[wanita-muslimah] Fwd: Fw: Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah
Moderator, saya tampilkan versi text brosur tentang Ahamdiyah, dengan harapan akan ada dialog sehat, tidak mengulang apa yang terjadi sebelumnya yang jauh dari sehat dan tidak fokus. Buat member di milis ini yang memang paham Ahmadiyah dan juga yang menganut Ahmadiyah, mohon tanggapannya. Mohon maaf bagi yang tidak berkenan. Terima kasih sebelumnya. salam, rsa === Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah - Original Message - From: untung To: Abdul Cholik Cc: Heri Gunawan ; yubi ; didik ; Deddy Erman A ; Daruwanto Sent: Wednesday, July 25, 2007 11:19 AM Subject: Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah Membongkar Kesesatan Dan Kedustaan Ahmadiyah 1.Aliran Ahmadiyah-Qadiyani itu berkeyakinan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi dan Rasul, kemudian barang siapa yang tidak mempercayainya adalah kafir murtad 2.Ahmadiyah-Qadiyani memang mempunyai Nabi dan Rasul sendiri yaitu Mirza Ghulam Ahmad dari India 3.Ahmadiyah-Qadiyan mempunyai kitab suci sendiri yaitu kitab suci "Tadzkirah" 4.Kitab suci"Tadzkirah" tersebut adalah kumpulan wahyu yang diturunkan "tuhan" kepada Mirza Ghulam Ahmad yang kesuciannya sama dengan kitab suci Al-Qur'an, karena sama-sama wahyu dari Tuhan, tebalnya lebih tebal dari Al-Qur'an, dan kitab suci Ahmadiyah tersebut ada di kantor LPPI 5.Kalangan Ahmadiyah mempunyai tempat suci tersendiri untuk melakukan ibadah haji yaitu Rabwah dan Qadiyan di India. Mereka mengatakan: "Alangkah celakanya orang yang telah melarang dirinya bersenang- senang dalam haji akbar ke Qadiyan. Haji ke Makkah tanpa haji ke Qadiyan adalah haji yang kering lagi kasar". Dan selama hidupnya "nabi" Mirza tidak pernah haji ke Makkah 6.Kalau dalam keyakinan umat Islam para nabi dan rasul yang wajib dipercayai hanya 25 orang, dalam ajaran Ahmadiyah Nabi dan Rasul yang wajib dipercayai harus 26 orang, dan Nabi dan Rasul yang ke-26 tersebut adalah "Nabi Mirza Ghulam Ahmad" 7.Dalam ajaran Islam, kitab samawi yang dipercayai ada 4 buah yaitu: Zabur, Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Tetapi bagi ajaran Ahmadiyah Qadiyan bahwa kitab suci yang wajib dipercayai harus 5 buah dan kitab suci yang ke-5 adalah kitab suci "Tadzkirah" yang diturunkan kepada "Nabi Mirza Ghulam Ahmad" 8.Orang Ahmadiyah mempunyai perhitungan tanggal, bulan dan tahun sendiri. Nama bulan Ahmadiyah adalah: 1. Suluh 2. Tabligh 3. Aman 4. Syahadah 5. Hijrah 6. Ihsan 7. Wafa 8. Zuhur 9. Tabuk 10. Ikha' 11. Nubuwah 12. Fatah. Sedang tahunnya adalah Hijri Syamsi yang biasa mereka singkat dengan H.S. Dan tahun Ahmadiyah saat ini adalah tahun 1373 H.S (1994 M atau 1414 H). Kewajiban menggunakan tanggal, bulan dan tahun Ahmadiyah tersendiri tersebut di atas perintah khalifah Ahmadiyah yang kedua yaitu Basyiruddin Mahmud Ahmad 9.Berdasarkan firman "tuhan" yang diterima oleh "nabi" dan "rasul" Ahmadiyah yang terdapat dalam kitab suci "Tadzkirah" yang artinya: "Dialah tuhan yang mengutus rasulnya "Mirza Ghulam Ahmad" dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya.("kitab suci Tadzkirah" hal. 621) Berdasarkan keterangan yang ada dalam kitab suci Ahmadiyah di atas BAHWA AHMADIYAH BUKAN SUATU ALIRAN DALAM ISLAM, TETAPI MERUPAKAN SUATU AGAMA YANG HARUS DIMENANGKAN TERHADAP SEMUA AGAMA-AGAMA LAINNYA TERMASUK AGAMA ISLAM 10.Ahmadiyah mempunyai nabi dan rasul sendiri, kitab suci sendiri, tanggal, bulan dan tahun sendiri, tempat untuk haji sendiri serta khalifah sendiri yang sekarang khalifah yang ke-4 yang bermarkas di Inggris bernama: Thahir Ahmad. Semua anggota Ahmafiyah di seluruh dunia wajib tunduk dan taat tanpa reserve pada perintah dia. Orang di luar Ahmadiyah adalah kafir dan wanita Ahmadiyah haram kawin dengan laki-laki di luar Ahmadiyah. Jika tidak mau menerima Ahmadiyah tentu mengalami kehancuran 11.Berdasarkan "ayat" kitab suci Ahmadiyah "Tadzkirah" bahwa tugas dan fungsi Nabi Muhammad saw sebagai nabi dan rasul yang dijelaskan oleh kitab suci umat Islam Al-Qur'an, dibatalkan dan diganti oleh "nabi" orang Ahmadiyah Mirza Ghulam Ahmad 11.1. Firman "tuhan" dalam "kitab suci" Tadzkirah: Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab suci'Tadzkirah" ini dekat dengan Qadiyan-India. Dan dengan kebenaran Kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun." ("kitab suci" Tadzkirah hal.637) 11.2. Firman "tuhan" dalam "kitab suci" Tadzkirah: Artinya: "Katakanlah-wahai Mirza Ghulam Ahmad-jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku" "kitab suci" Tadzkirah hal. 630) 11.3.Firman "tuhan" dalam "kitab suci" Tadzkirah Artinya: "Dan Kami tidak mengutus engkau-wahai Mirza Ghulam Ahmad-kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam". (kitab suci "Tadzkirah" hal. 634) 11.4. Firman "tuhan" dalam kitab suci "Tadzkirah": Artinya: "Katakan wahai Mirza Ghulam Ahmad-sesungguhnya aku ini manusia biasa seperi kamu, hanya diberi wahyu kepadaku".("kitab suci Tadzkirah hal. 633) 11.5. Firman "tuhan" dalam "kitab suci" Tadz
[wanita-muslimah] Pelupa
Pelupa Pernah saya punya tetangga yang memiliki sifat pelupa yang minta ampun. Apa lagi pelupanya bisa dimana saja dan kapan saja. Misalnya naruh kunci, dia lupa naruhnya. Naruh duit, dia lupa dimana dompetnya. Mungkin juga kalo lemari tidak sebesar itu mungkin juga dia juga bisa lupa dimana lemarinya berada. Tapi setiap kali dia sholat selalu saja kemudian dia ingat dia menaruh kunci, dompet dan semua yang dia lupa. Jadi kalo pas dia lagi lupa naruh sesuatu. Suami pasti udah berteriak, "udah sholat aja dulu.." Biasanya setelah itu dia baru ingat dimana dia naruhnya. Apakah anda juga pelupa? Dan juga punya cara untuk mengingatnya? Yuk berbagi cerita.. Wassalam, agussyafii == Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72 ==
[wanita-muslimah] Sakit Juga anugerah
Sakit Juga anugerah Sehat itu anugerah, sakit juga anugerah. Tanpa adanya sakit kita tidak akan pernah tahu betapa nikmatnya sehat. Pernah saya bertemu dengan seseorang yang sakit berat, setiap kali batuk selalu muntah darah. Dokterpun sudah angkat tangan. Sampai satu hari saya menjumpainya sakitnya sudah berangsur-angsur pulih. Saya tanyakan padanya terapi apa yang dilakukan yang membuatnya pulih kembali. Katanya, Jika sakit dianggap anugerah, maka yang ada pasrah dan berserah diri, kemudian menikmati sakit itu sendiri. Itulah yang membuatnya sembuh. Wassalam, agussyafii == Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72 ==
[wanita-muslimah] Penemu Bolam
Penemu Bolam Dipengajian biasanya selain mengajar mengaji saya juga suka bercerita tentang Nabi Nuh, nasrudin Hoja bahkan terkadang tentang riwayat hidup Thomas alfa Edison. Pernah pada satu malam saya bertanya pada anak-anak pengajian. "anak-anak siapa penemu bolam?" Ada seorang anak baru iqro' satu angkat tangan, sambil menjawab. "Saya kemaren menemukan bolam dikelas Kak." "O..Idin ya yang menemukan bolam dikelas..ya tepuk tangan Idin yang menemukan bolam." Anak-anak menjawab apapun boleh, dulu kita juga pernah menjadi anak- anak.. Wassalam, agussyafii == Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72 ==
[wanita-muslimah] Re: Wanted, for crimes against the state
So what else is new? There are many Bisharas out there. Even the ones who are of the simplest walks of life, like the notorious and alleged terrorist 'abu dujana' here in our country ... who many would lightly take for a terrorist, SIMPLY because the authority/state say so...! salam, rsa --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "khaidarmak" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Wanted, for crimes against the state > > For many years, Azmi Bishara has been one of the most prominent voices > representing the 1.5 million Arabs living in Israel. But now he is a > fugitive, facing some of the most serious allegations ever made > against an Israeli MP. What happened? In a rare interview, he talks to > Rory McCarthy > ... > link: http://www.guardian.co.uk/israel/Story/0,,2133267,00.html >
[wanita-muslimah] Pertanyaan Seorang Teman
Pertanyaan Seorang Teman Mungkin karena seringnya saya posting dimilis. Ada seorang teman kirim email dan bertanya, Pak agus kerjaannya tiap hari email-emailan ya. Saya kemudian menjawabnya, Benar. Saya digaji untuk mengirim email. Salah satu alasan ketika saya menerima tawaran untuk pekerjaan sekarang ini adalah mengirimkan email ke milis dengan satu tujuan. Menyebarkan virus kebahagiaan didalam hidup semua orang yang membaca tulisan saya. Saya berharap anda adalah orang yang berbahagia hari ini.. Wassalam, agussyafii == Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72 ==
[wanita-muslimah] Wanted, for crimes against the state
