[wanita-muslimah] Re: Satriyo Kandidat 'Master' - nabi palsu ... boeat Mas Ahmadi Suryaw

2007-11-30 Terurut Topik rsa
Hmmm ..., untuk singkatnya dan mudahnya, ya artinya saya yang ga 
ngerti. ya kan? 
thanks for your kind attention and gesture ... tapi tidak salah kalo 
saya masih menunggu tanggapan langsung dari Dwi kan?

salam,
satriyo

PS: nah alinea pertama ini yang selalu menggelitik saya Aisha, yaitu 
kesan yang saya tangkap bahwa saya tidak boleh EMOSI NEGATIF (wah ada 
yagn POSITIF toh, cinta, rindu, kangen, mungkin...?) ketita saya 
tersinggung atau dituding yang macam-macam (=negatif)? aneh 
benar ...! but spt saya bilang di atas, saya memang bodoh dengan gaya 
anda dan yang lain spt anda berdiskusi, walau dengan yang lain yang 
tidak spt anda alhamdulillah nyambung tu ... :-)

PSS: ekor yang panjang dan irrelevant potong saja ya ... reminder lho


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Satriyo,
 Saya rasa anda tahu persis bahwa milis adalah ajang untuk 
anggotanya mengeluarkan pendapatnya. Setiap anggota mempunyai hak 
untuk menanggapi apa saja topik yang ada di milis, caranya bagaimana! 
DENGAN SANTUN, BISA MENGENDALIKAN DIRI ALIAS TIDAK DENGAN EMOSI 
NEGATIF.
 
 Oleh karena itu di milis ini saya menggunakan hak saya untuk 
menanggapi topik-topik yang ada di milis ini, kebetulan salah satunya 
topik yang berisi obrolan antara anda dan pak Dwi. Dari hasil membaca 
tanggapan anda, saya menyimpulkan bahwa anda tidak mengerti maksud 
pak Dwi, itu sebabnya saya ikut menanggapi. 
 
 Dan jelas disitu bahwa saya tidak mengatakan bahwa saya menjadi 
wakil atau jadi jubir atau jadi perantara dari pak Dwi. Anda kok 
mikir buruk terus ke orang lain ya? Saya hanya mengetikkan pendapat 
saya pribadi tentang isi obrolan anda dan pak Dwi. Anda bisa memahami 
ini sekarang pak Satriyo? Atau masih kurang jelas? Jadi saya atau 
anda yang tidak mengerti cara berdiskusi di milis?..:)
 
 salam
 Aisha






[wanita-muslimah] In Nigeria, the Quest for a 'Humane Shariah'

2007-11-30 Terurut Topik Sunny
http://www.nytimes.com/2007/12/01/world/africa/01shariah.html?_r=1hporef=slogin


In Nigeria, the Quest for a 'Humane Shariah' 

 
Candace Feit for The New York Times
Girls in Kano distributed textbooks to their classmates. More Photos  

By LYDIA POLGREEN
Published: December 1, 2007
KANO, Nigeria- Just last year, the morality police roamed these streets in 
dusky blue uniforms and black berets, brandishing cudgels at prayer shirkers 
and dragging fornicators into Islamic courts to face stiff sentences like death 
by public stoning. 

Multimedia
Slide Show 
A 'Humane Shariah' 
But these days, the fearsome police officers, known as the Hisbah, are little 
more than glorified crossing guards. They have largely been confined to their 
barracks and assigned to anodyne tasks like directing traffic and helping fans 
to their seats at soccer games.

The Islamic revolution that seemed so destined to transform northern Nigeria in 
recent years appears to have come and gone - or at least gone in a direction 
few here would have expected. 

When Muslim-dominated states like this one adopted Islamic law after the fall 
of military rule in 1999, radical clerics from the Arabian peninsula arrived in 
droves to preach a virulent brand of fundamentalism, and newly empowered 
religious judges handed down tough punishments like amputation for theft. Kano 
became a center of anti-American sentiment in one of the most reliably 
pro-American countries in Africa. 

But since then, much of the furor has died down, and the practice of Islamic 
law, or Sharia, which had gone on for centuries in the private sphere before 
becoming enshrined in public law, has settled into a distinctively Nigerian 
compromise between the dictates of faith and the chaotic realities of modern 
life in an impoverished, developing nation. 

Shariah needs to be practical, said Bala Abdullahi, a civil servant in Kano. 
We are a developing country so there is a kind of moderation between the ideas 
of the West and traditional Islamic values. We try to weigh it so there is no 
contradiction. 

The federal government cracked down on Hisbah last year, enforcing a national 
ban on religious and ethnic militias, and the secular, federally controlled 
police force has little interest in enforcing the harshest strictures of 
Shariah. Violence between Muslims and Christians has also begun to subside in 
the north.

But even before then, the feared mutilations and death sentences never really 
materialized. Public floggings are quite common and at least one man in Zamfara 
State, the first to adopt Sharia as the basis of its criminal code, had his 
hand amputated in 2000 for stealing a cow, but other sentences of mutilation 
have rarely been carried out. 

And despite several internationally known adultery convictions calling for 
death by stoning in a public square - including that of Amina Lawal, a woman 
from Katsina State who gave birth to a child out of wedlock that a Shariah 
court in 2002 took as evidence of the crime - not one stoning sentence has been 
carried out. Ms. Lawal's conviction was overturned the following year, and she 
is now active in local politics, living freely with her daughter Wasila in her 
hometown. 

