Re: Bls: [R@ntau-Net] Tuhan Menghendaki Lain.
Assalamualaikum wr.wb Yang ikut pesawat Merpati waktu itu selain yg disebutkan diatas juga adalah Pj Rektor IAIN Imam Bonjol Padang, Bpk Baharuddin Syarif, sdr. Ramzi Ketua HMI Cabang Padang.. Pada 12 Feb 2016 10:53, "ismetrirajab66"menulis: > > > 'Jacky Mardono Tjokrodiredjo' via RantauNet > menulis: > > > > Membaca berita yang berjudul : *Cerita Penumpang AirAsia yang Gagal > Berangkat.* > > Saya teringat peristiwa yang terjadi pada tgl. 10 Nopember 1971. > Pesawat yang akan ditumpangi ibu Sumantoro, > istri Pangdam III /17 Agustus Sumetera Barat, > penerbangan dari Jakarta ke Padang ternyata di cancel. > Sehingga pesawat yang ditumpangi oleh Kololnel Purnomo Sipur, asops Kodam > III/ 17 Agustus, > akan diberangkatkan terlebih dahulu. > > Ibu Sumantoro minta tukar tempat dengan Kolonel Sipur. > Walaupun yang meminta tukar tempat adalah istri komandannya, > namun Kolonel Sipur menolak dengan tegas permintaan ibu Sumantoro, > dengan alasan dia sudah kangen dengan anak-istrinya, > karena telah mengikuti penataran selama beberapa hari. > > Akhirnya pesawat ibu Sumantoro diberangkatkan kurang lebih dua jam , > setelah keberangkatan pesawat yang ditumpangi Kolonel Purnomo Sipur. > Begitu mendarat di Lapangan Terbang Tabing Padang, > ibu Sumantoro dengan kesal menceritakan kepada ADC Pangdam yang > menjemputnya, > bagaimana Kolonel Sipur dengan ketus menolak permintaannya untuk tukar > pesawat. > Namun hati ibu Sumantoro seketika menjadi luluh, > ketika mendapat laporan bahwa pesawat yang ditumpangi Kolonel Sipur, > tujuh menit menjelang landing telah kehilangan kontak dengan tower Tabing, > dan diperkirakan telah nyemplung ke laut ! > Rupanya Tuhan menghendaki lain. > > Ikut jadi korban dari pesawat yang ditumpangi Kolonel Sipur, > adalah putri bapak Azwar Anas, > yang pada waktu itu masih menjabat sebagai direktur P.T Semen Padang. > Korban lain adalah seniwati terkenal yang berasal dari Padang Panjang, > yakni Huria Adam. > Pesawat yang hilang adalah milik Merpati Nusantara Airlines, > jenis Vickers Viscount. > > Pada waktu itu jabatan saya adalah Kapolresta Padang, > yang ikut terlibat dalam pencarian pesawat yang hilang. > > Beberapa tahun sebelumnya, > kisah serupa menimpa bapak Henrda Djayusman, > yang saat itu menjabat sebagai Aslog Polda Sumbar. > Bapak Hendra Djayusman, > http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! > * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting > * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply > * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & > mengganti subjeknya. > === > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: > http://groups.google.com/group/RantauNet/ > --- > Anda menerima pesan ini karena berlangganan grup "RantauNet" di Google > Grup. > Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, > kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. > Untuk opsi lebih lanjut, kunjungi https://groups.google.com/d/optout. > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Google Grup. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+unsubscr...@googlegroups.com. Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/d/optout.
Bls: [R@ntau-Net] Tuhan Menghendaki Lain.
'Jacky Mardono Tjokrodiredjo' via RantauNetmenulis:
Re: [R@ntau-Net] Tuhan Menghendaki Lain.