Wanted, for crimes against the state For many years, Azmi Bishara has been one of the most prominent voices representing the 1.5 million Arabs living in Israel. But now he is a fugitive, facing some of the most serious allegations ever made against an Israeli MP. What happened? In a rare interview, he talks to Rory McCarthy When war broke out in Lebanon last summer there were few dissenting voices in Israel. Opinion polls showed unprecedented public support for the conflict. Politicians and pundits crowded television studios to argue that Israel was fighting for its survival in its battle to wipe out Hizbullah. But one Israeli MP saw it differently. Hizbullah, he wrote, was a resistance movement, fighting a war brought on by an Israeli government led by "mediocrities, cowards and opportunists" who were responsible for "barbaric vandalism and the deliberate targeting of civilians". After a decade as a member of parliament in the Knesset, Azmi Bishara, politician, author and academic, had long established a reputation as the most outspoken political figure to emerge from Israel's Arab minority. Soon after the war was over, Bishara and a handful of MPs from his Balad party travelled to Syria and Lebanon, both "enemy states", where he continued to denounce his government. He did not have to wait long for a reaction: in September the Israeli attorney general ordered police to begin a criminal investigation. It wasn't the first inquiry into Bishara's activities, and so he was not surprised when six months later he was called in to Petah Tikva police station, near Tel Aviv, for questioning. He twice met two police officers and then left for what he insists was a prearranged speaking tour to Jordan. It was only while he was away that investigators leaked details of the case to the Israeli press. Although Bishara has not been charged, it has now emerged that he is under investigation for money laundering, contact with a foreign agent, delivery of information to the enemy and, most seriously, assistance to the enemy during war - a charge that can carry the death penalty. These are some of the most serious allegations ever levelled against an Israeli MP and effectively mean that Bishara must either remain in exile abroad, or return to face the prospect of a lengthy jail sentence, or worse. But Bishara is also the most prominent advocate of Arab political rights within Israel, and the investigation has exposed a widening rift in Israeli society between the Jewish majority and the 20% Palestinian minority. Bishara has not returned home. In April he handed in his resignation from the Knesset at the Israeli embassy in Cairo. For now he is living with his wife and two young children in a friend's empty flat in an apartment block in Amman, Jordan. "The symbolic action of bringing me to trial and condemning me - they want it. I know they want it," he says, in a rare interview with the Guardian. "I'm not going to let them succeed; I'm always two steps ahead." He sits back on the sofa, dressed in a polo shirt and chinos, with his mobile phones laid out on the coffee table. On a desk behind him is a laptop and on it the draft of a new book he is writing about democracy in the Arab world. Bishara denies the accusations brought against him, and argues that the real reason for the investigation is not his actions during the Lebanon war but his long-held and widely published call for a fundamental change to the nature of the Israeli state: his belief that the country should no longer be a Jewish state but must protect Arab rights and become a "state for all its citizens". "They want to condemn the whole political ideology and put it as if it's a cover for another kind of activity, which is not true," he says. In March, the Israeli mass-market Yedioth Ahronoth newspaper published a story reporting that wire-tappings conducted by the Shin Bet, Israel's domestic intelligence service, had recorded Bishara's conversations during the war. It said he spoke to "Hizbullah contacts" and directed them to "optimal targets for their rockets". It also reported that he had obtained "hundreds of thousands of dollars in cash" through money-changers in east Jerusalem, using such codewords as "book", which the newspaper said meant $50,000, "English", which it said meant dollars, and "Hebrew", which it said meant shekels. "Investigators said they knew Bishara was using codewords because he suspected he was being wire-tapped; they said they burst into fits of laughter when Bishara placed an order for 'Half a book, in English,' meaning $25,000," the newspaper reported. Bishara insists the allegations are untrue. He says he did not speak to anyone from Hizbullah during the war. "Is it true I have been on the phone? Yes, and people were listening. But was I speaking to Hizbullah? The answer is no." He did speak to politicians and journalists in Syria and Lebanon, but said he had no secret information to pass on. "We don't have that kind o
[wanita-muslimah] 12 Tahun Usia YJP, Sejarah Terus Berlanjut
http://www.jurnalperempuan.com/yjp.jpo/?act=perspektif%7C-58%7CX 12 Tahun Usia YJP, Sejarah Terus Berlanjut Oleh: Yoke Sri Astuti Jurnal Perempuan adalah sejarah gerakan perempuan Indonesia, demikian komentar dari salah seorang mitra kerja Yayasan Jurnal Perempuan (YJP) pada selembar kain putih yang terbentang di white board pada acara Open House YJP di penghujung tahun 2006 yang lalu. Satu apresiasi yang tinggi yang diberikan oleh seorang mitra yang dengan setia mengikuti semua aktivitas advokasi YJP untuk isu-isu perempuan melalui media. Media itu Jurnal Perempuan yang lahir 25 Juli 1995 di sebuah pondok kayu, di Jalan Taman Patra Kuningan, milik pendirinya, Gadis Arivia. Berpindah kantor bagi kebanyakan organisasi baru adalah mimpi buruk, namun bagi YJP, hal ini menjadi satu kegairahan untuk berkomitmen bahwa untuk tetap eksis dan sustain perlu berjuang untuk sebuah progress mengikuti alur sejarah. Maka dari pondok di Taman Patra, mulai hidup nomad memupuk kepercayaan dair mitra kerja, pindah ke sebuah kantor di lingkungan Megaria, hinghga mampu hijrah berkantor di wilayah elit Menteng, namun akhirnya menemukan kedamaian berkantor di lingkungan Jl Tebet Barat VIII No. 27 hingga saat ini. Kantor YJP yang berlantai 2, dilengkapi dengan function room yang kerap digunakan untuk meeting internal dan eksternal dari pelbagai organisasi di Indonesia, mini studio untuk memproduksi program Radio Jurnal Perempuan (RJP) yang kini sudah mencapai lebih dari 300 topik, ruang redaksi yang aktif menghasilkan Jurnal Perempuan (JP) hingga mencapai edisi ke-52, ruang perpustakaan yang sarat dengan pelbagai informasi dan dokumentasi (INDOK) tentang isu-isu gender di Indonesia dan dari pelbagai negara di dunia, ruang kerja staf dengan sarana kerja yang sangat memadai dan didukung oleh Teknologi dan Informasi (TI) yang berupaya manjauhkan YJP dari gagap TI. Sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perempuan, YJP tetap berpijak pada prinsip equality. Setiap hari 6 staf laki-laki dan 10 staf perempuan bekerja dengan loyalitas dan semangat volunteer yang tinggi, mengemban misi dan visi YJP. Pencerahan dan kesetaraan bukan menjadi lips service, namun menjadi perilaku keseharian staf YJP di dalam dan ke luar. Pemberdayaan staf menjadi prioritas program utama YJP. Setiap staf punya sejarah masing-masing, karena ada kaderisasi yang memberikan hak setiap staf untuk melangkah maju, mulai dari office boy menjadi staf handal, dari jurnalis menjadi koordinator, hingga ke level manajemen sekalipun. Maka semua staf dari ke-3 divisi yang ada di YJP, yaitu Divisi Kantor dan Keuangan (K&K), Divisi Program dan Divisi Pengembangan menjadi satu teamwork yang mampu melanjutkan sejarah YJP. If the walls could talk, seandainya saja setiap tembok di kantor YJP sejak dari rumah pondok di Taman Patra, Megaria, Menteng, Tebet bisa berbicara, maka bisa menjadi bukti bagaimana satu perjuangan itu tidak pernah berhenti dan tidak boleh berhenti. Masih melekat di benak mitra sejati YJP, bagaimana demo susu dari Suara Ibu Peduli yang dikoordinir oleh YJP pada awalnya, dapat menjadi bagian dari reformasi di Indonesia. Hingga kini, berbagai aliansi, konsorsium dari gerakan perempuan dan anak, bahkan inisiatif male feminist, semuanya dengan senang hati bekerjasama dengan YJP di kantor YJP. Mitra sejati menjadi tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah YJP, karena ada 800 pelanggan JP, 191 stasiun mitra RJP, 100 anggota Informasi dan Dokumentasi (INDOK) YJP yang terus menerus bertambah dengan banyaklagi mitra lainnya dari seluruh Indonesia. Semuanya dapat diakses melalui one stop public service www.jurnalperempuan.com. Sekali lagi, 25 Juli 2007, saat ini hari yang baik untuk refleksi melihat ke belakang, bukan kepada kegagalan namun kepada lessons learned dan best pratices yang ada dalam sejarah YJP, sejarah gerakan perempuan Indonesia. Bila optimisme itu masih ada, maka itulah yang menyemangati YJP untuk terus melangkah, membuat sejarah lainnya, yang membawa pencerahan bagi masih banyak lagi perempuan di Indonesia. Perjuangan, layaknya sejarah harusnya tidak pernah berhenti, karena tidak pernah ada titik yang menyudahinya. Yoke Sri Astuti, Manager Office Yayasan Jurnal Perempuan [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Ragam dukungan, cermin yang Didukung ...
