Bls: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?

2014-08-08 Terurut Topik 'asmun sjueib' via RantauNet
Wuah Ddn. Sur tambah pulo ciek laie, urang nan harus dibuek waras dan sehat 
caro bapikie. Lapau wak pakai basamo sajolah, kok ado nan ba promosi silahkan, 
kalau ado rang nan andak bacaruik2 silahkn, tapi nan jaleih siapopun nan 
manjadi anggota Lapau RN seyogyanyo lah tahun tata tertib dan kurenah nan 
sasuai jo harkat martabat masing2.baa gak ati. As long as masih dalam kerangka 
tata tertib, tata krama dan sopan santun jo keimanan ABS SBK lanjuik sajolah.
Wass.
Haasma Depok


Pada Jumat, 8 Agustus 2014 16:17, Julnardi G jgad...@gmail.com menulis:
 


Sanak Dedi,

Bunda Nismah orang tuo kito yang ndak usah angku ajak badebat panjang, ndak ba 
pamatang sawah dek angku lai.

Inti nan disampaikan dek Bundo adolah angku manjadikan RN ko sabagai ajang 
kampanye. Kiniko alah salasai Pilpres, angku ndak baranti2 juo mamforward 
barito2 nan bakaitan jo Capres nan angku dukuang.

Sudah lah, samo jo capres angku, ajak nyo Legowo, bisiakan ka talingo nyo 
:'.Let it go Wo'..

Ciek lai takaik posting Desi Anwar, sasuai pangalamannyo, inyo berhak pulo 
manulis satantang CAPRES nan alah mulai mambuek resah sebagian masyarakat ko. 


wassalam,
JG,37th, Jkt
MInal Aidin wal faidzin




2014-08-08 11:49 GMT+07:00 Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com:

Bunda Nismah yang baik,
Saya tidak paham Bunda nenilai sy dari sudut pandang mana, sehingga Bunda 
mengatakan sy mengkultuskan seorang capres. Dlm postingan ini sy hany 
menyayangkan bahasa seorang Desy Anwar, yg org minang, dan seorang jurnalis 
nasional yg sdh punya nama besar.
Kenapa ?
Desy Anwar adalah seorang jurnalis. Bukan pengamat politik, bukan juru bicara 
salah satu kandidat capres. Seharusnya, sbg jurnalis nasional yg punya nama 
besar, dia hrs bisa menjaga independensi dan kredibilitasnya. 
Kemudian dari tulisan ini, sy lihat justru seorang Desy Anwar telah 
memperlihatkan dirinya seorang yg bodoh dan tdk mengerti konstitusi negara ini.
Dia mengatakan Prabowo harusnya menerima kekalahan dan pilpres sdh selesai. 
Artinya dia tidak mengerti bahwa meneruskan sengketa pilpres ke MK adalah hak 
konstitusional dan berarti dia dia tdk menganggap keberadaan MK sbg lembaga 
hukum di negara ini.
Dia menyalahkan KPU meloloskan Prabowo sbg capres, yg dia anggap Megalomania. 
Artinya dia tdk paham UU yg mengatakan setiap waga negara punya hak yg sama 
untuk dipilih dan memilih dlm pemilu pres, asal menenuhi syarat. Prabowo sdh 
melalui semua test untuk bisa dipilih sbg capres. Sdh diperiksa secara pisik 
dan psikis, dan dokter menyatakan Prabowo layak jd presiden. Berarti dia 
merasa lbh hebat drpd team dokter yg telah memeriksa capres.
Knp dia tdk bilang seperti ini sblm pilpres dimulai, atau pd pilpres2 
sebelumnya, bahkan saat Megawati mengajaknya koalisi di pilpres yg lalu ? Dia 
menganggap dirinya lebih pintar dari KPU, dan KPU hanyalah kumpulan org2 bodoh.
Dia bilang Prabowo megalomania. Gila dan sbgnya. 70% lebih org minang dan 60 
juta lbh orang Indonesia memilih Prabowo sbg presiden. Prabowo menang telak di 
Sumbar. Berarti dia menganggap 70% lebih org minang dan 60 juta lebih org 
Indonesia adalah org bodoh, krn telah memilih seorang megalomania, seorang 
gila sbg presiden.
Atau apa bukan sebaliknya, Bunda Nismah yg telah mengkultuskan salah satu 
kandidat capres, sehingga tak bisa memahami dgn baik tulusan Desy Anwar tsb..?