Pak Jacky Mardono: Rupanya Tuhan menghendaki lain. ANB: Pak Jacky n.a.h., dalam setiap kisah kecelakaan transportasi (darat, laut, udara) yang menelan banyak korban dan adanya calon korban yang terselamatkan karena batal berangkat (dengan beragam sebab), biasanya akan tercetus kalimat seperti di atas dengan beragam variasi seperti ternyata Tuhan berkehendak lain atau Tuhan berkeputusan lain. Logika kalimat seperti ini sesungguhnya berpeluang mencederai akidah kita sebagai umat Islam menyangkut pemahaman tentang ajal. Dengan menyatakan Rupanya Tuhan menghendaki lain berarti berlaku logika: - Karena si X terlambat/batal naik pesawat (*penyebab*) maka si X terhindar dari kematian (*akibat*) kecelakaan pesawat. Batalnya naik pesawat/kapal laut/mobil dilihat sebagai *asbab* (causa) atas terhindarnya ajal. Sesederhana itu. Namun di sinilah jebakan terhadap keimanan dimulai. Seperti sama kita pahami, di dalam Islam ketentuan Tuhan itu sudah pasti. Mutlak. Apalagi jika sudah menyangkut ajal yang tak seorang pun bisa memajukan barang sedetik, atau memundurkan meski hanya sekejap mata (QS 15:5, 23:43), tidak peduli apakah manusia menghindarkan diri darinya (62:8) atau bersembunyi di dalam benteng tinggi dan kokoh (4:78). Semua sudah ditentukan di Lauh Mahfuz. Eksak. Jadi penjelasan bahwa seseorang belum menemui ajal, dalam kondisi apa pun, sesungguhnya justru sederhana sekali: karena waktunya memang *belum* tiba saja. Tersebab belum tibanya ajal si X itulah maka Allah menunjukkan kuasaNya lewat berbagai cara, salah satunya dengan membuat si X *terlambat/batal *mengikuti penerbangan itu. Dengan begitu, batalnya si X naik pesawat sesungguhnya merupakan *akibat* karena jatah hidupnya di dunia belum habis sesuai dengan ketentuan Allah yang sudah pasti (*penyebab*). Ketentuan dan kehendak Allah itu selalu sama. Tak pernah menjadi lain. Allahu a'lam. ANB Pada 29 Desember 2014 14.46, 'Jacky Mardono Tjokrodiredjo' via RantauNet rantaunet@googlegroups.com menulis: Membaca berita yang berjudul : *Cerita Penumpang AirAsia yang Gagal Berangkat.* Saya teringat peristiwa yang terjadi pada tgl. 10 Nopember 1971. Pesawat yang akan ditumpangi ibu Sumantoro, istri Pangdam III /17 Agustus Sumetera Barat, penerbangan dari Jakarta ke Padang ternyata di cancel. Sehingga pesawat yang ditumpangi oleh Kololnel Purnomo Sipur, asops Kodam III/ 17 Agustus, akan diberangkatkan terlebih dahulu. Ibu Sumantoro minta tukar tempat dengan Kolonel Sipur. Walaupun yang meminta tukar tempat adalah istri komandannya, namun Kolonel Sipur menolak dengan tegas permintaan ibu Sumantoro, dengan alasan dia sudah kangen dengan anak-istrinya, karena telah mengikuti penataran selama beberapa hari. Akhirnya pesawat ibu Sumantoro diberangkatkan kurang lebih dua jam , setelah keberangkatan pesawat yang ditumpangi Kolonel Purnomo Sipur. Begitu mendarat di Lapangan Terbang Tabing Padang, ibu Sumantoro dengan kesal menceritakan kepada ADC Pangdam yang menjemputnya, bagaimana Kolonel Sipur dengan ketus menolak permintaannya untuk tukar pesawat. Namun hati ibu Sumantoro seketika menjadi luluh, ketika mendapat laporan bahwa pesawat yang ditumpangi Kolonel Sipur, tujuh menit menjelang landing telah kehilangan