The change has little to do with religious attitudes - northern Nigeria remains 
one of the most pious Muslim regions in Africa, as it has been since the camel 
caravans across the Sahara first brought Islam here centuries ago. Thousands of 
men spill out in neat rows onto the city's main boulevards on Friday afternoon, 
an overflow of devotion for the week's most important prayer, and virtually all 
Muslim women are veiled. 

The shift reflects the fact that religious law did not transform society - 
indeed, some of the most ardent Shariah-promoting politicians now find 
themselves under investigation for embezzling millions of dollars. Many early 
proponents of Shariah feel duped by politicians who rode its popular wave but 
failed to live by its tenets, enriching themselves and neglecting to improve 
the lives of ordinary people. 

Politicians started seeing Shariah as a gateway to political power, said Abba 
Adam Koki, a conservative cleric in Kano who has criticized the local 
government's application of Shariah. But they were insincere. We have been 
disappointed and never got what we had hoped. 

Facing backlash from ordinary citizens and criticism from human rights groups 
at home and abroad, state governments that had swiftly enacted Shariah and 
embraced its harshest tenets are now shifting the emphasis from the punishments 
and prohibitions to a softer approach that emphasizes other tenets of Muslim 
law, like charity, women's rights and the duty of Muslims to keep their 
environment clean. 

Shariah is not only about the cutting off of wrists, said Muzammil Sani 
Hanga, a member of Kano State's Shariah Commission and a legal expert who 
helped draft the state's Islamic code. It is a complete way of life. 

New programs have 

Re: Quran-nya berbeda Re: [wanita-muslimah] Re: Nabi s.a.w. tidak pernah....

2007-11-30 Terurut Topik Thesaints Now
Mohon maaf, saya rasa postingan dari RSA untuk topik ini sangat mengganggu
jalannya diskusi antara Mas Suryawan dengan Mas Rizal. Kami semua di WM ini
sedang mengikuti diskusi yang cukup menarik mengenai ada tidaknya WAHYU
setelah nabi Muhammad saw. Harap postingan selanjutnya membicarakan
argumen-argumen bagi yang mengatakan ADA atau TIDAKnya WAHYU setelah Nabi
Muhammad saw, dan mengurangi hal-hal yang tidak langsung berkaitan dengan
masalah tersebut. Walupun memang hak semua anggota milis untuk ngomong apa
saja, namun seyogyanya dan sebaiknya kita lebih fokus pada topik diskusi.

Sekedar tambahan untuk topik WAHYU setelah Nabi Muhammad saw.

Sebelumnya dalam hadits Muslim yang kami posting membahas masalah WAHYU,
telah diriwayatkan bahwa ALLAH meWAHYUKAN kepada Nabi Isa as ketika Beliau
turun untuk KEDUA KALInya di akhir zaman. Untuk membatasi area diskusi pada
masalah WAHYUnya saja bukan pada masalah Isa asnya, maka pertanyaan kemudian
adalah WAHYU bagaimana yang turun kepada Isa as tersebut nanti? Apakah wahyu
yang diberikan Allah kepada Nabi Isa as itu akan disebut KITAB Suci? Apakah
WAHYU tersebut menyaingi al Quran?


Terlepas dari bagaimanapun jawabannya, Jenis WAHYUnya apa, jika
memperhatikan Hadits tersebut, memang dikatakan bahwa WAHYU ada SETELAH
Rasulullah saw.

Tentu saja hal ini diakui oleh kaum muslim yang mempercayai bahwa Nabi Isa
as akan turun lagi ke bumi. Bagi yang tidak mempercayainya tentu Hadits
tersebut dianggap Dhaif dan tidak diakui.

Untuk Mas Suryawan dan Mas Rizal, terima kasih telah memberikan beberapa
rujukan mengenai Ulama-Ulama Islam yang mendapatkan WAHYU dari Allah swt.
Lumayan menambah Data-Data rujukan dalam Arsip File kami.

Sekarang kami menunggu argumen-argumen dari yang menyatakan bahwa WAHYU
tidak ada lagi setelah Nabi Muhammad saw. Mungkin ada orang MUI yang sudah
mengeluarkan fatwa bahwa WAHYU tidak ada lagi dapat menyampaikannya di milis
ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi semua anggota milis sebagai bahan studi
banding.


On 11/30/07, rsa [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Points taken...! Thanks ...

 Nah, justru krn saya sedikit banyak tahu bahasa, spt juga semua di
 sini -- krn ilmu saya ga terlalu nyambung ko kalo sudah di milis ini -
 - maka saya lakukan apa yang saya lakukan. Aneh juga kalo dengan
 menyatakan apa yang obvious itu jatuhnya malah mengolok-olok.
 Jelaskan deh, yang maksud mengolok-olok itu apa? Lalu hubungkan
 dengan sikap saya hanya menegaskan bahwa saya sekadar memanggil
 Suryawan dengan Mas Ahmadi semata spt yang sudah saya jelaskan. Ko
 tendensius sekali jadi mencap saya mengolok-olok?

 Saya terima ko keberatan Suryawan, tapi yang jadi masalah, dia
 menyatakan saya memanjangkan singkatan nama MA itu menjadi Mas
 Ahmadi. Wah tentu saya tidak terima. Begitu tanggapa saya ke dia di
 atas. Yang saya lakukan hanya memanggil, menyapa dia dengan
 honorifiks khas laki-laki jawa, 'mas' dan diikuti dengan 'aliran'
 yang ia yakini. Ko salah? Lain kalo memang terbukti saya
 mempermainkan nama dia. Dan memang itu memungkinkan tapi kan saya
 yang tahu. hehehe ...

