Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR

2012-05-16 Terurut Topik Ahmad Ridha
2012/5/16 Asmardi Arbi asmardi.a...@rantaunet.org:

 Sarancaknyo ndak usah manyabuik Negara Islam dalam memperjuangkan
 Syari'ah karano itu ibarat mamiliah nan gincu. Sabab salamoko urang tu
 mambayangkan nan buruak2 sajo sarupo hukum pancuang, potong tangan ,
 poligami,kekerasan dan akhir2 ini teroris nan akan merusak PS/NKRI.


Pak Asmardi, untuk klarifikasi, apakah Bapak berpendapat bahwa hukum
pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk? Ataukah
yang dimaksudkan bahwa para musuh Islam berpendapat bahwa hukum
pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk?

Maaf jika kurang berkenan.

-- 
Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini  kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur  Lokasi disetiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama  mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/


Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR

2012-05-16 Terurut Topik Asmardi Arbi

And.Ahmad Ridha,

Kalau istilah nan buruak2 kurang tapek , mungkin bisa diganti nan serem2 
atau nan mambuek mereka ketakutan, sahinggo melakukan penolakkan terhadap 
Syari'at Islam. Jadi iko masalah strategi jo taktik. Kalau urang Islam 
sendiri nan menolak cubolah  cari tau mangapo mereka menolak? Kalau non 
Muslim bisa dipahami manga mereka menolak.Mereka ketakutan akan 
dimarginalkan, atau misi mereka terhalang untuak mengembangkan diri. Mereka 
justeru memanfaatkan nan serem2 itu sebagai bahan propaganda menghancurkan 
Islam, bahkan dari dalam Islam sendiri ( deep penetration agent ).


Awak nan alah setuju untuak mampajuangkan Syari'ah usahokanlah jo caro2 
konstitusional,  awak harus labiah cerdas, hindari hal2 nan akan bisa mereka 
jadikan alasan untuak manolak. Ambo pernah mandanga Nabi Muhammad SAW pernah 
mamakai strategi sarupoko dalam Perdamaian Hudabiyah. Mangalah dulu untuak 
manang, Piagam Madinah sabagai contoh hasilnyo, baiak Yahudi maupun Nasrani 
manarimo jo sanang hati. Ambo alah mambaco Protokol Yahudi dan alah 
marasokan dalam pangalaman batugeh di Aceh, Kalimantan Selatan, Iran jo 
Filipina Selatan, baa skenarionyo dijalankan. .

Mudah2an tajawek apo nan ditanyokan.
Wassalam,
.
 A.A
160512
--
From: Ahmad Ridha ahmad.ri...@gmail.com
Sent: Wednesday, May 16, 2012 8:09 PM
To: rantaunet@googlegroups.com
Subject: Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI 
DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR



2012/5/16 Asmardi Arbi asmardi.a...@rantaunet.org:


Sarancaknyo ndak usah manyabuik Negara Islam dalam memperjuangkan
Syari'ah karano itu ibarat mamiliah nan gincu. Sabab salamoko urang tu
mambayangkan nan buruak2 sajo sarupo hukum pancuang, potong tangan ,
poligami,kekerasan dan akhir2 ini teroris nan akan merusak PS/NKRI.



Pak Asmardi, untuk klarifikasi, apakah Bapak berpendapat bahwa hukum
pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk? Ataukah
yang dimaksudkan bahwa para musuh Islam berpendapat bahwa hukum
pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk?

Maaf jika kurang berkenan.

--
Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim
(l. 1400 H/1980 M)

--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~

* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
 1. E-mail besar dari 200KB;
 2. E-mail attachment, tawarkan di sini  kirim melalui jalur pribadi;
 3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1

- Tulis Nama, Umur  Lokasi disetiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama  
mengganti subjeknya.

===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/ 


--
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
 1. E-mail besar dari 200KB;
 2. E-mail attachment, tawarkan di sini  kirim melalui jalur pribadi; 
 3. One Liner.

- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur  Lokasi disetiap posting
- Hapus footer  seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama  mengganti 
subjeknya.
===
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/


Fwd: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR

2012-05-15 Terurut Topik Dr. Saafroedin Bahar
 Pak Mochtar dan para sanak sapalanta,

Saya telah membaca baik-baik tanggapan pak Mochtar terhadap tulisan bung
Akhmad Sahal yang dimuat dalam Majalah Tempo edisi 14 Mei 2012, yang
menganggap bahwa cara FPI yang melakukan kekerasan terhadap kemungkaran
adalah juga suatu kemungkaran tersendiri, dan harus ditolak.

