Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?

2013-12-13 Terurut Topik Zorion Anas
Bapak2 Senior yang budiman,
Begitu mencemaskankah keberadaan RS Siloam ini nanti? Seolah - olah
keberadaan RS Siloam akan bisa mengkristenkan 1000 orang setiap tahun.
Kalau dulu dikasih contoh keberadaan RS Baptis mengkristenkan 25 orang. RS
Siloam bisa lbh hebat lagi (khayal sang pujangga). RS Yos Sudarso yg
ditopang dana Vatikan sdh memurtadkan berapa orang??? Nggak ada yg tahu,
krn memang tdk ada yg dimurtadkan oleh RS ini, walaupun di setiap ruangan
rawat inap ada tergantung patung salib. Jadi ada phobia yg berlebihan dari
para penolak LG.
Saya lebih mencemaskan Al Qaedah, karena ribuan anak muda bisa menjadi
martir bunuh diri dgn ajaran terorisme-nya, seperti bom2 di Irak yg
membunuh kaum Sunni dan Syiah. Saya lebih mencemaskan lagi ribuan anak muda
Minang tertular HIV Aids dan penggemar2 narkoba. Karena kalau sdh
terjangkit atau terperosok, apapun agama yg mereka anut sdh tidak ada
artinya. Dan orang2 tua cuma bisa memberi nasehat tobat... tobat nasuha.
Jadi biarkan Pemda yang mengurus pemberian izin atau tidak. Konskuensi masa
depan masyarakat yg beragama lebih ditentukan oleh masing2 individu
menyangkut aqidah iman yg ingin mereka anut. Kita bukan tinggal di
Afganistan. Tapi ini negara multi etnis dan segala multi. Sampai sekarang
pun ABS-SBK yg kita banggakan tidak punya panduan kitab pedoman. Hanya
mouth to mouth. Sedang agama punya panduan kitab2. Saya tidak tahu sampai
sekarang DO and DON'T ABS-SBK. Buku mana yg harus saya baca utk tahu itu.
Terlalu banyak kerancuan justufikasi terhadap pro dan kontra LG ini. Salam.
Pada 2013 12 13 14:21, Maturidi Donsan maturid...@gmail.com menulis:

 Pak Saaf dan sanak dipalanta n.a.h



 Bukan balum ado pak Saaf, tapi mungkin sadang bibapikia, sabalah.


 Kalau menengok dari jejaknya, masuknya kristenisasi ke Sumbar/Minangkabau
 ialah pada saat Minangkabau lemah, lemah sebelum kemerdekaan oleh
 penjajahan, lemah selama mengalami peristiwa politik ditanah air seperti
 PRRI dan orde baru dan karena kelengahan.



 Sebelum keluar UUD 45 yang diamandemenn memang pagar Minangkabau utuk
 dimasuki apa saja sangat lemah, setelah amandemen,  keluar Pasal 28 I  maka
 UU sudah memagar Minangkabau untuk hidup sesuai dengan identitas dan
 budayanya.

 Pemeliaharaan dan penggunaan  pagar ini tentu terserah ke masyarakat
 minangkabau sendiri baik  yang di ranah atau dirantau.



 Kusus untuk masyarakat Minangkabau baik yang tinggal diranah maupun
 dirantau , meskipun secara fisik kedua golongan terpisah namun emosional dan
 silaturahmi matrilineal tidak dapat memisahkan mereka, kedua golongan ini
 erat-terikat  merasa memiliki minangkabau.



 Karena hubungan matrilineal yang kuat - mengikat masyarakat minangkabau
 maka tak ada garis pemisah antara mereka yang diranah dan dirantau keduanya
 akan tetap bahu membahu memelihara dan menggunakan pagar yang telah
 diberikan UU diatas.



 Pada saat rantau karena kesibukan mungkin belum sempat konsentrasi
 kemasalah pagar ini maka ranah akan manggua canang agar rantau ikut
 bergerak terhadap apa yang telah diprakarsai ranah, begitupun sebaliknya.



 Interaksi inilah yang terjadi sekarang antara ranah dan rantau. Adanya  
 deklarasi
 ABS SBK dan ide mendorong berdirinya FTTS  yang mungkin bisa sebagai
 wadah   untuk menampung berbagai masalah demi kemajuan minangkabau  termasuk
 sebagai jembatan antara ranah dan rantau.