Sejauh ini bisa kita lihat dan mungkin amati dari berbagai media, atau bahkan langsung dengan mata kepala sendiri, bagaimana para pendukung salah satu kandidit pemimpin ibu kota ini melancarkan beragam cara dan upaya dalam mengais suara dari penduduk ibukota ini, dan juga dalam menunjukkan keberpihakan mereka. Tidak sedikit dari mereka yang mencatut pihak (perorangan atau lembaga) yang sebenarnya mungkin keberatan jati dirinya digunakan tanpa ada konfirmasi atau izin. Saya pribadi melihat, apa yang dilakukan para pendukung salah satu kandidit pemimpin ibu kota ini, semata menunjukkan betapa sedemikian pulalah belakan 'mutu' kandidat yang didukung itu. Mengapa? Sejatinya, sebagai calon pemimpin, yang salah satu ciri adalah AMANAH, kandidat yang bersangkutan menegur dan memastikan bahwa ketidak-teraturan dan pelanggaran yang dilakukan para pendukungnya itu tidak sampai menunjukkan jati dirinya itu. Tapi disayangkan bahwa yang bersangkutan malah mencontohkan bahwa selama itu tidak diambil tindakan dan tidak mempengaruhi upaya dirinya dalam mengais dan memperoleh dukungan pendukungnya (lucu ya, mirip 'jeruk makan jeruk'), tidak mengapa melanggar aturan pilkada yang ada. Belum berkuasa secara de jure dan de facto saja sudah unjuk arogansi. Bagaimana pula nanti saat berkuasa. Ibarat supir angkot yang ugal- ugalan, baru posisi demikian saja sudah seenaknya main unjuk kuasa, bagaimana ybs punya posisi lebih 'kuasa'? Jadi, nikmati saja ragam dan ulah pendukung salah satu kandidat pemimpin ibu kota ini, toh memang itu pi ar terbaik yang menunjukkan jati diri si kandidat. Ibu kota, sebagai cerminan seluruh daerah di penjuru negeri ini, masih belum bisa lepas dari hukum rimba dan primordial kekuasaan, patriarkis atau lainnya, sehingga yang berjaya bukan yang jujur dan bersih (sayangnya tidak jelas apakah ada dari 2 kandidat itu yang demikian), tapi yang mau dan mampu berkuasa. Sayang belaka MK agak lamban memproses akses bagi kandidat independen. Mungkin akan ada kandidat yang mendekati citra yang dirindu warga, bukan hanya dielu ... salam, rsa
[wanita-muslimah] Fwd: Overwhelming Campaign
--- In [EMAIL PROTECTED], max budi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Overwhelming Campaign Menyusuri jalanan Jakarta, kita disuguhi 'polusi mata' berupa spanduk- spanduk kampanye pilkada. Kandidat cagub DKI ada dua, Adang dan Foke (Fauzi Bowo). Namun suasana jalanan menegaskan kandidat hanya satu. Ya, spanduk Foke mengharu biru jalanan Jakarta. Sementara spanduk Adang menyempil di antaranya. Overwhelming Campaign. Seakan Foke sudah menjadi pemilik jalanan Jakarta. Secara pribadi, saya memilih Adang untuk menjadi gubernur DKI. Secara Foke saya anggap hanya pelanjut Don Sutiyoso, bahkan Foke sebenarnya ada dalam bayang-bayang sang penggagas Megapolitan. Ya, memilih Foke berarti menjalani Jakarta seperti hari-hari yang lalu. Foke juga sudah menegaskan untuk melanjutkan kepemimpinan sang mentor. Adang, seorang polisi. Saya tidak respek sama sekali dengan polisi karena pengalaman menunjukkan mereka korup absolutely. Tapi Adang dan Foke, dua hal buruk. Dan saya menimbang Adang masih memberi jaminan adanya perubahan. Seorang rekan Kompas memberitahu, birokrasi di Jakarta dikuasai Babikuning -- Batak Bima dan Kuningan. Orang luar 'ras' itu susah untuk menembus birokrasi Jakarta. Maka, dia menyayangkan kenapa PKS memilih Adang untuk maju. ''Seharusnya PKS mencalonkan Dani Anwar dan Ritola Tasmaya (sekda DKI asal Kuningan),'' ujarnya. ''Dengan demikian birokrasi Jakarta akan terbelah,'' Itulah kenapa, kata dia, Megawati dulu lebih memilih mendukung Sutiyoso menjadi gubernur daripada kader PDIP DKI Jakarta. Karena Sutiyoso bisa menundukkan biorkrasi DKI yang 'gila' itu. Saya sendiri tak terlalu yakin dengan ide rekan sekampung saya itu. Tapi yang kami sepakati, menyayangkan PKS yang tak mampu menggaet partai lain untuk bersama-sama mencalonkan cagub. Mungkin bukan Adang, tapi hasil kompromi 2-3 partai. ''Setidaknya ini akan meredam resistensi terhadap isu ke-Islaman (idelologi) PKS,'' kataku melamun. Semua sudah terlambat. Bukan, semua sudah terjadi. Genderang perang sudah dipukul. Bendera sudah dilambaikan, spanduk sudah terpasang. Dan spanduk-spanduk Foke pun melintang badan, meretas pandang, menghalang pojok-pojok kosong jalanan Jakarta. Dan spanduk Adang pun menyempil. Sungguh, kataku, duit Sutiyoso sudah bekerja. Tapi Ini baru permulaan. Banjir iklan kampanye sebentar lagi akan melindas kaca-kaca televisi di rumah-rumah warga. Menjajah setiap kolom surat kabar. Adang sempat memasang iklan rutin di Warta Kota. Tapi berita Warta Kota hari Senin itu hanya membuatku geleng-geleng kepala. ''Sungguh, mereka telah dibeli,'' batinku. Aku mengenang halaman Republika di halaman City News. ''Mereka juga sudah dibeli Foke,'' batinku mengutuk. Tapi sekarang Pilkada DKI dipajang di halaman 12, dan aku tahu pengasuh halaman politik dan nasional lebih independen. Bahkan mungkin cenderung ke Adang. Setidaknya permainan isu halaman 12 lebih cantik daripada City News yang jorok itu. Tapi, aku kembali mengingat lautan spanduk Foke, si anak Betawi. Satu alasan aku tidak ingin memilih Foke, kalau aku punya hak pilih, justru karena dia orang Betawi. Tanpa bermaksud rasis, ''Mana ada orang Betawi menjadi jagoan di luaran? Mereka hanya jago di kampungnya. Itupun acap kalah dengan jawara Banten, pedagang Madura, Jawa, bahkan Makassar,'' Overwhelming campaign. Spanduk dukungan di mana-mana. Foke, Foke, Foke. Kulihat engkau tiga kali sebelum kulihat Adang. Aku mengeluh, dan kuyakin banyak yang senada. Kampanye tak seimbang, kekuatan tak ikut campur. Ini sudah tidak sehat. Aku yakin, banyak warga akan muak dengan pilkada nJomplang ini. Bang Foke, engkau boleh menguasai jalanan Jakarta. Tapi, masih ada pojok-pojok sempit di kampung yang belum kau gusur yang akan melambaikan bendera perlawanan. Entah untuk Adang, entah itu Golput. End of Story Love is as deadly as poison ... Rahmad Budi H Republika Jl Warung Buncit Raya 37 Jakarta Selatan 12510 cell-phone : +62856 711 2387 - Moody friends. Drama queens. Your life? Nope! - their life, your story. Play Sims Stories at Yahoo! Games. [Non-text portions of this message have been removed] --- End forwarded message ---
[wanita-muslimah] Fwd: Hal-Hal yang Berkenaan dengan Masjid
semoga bermanfaat. salam, rsa =\=/= Hal-Hal yang Berkenaan dengan Masjid 09/13/2002 Masjid dalam arti sempit (sebagai sebuah bangunan yang menampung orang-orang untuk melakukan salat Jumat) merupakan tempat yang mulia di sisi Allah SWT. Karena itu, Allah memberikan perhatian yang sangat khusus terhadap tempat tersebut. Hal itu terbukti dengan banyaknya janji yang ditebar oleh Allah SWT terhadap orang-orang yang mau memelihara dan membangun tempat itu. Salah satu di antara sekian banyak janji itu adalah bahwa Allah akan membuatkan rumah di surga bagi orang yang menggunakan hartanya untuk membangun masjid. Janji ini sesuai dengan sabda Nabi saw, "Barangsiapa membangun dari harta yang halal sebuah masjid untuk Allah, maka Allah mesti membangunkan rumah untuknya di Sorga." Namun, masjid dalam arti yang sangat luas (sebagai tempat untuk salat/sujud) adalah semua bumi Allah SWT ini. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul saw, "... dan dijadikan bagiku semua bumi ini sebagai masjid dan sebagai sesuatu yang suci- mensucikan (debu untuk tayammum)." Sebab, kapan saja kita hendak melakukan salat, maka di mana saja di bumi Allah ini kita bisa melakukannya, tanpa harus mencari masjid atau mushalla. Bahkan, di halaman rumah pun boleh, di jalan raya pun boleh, yang penting tempat yang kita gunakan salat itu suci. Berbeda dengan agama non Islam yang mengharuskan penyembahannya di lakukan di dalam gereja, pura, dan lain-lain. Selanjutnya, dalam referensi Islam klasik kita tidak temukan istilah 'mushalla', sebagaimana lazimnya istilah tersebut pada saat ini. Di Timur Tengah sendiri sampai saat ini -konon- tidak ditemukan istilah 'mushalla' sebagai sebuah bangunan, berbeda dengan istilah 'mushalla' sebagai sebuah tempat salat. Istilah yang sudah umum untuk wilayah Timur Tengah tersebut adalah masjid, baik bangunannya kecil maupun besar. Hanya saja, di sana terjadi pembatasan nama. Untuk masjid yang tidak digunakan salat Jum'at dinamakan masjid saja, tidak ada embel-embel yang lain, seperti istilah mushalla yang ada di Indonesia. Akan tetapi, untuk masjid yang digunakan salat Jum'at, maka masjid tersebut -biasanya- dinamakan dengan nama masjid Jami' (masjid untuk melakukan salat Jum'ah). Dan perbedaan kedua istilah tersebut tidaklah terlalu penting bagi kita. Meski begitu, tema yang menjadi pokok bahasan kita pada edisi ini adalah masjid dalam arti sebuah bangunan yang dikhususkan untuk salat. Oleh karena itu, Allah SWT dan Rasul-Nya memberi perhatian yang luas terhadap tempat tersebut. Perhatian tersebut menyangkut etika kita terhadap masjid atau hukum-hukum yang diberikan Allah SWT terhadap orang-orang yang menyalahgunakan atau menyalahfungsikan masjid itu sendiri. Adapun etika-etika dan hukum-hukum tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hendakya kita selalu menjaga dan memelihara kesucian serta kebersihan masjid, dengan memberikan wangi-wangian, menyapu kotorannya, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw: Dari Aisyah ra berkata, "Rasulullah saw perintah agar masjid-masjid itu dibangun di dalam rumah-rumah dan hendaknya masjid-masjid itu dibersihkan dan diberi wangi-wangian." (HR Ahmad, Abu Daud dan at- Tirmidzi, dan hadis tersebut mursalnya disahihkan oleh at-Tirmidzi). Dalam hadis tersebut terdapat satu dalil bahwa masjid-masjid yang diberlakukan seperti itu haruslah masjid-masjid yang disediakan untuk kepentingan umat Islam secara umum (liqashdit Tasbiil), bukan masjid yang merupakan milik pribadi dan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya. 2. Dilarang keras menjadikan makam-makam para Nabi dan orang-orang saleh menjadi masjid. Hal ini dimaksudkan untuk saddudz Dzarii'ah (pencegahan preventif) agar umat Islam tidak mengagungkan benda-benda mati, sebagaimana yang dilakukan oleh para penyembah berhala dan patung. Karena, pengagungan seperti itu akan menyebabkan pengkultusan dan pengkultusan sendiri akan mengarah kepada kemusyrikan, wal'iyadzu billahi. Selain itu, kalau umat Islam melakukan seperti itu, berarti mereka tasyabbuh (menyerupai perbuatan mereka). Padahal, tasyabbuh dilarang keras dalam Islam. Hal itu sesuai dengan hadis Abu Hurairah di bawah ini: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Allah telah melaknat orang-orang Yahudi yang menjadikan makam para Nabi mereka sebagai masjid." (Muttafaq Alaihi, dan Muslim menambahkan: "dan orang- orang Nashrani"). Dari Aisyah ra berkata, "Sesungguhnya Ummu Habibah dan Ummu Salamah keduanya menyebutkan kepada Rasulullah saw sebuah gereja yang banyak gambar-gambarnya yang pernah dilihat di Habasyah (Ethiopia), kemudian Rasul saw bersabda, 'Sesunggunya mereka apabila ada orang saleh yang meninggal, maka mereka membangun masjid di atas makamnya, dan mereka menggambar beberapa gambar, mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah pada hari Kiamat'." Hikmah dilarangnya mendirikan masjid di atas makam: - Saddud Dzaraa'i' dan menghindari tasyabbuh dengan orang-orang kafir. - Men
[wanita-muslimah] Re: Ah, yang Penting kan Hatinya!
Wah nama kangmas chodjim ada yang 'nyatut' nih, ... butuh tabayyun ni kangmas chodjim, betul ga tu komentar di bawah ini? matur suwun, rsa --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "h_aryadita" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Syariat itu PALSU semua...lho lho,kok palsu? Penjelasan lengkapnya > baca aja bukunya Pak Chodjim hehe > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" wrote: > > > > Lho kan yang bilang "kalau cuman mengerjakan yang wajib tapi masih > > melaksanakan yang mungkar, terus buat apa agamanya?" kan wikan, bukan > > saya? Saya bilang "memang kalo anda sholat atau puasa atau haji atau > > zakat anda tidak bisa melakukan maksiat?" yang artinya bukan "cuman > > mengerjakan yang wajib tapi masih melaksanakan yang mungkar" tapi > > artinya "mereka yang sholat atau puasa atau haji atau zakat tidak > > berarti tidak bisa melakukan maksiat, dan ini terlihat di sekeliling > > kita, sholat rajin, korupsi jalan, puasa rajin, rokok dan miras > > jalan, haji sudah pernah, ngaji ga pernah, dst." Beda kan arti yang > > ingin saya sampaikan dan yang kamu tangkap? itulah gunanya > > tabayyun/konfirmasi/cross-check ... > > > > Jadi, "makanya Allah sendiri mengingatkan pada surat Al Mauun ... > > celakalah orang2 yang sholat." tepat sekali. Jadi saya tekankan > > sekalian di sini bahwa menjalankan kewajiban tidak otomatis membuat > > pelakunya 'bebas maksiat' ... artinya berbuat salah pasti dilakukan > > manusia, 'to err is human' kata orang inggris, 'al-insani mahalul > > khatha-i wan nisyan' kata orang arab, manusia itu tempatnya salah dan > > lupa. > > > > Jadi, wikan, bukan alasan untuk tidak melakukan kewajiban dengan > > berdalih masih maksiat. Hanya malaikat yang bebas maksiat. Rasul dan > > Nabi pun dengan kadar yang sangat ringan, pernah berbuat salah, tapi > > langsung Allah peringatkan dan tegur. Kita tahu itu. > > > > Justru logika (argumen) yang tepat itu, dengan mengerjakan kewajiban > > dari Allah, peluang maksiat akan makin kecil, karena akan ada orang > > yang menegur dan mengingatkan kita, atas kesalahan kita itu. > > > > Jelas? > > > > salam, > > rsa > > > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" > > wrote: > > > > > > wah, mas satriyo ... > > > kalau gitu terus apa pentingnya agama dong ... > > > kalau cuman mengerjakan yang wajib tapi masih melaksanakan yang > > > mungkar, terus buat apa agamanya? > > > makanya Allah sendiri mengingatkan pada surat Al Mauun ... celakalah > > > orang2 yang sholat. > > > Lha kalau sholat masih bermaksiat, terus buat apa sholatnya kalau > > gitu. > > > > > > Soal hamil di luar nikah, bukan kelihatan dari pakaiannya mas. > > > Ini kejadian, ada cewe pake jilbab, kan kita nyangkanya cewe baik2. > > > Eh, gak punya suami kok perutnya melendung (yang gini2 sih biasanya > > > ibu2 yang lebih tahu, saya sih cuman dengerin ceritanya aja). Gitu > > lho > > > mas ... > > > > > > salam, > > > -- > > > wikan > > > http://wikan.multiply.com > > > > > > On 7/24/07, rsa wrote: > > > >
[wanita-muslimah] Re: ukhuwah Iran dan Pakistan
Wah nampaknya ada saling tantang ni antara Mia-Janoko dan moderator- Janoko, sehingga terjadi moderasi. Seharian kemarin saya ko ga lihat ada posting dari mas Janoko. Betul ya moderator, beliau kena moderasi? Boleh tahu apakah memang karena keinginan Mia ini atau ada pertimbangan lain yang lebih mengacu kepada netiket/aturan milis? Saya hanya khawatir, demokrasi dan ukhuwah di milis ini juga jangan2 hanya slogan, persis spt wangsit Bung Dana dkk. terima kasih, salam, rsa --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Mia" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Moderator, postingan janoko biasanya saya lewatin saja. Tapi kalo > setiap hari Pak Jan kirim lebih dari 5 email gaya autis seperti ini, > akibatnya menuhin inbox, mengganggu lalu lintas milis, dan untuk > orang baru di WM postingan Pak Jano rada aneh. > > Bisa nggak dibikin moderasi automatis khusus untuk Pak Janoko, > misalnya kalo sudah lebih dari 5 postingan blio sehari, postingannya > otomatis mental? Bisa diatur gitu nggak yah? > > salam > Mia > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Rani Kirana" > wrote: > > > > > > Pak Jan > > > > Anda ini bertanya karena bener-bener tidak tahu, ndak ngeh, mau > > mengetes, simply ignorance,ndak nyambung atau apa ?.. > > > > koq rasane anda semakin ndak bisa mengontrol diri..deh > > > > dari beberapa diskusi mengenai masalah "serius" dari rekan- > rekan..anda > > main nyamplok ja..kayak iklan di TV.. > > dan 99.99% ndak nyambung blasss dengan topik yg sedang dibicarakan > > > > kelihatane anda memaksakan diri untuk ikut nimbrung..tapi rata- > rata > > postingan anda tidak par dengan kualitas para rekan yg sedang > > berinteraksi.. > > jadi..kayak anak kecil yang "membuat keributan" ketika orang > tuanya > > sedang berdiskusi..hanya untuk menunjukkan bahwa dia itu > eksis..dan > > minta diperhatiin juga.. > > > > kalo Pak Jan sudah punya anak..pasti tahu apa yang saya maksud.. > > > > > > Salam, > > Rani > > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko wrote: > > > > > > Bertanya saja, yang dimaksud Syiah oleh Pak Kartono dan Mas > DWS > > itu syiah yang mana ya ? > > > > > > Salam > > > > > > --oo0oo-- > > > > > > > > >
[wanita-muslimah] The Iranian model
http://weekly.ahram.org.eg/2007/854/op1.htm 19 - 25 July 2007 Issue No. 854 The Iranian model With little freedom of expression and a state-directed economy, Iran is hardly an example to emulate, writes Abdel-Moneim Said* We need to know more about Iran. It is one of the key countries in the Middle East and the one most likely to get into a confrontation with the US sometime soon. More importantly, it is a country that has had an Islamic government for three decades now and is still going strong. All other Islamic experiments have ground to a halt. Afghanistan was ripped apart by internal divisions, civil war and foreign invasion. Sudan was mauled by a civil war in the south, political divisions in the north and foreign intervention in Darfur. Somalia, after the brief control of the Islamic courts, has once again fallen into the familiar pattern of factional warfare, with Ethiopian intervention on the side. Only Iran has a workable model of Islamic government. The country is generally stable, despite its ethnic and doctrinal frictions. It is a Shia country whose leaders have opted for velayat-e-faqih, or rule by the top clerics. So it is generally worthy of observation and analysis. Yet we know little about it. Often, Iran is cast against the backdrop of confrontation between the West and Islam. Sometimes it is perceived through the rivalry between Shias and Sunnis, as in Iraq. But we know little about its nature and its political, economic and social experience. It is common for both moderate and extremist Islamic groups to argue that we've tried socialism and capitalism to little avail. So perhaps it is time to try the Islamic model. Well, Iran has tried it. And as is the case in all totalitarian regimes, the state ended up controlling all aspects of life. In Iran, the state is the main entrepreneur, the main teacher, and the sole source of information. The government is a labyrinth of immense power, capable of strangulating society and the individual. That's what usually happens when the state gains control over all means of production and distribution. It starts to control not only the public, but also its ideas and way of life. Truth be told, the Iranian state showed certain flexibility. The government allowed newspapers to be freely published. But it retains the right to close newspapers at will. Under President Mahmoud Ahmadinejad, the barriers on free speech have become so high that newspapers are shut down faster than they can open. The government's attitude is epitomised by what one of its ministers once said: "The press is involved in a creeping coup against the state," he remarked. Should a similar situation develop in Egypt, public outrage would be boundless. Not that free speech is the norm here, but our margin of freedom is such that the clock cannot be turned back. In freedom of expression, Iran is not exactly a model of good governance. Iranian researchers often point out that the gap between rich and poor has been steadily widening, despite the state's control of the means of production and distribution. Transparency International ranks Egypt 70th on the list of corrupt countries. Iran is worse. And that's a country that has more oil, better resources, and less population than Egypt. The Ahmadinejad government does what all totalitarian governments do with the economy. It ridicules the views of economists, prints money to excess, and has plunged the country in runaway inflation -- the worst ever that can happen to the poor. Iran is so bankrupt that it cannot even afford steady investment in oil, its main source of wealth. When it comes to rotating power among presidents and parliaments, Iran is doing well. Its elections are mostly deemed fair and free. But even this accomplishment is tarnished by the fact that real power lies in the hands of one person for life: the supreme guide of the Iranian revolution. That supreme guide is selected in an exclusive manner and not by public vote. Now, is the Iranian model something one can really look forward to? Or is it time we admitted that all systems of government, Islamist or not, are run by mortals? * The writer is director of Al-Ahram Centre for Political and Strategic Studies. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Breast cancer can be fully cured if detected at early stage
http://english.pravda.ru/science/health/16-07-2007/94980-breast-cancer-0 Breast cancer can be fully cured if detected at early stage 16.07.2007 Every year the number of women affected by breast cancer keeps growing. Every woman is at risk for breast cancer - a disease that strikes the young and the beautiful, successful businesswomen and those belonging to the upper crust. Russian writer Darya Dontsova, Western pop stars Kylie Minogue and Anastacia, former first lady Nancy Reagan and many others less known women were diagnosed with breast cancer in their time. Neither a woman's social status nor her personal wealth can offer a guarantee against breast cancer. In all the aforementioned cases women managed to beat cancer by taking advantage of the modern diagnostic methods. Minimizing the risks The risk factors below are listed in order of their importance: - Family history of breast cancer. The disease appears to have a familial link; - Avoiding breast-feeding may lead to abnormal cell growth in the breast. It is advisable to feed a baby for a minimum period of six months. It would be best to do it for 9-10 months; - Lack of regular sexual activity; - Abortions; - Chronic stress; - Injuries of the breast; - Prolonged exposure to the sun's rays; - Unhealthy lifestyles (obesity, smoking, alcohol abuse) However, you do not have to panic even if you happen to have grounds to suspect that you are a high-risk candidate. Not unlike in case of other diseases, you can minimize potential risks of breast cancer by taking certain preventive measures in a timely manner. 1. See your endocrinologist. Opt for a healthy lifestyle; lose weight in case you are overweight. 2. Try to minimize stress. Have sex on a regular basis. 