Pak Mochtar dan para sanak sapalanta,

Saya telah membaca baik-baik tanggapan pak Mochtar terhadap tulisan bung
Akhmad Sahal yang dimuat dalam Majalah Tempo edisi 14 Mei 2012, yang
menganggap bahwa cara FPI yang melakukan kekerasan terhadap kemungkaran
adalah juga suatu kemungkaran tersendiri, dan harus ditolak.

Kalau saya tidak salah, pak Mochtar bukan saja setuju dengan cara FPI
tersebut, tetapi juga menyarankan agar dibentuknya sebuah Negara Islam
Indonesia (NII) secara demokratis. Mengenai hal yang terakhir ini
kelihatannya pak Mochtar sangat konsisten, karena sebelum ini dalam
kesempatan lain pak Mochtar juga telah mengemukakan tema yang sama. [ Saya
bertanya kepada diri saya sendiri, apakah pak Mochtar sempat menyampaikan
gagasan pembentukan Negara Islam Indonesia secara damai ini sewaktu pak
Mochtar berdinas di MPR dan DPD RI. ]

Sesuai dengan permintaan pak Mochtar tentang pendapat saya, begini pendapat
saya:

1)  Saya setuju dengan pernyataan pak Mochtar bahwa " NKRI, kendati
panduduaknyo mayoritas terbesar Islam - sekitar 80% - tapi bukan negara
Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal tertentu sajo,
tidak jalan. Indak jalehnyo tarutamo di bidang Jinayah atau hukum pidana
nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum pidana
negara."     Memang demikianlah keadaannya.

2)   Tentang FPI, saya setuju dengan pendapat bung Akhmad Sahal, dan
menolak cara-cara FPI.

3)   Seperti yang pernah juga saya sampaikan kepada pak Mochtar dalam
dialog kita sebelumnya, masih belum jelas bagi saya model negara Islam yang
mana yang pak Mochtar maksud : apakah  model Saudi Arabia yang berupa
monarki absolut ? model Iran yang merupakan theokrasi absolut ? model
Malaysia, yang merupakan negara Islam federal dengan delapan atau sembilan
raja, dengan melegalisir judi besar-besaran di Genting Highlands ? atau
model Darul Islam Kartosuwiryo ?  Tolong pak Mochtar elaborate.

4,)   Dalam hubungan antara agama dan negara, saya bersimpati pada
pandangan Bung Hatta tentang "ilmu gincu" dan 'Ilmu garam'. Menurut bung
Hatta, para penganut 'imu gincu' adalah mereka yang menginginkan agar
Republik Indonesia ini dinyatakan sebagai sebuah 'negara Islam'; sedangkan
para penganut 'ilmu garam' adalah mereka yang cukup puas jika norma-norma
islami telah meresap ke seluruh bidang kehidupan. Secara pribadi, dalam
terminologi bung Hatta, saya menganut 'ilmu garam'.

5)   Tentang ABS SBK, substansi ABS SBK  yang disepakati dalam SKM GM 2010
tanggal 12-13 Desember 2010 dahulu berfokus pada pembinaan akhlak bagi
seluruh masyarakat Minangkabau, dalam konteks NKRI yang didasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945, sehingga secara konseptual lebih dekat dengan 'ilmu
garam'-nya Bung Hatta.

6)   Bagi saya sangat menarik, bahwa terhadap ABS SBK yang sudah sangat
moderat ini saja masih terdapat demikian banyak *reservations *di kalangan
masyarakat Minangkabau sendiri. Rasanya ini yang pak Mochtar maksud dengan
' bagaikan bunga kembang tak jadi'.

7)  Saya sama sekali tidak berkeberatan jika pak Mochtar memperjuangkan
berdirinya sebuah Negara Islam Indonesia secara demokratis. Jalan
demokratis yang terbuka untuk ini adalah mendirikan sebuah partai yang
secara terang-terangan menyatakan berideologi NII dan berani ikut serta
dalam pemilihan umum.

Terlebih terkurang mohon maaf.

