[R@ntau-Net] Satu Yon TNI AD pernah tersesat di Bukit Barisan

2013-05-31 Terurut Topik Jacky Mardono Tjokrodiredjo
 Pada tahun 1964/1965,pernah ada 1 Yon TNI AD yang tersesat antara solok 
Padang,ketika melintasi Bukit Barisan.
Pada waktu itu Pangdamnya adalah Brigjen TNI Panuju.
Mungkin ada diantara bekas anggota Yon tersebut,yang bisa menceritakan 
pengalamannya.

WASS,
Jacky Mardono

CERITA WARGA
SOAL RIMBA TEMPAT HILANGNYA KETUA DPRD SOLOK 

 

Pegunungan
Bukit Barisan di Sumatera. 

VIVAnews –
Hilangnya rombongan napak tilas pimpinan Ketua DPRD Solok di hutan Bukit
Barisan antara Padang dan Solok, membuat pegunungan yang membentang di
sepanjang barat Pulau Sumatera itu dibicarakan orang. Seperti apa sesungguhnya
rimba lokasi hilangnya sang Ketua DPRD Syafri Datuak Siri Marajo? Warga
setempat punya kisahnya sendiri.



Ican (35 tahun), warga Pasa Lalang, Kuranji, Kota Padang, adalah salah satu
orang yang sudah amat mengenal Bukit Barisan yang memisahkan kota Solok dan
Padang itu. Sejak tahun 2000, Ican kerap naik-turun Bukit Barisan. Ia
keluar-masuk rimbanya untuk menangkap burung.



Menurut Ican, lokasi hilangnya Ketua DPRD Solok dan rombongannya yang berasal
dari Nagari Koto Sani, Solok, itu merupakan tempat yang biasa digunakan warga
setempat untuk menangkap burung. 

“Saya
kalau masuk hutan untuk menangkap burung, hanya seminggu sekali pulang. Bagi
saya, naik bukit itu sudah biasa,” kata Ican kepada VIVAnews di posko utama SAR
di daerah Balimbiang, Kuranji, Padang.



Ia menceritakan, di puncak Bukit Barisan banyak camp penangkap burung. Camp itu
semacam pondok-pondok kecil dari terpal yang digunakan untuk tempat berteduh
selama berada di hutan.



“Warga sini (Pasa Lalang) banyak yang menangkap burung ke atas bukit.
Dulu masyarakat memakai jalur itu untuk ke Solok,” ujar Ican. Jalur itu
jugalah menjadi alasan Ketua DPRD Solok melakukan napak tilas. Ia ingin
membersihkan jalur itu untuk dijadikan jalan alternatif antara Solok dan
Padang. 

Ican yang
sudah hafal medan Bukit Barisan sampai ke perbatasan Solok dan Padang, dibawa
tim Batalyon 133 Yudha Sakti untuk mencari rombongan Ketua DPRD di bukit Nur
Haidah. “Untung ada Bang Ican. Kalau tak ada dia, mungkin kami sudah
nyasar pula,” kata Alfriadi, anggota tim Batalyon 133 Yudha Sakti. 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan  kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://rantaunet.wordpress.com/2011/01/01/tata-tertib-adat-salingka-palanta-rntaunet/
- Tulis Nama, Umur  Lokasi disetiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama  mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup RantauNet dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.




Re: [R@ntau-Net] Satu Yon TNI AD pernah tersesat di Bukit Barisan

2013-05-31 Terurut Topik hyvny07
Salam pak Jacky Mardono, dan
Sanak sapalanta penyuka sejarah.
 
Sedikit kenangan yang masih tersimpan dalam memori saya, Rasanya kejadiannya 
ada ditahun 1963/1964. Benar atau tidaknya tahun kejadian saya kaitkan dg 
kegiatan  latihan perang perangan oleh Kodam ?.. yang berlangsung  pada tahun 
itu. Karena kisaran tahun itu saya adalah murid TK Angkasa Tabing.  

Dalam pandangan saya sebagai anak kecil kala itu, telah terjadi perang benaran, 
 dimana Tk angkasa ini bersebelahan dg bandara Tabing. Turut menyaksikan 
bagaimana antar pasukan saling memperebutkan bendera. Nah..dari latihan 
perang2an terbetik cerita orang gede diseputar saya kalau ada pasukan yg hilang 
di rimbo gadang.
 
Tahun 1964-1965,keluarga kami pindah ke Lb Alung. Dirumah dinas Pjka, Keluarga 
kami menampung batalion tentara yang diantara anggotanya pernah tersesat di 
Rimbo Gadang itu.
Saya dan kakak2 sangat akrab dengan sejumlah tentara yg menempati rumah dinas 
papa kami. Ia adalah Oom Suwono dkk yang tersesat dihutan.
Yang saya masih ingat dari ceritanya, katanya mereka tersesat gara gara 
mengikuti orang tua berbaju putih. Mereka mengikuti orangtua itu karena mereka 
mengira menuju kampung penduduk. Anggota pasukan semakin terpencar pencar 
akibat adanya suara balik (gema)yang mengaburkan sumber suara bila mereka 
berteriak atau saling memanggil.  

