Re: [tanya-jawab] Fw: [ Solusi Open Source dan Proprietary - was Re: KOM-TEK Tidak Suka Vista?]
Kalo di Kantor saya memang di ceburin hehehe , kalo engga gitu mereka gak kenal dan gak cinta (tapi dengan iming2 di instalin games heheheeh), mungkin bisa jd solusi supaya mereka bisa melupakan M$ . ya gak sih? iant Yudha-IT wrote: sebenarnya kalo diperhatiin dari pihak opensource juga udah promosi apalagi dibantu dngan maraknya razia... memaksa user M$ untuk mempertimbangkan opensource tp yaaah namanya juga user apalagi udah tertutup pikirannya dengan kemudahan2 yg dijanjikan M$ dengan tidak mempertimbangkan segi lain jadi nekat untuk menggunakan bajakan terus ...klo udah begini sih jd susah. terus terang dikantor sy sendiri hanya sy satu2nya staff it yg tidak menggunakan M$ dan sayangnya itu tidak didukung oleh yg laen. padahal sy dengan sukarela menawarkan diri untuk membantu bila ada kesulitan mereka berpikir gimana nanti, bukan nanti gimana klo ada razia . yang penting sy pake M$ On Thu, 2007-11-01 at 15:40 +0700, Popo wrote: dear milis, ada ulasan menarik yang aku ambil dari milis sebelah :), dari ulasan ini jadi ada pertanyaan mungkin nggak ya komunitas open source bersatu memberikan solusi yang menarik untuk negeri ini, dengan meninggalkan atribut distro nya ? maaf jika ada kata yang kurang pas. salam, Popo From: Ahmad Shalahuddin Zulfa <[EMAIL PROTECTED]> nambahi dikit dari seorang pemula, sebelumnya aku pake linux cuma coba2 aja, kebetulan begitu kerja jg pake win*, berhubung penasaran, akhirnya kupaksa pake linux (ubuntu), perasaan puas ketika sampe skrg pake linux, tool2 yg jelas gratis, mau di otak2 sesuai keinginan bisa, bahkan kalo mau lebih "rajin", banyak otomatisasi yg bisa kita ciptakan sendiri di linux, misal spt paperless office, klo pake win* duuuhhh... paling nggak harus cari cd bajakan, itu aja baru program develop nya :(. pake linux adalah sarana yg bagus untuk pembelajaran bangsa, minimal nantinya kita tidak tergantung ma Ms%, tentunya harus dimulai dari kita sendiri :) ^_^, tapi sayang nya sampe skrg aku belum bisa meyakinkan lingkungan kerja untuk migrasi ke Linux, paling tidak di departemen IT nya dulu :(, ada saran ? :) terima kasih sebelum dan sesudahnya. Popo. Itu dia Pak Popo. Salah satu kesulitan untuk migrasi ke Software Bebas (baik yang free license price hingga juga free open source code) adalah masalah keyakinan perusahaan. Untuk perusahaan skala besar yang duitnya banyak, mereka selalu ingin punya solusi yang jaminannya sustainable. Seperti yang telah disitir Pak Sufehmi sebelumnya, bahwa banyak vendor yang hit-and-run. Dari yang pasang sistem terus kabur atau bahkan umur perusahaannya nggak lama (bangkrut, dll). Lantas siapa yang meneruskan support seandainya sistem sudah live dan memasuki masa production. Karena itu banyak perusahaan besar cenderung memilih pakai brand terjamin (entah Microsoft, Sun, IBM, HP, dsb.) sehingga jika seandainya ditinggal vendornya masih ada alternatif dari principal-nya. Selain itu masing-masing principal mengembangkan partnership seperti Microsoft/IBM/Sun/HP Gold/Silver/etc Partner. Jadi client dapat juga menilai kualitas vendor dari tingkat partnership dengan Principal. Tentunya terkait risk management. Salah satu Bank yang pernah jadi client saya juga saat ini push semua solusi dari vendor harus Microsoft-based. Sudah sulit untuk diterima solusi aplikasi, database, dll kalau bukan Microsoft (kecuali yang critical dan tidak ada alternatif lain). Sampai intrik-intrik bilang Tokonya Microsoft :D. Whatever intriknya, policy jalan terus untuk memudahkan maintenance management dari production system. Saya yakin konsep enterprise system (centralized maupun distributed) semestinya kelompok UNIX sudah sangat matang, lha wong jauh lebih dulu dibanding jenis Windows dkk. Solusi desktop mungkin seperti catatan Mbak Titiek masih dalam persaingan ketat dengan Microsoft. Tampaknya persoalan terbesar ada pada sangat beragamnya solusi dan terbatasnya jaminan sustainability yang mungkin diberikan tanpa harus bergantung pada satu vendor. Misalkan implementasi alfresco sebagai solusi document management dilakukan oleh satu vendor, dan vendor tersebut kabur atau bangkrut maka kemudian kira-kira sebanyak apa cari vendor penggantinya. Mungkin kalau kelompok open source dapat menguatkan barisan untuk menyaring solusi-solusi enterprise sejak NOC/data center hingga desktop management agar lebih selektif dalam memberikan alternatif boleh jadi akan ada peralihan kecenderungan dari client yang saat ini proprietary-based. Paling tidak ada pasar di level small-med enterprise dan government lah yang siap menampung solusi sustainable tersebut. Misalkan (maaf kalau sudah ada karena saya jarang browsing hal ini) dapat dibuat sebuah asosiasi solusi open source dengan portal bersama. Di sana ada ragam solusi untuk modul/fungsi-fungsi tertentu dari mulai application server, database server, network and security, desktop management, specific application (ERP, accounting, dll.). Di daftar juga perusahaan anggota as
Re: [tanya-jawab] Fw: [ Solusi Open Source dan Proprietary - was Re: KOM-TEK Tidak Suka Vista?]
