Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-06-30 Thread sjamsir_sjarif
Alaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu,

Maa Angku Azmi Dt,Bagindo nan kami muliakan,

Kok buliah ambo batanyo dalam kasus pambarian gala baru ko, apo sajo
"hak-hak adat atau yang disebut sako jo pusako" nan alah dibarikan
ka Datuk nan baru ko?

Trimo kasih.

Salam,
Sjamsir Sjarif

--- In rantau...@yahoogroups.com, azmi abu kasim azmi abu kasim
 wrote:
>
>
>
>
>
> Assalamalikum W.W.
> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian
gelar adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya,
dan mohon maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih
ateh sagalo pehtian.
> Wassalam,
>
>
> GELAR ADAT
>
> DIBERIKAN  TIDAK  PADA
>  TEMPATNYA
>
>
>
>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni
> pukul  09,03 pagi ambo mendapat SMS dari
> Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang isinya adalah
> menyampaikan berita duka cita, bahwa
> telah berpulang ke alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai
> Padang, pada jam 07,30 pagi tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak
Darman Moenir
> dan beliau meneruskan kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan
menyatakan
> atas nama Lembaga Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta, turut
> berduka cita yang sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah
beliau di
> terima di sisi Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan
segala kekilapannya.
> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan
menyatakan
> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>
>
>
> Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
>
>
>
> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di
> kejutkan  oleh tulisan beliau Bapak
> Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di milis
nangko. Tulisan  diberi judul "Penghulu Padang Manjagoan Ula
Lalok" hal tersebut berkaitan dengan
> adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN
> niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
diberikan kepada orang non Islam.
>
>
> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek
> dengan beliau Alm Bapak Wisran Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan
besar
> yang dapat mengkaburkan nilai-nilai Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi
> Kibullah, (ABS-SBK), yang merupakan jati diri masyarakat Minangkau.
> Yang mana bahwa masyarakat Minangkabau telah sepakat, menganut Agama
hanya
> satu-satunya adalah Agam Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam
apalagi nan
> bagala Datuak atau Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah
Agama, baik bagala Datuak atau Sutan, maka
> dia secara otomatis keluar dari orang Minang,
> atau dia bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera
> Barat.
>
> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah
> pelecehan : Yang pertama, pelecehan terhadap yang menerima, karena dia
> menerima sesuatu yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan
menerima
> cek kosong tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan
"berdiri
> penghulu sepakat kaum" sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu
siapa
> yang mengangkatnya?
>
> Yang
> kedua, pelecehan terhadap
> nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan gelar yang diberikan kepada
orang non
> Islam. Sedangkan orang Minangkabau sendiri yang telah di beri gelar,
apakah itu
> gelar datuak, atau gelar yang lain, apabila dia berpindah agama dari
agam
> Islam, maka gelar yang di telah di berikan kepadanya di cabut kembali,
begitu
> juga seluruh hak-hak adat atau yang disebut sako jo pusako, dan
kepadanya
> diberikan sanksi adat dengan dibuang sepanjang adat.
>
> Yang
> ketiga, pelecehan terhadap yang
> memberi, karena mereka telah melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan aturan
> adat  nan sabatang panjang, yaitu "Adat
> Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah" (ABS-SBK) yang berlaku
di
> seluruh Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  menjunjung tinggi nilai
yang terkandung di dalamnya.
> Ini sangat berbahaya karena  pemberian
> ini berarti telah memberikan peluang kepada  pihak Agama lain untuk
masuk kedalam tatanan
> Adat Minangkabau, hal ini tentu tidak dapat di biarkan. Kita belum
tahu apa
> alasan pemberian tersebut, apa ada unsur kesengajaan atau mungkin
beliau-beliau
> itu lupa, dalam hal ini  perlu ada
> kejelasan. Kalau Bulando bapaga basi, Minangkabau bapaga Adat, maka
sekarang
> paga itu yang telah dibuka oleh orang dalam sendiri, jadi jalan tidak
dianjak
> urang lalu, cupak indak dirubah urang manggalek, tetapi urang dalam
sendiri nan
> maasak jalan dan nan marubah cupak,  mako
> sehubungan dengan hal tersebut diatas, bersama ini ambo manyarankan
sebagai
> berikut :
>
>
>
> (1)   Kiranya KAN niniak mamak nan salapan suku nagri
> Padang berserta Bundo Kandung, dapat mengadakan koreksi kembali dengan
> pertimbangan dan mengkaji melarat dan manfaatnya, tentu lebih banyak
melarat
> dari manfaatnya dan kemudian mencabut kembali pemberian gelar
tersebut, dan
> selanjut membuat pernyataan maaf melalui media cetak kepada seluruh
masyarakat
> Minangkabau
>
> (2)   Kepa

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-01 Thread Datuk Endang
Sasuai jo pandangan angku Dt. Bagindo dan almarhum Wisran Hadi. Kok mode itu 
caro awak baradaik, alamaik ka lamak surang-surang, usah bapacik ka sabatang 
panjang. Dari alah banyak contoh, mudaraik nan ka dapek, nan lamaknyo 
sabantanyo.
Kok buliah manambah saketek :
 
urang rantau di palanta minang
maukia kato babarih-barih
jalan alah diasak awak surang
usah batenggang ka nan ramih
 
babarih-barih kato dituliskan
mangurai taragak di dalam hati
raso pareso indak lai dipatenggangkan
tapi alah tasilau jo urang bapiti
 
dek taragak ka ranah bundo
biarlah hati dibaok sansaro
kok baitu model kan dan niniak mamak kito
elok dibuang, baliak kito ka pituah lamo
 
Wassalam,
-datuk endang


--- On Thu, 6/30/11, azmi abu kasim azmi abu kasim 
 wrote:





















Assalamalikum W.W.

Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati


Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar 
adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon maaf 
jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo pehtian.


Wassalam,





GELAR ADAT

DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
 
 Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo mendapat SMS 
dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang isinya adalah 
menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke alam akhir Bapak 
Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi tgl 28 /6/11 beliau 
terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan kepada ambo. Lansung ambo 
baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama Lembaga Adat Kebudayaan Minangkabau 
(LAKM) Jakarta, turut berduka cita yang sedalam-dalamnya dan kita mendoakan 
semoga arwah beliau di terima di sisi Allah, di terima segala amal kebaikan dan 
di maafkan segala kekilapannya. Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak 
Asrafery dengan menyatakan bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.  
 
Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
 
Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan 
beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di 
milis nangko. Tulisan  diberi judul “Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok” hal 
tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN niniak mamak 
nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang diberikan kepada orang 
non Islam. 
Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran Hadi, 
bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan nilai-nilai 
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah, (ABS-SBK), yang merupakan jati 
diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat Minangkabau telah 
sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam Islam, setiap orang 
Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau Penghulu. Jika ada orang 
Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak atau Sutan, maka dia secara 
otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia bukanlah orang Minang lagi, tetapi 
hanyalah orang Sumatera Barat. 
Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : Yang pertama, 
pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu yang tidak dapat 
di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong tidak dapat di uangkan, 
dalam pepatah adat disebutkan “berdiri penghulu sepakat kaum” sedang dia 
sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang mengangkatnya?
Yang kedua, pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan gelar 
yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau sendiri yang 
telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang lain, apabila dia 
berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah di berikan kepadanya 
di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau yang disebut sako jo 
pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan dibuang sepanjang adat.
Yang ketiga, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah melakukan 
sesuatu yang bertentangan dengan aturan adat  nan sabatang panjang, yaitu “Adat 
Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS-SBK) yang berlaku di seluruh 
Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  menjunjung tinggi nilai yang terkandung di 
dalamnya. Ini sangat berbahaya karena  pemberian ini berarti telah memberikan 
peluang kepada  pihak Agama lain untuk masuk kedalam tatanan Adat Minangkabau, 
hal ini tentu tidak dapat di biarkan. Kita belum tahu apa alasan pemberian 
tersebut, apa ada unsur kesengajaan atau mungkin beliau-beliau itu lupa, dalam 
hal ini  perlu ada kejelasan. Kalau Bulando bapaga basi, Minangkabau bapaga 
Adat, maka sekarang paga itu yang telah dibuka oleh orang dalam sendiri, jadi 
jalan tidak dianjak urang lalu, cupak indak dirubah urang manggalek, tetapi 
urang dalam sendiri nan maasak jalan dan nan marubah cupak,  mako sehubungan 
dengan hal tersebut diatas,
 bersama ini ambo manyarankan sebagai berikut : 
 
(1)   Kiranya KAN niniak mamak nan salapan suku nagri Padang berserta Bundo 
Kandung, dapat meng

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread Mimbar Islam
Angku Dt Bagindo,
Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang
tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan
seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
wassalam
Nan indak bagala Datuak...

2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 

>
>
> Assalamalikum W.W.*
> *
>
> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>
>
> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar
> adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon
> maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo
> pehtian.
>
>
> Wassalam,
> **
>
>
> **
>
> *
> *
>
> *GELAR ADAT*
>
> *DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA*
>
> * *
>
>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo
> mendapat SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang
> isinya adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke
> alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi
> tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan
> kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama *Lembaga
> Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta*, turut berduka cita yang
> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi
> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya.
> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan
> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>
> * *
>
> *Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.*
>
>
>
> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan
> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di
> milis nangko. Tulisan  diberi judul *“Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok”
> * hal tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN
> niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
> diberikan kepada orang non Islam.
>
> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran
> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan
> nilai-nilai *Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah,* (ABS-SBK),
> yang merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat
> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam
> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau
> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak
> atau Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia
> bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
>
> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : *Yang
> pertama,* pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu
> yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong
> tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “*berdiri penghulu
> sepakat kaum*” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang
> mengangkatnya?
>
> *Yang kedua,* pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan
> gelar yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau
> sendiri yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang
> lain, apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah
> di berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau
> yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan
> dibuang sepanjang adat.
>
> *Yang ketiga*, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah
> melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan adat  nan sabatang
> panjang, yaitu “*Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS-SBK)
> * yang berlaku di seluruh Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  menjunjung
> tinggi nilai yang terkandung di dalamnya. Ini sangat berbahaya karena  
> pemberian
> ini berarti telah memberikan peluang kepada  pihak Agama lain untuk masuk
> kedalam tatanan Adat Minangkabau, hal ini tentu tidak dapat di biarkan. Kita
> belum tahu apa alasan pemberian tersebut, apa ada unsur kesengajaan atau
> mungkin beliau-beliau itu lupa, dalam hal ini  perlu ada kejelasan. Kalau
> Bulando bapaga basi, Minangkabau bapaga Adat, maka sekarang paga itu yang
> telah dibuka oleh orang dalam sendiri, jadi jalan tidak dianjak urang lalu,
> cupak indak dirubah urang manggalek, tetapi urang dalam sendiri nan maasak
> jalan dan nan marubah cupak,  mako sehubungan dengan hal tersebut diatas,
> bersama ini ambo manyarankan sebagai berikut :
>
>
>
> (1)   Kiranya KAN niniak mamak nan salapan suku nagri Padang berserta
> Bundo Kandung, dapat mengadakan koreksi kembali dengan pertimbangan dan
> mengkaji melarat dan manfaatnya, tentu lebih banyak melarat dari manfaatnya
> dan kemudian mencabut kembali pemberian gelar tersebut, dan selanjut membuat
> pernyataan maaf melalui media cetak kepada seluruh masyarakat Minangkabau
>
> (2)   Kepada yang mene

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread syaff . al
Maaf sanak di Palanta!

Mimbar Islam ko sia ko ha?

Salam

Syaf AL
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Mimbar Islam 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 
To: 
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

Angku Dt Bagindo,
Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang
tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan
seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
wassalam
Nan indak bagala Datuak...