Kalau saya tidak salah, pak Mochtar bukan saja setuju dengan cara FPI
tersebut, tetapi juga menyarankan agar dibentuknya sebuah Negara Islam
Indonesia (NII) secara demokratis. Mengenai hal yang terakhir ini
kelihatannya pak Mochtar sangat konsisten, karena sebelum ini dalam
kesempatan lain pak Mochtar juga telah mengemukakan tema yang sama. [ Saya
bertanya kepada diri saya sendiri, apakah pak Mochtar sempat menyampaikan
gagasan pembentukan Negara Islam Indonesia secara damai ini sewaktu pak
Mochtar berdinas di MPR dan DPD RI. ]

Sesuai dengan permintaan pak Mochtar tentang pendapat saya, begini pendapat
saya:

1)  Saya setuju dengan pernyataan pak Mochtar bahwa  NKRI, kendati
panduduaknyo mayoritas terbesar Islam - sekitar 80% - tapi bukan negara
Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo,
tidak jalan. Indak jalehnyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana
nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana
negara. Memang demikianlah keadaannya.

2)   Tentang FPI, saya setuju dengan pendapat bung Akhmad Sahal, dan
menolak cara-cara FPI.

3)   Seperti yang pernah juga saya sampaikan kepada pak Mochtar dalam
dialog kita sebelumnya, masih belum jelas bagi saya model negara Islam yang
mana yang pak Mochtar maksud : apakah  model Saudi Arabia yang berupa
monarki absolut ? model Iran yang merupakan theokrasi absolut ? model
Malaysia, yang merupakan negara Islam federal dengan delapan atau sembilan
raja, dengan melegalisir judi besar-besaran di Genting Highlands ? atau
model Darul Islam Kartosuwiryo ?  Tolong pak Mochtar elaborate.

4,)   Dalam hubungan antara agama dan negara, saya bersimpati pada
pandangan Bung Hatta tentang ilmu gincu dan 'Ilmu garam'. Menurut bung
Hatta, para penganut 'imu gincu' adalah mereka yang menginginkan agar
Republik Indonesia ini dinyatakan sebagai sebuah 'negara Islam'; sedangkan
para penganut 'ilmu garam' adalah mereka yang cukup puas jika norma-norma
islami telah meresap ke seluruh bidang kehidupan. Secara pribadi, dalam
terminologi bung Hatta, saya menganut 'ilmu garam'.

5)   Tentang ABS SBK, substansi ABS SBK  yang disepakati dalam SKM GM 2010
tanggal 12-13 Desember 2010 dahulu berfokus pada pembinaan akhlak bagi
seluruh masyarakat Minangkabau, dalam konteks NKRI yang didasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945, sehingga secara konseptual lebih dekat dengan 'ilmu
garam'-nya Bung Hatta.

6)   Bagi saya sangat menarik, bahwa terhadap ABS SBK yang sudah sangat
moderat ini saja masih terdapat demikian banyak *reservations *di kalangan
masyarakat Minangkabau sendiri. Rasanya ini yang pak Mochtar maksud dengan
' bagaikan bunga kembang tak jadi'.

7)  Saya sama sekali tidak berkeberatan jika pak Mochtar memperjuangkan
berdirinya sebuah Negara Islam Indonesia secara demokratis. Jalan
demokratis yang terbuka untuk ini adalah mendirikan sebuah partai yang
secara terang-terangan menyatakan berideologi NII dan berani ikut serta
dalam pemilihan umum.

Terlebih terkurang mohon maaf.

