Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
2012/5/16 Asmardi Arbi asmardi.a...@rantaunet.org: Sarancaknyo ndak usah manyabuik Negara Islam dalam memperjuangkan Syari'ah karano itu ibarat mamiliah nan gincu. Sabab salamoko urang tu mambayangkan nan buruak2 sajo sarupo hukum pancuang, potong tangan , poligami,kekerasan dan akhir2 ini teroris nan akan merusak PS/NKRI. Pak Asmardi, untuk klarifikasi, apakah Bapak berpendapat bahwa hukum pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk? Ataukah yang dimaksudkan bahwa para musuh Islam berpendapat bahwa hukum pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk? Maaf jika kurang berkenan. -- Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
And.Ahmad Ridha, Kalau istilah nan buruak2 kurang tapek , mungkin bisa diganti nan serem2 atau nan mambuek mereka ketakutan, sahinggo melakukan penolakkan terhadap Syari'at Islam. Jadi iko masalah strategi jo taktik. Kalau urang Islam sendiri nan menolak cubolah cari tau mangapo mereka menolak? Kalau non Muslim bisa dipahami manga mereka menolak.Mereka ketakutan akan dimarginalkan, atau misi mereka terhalang untuak mengembangkan diri. Mereka justeru memanfaatkan nan serem2 itu sebagai bahan propaganda menghancurkan Islam, bahkan dari dalam Islam sendiri ( deep penetration agent ). Awak nan alah setuju untuak mampajuangkan Syari'ah usahokanlah jo caro2 konstitusional, awak harus labiah cerdas, hindari hal2 nan akan bisa mereka jadikan alasan untuak manolak. Ambo pernah mandanga Nabi Muhammad SAW pernah mamakai strategi sarupoko dalam Perdamaian Hudabiyah. Mangalah dulu untuak manang, Piagam Madinah sabagai contoh hasilnyo, baiak Yahudi maupun Nasrani manarimo jo sanang hati. Ambo alah mambaco Protokol Yahudi dan alah marasokan dalam pangalaman batugeh di Aceh, Kalimantan Selatan, Iran jo Filipina Selatan, baa skenarionyo dijalankan. . Mudah2an tajawek apo nan ditanyokan. Wassalam, . A.A 160512 -- From: Ahmad Ridha ahmad.ri...@gmail.com Sent: Wednesday, May 16, 2012 8:09 PM To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR 2012/5/16 Asmardi Arbi asmardi.a...@rantaunet.org: Sarancaknyo ndak usah manyabuik Negara Islam dalam memperjuangkan Syari'ah karano itu ibarat mamiliah nan gincu. Sabab salamoko urang tu mambayangkan nan buruak2 sajo sarupo hukum pancuang, potong tangan , poligami,kekerasan dan akhir2 ini teroris nan akan merusak PS/NKRI. Pak Asmardi, untuk klarifikasi, apakah Bapak berpendapat bahwa hukum pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk? Ataukah yang dimaksudkan bahwa para musuh Islam berpendapat bahwa hukum pancung, potong tangan, dan poligami adalah hal yang buruk? Maaf jika kurang berkenan. -- Abu 'Abdirrahman, Ahmad Ridha bin Zainal Arifin bin Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
Fwd: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
Pak Mochtar dan para sanak sapalanta, Saya telah membaca baik-baik tanggapan pak Mochtar terhadap tulisan bung Akhmad Sahal yang dimuat dalam Majalah Tempo edisi 14 Mei 2012, yang menganggap bahwa cara FPI yang melakukan kekerasan terhadap kemungkaran adalah juga suatu kemungkaran tersendiri, dan harus ditolak. Kalau saya tidak salah, pak Mochtar bukan saja setuju dengan cara FPI tersebut, tetapi juga menyarankan agar dibentuknya sebuah Negara Islam Indonesia (NII) secara demokratis. Mengenai hal yang terakhir ini kelihatannya pak Mochtar sangat konsisten, karena sebelum ini dalam kesempatan lain pak Mochtar juga telah