulkan kemacetan di jalan Khatib Sulaiman dan jalan2 sekitarnya. Mall yg full AC dengan banyak toko retail, restoran, cafe, bioskop dll akan menjadi tempat berkumpul warga kota mulai dari anak2 sampai lansia karena nyaman dan serba ada. Dengan demikian superblok itu berpotensi mengubah gaya hidup (lifestyle) masyarakat kota Padang, terutama anak2 muda dan keluarga muda, menjadi konsumtif, mejeng2 dll. Jadi, jangan hanya fokus ke RS Siloam.tapi fokus ke superblok itu yg berskala raksasa utk kota Padang yg penduduknya hanya lk 800 ribu jiwa. Paradigma perencanaan kota yg berkelanjutan (sustainable) adalah sebuah kota sebaiknya terdiri atas beberapa bagian dengan pusat2nya sendiri, sehingga pembangunan lingkungan merata. Jadi yg dibutuhkan kota Padang bukan sebuah superblok, tapi beberapa blok yg tersebar di beberapa bagian kota sbg sub-pusat kota, sementara pusat perdagangan tetap di Pasar Raya dan sekitarnya. Superblok itu dibangun berdasarkan sebuah visi, bayangan masa depan yg akan diwujudkan. Kita mencoba membaca visi Lippo Group yg bagi mereka sangat bagus, tapi bagi kita berpotensi negatif thd budaya masyarakat kota Padang. Yang dapat terjadi adalah sekularisasi generasi muda kota Padang, meninggalkan masjid, lebih suka berkumpul/bersosialisasi di mall superblok itu. Keberadaan superblok itu juga dapat berpotensi negatif, kehilangan pembeli/pelanggan bagi toko2 dan restoran2 di pusat2 perbelanjaan yg sudah ada dan sekarang ramai dikunjungi banyak orang. Ada kekuatiran bhw LG memberi jatah kepada orang2 di eksekutiflegislatif utk memiliki atau menyewa retail2 di mall itu dg harga diskon. Lalu dia bisa menyewakan kembali atau menjualnya kepada pedagang dg harga yg sama dg harga LG. Ini semacam gratifikasi terselubung. Kalau betul, ini mungkin alasan kenapa pemda dan dprd kota Padang sangat bersikukuh mendukung investasi superblok ini, bahkan mau mengubah peruntukan lahan. Tapi kemungkinan ini kalaupun terjadi akan susah diperiksa dan dibuktikan. LG juga bisa memberi harga diskon kpd pedagang2 Cina dan yg kristen. Tapi itu 'kan hak mereka Setelah Siloam berhasil dibangun diperkirakan akan lapang jalan bagi LG utk membangun sekolah2, mall, dan hotel. Begitulah kira2 bayangan yg mungkin akan terjadi dalam jangka waktu yg tidak terlalu dekat di kota Padang. Silahkan bapak2, ibu2, dan sanak2 merenungkannya, dan memikirkan bagaimana menyikapinya secara bersama. Wallahu'alam Salam Fashridjal M.Noor Sidin L65bdg Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! From: Zorion Anas zori...@gmail.com Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Fri, 13 Dec 2013 15:01:41 +0700 To: rantaunet@googlegroups.com ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat
[R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?