sebenarnya kalo diperhatiin dari pihak opensource juga udah promosi apalagi dibantu dngan maraknya razia... memaksa user M$ untuk mempertimbangkan opensource tp yaaah namanya juga user apalagi udah tertutup pikirannya dengan kemudahan2 yg dijanjikan M$ dengan tidak mempertimbangkan segi lain jadi nekat untuk menggunakan bajakan terus ...klo udah begini sih jd susah. terus terang dikantor sy sendiri hanya sy satu2nya staff it yg tidak menggunakan M$ dan sayangnya itu tidak didukung oleh yg laen. padahal sy dengan sukarela menawarkan diri untuk membantu bila ada kesulitan mereka berpikir gimana nanti, bukan nanti gimana klo ada razia . yang penting sy pake M$ On Thu, 2007-11-01 at 15:40 +0700, Popo wrote: > dear milis, > ada ulasan menarik yang aku ambil dari milis sebelah :), dari ulasan ini > jadi ada pertanyaan mungkin nggak ya komunitas open source bersatu > memberikan solusi yang menarik untuk negeri ini, dengan meninggalkan atribut > distro nya ? > maaf jika ada kata yang kurang pas. > > salam, > Popo > > > From: Ahmad Shalahuddin Zulfa <[EMAIL PROTECTED]> > > > > > > nambahi dikit dari seorang pemula, sebelumnya aku pake linux cuma coba2 > > > aja, kebetulan begitu kerja jg pake win*, berhubung penasaran, akhirnya > > > kupaksa pake linux (ubuntu), perasaan puas ketika sampe skrg pake > linux, > > > tool2 yg jelas gratis, mau di otak2 sesuai keinginan bisa, bahkan kalo > > > mau lebih "rajin", banyak otomatisasi yg bisa kita ciptakan sendiri di > > > linux, misal spt paperless office, klo pake win* duuuhhh... paling > nggak > > > harus cari cd bajakan, itu aja baru program develop nya :(. > > > pake linux adalah sarana yg bagus untuk pembelajaran bangsa, minimal > > > nantinya kita tidak tergantung ma Ms%, tentunya harus dimulai dari kita > > > sendiri :) ^_^, tapi sayang nya sampe skrg aku belum bisa meyakinkan > > > lingkungan kerja untuk migrasi ke Linux, paling tidak di departemen IT > > > nya dulu :(, ada saran ? :) > > > terima kasih sebelum dan sesudahnya. > > > > > > Popo. > > > > > > > Itu dia Pak Popo. Salah satu kesulitan untuk migrasi ke Software Bebas > > (baik yang free license price hingga juga free open source code) > > adalah masalah keyakinan perusahaan. Untuk perusahaan skala besar yang > > duitnya banyak, mereka selalu ingin punya solusi yang jaminannya > > sustainable. Seperti yang telah disitir Pak Sufehmi sebelumnya, bahwa > > banyak vendor yang hit-and-run. Dari yang pasang sistem terus kabur > > atau bahkan umur perusahaannya nggak lama (bangkrut, dll). Lantas > > siapa yang meneruskan support seandainya sistem sudah live dan > > memasuki masa production. > > > > Karena itu banyak perusahaan besar cenderung memilih pakai brand > > terjamin (entah Microsoft, Sun, IBM, HP, dsb.) sehingga jika > > seandainya ditinggal vendornya masih ada alternatif dari > > principal-nya. Selain itu masing-masing principal mengembangkan > > partnership seperti Microsoft/IBM/Sun/HP Gold/Silver/etc Partner. Jadi > > client dapat juga menilai kualitas vendor dari tingkat partnership > > dengan Principal. Tentunya terkait risk management. > > > > Salah satu Bank yang pernah jadi client saya juga saat ini push semua > > solusi dari vendor harus Microsoft-based. Sudah sulit untuk diterima > > solusi aplikasi, database, dll kalau bukan Microsoft (kecuali yang > > critical dan tidak ada alternatif lain). Sampai