2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 

>
>
> Assalamalikum W.W.*
> *
>
> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>
>
> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar
> adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon
> maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo
> pehtian.
>
>
> Wassalam,
> **
>
>
> **
>
> *
> *
>
> *GELAR ADAT*
>
> *DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA*
>
> * *
>
>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo
> mendapat SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang
> isinya adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke
> alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi
> tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan
> kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama *Lembaga
> Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta*, turut berduka cita yang
> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi
> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya.
> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan
> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>
> * *
>
> *Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.*
>
>
>
> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan
> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di
> milis nangko. Tulisan  diberi judul *“Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok”
> * hal tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN
> niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
> diberikan kepada orang non Islam.
>
> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran
> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan
> nilai-nilai *Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah,* (ABS-SBK),
> yang merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat
> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam
> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau
> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak
> atau Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia
> bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
>
> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : *Yang
> pertama,* pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu
> yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong
> tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “*berdiri penghulu
> sepakat kaum*” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang
> mengangkatnya?
>
> *Yang kedua,* pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan
> gelar yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau
> sendiri yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang
> lain, apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah
> di berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau
> yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan
> dibuang sepanjang adat.
>
> *Yang ketiga*, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah
> melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan adat  nan sabatang
> panjang, yaitu “*Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS-SBK)
> * yang berlaku di seluruh Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  menjunjung
> tinggi nilai yang terkandung di dalamnya. Ini sangat berbahaya karena  
> pemberian
> ini berarti telah memberikan peluang kepada  pihak Agama lain untuk masuk
> kedalam tatanan Adat Minangkabau, hal ini tentu tidak dapat di biarkan. Kita
> belum tahu apa alasan pemberian tersebut, apa ada unsur kesengajaan atau
> mungkin beliau-beliau itu lupa, dalam hal ini  perlu ada kejelasan. Kalau
> Bulando bapaga basi, Minangkabau bapaga Adat, maka sekarang paga itu yang
> telah dibuka oleh orang dalam sendiri, jadi jalan tidak dianjak urang lalu,
> c

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread Final
Dicaliak-caliak Mimbar Islam ko adolah Azmi Dt. Babi do, kok ambo indak salah, 
mungkin ado nan labiah tahu.
final, 48 th' Bogor
Sent from my iPad

On Jul 4, 2011, at 2:49 PM, syaff...@gmail.com wrote:

> Maaf sanak di Palanta!
> 
> Mimbar Islam ko sia ko ha?
> 
> Salam
> 
> Syaf AL
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> From: Mimbar Islam 
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 +0700
> To: 
> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA
> 
> Angku Dt Bagindo,
> Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang 
> tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan 
> seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
> wassalam
> Nan indak bagala Datuak...
> 
> 2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 
> 
> 
> Assalamalikum W.W.
> 
> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
> 
> 
> 
> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar 
> adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon 
> maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo 
> pehtian.
> 
> 
> 
> Wassalam,
> 
> 
> 
> 
> 
> GELAR ADAT
> 
> DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
> 
>  
> 
>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo mendapat 
> SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang isinya 
> adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke alam akhir 
> Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi tgl 28 
> /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan kepada 
> ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama Lembaga Adat 
> Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta, turut berduka cita yang 
> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi 
> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya. 
> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan 
> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau. 
> 
>  
> 
> Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
> 
>  
> 
> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan 
> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di 
> milis nangko. Tulisan  diberi judul “Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok” hal 
> tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN niniak 
> mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang diberikan 
> kepada orang non Islam.
> 
> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran 
> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan 
> nilai-nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah, (ABS-SBK), yang 
> merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat 
> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam 
> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau 
> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak atau 
> Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia bukanlah 
> orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
> 
> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : Yang 
> pertama, pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu yang 
> tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong tidak 
> dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “berdiri penghulu sepakat 
> kaum” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang mengangkatnya?
> 
> Yang kedua, pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan gelar 
> yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau sendiri 
> yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang lain, 
> apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah di 
> berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau 
> yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan 
> dibuang sepanjang adat.
> 
> Yang ketiga, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah melakukan 
> sesuatu yang bertentangan dengan aturan adat  nan sabatang panjang, yaitu 
> “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS-SBK) yang berlaku di 
> seluruh Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  menjunjung tinggi nilai yang 
> terkandung di dalamnya. Ini sangat berbahaya karena  pemberian ini berarti 
> telah memberikan peluang kepada  pihak Agama lain untuk masuk kedalam tatanan 
> Adat Minangkabau, hal ini tentu tidak dapat di biarkan. Kita belum tahu 

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread Darwin Chalidi
Nampaknyo Milis awakko alah kanai pulo. Sia pulo ko Final.

On 7/4/11, Final  wrote:
> Dicaliak-caliak Mimbar Islam ko adolah Azmi Dt. Babi do, kok ambo indak
> salah, mungkin ado nan labiah tahu.
> final, 48 th' Bogor
> Sent from my iPad
>
> On Jul 4, 2011, at 2:49 PM, syaff...@gmail.com wrote:
>
>> Maaf sanak di Palanta!
>>
>> Mimbar Islam ko sia ko ha?
>>
>> Salam
>>
>> Syaf AL
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>
>> From: Mimbar Islam 
>> Sender: rantaunet@googlegroups.com
>> Date: Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 +0700
>> To: 
>> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
>> Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA
>>
>> Angku Dt Bagindo,
>> Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang
>> tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan
>> seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
>> wassalam
>> Nan indak bagala Datuak...
>>
>> 2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 
>>
>>
>> Assalamalikum W.W.
>>
>> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>>
>>
>>
>> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian
>> gelar adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan
>> mohon maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh
>> sagalo pehtian.
>>
>>
>>
>> Wassalam,
>>
>>
>>
>>
>>
>> GELAR ADAT
>>
>> DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
>>
>>
>>
>>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo
>> mendapat SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang
>> isinya adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke
>> alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30
>> pagi tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau
>> meneruskan kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas
>> nama Lembaga Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta, turut berduka
>> cita yang sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di
>> terima di sisi Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala
>> kekilapannya. Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery
>> dengan menyatakan bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>>
>>
>>
>> Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
>>
>>
>>
>> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan
>> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di
>> milis nangko. Tulisan  diberi judul “Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok”
>> hal tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN
>> niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
>> diberikan kepada orang non Islam.
>>
>> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran
>> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan
>> nilai-nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah, (ABS-SBK), yang
>> merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat
>> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam
>> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau
>> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak
>> atau Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia
>> bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
>>
>> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : Yang
>> pertama, pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu
>> yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong
>> tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “berdiri penghulu
>> sepakat kaum” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang
>> mengangkatnya?
>>
>> Yang kedua, pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan
>> gelar yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau
>> sendiri yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang
>> lain, apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di
>> telah di berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak
>> adat atau yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat
>> dengan dibuang sepanjang adat.
>>
>> Yang ketiga, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah
>> melakukan sesuatu yang bertentangan

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread parapatiah

Dicaliak dari email ybs:

Ust Zulharbi Salim St Mangkuto, pendiri Ponpes Harby? Di Solok?

Salam
Patiah

Sent from my powered by Sinyal Kuat INDOSAT.BlackBerry®
“rang awak bisano samo bakarajo, indak bisa bakarajo samo”
==bersama menebar rahmat, TDA==

-Original Message-
From: Final 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 4 Jul 2011 14:58:11 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

Dicaliak-caliak Mimbar Islam ko adolah Azmi Dt. Babi do, kok ambo indak salah, 
mungkin ado nan labiah tahu.
final, 48 th' Bogor
Sent from my iPad

On Jul 4, 2011, at 2:49 PM, syaff...@gmail.com wrote:

> Maaf sanak di Palanta!
> 
> Mimbar Islam ko sia ko ha?
> 
> Salam
> 
> Syaf AL
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> From: Mimbar Islam 
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 +0700
> To: 
> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA
> 
> Angku Dt Bagindo,
> Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang 
> tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan 
> seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
> wassalam
> Nan indak bagala Datuak...
> 
> 2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 
> 
> 
> Assalamalikum W.W.
> 
> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
> 
> 
> 
> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar 
> adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon 
> maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo 
> pehtian.
> 
> 
> 
> Wassalam,
> 
> 
> 
> 
> 
> GELAR ADAT
> 
> DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
> 
>  
> 
>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo mendapat 
> SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang isinya 
> adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke alam akhir 
> Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi tgl 28 
> /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan kepada 
> ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama Lembaga Adat 
> Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta, turut berduka cita yang 
> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi 
> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya. 
> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan 
> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau. 
> 
>  
> 
> Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
> 
>  
> 
> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan 
> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di 
> milis nangko. Tulisan  diberi judul “Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok” hal 
> tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN niniak 
> mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang diberikan 
> kepada orang non Islam.
> 
> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran 
> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan 
> nilai-nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah, (ABS-SBK), yang 
> merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat 
> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam 
> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau 
> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak atau 
> Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia bukanlah 
> orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
> 
> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : Yang 
> pertama, pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu yang 
> tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong tidak 
> dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “berdiri penghulu sepakat 
> kaum” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang mengangkatnya?
> 
> Yang kedua, pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan gelar 
> yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau sendiri 
> yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang lain, 
> apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah di 
> berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau 
> yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan 
> dibuang sepanjang adat.
> 
> Yang ketiga, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread syaff . al
Pak DC n Mak Patiah,

Mudah2an Rang Dapua tahu jo Final ko, kok ado kato yang pantas gai? Atau salah 
tulih.

Salam

Syaf AL
48/Bogor
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Darwin Chalidi 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 4 Jul 2011 15:03:28 
To: 
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

Nampaknyo Milis awakko alah kanai pulo. Sia pulo ko Final.

On 7/4/11, Final  wrote:
> Dicaliak-caliak Mimbar Islam ko adolah Azmi Dt. Babi do, kok ambo indak
> salah, mungkin ado nan labiah tahu.
> final, 48 th' Bogor
> Sent from my iPad
>
> On Jul 4, 2011, at 2:49 PM, syaff...@gmail.com wrote:
>
>> Maaf sanak di Palanta!
>>
>> Mimbar Islam ko sia ko ha?
>>
>> Salam
>>
>> Syaf AL
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>>
>> From: Mimbar Islam 
>> Sender: rantaunet@googlegroups.com
>> Date: Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 +0700
>> To: 
>> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
>> Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA
>>
>> Angku Dt Bagindo,
>> Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang
>> tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan
>> seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
>> wassalam
>> Nan indak bagala Datuak...
>>
>> 2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 
>>
>>
>> Assalamalikum W.W.
>>
>> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>>
>>
>>
>> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian
>> gelar adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan
>> mohon maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh
>> sagalo pehtian.
>>
>>
>>
>> Wassalam,
>>
>>
>>
>>
>>
>> GELAR ADAT
>>
>> DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
>>
>>
>>
>>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo
>> mendapat SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang
>> isinya adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke
>> alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30
>> pagi tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau
>> meneruskan kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas
>> nama Lembaga Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta, turut berduka
>> cita yang sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di
>> terima di sisi Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala
>> kekilapannya. Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery
>> dengan menyatakan bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>>
>>
>>
>> Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
>>
>>
>>
>> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan
>> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di
>> milis nangko. Tulisan  diberi judul “Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok”
>> hal tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN
>> niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
>> diberikan kepada orang non Islam.
>>
>> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran
>> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan
>> nilai-nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah, (ABS-SBK), yang
>> merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat
>> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam
>> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau
>> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak
>> atau Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia
>> bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
>>
>> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : Yang
>> pertama, pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu
>> yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong
>> tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “berdiri penghulu
>> sepakat kaum” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang
>> mengangkatnya?
>>
>> Yang kedua, pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan
>> gelar yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau
>> sendiri yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang
>> l

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread syaff . al
Sanak Final dan sanak di Palanta!

Dek karano ambo yang mulai batanyo soal identitas Mimbar Islam dan kemudian 
penjelasan sanak ado yg sangat dilua garih, ambo harapkan hal itu 
diklarifikasi. Apakah menyebutkan gelar Pak Dt. Azmi yang demikian salah tulih, 
atau ada unsur kesengajaan? Kalau salah tulih, tolong dibuat pernyataan, tapi 
kalau disingajo, ambo sarahkan ka rang dapua, sanak2 ambo di palanta dan kepada 
Yth. Bapak Azmi.

Labiah dan kurang banyak maaf.

Salam,

Syaf AL
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Final 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 4 Jul 2011 14:58:11 
To: rantaunet@googlegroups.com
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

Dicaliak-caliak Mimbar Islam ko adolah Azmi Dt. Babi do, kok ambo indak salah, 
mungkin ado nan labiah tahu.
final, 48 th' Bogor
Sent from my iPad

On Jul 4, 2011, at 2:49 PM, syaff...@gmail.com wrote:

> Maaf sanak di Palanta!
> 
> Mimbar Islam ko sia ko ha?
> 
> Salam
> 
> Syaf AL
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> From: Mimbar Islam 
> Sender: rantaunet@googlegroups.com
> Date: Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 +0700
> To: 
> ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
> Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA
> 
> Angku Dt Bagindo,
> Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang 
> tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan 
> seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
> wassalam
> Nan indak bagala Datuak...
> 
> 2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 
> 
> 
> Assalamalikum W.W.
> 
> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
> 
> 
> 
> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar 
> adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon 
> maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo 
> pehtian.
> 
> 
> 
> Wassalam,
> 
> 
> 
> 
> 
> GELAR ADAT
> 
> DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
> 
>  
> 
>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo mendapat 
> SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang isinya 
> adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke alam akhir 
> Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi tgl 28 
> /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan kepada 
> ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama Lembaga Adat 
> Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta, turut berduka cita yang 
> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi 
> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya. 
> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan 
> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau. 
> 
>  
> 
> Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.
> 
>  
> 
> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan 
> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di 
> milis nangko. Tulisan  diberi judul “Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok” hal 
> tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN niniak 
> mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang diberikan 
> kepada orang non Islam.
> 
> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran 
> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan 
> nilai-nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah, (ABS-SBK), yang 
> merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat 
> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam 
> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau 
> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak atau 
> Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia bukanlah 
> orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
> 
> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : Yang 
> pertama, pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu yang 
> tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong tidak 
> dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “berdiri penghulu sepakat 
> kaum” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang mengangkatnya?
> 
> Yang kedua, pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan gelar 
> yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau sendiri 
> yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang lain, 
> apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di tela

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread zubir . amin
   Ada baiknya NAMA pengelola 'mimbar islam' disebutkan dengan jelas,asa 
usua,nagari,nama sendiri.Silakan caliak tata krama ber RN nn baasa dari rang 
Dapua RN.
   JB,Dt Rajo Jambi,72thn,sk Mandahiliang,Padusunan,Piaman,kini di 
Bonjer,Jakbar.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

-Original Message-
From: Mimbar Islam 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 
To: 
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

Angku Dt Bagindo,
Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang
tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan
seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
wassalam
Nan indak bagala Datuak...

2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 

>
>
> Assalamalikum W.W.*
> *
>
> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>
>
> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar
> adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon
> maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo
> pehtian.
>
>
> Wassalam,
> **
>
>
> **
>
> *
> *
>
> *GELAR ADAT*
>
> *DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA*
>
> * *
>
>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo
> mendapat SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang
> isinya adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke
> alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi
> tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan
> kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama *Lembaga
> Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta*, turut berduka cita yang
> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi
> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya.
> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan
> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>
> * *
>
> *Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.*
>
>
>
> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan
> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di
> milis nangko. Tulisan  diberi judul *“Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok”
> * hal tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek KAN
> niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
> diberikan kepada orang non Islam.
>
> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran
> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan
> nilai-nilai *Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah,* (ABS-SBK),
> yang merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat
> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam
> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau
> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak
> atau Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia
> bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
>
> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : *Yang
> pertama,* pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu
> yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong
> tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “*berdiri penghulu
> sepakat kaum*” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang
> mengangkatnya?
>
> *Yang kedua,* pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan
> gelar yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau
> sendiri yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang
> lain, apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah
> di berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau
> yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan
> dibuang sepanjang adat.
>
> *Yang ketiga*, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah
> melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan adat  nan sabatang
> panjang, yaitu “*Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS-SBK)
> * yang berlaku di seluruh Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  menjunjung
> tinggi nilai yang terkandung di dalamnya. Ini sangat berbahaya karena  
> pemberian
> ini berarti telah memberikan peluang kepada  pihak Agama lain untuk masuk
> kedalam tatanan Adat Minangkabau, hal ini tentu tidak dapat di biarkan. Kita
> belum tahu apa alasan pemberian tersebut, apa ada unsur kesengajaan atau
> mungkin beliau-beliau itu lupa, dalam h

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread ajo duta
Ustadz Zulharbi Salim tumah Al

2011/7/4 

> **Maaf sanak di Palanta!
>
> Mimbar Islam ko sia ko ha?
>
> Salam
>
> Syaf AL
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: *Mimbar Islam 
> *Sender: *rantaunet@googlegroups.com
> *Date: *Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 +0700
> *To: *
> *ReplyTo: *rantaunet@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA
>
> Angku Dt Bagindo,
> Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang
> tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan
> seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
> wassalam
> Nan indak bagala Datuak...
>
> 2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 
>
>>
>>
>>Assalamalikum W.W.*
>> *
>>
>> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>>
>>
>> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian
>> gelar adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan
>> mohon maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo
>> pehtian.
>>
>>
>> Wassalam,
>> **
>>
>>
>> **
>>
>> *
>> *
>>
>> *GELAR ADAT*
>>
>> *DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA*
>>
>> * *
>>
>>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo
>> mendapat SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang
>> isinya adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke
>> alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi
>> tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan
>> kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama *Lembaga
>> Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta*, turut berduka cita yang
>> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi
>> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya.
>> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan
>> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>>
>> * *
>>
>> *Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.*
>>
>>
>>
>> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan
>> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di
>> milis nangko. Tulisan  diberi judul *“Penghulu Padang Manjagoan Ula
>> Lalok”* hal tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek
>> KAN niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
>> diberikan kepada orang non Islam.
>>
>> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran
>> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan
>> nilai-nilai *Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah,* (ABS-SBK),
>> yang merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat
>> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam
>> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau
>> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak
>> atau Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia
>> bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
>>
>> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : *Yang
>> pertama,* pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu
>> yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong
>> tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “*berdiri penghulu
>> sepakat kaum*” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang
>> mengangkatnya?
>>
>> *Yang kedua,* pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan
>> gelar yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau
>> sendiri yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang
>> lain, apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah
>> di berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau
>> yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberikan sanksi adat dengan
>> dibuang sepanjang adat.
>>
>> *Yang ketiga*, pelecehan terhadap yang memberi, karena mereka telah
>> melakukan sesuatu yang bertentangan dengan aturan adat  nan sabatang
>> panjang, yaitu “*Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”
>> (ABS-SBK)* yang berlaku di seluruh Minangkabau. Masyarakat Minangkabau  
>> menjunjung
>> tinggi nilai yang terkandung di d

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread syaff . al
Ok Ajo,

Tapi soal Final tentu perlu kita finalkan juo. Masalahnyo tanti ndak ringan tu 
doh. Tapi kalau Sanak Final ko lai balapang dado, tantu bisa cepat klir.