Ha ha ha. Alun ado nan mancatuih thread ambo lai. Indak baa doh. Anggap sekedar info sajo, he he. SB,77, Jkt. Sent from my iPad On 13 Des 2013, at 03.23, Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org wrote: Para sanak sekalian, secara pribadi saya bersimpati kepada aksi demo utk menolak proyek Lippo Group di Padang, yang diduga merupakan bagian dari program kristenisasi di Sumatera Barat. Walau baru dugaan, namun kasus serupa sudah pernah terjadi sekitar tahun 1968, sewaktu Dr Owen dari RS Baptis di Bukittinggi membaptis 25 urang awak di Danau Singkarak, yang menyebabkan diusirnya RS Baptis itu ke luar Sumatera Barat. Saya memahami penolakan tsb sebagai perwujudan hak suatu sukubangsa utk memelihara identitas kulturalnya , yang dijamin oleh Ps 18 B ayat (2) dan Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 serta Pasal 6 UU nomor 39 tahun 1999 ttg HAM. Kedua dasar hukum ini telah dirujuk oleh Pedoman Penghayatan dan Pengamalan ABS SBK yang dihasilkan oleh KKM/SKM GM 2010 dan Deklarasi Identitas Kultural Sukubangsa Minangkabau ABS SBK yg diprakarsai BK3AM tanggal 19 Mei 2013 di Jakarta. Deklarasi ini sudah diaktanotariskan di Jakarta tg 1 Juni 2013. Namun penolakan saja tentu belum cukup, oleh karena jelas sekali bahwa belum banyak urang awak yg benar-benar memahami, mendalami, dan mengamalkan ABS SBK tersebut, oleh karena memang belum diajarkan secara teratur dan sistematis kepada seluruh urang awak. Mungkin itu sebabnya mengapa dalam kenyataannya ABS SBK itu belum terwujud sesuai dengan harapan kita semua. Bacalah berita di media massa Sumatera Barat, dan lihatlah dalam kenyataannya. Merinding bulu tengkuk kita. Oleh karena itulah mengapa Pedoman tersebut di atas memberi petunjuk agar kandungan ABS SBK tersebut diterangkan - atau disampaikan sebagai pembekalan - kepada seluruh orang awak. Untuk ini perlu dibentuk Forum Tungku Tigo Sajarangan ( FTTS) sebagai forum kepemimpinan sosial kita orang Minang. FTTS ini sedang dipersiapkan di Jakarta sebagai program uji coba. Sehubungan dengan itu, secara pribadi saya telah menyampaikan saran kepada beberapa orang tokoh pimpinan demo di Padang agar meningkatkan Sekber menjadi FTTS, sehingga bisa ditindaklanjuti secara terencana dan berkelanjutan. Secara pribadi saya yakin terhadap keunggulan agama Islam terhadap agama Kristen. Lagi pula perlu kita perhatikan bahwa di kalangan umat Kristen sendiri juga terdapat kegelisahan thd ajaran Kristen, yang bisa kita ikuti dalam demikian banyak video di YouTube, yang menyebabkan lumayan banyaknya orang Kristen berpindah agama ke Islam. Saya sangat tertarik terhadap cara Syekh Ahmad Deedat - seorang ahli perbandingan agama - dalam menghadapi penganut agama Kristen, dan keterangan Syekh Yusuf Estes yang pindah dari agama Kristen Protestan ke Islam. Dengan kata lain, bersamaan dengan menolak kristenisasi, juga terbuka kemungkinan utk mengadakan islamisasi. Rasanya itu yang terkandung dalam ajaran Islam utk ber-' fastabiqul khairaat'. Sudah barang tentu, persiapannya harus baik. Wallahualam bissawab. Wassalam , SB, 77, Jkt. Sent from my iPad -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting * Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup RantauNet dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.
Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?
Pak Saaf dan sanak dipalanta n.a.h Bukan balum ado pak Saaf, tapi mungkin sadang bibapikia, sabalah. Kalau menengok dari jejaknya, masuknya kristenisasi ke Sumbar/Minangkabau ialah pada saat Minangkabau lemah, lemah sebelum kemerdekaan oleh penjajahan, lemah selama mengalami peristiwa politik ditanah air seperti PRRI dan orde baru dan karena kelengahan. Sebelum keluar UUD 45 yang diamandemenn memang pagar Minangkabau utuk dimasuki apa saja sangat lemah, setelah amandemen, keluar Pasal 28 I maka UU sudah memagar Minangkabau untuk hidup sesuai dengan identitas dan budayanya. Pemeliaharaan dan penggunaan pagar ini tentu terserah ke masyarakat minangkabau sendiri baik yang di ranah atau dirantau. Kusus untuk masyarakat Minangkabau baik yang tinggal diranah maupun dirantau , meskipun secara