Wassalam,
SB.
 2012/5/15 Mochtar Naim mochtarn...@yahoo.com

   Pak Saf,
   Pak Ajo Duta bilang, “Bagi ambo eksistensi FPI karena tidak
 eksisnya polisi. Itu sajo.”
   Bagi ambo, ambo tambahkan lagi, seperti berikut:
  NKRI, kendati panduduaknyo mayoritas terbesar Islam –sekitar 80 %-- tapi
 bukan negara Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal
 tertentu sajo, tidak jalan. Indak jalannyo tarutamo di bidang Jinayah atau
 hukum pidana nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum
 pidana negara.
   Kalau nan 80% muslim di Indonesia ko, seperti di Malaysia nan cuma
 50an % Melayu dan muslim, berjuang menegakkan negara Islam sacaro
 demokratis, dan berhasil, mako salasai polemik ko. Urusan jinayah tidak
 perlu ditangani sacaro kelompok seperti FPI tu tapi oleh negara. Dan salagi
 penduduk Indonesia masih mayoritas terbesarnyo muslim, salamo itu pulo
 ganjelan psikologisnya akan eksis terus. Sabab mereka disuruh untuk
 melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, integral dan holistik. Kalau
 dengan agamo Kristen kan sudah selesai masalahnyo dengan adonyo pemisahan
 antaro urusan gereja dan negara (separation of church and state). Dalam
 Islam tidak. Sadonyo diurus sacaro bernegara dan publik dan per oranganpun
 sacaro proporsional.
   Kasus Aceh  dan beberapo kabupaten di Sulsel adolah jalan menuju ke
 arah terlaksananyo syariah Islam walau di tingkat daerah. Soalnya awak nan
 di Sumbar ko, nan penduduk aslinyo kecuali Mentawai praktis seluruhnyo
 muslim, ka dipangakan ABS-SBK tu kalau di tingkat kenegaraan syariat Islam
 tidak jalan atau malah indak buliah jalan, samantaro adatnyo bersendi
 syarak, syarak basandi 

Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR

2012-05-15 Terurut Topik Hayatun Nismah Rumzy
Alhamdulillah bundo mempunyai kenangan sendiri tinggal disebuah kampung yang 
heterogen selama 32 tahun. Hampir semua penduduk kampung tsb. Islami. Kalau 
orang bertamu disuguhi alcohol kita bisa menolak. Hormat menghormati satu sama 
lain.
Bundo melihat di US ini banyak sekali orang Islam yang Islami. Mungkin lebih 
aman bagi orang Indonesia yang tinggal di US dari di Saudi. Belum tentu lagi 
orang yang berjubah2 putih dari Arabia tsb. yang datang tiap tahun ke Puncak  
dan anggota FPI yang menakutkan, mengrazia lebih baik dari orang2 yang non 
Muslim yang menghargai kita.
Jadi kesimpulannya pak Saaf saya sependapat dengn bapak. Saya mau negeri yang 
damai dan saya akan ikut berjuang dengan semua tenaga yang saya punya untuk 
mmberantas kemaksiatan di Ranah Minang. Jadi iyo ilmu garam.



@Hayatun Nismah Rumzy#


On May 15, 2012, at 5:50, hyvn...@yahoo.com wrote:

 Mantap pak Saaf..
 
 Ambo setuju dengan ilmu garam. Ilmu garam sangat dekat dengan ilmu rasa. 
 Dalam budaya minang diimplementasikan dengan raso jo pareso. Indak bisa jo 
 raso raso yang terkesan bak kandak ati sajo. Ukurannyo tantu pendapat orang 
 banyak.
 
 Btw jalan keluarnya dirikan organisasi politik yang secita cita.
 
 Maaf yo pak MN,saat ini kito alun sacito cito.
 
 Salam
 
 
 Evy Djamaludin
 
 
 
 Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
 From: Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org
 Sender: rantaunet@googlegroups.com
 Date: Tue, 15 May 2012 13:37:16 +0700
 To: Dr. Mochtar Naimmochtarn...@yahoo.com; Rantau Net Rantau 
 Netrantaunet@googlegroups.com
 ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com
 Subject: Fwd: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI 
 DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
 
 Pak Mochtar dan para sanak sapalanta,
  
 Saya telah membaca baik-baik tanggapan pak Mochtar terhadap tulisan bung 
 Akhmad Sahal yang dimuat dalam Majalah Tempo edisi 14 Mei 2012, yang 
 menganggap bahwa cara FPI yang melakukan kekerasan terhadap kemungkaran 
 adalah juga suatu kemungkaran tersendiri, dan harus ditolak.
  
 Kalau saya tidak salah, pak Mochtar bukan saja setuju dengan cara FPI 
 tersebut, tetapi juga menyarankan agar dibentuknya sebuah Negara Islam 
 Indonesia (NII) secara demokratis. Mengenai hal yang terakhir ini 
 kelihatannya pak Mochtar sangat konsisten, karena sebelum ini dalam 
 kesempatan lain pak Mochtar juga telah mengemukakan tema yang sama. [ Saya 
 bertanya kepada diri saya sendiri, apakah pak Mochtar sempat menyampaikan 
 gagasan pembentukan Negara Islam Indonesia secara damai ini sewaktu pak 
 Mochtar berdinas di MPR dan DPD RI. ]
  
 Sesuai dengan permintaan pak Mochtar tentang pendapat saya, begini pendapat 
 saya:
  
 1)  Saya setuju dengan pernyataan pak Mochtar bahwa  NKRI, kendati 
 panduduaknyo mayoritas terbesar Islam - sekitar 80% - tapi bukan negara 
 Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo, 
 tidak jalan. Indak jalehnyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana nan 
 syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana negara. 
 Memang demikianlah keadaannya.
  