 Nah, sekarang kenapa anda tidak mengacu gaya saya ke mas Rizal, atau
 ke member lain yang memang mereka tidak mulai dan tidak pernah duluan
 mengolok-olok saya? Mengapa malah antara Suryawan dan Rizal? Kan yang
 anda vonis di sini sikap saya bukan Suryawan? Ga konsisten dan
 relevan hemat saya. Apa ini artinya saya ke mas Rizal atau ke member
 lain spt ke bu Lina atau bu Meilany tidak santun dan punya pretensi
 mengolok-olok? :-)

 Siapa yang berpretensi dong? :-)

 satriyo

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com wanita-muslimah%40yahoogroups.com,
 donnie ahmad
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Satriyo,
  Saya sudah membaca thread anda tentang alasan anda. Tapi sebagai
 orang yang
  berlatar belakang bahasa, saya rasa anda juga sangat paham tentang
  penggunaan bahasa. Bahasa mempunyai makna denotatif dan konotatif
 dan juga
  gaya bahasa. ketika anda melabeli Ahmadi pada mas Suryawan,
 meskipun anda
  mempunyai alasan seperti yang anda sampaikan, orang melihat anda
 menggunakan
  gaya bahasa peyoratif (bener gak yah? soalnya terakhir dapat
 pelajaran
  bahasa pas SMA). Anda melabeli Ahmadi dengan gaya bahasa yang
 stigmatis,
  apalagi dengan menyebutnya secara berlebihan dan berulang-ulang.
 
  Boleh saja anda berkilah bahwa saya tidak mengerti apa yang dihati
 anda.
  Tapi dalam berkomunikasi bukanya persepsi penerima pesan sama
 pentingnya
  dengan apa yang ingin pemberi pesan (anda) sampaikan. Apabila
 banyak orang
  mempunyai persepsi yang menurut anda keliru dengan yang anda
 maksudkan dalam
  pikiran anda. Berarti mungkin ada yang keliru dalam penyampaian
 pesan.
 
  Bukankah seseorang menulis tidak semata-mata untuk
 maaf bermasturbasi
  untuk kepuasan sendiri, tetapi juga agar orang lain/banyak mempunyai
  pemahaman tentang yang anda tuliskan. Jadi yah, kalau banyak
 orang (bisa
  juga anda mendebat siapa yang dimaksud banyak) merasa mempunyai
 persepsi
  yang keliru dengan apa yang 

[wanita-muslimah] Materi Training Dasar : Tahapan Ilmu Pengetahuan dalam Al Quran

2007-11-30 Terurut Topik Reza Ervani
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bagaimana tahap-tahapan belajar dalam Al Quran, sebuah hikmah yang
dapat kita petik dari indahnya perjalanan Nabiullah Ibrahim a.s. dalam
menggapai hidayah.

Materi Pelatihan ini bisa di download di :

http://www.rezaervani.com/training/tahapan_ilmu_pengetahuan_dalam_al_quran.pdf

File-file lainnya bisa juga didapat di www.rezaervani.com

Semoga Bermanfaat,

Salam,
Rumah Ilmu Indonesia
www.rezaervani.com
gabung komunitas : http://groups.yahoo.com/group/rezaervani



[wanita-muslimah] 5 Golden Rules Choosing the Life Partner

2007-11-30 Terurut Topik seismic_yuni
A relationship coach lays out his 5 golden rules for evaluating the
prospects of long-term success.

When it comes to making the decision about choosing a life partner, no
one wants to make a mistake. Yet, with a divorce rate of close to 50
percent, it appears that many are making serious mistakes in their
approach to finding Mr/Ms Right!

If you ask most couples who are engaged why they're getting married,
they'll say: We're in love. I believe this is the #1 mistake people
make when they date.

Choosing a life partner should never be based on love (alone).

Though this may sound not politically correct, there's a profound
truth here. Love (alone) is not the basis for getting married. Rather,
love is the result of a good marriage. When the other ingredients are
right, then the love will come.

Let me say it again: You can't build a lifetime relationship on love
alone. You need a lot more. Here are five questions you must ask
yourself if you're serious about finding and keeping a life partner.


QUESTION #1:
Do we share a common life purpose?

Why is this so important? Let me put it this way: If you're married
for 20 or 30 years, that's a long time to live with someone.

What do you plan to do with each other all that time? Travel, eat and
jog together? You need to share something deeper and more meaningful.
You need a common life purpose. Two things can happen in a marriage: 
 
#61607;You can grow together, or 
#61607;you can grow apart. 

50 percent of the people out there are growing apart. To make a
marriage work, you need to know what you want out of life - bottom
line - and marry someone who wants the same thing.





QUESTION #2:
Do I feel safe expressing my feelings and thoughts with this person?

This question goes to the core of the quality of your relationship.

Feeling safe means you can communicate openly with this person. The
basis of having good communication is trust! i.e. trust that I won't
get punished or hurt for expressing my honest thoughts and feelings.

A colleague of mine defines an abusive person as someone with whom you
feel afraid to express your thoughts and feelings. Be honest with
yourself on this one. Make sure you feel emotionally safe with the
person you plan to marry.


QUESTION #3:
Is s/he a mensch?

A mensch is someone who is a refined and sensitive person. How can you
test? Here are some suggestions:
 
#61607;Do they work on personal growth on a regular basis? 
#61607;Are they serious about improving themselves? 

A teacher of mine defines a good person as someone who is always
striving to be good and do the right thing. So, ask about your
significant other: What do they do with their time? Is this person
materialistic? 
 