fisik kedua golongan terpisah namun emosional dan silaturahmi matrilineal tidak dapat memisahkan mereka, kedua golongan ini erat-terikat merasa memiliki minangkabau. Karena hubungan matrilineal yang kuat - mengikat masyarakat minangkabau maka tak ada garis pemisah antara mereka yang diranah dan dirantau keduanya akan tetap bahu membahu memelihara dan menggunakan pagar yang telah diberikan UU diatas. Pada saat rantau karena kesibukan mungkin belum sempat konsentrasi kemasalah pagar ini maka ranah akan manggua canang agar rantau ikut bergerak terhadap apa yang telah diprakarsai ranah, begitupun sebaliknya. Interaksi inilah yang terjadi sekarang antara ranah dan rantau. Adanya deklarasi ABS SBK dan ide mendorong berdirinya FTTS yang mungkin bisa sebagai wadah untuk menampung berbagai masalah demi kemajuan minangkabau termasuk sebagai jembatan antara ranah dan rantau. Berdirinya forum ini apapun bentuk dan namanya adalah suatu keniscayaan. Mudah-mudahan forum ini bisa menjadi thiks- tank-nya masyarakat minang sehingga ABS SBK mudah dan lancar disosialisasikan. Dengan mudah dan lacarnya ABS SBK tersosialisasi kemasyarakati mudah-mudahan pagar yang telah diberikan UU untuk memagar dan memelihara identitas serta budaya Minangkabau dapat diperkuat dan dapat digunakan secara efektif, termasuk membendung kritenisasi dan budaya-budaya lain yang sekarang ini secara gencar mengedor-gedor pintu masuk ke ranah minang. Hutang para cendekiawan baik yang ada diranah maupun di rantau adalah merealisasikan thiks- tank ini segera agar ada wadah resmi untuk menampung pemikiran ranah dan rantau untuk memperkuat pagar dan kemajuan minang kedepan. Wass, Maturidi (L-75) Asal Talang Solok Kutianyia Duri Riau. Pada 13 Desember 2013 13.01, Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org menulis: Ha ha ha. Alun ado nan mancatuih thread ambo lai. Indak baa doh. Anggap sekedar info sajo, he he. SB,77, Jkt. Sent from my iPad On 13 Des 2013, at 03.23, Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org wrote: Para sanak sekalian, secara pribadi saya bersimpati kepada aksi demo utk menolak proyek Lippo Group di Padang, yang diduga merupakan bagian dari program kristenisasi di Sumatera Barat. Walau baru dugaan, namun kasus serupa sudah pernah terjadi sekitar tahun 1968, sewaktu Dr Owen dari RS Baptis di Bukittinggi membaptis 25 urang awak di Danau Singkarak, yang menyebabkan diusirnya RS Baptis itu ke luar Sumatera Barat. Saya memahami penolakan tsb sebagai perwujudan hak suatu sukubangsa utk memelihara identitas kulturalnya , yang dijamin oleh Ps 18 B ayat (2) dan Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 serta Pasal 6 UU nomor 39 tahun 1999 ttg HAM. Kedua dasar hukum ini telah dirujuk oleh Pedoman Penghayatan dan Pengamalan ABS SBK yang dihasilkan oleh KKM/SKM GM 2010 dan Deklarasi Identitas Kultural Sukubangsa Minangkabau ABS SBK yg diprakarsai BK3AM tanggal 19 Mei 2013 di Jakarta. Deklarasi ini sudah diaktanotariskan di Jakarta tg 1 Juni 2013. Namun penolakan saja tentu belum cukup, oleh karena jelas sekali bahwa belum banyak urang awak yg benar-benar memahami, mendalami, dan mengamalkan ABS SBK tersebut, oleh karena memang belum diajarkan secara teratur dan sistematis kepada seluruh urang awak. Mungkin itu sebabnya mengapa dalam kenyataannya ABS SBK itu belum terwujud sesuai dengan harapan kita semua. Bacalah berita di media massa Sumatera Barat, dan lihatlah dalam kenyataannya. Merinding bulu tengkuk kita. Oleh karena itulah mengapa Pedoman tersebut di atas memberi petunjuk agar kandungan ABS SBK tersebut diterangkan - atau disampaikan sebagai pembekalan - kepada seluruh orang awak. Untuk ini perlu dibentuk Forum Tungku Tigo Sajarangan ( FTTS) sebagai forum kepemimpinan sosial kita orang Minang. FTTS ini sedang dipersiapkan di Jakarta sebagai program uji coba. Sehubungan dengan itu, secara pribadi saya telah menyampaikan saran kepada beberapa orang tokoh pimpinan demo di Padang agar meningkatkan Sekber menjadi FTTS, sehingga bisa ditindaklanjuti secara terencana dan berkelanjutan. Secara pribadi saya yakin terhadap keunggulan agama Islam terhadap agama Kristen.