Re: [silatindonesia] Re: OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-21 Terurut Topik iwan setiawan
...yang terbuka aja kayak gitu apalagi yang tertutup...he he he, saya gak 
membayangkan mereka orang biadabtapi juga menganggap mereka beradab...kok 
menembak depan anak anak? iseng amattapi udah ah kata uda aja selesai, nya 
entos atuh...tutup lawang sigotaka

Alda Amtha [EMAIL PROTECTED] wrote:  
memang kita tidak bisa melihat apa yang ada dibawah permukaan. Seperti
silat kita, kita gak akan pernah tau seperti apa silat itu sebelum
kita benar2 terlibat di dalamnya dan merasakannya sendiri.

Atas nama administrator, dengan ini topik ini kita tutuik... eh
tutup... toh judulnya OOT...

--- In silatindonesia@yahoogroups.com, M. Choirul Amri (MCA)
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 rekans,
 ada story yang dipublish di media umum, ada yang undercover.
 Kebetulan beberapa rekan saya adalah anggota detasemen 88 yang
 melakukan penangkapan.
 
 Sayang sekali story undercover/ off the record tidak bisa dibuka
 eksplisit ke media massa, karena akan menyulitkan langkah penyelidikan
 selanjutnya.
 
 FYI, jaringan kelompok militan memang sangat rapi, bahkan sampai
 anak/istri pun nggak tahu apa yang sebenarnya dilakukan si suami di
 luar sana.
 
 Jangan bayangkan anggota det 88 adalah orang-orang biadab, mereka juga
 manusia seperti kita. Meninggalkan anak-istri berbulan-bulan untuk
 membuntuti tersangka. Hidup nomaden dari satu kota ke kota lain,
 dengan resiko taruhan nyawa. Bahkan anak/istri merekapun tidak tahu
 sedang berada dimana bapaknya.
 
 rgds
 MCA
 
 On 6/21/07, iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 
 
 
 
  emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan dalih
alat dia boleh berbuat gak pake otak?
 
  Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari
sekian banyak alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah
polisi sehingga kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan
ini diserahkan ke AD maka akan saja karena mereka semua hanyalah alat.
Mereka hanya patuh pada perintah dari yang mengendalikan mereka. Jadi
menurut saya untuk hal ini bukan polisinya tapi pemegang alatnya, tapi
memang ironis karena pemegang alatnya juga dimainkan oleh dalang yang
lebih kuat powenya. Jadi yang dikasihani itu adalah negara kita dan
tentunya yang menjadi korban yaitu rakyatnya.
 




 

   
-
Take the Internet to Go: Yahoo!Go puts the Internet in your pocket: mail, news, 
photos  more. 

[Non-text portions of this message have been removed]



[silatindonesia] Re: OOT : DIBALIK HEBOHNYA PENANGKAPAN TERORIS

2007-06-20 Terurut Topik Alda Amtha

memang kita tidak bisa melihat apa yang ada dibawah permukaan. Seperti
silat kita, kita gak akan pernah tau seperti apa silat itu sebelum
kita benar2 terlibat di dalamnya dan merasakannya sendiri.

Atas nama administrator, dengan ini topik ini kita tutuik... eh
tutup... toh judulnya OOT...

--- In silatindonesia@yahoogroups.com, M. Choirul Amri (MCA)
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 rekans,
 ada story yang dipublish di media umum, ada yang undercover.
 Kebetulan beberapa rekan saya adalah anggota detasemen 88 yang
 melakukan penangkapan.
 
 Sayang sekali story undercover/ off the record tidak bisa dibuka
 eksplisit ke media massa, karena akan menyulitkan langkah penyelidikan
 selanjutnya.
 
 FYI, jaringan kelompok militan memang sangat rapi, bahkan sampai
 anak/istri pun nggak tahu apa yang sebenarnya dilakukan si suami di
 luar sana.
 
 Jangan bayangkan anggota det 88 adalah orang-orang biadab, mereka juga
 manusia seperti kita. Meninggalkan anak-istri berbulan-bulan untuk
 membuntuti tersangka. Hidup nomaden dari satu kota ke kota lain,
 dengan resiko taruhan nyawa. Bahkan anak/istri merekapun tidak tahu
 sedang berada dimana bapaknya.
 
 rgds
 MCA
 
 On 6/21/07, iwan setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 
 
 
 
  emang polisi alat ya? setahu saya dia orang.emang dengan dalih
alat dia boleh berbuat gak pake otak?
 
  Herman B [EMAIL PROTECTED] wrote: Polisi itu hanya alat dari
sekian banyak alat pemerintah, kebetulan yang mengurus teroris adalah
polisi sehingga kelihatan yang salah adalah polisi. Kalau penanganan
ini diserahkan ke AD maka akan saja karena mereka semua hanyalah alat.
Mereka hanya patuh pada perintah dari yang mengendalikan mereka. Jadi
menurut saya untuk hal ini bukan polisinya tapi pemegang alatnya, tapi
memang ironis karena pemegang alatnya juga dimainkan oleh dalang yang
lebih kuat powenya. Jadi yang dikasihani itu adalah negara kita dan
tentunya yang menjadi korban yaitu rakyatnya.