Usually, a materialistic person is not someone whose top priority is
character refinement. There are essentially two types of people in the
world: 
 
#61607;People who are dedicated to personal growth, and 
#61607;People who are dedicated to seeking comfort. 

Someone whose goal in life is to be comfortable will put personal
comfort ahead of doing the right thing. You need to know that before
walking down the aisle.


QUESTION #4:
How does he/she treat other people?

The one most important thing that makes any relationship work is the
ability to give. By giving, we mean the ability to give another person
pleasure. 

Ask: Is this someone who enjoys giving pleasure to others or are they
wrapped up in themselves and self-absorbed? To measure this, think
about the following: 
 
#61607;How do they treat people whom they do not have to be nice to, 
such
as waiters, bus boys, taxi drivers, etc? 
#61607;How do they treat parents and siblings? Do they have gratitude 
and
appreciation? 
#61607;Do they show respect? If they don't have gratitude for the 
people
who have given them everything, you cannot expect that they'll have
gratitude for you - who can't do nearly as much for them! 
#61607;Do they gossip and speak badly about others? Someone who gossips
cannot be someone who loves others. You can be sure that someone who
treats others poorly, will eventually treat you poorly as well. 


QUESTION #5:
Is there anything I'm hoping to change about this person after we're
married? 

Too many people make the mistake of marrying someone with the
intention of trying to improve them after they're married. As a
colleague of mine puts it, You can probably expect someone to change
after marriage ... for the worse!

If you cannot fully accept this person the way they are now, 
then you are not ready to marry them.


In conclusion, dating doesn't have to be difficult and treacherous.
The key is to try leading a little more with your head and less with
your heart. It pays to be as objective as possible when you are
dating, to be sure to ask questions that will help you get to the key
issues.

Falling in love is a great feeling, but when you wake up with a ring
on your finger, you don't want to 

[wanita-muslimah] Fw: Sebutir Kurma Pengganjal Doa

2007-11-30 Terurut Topik Yulia Artati


- Forwarded Message 
From: Donna Ardiani [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 28, 2007 4:27:24 PM
Subject: Sebutir Kurma Pengganjal Doa






  



Sebutir Kurma pengganjal Doa

Selesai menunaikan ibadah haji,Ibrahim bin Adham berniat ziarah ke Mesjidil 
Aqsa. Untuk bekal diperjalanan, ia membeli 1 kg kurma dari pedagang tua di 
dekat mesjidilHaram.

 

Setelah kurma ditimbang dandibungkus, Ibrahim melihat sebutir kurma 
tergeletak didekat timbangan.Menyangka kurma itu bagian
 dari yang ia beli, Ibrahim memungut danmemakannya.

 
Setelah itu ia langsungberangkat menuju Al Aqsa. 4 
Bulan kemudian, Ibrahim tiba di Al Aqsa. Sepertibiasa, ia suka memilih 
sebuah tempat beribadah pada sebuah ruangandibawah kubah Sakhra. Ia shalat 
dan berdoa khusuk sekali. Tiba tiba iamendengar percakapan dua Malaikat 
tentang dirinya.



Itu, Ibrahim bin Adham, ahliibadah yang zuhud dan wara 
yang doanya selalu dikabulkan ALLAH SWT, katamalaikat yang satu. Tetapi 
sekarang tidak lagi.doanya ditolak karena 4 bulan yg lalu ia memakan 
sebutir kurma yang jatuhdari meja seorang pedagang tua di dekat
 
mesjidil haram, jawab malaikatyang satu lagi.

 

Ibrahim bin adham terkejutsekali, ia terhenyak, jadi selama 4 bulan ini 
ibadahnya, shalatnya, doanya danmungkin amalan-amalan lainnya tidak 
diterima oleh ALLAH SWTgara-gara memakan sebutir kurma yang bukan haknya.



Astaghfirullahal adzhimIbrahim beristighfar. 

Ia langsung berkemas untukberangkat lagi ke Mekkah menemui pedagang tua 
penjual kurma. Untuk memintadihalalkan sebutir kurma yang telah ditelannya. 
Begitu sampai diMekkah ia langsung menuju tempat penjual kurma itu, tetapi 
ia tidak menemukanpedagang tua itu melainkan seorang anak muda.



4 bulan yang lalu saya membelikurma disini dari seorang pedagang 
tua. kemana ia sekarang? tanyaIbrahim.
 
Sudah meninggal sebulan yanglalu, saya sekarang meneruskan 
pekerjaannya berdagang kurma jawab anak mudaitu.


 
Innalillahi wa innailaihiroji'un, kalau begitu kepada siapa saya 
meminta penghalalan ?. Lantas ibrahimmenceritakan peristiwa yg dialaminya, 
anak
 
muda itu mendengarkan penuhminat. Nah, begitulah kata ibrahim
setelah bercerita, Engkau sebagai
 ahli waris 
orangtua itu, maukah engkaumenghalalkan sebutir kurma milik ayahmu 
yang terlanjur ku makan tanpaizinnya?.
 
Bagi saya tidak masalah. InsyaALLAH saya halalkan. Tapi entah 
dengan saudara-saudara saya yangjumlahnya 11 orang. Saya tidak berani 
mengatasnamakan mereka karenamereka mempunyai hak waris sama dengan saya.
 
Dimana alamat saudara-saudaramu? biar saya temui mereka satu persatu.

 

Setelah menerima alamat, ibrahimbin adham pergi menemui. 
Biar berjauhan, akhirnya selesai juga. Semuasetuju menghalakan sebutir 
kurma milik ayah mereka yang termakan olehibrahim. 4 bulan kemudian, 
Ibrahim bin adham sudah berada dibawah kubahSakhra.
 