kontak dengan tower Tabing, dan diperkirakan telah nyemplung ke laut ! Rupanya Tuhan menghendaki lain. Ikut jadi korban dari pesawat yang ditumpangi Kolonel Sipur, adalah putri bapak Azwar Anas, yang pada waktu itu masih menjabat sebagai direktur P.T Semen Padang. Korban lain adalah seniwati terkenal yang berasal dari Padang Panjang, yakni Huria Adam. Pesawat yang hilang adalah milik Merpati Nusantara Airlines, jenis Vickers Viscount. Pada waktu itu jabatan saya adalah Kapolresta Padang, yang ikut terlibat dalam pencarian pesawat yang hilang. Beberapa tahun sebelumnya, kisah serupa menimpa bapak Henrda Djayusman, yang saat itu menjabat sebagai Aslog Polda Sumbar. Bapak Hendra Djayusman, adalah orang tua dari KJP (P) Nugroho Djayusman. Untuk menghemat keuangan, dalam rangka mau kembali ke Sesko Lembang, beliau mau menumpang pesawat Polair, yang pada waktu itu hanya mengangkut seorang Pati Polri, yakni BJP Amir Machmud. Namun ibu Hendra berserta putra2nya melarang, karena masih kangen dengan pak Henrda. Pak Hendra menuruti permintaan ibu Hendra dan putra2nya. Beberapa menit setelah tinggal landas dari lapangan terbang Tabing, pesawat yang akan ditumpangi pak Hendra nyemlung ke laut, dan penumpangnya semua tewas, Mendengar berita tersebut, Pak Hendra, bu Hendra hanya bisa berpandangan dengan perasaan luluh. Rupanya Tuhan menghendaki lain ! Jabatan saya pada waktu itu adalah Kapolres Padang Pariaman, belum menjabat sebagai Kapolresta Padang. Kami sekeluarga kalau ke Padang, selalu bermalam di kediaman keluarga bapak Hendra Djayusman. Wassalam, Jacky Mardono. Pnwrw. Polri. --
[R@ntau-Net] Tuhan Menghendaki Lain.
Membaca berita yang berjudul : Cerita Penumpang AirAsia yang Gagal Berangkat. Saya teringat peristiwa yang terjadi pada tgl. 10 Nopember 1971.Pesawat yang akan ditumpangi ibu Sumantoro, istri Pangdam III /17 Agustus Sumetera Barat,penerbangan dari Jakarta ke Padang ternyata di cancel. Sehingga pesawat yang ditumpangi oleh Kololnel Purnomo Sipur, asops Kodam III/ 17 Agustus,akan diberangkatkan terlebih dahulu. Ibu Sumantoro minta tukar tempat dengan Kolonel Sipur. Walaupun yang meminta tukar tempat adalah istri komandannya,namun Kolonel Sipur menolak dengan tegas permintaan ibu Sumantoro,dengan alasan dia sudah kangen dengan anak-istrinya,karena telah mengikuti penataran selama beberapa hari. Akhirnya pesawat ibu Sumantoro diberangkatkan kurang lebih dua jam ,setelah keberangkatan pesawat yang ditumpangi Kolonel Purnomo Sipur.Begitu mendarat di Lapangan Terbang Tabing Padang,ibu Sumantoro dengan kesal menceritakan kepada ADC Pangdam yang menjemputnya,bagaimana Kolonel Sipur dengan ketus menolak permintaannya untuk tukar pesawat.Namun hati ibu Sumantoro seketika menjadi luluh,ketika mendapat laporan bahwa pesawat yang ditumpangi Kolonel Sipur,tujuh menit menjelang landing telah kehilangan kontak dengan tower Tabing,dan diperkirakan telah nyemplung ke laut !Rupanya Tuhan menghendaki lain. Ikut jadi korban dari pesawat yang ditumpangi Kolonel Sipur,adalah putri bapak Azwar Anas, yang pada waktu itu masih menjabat sebagai direktur P.T Semen Padang.Korban lain adalah seniwati terkenal yang berasal dari Padang Panjang,yakni Huria Adam.Pesawat yang hilang