Saya tidak tau berapa lama mereka tersesat karena katanya, persedian makan  
habis. Sehingga ia makan dedaunan atau apapun yg bisa dimakan. Termasuk bajing. 
Entah karena penambah bumbu bercerita pada kami yg masih kanak2, iapun 
mengatakan ada 2 jenis mata yg tajam kalau dimalam hari. Yaitu burung hantu dan 
harimau. 

Duh..om Suwono ini diidolakan kami para kanak kanak karena kepandaiannya 
bercerita. Termasuk anggota tentara lainnya yg menjadikan kami anak2 pelepas 
rindu pada keluarganya di jawa.  
Hanya setahun kami tinggal di Lb. Alung itu lalu pindah ke kota Padang, tentara 
itu masih menempati rumah dinas pjka itu,

Yang jadi pertanyaan saya setelah puluhan tahun berlalu dan mungkin bisa jadi 
catatan sejarah di Ranah Minang adalah :
A. Mengapa ada latihan perang perangan dikala itu.
B. Mengapa ada batalion tentara yang ditempatkan di rumah dinas PjKA itu.
C. Apakah terkait dg konflik ganyang Malaysia waktu itu. Karena disetiap rumah 
penduduk sudah dipersiapkan lubang lubang perlindungan. 
 
Yang kami ketahui belakangan karena tahun 1968 keluarga kami pindah ke Jakarta 
adalah bahwa kompi/batalion Oom Suwono itu katanya terlibat  G30S/PKI ? 
Benarkah ini ? Kalau benar saya kasihan karena mereka adalah sebenarnya abdi 
negara yg jauh meninggalkan keluasganya di tanah jawa?
 
Sebagai mantan Abri karena Polri berada dalam satu angkatan, Mungkin pak Jacky 
bisa berbagi cerita.
 
Demikian dan terima kasih ya.
 
Wassalam,
 
Evy Nizhamul,
Kawasan Puspiptek, Tangsel  
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-Original Message-
From: Jacky Mardono Tjokrodiredjo jackymard...@yahoo.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 31 May 2013 13:59:49 
To: Polrikeluarga...@yahoogroups.com; rb_po...@googlegroups.com; Polda 
Kaltim Milispoldakal...@yahoogroups.com; 
akademi-kepolis...@yahoogroups.com; Rantaurantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: [R@ntau-Net] Satu Yon TNI AD pernah tersesat di Bukit Barisan

 Pada tahun 1964/1965,pernah ada 1 Yon TNI AD yang tersesat antara solok 
Padang,ketika melintasi Bukit Barisan.
Pada waktu itu Pangdamnya adalah Brigjen TNI Panuju.
Mungkin ada diantara bekas anggota Yon tersebut,yang bisa menceritakan 
pengalamannya.

WASS,
Jacky Mardono

CERITA WARGA
SOAL RIMBA TEMPAT HILANGNYA KETUA DPRD SOLOK 

 

Pegunungan
Bukit Barisan di Sumatera. 

VIVAnews –
Hilangnya rombongan napak tilas pimpinan Ketua DPRD Solok di hutan Bukit
Barisan antara Padang dan Solok, membuat pegunungan yang membentang di
sepanjang barat Pulau Sumatera itu dibicarakan orang. Seperti apa sesungguhnya
rimba lokasi hilangnya sang Ketua DPRD Syafri Datuak Siri Marajo? Warga
setempat punya kisahnya sendiri.



Ican (35 tahun), warga Pasa Lalang, Kuranji, Kota Padang, adalah salah satu
orang yang sudah amat mengenal Bukit Barisan yang memisahkan kota Solok dan
Padang itu. Sejak tahun 2000, Ican kerap naik-turun Bukit Barisan. Ia
keluar-masuk rimbanya untuk menangkap burung.



Menurut Ican, lokasi hilangnya Ketua DPRD Solok dan rombongannya yang berasal
dari Nagari Koto Sani, Solok, itu merupakan tempat yang biasa digunakan warga
setempat untuk menangkap burung. 

“Saya
kalau masuk hutan untuk menangkap burung, hanya seminggu sekali pulang. Bagi
saya, naik bukit itu sudah biasa,” kata Ican kepada VIVAnews di posko utama SAR
di daerah Balimbiang, Kuranji, Padang.



Ia menceritakan, di puncak Bukit Barisan banyak camp penangkap burung. Camp itu
semacam pondok-pondok kecil dari terpal yang digunakan untuk tempat berteduh
selama berada di hutan.



“Warga sini (Pasa Lalang) banyak yang menangkap burung ke atas bukit.
Dulu masyarakat