Re: [silatindonesia] Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam
Propaganda yang sangat tidak sehat. Pencak silat adalah olah raga dan olah raga itu universal tidak dibatasi atau tidak sepatutnya dijadikan alat propaganda untuk menyebarkan aliran pemikiran tertentu dari satu agama tertentu. Menurut saya imel ini sangat tidak pantas untuk dikirim kemari karena tidak semua pesilat adalah muslim dan tidak semua muslim menganut aliran pemikiran yang sama seperti orang-orang yang menulis di eramuslim. 2009/2/20 Herman B : > > Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam > > Abdul Latif Abdullah, adalah seorang Amerika pemeluk agama Kristen Protestan > sebelum memeluk Islam. Namanya yang sekarang adalah nama Islam yang ia pilih > setelah mengucapkan dua kalimat syahadat pada tanggal 30 Juli 1999, > sebelumnya ia bernama Steven Krauss. Ketertarikan Krauss pada Islam dimulai > ketika ia masih menjadi mahasiswa di sebuah universitas di New York City > pada tahun 1998. Ketika itu, ia bukanlah seorang pemeluk Kristen yang taat. > Menurutnya, agama Kristen Protestan yang ia peluk sudah tidak relevan lagi > dengan jaman sekarang.
Re: [silatindonesia] Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam
Allahu Akbar, dengan Segala Rahmatmu Ya Allah Pada tanggal 20/02/09, wongndeso menulis: > Allahu Akbar, dengan segala Rahmatmu ya Allah > > Pada tanggal 20/02/09, Herman B menulis: >> >> Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam >> >> >> Abdul Latif Abdullah, adalah seorang Amerika pemeluk agama Kristen >> Protestan >> sebelum memeluk Islam. Namanya yang sekarang adalah nama Islam yang ia >> pilih >> setelah mengucapkan dua kalimat syahadat pada tanggal 30 Juli 1999, >> sebelumnya ia bernama Steven Krauss. Ketertarikan Krauss pada Islam >> dimulai >> ketika ia masih menjadi mahasiswa di sebuah universitas di New York City >> pada tahun 1998. Ketika itu, ia bukanlah seorang pemeluk Kristen yang >> taat. >> Menurutnya, agama Kristen Protestan yang ia peluk sudah tidak relevan >> lagi >> dengan jaman sekarang. >> >> "Saya sukar menemukan apapun dalam agama itu yang bisa saya aplikasikan >> dalam kehidupan sehari-hari. Kekecewaan saya terhadap ajaran Kristen >> membuat >> saya menutup diri dengan hal-hal yang diklaim sebagai agama yang >> terorganisir, karena menurut asumsi saya semua agama semacam itu sama >> saja >> paling tidak dalam hal tidak aplikatif dan tidak bermanfaatnya >> agama-agama >> seperti itu. Oleh sebab itu, saya lebih berminat dengan apa yang >> diistilahkan sebagai spiritualitas tapi bukan agama," papar Abdul Latif >> mengisahkan masa lalunya. >> >> Ia mengaku sulit menerima tentang konsep ketuhanan dan konsep tentang >> hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam ajaran Kristen, yang >> menurutnya >> ganjil. Dalam filosofis Kristen, ungkap Abdul Latif, hubungan antara >> manusia >> dengan Tuhan lewat perantara yaitu Yesus, padahal Yesus manusia juga cuma >> memiliki kelebihan sebagai utusan Tuhan. >> >> "Filosofis hubungan manusia dengan Tuhan yang sulit dan tidak jelas itu >> membuat saya mencari sesuatu yang bisa memberikan pemahaman yang lebih >> baik >> tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan. Mengapa dalam Kristen >> saya >> tidak bisa berdoa langsung pada Tuhan? Mengapa setiap berdoa saya harus >> mengawali dan mengakhirinya dengan menyebut 'atas nama bapak, dan putera >> dan >> roh kudus'? Mengapa Tuhan yang Maha harus mengambil bentuk sebagai >> seorang >> laki-laki yaitu Yesus, mengapa Tuhan merasa perlu melakukan hal seperti >> itu?" ujar Abdul Latif. >> >> "Itu cuma sebagian pertanyaan yang tidak mampu saya pecahkan. Saya >> menginginkan pendekatan yang jelas bersifat langsung dalam sebuah ajaran >> agama, yang benar-benar memberikan tuntunan pada kehidupan saya dan bukan >> cuma dogma yang tidak jelas alasannya," sambungnya. >> >> Ketika masih menjadi mahasiswa, Abdul Latif punya teman sekamar orang >> Yahudi >> yang mempelajari Pencak Silat, ilmu bela diri tradisional. Setiap pulang >> latihan pencak silat dari padepokan yang dipimpin oleh