Salam

Syaf AL
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: ajo duta 
Sender: rantaunet@googlegroups.com
Date: Mon, 4 Jul 2011 08:11:01 
To: 
Reply-To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

Ustadz Zulharbi Salim tumah Al

2011/7/4 

> **Maaf sanak di Palanta!
>
> Mimbar Islam ko sia ko ha?
>
> Salam
>
> Syaf AL
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: *Mimbar Islam 
> *Sender: *rantaunet@googlegroups.com
> *Date: *Mon, 4 Jul 2011 14:08:23 +0700
> *To: *
> *ReplyTo: *rantaunet@googlegroups.com
> *Subject: *Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA
>
> Angku Dt Bagindo,
> Iko namonyo latah.. namuah manjua gala ka rang Cino... bapantang dek rang
> tuo-tuo saisuak Tolong kumpakan datua-datuak se Minangkabau... adokan
> seminar mampajaleh apo bana nan gala adat tu..
> wassalam
> Nan indak bagala Datuak...
>
> 2011/6/30 azmi abu kasim azmi abu kasim 
>
>>
>>
>>Assalamalikum W.W.*
>> *
>>
>> Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>>
>>
>> Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian
>> gelar adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan
>> mohon maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo
>> pehtian.
>>
>>
>> Wassalam,
>> **
>>
>>
>> **
>>
>> *
>> *
>>
>> *GELAR ADAT*
>>
>> *DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA*
>>
>> * *
>>
>>  Pada hari Rabu tanggal 28 Juni pukul  09,03 pagi ambo
>> mendapat SMS dari Bapak Wali Nagari Pasia Bukittinggi Bapak Asrafery, yang
>> isinya adalah menyampaikan berita duka cita, bahwa  telah berpulang ke
>> alam akhir Bapak Wisran Hadi (66 tahun) di Lapai Padang, pada jam 07,30 pagi
>> tgl 28 /6/11 beliau terima dari bapak Darman Moenir dan beliau meneruskan
>> kepada ambo. Lansung ambo baleh SMSnya, dengan menyatakan atas nama *Lembaga
>> Adat Kebudayaan Minangkabau (LAKM) Jakarta*, turut berduka cita yang
>> sedalam-dalamnya dan kita mendoakan semoga arwah beliau di terima di sisi
>> Allah, di terima segala amal kebaikan dan di maafkan segala kekilapannya.
>> Kemudian ambo susul dengan telepon kepada Bapak Asrafery dengan menyatakan
>> bahwa kita sangat kehilangan atas kepergian beliau.
>>
>> * *
>>
>> *Penghulu Padang Manjagoan Ula Lalok.*
>>
>>
>>
>> Bebarapa hari sebelumnya, sebenarnya kita telah di kejutkan  oleh tulisan
>> beliau Bapak Wisran Hadi, yang di muat di harian Singalang dan di tulis di
>> milis nangko. Tulisan  diberi judul *“Penghulu Padang Manjagoan Ula
>> Lalok”* hal tersebut berkaitan dengan adanya pemberian  gelar Datuak olek
>> KAN niniak mamak nan salapan suku di Padang, beserta Bundo Kandung, yang
>> diberikan kepada orang non Islam.
>>
>> Kami atas nama pribadi, sangat sepandapek dengan beliau Alm Bapak Wisran
>> Hadi, bahwa hal ini merupakan kesalahan besar yang dapat mengkaburkan
>> nilai-nilai *Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kibullah,* (ABS-SBK),
>> yang merupakan jati diri masyarakat Minangkau. Yang mana bahwa masyarakat
>> Minangkabau telah sepakat, menganut Agama hanya satu-satunya adalah Agam
>> Islam, setiap orang Minang itu pasti Islam apalagi nan bagala Datuak atau
>> Penghulu. Jika ada orang Minang yang berpindah Agama, baik bagala Datuak
>> atau Sutan, maka dia secara otomatis keluar dari orang Minang,  atau dia
>> bukanlah orang Minang lagi, tetapi hanyalah orang Sumatera Barat.
>>
>> Menerut pendapat kami pemberian gelar tersebut adalah pelecehan : *Yang
>> pertama,* pelecehan terhadap yang menerima, karena dia menerima sesuatu
>> yang tidak dapat di manfaatkan. Hal ini sama dengan menerima cek kosong
>> tidak dapat di uangkan, dalam pepatah adat disebutkan “*berdiri penghulu
>> sepakat kaum*” sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa yang
>> mengangkatnya?
>>
>> *Yang kedua,* pelecehan terhadap nilai-nilai adat itu sendiri, jangankan
>> gelar yang diberikan kepada orang non Islam. Sedangkan orang Minangkabau
>> sendiri yang telah di beri gelar, apakah itu gelar datuak, atau gelar yang
>> lain, apabila dia berpindah agama dari agam Islam, maka gelar yang di telah
>> di berikan kepadanya di cabut kembali, begitu juga seluruh hak-hak adat atau
>> yang disebut sako jo pusako, dan kepadanya diberika

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-04 Thread Reni Sisri Yanti
http://www.facebook.com/zulharbi.salim

semoga bisa membantumenjernihkankesalah pahaman...
dan semoga tidak salah orang...