mengemukakan tema yang sama. [ Saya bertanya kepada diri saya sendiri, apakah pak Mochtar sempat menyampaikan gagasan pembentukan Negara Islam Indonesia secara damai ini sewaktu pak Mochtar berdinas di MPR dan DPD RI. ] Sesuai dengan permintaan pak Mochtar tentang pendapat saya, begini pendapat saya: 1) Saya setuju dengan pernyataan pak Mochtar bahwa NKRI, kendati panduduaknyo mayoritas terbesar Islam - sekitar 80% - tapi bukan negara Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo, tidak jalan. Indak jalehnyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana negara. Memang demikianlah keadaannya. 2) Tentang FPI, saya setuju dengan pendapat bung Akhmad Sahal, dan menolak cara-cara FPI. 3) Seperti yang pernah juga saya sampaikan kepada pak Mochtar dalam dialog kita sebelumnya, masih belum jelas bagi saya model negara Islam yang mana yang pak Mochtar maksud : apakah model Saudi Arabia yang berupa monarki absolut ? model Iran yang merupakan theokrasi absolut ? model Malaysia, yang merupakan negara Islam federal dengan delapan atau sembilan raja, dengan melegalisir judi besar-besaran di Genting Highlands ? atau model Darul Islam Kartosuwiryo ? Tolong pak Mochtar elaborate. 4,) Dalam hubungan antara agama dan negara, saya bersimpati pada pandangan Bung Hatta tentang ilmu gincu dan 'Ilmu garam'. Menurut bung Hatta, para penganut 'imu gincu' adalah mereka yang menginginkan agar Republik Indonesia ini dinyatakan sebagai sebuah 'negara Islam'; sedangkan para penganut 'ilmu garam' adalah mereka yang cukup puas jika norma-norma islami telah meresap ke seluruh bidang kehidupan. Secara pribadi, dalam terminologi bung Hatta, saya menganut 'ilmu garam'. 5) Tentang ABS SBK, substansi ABS SBK yang disepakati dalam SKM GM 2010 tanggal 12-13 Desember 2010 dahulu berfokus pada pembinaan akhlak bagi seluruh masyarakat Minangkabau, dalam konteks NKRI yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, sehingga secara konseptual lebih dekat dengan 'ilmu garam'-nya Bung Hatta. 6) Bagi saya sangat menarik, bahwa terhadap ABS SBK yang sudah sangat moderat ini saja masih terdapat demikian banyak *reservations *di kalangan masyarakat Minangkabau sendiri. Rasanya ini yang pak Mochtar maksud dengan ' bagaikan bunga kembang tak jadi'. 7) Saya sama sekali tidak berkeberatan jika pak Mochtar memperjuangkan berdirinya sebuah Negara Islam Indonesia secara demokratis. Jalan demokratis yang terbuka untuk ini adalah mendirikan sebuah partai yang secara terang-terangan menyatakan berideologi NII dan berani ikut serta dalam pemilihan umum. Terlebih terkurang mohon maaf. Wassalam, SB. 2012/5/15 Mochtar Naim mochtarn...@yahoo.com Pak Saf, Pak Ajo Duta bilang, “Bagi ambo eksistensi FPI karena tidak eksisnya polisi. Itu sajo.” Bagi ambo, ambo tambahkan lagi, seperti berikut: NKRI, kendati panduduaknyo mayoritas terbesar Islam –sekitar 80 %-- tapi bukan negara Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo, tidak jalan. Indak jalannyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana negara. Kalau nan 80% muslim di Indonesia ko, seperti di Malaysia nan cuma 50an % Melayu dan muslim, berjuang menegakkan negara Islam sacaro demokratis, dan berhasil, mako salasai polemik ko. Urusan jinayah tidak perlu ditangani sacaro kelompok seperti FPI tu tapi oleh negara. Dan salagi penduduk Indonesia masih mayoritas terbesarnyo muslim, salamo itu pulo ganjelan psikologisnya akan eksis terus. Sabab mereka disuruh untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, integral dan holistik. Kalau dengan agamo Kristen kan sudah selesai masalahnyo dengan adonyo pemisahan antaro urusan gereja dan negara (separation of church and state). Dalam Islam tidak. Sadonyo diurus sacaro bernegara dan publik dan per oranganpun sacaro proporsional. Kasus Aceh dan beberapo kabupaten di Sulsel adolah jalan menuju ke arah terlaksananyo syariah Islam walau di tingkat daerah. Soalnya awak nan di Sumbar ko, nan penduduk aslinyo kecuali Mentawai praktis seluruhnyo muslim, ka dipangakan ABS-SBK tu kalau di tingkat kenegaraan syariat Islam tidak jalan atau malah indak buliah jalan, samantaro adatnyo bersendi syarak, syarak basandi
Re: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
Alhamdulillah bundo mempunyai kenangan sendiri tinggal disebuah kampung yang heterogen selama 32 tahun. Hampir semua penduduk kampung tsb. Islami. Kalau orang bertamu disuguhi alcohol kita bisa menolak. Hormat menghormati satu sama lain. Bundo melihat di US ini banyak sekali orang Islam yang Islami. Mungkin lebih aman bagi orang Indonesia yang tinggal di US dari di Saudi. Belum tentu lagi orang yang berjubah2 putih dari Arabia tsb. yang datang tiap tahun ke Puncak dan anggota FPI yang menakutkan, mengrazia lebih baik dari orang2 yang non Muslim yang menghargai kita. Jadi kesimpulannya pak Saaf saya sependapat dengn bapak. Saya mau negeri yang damai dan saya akan ikut berjuang dengan semua tenaga yang saya punya untuk mmberantas kemaksiatan di Ranah Minang. Jadi iyo ilmu garam. @Hayatun Nismah Rumzy# On May 15, 2012, at 5:50, hyvn...@yahoo.com wrote: Mantap pak Saaf.. Ambo setuju dengan ilmu garam. Ilmu garam sangat dekat dengan ilmu rasa. Dalam budaya minang diimplementasikan dengan raso jo pareso. Indak bisa jo raso raso yang terkesan bak kandak ati sajo. Ukurannyo tantu pendapat orang banyak. Btw jalan keluarnya dirikan organisasi politik yang secita cita. Maaf yo pak MN,saat ini kito alun sacito cito. Salam Evy Djamaludin Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone From: Dr. Saafroedin Bahar saafroedin.ba...@rantaunet.org Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Tue, 15 May 2012 13:37:16 +0700 To: Dr. Mochtar Naimmochtarn...@yahoo.com; Rantau Net Rantau Netrantaunet@googlegroups.com ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com Subject: Fwd: TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR Pak Mochtar dan para sanak sapalanta, Saya telah membaca baik-baik tanggapan pak Mochtar terhadap tulisan bung Akhmad Sahal yang dimuat dalam Majalah Tempo edisi 14 Mei 2012, yang menganggap bahwa cara FPI yang melakukan kekerasan terhadap kemungkaran adalah juga suatu kemungkaran tersendiri, dan harus ditolak. Kalau saya tidak salah, pak Mochtar bukan saja setuju dengan cara FPI tersebut, tetapi juga menyarankan agar dibentuknya sebuah Negara Islam Indonesia (NII) secara demokratis. Mengenai hal yang terakhir ini kelihatannya pak Mochtar sangat konsisten, karena sebelum ini dalam kesempatan lain pak Mochtar juga telah mengemukakan tema yang sama. [ Saya bertanya kepada diri saya sendiri, apakah pak Mochtar sempat menyampaikan gagasan pembentukan Negara Islam Indonesia secara damai ini sewaktu pak Mochtar berdinas di MPR dan DPD RI. ] Sesuai dengan permintaan pak Mochtar tentang pendapat saya, begini pendapat saya: 1) Saya setuju dengan pernyataan pak Mochtar bahwa NKRI, kendati panduduaknyo mayoritas terbesar Islam - sekitar 80% - tapi bukan negara Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo, tidak jalan. Indak jalehnyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana negara. Memang demikianlah keadaannya. 