seorang asal >> Malaysia, ahabatnya itu selalu bercerita tentang keunikan dan kekayaan >> dimensi spiritual dalam pencak silat. Abdul Latif tertarik dengan cerita >> sahabatnya itu dan berniat untuk mengetahui pencak silat lebih dalam. >> Suatu >> pagi di hari Sabtu, tanggal 28 Februari 1998, ia pun ikut ke tempat >> latihan >> pencak silat dan bertemu dengan guru pencak silatnya bernama Sulaiman, >> seorang Muslim Malaysia. Saat itu, ia tak menyadari bahwa momen itulah >> yang >> akan mengantarnya mengenal agama Islam dan menjadi seorang Muslim. >> >> Sejak itu, Abdul Latif banyak menghabiskan waktunya berlatih pencak silat >> dan belajar Islam dari Sulaiman, gurunya yang sering ia panggil Cikgu >> (panggilan untuk seorang guru). Ia dan teman sekamarnya yang orang Yahudi >> itu juga sering berkunjung ke rumah Sulaiman, untuk menggali lebih banyak >> ilmu pencak silat dan tentu saja tentang agama Islam. >> >> "Orientasi saya terhadap Islam sangat kuat. Ketika saya mempelajarinya, >> saya >> seperti sedang menjalankannya. Karena saya belajar di rumah guru saya, >> hadir >> di tengah Muslim yang taat membuat saya selalu dikelilingi oleh suara, >> penglihatan dan praktek-praktek agama Islam. Islam mencakup seluruh aspek >> kehidupan. Ketika Anda berada dalam lingkungan Islam, Anda tidak bisa >> memisahkannya dari kehidupan sehari-hari." >> >> "Tidak seperti ajaran Kristen yang memisahkan antara agama dan kehidupan >> sehari-hari, Islam mengajarkan umatnya untuk mengintegrasikan ibadah pada >> Tuhan dengan semua perbuatan kita. Bersama guru saya, saya langsung >> merasakan dan mengalami kehidupan yang islami dan menyaksikan sendiri >> bagaimana Islam bisa membentuk cara hidup seseorang secara keseluruhan," >> papar Abdul Latif menceritakan pengalamannya pertama kali mengenal dan >> belajar Islam. >> >> Sebagai orang yang ketika itu menjalani kehidupan yang liberal, Abdul >> Latif >> mengaku juga menemui banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan >> ajaran >> Islam. Apalagi ketika itu ia antipati dengan segala hal yang bersifat >> dogmatis, tak peduli asalnya darimana. Seiring dengan perjalanan waktu >> dan >> pehamanny
Re: [silatindonesia] Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam
Allahu Akbar, dengan segala Rahmatmu ya Allah Pada tanggal 20/02/09, Herman B menulis: > > Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam > > > Abdul Latif Abdullah, adalah seorang Amerika pemeluk agama Kristen Protestan > sebelum memeluk Islam. Namanya yang sekarang adalah nama Islam yang ia pilih > setelah mengucapkan dua kalimat syahadat pada tanggal 30 Juli 1999, > sebelumnya ia bernama Steven Krauss. Ketertarikan Krauss pada Islam dimulai > ketika ia masih menjadi mahasiswa di sebuah universitas di New York City > pada tahun 1998. Ketika itu, ia bukanlah seorang pemeluk Kristen yang taat. > Menurutnya, agama Kristen Protestan yang ia peluk sudah tidak relevan lagi > dengan jaman sekarang. > > "Saya sukar menemukan apapun dalam agama itu yang bisa saya aplikasikan > dalam kehidupan sehari-hari. Kekecewaan saya terhadap ajaran Kristen membuat > saya menutup diri dengan hal-hal yang diklaim sebagai agama yang > terorganisir, karena menurut asumsi saya semua agama semacam itu sama saja > paling tidak dalam hal tidak aplikatif dan tidak bermanfaatnya agama-agama > seperti itu. Oleh sebab itu, saya lebih berminat dengan apa yang > diistilahkan sebagai spiritualitas tapi bukan agama," papar Abdul Latif > mengisahkan masa lalunya. > > Ia mengaku sulit menerima tentang konsep ketuhanan dan konsep tentang > hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam ajaran Kristen, yang menurutnya > ganjil. Dalam filosofis Kristen, ungkap Abdul Latif, hubungan antara manusia > dengan Tuhan lewat perantara yaitu Yesus, padahal Yesus manusia juga cuma > memiliki kelebihan sebagai utusan Tuhan. > > "Filosofis hubungan manusia dengan Tuhan yang sulit dan tidak jelas itu > membuat saya mencari sesuatu yang bisa memberikan pemahaman yang lebih baik > tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan. Mengapa dalam Kristen