3. Eat a balanced diet. Make foods rich in vitamins A, E and C e.g. carrot, spinach, apricot, and citrus part of your daily diet. 4. Bear in mind that childbirth and breast-feeding are beneficial to the health of your breast. Unfortunately, you are still at some risk for breast cancer even if you do not have any of the risk factors mentioned above, and follow all the recommendations without fail. This is merely the risk of living as a woman. Advantages of present-day diagnostic techniques The diagnosis of tumors of the breast includes initial and differential diagnostic techniques. Initial diagnostic techniques include self-examination and palpation (examining the breast by careful feeling with the hand and fingertips). However, the above methods are insufficient for measuring the actual size of a tumor and arriving at a correct diagnosis. That is why the differential diagnostic techniques e.g. mammography and ultrasound examination are used. Mammography is the making of X-ray or infrared ray photographs of the breast. It is generally used for the early detection of abnormal growths. Mammography enables diagnosticians to detect the first-stage breast cancer in 50-70 percent of cases. Impalpable tumors can be detected in 18-33 percent of cases. Modern X-ray machines are quite good at detecting tumors that measure from 5 to 10 millimeters. The main disadvantage of mammography concerns its poor reliability when it comes to examination of women with pronounced types of mastopathy; examination of young women (those who did not bear children) with thick-set mammary glands; examination of women with breast implants or those having background conditions such as fibroadenomatosis. In the above cases, diagnosticians use ultrasound examination for detecting tumors of the breast. Ultrasound examination, especially if used in combination with mammography, is an effective diagnostic technique for producing a better picture of a tumor. The technique has an accuracy rate of about 87 percent. However, the accuracy rate is subject to decline if the technique is used independently. Thermography is widely used in today's clinical practice for measuring and recording the heat produced by different parts of the body or mammary gland, for that matter. The heat radiated from the body varies in different parts according to the flow of blood through the vessels; thus areas of poor circulation produce less heat. On the other hand, a tumor with an abnormally increased blood supply may be recorded as a "hot spot." Yet the technique's diagnostic accuracy is not as high as that shown by mammography and ultrasound examination. Mammospectrometry is currently considered the state-of-the-art diagnostic technique for detecting early-stage breast cancer. At the beginning of the diagnosis, a patient takes a special tablet (Fe59) - a chemical agent which is designed to accumulate only in the fast-splitting cells. Then a special machine Perenna is activated for screening the mammary glands. The data are to be processed by the computer so that diagnosticians may arrive at a correct diagnosis. In other words, the technique enables doctors to find out where
[wanita-muslimah] Re: Balasan: #sastra-pembebasan# pernyataan sikap sastrawan ode kampung
hahaha... iya, ompie, lalu mau apa? mau apa itu urusan kita semua! kami mau kau jugak ikut kami, ompie, menghantam petualang budaya yang sudah merusak kondisi sastra kontemporer Indonesia. kami sudah mulai dan kami perlu dukungan sejujur-jujurnya dari sebanyak-banyaknya pecinta sastra Indonesia biar kehidupan karang-mengarang tidak diracuni politik kepentingan ekstra-literer yang cuma merugukan semua pengarang Indonesia. Wiji Thukul sudah lakukan apa yang dia bisa lakukan. kalok dia membaca pernyataan kami, awak yakin dia pasti jugak akan ikutan mendukung. sekarang bagaimana dengan yang lainnya yang membaca pernyataan ratusan pecinta sastra Indonesia itu! horas! -Saut Situmorang --- In [EMAIL PROTECTED], heri latief wrote: > > setelah nongol pernyataan yg "sangar" dari para seniman "pinggiran", lalu mau apa? > > apa ini cuma slogan doang, atau maju terus seperti tuntutan di basis: melawan kekuasaan modalnya konglomerat sastra (wangi), sedangkan kita tau kehidupan rakyat miskin pahit betul! > > bersatulah sastrawan pinggiran! > lawan itu semua ide pembodohan > ayo bantu kaum yang terpinggirkan > bangun solidaritas! > untuk mendukung klas yang tertindas! > kata wiji thukul, hanya satu kata > : LAWAN! > > > heri latief > amsterdam, 23/07/2007 > > venayaksa80 wrote: Pernyataan Sikap Sastrawan > Ode Kampung > Serang, Banten, 20-22 Juli 2007: > > Kondisi Sastra Indonesia saat ini memperlihatkan gejala > berlangsungnya dominasi sebuah komunitas dan azas yang dianutnya > terhadap komunitas-komunitas sastra lainnya. Dominasi itu bahkan > tampil dalam bentuknya yang paling arogan, yaitu merasa berhak > merumuskan dan memetakan perkembangan sastra menurut standar > estetika dan ideologi yang dianutnya. Kondisi ini jelas meresahkan > komunitas-komunitas sastra yang ada di Indonesia karena > kontraproduktif dan destruktif bagi perkembangan sastra Indonesia > yang sehat, setara, dan bermartabat. > Dalam menyikapi kondisi ini, kami sastrawan dan penggiat komunitas- > komunitas sastra memaklumatkan Pernyataan Sikap sebagai berikut: > > 1. Menolak arogansi dan dominasi sebuah komunitas atas > komunitas lainnya. > 2. Menolak eksploitasi seksual sebagai standar estetika. > 3. Menolak bantuan asing yang memperalat keindonesiaan > kebudayaan kita. > > Bagi kami sastra adalah ekspresi seni yang merefleksikan > keindonesiaan kebudayaan kita di mana moralitas merupakan salah satu > pilar utamanya. Terkait dengan itu sudah tentu sastrawan memiliki > tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (pembaca). Oleh karena itu > kami menentang sikap ketidakpedulian pemerintah terhadap musibah- > musibah yang disebabkan baik oleh perusahaan, individu, maupun > kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat, misalnya tragedi > lumpur gas Lapindo di Sidoarjo. Kami juga mengecam keras sastrawan > yang nyata-nyata tidak mempedulikan musibah-musibah tersebut, bahkan > berafiliasi dengan pengusaha yang mengakibatkan musibah tersebut. > > Demikianlah Pernyataan Sikap ini kami buat sebagai pendirian kami > terhadap kondisi sastra Indonesia saat ini, sekaligus solidaritas > terhadap korban-korban musibah kejahatan kapitalisme di seluruh > Indonesia. > > > Kami yang menyuarakan dan mendukung pernyataan ini: > > 01. Wowok Hesti Prabowo (Tangerang) > 02. Saut Situmorang (Yogyakarta) > 03. Kusprihyanto Namma (Ngawi) > 04. Wan Anwar (Serang) > 05. Hasan Bisri BFC (Bekasi) > 06. Ahmadun Y. Herfanda (Jakarta) > 07. Helvy Tiana Rosa (Jakarta) > 08. Viddy AD Daeri (Lamongan) > 09. Yanusa Nugroho (Ciputat) > 10. Raudal Tanjung Banua (Yogya) > 11. Gola Gong (Serang) > 12. Maman S. Mahayana (Jakarta) > 13. Diah Hadaning (Bogor) > 14. Jumari Hs (Kudus) > 15. Chavcay Saefullah (Lebak) > 16. Toto St. Radik (Serang) > 17. Ruby Ach. Baedhawy (Serang) > 18. Firman Venayaksa (Serang) > 19. Slamet Raharjo Rais (Jakarta) > 20. Arie MP.Tamba (Jakarta) > 21. Ahmad Nurullah (Jakarta) > 22. Bonnie Triyana (Jakarta) > 23. Dwi Fitria (Jakarta) > 24. Doddi Ahmad Fauzi (Jakarta) > 25. Mat Don (Bandung) > 26. Ahmad Supena (Pandeglang) > 27. Mahdi Duri (Tangerang) > 28. Bonari Nabonenar (Malang) > 29. Asma Nadia (Depok) > 30. Nur Wahida Idris (Yogyakarta) > 31. Y. Thendra BP (Yogyakarta) > 32. Damhuri Muhammad > 33. Katrin Bandell (Yogya) > 34. Din Sadja (Banda Aceh) > 35. Fahmi Faqih (Surabaya) > 36. Idris Pasaribu (Medan) > 37. Indriyan Koto (Medan) > 38. Muda Wijaya (Bali) > 39. Pranita Dewi (Bali) > 40. Sindu Putra (Lombok) > 41. Suharyoto Sastrosuwignyo (Riau) > 42. Asep Semboja (Depok) > 43. M. Arman AZ (Lampung) > 44. Bilven Ultimus (Bandung) > 45. Pramita Gayatri (Serang) > 46. Ayuni Hasna (Bandung) > 47. Sri Alhidayati (Bandung) > 48. Suci Zwastydikaningtyas (Bandung) > 49. Riksariote M. Padl (bandung) > 50. Solmah (Bekasi) > 51. Herti (Bekasi) > 52. Hayyu (Bekasi) > 53. Endah Hamasah (Thullabi) > 54. Nabila (DKI) > 55. Manik Susanti > 56. Nurfahmi Taufik el-Sha'b > 57. Benny Rhamdani (Bandung
[wanita-muslimah] Re: Ah, yang Penting kan Hatinya!
Syariat itu PALSU semua...lho lho,kok palsu? Penjelasan lengkapnya baca aja bukunya Pak Chodjim hehe --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lho kan yang bilang "kalau cuman mengerjakan yang wajib tapi masih > melaksanakan yang mungkar, terus buat apa agamanya?" kan wikan, bukan > saya? Saya bilang "memang kalo anda sholat atau puasa atau haji atau > zakat anda tidak bisa melakukan maksiat?" yang artinya bukan "cuman > mengerjakan yang wajib tapi masih melaksanakan yang mungkar" tapi > artinya "mereka yang sholat atau puasa atau haji atau zakat tidak > berarti tidak bisa melakukan maksiat, dan ini terlihat di sekeliling > kita, sholat rajin, korupsi jalan, puasa rajin, rokok dan miras > jalan, haji sudah pernah, ngaji ga pernah, dst." Beda kan arti yang > ingin saya sampaikan dan yang kamu tangkap? itulah gunanya > tabayyun/konfirmasi/cross-check ... > > Jadi, "makanya Allah sendiri mengingatkan pada surat Al Mauun ... > celakalah orang2 yang sholat." tepat sekali. Jadi saya tekankan > sekalian di sini bahwa menjalankan kewajiban tidak otomatis membuat > pelakunya 'bebas maksiat' ... artinya berbuat salah pasti dilakukan > manusia, 'to err is human' kata orang inggris, 'al-insani mahalul > khatha-i wan nisyan' kata orang arab, manusia itu tempatnya salah dan > lupa. > > Jadi, wikan, bukan alasan untuk tidak melakukan kewajiban dengan > berdalih masih maksiat. Hanya malaikat yang bebas maksiat. Rasul dan > Nabi pun dengan kadar yang sangat ringan, pernah berbuat salah, tapi > langsung Allah peringatkan dan tegur. Kita tahu itu. > > Justru logika (argumen) yang tepat itu, dengan mengerjakan kewajiban > dari Allah, peluang maksiat akan makin kecil, karena akan ada orang > yang menegur dan mengingatkan kita, atas kesalahan kita itu. > > Jelas? > > salam, > rsa > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" > wrote: > > > > wah, mas satriyo ... > > kalau gitu terus apa pentingnya agama dong ... > > kalau cuman mengerjakan yang wajib tapi masih melaksanakan yang > > mungkar, terus buat apa agamanya? > > makanya Allah sendiri mengingatkan pada surat Al Mauun ... celakalah > > orang2 yang sholat. > > Lha kalau sholat masih bermaksiat, terus buat apa sholatnya kalau > gitu. > > > > Soal hamil di luar nikah, bukan kelihatan dari pakaiannya mas. > > Ini kejadian, ada cewe pake jilbab, kan kita nyangkanya cewe baik2. > > Eh, gak punya suami kok perutnya melendung (yang gini2 sih biasanya > > ibu2 yang lebih tahu, saya sih cuman dengerin ceritanya aja). Gitu > lho > > mas ... > > > > salam, > > -- > > wikan > > http://wikan.multiply.com > > > > On 7/24/07, rsa wrote: > > > > > > mas ... mas ... > > > silakan saja menganggap benar atau salah, toh wajib ya wajib. > intinya > > > mau pake atau tidak. gampang kan? > > > setelah make trus tetep dugem, taru perut, jadi wts, tukang > pijet, > > > mucikari, bandar narkoba, ... > > > memang kalo anda sholat atau puasa atau haji atau zakat anda > tidak > > > bisa melakukan maksiat? > > > ga ada hubungannya kan? > > > jadi nya, yang kasih fatwa itu hati yang penuh nafsu atau hati > yang > > > penuh iman/tidak kufur? > > > > > > btw, istri sampeyan sendiri gimana pendapatnya? eh udah belom? > saya > > > bisa ngomong gini bukan karena hana, tapi lebih karena istri, > baru > > > rekan2 muslimah taat berjilbab lainnya. > > > > > > eh, memangnya kalo hamil di luar nikah itu pasti ketahuan ya dari > > > pakaiannya? wah canggih juga tuh teknik observasinya! salut! buat > > > wikan memang tdk berlaku pakaian khas muslim ... > > >
[wanita-muslimah] Taufiq Ismail dan Hudan Hidayat, Minggir Kalian!!!