 2)   Tentang FPI, saya setuju dengan pendapat bung Akhmad Sahal, dan menolak 
 cara-cara FPI.  
  
 3)   Seperti yang pernah juga saya sampaikan kepada pak Mochtar dalam dialog 
 kita sebelumnya, masih belum jelas bagi saya model negara Islam yang mana 
 yang pak Mochtar maksud : apakah  model Saudi Arabia yang berupa monarki 
 absolut ? model Iran yang merupakan theokrasi absolut ? model Malaysia, yang 
 merupakan negara Islam federal dengan delapan atau sembilan raja, dengan 
 melegalisir judi besar-besaran di Genting Highlands ? atau model Darul Islam 
 Kartosuwiryo ?  Tolong pak Mochtar elaborate.
  
 4,)   Dalam hubungan antara agama dan negara, saya bersimpati pada pandangan 
 Bung Hatta tentang ilmu gincu dan 'Ilmu garam'. Menurut bung Hatta, para 
 penganut 'imu gincu' adalah mereka yang menginginkan agar Republik Indonesia 
 ini dinyatakan sebagai sebuah 'negara Islam'; sedangkan para penganut 'ilmu 
 garam' adalah mereka yang cukup puas jika norma-norma islami telah meresap ke 
 seluruh bidang kehidupan. Secara pribadi, dalam terminologi bung Hatta, saya 
 menganut 'ilmu garam'.
  
 5)   Tentang ABS SBK, substansi ABS SBK  yang disepakati dalam SKM GM 2010 
 tanggal 12-13 Desember 2010 dahulu berfokus pada pembinaan akhlak bagi 
 seluruh masyarakat Minangkabau, dalam konteks NKRI yang didasarkan pada 
 Pancasila dan UUD 1945, sehingga secara konseptual lebih dekat dengan 'ilmu 
 garam'-nya Bung Hatta.
  
 6)   Bagi saya sangat menarik, bahwa terhadap ABS SBK yang sudah sangat 
 moderat ini saja masih terdapat demikian banyak reservations di kalangan 
 masyarakat Minangkabau sendiri. Rasanya ini yang pak Mochtar maksud dengan ' 
 bagaikan bunga kembang tak jadi'.
  
 7)  Saya sama sekali tidak berkeberatan jika pak Mochtar memperjuangkan 
 berdirinya sebuah Negara Islam Indonesia secara demokratis. Jalan demokratis 
 yang terbuka untuk ini adalah mendirikan

TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR

2012-05-14 Terurut Topik Mochtar Naim
Pak Saf, 
 Pak Ajo Duta bilang, “Bagi ambo eksistensi
FPI karena tidak eksisnya polisi. Itu sajo.”
 Bagi ambo, ambo tambahkan lagi, seperti
berikut:
NKRI, kendati panduduaknyo
mayoritas terbesar Islam –sekitar 80 %-- tapi bukan negara Islam, sahinggo
syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo, tidak jalan. Indak
jalannyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana nan syariahnyo indak
jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana negara.
 Kalau nan 80% muslim di Indonesia ko,
seperti di Malaysia nan cuma 50an % Melayu dan muslim, berjuang menegakkan
negara Islam sacaro demokratis, dan berhasil, mako salasai polemik ko. Urusan
jinayah tidak perlu ditangani sacaro kelompok seperti FPI tu tapi oleh negara.
Dan salagi penduduk Indonesia masih mayoritas terbesarnyo muslim, salamo itu
pulo ganjelan psikologisnya akan eksis terus. Sabab mereka disuruh untuk
melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, integral dan holistik. Kalau dengan
agamo Kristen kan sudah selesai masalahnyo dengan adonyo pemisahan antaro
urusan gereja dan negara (separation of church and state). Dalam Islam tidak.
Sadonyo diurus sacaro bernegara dan publik dan per oranganpun sacaro
proporsional. 
 Kasus Aceh  dan beberapo kabupaten di Sulsel adolah jalan
menuju ke arah terlaksananyo syariah Islam walau di tingkat daerah. Soalnya
awak nan di Sumbar ko, nan penduduk aslinyo kecuali Mentawai praktis seluruhnyo
muslim, ka dipangakan ABS-SBK tu kalau di tingkat kenegaraan syariat Islam tidak
jalan atau malah indak buliah jalan, samantaro adatnyo bersendi syarak, syarak
basandi Kitabullah al Quranul Karim. Iko dilemma awak di ranah awak sendiri. 
Bagai
makan buah simalakamo.
 Co lah kito danga pulo baa pulo reaksi dan
pandapek dari Pak Saf dkk.
MN150512 