saya > tidak bisa berdoa langsung pada Tuhan? Mengapa setiap berdoa saya harus > mengawali dan mengakhirinya dengan menyebut 'atas nama bapak, dan putera dan > roh kudus'? Mengapa Tuhan yang Maha harus mengambil bentuk sebagai seorang > laki-laki yaitu Yesus, mengapa Tuhan merasa perlu melakukan hal seperti > itu?" ujar Abdul Latif. > > "Itu cuma sebagian pertanyaan yang tidak mampu saya pecahkan. Saya > menginginkan pendekatan yang jelas bersifat langsung dalam sebuah ajaran > agama, yang benar-benar memberikan tuntunan pada kehidupan saya dan bukan > cuma dogma yang tidak jelas alasannya," sambungnya. > > Ketika masih menjadi mahasiswa, Abdul Latif punya teman sekamar orang Yahudi > yang mempelajari Pencak Silat, ilmu bela diri tradisional. Setiap pulang > latihan pencak silat dari padepokan yang dipimpin oleh seorang asal > Malaysia, ahabatnya itu selalu bercerita tentang keunikan dan kekayaan > dimensi spiritual dalam pencak silat. Abdul Latif tertarik dengan cerita > sahabatnya itu dan berniat untuk mengetahui pencak silat lebih dalam. Suatu > pagi di hari Sabtu, tanggal 28 Februari 1998, ia pun ikut ke tempat latihan > pencak silat dan bertemu dengan guru pencak silatnya bernama Sulaiman, > seorang Muslim Malaysia. Saat itu, ia tak menyadari bahwa momen itulah yang > akan mengantarnya mengenal agama Islam dan menjadi seorang Muslim. > > Sejak itu, Abdul Latif banyak menghabiskan waktunya berlatih pencak silat > dan belajar Islam dari Sulaiman, gurunya yang sering ia panggil Cikgu > (panggilan untuk seorang guru). Ia dan teman sekamarnya yang orang Yahudi > itu juga sering berkunjung ke rumah Sulaiman, untuk menggali lebih banyak > ilmu pencak silat dan tentu saja tentang agama Islam. > > "Orientasi saya terhadap Islam sangat kuat. Ketika saya mempelajarinya, saya > seperti sedang menjalankannya. Karena saya belajar di rumah guru saya, hadir > di tengah Muslim yang taat membuat saya selalu dikelilingi oleh suara, > penglihatan dan praktek-praktek agama Islam. Islam mencakup seluruh aspek > kehidupan. Ketika Anda berada dalam lingkungan Islam, Anda tidak bisa > memisahkannya dari kehidupan sehari-hari." > > "Tidak seperti ajaran Kristen yang memisahkan antara agama dan kehidupan > sehari-hari, Islam mengajarkan umatnya untuk mengintegrasikan ibadah pada > Tuhan dengan semua perbuatan kita. Bersama guru saya, saya langsung > merasakan dan mengalami kehidupan yang islami dan menyaksikan sendiri > bagaimana Islam bisa membentuk cara hidup seseorang secara keseluruhan," > papar Abdul Latif menceritakan pengalamannya pertama kali mengenal dan > belajar Islam. > > Sebagai orang yang ketika itu menjalani kehidupan yang liberal, Abdul Latif > mengaku juga menemui banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan ajaran > Islam. Apalagi ketika itu ia antipati dengan segala hal yang bersifat > dogmatis, tak peduli asalnya darimana. Seiring dengan perjalanan waktu dan > pehamannya tentang Islam makin meningkat, Abdul Latif pelan-pelan melihat > bahwa apa yang ia anggap sebagai dogma agama merupakan sebuah gaya hidup > yang sebenarnya yang diajarkan Sang Pencipta untuk umatnya. Dan ia > menemukannya dalam ajaran Islam. > >
[silatindonesia] Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam
Steven Krauss: Dari Pencak Silat Menuju Islam Abdul Latif Abdullah, adalah seorang Amerika pemeluk agama Kristen Protestan sebelum memeluk Islam. Namanya yang sekarang adalah nama Islam yang ia pilih setelah mengucapkan dua kalimat syahadat pada tanggal 30 Juli 1999, sebelumnya ia bernama Steven Krauss. Ketertarikan Krauss pada Islam dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di sebuah universitas di New York City pada tahun 1998. Ketika itu, ia bukanlah seorang pemeluk Kristen yang taat. Menurutnya, agama Kristen Protestan yang ia peluk sudah tidak relevan lagi dengan jaman sekarang. "Saya sukar menemukan apapun dalam agama itu yang bisa saya aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kekecewaan saya terhadap ajaran Kristen membuat saya menutup diri dengan hal-hal yang diklaim sebagai agama yang terorganisir, karena