Pernyataan Sikap Sastrawan Ode Kampung Serang, Banten, 20-22 Juli 2007 Kondisi Sastra Indonesia saat ini memperlihatkan gejala berlangsungnya dominasi sebuah komunitas dan azas yang dianutnya terhadap komunitas-komunitas sastra lainnya. Dominasi itu bahkan tampil dalam bentuknya yang paling arogan, yaitu merasa berhak merumuskan dan memetakan perkembangan sastra menurut standar estetika dan ideologi yang dianutnya. Kondisi ini jelas meresahkan komunitas- komunitas sastra yang ada di Indonesia karena kontraproduktif dan destruktif bagi perkembangan sastra Indonesia yang sehat, setara, dan bermartabat. Dalam menyikapi kondisi ini, kami sastrawan dan penggiat komunitas-komunitas sastra memaklumatkan Pernyataan Sikap sebagai berikut: 1. Menolak arogansi dan dominasi sebuah komunitas atas komunitas lainnya 2. Menolak eksploitasi seksual sebagai standar estetika 3. Menolak bantuan asing yang memperalat keindonesiaan kebudayaan kita Bagi kami sastra adalah ekspresi seni yang merefleksikan keindonesiaan kebudayaan kita di mana moralitas merupakan salah satu pilar utamanya. Terkait dengan itu sudah tentu sastrawan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (pembaca). Oleh karena itu kami menentang sikap ketidakpedulian pemerintah terhadap musibah- musibah yang disebabkan baik oleh perusahaan, individu, maupun kebijakan pemerintah yang menyengsarakan rakyat, misalnya tragedi lumpur gas Lapindo di Sidoarjo. Kami juga mengecam keras sastrawan yang nyata-nyata tidak mempedulikan musibah-musibah tersebut, bahkan berafiliasi dengan pengusaha yang mengakibatkan musibah tersebut. Demikianlah Pernyataan Sikap ini kami buat sebagai pendirian kami terhadap kondisi sastra Indonesia saat ini, sekaligus solidaritas terhadap korban-korban musibah kejahatan kapitalisme di seluruh Indonesia. Kami yang menyuarakan dan mendukung pernyataan ini: 1.Wowok Hesti Prabowo (Tangerang) 2.Saut Situmorang (Yogyakarta) 3.Kusprihyanto Namma (Ngawi) 4.Wan Anwar (Serang) 5.Hasan Bisri BFC (Bekasi) 6.Ahmadun Y. Herfanda (Jakarta) 7.Helvy Tiana Rosa (Jakarta) 8.Viddy AD Daeri (Lamongan) 9.Yanusa Nugroho (Ciputat) 10.Raudal Tanjung Banua (Yogyakarta) 11.Gola Gong (Serang) 12.Maman S. Mahayana (Jakarta) 13.Diah Hadaning (Bogor) 14.Jumari Hs (Kudus) 15.Chavcay Saefullah (Lebak) 16.Toto St. Radik (Serang) 17.Ruby Ach. Baedhawy (Serang) 18.Firman Venayaksa (Serang) 19.Slamet Raharjo Rais (Jakarta) 20.Arie MP.Tamba (Jakarta) 21.Ahmad Nurullah (Jakarta) 22.Bonnie Triyana (Jakarta) 23.Dwi Fitria (Jakarta) 24.Doddi Ahmad Fauzi (Jakarta) 25.Mat Don (Bandung) 26.Ahmad Sumpena (Pandeglang) 27.Mahdi Duri (Tangerang) 28.Bonari Nabonenar (Malang) 29.Asma Nadia (Depok) 30.Nur Wahida Idris (Yogyakarta) 31.Y. Thendra BP (Yogyakarta) 32.Damhuri Muhammad (Jakarta) 33.Katrin Bandel (Yogyakarta) 34.Din Sadja (Banda Aceh) 35.Fahmi Faqih (Surabaya) 36.Idris Pasaribu (Medan) 37.Indrian Koto (Yogyakarta) 38.Muda Wijaya (Bali) 39.Pranita Dewi (Bali) 40.Sindu Putra (Lombok) 41.Suharyoto Sastrosuwignyo (Riau) 42.Asep Sambodja (Depok) 43.M. Arman AZ (Lampung) 44.Bilven Ultimus (Bandung) 45.Sarabunis Mubarok (Tasikmalaya) 46.Ayuni Hasna (Bandung) 47.Sri Alhidayati (Bandung) 48.Suci Zwastydikaningtyas (Bandung) 49.Riksariote M. Padl (Bandung) 50.Solmah (Bekasi) 51.Hasta Indriyana (Yogyakarta) 52.Manaek Sinaga (Jakarta) 53.Endah Hamasah (Thullabi) 54.Martin Aleida (Jakarta) 55.Manik Susanti 56.Nurfahmi Taufik el-Sha'b 57.Benny Rhamdani (Mizan) 58.Selvy (Bandung) 59.Azura Dayana (Palembang) 60.Dani Ardiansyah (Bogor) 61.Uryati Zulkifli (DKI) 62.Ervan (FLP DKI) 63.Andi Tenri Dala (DKI) 64.Azimah Rahayu 65.Habiburrahman el-Shirazy 66.Elili al-Maliky 67.Wahyu Heriyadi 68.Lusiana Monohevita 69.Asma Sembiring (Bogor) 70.Yeli Sarvina (Bogor) 71.Dwi Ferriyati (Bekasi) 72.Hayyu Alynda (Bekasi) 73.Herti Windya (Bekasi) 74.Nadiah Abidin (Bekasi) 75.Ima Akip (Bekasi) 76.Lina M (Ciputat) 77.Murni (Ciputat) 78.Giyanto Subagio (Jakarta) 79.Santo (Cilegon) 80.Meiliana (DKI) 81.Ambhita Dhyaningrum (Solo) 82.Lia Oktavia (DKI) 83.Endah (Bandung) 84.Ahmad Lamuna (DKI) 85.Billy Antoro (DKI) 86.Wildan Nugraha (DKI) 87.M. Rhadyal Wilson (Bukit Tinggi) 88.Asril Novian Alifi (Surabaya) 89.Jairi Irawan (Surabaya) 90.Putu Oka Sukanta (Jakarta) 91.Langlang Randhawa (Rumah Dunia) 92.Muhzen Den (Rumah Dunia) 93.Renhard Renn (Rumah Dunia) 94.Fikar W. Eda (Aceh) 95.Acep Iwan Saidi (Bandung) 96.Usman Didi Hamdani (Brebes) 97.Diah S. (Tegal) 98.Cunong Suraja (Bogor) 99.Muhamad Husen (Jambi) 100.Leomowen (Jakarta) 101.Rahmat Ali (Jakarta) 102.Makanudin RS (Bekasi) 103.Ali Ibnu Anwar ( Jawa Timur) 104.Syarif Hidayatullah (Depok) 105.Moh Hamzah Arsa (Madura) 106.Nita Indrawati (Padang) 107.Suci Zwastydikaningtyas (FLP Bandung) 108.Sri al-Hidayati (Bandung) 109.Nabilah (DKI) 110.Siti Sarah (DKI) 111.Rina Yulian (DKI) 112.Lilyani Taurisia WM (DKI) 113.Rina Prihatin (DKI) 114.Dwi Hariyanto (Ser
[wanita-muslimah] Kolom IBRAHIM ISA -- SAKSIKAN ORBA MEREKAYASA SEJARAH!
> >> Kolom IBRAHIM ISA >> >> Selasa, 24 Juli 2007 >> >> >> SAKSIKAN ORBA MEREKAYASA SEJARAH! >> >> >> >> >> ** * ** >> >> >> Karena kesibukan beberapa hari ini, hampir saja terluput artikel >> >> cendekiawan generasi muda Indonesia, ASWI WARMAN ADAM, berjudul >> 'KASUS BIOGRAFI SOEKARNO'(Kompas, 6 Juni 07). Dalam pada itu 14 Juli >> y.l. sudah muncul lagi tulisan baru Aswi Adam mengenai tokoh pejuang >> kemerdekaan nasional Mr Amir Syarifudin, berjudul 'Revolusi Memakan >> Anaknya Sendiri!'. Mudah-mudahan artikel mengenai Mr Amir Syarifuddin >> ini, yang mengisahkan tentang peranan beliau dalam perjuangan >> kemerdekaan, dan jasa-jasanya, kemudian nasibnya di hadapan regu >> tembak tentara tanpa proses pengadilan apapun, akan kubicarakan dalam >> kesempatan berikutnya. >> >> >> Kali ini yang hendak dibicarakan adalah artikel Aswi mengenai 'Kasus >> Biografi Sukarno'. Artikel ini kuanggap penting sekali karena telah >> mengungkap beberapa hal yang memerlukan perhatian dan pemikiran lebih >> mendalam. Agar kita bisa menarik pelajaran yang bermanfaat mengenai >> rezim Orba di bawah Jenderal Suharto. >> >> >> Tiga point seperti yang diajukan berikut di bawah ini yang menjadi >> pertimbangan untuk menganggap bahwa artikel Aswi Adam tsb penting. >> >> >> Pertama, bahwa Aswi, sejarawan muda Indonesia yang melakukan >> kegiatannya a.l. sebagai 'Pengurus Masyarakat Sejarawan Indonesia', >> kita ikuti selama ini ia dengan teliti dan tekun menstudi sejarah >> bangsa kita. Khususnya sejarah modern Indonesia. Sejarawan Aswi Adam >> menaruh perhatian khusus terhadap tokoh dan peranan Bung Karno, >> teristimewa sekitar periode ketika kekuasaan Presiden Sukarno >> 'digoyang', 'disekat dan diisolasi ketat yang memisahkannya secara >> 'hermetis' dari kontak-kontak dan dukungan bangsa', -- kemudian >> diserobot Jendral Suharto dengan cara, seperti ditulis oleh banyak >> pakar-pakar peneliti sejarah, nasional maupun mancanegara, yang >> disebut, 'creaping coup d'etat', 'kup merangkak'. Yaitu perebutan >> kekuasaan negara secara perlahan-lahan. >> >> >> Kedua, bahwa, Aswi Adam menemukan 'kejanggalan' dalam edisi bahasa >> Indonesia buku BIOGRAFI SOEKARNO. 'Kejanggalan tsb mengungkap hal >> yang lebih dalam dan fundamental. Bukan sekadar 'kejanggalan'. Judul >> asli (bahasa Iggris) Otobiografi Sukarno tsb, adalah: 'SOEKARNO, >> AUTOBIOGRAPHY, AS TOLD TO CINDY ADAMS', Indianapolis: Bobbs-Merril >> (1965). Edisi Indonesia terbit setahun kemudian,1966. Penerbitnya >> GUNUNG AGUNG. Judulnya: 'BUNG KARNO PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT >> INDONESIA'. Pasti dari kalangan generasi perjuangan kemerdekaan masih >> ingat, ketika Bung Karno masih hidup, beliau memang pernah menegaskan >> bahwa, pada saatnya harus meninggalkan dunia yang fana ini, beliau >> ingin dimakamkan di daerah Bogor. Selanjutnya, beliau minta diatas >> batu-nisan, supaya ditulis sekadar teks berikut ini: 'BUNG KARNO >> PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT'. >> >> >> * * * >> >> >> Memang, edisi Indonesia dari buku BIOGRAFI SOEKARNO tsb, menunjukkan >> 'kejanggalan' yang menyolok sekali. Suatu keanehan yang menjurus ke >> sesuatu misteri. Buku Bung Karno, sebuah otobriografi, terbit di >> zaman Orba, sampai 5 kali. Bukankah hal ini sesuatu yang benar-benar >> aneh, janggal dan sulit difahami?? >> >> >> Ketiga, inilah yang paling istimewa dari studi Aswi Adam: Sejarawan >> Aswi Warman Adam menemukan suatu 'kejanggalan', yang kiranya pantas >> disebut suatu 'bikinan'. Namun, bila dikuak lagi, menjadi jelas, yang >> dikatakan 'misteri' itu, tersimpul dalam jawban apa yang diberikan >> atas pertanyaan berikut ini: >> >> >> Mengapa ? ? ?, sekali lagi mengapa, penguasa militer di bawah >> Jendral Suharto ketika itu (1966), (yang menimbulkan orang menjadi >> heran) tokh mengizinkan PENCETAKAN Edisi bahasa Indonesia buku >> tentang Bung Karno. Bukan saja mengizinkan terbit edisi Indonesia, >> buku tentang Bung Karno, bahkan, Jendral Suharto sendiri yang >> memberikan semacam 'kata pengantar'. Siapapun tidak mungkin 'menelan' >> begitu saja kejanggalan ini. Soalnya, karena, pada saat yang >> bersamaan itu juga, fihak militer di bawah Jendral Suharto (orang >> yang sama itu juga) sedang sibuk-sibuknya melancarkan kampanye >> pemfitnahan terhadap Presiden Sukarno (dibilang terlibat, bahkan >> 'dalang G30S', dsb). Kampanye anti-Sukarno ini dikenal sebagai >> 'character asassination'. Tujuan tunggal, menghitamkan nama baik dan >> peranan Bung Karno sebagai pemimpin bangsa. Kampnye fitnah terhadap >> Presiden Sukarno mereka perlukan sebanyak mungkin, sebagai 'alasan' >> dan dalih, sebelum sepenuhnya menggulingkan Bung Karno dari >> kepresidenan Republik Indonesia. >> >> >> Sulit menemukan jawaban lain terhadap pertanyaan tsb, selain jawaban >> ini: Diterbitkannya buku Bung Karno edisi Indonesia tsb., >> ditengah-tengah sedang gencar-gencarnya kampanye 'anti Bung >> Karno'(1966), ialah, bahwa hal itu merupakan bagian dari kampanye >>
[wanita-muslimah] Re: Ah, yang Penting kan Hatinya!