Wassalam dan terimakasih
dedi suryadi
Pada 8 Agt 2014 08:29, Bunda Nismah nismahru...@gmail.com menulis:


Desi memang orang Minang dan dia bebas memberikan pendapatnya tak perlu dia 
menurut anda yang sudah mengkultuskan seseorang capres.

@Hayatun Nismah Rumzy#

On 7 Agt 2014, at 20.56, Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com wrote:


Assalamualaikum...
Kl ambo indak salah, Desy Anwar ko urang awak.
Prihatin ambo jo bahasonyo..

Mendorong Perubahan
Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut 
Pilpres?
| Rabu, 06 Agustus 2014 - 08:09 WIB | 598343 Views
Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki 
seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahan
JAKARTA, Baranews.co - Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan 
karmanya memiliki seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau 
menerima kekalahannya dengan lapang dada, melanjutkan saja hidupnya, dan 
membiarkan negeri ini kembali menjalankan urusan sehari-hari.
Alih-alih, selama lebih dari dua minggu sejak kita menjalankan kewajiban 
memilih, lewat pemilu yang demokratis, damai, dan transparan, kita masih 
saja harus menenggang pidato-pidato retorikanya tentang hasil-hasil pemilu 
yang menurut versinya sendiri, ia semestinya dialah yang menang, pidato 
tentang Komisi Pemilihan Umum yang curang dan tidak demokratis, tentang 
seluruh proses pemilihan umum yang tidak sah karena didasarkan pada upaya 
penipuan yang masif dan sistematis. Semua itu hanya karena dia tidak sedang 
beruntung. Semua karena dia kalah.
Sebab hasilnya— sejak hasil perhitungan cepat (quick count) ditayangkan, 
sampai ketika 

Bls: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?

2014-08-08 Terurut Topik 'asmun sjueib' via RantauNet
Mantab Ddn. Sur. Suduik pndang nan waras dan masih sehat. Haasma Depok. 


Pada Jumat, 8 Agustus 2014 11:49, Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com menulis:
 


Bunda Nismah yang baik,
Saya tidak paham Bunda nenilai sy dari sudut pandang mana, sehingga Bunda 
mengatakan sy mengkultuskan seorang capres. Dlm postingan ini sy hany 
menyayangkan bahasa seorang Desy Anwar, yg org minang, dan seorang jurnalis 
nasional yg sdh punya nama besar.
Kenapa ?
Desy Anwar adalah seorang jurnalis. Bukan pengamat politik, bukan juru bicara 
salah satu kandidat capres. Seharusnya, sbg jurnalis nasional yg punya nama 
besar, dia hrs bisa menjaga independensi dan kredibilitasnya. 
Kemudian dari tulisan ini, sy lihat justru seorang Desy Anwar telah 
memperlihatkan dirinya seorang yg bodoh dan tdk mengerti konstitusi negara ini.
Dia mengatakan Prabowo harusnya menerima kekalahan dan pilpres sdh selesai. 
Artinya dia tidak mengerti bahwa meneruskan sengketa pilpres ke MK adalah hak 
konstitusional dan berarti dia dia tdk menganggap keberadaan MK sbg lembaga 
hukum di negara ini.
Dia menyalahkan KPU meloloskan Prabowo sbg capres, yg dia anggap Megalomania. 
Artinya dia tdk paham UU yg mengatakan setiap waga negara punya hak yg sama 
untuk dipilih dan memilih dlm pemilu pres, asal menenuhi syarat. Prabowo sdh 
melalui semua test untuk bisa dipilih sbg capres. Sdh diperiksa secara pisik 
dan psikis, dan dokter menyatakan Prabowo layak jd presiden. Berarti dia merasa 
lbh hebat drpd team dokter yg telah memeriksa capres.
Knp dia tdk bilang seperti ini sblm pilpres dimulai, atau pd pilpres2 
sebelumnya, bahkan saat Megawati mengajaknya koalisi di pilpres yg lalu ? Dia 
menganggap dirinya lebih pintar dari KPU, dan KPU hanyalah kumpulan org2 bodoh.
Dia bilang Prabowo megalomania. Gila dan sbgnya. 70% lebih org minang dan 60 
juta lbh orang Indonesia memilih Prabowo sbg presiden. Prabowo menang telak di 
Sumbar. Berarti dia menganggap 70% lebih org minang dan 60 juta lebih org 
Indonesia adalah org bodoh, krn telah memilih seorang megalomania, seorang gila 
sbg presiden.
Atau apa bukan sebaliknya, Bunda Nismah yg telah mengkultuskan salah satu 
kandidat capres, sehingga tak bisa memahami dgn baik tulusan Desy Anwar tsb..?