menurut asumsi saya semua agama semacam itu sama saja paling tidak dalam hal tidak aplikatif dan tidak bermanfaatnya agama-agama seperti itu. Oleh sebab itu, saya lebih berminat dengan apa yang diistilahkan sebagai spiritualitas tapi bukan agama," papar Abdul Latif mengisahkan masa lalunya. Ia mengaku sulit menerima tentang konsep ketuhanan dan konsep tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam ajaran Kristen, yang menurutnya ganjil. Dalam filosofis Kristen, ungkap Abdul Latif, hubungan antara manusia dengan Tuhan lewat perantara yaitu Yesus, padahal Yesus manusia juga cuma memiliki kelebihan sebagai utusan Tuhan. "Filosofis hubungan manusia dengan Tuhan yang sulit dan tidak jelas itu membuat saya mencari sesuatu yang bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan. Mengapa dalam Kristen saya tidak bisa berdoa langsung pada Tuhan? Mengapa setiap berdoa saya harus mengawali dan mengakhirinya dengan menyebut 'atas nama bapak, dan putera dan roh kudus'? Mengapa Tuhan yang Maha harus mengambil bentuk sebagai seorang laki-laki yaitu Yesus, mengapa Tuhan merasa perlu melakukan hal seperti itu?" ujar Abdul Latif. "Itu cuma sebagian pertanyaan yang tidak mampu saya pecahkan. Saya menginginkan pendekatan yang jelas bersifat langsung dalam sebuah ajaran agama, yang benar-benar memberikan tuntunan pada kehidupan saya dan bukan cuma dogma yang tidak jelas alasannya," sambungnya. Ketika masih menjadi mahasiswa, Abdul Latif punya teman sekamar orang Yahudi yang mempelajari Pencak Silat, ilmu bela diri tradisional. Setiap pulang latihan pencak silat dari padepokan yang dipimpin oleh seorang asal Malaysia, ahabatnya itu selalu bercerita tentang keunikan dan kekayaan dimensi spiritual dalam pencak silat. Abdul Latif tertarik dengan cerita sahabatnya itu dan berniat untuk mengetahui pencak silat lebih dalam. Suatu pagi di hari Sabtu, tanggal 28 Februari 1998, ia pun ikut ke tempat latihan pencak silat dan bertemu dengan guru pencak silatnya bernama Sulaiman, seorang Muslim Malaysia. Saat itu, ia tak menyadari bahwa momen itulah yang akan mengantarnya mengenal agama Islam dan menjadi seorang Muslim. Sejak itu, Abdul Latif banyak menghabiskan waktunya berlatih pencak silat dan belajar Islam dari Sulaiman, gurunya yang sering ia panggil Cikgu (panggilan untuk seorang guru). Ia dan teman sekamarnya yang orang Yahudi itu juga sering berkunjung ke rumah Sulaiman, untuk menggali lebih banyak ilmu pencak silat dan tentu saja tentang agama Islam. "Orientasi saya terhadap Islam sangat kuat. Ketika saya mempelajarinya, saya seperti sedang menjalankannya. Karena saya belajar di rumah guru saya, hadir di tengah Muslim yang taat membuat saya selalu dikelilingi oleh suara, penglihatan dan praktek-praktek agama Islam. Islam mencakup seluruh aspek kehidupan. Ketika Anda berada dalam lingkungan Islam, Anda tidak bisa memisahkannya dari kehidupan sehari-hari." "Tidak seperti ajaran Kristen yang memisahkan antara agama dan kehidupan sehari-hari, Islam mengajarkan umatnya untuk mengintegrasikan ibadah pada Tuhan dengan semua perbuatan kita. Bersama guru saya, saya langsung merasakan dan mengalami kehidupan yang islami dan menyaksikan sendiri bagaimana Islam bisa membentuk cara hidup seseorang secara keseluruhan," papar Abdul Latif menceritakan pengalamannya pertama kali mengenal dan belajar Islam. Sebagai orang yang ketika itu menjalani kehidupan yang liberal, Abdul Latif mengaku juga menemui banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan ajaran Islam. Apalagi ketika itu ia antipati dengan segala hal yang bersifat dogmatis, tak peduli asalnya darimana. Seiring dengan perjalanan waktu dan pehamannya tentang Islam makin meningkat, Abdul Latif pelan-pelan melihat bahwa apa yang ia anggap sebagai dogma agama merupakan sebuah gaya hidup yang sebenarnya yang diajarkan Sang Pencipta untuk umatnya. Dan ia menemukannya dalam ajaran Islam. Abdul Latif akhirnya memutuskan menjadi seorang Muslim dan mengucapkan dua kalimat syahadat pada 30 Juli 1998, atau lima bulan setelah ia datang ke tempat latihan pencak silat dan belajar ten