Yang penting sih memaknai wajibnya menutup aurat dulu, baru kemudian niatnya, baru kemudian implementasinya... Tidak ada pakaian khas orang Islam, yang ada adalah kewajiban berpakaian yang menutup aurat (aurat = yang perlu ditutup) bagi orang beriman. Menurut ajaran al-Qur'an, laki-laki dan perempuan mukmin sama-sama harus mematuhi perintah 'memelihara aurat' (24:30-31). Sesuai urut- urutan ayat tersebut, laki-laki mukmin lebih dulu diperintahkan memelihara auratnya ketimbang perempuan mukmin. Perintah untuk memelihara aurat ditujukan kepada orang mukmin (beriman), BUKAN kepada orang Islam - sama seperti perintah untuk puasa ditujukan kepada orang mukmin, BUKAN kepada orang Islam. Jadi, kalau ada orang yang tidak merasa dirinya mukmin kemudian tidak memelihara auratnya - maka tidak dibenarkan menurut ajaran Islam untuk dipaksa memelihara auratnya atau dihukum karena tidak memelihara auratnya. Kalau ada penguasa/rejim yang memaksa dan menghukum orang yang tidak memelihara auratnya, maka penguasa/rejim itu telah menghakimi keimanan. Karena yang berhak menghakimi keimanan hanya Allah Ta'ala saja, maka jika ada rejim/penguasa yang kemudian membuat dan menerapkan UU yang menghakimi orang yang tidak memelihara auratnya, maka rejim/penguasa itu telah mengambil alih hak Tuhan dan berperan sebagai Tuhan. Jika suatu rejim/penguasa telah merampas hak Tuhan dan berperan sebagai Tuhan, maka yang tersisa adalah kekerasan dan persekusi atas nama tuhannya rejim/penguasa. Masalah 'memelihara aurat' bagi keduanya (laki-laki dan perempuan) sangat berhubungan erat dengan adat istiadat, kebiasaan, kedudukan dalam masyarakat, tradisi-tradisi keluarga dan tata cara berbagai golongan masyarakat. Artinya, tiap orang beriman dituntut untuk berpakaian sopan sesuai dengan nilai-nilai kesopanan yang diterima oleh masyarakat, sehingga keharmonisan dalam masyarakat bisa terpelihara dengan baik. Buat sebagian orang, lelaki asli Indonesia, misalnya, seperti Rhoma Irama yang bernyanyi sambil mempertontonkan bulu dadanya di depan TV untuk konsumsi publik adalah tidak sopan dan tidak memelihara auratnya, buat sebagian perempuan mungkin malah menimbulkan gairah karena melihat dada yang berbulu lebat, artinya pikiran perempuan yang tadinya bersih (good thought) berubah menjadi nakal (evil thought) ketika melihat dada lelaki yang berbulu. Tuntutan yang ada bagi perempuan beriman adalah menutup seluruh tubuhnya (jilbab) ketika pergi ke luar pagar rumah, kecuali 'apa yang dengan sendirinya nampak darinya' atau 'apa yang biasa tampak', yaitu melingkupi segala sesuatu yang tak dapat ditutupi oleh seorang perempuan seperti suaranya, cara berjalan, dan bentuk badannya, dan juga beberapa bagian badannya yang terpaksa harus terbuka menurut kedudukannya dalam masyarakat, tradisi-tradisi keluarganya, kesibukannya, dan adat kebiasaan masyarakat. Bahkan untuk seorang perempuan renta, dikecualikan dari wajibnya berpakaian yang menutup seluruh tubuhnya (jilbab) (24:60). Jadi, masalah memelihara aurat yang dituntut kepada orang beriman tidak ada hubungannya sama sekali dengan tradisi berpakaian cara Arab. Demikian pula dengan tuntutan pemeliharaan aurat bagi masyarakat tidak bisa dituangkan dalam UU, karena para perancang dan eksekutor UU tidak bisa mengukur faktor keimanan. Yang tersisa dari UU milik sebuah rejim/penguasa ketika mengharuskan adanya aturan pemeliharaan aurat hanyalah hukuman saja (only punishment, no reward), sedangkan Allah Ta'ala memberikan pahala bagi orang beriman yang patuh pada perintah-Nya dan memberikan hukuman-Nya bagi yang lalai. Salam, M. A. Suryawan --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > mas ... mas ... > silakan saja menganggap benar atau salah, toh wajib ya wajib. intinya > mau pake atau tidak. gampang kan? > setelah make trus tetep dugem, taru perut, jadi wts, tukang pijet, > mucikari, bandar narkoba, ... > memang kalo anda sholat atau puasa atau haji atau zakat anda tidak > bisa melakukan maksiat? > ga ada hubungannya kan? > jadi nya, yang kasih fatwa itu hati yang penuh nafsu atau hati yang > penuh iman/tidak kufur? > > btw, istri sampeyan sendiri gimana pendapatnya? eh udah belom? saya > bisa ngomong gini bukan karena hana, tapi lebih karena istri, baru > rekan2 muslimah taat berjilbab lainnya. > > eh, memangnya kalo hamil di luar nikah itu pasti ketahuan ya dari > pakaiannya? wah canggih juga tuh teknik observasinya! salut! buat > wikan memang tdk berlaku pakaian khas muslim ... > > salam, > rsa > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" > wrote: > > > > argumennya bener kok mas ... > > daripada berjilbab tapi masih berbuat kejahatan kan mendingan gak > usah > > jilbaban sekalian. > > daripada malu-maluin orang yang pake jilbab. > > coba kebayang gak, kalau ada orang pake jilbab terus hamil di luar > > nikah. tar bikin orang apriori, ah, pake jilbab sama aja, > kelakuannya > > bejat gitu. > > mending mana, orang2 pake jilbab kel
[wanita-muslimah] Re: Ukhuwah Islamiah
Ukhuwah adalah unity in diversity. Islam mengajarkan agar manusia bebas memilih apa yang diyakininya, yang artinya terbuka sangat lebar peluang untuk perbedaan. Begitu bebasnya kebebasan untuk memilih dalam Islam, sehingga ajaran universal itu tidak dimiliki oleh agama lain. Salam, MAS --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Menarik juga jalinan diskusi di tema ini, bahwa konteks ukhuwah yang > saya pahami, yang didasari pada firman Allah ternyata begitu mudah > dimaknai secara cetek dan dangkal sehingga tercerabut dari konteks > ilahiyah itu. > > Sulit ya membedakan antara pemerintah/government/administration dari > rakyat/peoples/populace? Bisa saja kebijakan suatu pemerintahan > sejalan dengan harapan rakyatnya, tapi ini hampir selalu tidak > terjadi, karena memang konsep negara (nation-state) yang ada sekarang > memungkinkan itu, entah dengan prinsip demokrasi, republik, kerajaan, > dll, yang jelas memisahkan rakyat dari para abdinya, hatta si > pemimpin negeri. Terlebih lagi buat negara yang despotis/totaliter, > walau permukaannya koar-koar soal demokrasi, HAM, etc etc! > > Jadi ya sulit belaka membedakan ukhuwah yang didasari iman, > brotherhood by faith, dengan sebuah gejala atau gerak politik! > > Lagi-lagi beda paradigma, tapi tetap kukuh kalo ukhuwah (apapun yang > dimaksud, selain dari yang saya kutip dari ayat Al-Qur'an itu) tidak > ada lagi sekarang, lalu yang diajukan adalah ilustrasi yang tidak > relevan dan signifikan: hubungan antar negara! Bah!? Macam mana!? > > Eniewi, silakan saja yang memang yakin dan percaya sehingga mind > construct nya sudah ajeg dan sulit digoyah untuk menerima fakta dan > kenyataan bahwa ukhuwah is alive and kicking, right under his nose, > tapi that's the way it is: ukhuwah is well and alive and kicking! > Like it or not ...! > > Poor thing you! > > salam, > rsa > > > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Wikan Danar Sunindyo" > wrote: > > > > maaf Pak Dana, > > "ukhuwah Islamiyah" itu udah mau terbentuk lho, jaman Pak Habibie > jadi > > presiden RI dan Necmettin Erbakan jadi PM Turki. Waktu itu Necmettin > > bikin kelompok D8 alias Developing Country yang merupakan kerjasama > 8 > > negara Islam yang tengah berkembang. Apalagi kalau gabung sama > Habibie > > yang temennya di RWTH Aachen, wah tambah keren deh. Negara-negara > > Islam bisa tambah maju dan berkembang dengan kemajuan ilmu > pengetahuan > > dan teknologi yang dikembangkan dan dipertukarkan antar negara Islam > > sendiri. > > > > Sayangnya, Necmettin Erbakan dijungkalkan oleh militer Turki. Idenya > > buat mengembangkan negara-negara Islam terhenti dan tidak diteruskan > > oleh penerusnya. Demikian juga di Indonesia, Habibie distop, padahal > > pertumbuhan ekonomi Indonesia waktu itu luar biasa. Dan upaya > > penghentian Habibie ini memang didukung Amerika, karena mereka > > khawatir, jika Habibie yang memimpin Indonesia, maka dia akan > > mengembangkan "muslim brotherhood" dengan negara-negara Islam lain, > > menjual hasil produksi teknologi Indonesia termasuk IPTN ke > > negara-negara Islam yang bakalan memicu kemajuan dunia Islam, suatu > > hal yang ditakutkan oleh Amerika dan kapitalis dunia. > > > > salam, > > -- > > wikan > > http://wikan.multiply.com > > > > On 7/24/07, Dan wrote: > > > > > > Maaf nimbrung > > > > > > Memang sudah waktunya kita dapat jernih memisahkan sentimen > agama dari > > > politik. > > > > > > Saya sih bosan mendengar slogan2 indoktrinasi agama tetapi pada > > > prakteknya melecehkan sesama umat, umat agama lain, melanggar > HAM. > > > > > > Ukhuwah Islamiyah memang tidak ada prakteknya yg riil kecuali > masih > > > slogan. Tidak ada manfaat yg terasa oleh umat Islam dalam > keukhuwahan > > > slogan. > > > > > > Lain dg ukhuwah insaniyah ala Uni Eropa yg terasa maslahat dan > manfaatnya. > > >
Re: [wanita-muslimah] Re: Ukhuwah Islamiah
dijawab saja pak ... gak usah muter2 ... wassalam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 7/24/07, rsa <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Lho ini gimana sih Wikan, ko pertanyaan anda ini seolah JIL dan > Ahmadiyah itu 'the other' dan bukan sebaliknya ...