intrik-intrik bilang > > Tokonya Microsoft :D. Whatever intriknya, policy jalan terus untuk > > memudahkan maintenance management dari production system. > > > > Saya yakin konsep enterprise system (centralized maupun distributed) > > semestinya kelompok UNIX sudah sangat matang, lha wong jauh lebih dulu > > dibanding jenis Windows dkk. Solusi desktop mungkin seperti catatan > > Mbak Titiek masih dalam persaingan ketat dengan Microsoft. Tampaknya > > persoalan terbesar ada pada sangat beragamnya solusi dan terbatasnya > > jaminan sustainability yang mungkin diberikan tanpa harus bergantung > > pada satu vendor. Misalkan implementasi alfresco sebagai solusi > > document management dilakukan oleh satu vendor, dan vendor tersebut > > kabur atau bangkrut maka kemudian kira-kira sebanyak apa cari vendor > > penggantinya. > > > > Mungkin kalau kelompok open source dapat menguatkan barisan untuk > > menyaring solusi-solusi enterprise sejak NOC/data center hingga > > desktop management agar lebih selektif dalam memberikan alternatif > > boleh jadi akan ada peralihan kecenderungan dari client yang saat ini > > proprietary-based. Paling tidak ada pasar di level small-med > > enterprise dan government lah yang siap menampung solusi sustainable > > tersebut. > > > > Misalkan (maaf kalau sudah ada karena saya jarang browsing hal ini) > > dapat dibuat sebuah asosiasi solusi open source dengan portal bersama. > > Di sana ada ragam solusi untuk modul/fungsi-fungsi tertentu dari mulai > > application server, database server, network and security, desktop > > management, specif
Re: [tanya-jawab] Fw: [ Solusi Open Source dan Proprietary - was Re: KOM-TEK Tidak Suka Vista?]
Pada tanggal 01/11/07, Popo <[EMAIL PROTECTED]> menulis: > dear milis, > ada ulasan menarik yang aku ambil dari milis sebelah :), dari ulasan ini > jadi ada pertanyaan mungkin nggak ya komunitas open source bersatu > memberikan solusi yang menarik untuk negeri ini, dengan meninggalkan atribut > distro nya ? > maaf jika ada kata yang kurang pas. > > salam, > Popo > > > From: Ahmad Shalahuddin Zulfa <[EMAIL PROTECTED]> > > > > > > nambahi dikit dari seorang pemula, sebelumnya aku pake linux cuma coba2 > > > aja, kebetulan begitu kerja jg pake win*, berhubung penasaran, akhirnya > > > kupaksa pake linux (ubuntu), perasaan puas ketika sampe skrg pake > linux, > > > tool2 yg jelas gratis, mau di otak2 sesuai keinginan bisa, bahkan kalo > > > mau lebih "rajin", banyak otomatisasi yg bisa kita ciptakan sendiri di > > > linux, misal spt paperless office, klo pake win* duuuhhh... paling > nggak > > > harus cari cd bajakan, itu aja baru program develop nya :(. > > > pake linux adalah sarana yg bagus untuk pembelajaran bangsa, minimal > > > nantinya kita tidak tergantung ma Ms%, tentunya harus dimulai dari kita > > > sendiri :) ^_^, tapi sayang nya sampe skrg aku belum bisa meyakinkan > > > lingkungan kerja untuk migrasi ke Linux, paling tidak di departemen IT > > > nya dulu :(, ada saran ? :) > > > terima kasih sebelum dan sesudahnya. > > > > > > Popo. > > > > > > > Itu dia Pak Popo. Salah satu kesulitan untuk migrasi ke Software Bebas > > (baik yang free license price hingga juga free open source code) > > adalah masalah keyakinan perusahaan. Untuk perusahaan skala besar yang > > duitnya banyak, mereka selalu ingin punya solusi yang jaminannya > > sustainable. Seperti yang telah