Renny
Accounting & Finance
APX WORLDWIDE EXPRESS
r...@airparcel-express.com
 021 88863360 ext. 214
 081806966391  (gsm)





From: ajo duta 
To: rantaunet@googlegroups.com
Sent: Mon, July 4, 2011 7:11:01 PM
Subject: Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/


Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-27 Thread edward arbain






From: azmi abu kasim azmi abu kasim 
To: rantaunet@googlegroups.com
Cc: Datuk Endang ; Masoed Abidin ZA Jabbar 
buyasoedabi...@gmail.com; Muhardi Rajab muhardi_u...@yahoo.com
Sent: Thursday, June 30, 2011 8:06 PM
Subject: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA





>>
>>Assalamalikum W.W.
>>
>>Angku2/Bapak2/Ibu2 /Dunanak dipalanta nan ambo hormati
>>
>>
>>Dibawah ko ambo kirimkan tulisan ambo yang berkaitan dengan pemberian gelar 
>>adat yang diberikan tidak pada tempatnya, semoga ada manfatnya, dan mohon 
>>maaf jika ada yang kurang pada tempatnya, dan terima kasih ateh sagalo 
>>pehtian.
>>
>>
>>Wassalam,
>>
>>
>>
>>
>>
>>GELAR ADAT
>>DIBERIKAN  TIDAK  PADA  TEMPATNYA
>> 
>> 
>>
>>
>>kepada yth                 : bp azmi dt bagindo.  
>>
>>umur                    : 59 tahun
>>di                     : jakarta.  
 . 
>>
>>
>>dari                              : edward arbain,
>>umur    : 59 tahun. 
>>
>>alamat                         :  jl. dr setia budi no 14 pekanbaru - riau
>>tempat / tanggal lahir : ujuang guguak - baso - bukiktinggi.
>>
>> :  20 juni 1952.
>>suku :  sikumbang. 
>>pekerjaan    : usaha sendiri.
>>
>>
>>
>>
>>assalamualaikum wr wb.
>>
>>pak azmi dt bagindo, izinkan saya
 menanggapi tulisan bapak disini.
>>terlebih dahulu saya menghaturkan maaf yang se besar2 nya kepada bapak 
>>andaikata pada tulisan saya ini ada yang tidak berkenan dihati bapak.
>>saya hanya menyampaikan yang terasa dihati. nampaknya yang terasa dihati saya 
>>ada sebagian yang berbeda dengan pendapat bapak.
>>perbedaan pendapat saya dengan bapak antara lain :
>>
>>1.- bapak sependapat dengan bapak wisran hadi ( alm ) yaitu pemberian gelar 
>>datuak oleh KAN niniak mamak nan salapan suku di padang beserta bundo 
>>kanduangnya kepada orang yang tidak beragama islam ( non muslim ) adalah 
>>merupakan suatu kesalahan yang besar yang dapat mengaburkan nilai nilai adat 
>>basandi syarak , syarak basandi kitabullah. ( ABS-SBK )
>>pak azmi dt bagindo, apa dasar pijakan bapak mengatakan ini suatu kesalahan 
>>besar ? adakah ketentuan adat minang ( undang ) yang menyatakan ini suatu 
>>kesalahan besar ?
>>atau adakah kata mupakat yang yang dibuat oleh para niniak mamak dalam satu 
>>lingkungan NAGARI di minangkabau yang menyatakan ini suatu kesalahan besar ? 
>>karena adat ini salingka nagari, nagari mana yang membuat
 ketentuan adat yang begini yang merupakan suatu kesalahan besar menurut  yang 
bapak
 sampaikan ?
>>
>>sepengetahuan saya ( saya juga tidak banyak tahu tentang adat ini ) tidak ada 
>>aturan adat 
>>( undang ) yang melarang memberikan gelar datuak ( gelar kehormatan ) kepada 
>>orang yang non muslim. : undang dalam bahasa adat artinya peraturan atau 
>>undang2. 
>>pak azmi , kalau kita lihat sejarah minangkabau yang dapat kita baca pada 
>>tambo ( tambo yaitu catatan2 sejarah ) datuak yang pertama di lantik di 
>>minangkabau yaitu wakil raja kerajaan " pasumaian koto batu " yang ber pusat 
>>di pariangan padang panjang yang bernama sri dirajo diangkat jadi penghulu 
>>dengan gelar datuak suri dirajo itu adalah 
>>non islam.
>>begitu juga datuak yang dilantik pada kali ke dua yaitu dt bandaro kayo di 
>>pariangan dan datuak marajo basa di padang panjang.
>>begitu juga datuak yang dilantik pada kali ketiga dt katumangguangan dan dt 
>>parpatiah nan sabatang. 
>>apakah beliau para datuak ini beragama islam ? 
>>pak azmi dt bagindo yang saya hormati, akan
 tetapi kalau memberikan gelar malin, tuangku atau pakiah kepada orang
 yang
 tidak beragama islam ini rasanya memang tidak pada tempatnya. ini memang bisa 
mengarah ke : mengaburkan nilai nilai adat basandi syarak - syarak basandi 
kitabullah.
>>ada juga tokoh adat minang mengatakan bahwa sesudah perjanjian marapalam 
>>masyarakat minang menetapkan agama islam sebagai pedoman, yang kemudian 
>>melahirkan filosofi adat basandi syarak - syarak basandi kitabullah. ( ABS - 
>>SBK ), 
>>yang disampaikan tokoh kita ini memang benar adanya tapi pemberian gelar adat 
>>kepada orang non muslim tidak ada tercantum secara terinci di perjanjian 
>>marapalam itu.
>>
>>2.- dalam pepatah adat disebutkan " berdiri penghulu sepakat kaum " pak azmi 
>>dt bagindo mempertanyakan, sedang dia sendiri tidak punya kaum, lalu siapa 
>>yang mengangkatnya ?
>>kalau boleh disini saya menyampaikan pula pendapat saya kepada pak azmi dt 
>>bagindo bahwa KAN niniak mamak nan salapan suku di padang tidaklah mengangkat 
>>penghulu minangkabau , KAN niniak mamak nan salapan suku di
 padang
 hanya memberi gelar kehormatan kepada orang yang telah banyak berjasa terhadap 
" nagari " nya sendiri. 
>>di minangkabau semua penghulu bergelar datuak, tapi tidak semua yang bergelar 
>>datuak berfungsi penghulu.
>>pak azmi dt bagindo, KAN niniak mamak nan salapan suku di padang telah 
>>menerapkan / melaksanakan ajaran adat minangkabau " 