 Berdirinya forum ini apapun bentuk dan namanya adalah suatu keniscayaan.

 Mudah-mudahan forum ini bisa menjadi thiks- tank-nya masyarakat minang
 sehingga ABS SBK  mudah dan lancar disosialisasikan.



 Dengan mudah dan lacarnya ABS SBK  tersosialisasi kemasyarakati
 mudah-mudahan pagar yang telah diberikan UU untuk memagar dan memelihara
 identitas serta budaya Minangkabau dapat diperkuat dan dapat digunakan
 secara efektif, termasuk membendung kritenisasi dan budaya-budaya lain yang
 sekarang ini secara gencar mengedor-gedor pintu masuk ke ranah minang.



 Hutang para cendekiawan baik yang ada diranah maupun di rantau adalah
 merealisasikan thiks- tank ini segera agar ada wadah resmi untuk menampung
 pemikiran ranah dan rantau untuk memperkuat pagar dan kemajuan minang
 kedepan.



 Wass,

 Maturidi (L-75)

 Asal Talang Solok Kutianyia

 Duri Riau.


 Pada 13 Desember 2013 13.01, Dr. Saafroedin Bahar 
 saafroedin.ba...@rantaunet.org menulis:

 Ha ha ha. Alun ado nan mancatuih thread ambo lai. Indak baa doh. Anggap
 sekedar info sajo, he he.

 SB,77, Jkt.

 Sent from my iPad

  On 13 Des 2013, at 03.23, Dr. Saafroedin Bahar 
 saafroedin.ba...@rantaunet.org wrote:
 
  Para sanak sekalian, secara pribadi saya bersimpati kepada aksi demo
 utk menolak proyek Lippo Group di Padang, yang diduga merupakan bagian dari
 program kristenisasi di Sumatera Barat. Walau baru dugaan, namun kasus
 serupa sudah pernah terjadi sekitar tahun 1968, sewaktu Dr Owen dari RS
 Baptis di Bukittinggi membaptis 25 urang awak di Danau Singkarak, yang
 menyebabkan diusirnya RS Baptis itu ke luar Sumatera Barat.
  Saya memahami 

Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?

2013-12-13 Terurut Topik fashridjalmnoor
Sanak Zorion, pak Maturidi, pak Saaf dan para sanak sa palanta yth

Terlihat sangat cerdik strategi JTR/LG dengan membangun RS Siloam dulu, karena 
akan sulit ditolak. Banyak orang Minang selama ini yg berobat ke Singapura, 
Malaka, Penang, dll. Dengan akan berdirinya RS yg berkelas biaya berobat akan 
sangat dihemat. Juga akan tersedia lapangan kerja bagi banyak orang, ini sangat 
dibutuhkan oleh kota Padang/Sumbar dg tingkat pengangguran yg tinggi. Isu 
kristenisasi sudah dibantah oleh JTR sendiri, walau nama Siloam itu berasal 
dari Injil, tapi teman2 di Palembang menyampaikan bhw fasilitas LG yg sudah 
dibangun telah digunakan utk perayaan natal besar2an. Beberapa teman telah 
mencek RS Siloam di Jakarta dan menyatakan kekaguman mereka. Walikota/pemda dan 
DPRD kota Padang menyetujuinya, walau ada yg menduga mereka dapat gratifikasi.

Jadi pembangunan RS Siloam, walau banyak yg menentang, karena sudah disetujui 
yg berkuasa dan juga banyak pendukung/calon penggunanya kelihatannya akan 
berjalan lancar.

Yang selama ini agak terabaikan adalah sebetulnya yg akan dibangun adalah 
sebuah superblok berisi mall, rumah sakit Siloam, sekolah Pelita Harapan, dan 
hotel di kawasan pusat kota Khatib Sulaiman (peruntukan lahan sebelumnya sbg 
pusat pemerintahan/perkantoran). 

Perlu dikaji/dianalisa dampak lingkungannya, baik fisik, ekonomi, maupun sosial 
dan budaya. Secara keseluruhan superblok sebesar itu berpotensi menjadi pusat 
kota baru di Padang. Pusat2 lama di Pasar Raya/Pasar Jawa dan Kampung Cino bisa 
jadi akan sepi pengunjung seperti Pasar Batipuh yg dulunya pusat komersial kota 
Padang.