Wassalam dan terimakasih
dedi suryadi
Pada 8 Agt 2014 08:29, Bunda Nismah nismahru...@gmail.com menulis:

Desi memang orang Minang dan dia bebas memberikan pendapatnya tak perlu dia 
menurut anda yang sudah mengkultuskan seseorang capres.

@Hayatun Nismah Rumzy#

On 7 Agt 2014, at 20.56, Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com wrote:


Assalamualaikum...
Kl ambo indak salah, Desy Anwar ko urang awak.
Prihatin ambo jo bahasonyo..

Mendorong Perubahan
Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut 
Pilpres?
| Rabu, 06 Agustus 2014 - 08:09 WIB | 598343 Views
Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki 
seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahan
JAKARTA, Baranews.co - Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan 
karmanya memiliki seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau 
menerima kekalahannya dengan lapang dada, melanjutkan saja hidupnya, dan 
membiarkan negeri ini kembali menjalankan urusan sehari-hari.
Alih-alih, selama lebih dari dua minggu sejak kita menjalankan kewajiban 
memilih, lewat pemilu yang demokratis, damai, dan transparan, kita masih saja 
harus menenggang pidato-pidato retorikanya tentang hasil-hasil pemilu yang 
menurut versinya sendiri, ia semestinya dialah yang menang, pidato tentang 
Komisi Pemilihan Umum yang curang dan tidak demokratis, tentang seluruh 
proses pemilihan umum yang tidak sah karena didasarkan pada upaya penipuan 
yang masif dan sistematis. Semua itu hanya karena dia tidak sedang beruntung. 
Semua karena dia kalah.
Sebab hasilnya— sejak hasil perhitungan cepat (quick count) ditayangkan, 
sampai ketika hitungan resmi oleh KPU di bawah pengawasan ketat di seluruh 
negeri demi memastikan tidak ada ketidakwajaran yang terluputkan— secara 
konsisten dia berada di kubu yang kalah.
Padahal, selama berbulan-bulan kubunya telah dengan gigih dan tiada henti 
melancarkan upaya kampanye garang secara besar-besaran, efektif dan 
sistematis di setiap basis media yang sebenarnya sudah berhasil mendongkel 
kenaikan suara daripada yang semestinya ia dapatkan. Kendati telah 
mengerahkan upaya-upaya humas yang taktis dan besar-besaran untuk 
mengangkatnya menjadi tokoh penyelamat negeri ini ditambah lagi dengan 
berbagai aktivitas, baik yang secara terang-terangan maupun yang secara 
sembunyi-sembunyi, untuk mempengaruhi para pemilih agar memilihnya. Belum 
lagi entah berapa banyak uang, waktu, dan ahli strategi kampanye profesional, 
energi dan kenaikan tensi darah demi memenuhi ambisi seumur hidupnya: menjadi 
presiden di negeri ini.
Namun, dalam kenyataan, pemenangnya hanya boleh ada satu. Dan pemangnya sudah 
terpilih, dan bukan dia. Kendati apapun yang dicemoohkan kubu seberang, 
kendati ia 

Re: Bls: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?

2014-08-08 Terurut Topik Darwin Chalidi
Ambo usul.
Kito kawal sajo sidang MK. Seluruh caci maki mengenai Capres2. Atakkan dulu
dibawah lapiak. Kalau alah jaleh jantan batinonyo. Kito sapukan sajo ka
tong sampah.

Jan sampai silaturahim awak dibulan syawalko disapu copras capres.

Iko ambo kutipkan khotbah jumat tadi.

Taqwa, Idl Fitri,  Silaturahim adalah hakikat kegiatan dibulan Syawal.

1. Taqwa harus ditingkatkan sesudah Romadhon. Kalau tdk bertaqwa maka bisa2
pahala romadhon habis dibln syawal. Contoh: habis sholat bisa korupsi.
Kolusi. atau berzina karena Taqwanya dilupakan. Maka tugas kita perlu
meningkat kualitas Taqwa kita pd Allah SWT terutama sesudah romadhon.