Wassalam,
SB.
 2012/5/15 Mochtar Naim <mochtarn...@yahoo.com>

>   Pak Saf,
>       Pak Ajo Duta bilang, “Bagi ambo eksistensi FPI karena tidak
> eksisnya polisi. Itu sajo.”
>       Bagi ambo, ambo tambahkan lagi, seperti berikut:
>  NKRI, kendati panduduaknyo mayoritas terbesar Islam –sekitar 80 %-- tapi
> bukan negara Islam, sahinggo syariah Islam, kecuali untuak beberapo hal
> tertentu sajo, tidak jalan. Indak jalannyo tarutamo di bidang Jinayah atau
> hukum pidana nan syariahnyo indak jalan. Nan berlaku hanyo samato hukum
> pidana negara.
>       Kalau nan 80% muslim di Indonesia ko, seperti di Malaysia nan cuma
> 50an % Melayu dan muslim, berjuang menegakkan negara Islam sacaro
> demokratis, dan berhasil, mako salasai polemik ko. Urusan jinayah tidak
> perlu ditangani sacaro kelompok seperti FPI tu tapi oleh negara. Dan salagi
> penduduk Indonesia masih mayoritas terbesarnyo muslim, salamo itu pulo
> ganjelan psikologisnya akan eksis terus. Sabab mereka disuruh untuk
> melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, integral dan holistik. Kalau
> dengan agamo Kristen kan sudah selesai masalahnyo dengan adonyo pemisahan
> antaro urusan gereja dan negara (separation of church and state). Dalam
> Islam tidak. Sadonyo diurus sacaro bernegara dan publik dan per oranganpun
> sacaro proporsional.
>       Kasus Aceh  dan beberapo kabupaten di Sulsel adolah jalan menuju ke
> arah terlaksananyo syariah Islam walau di tingkat daerah. Soalnya awak nan
> di Sumbar ko, nan penduduk aslinyo kecuali Mentawai praktis seluruhnyo
> muslim, ka dipangakan ABS-SBK tu kalau di tingkat kenegaraan syariat Islam
> tidak jalan atau malah indak buliah jalan, samantaro adatnyo bersendi
> syarak, syarak basandi Kitabullah al Quranul Karim. Iko dilemma awak di
> ranah awak sendiri. Bagai makan buah simalakamo.
>       Co lah kito danga pulo baa pulo reaksi dan pandapek dari Pak Saf
> dkk.
>  MN150512
>
>   *From:* ajo duta <ajod...@gmail.com>
> *To:* rantaunet@googlegroups.com
> *Sent:* Tuesday, May 15, 2012 1:13 AM
> *Subject:* Re: [R@ntau-Net] Fwd: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG
> MUNKAR
>
> Uda Saaf,
>
> Bagi ambo eksistensi FPI karena tidak eksisnya polisi. Itu sajo.
>
> On 5/14/12, Dr Saafroedin Bahar <saaf10...@yahoo.com> wrote:
> > Assalamualaikum ww para sanak sapalanta,
> >
> > Bagaimana tanggapan para Sanak terhadap pendapat ini ?
> >
> > Teriring salam. Dikirim dari iPad saya
> >
> > Begin forwarded message:
> >
> >> From: "K. Prawira" <k.praw...@ymail.com>
> >> Date: 14 Mei 2012 21:23:58 WIB
> >> To: "nasional-l...@yahoogroups.com" <nasional-l...@yahoogroups.com>
> >> Cc: "perhimpunanpersaudar...@yahoogroups.com"
> >> <perhimpunanpersaudar...@yahoogroups.com>, "gelor...@yahoogroups.com"
> >> <gelor...@yahoogroups.com>, "wahana-n...@yahoogroups.com"
> >> <wahana-n...@yahoogroups.com>, "
> jaringan-kerja-indone...@googlegroups.com"
> >> <jaringan-kerja-indone...@googlegroups.com>, "l...@yahoogroups.com"
> >> <l...@yahoogroups.com>
> >> Subject: [GELORA45] Fw: FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
> >> Reply-To: gelor...@yahoogroups.com
> >>
> >
> >> FPI DAN NAHY MUNKAR YANG MUNKAR
> >> Akhmad Sahal
> >> Wakil Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU Amerika-Kanada
> >> (Dimuat di Majalah Tempo edisi 14/5/2012)
> >>
> >> Saat menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab suatu kali
> berjalan-jalan