Tiba tiba ia mendengar duamalaikat
 yang dulu terdengar lagi bercakap cakap.
Itulahibrahim bin adham yang doanya tertolak gara gara makan
sebutir kurma milikorang lain.
 
O, tidak..,sekarang doanya sudah makbul lagi, ia telah 
mendapat halalan dari ahliwaris pemilik kurma itu. Diri dan jiwa Ibrahim 
kini telah   
 bersih kembali darikotoran sebutir kurma yang haram karena masih milik 
orang

lain.Sekarang ia sudah bebas.

 
dari cerita diatas kita tarikkesimpulan, makanan akan menjadi darah dan 
daging, akan selau manunggal dengan

jiwa kita, kalau makanan itutidak bersih semua aktifitas akan kena 
dampaknya 


  
 Apabila anda mempunyai temanatau saudara yang
 anda sayangi forwardlah e-mail ini. Oleh sebab ituberhati-hatilah dgn 
makanan yg masuk ke tubuh 

kita, sudah halal-kah? lebihbaik tinggalkan bila ragu-ragu... 

 

Nilaimanusia, bukan kenapa ia MATI, melainkan bagaimana ia HIDUP; bukan apa 
yangdi
PEROLEH , melainkan apa yang
 telahdiBERIKAN; bukan apaPANGKATNYA, melainkanapa yang telah di
PERBUAT dengan tugas yang diberikan TUHANkepadanya.

 

Semoga bermanfaat. Allahu a'lam.   
 Wassalam.
http://yartati.multiply.com















  

Be a better pen pal. 
Text or chat with friends inside Yahoo! Mail. See how.  
http://overview.mail.yahoo.com/

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Perempuan merawat bumi

2007-11-30 Terurut Topik Sunny
http://www.indomedia.com/poskup/2007/11/29/edisi29/opini.htm


Perempuan merawat bumi

Oleh Pdt. Mery Kolimon



BUMI adalah tempat di mana manusia mengalami seluruh kemanusiaannya. Di bumi 
kita lahir dan bertumbuh menjadi dewasa. Dari bumi kita mendapat makan dan 
minum kita. Kita hidup dari bumi. Di atas bumi kita jatuh cinta, menikah dan 
menjalankan fungsi prokreasi. Di bumi anak-anak kita lahir dan kemudian 
melahirkan anak-anak mereka. Di bumi manusia mengembangkan peradabannya, 
menjadi warga dari satu komunitas budaya, bangsa dan agama. Di bumi pula kita 
menjadi tua, mati dan dikuburkan. Seluruh hidup kita tergantung pada alam. 
Tanpa manusia, alam semesta dapat terus ada; tapi tanpa alam, tanpa bumi, 
manusia tiada. 'Manusia hidup dari roti,' dan roti dibuat dari gandum, jagung 
dan singkong yang hidup di atas bumi. Tanpa itu manusia tidak dapat 
mempertahankan keberlangsungannya. Itu sebabnya banyak bangsa di dunia menyebut 
bumi sebagai ibu, bunda yang memelihara dan menafkahi anak-anaknya.Bumi, bunda 
kehidupan yang terluka

Tapi lihatlah apa yang terjadi pada bumi. Keserakahan manusia menghancurkan 
bumi. Seperti ibu yang senantiasa menyusu danmembesarkan anak-anaknya tubuh 
bumi letih menanggung beban memberi kehidupan bermiliar anaknya. Tubuhnya pun 
penuh luka, digali, dikuras dan dieksploitasi untuk kepentingan dan kerakusan 
anak-anaknya. Dan sebagai ibu yang letih, tak jarang kita melihat ibu kita 
bersusah hati, merintih dan mengaduh bahkan marah dan menghukum anak-anaknya.

Ketika dunia tercipta, demikian teologi Kristen mengajarkan, semua baik adanya. 
Hutan hutan alami menjadi rumah bagi berjuta spesies tanaman dan binatang. Laut 
menjadi tempat yang nyaman bagi banyak jenis ikan dan biota laut lainnya. 
Sungai-sungai mengalir dari kaki gunung, jernih dan murni memberi kehidupan 
bagi mereka yang hidup di tepi alirannya. Sumber air dalam tanah menopang 
kehidupan mereka yang hidup di atasnya. Burung-burung terbang dan menari, 
merayakan kemurahan Allah yang menciptakan mereka dalam kebebasan untuk 
menikmati kasihNya. Bukan hanya makhluk yang merasakan keagungan penciptaan, 
bahkan sang Pencipta pun melihat semua itu baik, bahkan sungguh amat baik. 
Selanjutnya manusia diberi tugas untuk mengelola alam yang indah itu, 
mengaturnya baik-baik dengan kuasa yang diterimanya dari Allah.

Tapi kerakusan manusia merusak keindahan itu. Kuasa yang diterimanya dari Allah 
disalahgunakannya. Bumi tidak dikelola dengan tanggung jawab. Keagungan Eden 
tercabik; hubungan harmonis dan mutualis antara manusia dan alam diganti dengan 
hubungan yang eksploitatif. Pandangan modernitas yang menepis sikap hormat dan 
respek terhadap otoritas bumi semakin memperparah kerusakan alam. Bumi dilihat 
sebagai obyek yang tersedia semata untuk kepentingan manusia. Otoritas alam 
sebagai sesama ciptaan yang indah dan mulia dihadapan pencipta dikangkangi. Dan 
bumi kita hari ini adalah bumi yang penuh luka. Hutan-hutan dijarah; isi laut 
dikeruk; bahan kimia beracun ditumpahkan ke laut memusnahkan beragam biota yang 
hidup di dalamnya; sungai dan sumur tercemar, gunung batu diratakan dengan 
tanah untuk kepentingan eksploitasi marmer. Ibu kita sedang bersedih, ia sedang 
merintih dan mengeluh.