2. Iedl Fitr kembali ke fitrah ada apa? karena selma bln romadhon umat
menunjukkan ketaatan mereka mentaati Allah SWT tdk kalah sama setan. Maka
kondisi mereka yg mematuhi Allah SWT dengan gigih mencapai puncak kegiatan
romadhon spt puasa, qiamullail, tilawah qur'an, dan ittikaf sudah kembali
keasal penciptaan manusia. Itulah makna Iedl Fitr.
Tambahan puasa 6 hari dibln syawal untuk melengkapi makna puasa selama
setahun.

3. Silaturahim selesai romadhon saling membersihkan diri masing2. Maka
silaturahim itu adalah kesempatan membersihkan dosa sosial. Allah tdk
menghapuskan dosa sosial umatnya maka kesempatan silaturahim adalah
kesempatan memohon maaf dan memaafkan jgn basa basi.

Disampaikan Oleh Ust. Amir Faisol Fath khotib Jumaat MRBJ 8 Agustus 2014.

Darwin Chalidi. Tangsel
On 8 Aug 2014 18:05, 'asmun sjueib' via RantauNet 
rantaunet@googlegroups.com wrote:

 Mantab Ddn. Sur. Suduik pndang nan waras dan masih sehat. Haasma Depok.


   Pada Jumat, 8 Agustus 2014 11:49, Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com
 menulis:


 Bunda Nismah yang baik,
 Saya tidak paham Bunda nenilai sy dari sudut pandang mana, sehingga Bunda
 mengatakan sy mengkultuskan seorang capres. Dlm postingan ini sy hany
 menyayangkan bahasa seorang Desy Anwar, yg org minang, dan seorang jurnalis
 nasional yg sdh punya nama besar.
 Kenapa ?
 Desy Anwar adalah seorang jurnalis. Bukan pengamat politik, bukan juru
 bicara salah satu kandidat capres. Seharusnya, sbg jurnalis nasional yg
 punya nama besar, dia hrs bisa menjaga independensi dan kredibilitasnya.
 Kemudian dari tulisan ini, sy lihat justru seorang Desy Anwar telah
 memperlihatkan dirinya seorang yg bodoh dan tdk mengerti konstitusi negara
 ini.
 Dia mengatakan Prabowo harusnya menerima kekalahan dan pilpres sdh
 selesai. Artinya dia tidak mengerti bahwa meneruskan sengketa pilpres ke MK
 adalah hak konstitusional dan berarti dia dia tdk menganggap keberadaan MK
 sbg lembaga hukum di negara ini.
 Dia menyalahkan KPU meloloskan Prabowo sbg capres, yg dia anggap
 Megalomania. Artinya dia tdk paham UU yg mengatakan setiap waga negara
 punya hak yg sama untuk dipilih dan memilih dlm pemilu pres, asal menenuhi
 syarat. Prabowo sdh melalui semua test untuk bisa dipilih sbg capres. Sdh
 diperiksa secara pisik dan psikis, dan dokter menyatakan Prabowo layak jd
 presiden. Berarti dia merasa lbh hebat drpd team dokter yg telah memeriksa
 capres.
 Knp dia tdk bilang seperti ini sblm pilpres dimulai, atau pd pilpres2
 sebelumnya, bahkan saat Megawati mengajaknya koalisi di pilpres yg lalu ?
 Dia menganggap dirinya lebih pintar dari KPU, dan KPU hanyalah kumpulan
 org2 bodoh.
 Dia bilang Prabowo megalomania. Gila dan sbgnya. 70% lebih org minang dan
 60 juta lbh orang Indonesia memilih Prabowo sbg presiden. Prabowo menang
 telak di Sumbar. Berarti dia menganggap 70% lebih org minang dan 60 juta
 lebih org Indonesia adalah org bodoh, krn telah memilih seorang
 megalomania, seorang gila sbg presiden.
 Atau apa bukan sebaliknya, Bunda Nismah yg telah mengkultuskan salah satu
 kandidat capres, sehingga tak bisa memahami dgn baik tulusan Desy Anwar
 tsb..?
 Wassalam dan terimakasih
 dedi suryadi
 Pada 8 Agt 2014 08:29, Bunda Nismah nismahru...@gmail.com menulis:

 Desi memang orang Minang dan dia bebas memberikan pendapatnya tak perlu
 dia menurut anda yang sudah mengkultuskan seseorang capres.