> >> menyusuri Madinah. Begitu sampai di suatu sudut kota, Khalifah Umar
> >> mendapati suatu rumah yang beliau curigai sedang dipakai untuk
> bermaksiat.
> >> Sang Khalifah ingin mengecek untuk memastikannya, tapi rumah itu
> tertutup
> >> rapat. Ahirnya beliau memaksa masuk melalui atap. Dan benar saja, tuan
> >> rumah sedang asik bermaksiat di rumahnya. Langsung saja Khalifah Umar
> >> menghentikankannya, dan hendak menangkapnya. Anehnya, pemilik rumah
> justru
> >> tidak terima. Ia mengakui memang telah berbuat dosa. Tapi menurutnya
> >> dosanya cuma satu. Sedangkan perbuatan Umar yang masuk rumahnya lewat
> atap
> >> justru melanggar tiga perintah Allah sekaligus. Yakni, mematai-matai
> >> (tajassus) yang jelas dilarang dalam AlQur’an (Q49:12); masuk rumah
> orang
> >> lain tidak melalui pintu seperti yang diserukan Qur’an (Q2: 189); dan
> >> tanpa mengucapkan salam, padahal Allah memerintahkannya (Q24: 27).
> >> Menyadari kesalahan tindakannya, Khalifah Umar akhirnya melepaskan orang
> >> tersebut dan hanya menyuruhnya bertobat.
> >>
> >> Pelajaran apa yang bisa kita petik dari cerita yang dikutip Imam
> >> Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum al-Din (II: 320) tersebut? Umar, dalam
> >> kapasitasnya sebagai kepala negara saat itu, mestinya punya otoritas
> yang
> >> sah untuk mencegah kemunkaran yang dilakukan salah seorang rakyatnya.
> >> Namun berhubung cara nahi munkar beliau terbukti melanggar aturan Tuhan,
> >> pelaku maksiat tersebut akhirnya lolos. Moral story: mencegah
> kemungkaran
> >> haruslah dijalankan dengan cara yang tidak munkar.
> >>
> >> Kisah di atas kiranya relevan sekali untuk bahan rujukan manakala kita
> >> berbicara tentang Front Pembela Islam (FPI) yang senantiasa menempuh
> jalan
> >> kekerasan dalam aksi-aksinya. Dalam berbagai kesempatan , Rizieq Shiha,
> >> pimpinan FPI, membenarkan vigilantisme kelompoknya dengan dalih bahwa
> >> negara dan aparat peneguk hukum yang ada dianggap gagal atau lembek
> dalam
> >> memberantas kemaksiatan. Akibatnya, kemaksiatan semakin merajalela.
> Karena
> >> itulah ia dan organisasinya merasa sah untuk turun tangan.
> >>
> >> Begitulah, dengan alasan menjalankan misi nahi munkar, ormas Islam
> radikal
> >> ini merazia dan merusak kafe, hotel, dan kantong kebudayaan yang mereka
> >> tengarai menjadi tempat kemaksiatan. Dengan alasan yang sama, mereka
> juga
> >> menyerang kelompok keagamaan yang mereka tuduh sesat dan kafir. Yang
> >> terakhir terjadi adalah penggerudukan FPI ke Salihara untuk membubarkan
> >> diskusi pemikiran Irshad Manji, yang mereka tuduh menghalalkan
> >> lesbianisme.
> >>
> >> Di mata FPI, tindak kekerasan mereka justru Islami karena didasarkan
> pada
> >> hadits Nabi yang cukup populer tentang nahi munkar: “Sesiapa melihat
> >> kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangan. Jika tidak
> mampu,
> >> maka dengan lesan. Jika tidak mampu juga, maka dalam hati. Yang terakhir
> >> itulah selemah-lemahnya iman.” Bagi FPI, jalan kekerasan merupakan
> >> manifestasi dari pengamalan perintah Nabi untuk “mengubah kemunkaran
> >> dengan tangan (falyughayyirhu biyadih),” yang mencerminkan keimanan yang
> >> paling kuat dan tegas. Makanya tidak heran kalau dukungan terhadap FPI
> >> juga muncul dari sejumlah kalangan Islam di luar FPI, dari ustadz sampai
> >> orang awam.
> >>
> >> Tapi seberapa jauh alasan FPI bisa diterima dari sudut pandang Islam?