2) Tentang FPI, saya setuju dengan pendapat bung Akhmad Sahal, dan menolak cara-cara FPI. 3) Seperti yang pernah juga saya sampaikan kepada pak Mochtar dalam dialog kita sebelumnya, masih belum jelas bagi saya model negara Islam yang mana yang pak Mochtar maksud : apakah model Saudi Arabia yang berupa monarki absolut ? model Iran yang merupakan theokrasi absolut ? model Malaysia, yang merupakan negara Islam federal dengan delapan atau sembilan raja, dengan melegalisir judi besar-besaran di Genting Highlands ? atau model Darul Islam Kartosuwiryo ? Tolong pak Mochtar elaborate. 4,) Dalam hubungan antara agama dan negara, saya bersimpati pada pandangan Bung Hatta tentang ilmu gincu dan 'Ilmu garam'. Menurut bung Hatta, para penganut 'imu gincu' adalah mereka yang menginginkan agar Republik Indonesia ini dinyatakan sebagai sebuah 'negara Islam'; sedangkan para penganut 'ilmu garam' adalah mereka yang cukup puas jika norma-norma islami telah meresap ke seluruh bidang kehidupan. Secara pribadi, dalam terminologi bung Hatta, saya menganut 'ilmu garam'. 5) Tentang ABS SBK, substansi ABS SBK yang disepakati dalam SKM GM 2010 tanggal 12-13 Desember 2010 dahulu berfokus pada pembinaan akhlak bagi seluruh masyarakat Minangkabau, dalam konteks NKRI yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, sehingga secara konseptual lebih dekat dengan 'ilmu garam'-nya Bung Hatta. 6) Bagi saya sangat menarik, bahwa terhadap ABS SBK yang sudah sangat moderat ini saja masih terdapat demikian banyak reservations di kalangan masyarakat Minangkabau sendiri. Rasanya ini yang pak Mochtar maksud dengan ' bagaikan bunga kembang tak jadi'. 7) Saya sama sekali tidak berkeberatan jika pak Mochtar memperjuangkan berdirinya sebuah Negara Islam Indonesia secara demokratis. Jalan demokratis yang terbuka untuk ini adalah mendirikan
TANGGAPAN MOCHTAR NAIM Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
Pak Saf, Pak Ajo Duta bilang, “Bagi ambo eksistensi FPI karena tidak eksisnya polisi. Itu sajo.” Bagi ambo, ambo tambahkan lagi, seperti berikut: NKRI, kendati panduduaknyo mayoritas terbesar Islam –sekitar 80 %-- tapi bukan negara Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo, tidak jalan. Indak jalannyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana negara. Kalau nan 80% muslim di Indonesia ko, seperti di Malaysia nan cuma 50an % Melayu dan muslim, berjuang menegakkan negara Islam sacaro demokratis, dan berhasil, mako salasai polemik ko. Urusan jinayah tidak perlu ditangani sacaro kelompok seperti FPI tu tapi oleh negara. Dan salagi penduduk Indonesia masih mayoritas terbesarnyo muslim, salamo itu pulo ganjelan psikologisnya akan eksis terus. Sabab mereka disuruh untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, integral dan holistik. Kalau dengan agamo Kristen kan sudah selesai masalahnyo dengan adonyo pemisahan antaro urusan gereja dan negara (separation of church and state). Dalam Islam tidak. Sadonyo diurus sacaro bernegara dan publik dan per oranganpun sacaro proporsional. Kasus Aceh dan beberapo kabupaten di Sulsel adolah jalan menuju ke arah terlaksananyo syariah Islam walau di tingkat daerah. Soalnya awak nan di Sumbar ko, nan penduduk aslinyo kecuali Mentawai praktis seluruhnyo muslim, ka dipangakan ABS-SBK tu kalau di tingkat kenegaraan syariat Islam tidak jalan atau malah indak buliah jalan, samantaro adatnyo bersendi syarak, syarak basandi Kitabullah al Quranul Karim. Iko dilemma awak di ranah awak sendiri. Bagai makan buah simalakamo. Co lah kito danga pulo baa pulo reaksi dan pandapek dari Pak Saf dkk. MN150512 From: ajo duta ajod...