Negara kita, demikian pendapat banyak ahli, termasuk negara yang akan merasakan 
dampak paling besar perubahan iklim akibat pemanasan global. Peningkatan suhu 
bumi yang diakibatkan oleh rusaknya lapisan ozon akan menyebabkan berbagai 
bencana alam serta menimbulkan dan meningkatkan angka kasus penyakit seperti 
asma, kanker kulit, serta penyakit dengan vektor nyamuk (malaria, demam 
berdarah, chikungunya, radang otak dan filariasis). Karena itu tugas untuk 
menyelamatkan bumi bukan hanya tugas pihak atau badan tertentu. Ini tugas 
bersama kita. Semua pihak, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa, 
lembaga pemerintah dan bukan pemerintah, komunitas agama dan masyarakat luas 
terpanggil untuk menyelamatkan bumi kita.Perempuan merawat bumi

Syukurlah kesadaran akan pentingnya merawat dan memulihkan hubungan dengan bumi 
tetap terjaga dalam masyarakat suku-suku kita. Lihatlah perempuan-perempuan 
Mollo yang bertahan berminggu-minggu di kaki gunung batu Nuat Mollo di Desa 
Ajaobaki atau gunung batu Naetapan di Desa Tunua untuk menolak pertambangan di 
sana. Mereka meratapi gunung batu Nau Sus yang telah rata dengan tanah. Padahal 
gunung batu bagi orang Meto adalah tulang punggung pulau ini. Dan rakyatMollo 
sebagai saudari perempuan dari delapan komunitas suku di pulau ini memahami 
dirinya sebagai penjaga pulau ini. Mollo adalah hulu dan jantung bagi kehidupan 
di nusa ini karena di sana ada Mutis dan gunung-gunung batu lainnya yang 
menjadi sumber mata air bagi pulau Timor. Di berbagai komunitas adat respek 
terhadap alam masih terjaga, dan ini bisa menjadi kekuatan yang dimanfaatkan 
untuk mempertahankan kehidupan bumi yang berkualitas.

Ada contoh lain dari India Utara, yakni dari kalangan penduduk asli daerah 

[wanita-muslimah] HADIRI - MABIT YISC AL-AZHAR DATA

2007-11-30 Terurut Topik HUMAS YISC
YISC AL AZHAR
  YOUTH ISLAMIC STUDY CLUB
  ===
  Bismillahirrahmanirrahim
  Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

   
  
  MABIT YISC AL-AZHAR  DATA

Hari : Sabtu-Ahad
Tgl  : 1-2 Desember 2007
Pukul: 19.00 - 06.00 WIB

Tema : MENGGAPAI RIDHO ALLAH
Oleh : 1. Ust. H. Ir. Tifatul Sembiring
   2. K.H. DR. Ali Akhmadi, MA Al-Hafidz
   3. Ust. Fadlil Usman Baharun

Qiyamul Lail : K.H. DR. Ali Akhmadi, MA Al-Hafidz


wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

 = = = = ===
Informasi : YISC (724 7444) DATA (92921514)
Sekretariat : Komplek Masjid Agung Al Azhar
Sekretariat YISC Al-Azhar
  Komp. Masjid Agung AL-AZHAR
  Jl. Sisingamangaraja, Keb. Baru
  Jakarta Selatan 12110
  Telp/Fax : 0217247444 
  --- 

HUMAS YISC


   
-
Get easy, one-click access to your favorites.  Make Yahoo! your homepage.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] LP: Beda Orang Cerdas dan Tidak

2007-11-30 Terurut Topik Lina Dahlan

Orang cerdas memahami kosnekwensi setiap jawaban dan menemukan bhw 
dibalik sebuah jawaban tersembunyi beberapa pertanyaan baru. 
Pertanyaan baru tsb memiliki pasangan sejumlah jawaban yang kembali 
akan membawa pertanyaan baru dalam deretan eksponensial. Sehingga 
mereka yang benar-benar cerdas kebanyakan rendah hati, sebab mereka 
gamang pada akibat dari sebuah jawaban. Konsekwensi-konsekwensi itu 
mereka termui dalam jalur-jalur seperti labirin, jalur yang jauh 
menjalar-jalar, jalur yang tak dikenal di lokuslokus antah berantah, 
tiada berujung. Mereka mengarungi jalur pemikiran ini, tersesat di 
jauh di dalamnya, sendirian.

Godaan2 besar bersemayam di dalam kepala orang2 cerdas. Di dalamnya 
gaduh karena penuh dengan skeptitisme. Selesai menyerahkan tugas 
kepada dosen, mereka selalu merasa tidak puas, sellau merasa bisa 
berbuat lebih baik dari apa yang telah mereka presentasikan. Bahkan 
ketiaka mendapat nilai A plus tertinggi, mereka masih saja mengutuki 
dirinya sepanjang malam.