[wanita-muslimah] Re: cowok-cewek dandan: antara kafir dan menyerupai kafir
Bicara data, beberapa sumber: 1. artikel2 atau posting di WM ini, sila di browse. 2. di literatur, disertasi dan diskusi sejarah antropologi dan filologi budaya pra patriarki banyak didiskusikan, juga di bidang evolutionary psychology. silakan google. 3. di Indonesia sendiri, budaya matriarki/matrilineal tertinggal di SumBar. Di Baduy Dalam sebagai museum saksi sejarah, budaya patriarki jelas nggak mendominasi: - upacara melibatkan simbol Dewi Sri dan Ambu. - upacara tertentu, kalau bukan kebanyakan upacara adatnya, dipimpin perempuan. - wilayah domestik dan publik sama-sama dilakoni laki2 dan perempuan. Dengan kata lain nggak ada dikotomis antara domestik dan publik. - kalau isteri kepala adat meninggal, otomatis jabatan kepala adat copot atau dialihkan, kecuali dia kawin lagi. - nggak ada yang ngatur2 jilbab, malah masih boleh bertelanjang dada. Di Nusantara, dulu banyak sekali raja/ratu perempuan. Suatu contoh lukisan dari abad 17 di Banten, ada gambar perempuan pedagang bertelanjang dada, di sampingnya pangeran Banten yang disunat. Quran sendiri mengangkat suatu jaman (peralihan) dimana Ratu Balqis yang adil bersepakat dengan raja adil Sulaiman memasuki jaman baru. Singgasana ratu Balqis disebut Arsy, yang sama istilahnya dengan arsy di ayat kursi. Di artikelnya bulan February 2007 Washington Post, Karen Armstrong bicara tentang sifat egalitarian masyarakat dibajak oleh para cowok atas nama agama. Dst, dsb. Dan jangan lupa, pemahaman utuh terhadap data terkait dengan persepsi kita sendiri yang sering menjadi persoalan tersendiri tentang bagaimana memahami suatu persoalan. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "rsa" <[EMAIL PROTECTED]> wrote : > > Satu hal saja yang menarik ingin saya tanyakan ke Mia, dari > pernyataannya ini ... > > Implikasinya, di dunia manusia modern sejak budaya patriarki > > mendominasi perempuan, cewek dandan atau didandanin itu lebih ke > > konstruk sosial, bukan instink per se. Ngejilbabin perempuan adalah > > konstruk sosial, namun perempuan yang pilih pake jilbab adalah > > menuruti kodrat pilihannya. > > Apakah Mia tahu persis datanya bahwa ada saatnya budaya patriarki > tidak mendominasi perempuan, dan budaya patriarki itu apa dan apakah > otomatis mendominasi perempuan? > > terima kasih, > > rsa >
[wanita-muslimah] Pakistani students display a radical Islam
http://www.iht.com/articles/2007/07/23/news/islam.php Pakistani students display a radical Islam By Somini Sengupta Monday, July 23, 2007 ISLAMABAD: Hameeda Sarfraz, 19, lively eyes sparkling out of a black burka, was describing the boons of the afterlife. "In heaven you get everything without hardship," said Sarfraz, daughter of a bus driver. "In heaven, if a martyr feels hungry, food appears, the best quality food, and you won't even know where it came from." Sarfraz, an alumna of the now bullet-ridden Jamia Hafsa Islamic school for girls, said she deeply regretted missing her chance to be a martyr. She fled through the back door of the school July 3, just hours after a gun battle began between Pakistani special forces and militants holed up in the neighboring Red Mosque, the parent institution of Jamia Hafsa. Sentiments like hers are the fruits of a radical Islam that has blossomed in this country - not just in the lawless tribal areas that American intelligence officials describe as an enduring sanctuary for Al Qaeda but in its capital, in a mosque and school compound that until recently enjoyed the blessings of the state. The young adherents present a portrait of adolescent passion that one might find anywhere, except that they are Pakistani girls mostly from poor rural families and their passion is directed against the government of President Pervez Musharraf. Some among Jamia Hafsa's alumnae say they still wish to die in the cause of militant Islam. During the siege, the Pakistani military maintained that women and children had been held hostage by hard-core fighters inside the compound. But Sarfraz and several others, when interviewed, said they had been free to stay or go, and some had held out until near the end. The bodies of six women were recovered at the end of the battle. "I was studying there six years," said Shahnaz Akhtar, 20, another former student who had held out until the penultimate day of the siege. "I was so attached to it." "I couldn't leave just because a dictator started bombing it," Akhtar said. "I feel more at home there than I do at home." Shortly before the siege began, women students emerged from the school, draped in black burkas, waving bamboo sticks and taunting troops stationed nearby. The Pakistani press dubbed them "chicks with sticks." Sarfraz returned home two weeks ago from that cauldron of radical Islamist fervor to the prosaic chores of a young woman in the Pakistani countryside. Home is a village perched on green terraced hills, a little more than 80 kilometers, or 50 miles, from the capital. "I miss Jamia," she said. "My contact with books is gone." "At home the only thing for me to do is take care of my parents," she continued. "I clean the house. I cook." She and others returned with a mission to reform their families and their communities, cajoling their mothers and sisters to hide themselves in head-to-toe black burkas. They say they have lost interest in the pleasures of this life though some, like Akhtar, have yet to give up on pleasures like painting their toenails a dark blood-red. They express an obsession with the afterlife. They say they would like to see a thousand Jamia Hafsa seminaries bloom across the nation. Sarfraz has already begun classes at home for the children in her village. There are already about 12,000 madrassas with about one million students across Pakistan. Some, though not all, embrace militancy. The families of these returning girls appear to be less hard line about their faith than their daughters. They say they sent their sisters and daughters to Jamia Hafsa because it was free and safe and enjoyed a good reputation for providing religious education. Akhtar's family, for instance, sent her to the school six years ago, after she completed eighth grade and expressed a desire to further her education. Her village still has no high school for girls; the nearest one is a three-kilometer walk. Akhtar studied the Koran, the Hadith, or sayings of the Prophet, and Islamic jurisprudence. She learned of the virtues of martyrdom. "I prayed to God I would play a role in jihad," she said. She learned to justify suicide bombings as a weapon that could be deployed in the event of a battle between what she called "true believers" and "infidels." Would Islam allow suicide bombing inside Pakistan, an Islamic nation? She said it was possible, and then hesitated when pressed. She said she was not a qualified Islamic scholar. The battle for the Red Mosque compound began in earnest last January when a pack of Jamia Hafsa students, fueled by reports that the government planned to demolish some illegally constructed mosques and seminaries in Islamabad, including Jamia Hafsa, occupied an adjacent public library. Early that morning, Akhtar recounted, the girls, armed with cane batons, pushed open its back door and awakened the caretakers who were sleeping on the floor with c
[wanita-muslimah] Sugesti
Sugesti Setiap ucapan selalu menjadi sugesti bagi yang mendengarkannya. Oleh sebab itu ketika kita menengok orang yang sedang sakit kita dilarang berkomentar sesuatu yang tidak baik atau membuat pikirannya menjadi tertekan, hal ini sama bagi dokter yang tidak boleh menceritakan apa yang diderita pasiennya sebagaimana adanya. Pernah ada teman yang bertutur, satu hari ada kerabatnya sedang sakit. Kemudian ditengokin oleh tetangganya. Ditengah bezuk tetangga berkomentar. "eh, jeng. Kemaren ponakanku sakit kayak gini. Tiga hari kemudian meninggal loh.." Nggak lama si sakit kejang-kejang. Untung bisa diselamatkan. Barangkali kalo kita sedang bezuk, memang harus berhati-hati bicara.. Wassalam, agussyafii == Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72 ==
[wanita-muslimah] WANITA dan ISLAM: kumpulan tulisan santriwati aceh
berikut ada link untuk tulisan sejumlah santriwati aceh tentang islam dan wanita. selamat menikmati. http://e-aceh-nias.org/upload/RD-27062007113544.pdf salam, rsa
[wanita-muslimah] Kawan Lama
Kawan Lama Setiap Minggu malam, didepan saya tinggal selalu ada pasar kaget. Pasar yang ramenya cuman setiap Minggu malam. Disaat saya sedang berjalan sekdar menikmati keramaian pasar kaget saya bertemu dengan seorang kawan lama. Ada satu hal yang tidak berubah dari kawan lama ini. Wajahnya selalu nampak gembira. Malam itu kami sempat berbincang banyak. Saya sempat tanyakan kenapa wajahnya selalu nampak gembira dari dulu tidak pernah berubah. Dia katakan, "Mas, kegembiraan adalah terapi hidup sehat yang paling mudah didapatkan." hari ini, sudahkah anda bergembira? Wassalam, agussyafii == Sekiranya berkenan mohon kirimkan komentar anda melalui http://agussyafii.blogspot.com dan sms 0888 176 48 72 ==