disitir Pak Sufehmi sebelumnya, bahwa > > banyak vendor yang hit-and-run. Dari yang pasang sistem terus kabur > > atau bahkan umur perusahaannya nggak lama (bangkrut, dll). Lantas > > siapa yang meneruskan support seandainya sistem sudah live dan > > memasuki masa production. > > > > Karena itu banyak perusahaan besar cenderung memilih pakai brand > > terjamin (entah Microsoft, Sun, IBM, HP, dsb.) sehingga jika > > seandainya ditinggal vendornya masih ada alternatif dari > > principal-nya. Selain itu masing-masing principal mengembangkan > > partnership seperti Microsoft/IBM/Sun/HP Gold/Silver/etc Partner. Jadi > > client dapat juga menilai kualitas vendor dari tingkat partnership > > dengan Principal. Tentunya terkait risk management. > > > > Salah satu Bank yang pernah jadi client saya juga saat ini push semua > > solusi dari vendor harus Microsoft-based. Sudah sulit untuk diterima > > solusi aplikasi, database, dll kalau bukan Microsoft (kecuali yang > > critical dan tidak ada alternatif lain). Sampai intrik-intrik bilang > > Tokonya Microsoft :D. Whatever intriknya, policy jalan terus untuk > > memudahkan maintenance management dari production system. > > > > Saya yakin konsep enterprise system (centralized maupun distributed) > > semestinya kelompok UNIX sudah sangat matang, lha wong jauh lebih dulu > > dibanding jenis Windows dkk. Solusi desktop mungkin seperti catatan > > Mbak Titiek masih dalam persaingan ketat dengan Microsoft. Tampaknya > > persoalan terbesar ada pada sangat beragamnya solusi dan terbatasnya > > jaminan sustainability yang mungkin diberikan tanpa harus bergantung > > pada satu vendor. Misalkan implementasi alfresco sebagai solusi > > document management dilakukan oleh satu vendor, dan vendor tersebut > > kabur atau bangkrut maka kemudian kira-kira sebanyak apa cari vendor > > penggantinya. > > > > Mungkin kalau kelompok open source dapat menguatkan barisan untuk > > menyaring solusi-solusi enterprise sejak NOC/data center hingga > > desktop management agar lebih selektif dalam memberikan alternatif > > boleh jadi akan ada peralihan kecenderungan dari client yang saat ini > > proprietary-based. Paling tidak ada pasar di level small-med > > enterprise dan government lah yang siap menampung solusi sustainable > > tersebut. > > Ini seperti telur dan ayam, tapi IMHO hukum pasarlah yang akan menentukan. Dan tampaknya "kelompok-kelompok Open Source" yang dimaksud sudah sedang berkembang tanpa bisa dihambat seiring semakin populernya OS yang OpenSource. Waktulah yang akan membuktikan, tapi trendnya ke arah positif, itu sudah pasti. > > Misalkan (maaf kalau sudah ada karena saya jarang browsing hal ini) > > dapat dibuat sebuah asosiasi solusi open source dengan portal bersama. > > Di sana ada ragam solusi untuk modul/fungsi-fungsi tertentu dari mulai > > application server, database server, network and security, desktop > > management, specific application (ERP, accounting, dll.). Di daftar > > juga perusahaan anggota asosiasi dan pengalaman-pengalaman dalam > > mengimplementasikan dan memberikan support pada setiap jenis solusi. > > Ada juga knowledge-based, best-practice, success story, dll dalam > > implementasi solusi. Dengan demikian, asosiasi/komunitas tersebut bisa > > jadi sebuah knowledge & social
[tanya-jawab] Fw: [ Solusi Open Source dan Proprietary - was Re: KOM-TEK Tidak Suka Vista?]