Orang2 cerdas berdiri dalam gelap, sehingga mereka bisa melihat 
sesuatu yang tak bisa dilihat orang lain. Mereka yang tak dipahami 
oleh lingkungannya, terperangkap dalam kegelapan itu. Semakin
cerdas, semakin terkucil, semakin aneh mereka. Kita menyebut mereka: 
orang2 yang sulit. Orang2 sulit ini tidak berteman, dan mereka 
berteriak putus asa memohon pengertian. Ditambah sedikit saja dengan 
sikap introvert, maka orang2 cerdas semacam ini tak jarang berakhir 
di sebuah kamar dengan perabot berwarna teduh dan musik klasik yang 
terdengar lemat-lemat, itulah ruang terapi kejiwaan. Sebaian dari 
mereka amat menderita.

Sebaliknya, orang yang tidak cerdas hidupnya lebih bahagia. Jiwanya 
sehat walafiat. Isi kepalanya damai, tenteram, sekaligus sepi, 
karena tak ada apa-apa disitu. Kosong. Jika ada suara memasuki 
telinga mereka, maka suara itu akan terpantul-pantul sendirian di 
dalam sebuah ruangan sempit, berdengung-dengung sebentar, lalu 
segera keluar kembali melalui mulut mereka.

Jika menyerahkan tugas, mereka puas sekali karena telah berhasil 
memenuhi batas akhir, dan ketika mendapat nilai C, mereka tak henti-
henti bersyukur karena telah lulus.

Mereka hidup di dalam terang. Sebuah senter menyiramkan sinar tepat 
di atas kepala mereka dan pemikiran mereka hanya sampai pada batas 
lingkaran cahaya senter itu. Diluar itu gelap. Mereka selalu bicara 
keras-keras karena takut akan kegelapan yang mengepung mereka. Bagi 
sebagian orang, ketidaktahuan adalah berkah yang tak terkira.

Aku pernah mengenal berbagai jenis orang cerdas. Ada orang genius 
yang jika menerangkan sesuatu .lebih bodoh dari orang yang paling 
bodoh. Semakin keras ia berusaha menjelaskan, semakin bingung kita 
dibuatnya. Hal ini biasanya dilakukan oleh mereka yang sangat 
cerdas. Ada pula yang kurang cerdas, bahkan bodoh sebenarnya, tapi 
kalau bicara ia terlihat paling pintar. Ada orang yang memiliki 
kecerdasan sesaat, kekuatan menghafal yang fotografis, namun tanpa 
kemampuan analitis. Ada pula yang cerdas tapi pura-pura bodoh, dan 
lebih banyak lagi yang bodoh tapi pura-pura cerdas.

Namun, sahabatku Lintang memiliki hampir semua dimensi kecerdasan. 
Dia seperti toko serba ada kepandaian. Yang paling menonjol adalah 
kecerdasan spasialnya, sehingga ia sangat unggul dalam geometri 
multidimensional.Ia dengan cepat dapat membayangkan wajahs ebuah 
konstruksi suatu fungsi jika digerak-gerakan dalam variable derajat. 
Ia mampu memecahkan kasus-kasus dekomposisi modern yang runyam dan 
mengajari kami teknik menghitung luas polygon dengan cara membongkar 
sisi-sisinya sesuai Dalil Geometri Euclidian. Ingin kukatakan bahwa 
in sama sekali bukan perkara mudah.

Â…

Kecerdasannya yang lain adalah kecerdasan linguistic. Ia mudah 
memahami bahasa, efektif dalam berkomunikasi, memiliki nalar verbal 
dan logika kualitatifÂ…

Saat itu aku mendapat kritikan tajam dari ayahku karena nilai bahasa 
Inggris yang tak kunjung membaik. Akupun akhirnya menghadap pemegang 
kunci ilmu filsafat untuk mendapat satu dua resep ajaib. Aku 
keluhkan kesulitanku memahami tense

Kalau tak salah jumlahnya sampai enam belas, dan jika ia sudah 
berada dalam sebuah narasi aku kehilangan jejak dalam konteks tense 
apa aku berada? Pun ketika ingin membentuk sebuah kalimat, bingung 
aku menentukan tensenya. Bahasa Inggrisku tak maju-maju!

Begini, kata Lintang sabar menghadapi ketololanku. Ketika ia 
sedang memaku sandal cunghainya yang menganga seperti buaya lapar. 
Kupikir ia pasti mengira bahwa aku mengalami disorientasi waktu dan 
akan menjelaskan makna tense secara membosankan. Tapi petuahnya 
sungguh tak kuduga.

Memikirkan struktur dan dimensi waktu dalam sebuah bahasa asing 
yang baru saja kita kenal tidak lebih dari hanya akan merepotkan 
diri sendiri. Sadarkah kau bahwa bahasa apapun di dunia ini, di 
manapun, mulai dari bahasa Navajo yang dipakai sebagai sandi tak 
terpecahkan di perang dunia kedua, bahasa Gaelic yang amat langka, 
bahasa Melayu pesisir yang berayun-ayun, 

[wanita-muslimah] (unknown)

2007-11-30 Terurut Topik yulia abdullah
buat para wanita,semoga bermanfaat

http://yartati.multiply.com




  

Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Ust CHODJIM ... playing god-Re: Di saat hujan turun -cinta tak bersyarat