Re: [R@ntau-Net] GELAR ADAT DIBERIKAN TIDAK PADA TEMPATNYA

2011-07-27 Thread Darwin Chalidi
Alhamdulillah Datuak Bagindo atas penjelasan yg runtut dan sabana
jaleh diurang banyak. Ambo mengharapkan bana datuak2 nan lain
mampelajari bana ABS SBK awakko sahinggo indak tajadi haru biru co iko

On 7/28/11, azmi abu kasim azmi abu kasim
 wrote:
>
>
>
>
> Assalamualaikum w.w
>
>
>
> Bapak Edward Arbain, sarato dunsanak di palanta yang
> saya  hormat.
>
>
>
> Terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih atas
> perhatian serta tanggapan Bapak atas tulisan saya beberapa waktu yang lalu,
> tentang pemeberian Gelar Adat terhadap non muslim yang di lakukan oleh
> niniak
> mamak KAN nan salapan suku nagari Padang. Dibawah ini saya akan mencoba
> menjawab pertanyaan-petanyaan Bapak. Jawaban saya, saya sesuaikan dengan
> pertanyan Bapak yang saya beri nomor dari 1 sampai dengan 14 atau empat
> belas
> nomor, adapun jawaban saya adalah Sbb:
>
>
>
> Jawab :
>
> Memang dalam hal ini saya sepandapat dengan alm.
>  Wisran Hadi, dasarnya adalah bahwa masyarakat Adat Minangkabau telah
>  menjadikan Agama Islam sebagai landasan adatnya, hal ini  sesuai dengan
> filosof Adat Basandi
>  Syarak, Sarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) Syarak mangato adat
> mamakakai.
>  Artinya semua aturan adat itu harus bersandikan kepada  aturan Agama
> Islam. Jika orang Minang
>  yang tidak Islam maka dia bukan lagi orang Minang, tetapi orang
> Sumatera
>  Barat. Maka kasus pemberian gelar kepada non muslim ini, bukanlah
>  melanggar adat saja, tetapi juga telah melanggar aturan agama. Yaitu
> orang
>  agama lain atau non muslim diberikan kesempatan untuk masuk kedalam
> tatan
>  adat Minangkabau. Yang memberipun harus kita pertanyakan,
> keminangannya,
>  apakah masih mengakui sebagai Minang yang ber ABS-SBK, atau bagaimana?
>   Aturan Adat Basandi Syarak, Sarak Basandi
>  Kitabullah (ABS-SBK) bukanlah aturan adat nan salingka nagari, tetapi
>  adalah aturan adat nan salingka alam atau disebut juga aturan adat nan
>  sabatang panjang. Aturan ini berlaku sama di seluruh Minangkabau, jika
>  ada  satu nagari yang membolehkan
>  non muslim masuk kedalam tatanan Adat Minangkabau yaitu Adat Basandi
>  Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ASB-SBK) maka nagari lain atau
>  masyarakat Minang secara keseluruhan berkewajiban untuk mangingatkan,
>  menolak dan membatalkan. Jika di biarkan atau tidak di ingatkan sudah
>  berang tentu akan mengancam kelangsungan ABS-SBK dimasa mendatang,
> karena
>  tidak ada lagi batas didalamnya antara muslim dengan non muslim. Iko
>  namonyo mangganggangkan kaki balek atau disebut juga, luluih pinjaik
>  luluih kulindan, atau bisa manjadi Preseden buruk di masa mandatang.
>  Seandainya yang diberi gelar St.Rangkayo Mudo ini, orangnya ber-agama
>  islam, tentu masalahnya akan lain karena yang di langgar hanya aturan
>  adat, bukan aturan Syarak, hal tersebut dapat kita anggap sebagai
> aturan
>  adat salingka nagariPada waktu itu kan belum ada ABS-SBK, tetapi
>  setelah ABS-SBK, berlakulah sesuai dengan aturan ABS-SBKTuanku, Pakiah
> atau Malin, adalah bagian dari
>  unsur urang nan ampek jinih di nagari, yang koordinasinya adalah niniak
>  mamak atau penghulu nan bagala datuak. Jadi sama saja martabatnya di
> antara
>  beliau-beliau itu, yaitu Tuanku, Pakiah, atau Malin, dengan seorang
>  penghulu nan bagala datuak.  Mungkin pada bai’ah bukik marapalam, tidak
> di rinci
>  tentang pemberian gelar kepada non muslim, tetapi kan aturannya sudah
>  jelas, yaitu Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak
>  Mangato Adat Mamakai. Yang di maksud dengan adat, yalah aturan Adat
>  Minangkabau, Yang di maksud dengan Syarak yalah kumpulan dari
>  aturan-aturan agama Islam, yang di maksud dengan Kitabullah yalah Kitab
>  Suci Al Quran. Jadi jelas, ba-inggo babateh, basibak basisiah, basisiah
>  atah jo bareh, yang tujuannya jelas untuk orang muslim dan bukan untuk
> non
>  muslim. Dalam Al Quran Allah Berpirman: (1) Janganlah kamu campur
> adukan
>  yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu,
>  sedang kamu mengetahui ( Al Baqrah 42) (2) Kebenaran itu dari Tuhanmu,
> sebab
>  itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu,(Al Baqarah 147)
>  Ada pepatah adat mengatakan, babuek baik
>  pado-padoi, babuek buruak sakali jangan, dan dalam undang-undang usul
>  disebutkan pula, menolak kemudaratan didahulukan dari berbuat kebaikan.
>  Karena baik menurut satu kelompok, belum tentu baik pula bagi
> masyarakat
>  secara umum. Boleh saja kita memberikan pengargaan terhadap
>  orang lain karena jasa-jasanya, tetapi janganlah mengorbankan sesuatu
> nilai
>  yang sangat berharga yang bukan milik kita sendiri, tetapi merupakan
> milik
>  komunitas, yaitu komunitas masyarakat Minangkabau. Perpaduan antara
> aturan
>  adat dan aturan Syarak di Minangkabau, yang disebut ABS-SBK, adalah
>  merupakan ke