> >> Apakah kemunkaran niscaya identik dengan kemaksiatan seperti digambarkan
> >> FPI? Apakah cara main hakim sendiri dengan dalih nahi munkar bisa
> >> dibenarkan? Dan di atas semua itu, apakah klaim FPI sebagai agen penegak
> >> nahy munkar bisa dibenarkan dari perspektif doktrin dan sejarah Islam?
> >>
> >> FPI mengartikan kemunkaran sebagai identik dengan kemaksiatan. Tapi
> >> benarkah demikian? Dari kisah Umar bin Khattab di awal tulisan, kita
> bisa
> >> menyimpulkan bahwa kalau ada orang bermaksiat di rumah sendiri secara
> >> tertutup dan tersembunyi dari mata publik, maka perbuatannya sama sekali
> >> bukan menjadi urusan publik. Negara, masyarakat, ataupun individu lain
> >> tidak punya hak untuk mengintervensi rumah seseorang. Bahkan
> memata-matai,
> >> mengintai, atau menelisiknya saja tidak dibenarkan. Dengan kata lain,
> >> kemaksiatan yang tidak kelihatan oleh tatapan publik tetaplah
> kemaksiatan,
> >> tapi tidak bisa diinvasi orang lain dengan dalih nahy munkar. Apa yang
> >> terjadi di dalam ruang privat yang tertutup sepenuhnya menjadi urusan si
> >> pelaku dengan Tuhan. Kalaupun ia bermaksiat, ia sendiri yang menanggung
> >> dosanya.
> >>
> >> Hal itu karena apa yang disebut munkar bertaut erat dengan kepublikan.
> Di
> >> sini saya sepakat dengan pendapat Dr. Moch Nur Ichwan dalam artikelnya
> >> tentang amar ma’ruf dan nahy munkar yang dimuat dalam Dinamika
> Kebudayaan
> >> dan Problem Kebangsaan: Kado 60 Tahun Musa Asy’arie (2011). Di situ
> dosen
> >> UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini memaknai amar ma’ruf dan nahy munkar
> >> sebagai etika sosial atau etika publik. Ia menjelaskan, term ma’ruf dan
> >> munkar sebenarnya sudah ada sebelum Islam, dan erat kaitannya dengan urf
> >> (adat kebiasaan yang baik) yang terbentuk berdasarkan kearifan budaya
> >> setempat (local wisdom). Ketika diserap oleh Islam, kedua term tersebut
> >> mengalami transformasi menjadi etika Islami yang spiritnya dibimbing
> oleh
> >> wahyu, dan pada pada saat yang sama mengacu pada kebaikan dan keburukan
> >> yang diketahui melalui akal sehat dan kearifan kemanusiaan pada suatu
> masa
> >> dan waktu tertentu.
> >>
> >> Singkatnya, amar ma’ruf nahy munkar dalam pandangan Nur Ichwan berporos
> >> pada perjuangan nilai-nilai bersama demi kemaslahatan bersama, sedangkan
> >> nahy munkar adalah eliminasi dosa-dosa sosial yang mengancam
> kemaslahatan
> >> publik. Dimensi kemaslahatan publik inilah yang dalam kenyataannya
> >> diabaikan oleh FPI dalam aksi-aksinye memberantas kemunkaran.
> >>
> >> Seberapa jauh ormas partikelir seperti FPI punya lisensi untuk
> mengangkat
> >> diri sendiri sebagai eksekutor nahy munkar? Hadits yang saya kutip di
> atas
> >> memang memberi kesan bahwa mengubah kemunkaran adalah kewajiban setiap
> >> muslim. Dari sinilah barangkali FPI merasa bahwa kekerasan adalah bagian
> >> dari upaya menjalankan misi mengubah kemunkaran “dengan tangan”.
> >>
> >> Tapi masalahnya, kalau setiap orang merasa punya wewenang untuk mengubah
> >> kemunkaran “dengan tangan,” maka yang kemudian terjadi adalah
> menjamurnya
> >> ormas Islam, semua dengan bendera nahi munkar, tapi masing-masing punya
> >> agendanya sendiri, dengan disokong laskarnya sendiri. Situasi seperti
> ini
> >> pada gilirannya bisa mengancam ketertiban umum dan memicu kekacauan
> >> politik dan anarki dalam masyarakat, suatu situasi yang justru dianggap