2007-11-30 Terurut Topik rsa
Ustad Chodjim,
Sekali lagi, ternyata milis/text tidak bisa menyampaikan semua nuansa 
komunikasi verbal dengan utuh, terlebih ketika unsur emosi, sekecil 
apapun sudah turut (dan sulit untuk tidak melibatkan emosi bagi 
manusia normal spt kita) dalam tiap ketikan kunci pada papan-
kunci/keyboard.
Untuk itu saya mohon maaf, sebagai yang lebih muda dan masih jauh 
dari menguasai ilmu-ilmu dalam islam, bahwa kata-kata saya di 
tanggapan sebelum ini jadi personal begitu. Ini murni kesalahpahaman 
saya atas penafsiran ini komentar kangmas. Sekali lagi mohon maaf.
Saya juga terima kasih masih diingatkan bahwa saya emosional dalam 
menanggapi opini mas di atas. Ke depan saya akan lebih hati-hati lagi 
membaca tulisan kangmas ... :-)
Untuk kesalahan dan kelemahan manusia, Rasulullah yang ma'shum pun 
tidak lepas dari alpa, lupa dan kesalahan minor manusiawi lainnya. 
Tapi kita tetap menuruti semua teladan baik yang beliau lakukan, 
belajar segala perikehidupan beliau yang bersandar pada riwayat yang 
accountable-valid-authoritative, bukan bualan atau palsu, termasuk 
belajar dari sisi manusiawi beliau yang lengkap dengan kelemahannya.
Nah saya prihbadi melihat bahwa, setidaknya pada posisi saya, tidak 
mungkin mengabaikan pendapat para ulama masyhur (apa masyhur sama 
dengan selebritis, populer, kesohor mas?) macam para imam 
madzhab/fiqh, para muhadits, para faqih, para mujtahid, sedangkan 
segala yang mereka amalkan dan pelajari masih sangat jauh dibanding 
saya. Mungkin bagi kangmas, semua karya akbar mereka adalah 
sekadar dialektika tapi bagi saya yang awam ini sulit menerima itu.
Jika berkenan, untuk konteks makna Rasul dan Nabi yang menurut 
kangmas tidak ditemui dalam al-Qur'an sehingga semua pendapat para 
ulama salaf itu tidak lagi terpakai, bisa mas jelaskan?
Maaf, ini sama sekali bukan menguji mas apalagi sekadar basa-basi, 
karena saya ingin sekali tahu dari mas, belajar dari mas informasi 
yang mas maksud itu.
Spt kata ibu Aisha, akan sulit bagi saya mengingat segala 
keterbatasan yang ada pada saya sekarang ini, untuk mencari sendiri 
semua informasi yang bermuara pada kesimpulan mas itu, sekiranya mas 
minta saya tidak disuapi. Jadi dengan segala kerendahan hati, mohon 
mas bersedia dengan singkat dan padat menyebutkan dalil-dalilnya atau 
mungkin cukup kitab-kitab yang mas temui dalil2 yang mas ambil dan 
saya akan coba cari langsung sumber2 itu semampu saya. asal jangan 
kitab bahasa arab ya mas, wuih ra mudheng aku mas ... yang terjemah 
saja, atau malah kalo memang ada yang di internet atau e-book.
Matur nuwun sanget atas tanggapan mas nanti. Maaf baru balas karena 
tadi seharian muter2 bolak balik ke kuningan memperbaiki handset saya 
yang rusak agar data yang tersimpan tidak hapus ...
salam taklim,
al-faqir/dhaif,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Achmad Chodjim 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bukan ganti gaya, Mas Satriyo. Tanggapan kan harus mengikuti irama 
yang disampaikan.
 
 Mas Satriyo, kalau saya menyampaikan ungkapan Makanya, banyak 
mengaji Mas agar bawaannya tidak emongsional terus :)), itu 
berarti ajakan agar Mas Satriyo terus mengaji sehingga dalam bermilis 
ria tidak tampak emongsional. Sebuah ajakan bukankah baik sekali?
 
 Dan, nyatanya ajakan saya untuk fokus itu oleh Mas Satriyo 
diabaikan sehingga jawaban nggladrah ke sifat-sifat persona. Coba 
perhatikan sebaris kalimat yang saya petik tersebut. Lalu, lihat 
jawaban Mas Satriyo di bawah yang panjang lebar hanya sekadar ingin 
menunjukkan bahwa saya pun emongsional. Tapi, saya matur nuwun Mas 
bila masih ada yang mengingatkan bahwa saya orangnya emongsional. 
Makasih ya
 
 Rsa: #mas hanya ingin memakai makna rasul dan nabi sesuai keinginan 
mas dan mengabaikan olah fikir dan nalar para ulama, serta karena mas 
berlindung dibalik ayat-ayat Quran yang menurut mas tidak menegaskan 
beda rasul dan nabi? wah jadi para ulama masyhur yang tidak mas 
anggap itu ngambil dari mana ya?#
 
 Cho:
 Mas Satriyo, saya tetap beranggapan bahwa manusia tempatnya 
kesalahan dan kelalaian. Jadi, saya tidak pernah memandang 
kemasyhuran seseorang. Saya hanya menghormati mereka yang sepatutnya 
saja. Namun, kalau kenyataannya tak ada ayat Alquran yang dipakai 
sebagai landasan, tak ada dalil sama sekali, ya kita berhak 
meluruskan. Bukankah begitu?
 
 Jadi, Mas Satriyo tak perlu membenturkan dengan kemasyhuran 
seseorang. Yang penting, pertama kali ada tidak dalil yang diambil 
dari Alquran. Kalau ada, bagaimana mereka menafsirkan berdasarkan 
kaidah bahasanya... sudah betul atau dipaksakan? Nah, ternyata bila 
tidak ada dalilnya, ya tak perlu lagi kita mempertanyakan mengambil 
dari mana.
 
 Jadi, sederet ulama yang pernah mengisi dunia ini ya 
merupakan dielektika terhadap perjalanan agama Islam.
 
 Wasalam,
 chodjim