Dr Eko Alvarez, dari UBH menyatakan bhw superblok itu dengan 4 lantai basemen 
utk parkir berpotensi menimbulkan kemacetan di jalan Khatib Sulaiman dan jalan2 
 sekitarnya.

Mall yg full AC dengan banyak toko retail, restoran, cafe, bioskop dll akan 
menjadi tempat berkumpul warga kota mulai dari anak2 sampai lansia karena 
nyaman dan serba ada. Dengan demikian superblok itu berpotensi mengubah gaya 
hidup (lifestyle) masyarakat kota Padang, terutama anak2 muda dan keluarga 
muda, menjadi konsumtif, mejeng2 dll.

Jadi, jangan hanya fokus ke RS Siloam.tapi fokus ke superblok itu yg 
berskala raksasa utk kota Padang yg penduduknya hanya lk 800 ribu jiwa. 
Paradigma perencanaan kota yg berkelanjutan (sustainable) adalah sebuah kota 
sebaiknya terdiri atas beberapa bagian dengan pusat2nya sendiri, sehingga 
pembangunan lingkungan merata. Jadi yg dibutuhkan kota Padang bukan sebuah 
superblok, tapi beberapa blok yg tersebar di beberapa bagian kota sbg sub-pusat 
kota, sementara pusat perdagangan tetap di Pasar Raya dan sekitarnya.

Superblok itu dibangun berdasarkan sebuah visi, bayangan masa depan yg akan 
diwujudkan. Kita mencoba membaca visi Lippo Group yg bagi mereka sangat bagus, 
tapi bagi kita berpotensi negatif thd budaya masyarakat kota Padang. Yang dapat 
terjadi adalah sekularisasi generasi muda kota Padang, meninggalkan masjid, 
lebih suka berkumpul/bersosialisasi di mall superblok itu.

Keberadaan superblok itu juga dapat berpotensi negatif, kehilangan 
pembeli/pelanggan bagi toko2 dan restoran2 di pusat2 perbelanjaan yg sudah ada 
dan sekarang ramai dikunjungi banyak orang.

Ada kekuatiran bhw LG memberi jatah kepada orang2 di eksekutiflegislatif utk 
memiliki atau menyewa retail2 di mall itu dg harga diskon. Lalu dia bisa 
menyewakan kembali atau menjualnya kepada pedagang dg harga yg sama dg harga 
LG. Ini semacam gratifikasi terselubung. Kalau betul, ini mungkin alasan kenapa 
pemda dan dprd kota Padang sangat bersikukuh mendukung investasi superblok ini, 
bahkan mau mengubah peruntukan lahan. 
Tapi kemungkinan ini kalaupun terjadi akan susah diperiksa dan dibuktikan.
LG juga bisa memberi harga diskon kpd pedagang2 Cina dan yg kristen. Tapi itu 
'kan hak mereka

Setelah Siloam berhasil dibangun diperkirakan akan lapang jalan bagi LG utk 
membangun sekolah2, mall, dan hotel.

Begitulah kira2 bayangan yg mungkin akan terjadi dalam jangka waktu yg tidak 
terlalu dekat di kota Padang.

Silahkan bapak2, ibu2, dan sanak2 merenungkannya, dan memikirkan bagaimana 
menyikapinya secara bersama.

Wallahu'alam

Salam
Fashridjal M.Noor Sidin
L65bdg




Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: Zorion Anas zori...@gmail.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 13 Dec 2013 15:01:41 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi
 di Sumatera Barat ?

Bapak2 Senior yang budiman,
Begitu mencemaskankah keberadaan RS Siloam ini nanti? Seolah - olah
keberadaan RS Siloam akan bisa mengkristenkan 1000 orang setiap tahun.
Kalau dulu dikasih contoh keberadaan RS Baptis mengkristenkan 25 orang. RS
Siloam bisa lbh hebat lagi (khayal sang pujangga). RS Yos Sudarso yg
ditopang dana Vatikan sdh memurtadkan berapa orang??? Nggak ada yg tahu,
krn memang

Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?

2013-12-13 Terurut Topik yusrinal bayma
Sangat setuju dgn paparan/uraian dari P.Fashridjal.
Terlihat sekali bahwa si Fauzhi ini tdk mempunyai tenaga ahli Tata 
kota/Planonologi yang Capable.
Hanya pemikiran sesaat,jangan ada Super blok,sekarang saja Sdh macet


Dikirim dari iPhone saya

Pada 13 Des 2013, pukul 16:33, fashridjalmn...@gmail.com menulis:

 Sanak Zorion, pak Maturidi, pak Saaf dan para sanak sa palanta yth
 
 Terlihat sangat cerdik strategi JTR/LG dengan membangun RS Siloam dulu, 
 karena akan sulit ditolak. Banyak orang Minang selama ini yg berobat ke 
 Singapura, Malaka, Penang, dll. Dengan akan berdirinya RS yg berkelas biaya 
 berobat akan sangat dihemat. Juga akan tersedia lapangan kerja bagi banyak 
 orang, ini sangat dibutuhkan oleh kota Padang/Sumbar dg tingkat pengangguran 
 yg tinggi. Isu kristenisasi sudah dibantah oleh JTR sendiri, walau nama 
 Siloam itu berasal dari Injil, tapi teman2 di Palembang menyampaikan bhw 
 fasilitas LG yg sudah dibangun telah digunakan utk perayaan natal besar2an. 
 Beberapa teman telah mencek RS Siloam di Jakarta dan menyatakan kekaguman 
 mereka. Walikota/pemda dan DPRD kota Padang menyetujuinya, walau ada yg 
 menduga mereka dapat gratifikasi.
 
 Jadi pembangunan RS Siloam, walau banyak yg menentang, karena sudah disetujui 
 yg berkuasa dan juga banyak pendukung/calon penggunanya kelihatannya akan 
 berjalan lancar.
 
 Yang selama ini agak terabaikan adalah sebetulnya yg akan dibangun adalah 
 sebuah superblok berisi mall, rumah sakit Siloam, sekolah Pelita Harapan, dan 
 hotel di kawasan pusat kota Khatib Sulaiman (peruntukan lahan sebelumnya sbg 
 pusat pemerintahan/perkantoran). 
 
 Perlu dikaji/dianalisa dampak lingkungannya, baik fisik, ekonomi, maupun 
 sosial dan budaya. Secara keseluruhan superblok sebesar itu berpotensi 
 menjadi pusat kota baru di Padang. Pusat2 lama di Pasar Raya/Pasar Jawa dan 
 Kampung Cino bisa jadi akan sepi pengunjung seperti Pasar Batipuh yg dulunya 
 pusat komersial kota Padang.
 
 Dr Eko Alvarez, dari UBH menyatakan bhw superblok itu dengan 4 lantai basemen 
 utk parkir berpotensi menimbulkan kemacetan di jalan Khatib Sulaiman dan 
 jalan2 sekitarnya.
 
 Mall yg full AC dengan banyak toko retail, restoran, cafe, bioskop dll akan 
 menjadi tempat berkumpul warga kota mulai dari anak2 sampai lansia karena 
 nyaman dan serba ada. Dengan demikian superblok itu berpotensi mengubah gaya 
 hidup (lifestyle) masyarakat kota Padang, terutama anak2 muda dan keluarga 
 muda, menjadi konsumtif, mejeng2 dll.
 
 Jadi, jangan hanya fokus ke RS Siloam.tapi fokus ke superblok itu yg 
 berskala raksasa utk kota Padang yg penduduknya hanya lk 800 ribu jiwa. 
 Paradigma perencanaan kota yg berkelanjutan (sustainable) adalah sebuah kota 
 sebaiknya terdiri atas beberapa bagian dengan pusat2nya sendiri, sehingga 
 pembangunan lingkungan merata. Jadi yg dibutuhkan kota Padang bukan sebuah 
 superblok, tapi beberapa blok yg tersebar di beberapa bagian kota sbg 
 sub-pusat kota, sementara pusat perdagangan tetap di Pasar Raya dan 
 sekitarnya.
 
 Superblok itu dibangun berdasarkan sebuah visi, bayangan masa depan yg akan 
 diwujudkan. Kita mencoba membaca visi Lippo Group yg bagi mereka sangat 
 bagus, tapi bagi kita berpotensi negatif thd budaya masyarakat kota Padang. 
 Yang dapat terjadi adalah sekularisasi generasi muda kota Padang, 
 meninggalkan masjid, lebih suka berkumpul/bersosialisasi di mall superblok 
 itu.
 
 Keberadaan superblok itu juga dapat berpotensi negatif, kehilangan 
 pembeli/pelanggan bagi toko2 dan restoran2 di pusat2 perbelanjaan yg sudah 
 ada dan sekarang ramai dikunjungi banyak orang.
 
 Ada kekuatiran bhw LG memberi jatah kepada orang2 di eksekutiflegislatif utk 
 memiliki atau menyewa retail2 di mall itu dg harga diskon. Lalu dia bisa 
 menyewakan kembali atau menjualnya kepada pedagang dg harga yg sama dg harga 
 LG. Ini semacam gratifikasi terselubung. Kalau betul, ini mungkin alasan 
 kenapa pemda dan dprd kota Padang sangat bersikukuh mendukung investasi 
 superblok ini, bahkan mau mengubah peruntukan lahan. 
 Tapi kemungkinan ini kalaupun terjadi akan susah diperiksa dan dibuktikan.
 LG juga bisa memberi harga diskon kpd pedagang2 Cina dan yg kristen. Tapi itu 
 'kan hak mereka
 
 Setelah Siloam berhasil dibangun diperkirakan akan lapang jalan bagi LG utk 
 membangun sekolah2, mall, dan hotel.
 
 Begitulah kira2 bayangan yg mungkin akan terjadi dalam jangka waktu yg tidak 
 terlalu dekat di kota Padang.
 
 Silahkan bapak2, ibu2, dan sanak2 merenungkannya, dan memikirkan bagaimana 
 menyikapinya secara bersama.
 
 Wallahu'alam
 
 Salam
 Fashridjal M.Noor Sidin
 L65bdg
 
 
 
 Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
 Teruuusss...!
 From: Zorion Anas zori...@gmail.com
 Sender: rantaunet@googlegroups.com
 Date: Fri, 13 Dec 2013 15:01:41 +0700
 To: rantaunet@googlegroups.com
 ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
 Subject: Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi 
 di Sumatera Barat

[R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?

2013-12-12 Terurut Topik Dr. Saafroedin Bahar
Ha ha ha. Alun ado nan mancatuih thread ambo lai. Indak baa doh. Anggap sekedar 
info sajo, he he.

SB,77, Jkt. 

Sent from my iPad

 On 13 Des 2013, at 03.23, Dr. Saafroedin Bahar 
 saafroedin.ba...@rantaunet.org wrote:
 
 Para sanak sekalian, secara pribadi saya bersimpati kepada aksi demo utk 
 menolak proyek Lippo Group di Padang, yang diduga merupakan bagian dari 
 program kristenisasi di Sumatera Barat. Walau baru dugaan, namun kasus serupa 
 sudah pernah terjadi sekitar tahun 1968, sewaktu Dr Owen dari RS Baptis di 
 Bukittinggi membaptis 25 urang awak di Danau Singkarak, yang menyebabkan 
 diusirnya RS Baptis itu ke luar Sumatera Barat. 
 Saya memahami penolakan tsb sebagai perwujudan hak suatu sukubangsa utk 
 memelihara identitas kulturalnya , yang dijamin oleh Ps 18 B ayat (2) dan 
 Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 serta Pasal 6 UU nomor 39 tahun 1999 ttg HAM. 
 Kedua dasar hukum ini telah dirujuk oleh Pedoman Penghayatan dan Pengamalan 
 ABS SBK yang dihasilkan oleh KKM/SKM GM 2010 dan Deklarasi Identitas Kultural 
 Sukubangsa Minangkabau ABS SBK yg diprakarsai BK3AM tanggal 19 Mei 2013 di 
 Jakarta. Deklarasi ini sudah diaktanotariskan di Jakarta tg 1 Juni 2013. 
 Namun penolakan saja tentu belum cukup, oleh karena jelas sekali bahwa belum 
 banyak urang awak yg benar-benar memahami, mendalami, dan mengamalkan ABS SBK 
 tersebut, oleh karena memang belum diajarkan secara teratur dan sistematis 
 kepada seluruh urang awak. Mungkin itu sebabnya mengapa dalam kenyataannya 
 ABS SBK itu belum terwujud sesuai dengan harapan kita semua. Bacalah berita 
 di media massa Sumatera Barat, dan lihatlah dalam kenyataannya. Merinding 
 bulu tengkuk kita.
 Oleh karena itulah mengapa Pedoman tersebut di atas memberi petunjuk agar 
 kandungan ABS SBK tersebut diterangkan - atau disampaikan sebagai pembekalan 
 - kepada seluruh orang awak. Untuk ini perlu dibentuk Forum Tungku Tigo 
 Sajarangan ( FTTS) sebagai forum kepemimpinan sosial kita orang Minang. FTTS 
 ini sedang dipersiapkan di Jakarta sebagai program uji coba. 
 Sehubungan dengan itu, secara pribadi saya telah menyampaikan saran kepada 
 beberapa orang tokoh pimpinan demo di Padang agar meningkatkan Sekber menjadi 
 FTTS, sehingga bisa ditindaklanjuti secara terencana dan berkelanjutan.
 Secara pribadi saya yakin terhadap keunggulan agama Islam terhadap agama 
 Kristen. Lagi pula perlu kita perhatikan bahwa di kalangan umat Kristen 
 sendiri juga terdapat kegelisahan thd ajaran Kristen, yang bisa kita ikuti 
 dalam demikian banyak video di YouTube, yang menyebabkan lumayan banyaknya 
 orang Kristen berpindah agama ke Islam. Saya sangat tertarik terhadap cara 
 Syekh Ahmad Deedat - seorang ahli perbandingan agama - dalam menghadapi 
 penganut agama Kristen, dan keterangan Syekh Yusuf Estes yang pindah dari 
 agama Kristen Protestan ke Islam. Dengan kata lain, bersamaan dengan menolak 
 kristenisasi, juga terbuka kemungkinan utk mengadakan islamisasi. Rasanya itu 
 yang terkandung dalam ajaran Islam utk ber-' fastabiqul khairaat'. Sudah 
 barang tentu, persiapannya harus baik.
 Wallahualam bissawab.
 
 Wassalam ,
 SB, 77, Jkt. 
 
 Sent from my iPad

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan  kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur  Lokasi disetiap posting
* Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama  mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup RantauNet dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.


Re: [R@ntau-Net] Re: Bagaimana cara menghadapi kegiatan kristenisasi di Sumatera Barat ?

2013-12-12 Terurut Topik Maturidi Donsan
Pak Saaf dan sanak dipalanta n.a.h



Bukan balum ado pak Saaf, tapi mungkin sadang bibapikia, sabalah.


Kalau menengok dari jejaknya, masuknya kristenisasi ke Sumbar/Minangkabau
ialah pada saat Minangkabau lemah, lemah sebelum kemerdekaan oleh
penjajahan, lemah selama mengalami peristiwa politik ditanah air seperti
PRRI dan orde baru dan karena kelengahan.



Sebelum keluar UUD 45 yang diamandemenn memang pagar Minangkabau utuk
dimasuki apa saja sangat lemah, setelah amandemen,  keluar Pasal 28 I  maka
UU sudah memagar Minangkabau untuk hidup sesuai dengan identitas dan
budayanya.

Pemeliaharaan dan penggunaan  pagar ini tentu terserah ke masyarakat
minangkabau sendiri baik  yang di ranah atau dirantau.



Kusus untuk masyarakat Minangkabau baik yang tinggal diranah maupun
dirantau , meskipun secara fisik kedua golongan terpisah namun emosional dan
silaturahmi matrilineal tidak dapat memisahkan mereka, kedua golongan ini
erat-terikat  merasa memiliki minangkabau.



Karena hubungan matrilineal yang kuat - mengikat masyarakat minangkabau
maka tak ada garis pemisah antara mereka yang diranah dan dirantau keduanya
akan tetap bahu membahu memelihara dan menggunakan pagar yang telah
diberikan UU diatas.



Pada saat rantau karena kesibukan mungkin belum sempat konsentrasi
kemasalah pagar ini maka ranah akan manggua canang agar rantau ikut
bergerak terhadap apa yang telah diprakarsai ranah, begitupun sebaliknya.



Interaksi inilah yang terjadi sekarang antara ranah dan rantau. Adanya
 deklarasi
ABS SBK dan ide mendorong berdirinya FTTS  yang mungkin bisa sebagai wadah
 untuk menampung berbagai masalah demi kemajuan minangkabau  termasuk
sebagai jembatan antara ranah dan rantau.



Berdirinya forum ini apapun bentuk dan namanya adalah suatu keniscayaan.

Mudah-mudahan forum ini bisa menjadi thiks- tank-nya masyarakat minang
sehingga ABS SBK  mudah dan lancar disosialisasikan.



Dengan mudah dan lacarnya ABS SBK  tersosialisasi kemasyarakati
mudah-mudahan pagar yang telah diberikan UU untuk memagar dan memelihara
identitas serta budaya Minangkabau dapat diperkuat dan dapat digunakan
secara efektif, termasuk membendung kritenisasi dan budaya-budaya lain yang
sekarang ini secara gencar mengedor-gedor pintu masuk ke ranah minang.



Hutang para cendekiawan baik yang ada diranah maupun di rantau adalah
merealisasikan thiks- tank ini segera agar ada wadah resmi untuk menampung
pemikiran ranah dan rantau untuk memperkuat pagar dan kemajuan minang
kedepan.



Wass,

Maturidi (L-75)

Asal Talang Solok Kutianyia

Duri Riau.


Pada 13 Desember 2013 13.01, Dr. Saafroedin Bahar 
saafroedin.ba...@rantaunet.org menulis:

 Ha ha ha. Alun ado nan mancatuih thread ambo lai. Indak baa doh. Anggap
 sekedar info sajo, he he.

 SB,77, Jkt.

 Sent from my iPad

  On 13 Des 2013, at 03.23, Dr. Saafroedin Bahar 
 saafroedin.ba...@rantaunet.org wrote:
 
  Para sanak sekalian, secara pribadi saya bersimpati kepada aksi demo utk
 menolak proyek Lippo Group di Padang, yang diduga merupakan bagian dari
 program kristenisasi di Sumatera Barat. Walau baru dugaan, namun kasus
 serupa sudah pernah terjadi sekitar tahun 1968, sewaktu Dr Owen dari RS
 Baptis di Bukittinggi membaptis 25 urang awak di Danau Singkarak, yang
 menyebabkan diusirnya RS Baptis itu ke luar Sumatera Barat.
  Saya memahami penolakan tsb sebagai perwujudan hak suatu sukubangsa utk
 memelihara identitas kulturalnya , yang dijamin oleh Ps 18 B ayat (2) dan
 Pasal 28 I ayat (3) UUD 1945 serta Pasal 6 UU nomor 39 tahun 1999 ttg HAM.
 Kedua dasar hukum ini telah dirujuk oleh Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
 ABS SBK yang dihasilkan oleh KKM/SKM GM 2010 dan Deklarasi Identitas
 Kultural Sukubangsa Minangkabau ABS SBK yg diprakarsai BK3AM tanggal 19 Mei
 2013 di Jakarta. Deklarasi ini sudah diaktanotariskan di Jakarta tg 1 Juni
 2013.
  Namun penolakan saja tentu belum cukup, oleh karena jelas sekali bahwa
 belum banyak urang awak yg benar-benar memahami, mendalami, dan mengamalkan
 ABS SBK tersebut, oleh karena memang belum diajarkan secara teratur dan
 sistematis kepada seluruh urang awak. Mungkin itu sebabnya mengapa dalam
 kenyataannya ABS SBK itu belum terwujud sesuai dengan harapan kita semua.
 Bacalah berita di media massa Sumatera Barat, dan lihatlah dalam
 kenyataannya. Merinding bulu tengkuk kita.
  Oleh karena itulah mengapa Pedoman tersebut di atas memberi petunjuk
 agar kandungan ABS SBK tersebut diterangkan - atau disampaikan sebagai
 pembekalan - kepada seluruh orang awak. Untuk ini perlu dibentuk Forum
 Tungku Tigo Sajarangan ( FTTS) sebagai forum kepemimpinan sosial kita orang
 Minang. FTTS ini sedang dipersiapkan di Jakarta sebagai program uji coba.
  Sehubungan dengan itu, secara pribadi saya telah menyampaikan saran
 kepada beberapa orang tokoh pimpinan demo di Padang agar meningkatkan
 Sekber menjadi FTTS, sehingga bisa ditindaklanjuti secara terencana dan
 berkelanjutan.
  Secara pribadi saya yakin terhadap keunggulan agama Islam terhadap agama
 Kristen.