 


 From: ajo duta ajod...@gmail.com
To: rantaunet@googlegroups.com 
Sent: Tuesday, May 15, 2012 1:13 AM
Subject: Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
  
Uda Saaf,

Bagi ambo eksistensi FPI karena tidak eksisnya polisi. Itu sajo.

On 5/14/12, Dr Saafroedin Bahar saaf10...@yahoo.com wrote:
 Assalamualaikum ww para sanak sapalanta,

 Bagaimana tanggapan para Sanak terhadap pendapat ini ?

 Teriring salam. Dikirim dari iPad saya

 Begin forwarded message:

 From: K. Prawira k.praw...@ymail.com
 Date: 14 Mei 2012 21:23:58 WIB
 To: nasional-l...@yahoogroups.com nasional-l...@yahoogroups.com
 Cc: perhimpunanpersaudar...@yahoogroups.com
 perhimpunanpersaudar...@yahoogroups.com, gelor...@yahoogroups.com
 gelor...@yahoogroups.com, wahana-n...@yahoogroups.com
 wahana-n...@yahoogroups.com, jaringan-kerja-indone...@googlegroups.com
 jaringan-kerja-indone...@googlegroups.com, l...@yahoogroups.com
 l...@yahoogroups.com
 Subject: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
 Reply-To: gelor...@yahoogroups.com


 FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
 Akhmad Sahal
 Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika-Kanada
 (Dimuat di Majalah Tempo edisi 14/5/2012)

 Saat menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab suatu kali berjalan-jalan
 menyusuri Madinah. Begitu sampai di suatu sudut kota, Khalifah Umar
 mendapati suatu rumah yang beliau curigai sedang dipakai untuk bermaksiat.
 Sang Khalifah ingin mengecek untuk memastikannya, tapi rumah itu tertutup
 rapat. Ahirnya beliau memaksa masuk melalui atap. Dan benar saja, tuan
 rumah sedang asik bermaksiat di rumahnya. Langsung saja Khalifah Umar
 menghentikankannya, dan hendak menangkapnya. Anehnya, pemilik rumah justru
 tidak terima. Ia mengakui memang telah berbuat dosa. Tapi menurutnya
 dosanya cuma satu. Sedangkan perbuatan Umar yang masuk rumahnya lewat atap
 justru melanggar tiga perintah Allah sekaligus. Yakni, mematai-matai
 (tajassus) yang jelas dilarang dalam AlQur’an (Q49:12); masuk rumah orang
 lain tidak melalui pintu seperti yang diserukan Qur’an (Q2: 189); dan
 tanpa mengucapkan salam, padahal Allah memerintahkannya (Q24: 27).
 Menyadari kesalahan tindakannya, Khalifah Umar akhirnya melepaskan orang
 tersebut dan hanya menyuruhnya bertobat.

 Pelajaran apa yang bisa kita petik dari cerita yang dikutip Imam
 Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din (II: 320) tersebut? Umar, dalam
 kapasitasnya sebagai kepala negara saat itu, mestinya punya otoritas yang
 sah untuk mencegah kemunkaran yang dilakukan salah seorang rakyatnya.
 Namun berhubung cara nahi munkar beliau terbukti melanggar aturan Tuhan,
 pelaku maksiat tersebut akhirnya lolos. Moral story: mencegah kemungkaran
 haruslah dijalankan dengan cara yang tidak munkar.

 Kisah di atas kiranya relevan sekali untuk bahan rujukan manakala kita
 berbicara tentang Front Pembela Islam (FPI) yang senantiasa menempuh jalan
 kekerasan dalam aksi-aksinya. Dalam berbagai kesempatan , Rizieq Shiha,
 pimpinan FPI, membenarkan vigilantisme kelompoknya dengan dalih bahwa
 negara dan aparat peneguk hukum yang ada dianggap gagal atau lembek dalam
 memberantas kemaksiatan. Akibatnya, kemaksiatan semakin merajalela. Karena
 itulah ia