dear milis, ada ulasan menarik yang aku ambil dari milis sebelah :), dari ulasan ini jadi ada pertanyaan mungkin nggak ya komunitas open source bersatu memberikan solusi yang menarik untuk negeri ini, dengan meninggalkan atribut distro nya ? maaf jika ada kata yang kurang pas. salam, Popo > From: Ahmad Shalahuddin Zulfa <[EMAIL PROTECTED]> > > > > nambahi dikit dari seorang pemula, sebelumnya aku pake linux cuma coba2 > > aja, kebetulan begitu kerja jg pake win*, berhubung penasaran, akhirnya > > kupaksa pake linux (ubuntu), perasaan puas ketika sampe skrg pake linux, > > tool2 yg jelas gratis, mau di otak2 sesuai keinginan bisa, bahkan kalo > > mau lebih "rajin", banyak otomatisasi yg bisa kita ciptakan sendiri di > > linux, misal spt paperless office, klo pake win* duuuhhh... paling nggak > > harus cari cd bajakan, itu aja baru program develop nya :(. > > pake linux adalah sarana yg bagus untuk pembelajaran bangsa, minimal > > nantinya kita tidak tergantung ma Ms%, tentunya harus dimulai dari kita > > sendiri :) ^_^, tapi sayang nya sampe skrg aku belum bisa meyakinkan > > lingkungan kerja untuk migrasi ke Linux, paling tidak di departemen IT > > nya dulu :(, ada saran ? :) > > terima kasih sebelum dan sesudahnya. > > > > Popo. > > > > Itu dia Pak Popo. Salah satu kesulitan untuk migrasi ke Software Bebas > (baik yang free license price hingga juga free open source code) > adalah masalah keyakinan perusahaan. Untuk perusahaan skala besar yang > duitnya banyak, mereka selalu ingin punya solusi yang jaminannya > sustainable. Seperti yang telah disitir Pak Sufehmi sebelumnya, bahwa > banyak vendor yang hit-and-run. Dari yang pasang sistem terus kabur > atau bahkan umur perusahaannya nggak lama (bangkrut, dll). Lantas > siapa yang meneruskan support seandainya sistem sudah live dan > memasuki masa production. > > Karena itu banyak perusahaan besar cenderung memilih pakai brand > terjamin (entah Microsoft, Sun, IBM, HP, dsb.) sehingga jika > seandainya ditinggal vendornya masih ada alternatif dari > principal-nya. Selain itu masing-masing principal mengembangkan > partnership seperti Microsoft/IBM/Sun/HP Gold/Silver/etc Partner. Jadi > client dapat juga menilai kualitas vendor dari tingkat partnership > dengan Principal. Tentunya terkait risk management. > > Salah satu Bank yang pernah jadi client saya juga saat ini push semua > solusi dari vendor harus Microsoft-based. Sudah sulit untuk diterima > solusi aplikasi, database, dll kalau bukan Microsoft (kecuali yang > critical dan tidak ada alternatif lain). Sampai intrik-intrik bilang > Tokonya Microsoft :D. Whatever intriknya, policy jalan terus untuk > memudahkan maintenance management dari production system. > > Saya yakin konsep enterprise system (centralized maupun distributed) > semestinya kelompok UNIX sudah sangat matang, lha wong jauh lebih dulu > dibanding jenis Windows dkk. Solusi desktop mungkin seperti catatan > Mbak Titiek masih dalam persaingan ketat dengan Microsoft. Tampaknya > persoalan terbesar ada pada sangat beragamnya solusi dan terbatasnya > jaminan sustainability yang mungkin diberikan tanpa harus bergantung > pada satu vendor. Misalkan implementasi alfresco sebagai solusi > document management dilakukan oleh satu vendor, dan vendor tersebut > kabur atau bangkrut maka kemudian kira-kira sebanyak apa cari vendor > penggantinya. > > Mungkin kalau kelompok open source dapat menguatkan barisan untuk > menyaring solusi-solusi enterprise sejak NOC/data center hingga > desktop management agar lebih selektif dalam memberikan alternatif > boleh jadi akan ada peralihan kecenderungan dari client yang saat ini > proprietary-based. Paling tidak ada pasar di level small-med > enterprise dan government lah yang siap menampung solusi sustainable > tersebut. > > Misalkan (maaf kalau sudah ada karena saya jarang browsing hal ini) > dapat dibuat sebuah asosiasi solusi open source dengan portal bersama. > Di sana ada ragam solusi untuk modul/fungsi-fungsi tertentu dari mulai > application server, database server, network and security, desktop > management, specific application (ERP, accounting, dll.). Di daftar > juga perusahaan anggota asosiasi dan pengalaman-pengalaman dalam > mengimplementasikan dan memberikan support pada setiap jenis solusi. > Ada juga knowledge-based, best-practice, success story, dll dalam > implementasi solusi. Dengan demikian, asosiasi/komunitas tersebut bisa > jadi sebuah knowledge & social capital yang berpeluang memberikan > jaminan terhadap keberhasilan dan sustainability solusi-solusi open > source. Sehingga risk yang ditanggung organisasi pengguna akan jauh > lebih kecil. Kita dapat rating vendor solusi open source seperti > Platinum/Gold/Silver partner dengan mengungkapkan jenis > implementasi/support yang pernah diberikan dan rating kepuasan dari > client. > > Dengan adanya komunitas/asosiasi dengan one-stop-solution-and-warranty > di Indonesia, saya yakin sosialisasi dan propagasi penggunaan open > source