@gmail.com To: rantaunet@googlegroups.com Sent: Tuesday, May 15, 2012 1:13 AM Subject: Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR Uda Saaf, Bagi ambo eksistensi FPI karena tidak eksisnya polisi. Itu sajo. On 5/14/12, Dr Saafroedin Bahar saaf10...@yahoo.com wrote: Assalamualaikum ww para sanak sapalanta, Bagaimana tanggapan para Sanak terhadap pendapat ini ? Teriring salam. Dikirim dari iPad saya Begin forwarded message: From: K. Prawira k.praw...@ymail.com Date: 14 Mei 2012 21:23:58 WIB To: nasional-l...@yahoogroups.com nasional-l...@yahoogroups.com Cc: perhimpunanpersaudar...@yahoogroups.com perhimpunanpersaudar...@yahoogroups.com, gelor...@yahoogroups.com gelor...@yahoogroups.com, wahana-n...@yahoogroups.com wahana-n...@yahoogroups.com, jaringan-kerja-indone...@googlegroups.com jaringan-kerja-indone...@googlegroups.com, l...@yahoogroups.com l...@yahoogroups.com Subject: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR Reply-To: gelor...@yahoogroups.com FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR Akhmad Sahal Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika-Kanada (Dimuat di Majalah Tempo edisi 14/5/2012) Saat menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab suatu kali berjalan-jalan menyusuri Madinah. Begitu sampai di suatu sudut kota, Khalifah Umar mendapati suatu rumah yang beliau curigai sedang dipakai untuk bermaksiat. Sang Khalifah ingin mengecek untuk memastikannya, tapi rumah itu tertutup rapat. Ahirnya beliau memaksa masuk melalui atap. Dan benar saja, tuan rumah sedang asik bermaksiat di rumahnya. Langsung saja Khalifah Umar menghentikankannya, dan hendak menangkapnya. Anehnya, pemilik rumah justru tidak terima. Ia mengakui memang telah berbuat dosa. Tapi menurutnya dosanya cuma satu. Sedangkan perbuatan Umar yang masuk rumahnya lewat atap justru melanggar tiga perintah Allah sekaligus. Yakni, mematai-matai (tajassus) yang jelas dilarang dalam AlQur’an (Q49:12); masuk rumah orang lain tidak melalui pintu seperti yang diserukan Qur’an (Q2: 189); dan tanpa mengucapkan salam, padahal Allah memerintahkannya (Q24: 27). Menyadari kesalahan tindakannya, Khalifah Umar akhirnya melepaskan orang tersebut dan hanya menyuruhnya bertobat. Pelajaran apa yang bisa kita petik dari cerita yang dikutip Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din (II: 320) tersebut? Umar, dalam kapasitasnya sebagai kepala negara saat itu, mestinya punya otoritas yang sah untuk mencegah kemunkaran yang dilakukan salah seorang rakyatnya. Namun berhubung cara nahi munkar beliau terbukti melanggar aturan Tuhan, pelaku maksiat tersebut akhirnya lolos. Moral story: mencegah kemungkaran haruslah dijalankan dengan cara yang tidak munkar. Kisah di atas kiranya relevan sekali untuk bahan rujukan manakala kita berbicara tentang Front Pembela Islam (FPI) yang senantiasa menempuh jalan kekerasan dalam aksi-aksinya. Dalam berbagai kesempatan , Rizieq Shiha, pimpinan FPI, membenarkan vigilantisme kelompoknya dengan dalih bahwa negara dan aparat peneguk hukum yang ada dianggap gagal atau lembek dalam memberantas kemaksiatan. Akibatnya, kemaksiatan semakin merajalela. Karena itulah ia