adalah milik Merpati Nusantara Airlines,jenis Vickers Viscount. Pada waktu itu jabatan saya adalah Kapolresta Padang,yang ikut terlibat dalam pencarian pesawat yang hilang. Beberapa tahun sebelumnya, kisah serupa menimpa bapak Henrda Djayusman,yang saat itu menjabat sebagai Aslog Polda Sumbar.Bapak Hendra Djayusman, adalah orang tua dari KJP (P) Nugroho Djayusman.Untuk menghemat keuangan,dalam rangka mau kembali ke Sesko Lembang,beliau mau menumpang pesawat Polair,yang pada waktu itu hanya mengangkut seorang Pati Polri, yakni BJP Amir Machmud. Namun ibu Hendra berserta putra2nya melarang,karena masih kangen dengan pak Henrda.Pak Hendra menuruti permintaan ibu Hendra dan putra2nya.Beberapa menit setelah tinggal landas dari lapangan terbang Tabing,pesawat yang akan ditumpangi pak Hendra nyemlung ke laut,dan penumpangnya semua tewas, Mendengar berita tersebut, Pak Hendra, bu Hendra hanya bisa berpandangan dengan perasaan luluh.Rupanya Tuhan menghendaki lain ! Jabatan saya pada waktu itu adalah Kapolres Padang Pariaman,belum menjabat sebagai Kapolresta Padang. Kami sekeluarga kalau ke Padang,selalu bermalam di kediaman keluarga bapak Hendra Djayusman. Wassalam, Jacky Mardono.Pnwrw. Polri. -- 28/12/2014 22:12 WIB Cerita Penumpang AirAsia yang Gagal Berangkat Budiawan Setiadi - Surabaya, Ari Putro Cahyono, warga Surabaya beserta 10 anggota keluarganya mengaku shok dan trauma namun bersyukur setelah mengetahui bahwa pesawat AirAsia yang gagal ditumpanginya karena terlambat boarding, ternyata mengalami hilang kontak. Ari menuturkan, awalnya ia dan keluarga datang ke bandara pada pukul 05.30 WIB, sebab tiket terjadwal berangkat pada pukul 07.20 WIB. Namun, sampai di bandara ia dan keluarga telat boarding lantaran tidak membaca email dari pihak AirAsia yang menyebutkan bahwa pesawat berangkat lebih awal. Sebagai solusi, pihak AirAsia memang akan memberangkatkan Ari dan keluarga pada penerbangan berikutnya Namun, Ari mengaku kaget ketika masih di bandara namun mendengar kabar bahwa pesawat AirAsia yang gagal ditumpanginya itu kehilangan kontak. Ari dan keluarga pun shock, trauma dan bersyukur. Tuhan ternyata punya rencana lain untuk saya dan keluarga, tutur Ari. Ari juga mengaku sedih mendengar nasib penumpang yang ada di pesawat yang hilang kontak tersebut. Karena trauma, Ari dan keluarga akhirnya memutuskan untuk kembali pulang dan tidak mengikuti penerbangan selanjutnya tanpa mengkonfirmasi pembatalan kepada pihak maskapai. (sik) --- Kecelakaan Vickers Viscount Samudera Hindia 1971 Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Pada tanggal 10 November 1971, Vickers Viscount Merpati Nusantara Airlines, dengan registrasi PK-MVS, jatuh di Samudera Hindia di lepas pantai Padang, Sumatra, Indonesia, setelah mereka memberitahu kepada pengatur lalu lintas udara mereka tidak dapat sampai ke tujuan karena cuaca buruk. Seluruh dari 69 orang yang ada di atas pesawat tewas dalam kejadian tersebut.Pada saat itu, kecelakaan ini adalah yang terburuk dalam sejarah Indonesia; sekarang kejadian ini adalah yang terburuk kesembilan dalam sejarah kecelakaan penerbangan di Indonesia. Masih terburuk ketiga untuk kecelekaan yang menimpa Vickers Viscount.[1 Kecelakaan