 @Hayatun Nismah Rumzy#

 On 7 Agt 2014, at 20.56, Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com wrote:

 Assalamualaikum...
 Kl ambo indak salah, Desy Anwar ko urang awak.
 Prihatin ambo jo bahasonyo..
 
 Mendorong Perubahan
 Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut
 Pilpres?
 | Rabu, 06 Agustus 2014 - 08:09 WIB | 598343 Views
 Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki
 seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahan
 JAKARTA, Baranews.co - Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan
 mendapatkan karmanya memiliki seorang kandidat presiden yang pecundang yang
 tidak mau menerima kekalahannya dengan lapang dada, melanjutkan saja
 hidupnya, dan membiarkan negeri ini kembali menjalankan urusan sehari-hari.
 Alih-alih, selama lebih dari dua minggu sejak kita menjalankan kewajiban
 memilih, lewat pemilu yang demokratis, damai, dan transparan, kita masih
 saja harus menenggang pidato-pidato retorikanya 

Bls: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?

2014-08-08 Terurut Topik syaff . al
Sanak Dedy nah,

Ambo hanyo manambahkan bahwa Desy Anwar kini berada dibawah bendera Surya Paloh 
dan sama2 pendukung Jokowi dengan James T Ryadi pemilik JakartaGlob. Jadi, 
tamasuak kudo palajang bukik juo wee mah.

Nan paralu awak sadari, apo pun yang dikatakan orang yg diposisikan kalah, 
tetap tak seenak orang yang merasa menang.

Salam

Syaf AL, Bogor



Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-Original Message-
From: 'asmun sjueib' via RantauNet rantaunet@googlegroups.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 8 Aug 2014 18:37:19 
To: rantaunet@googlegroups.comrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Bls: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan
 Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?

Wuah Ddn. Sur tambah pulo ciek laie, urang nan harus dibuek waras dan sehat 
caro bapikie. Lapau wak pakai basamo sajolah, kok ado nan ba promosi silahkan, 
kalau ado rang nan andak bacaruik2 silahkn, tapi nan jaleih siapopun nan 
manjadi anggota Lapau RN seyogyanyo lah tahun tata tertib dan kurenah nan 
sasuai jo harkat martabat masing2.baa gak ati. As long as masih dalam kerangka 
tata tertib, tata krama dan sopan santun jo keimanan ABS SBK lanjuik sajolah.
Wass.
Haasma Depok


Pada Jumat, 8 Agustus 2014 16:17, Julnardi G jgad...@gmail.com menulis:
 


Sanak Dedi,

Bunda Nismah orang tuo kito yang ndak usah angku ajak badebat panjang, ndak ba 
pamatang sawah dek angku lai.

Inti nan disampaikan dek Bundo adolah angku manjadikan RN ko sabagai ajang 
kampanye. Kiniko alah salasai Pilpres, angku ndak baranti2 juo mamforward 
barito2 nan bakaitan jo Capres nan angku dukuang.

Sudah lah, samo jo capres angku, ajak nyo Legowo, bisiakan ka talingo nyo 
:'.Let it go Wo'..

Ciek lai takaik posting Desi Anwar, sasuai pangalamannyo, inyo berhak pulo 
manulis satantang CAPRES nan alah mulai mambuek resah sebagian masyarakat ko. 


wassalam,
JG,37th, Jkt
MInal Aidin wal faidzin




2014-08-08 11:49 GMT+07:00 Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com:

Bunda Nismah yang baik,
Saya tidak paham Bunda nenilai sy dari sudut pandang mana, sehingga Bunda 
mengatakan sy mengkultuskan seorang capres. Dlm postingan ini sy hany 
menyayangkan bahasa seorang Desy Anwar, yg org minang, dan seorang jurnalis 
nasional yg sdh punya nama besar.
Kenapa ?
Desy Anwar adalah seorang jurnalis. Bukan pengamat politik, bukan juru bicara 
salah satu kandidat capres. Seharusnya, sbg jurnalis nasional yg punya nama 
besar, dia hrs bisa menjaga independensi dan kredibilitasnya. 
Kemudian dari tulisan ini, sy lihat justru seorang Desy Anwar telah 
memperlihatkan dirinya seorang yg bodoh dan tdk mengerti konstitusi negara ini.
Dia mengatakan Prabowo harusnya menerima kekalahan dan pilpres sdh selesai. 
Artinya dia tidak mengerti bahwa meneruskan sengketa pilpres ke MK adalah hak 
konstitusional dan berarti dia dia tdk menganggap keberadaan MK sbg lembaga 
hukum di negara ini.
Dia menyalahkan KPU meloloskan Prabowo sbg capres, yg dia anggap Megalomania. 
Artinya dia tdk paham UU yg mengatakan setiap waga negara punya hak yg sama 
untuk dipilih dan memilih dlm pemilu pres, asal menenuhi syarat. Prabowo sdh 
melalui semua test untuk bisa dipilih sbg capres. Sdh diperiksa secara pisik 
dan psikis, dan dokter menyatakan Prabowo layak jd presiden. Berarti dia 
merasa lbh hebat drpd team dokter yg telah memeriksa capres.
Knp dia tdk bilang seperti ini sblm pilpres dimulai, atau pd pilpres2 
sebelumnya, bahkan saat Megawati mengajaknya koalisi di pilpres yg lalu ? Dia 
menganggap dirinya lebih pintar dari KPU, dan KPU hanyalah kumpulan org2 bodoh.
Dia bilang Prabowo megalomania. Gila dan sbgnya. 70% lebih org minang dan 60 
juta lbh orang Indonesia memilih Prabowo sbg presiden. Prabowo menang telak di 
Sumbar. Berarti dia menganggap 70% lebih org minang dan 60 juta lebih org 
Indonesia adalah org bodoh, krn telah memilih seorang megalomania, seorang 
gila sbg presiden.
Atau apa bukan sebaliknya, Bunda Nismah yg telah mengkultuskan salah satu 
kandidat capres, sehingga tak bisa memahami dgn baik tulusan Desy Anwar tsb..?

Wassalam dan terimakasih
dedi suryadi
Pada 8 Agt 2014 08:29, Bunda Nismah nismahru...@gmail.com menulis:


Desi memang orang Minang dan dia bebas memberikan pendapatnya tak perlu dia 
menurut anda yang sudah mengkultuskan seseorang capres.

@Hayatun Nismah Rumzy#

On 7 Agt 2014, at 20.56, Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com wrote:


Assalamualaikum...
Kl ambo indak salah, Desy Anwar ko urang awak.
Prihatin ambo jo bahasonyo..

Mendorong Perubahan
Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut 
Pilpres?
| Rabu, 06 Agustus 2014 - 08:09 WIB | 598343 Views
Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki 
seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahan
JAKARTA, Baranews.co - Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan 
karmanya memiliki seorang kandidat presiden yang

Re: Bls: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?

2014-08-08 Terurut Topik jgadang
Mamak Haasma n.a.h,

Kok lah baitu kecekk mamak tantu kandak lai balaku, kato bajawek jo info pasti 
ka ditanggapi, untuak parintang2 hari jo pa isi wakatu..dek karanao ndak 
pangaruah juo ka kaputusan MK diskusi dipalanta ko

Ambo sangko satalah tgl 9 kapatang alah abih copras capres dimilis ko, kirono 
masih hangek juo kapalo..kok baitu marilah kito mulai pulo diskusi babak pasca 
pilpres ko

Wassalam,
JG,37th,Jkt

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: 'asmun sjueib' via RantauNet rantaunet@googlegroups.com
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Fri, 8 Aug 2014 18:37:19 
To: rantaunet@googlegroups.comrantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Bls: [R@ntau-Net] Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan
 Megalomania-Delusional Prabowo Ikut Pilpres?

Wuah Ddn. Sur tambah pulo ciek laie, urang nan harus dibuek waras dan sehat 
caro bapikie. Lapau wak pakai basamo sajolah, kok ado nan ba promosi silahkan, 
kalau ado rang nan andak bacaruik2 silahkn, tapi nan jaleih siapopun nan 
manjadi anggota Lapau RN seyogyanyo lah tahun tata tertib dan kurenah nan 
sasuai jo harkat martabat masing2.baa gak ati. As long as masih dalam kerangka 
tata tertib, tata krama dan sopan santun jo keimanan ABS SBK lanjuik sajolah.
Wass.
Haasma Depok


Pada Jumat, 8 Agustus 2014 16:17, Julnardi G jgad...@gmail.com menulis:
 


Sanak Dedi,

Bunda Nismah orang tuo kito yang ndak usah angku ajak badebat panjang, ndak ba 
pamatang sawah dek angku lai.

Inti nan disampaikan dek Bundo adolah angku manjadikan RN ko sabagai ajang 
kampanye. Kiniko alah salasai Pilpres, angku ndak baranti2 juo mamforward 
barito2 nan bakaitan jo Capres nan angku dukuang.

Sudah lah, samo jo capres angku, ajak nyo Legowo, bisiakan ka talingo nyo 
:'.Let it go Wo'..

Ciek lai takaik posting Desi Anwar, sasuai pangalamannyo, inyo berhak pulo 
manulis satantang CAPRES nan alah mulai mambuek resah sebagian masyarakat ko. 


wassalam,
JG,37th, Jkt
MInal Aidin wal faidzin




2014-08-08 11:49 GMT+07:00 Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com:

Bunda Nismah yang baik,
Saya tidak paham Bunda nenilai sy dari sudut pandang mana, sehingga Bunda 
mengatakan sy mengkultuskan seorang capres. Dlm postingan ini sy hany 
menyayangkan bahasa seorang Desy Anwar, yg org minang, dan seorang jurnalis 
nasional yg sdh punya nama besar.
Kenapa ?
Desy Anwar adalah seorang jurnalis. Bukan pengamat politik, bukan juru bicara 
salah satu kandidat capres. Seharusnya, sbg jurnalis nasional yg punya nama 
besar, dia hrs bisa menjaga independensi dan kredibilitasnya. 
Kemudian dari tulisan ini, sy lihat justru seorang Desy Anwar telah 
memperlihatkan dirinya seorang yg bodoh dan tdk mengerti konstitusi negara ini.
Dia mengatakan Prabowo harusnya menerima kekalahan dan pilpres sdh selesai. 
Artinya dia tidak mengerti bahwa meneruskan sengketa pilpres ke MK adalah hak 
konstitusional dan berarti dia dia tdk menganggap keberadaan MK sbg lembaga 
hukum di negara ini.
Dia menyalahkan KPU meloloskan Prabowo sbg capres, yg dia anggap Megalomania. 
Artinya dia tdk paham UU yg mengatakan setiap waga negara punya hak yg sama 
untuk dipilih dan memilih dlm pemilu pres, asal menenuhi syarat. Prabowo sdh 
melalui semua test untuk bisa dipilih sbg capres. Sdh diperiksa secara pisik 
dan psikis, dan dokter menyatakan Prabowo layak jd presiden. Berarti dia 
merasa lbh hebat drpd team dokter yg telah memeriksa capres.
Knp dia tdk bilang seperti ini sblm pilpres dimulai, atau pd pilpres2 
sebelumnya, bahkan saat Megawati mengajaknya koalisi di pilpres yg lalu ? Dia 
menganggap dirinya lebih pintar dari KPU, dan KPU hanyalah kumpulan org2 bodoh.
Dia bilang Prabowo megalomania. Gila dan sbgnya. 70% lebih org minang dan 60 
juta lbh orang Indonesia memilih Prabowo sbg presiden. Prabowo menang telak di 
Sumbar. Berarti dia menganggap 70% lebih org minang dan 60 juta lebih org 
Indonesia adalah org bodoh, krn telah memilih seorang megalomania, seorang 
gila sbg presiden.
Atau apa bukan sebaliknya, Bunda Nismah yg telah mengkultuskan salah satu 
kandidat capres, sehingga tak bisa memahami dgn baik tulusan Desy Anwar tsb..?

Wassalam dan terimakasih
dedi suryadi
Pada 8 Agt 2014 08:29, Bunda Nismah nismahru...@gmail.com menulis:


Desi memang orang Minang dan dia bebas memberikan pendapatnya tak perlu dia 
menurut anda yang sudah mengkultuskan seseorang capres.

@Hayatun Nismah Rumzy#

On 7 Agt 2014, at 20.56, Dedi Suryadi dsuryadi...@gmail.com wrote:


Assalamualaikum...
Kl ambo indak salah, Desy Anwar ko urang awak.
Prihatin ambo jo bahasonyo..

Mendorong Perubahan
Desi Anwar: Mengapa KPU Meloloskan Megalomania-Delusional Prabowo Ikut 
Pilpres?
| Rabu, 06 Agustus 2014 - 08:09 WIB | 598343 Views
Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan karmanya memiliki 
seorang kandidat presiden yang pecundang yang tidak mau menerima kekalahan
JAKARTA, Baranews.co - Saya tidak tahu apa dosa Indonesia dengan mendapatkan 
karmanya memiliki