> >> momok paling mengerikan sepanjang sejarah politik masyarakat muslim.
> Kita
> >> ingat ungkapan terkenal Al-Mawardi, pemikir politik Islam klasik:
> “seribu
> >> tahun di bawah tirani lebih baik dari sehari dalam anarki.”
> >>
> >> Atas dasar itulah maka penegakan nahy munkar sepanjang sejarah
> >> dinasti-dinasti Islam tidak dipercayakan pada orang perorang atau
> kelompok
> >> swasta, melainkan menjadi wilayah kekuasaan negara. Dengan kata lain,
> >> lembaga nahy munkar adalah lembaga publik. Asumsinya, karena amar ma’ruf
> >> nahy munkar berporos pada kemaslahatan publik, maka aneh kalau
> >> penanganannya diserahkan kepada pihak swasta. Lembaga publik ini lazim
> >> dikenal wilayatul hisbah.
> >>
> >> Di sini saya perlu buru-buru menambahkan bahwa saya bukannya menyetujui
> >> keberadaan wilayatul hisbah dihidupkan lagi. Saya berpendapat bahwa
> >> pembentukan wilayatul hisbah sebagai polisi syari’ah seperti yang
> terjadi
> >> di Aceh adalah sebentuk salah kaprah dalam penerapan syari’ah. Perlu
> >> diketahui, wilayatul hisbah bukanlah institusi yang secara otentik lahir
> >> dari rahim Islam. Lembaga tersebut baru terbentuk pada masa dinasti
> >> Abbasiyah, sebagai hasil dari adopsi lembaga pengontrol pasar yang sudah
> >> berkembang lebih dulu di Yunani Kuna, yang bernama agoranomos. Dan
> memang
> >> wilayatul hisbah pada awalnya bukanlah polisi syari’ah dalam artinya
> yang
> >> kita kenal sekarang. Tugas utamanya pada mulanya lebih untuk mengontrol
> >> pasar agar transaksi ekonomi di situ berlangsung secara fair dan adil.
> >> Tapi lama-lama tugas lembaga ini meluas, mencakup kontrol atas perilaku
> >> dan moralitas di tempat publik. Pada masa dinasti-dinasti Islam,
> >> keberadaan wilayatul hisbah sebagai agen nahy munkar boleh jadi
> >> merefleksikan aspirasi publiknya, yang memang homogen. Tapi untuk
> >> diterapkan dalam konteks saat ini, wilayatul hisbah malah mencederai
> >> aspirasi publiknya, yang cenderung heterogen.
> >>
> >> Tapi lepas dari itu, poin yang ingin saya tekankan adalah bahwa lembaga
> >> nahy munkar adalah lembaga publik, yang dibentuk dan diresmikan oleh
> >> negara. Ini berarti, pengertian mengubah dengan “tangan” mestinya
> >> diartikan sebagai “kekuasaan.” Dengan demikian, klaim FPI sebagai
> lembaga
> >> nahy munkar sebenarnya tidak punya dasar yang kukuh ditinjau dari
> >> perspektif sejarah Islam. dalam konteks Indonesia, saya malah cenderung
> >> menganggap bahwa lembaga nahy munkar yang sah bukanlah FPI melainkan
> >> lembaga semacam KPK.
> >>
> >> Hal lain yang juga bermasalah pada FPI adalah kecenderungannya untuk
> >> selalu menghalalkan kekerasan dalam aksi-aksi mereka. Ditinjau dari
> sudut
> >> pandang hukum Islam, tindakan semacam itu sama sekali tak bisa
> dibenarkan.
> >> Dalam al-qawa’id a-fiqhiyah (legal maxims), terdapat kaidah yang
> >> menyatakan: al-dlararu yuzalu (kemudaratan mesti dihilangkan). Tapi ada
> >> juga kaidah lain yang berbunyi: al-dlarar la yuzal bi al-darar
> >> (kemudaratan tak boleh dihilangkan dengan kemudaratan yang lain). Dan
> >> patut diingat, dua kaidah tersebut mesti dipahami sebagai satu kesatuan.
> >>
> >> Dengan bersandar pada dalil di atas, kita bisa mengatakan bahwa
> kemunkaran
> >> mesti dihilangkan karena kemunkaran adalah bagian dari kemudaratan. Tapi
> >> pada saat yang sama, kemunkaran tidak boleh dihilangkan dengan
> kemunkaran
> >> yang lain. Artinya bisa bercabang dua: kemunkaran tidak bisa dihilangkan
> >> dengan cara yang munkar; dan juga, kemunkaran tidak bisa dihilangkan
> >> dengan cara yang justru melahirkan kemungkaran baru.
> >>
> >> Dengan menghalalkan kekerasan, FPI sejatinya mengidap dua jenis
> >> kemungkaran sekaligus: memakai cara yang mungkar, yakni kekerasan dan
> main
> >> hakim sendiri; yang kedua: memunculkan kemungkaran baru, yang bisa jadi
> >> lebih parah (keresahan dan
> >> anarki sosial). Jadi, kalau kita punya komitmen serius untuk menegakkan
> >> nahy munkar di negeri ini, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
> >> memberantas kemungkaran FPI.
> >> __._,_.___
> >> Reply to sender | Reply to group | Reply via web post | Start a New
> Topic
> >> Messages in this topic (1)
> >> RECENT ACTIVITY:
> >> Visit Your Group
> >> Berita dan Tulisan yang disiarkan GELORA45-Group, sekadar untuk
> diketahui
> >> dan sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti pasti mewakili
> >> pendapat dan pendirian GELORA45.
> >> Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use
> >> .
> >>
> >> __,_._,___
> >
> > --
> > .
> > * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat
> lain
> > wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> > http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> > * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> > ===========================================================
> > UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> > - DILARANG:
> >  1. E-mail besar dari 200KB;
> >  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
> >  3. One Liner.
> > - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> > http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> > - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> > - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> > - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> > mengganti subjeknya.
> > ===========================================================
> > Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> > http://groups.google.com/group/RantauNet/
> >
>
> --
> Sent from my mobile device
>
> Wassalaamu'alaikum
> Dutamardin Umar (aka. Ajo Duta),
> suku Mandahiliang,
> lahir 17 Agustus 1947.
> nagari Gasan Gadang, Kab. Pariaman.
> rantau Deli, Jakarta, kini Sterling, Virginia-USA
> ------------------------------------------------------------
>
> --
> .
> * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain
> wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet
> http://groups.google.com/group/RantauNet/~
> * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
> ===========================================================
> UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
> - DILARANG:
>   1. E-mail besar dari 200KB;
>   2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi;
>   3. One Liner.
> - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di:
> http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
> - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
> - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
> - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama &
> mengganti subjeknya.
> ===========================================================
> Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di:
> http://groups.google.com/group/RantauNet/
>
>
>


-- 
Dr.Saafroedin Bahar
Male, 75 yrs, Jakarta

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke